Yang jelas pihak Ahmadiyah Qadiyan tidak pernah mau jadi makmum, kecuali 
Ahmadiyah Lahore yang mau jadi makmum
HMNA

----- Original Message ----- 
From: "Ary Setijadi Prihatmanto" <ary.setij...@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, January 07, 2010 11:06
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: HMNA dan kajian "Khaataman Nabiyyiin" 3


> Very good point Ustadz Muiz...
> Hayooo.... siapa yang bilang yang lain gak pantas jadi imam? :-D
>
>
>
>  ----- Original Message ----- 
>  From: Abdul Muiz
>  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
>  Sent: Thursday, January 07, 2010 8:05 AM
>  Subject: [wanita-muslimah] Re: HMNA dan kajian "Khaataman Nabiyyiin" 3
>
>
>
>  sudah terlalu sering dan berulang-ulang diskusi khaatamun nabiyyin ini, 
> dan topik Nabi Muhammad apakah nabi terakhir dalam arti tidak ada nabi 
> lagi sesudah Nabi Muhammad juga tidak ada titik temu antara pandangan 
> islam sunni dengan akhmadiyah.
>
>  yang menggelitik pertanyaan saya adalah kalau sama-sama mengaku islam, 
> baik kalangan sunni maupun akhmadiyah mengapa kalau shalat berjamaah tidak 
> pernah mau dalam satu barisan ?? siapa yang eksklusif ??
>
>  Salam
>  Abdul Mu'iz
>
>  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "ma_suryawan" <ma_surya...@...> 
> wrote:
>  >
>  > Lihat di bawah kajiannya.
>  >
>  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" 
> <mnur.abdurrahman@> wrote:
>  >
>  > > ***
>  > >
>  > > Sebenarnya yang paling berhak memaknai Khaatamun Nabiyyin adalah Nabi 
> Muhammad SAW sendiri.
>  >
>  > Benar. Ini buktinya:
>  >
>  > Peristiwa wafatnya Ibrahim (putera Rasulullah dari Maria Qibtiyah r.a.) 
> tercatat sebagai berikut: "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkatalah ia: 
> "Ketika Ibrahim ibnu Rasulullah s.a.w. wafat, beliau (s.a.w.) menshalatkan 
> jenazahnya dan berkata, "Sesungguhnya di sorga ada yang menyusukannya, dan 
> kalau usianya panjang, ia akan menjadi nabi yang benar." (Sunan Ibnu 
> Majah, Abu Abdillah Alqazwaini, Darul Fikr, jld. II, hlm. 484, Hadits no. 
> 1511).
>  >
>  > Peristiwa wafatnya Ibrahim terjadi pada tahun 9 H, sedangkan ayat 
> "khaataman-nabiyyiin" diturunkan pada tahun 5 H. Jadi, ucapan beliau 
> s.a.w. mengenai Ibrahim sebagaimana ditemukan dalam Hadits itu adalah 4 
> tahun kemudian setelah beliau s.a.w. menerima ayat "khaataman-nabiyyiin." 
> Jika seandainya ayat "khaataman-nabiyyiin" kemudian diartikan sebagai 
> "penutup/kesudahan/penghabisan/akhir" nabi-nabi yaitu tidak boleh ada nabi 
> lagi apa pun juga setelah beliau s.a.w., maka seharusnya beliau mengatakan 
> jikalau usianya panjang, tentu ia tidak akan pernah menjadi nabi karena 
> akulah penutup nabi-nabi.
>  >
>  > Jadi, amat jelas bahwa Nabi s.a.w. yang menerima wahyu, dan beliaulah 
> yang paling mengetahui arti serta makna dari wahyu yang diterimanya dan 
> beliau s.a.w. tidak mengungkapkan pengertian "khaatam" sebagai penutup 
> atau terakhir, yaitu tidak boleh ada nabi apa pun juga setelah beliau 
> s.a.w. - seperti yang biasa dkemukakan oleh kebanyakan orang Islam.
>  >
>  > > -- Rasulullah SAW bersabda: "Bani Israel dipimpim oleh Nabi-nabi. 
> Jika seorang Nabi meninggal dunia, seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi 
> tidak ada nabi yang akan datang sesudahku; hanya para khalifah yang akan 
> menjadi penerusku." (HR Bukhari)
>  >
>  > Hadits ini benar dan tidak bertentangan dengan Al-Qur'an Karim maupun 
> Hadits lainnya. Tidak akan datang nabi yang membawa Syari'at baru setelah 
> Rasulullah s.a.w. dan sesudah wafatnya beliau s.a.w. diteruskan oleh para 
> khalifah rasulullah. Lihat kata "sayakunu khulafa" (akan ada 
> khalifah-khalifah) menunjukkan maksud "di belakang" atau "kemudian aku" 
> itu adalah masa yang dekat, karena huruf SA dalam perkataan SAYAKUNU 
> menunjukkan kepada masa yang dekat. Jadi, setelah beliau s.a.w. wafat, 
> dalam waktu dekat tidak akan ada nabi.
>  >
>  > Tapi ingat, ditempat lain Nabi s.a.w. bersabda: "Akan terjadi nubuat 
> (kenabian) sampai waktu yang disukai Allah S.w.t., kemudian akan terjadi 
> khilafat seperti dalam nubuat sampai waktu yang dikehendaki Allah S.w.t., 
> kemudian akan berdiri kerajaan sampai waktu yang dikehendaki Allah S.w.t., 
> kemudian terjadi khilafat dalam nubuat. Kemudian beliau berdiam 
> diri".(Musnad Ahmad, Baihaqi, Misykat hal.461).
>  >
>  > Juga dalam Shahih Bukhari kita temukan sabda Rasulullah s.a.w. sebagai 
> berikut: "kaifa antum idza nazala ibn maryama fikum wa imamukum minkum" - 
> Bagaimana keadaan kamu [umat Islam] jika turun ibn maryam dari antara kamu 
> dan menjadi imam bagi kamu? [Bukhari, kitabul-anbiya, bab nuzul isa bin 
> maryam] - Dari Hadits ini dapat kita temukan indikasi bahwa Isa ibn Maryam 
> yang akan datang adalah seorang pengikut Rasulullah s.a.w. dan berasal 
> dari umat Islam - bukan berasal dari umat non-Islam.
>  >
>  > Khusus mengenai "Tidak ada nabi sesudahku" lihat penjelasan ini:
>  >
>  > ummul mukminin, Hz. Aisyah r.a. yang terkenal karena kecerdasan dan 
> ketinggian ilmunya menyatakan agar orang Islam jangan mengatakan "tidak 
> ada nabi setelahnya," namun katakanlah bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah 
> khaatamul-anbiya', lengkapnya sebagai berikut:
>  >
>  > "Katakanlah, sesungguhnya ia [Muhammad] adalah khaatamul-anbiya', 
> tetapi jangan sekali-kali kamu mengatakan laa nabiyya ba'dahu (tidak ada 
> Nabi sesudahnya)" (Durrun Mantsur, jld. V, hlm. 204; Takmilah Majmaul 
> Bihar, hlm. 5)
>  >
>  > Lagi, dipertegas dan dibenarkan oleh ulama-ulama Salaf sebagai berikut:
>  >
>  > Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi r.h. dalam kitabnya Futuuhatul Makiyyah 
> menulis:
>  >
>  > "Inilah arti dari sabda Rasulullah s.a.w., "Sesungguhnya risalah dan 
> nubuwat sudah terputus, maka tidak ada Rasul dan Nabi yang datang 
> sesudahku yang bertentangan dengan Syari'atku. Apabila ia datang, ia akan 
> ada di bawah Syari'atku." (Futuuhatul Makiyyah, Ibnu Arabi, Darul Kutubil 
> Arabiyyah Alkubra, Mesir, jld II, hlm. 3)
>  >
>  > Ima m Abdul Wahab Asy-Syarani r.h. berkata:
>  >
>  > "Dan sabda Nabi s.a.w.: "tidak ada Nabi dan Rasul sesudah aku, adalah 
> maksudnya: tidak ada lagi Nabi sesudah aku yang membawa Syari'at." 
> (Al-Yawaqit wal Jawahir, jld. II, hlm. 42)
>  >
>  > Imam Thahir Al Gujrati berkata:
>  >
>  > "Ini tidaklah bertentangan dengan Hadits tidak ada Nabi sesudahku, 
> karena yang dimaksudkan ialah tidak akan ada lagi Nabi yang akan 
> membatalkan Syari'at beliau." (Takmilah Majmaul Bihar, hlm. 85)
>  >
>  > Sayyid Waliyullah Muhaddits Ad-Dahlawi berkata:
>  >
>  > "Dan khaatam-lah Nabi-Nabi dengan kedatangan beliau, artinya tidak akan 
> ada lagi orang yang akan diutus Allah membawa Syari'at untuk manusia." 
> (Tafhimati Ilahiyyah, hlm. 53) .
>  >
>  > Imam mazhab Hanafi yang terkenal, yaitu Mulla Ali al-Qari menjelaskan:
>  >
>  > "Jika Ibrahim hidup dan menjadi Nabi, demikian pula Umar menjadi Nabi, 
> maka mereka merupakan pengikut atau ummati Rasulullah s.a.w.. Seperti 
> halnya Isa, Khidir, dan Ilyas 'alaihimus salaam. Hal itu tidak 
> bertentangan dengan ayat Khaataman-Nabiyyiin. Sebab, ayat itu hanya 
> berarti bahwa sekarang, sesudah Rasulullah s.a.w. tidak dapat lagi datang 
> Nabi lain yang membatalkan Syari'at beliau s.a.w. dan bukan ummati beliau 
> s.a.w." (Maudhu'aat Kabiir, hlm. 69).
>  >
>  > Jadi, jelaslah maksud dan hakikat dari sabda suci Nabi s.a.w.: "laa 
> nabiya ba'diy" (tidak ada nabi sesudahku) adalah seperti yang telah 
> dijelaskan oleh Hz. Shiddiqah Aisyah r.a. dan para ulama terkemuka dalam 
> dunia Islam, yakni tidak ada lagi nabi yang akan datang membawa Syari'at 
> baru, tidak ada lagi nabi yang sama atau sederajat kedudukannya dengan 
> Nabi Muhammad s.a.w., namun bukan berarti tidak boleh ada nabi lagi 
> setelah Nabi Muhammad s.a.w. Oleh sebab itu, nabi yang datangnya setelah 
> Nabi Muhammad s.a.w. adalah nabi yang kedudukannya di bawah Nabi Muhammad 
> s.a.w., nabi zilli (bayangan) dan ummati (pengikut), serta sepenuhnya 
> patuh/taat/tunduk/mengikuti Syari'atnya Nabi Muhammad s.a.w. yaitu 
> Syari'at Islam.
>  >
>  > > -- Rasulullah SAW bersabda: "Posisiku dalam hubungan dengan nabi-nabi 
> yang datang sebelumku dapat dijelaskan dengan contoh berikut: Seorang 
> laki-laki mendirikan sebuah bangunan dan menghiasinya dengan keindahan 
> yang agung, tetapi dia menyisakan sebuah lubang di sudut untuk tempat 
> sebuah batu yang belum dipasang. Orang-orang melihat sekeliling bangunan 
> tersebut dan mengagumi keindahannya, tetapi bertanya-tanya, kenapa ada 
> sebuah batu yang hilang dari lubang tersebut? Aku seperti batu yang hilang 
> itu dan aku adalah yang terakhir dalam jajaran Nabi-nabi". (HR Bukhari)
>  >
>  > Bangunan yang dimaksud adalah Syari'at yang dibuat oleh Allah Ta'ala 
> melalui para utusan-Nya. Syari'at (Bangunan) Tuhan secara bertahap 
> dibangun di tiap masa dan mencapai puncak kesempurnaanya pada Syari'at 
> (Bangunan) Islam, yang dibawa oleh Hz. Rasulullah s.a.w. (5:3). Oleh sebab 
> itu tidak akan ada lagi nabi yang akan membawa Syari'at baru, sebab 
> bangunan indah (Syari'at) tersebut telah sempurna. Tidak dapat lagi 
> ditambah/dikurangi. Inilah maksud dari arti kalimat "saya adalah penutup 
> nabi-nabi."
>  >
>  > Jadi, jika Hadits tsb diinterpretasikan bahwa yang menjadi sebuah "batu 
> terakhir" itu adalah Nabi Muhammad s.a.w., maka itu merupakan suatu 
> penghinaan atas diri Nabi s.a.w. sendiri. Apakah beliau s.a.w. hanya 
> seperti sebuah batu saja untuk ditempatkan bagi sebuah bangunan yang 
> sangat indah itu? Jika dimisalkan dengan tiang, mungkin dapat diterima. 
> Tetapi jika Nabi s.a.w. hanya "sekedar batu bata terakhir" saja, sangat 
> keterlaluan, padahal kedudukan nabi Muhammad s.a.w. jauh lebih tinggi dari 
> semua nabi yang pernah ada, bahkan dari malaikat sekalipun.
>  >
>  > Jadi, jelaslah bahwa maksud Hadits ini adalah bahwa beliau s.a.w. 
> adalah nabi yang terakhir membawa Syari'at. Tidak akan datang nabi lain 
> yang membawa Syari'at.
>  >
>  > > ==>4. Rasulullah SAW bersabda: "Saya Muhammad, Saya Ahmad(*), Saya 
> Pembersih dan kekafiran harus dihapuskan melalui aku; Saya Pengumpul, 
> Manusia harus berkumpul pada hari kiamat yang datang sesudahku; dan saya 
> adalah yang terakhir dalam arti tidak ada nabi yang datang sesudahku". (HR 
> Bukhari wa Muslim).
>  >
>  > Dalam Hadits Tirmizi ditemukan: " Anal 'aaqibu wal 'aqibul-ladziy laisa 
> ba'di hu nabiyyun" maksudnya adalah tidak akan ada lagi nabi yang 
> serupa/sederajat dengan Nabi Muhammad s.a.w. Nabi yang membawa Syari'at 
> baru yang akan menggantikan Syari'at Islam tidak dapat datang lagi.
>  >
>  > Dalam Mirqat, Syarah Misykat, Jilid V, Hal. 376, Imam Mulla Ali Al-Qari 
> berkata: "Lahirnya ungkapan itu ('Aqib) adalah tafsir dari sahabat-sahabat 
> atau dari orang yang kemudian.
>  >
>  > Dalam syarah Muslim, Syekh Ibn Arabi berkata, bahwa 'aqib ialah orang 
> yang menggantikan seseorang dalam sifat-sifat yang baik.
>  >
>  > Jadi, dalam bahasa Arab, bahasa asli yang digunakan oleh para sahabat, 
> mereka sudah mengerti apa arti "aqib" yang sebenarnya, sehingga para 
> sahabat r.a. tidak ada yang protes ketika Aisyah r.a. melarang orang untuk 
> mengatakan "laa nabiya ba'dahu" (Tidak ada nabi sesudahnya).
>  >
>  > >
>  > > Ahmadiyah Qadiyan justru mempergunakan ayat yang mengandung 
> "Khaatamun Nabiyyin" (33:40), sebagai pembenaran adanya nabi sesudah Nabi 
> Muhammad SAW dan dengan demikian Ahmadiyah Qadiyan berkilah bahwa kenabian 
> Ghulam Ahmad(**) tidak bertentangan dengan Al Quran. Sedangkan seperti 
> dituliskan di atas mengenai Hadits di mana RasuluLlah SAW bersabda: "tidak 
> ada nabi yang akan datang sesudahku", Ahmadiyah Qadiyan berkilah dengan 
> memplintir "nabi" menjadi "nabi yang membawa syari'at", sehingga Hadits 
> itu berubah maknanya menjadi: "tidak ada nabi yang membawa syari'at yang 
> akan datang sesudahku." Ghulam Ahmad katanya adalah nabi yang tidak 
> membawa syari'at. Sebenarnya inilah akar penyebab kegusaran ummat Islam, 
> seperti api dalam sekam. Ditambah pula para missionaris Ahmadiyah Qadiyan 
> di mana-mana sangat "agresif", baik di dunia nyata maupun di cyber space, 
> maka api dalam sekam itu mudah sekali menyala oleh hembusan angin. Nyala 
> api berupa kekerasan tidak dapat dibenarkan, tetapi menyalanya api itu 
> dapat difahami. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>  >
>  > Bagian di atas yang Anda tulis ini hanya ngalor-ngidul saja. Semuanya 
> sudah di jelaskan di atas ata dalam posting sebelumnya.
>  >
>  > Salaam,
>  > MAS
>  >
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ------------------------------------
>
> =======================
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com
>
> Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
>
>
>

Kirim email ke