Budi Rahardjo wrote:
> On 4/29/06, The_Eye_in_The_Sky <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > Tapi begitu CEO-nya professional, sahamnya terbuka, mereka jadi semata
> > mesin penghasil uang.
>
> Mungkin di Indonesia ya?
> Saya ketemu dengan beberapa top management dari perusahaan besar
> (Schlumberger, IBM, GE, dll.) tidak 100% soal masalah uang.
>
> Bahkan waktu saya diskusi dengan top management IBM (dari New York?)
> di India, mereka malah memfokuskan kepada social responsibility
> dari company. Indikator apa yang dapat digunakan dan bagaimana
> "memaksa" company untuk patuh terhadap hal tersebut.
> (Termasuk di dalamnya soal kepatuhan terhadap environment, dll.)
>

Iya, saya lihat dari pengalaman justru itu terbalik.

Persh publik justru social responsibilitynya lebih tinggi dibanding
persh private/startup.

Alasanya simple. Mereka sudah 'making tons of money' , sementara si
private/startup itu mungkin belum sama sekali, masih losing money.

Jadi karena mereka profit dan stable, lebih gampang buat mereka
melakukan pendanaan atau menyumbang untuk kegiatan lainnya.

Saya bisa kasih contohnya macam2, tapi yang menarik sang pendiri
Marvell yang orang Indonesia dan mencintai kampusnya sampai2 dia
menyumbang UC berkeley > 40 jt dollar.

This guy is  good.

-mcp

Kirim email ke