hmm zak,
kayaknya kamu udah keluar konteks donk,  atau saya yang keluar konteks.

yang saya soroti adalah pembicara, kalau peserta di minta mbayar yaa normal karena untuk beli makan dan sewa tempat, atau bayarin tiket pembicara,  nah saya cuma sependapat dengan fatih kalau di india bisa orang menjadi pembicara tanpa harus di bayar, cukup di beliin tiket dan di bayarin hotel, tapi di indo, pengalaman saya pembicara belum2 udah minta bayaran, mungkin saya fikir wajar aja kalau konteksnya untuk profesional,  tapi kalau untuk kemajuan bersama yaaa hitung_hitung amal deh harusnya.

Kalau soal, makan gratis... ini adalah kebiasaan buruk bangsa indonesia, tiap kali meeting atau ada acara pertemuan, kalau bilang ada makan siang gratis hhehehe yang dateng di luar dugaan terus. padahal saya inget ada pepatah mengatakan, "there is no such free lunch", be aware  hehehehe


adjie


On 3/16/06, Zaki Akhmad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> pembelajaran masyarakat umum,  harusnya FREE.

Wah tidak selamanya FREE itu bagus. Tapi nanti dulu, FREE Mas Adjie =
gratis atau FREE= freedom? Jadi keinget, open source deh.

Saya coba lihat dari sudut pandang mahasiswa ya. Nah keburukan seminar
gratis adalah jadinya mahasiswa yang datang itu seenaknya sendiri.
Apalagi kalau ada makan-makannya. Datang aja pas deket-deket waktu
makan, terus selesai makan langsung cabut deh. Hilang deh substansi
membagi ilmunya. Pak Gde Raka (guru besar ITB) pernah menamakan budaya
ini adalah budaya makan siang gratis.

> regards
> Adjie
>

Zaki Akhmad


Kirim email ke