ahutapea wrote:
> Muhamad Carlos Patriawan wrote:
> > > Kebanyakan yg *bisa* IT dan *bisa* bahasa inggris sudah keluar negri
> >
> > Ahh yang bener :-)))
> >
> > Berdasarkan data statistik hasil hitung-hitung sendiri,justru sebagian
> > besar masih di dalam negeri lho.
> >
>
> hehehe, tapi itupun ada argumennya 'om ;)
>
> Hidup ini kan pilihan dan siapa bilang tinggal di luar negri itu enak?
> Mending di Indonesia, ada pembantu, istri+anak2 deket, ortu dan
> saudara2 deket. Ngapain di luar negri, nyari makan yg cocok sama lidah
> susah, "house work" sendiri, ketemu istri+anak kl cuti aja, ortu kl
> sakit uring2an dll. Seperti kata orang bijak, ngak semua bisa kebeli
> sama uang ;p
>
> Intinya mereka disitu karena milih disitu dan mereka sudah berada di
> "comfort zone" ;)

Tapi sekarang saya lihat sejak krismon ada perubahan terutama untuk
anak anak muda-nya yang "sadar" dengan kondisi asli bangsa Indonesia
sejak jaman Orba.
Jadi argumentasi diatas pas digunakan untuk generasi2 tua saja :)

Skrg mah setahu saya orang pada menjerit,cabe jadi 30,000 sekilo,nasi
padang dari 5,000 jadi 15,000 sebungkus,diukur dari Purchasing power
harga2 segitu gak masuk akal lagi,pengangguran 40%,gaji gak naik2
sementara inflasi double digits.

Where's the 'comfort zone' Sir ?
The comfort zone is gone since 1995 :)



> > Asli kalau bahasa inggris  masalahnya sih anak2 luluan LIA sudah
> > ratusan ribu banyaknya di Jakarta :)) Kalau yang mau lebih jago ambil
> > dari fakultas sastra :))
> >
>
> haha, tadinya saya juga mikir bakalan ada argumen disini.
> Tapi ada masalah di "availability". Kalau saya buka centre di Indonesia
> untuk requirement bisa IT berbahasa inggris, mungkin lamaran yang
> datang ada sekitar 100. Tapi kalau saya buka centre di Malaysia dengan
> requirement yang sama, lamaran yang datang ada sekitar 500. Gunanya
> kita lebih banyak option dan misalnya butuh orang lagi juga lebih
> gampang dapetnya. Dan lagipula kan harga itu tergantung supply + demand
> ;)

Iya walaupun benar tapi kalau argumentasinya begini terus mah namanya
persh Indonesia gak bakal punya motivasi untuk bersaing secara global
:) Memang namanya kita terlambat dan salah jalan berdekade-dekade,ya
mau gimana lagi selain hit resistance tersebut ? memang itu tantanganya
koq.

Kalau logiknya saya pakai untuk Vietnam,mungkin vietnam yg sekarang
masih sama seperti vietnam tahun 1975 alias sudah menyerah dulu sebelum
berbuat :))


> > > Mudah2an ada yg punya ide brilian gimana ngebuat bahasa inggris menjadi
> > > bahasa kedua setelah bahasa indonesia. Setelah itu baru kita ngomong
> > > bahasa mandarin dan spanish ;)
> >
> > Pertanyaannya mungkin sudah dijawab sama pengajar2 di LIA atau orang2
> > di British Library di Jl Sudirman dengan apa yang mereka lakukan.
> >
>
> masih kurang massive om effectnya. Kudu ada trobosan lagi nih.
> Kayanya gara2 orang dulu juga sih yah, orang inggrislah diusir2 ;)
> *this is a joke, don't kill me*

yang ini saya setuju.

Carlos

Kirim email ke