Pak Ma'un ingin menguji calon menantunya bisa ngaji (sekalian ingin tahu 
kebenaran hafalan qur'an) apa enggak dengan menyuruh sebagai imam shalat 
berjamaah saat maghrib tiba dan san calon mertua menjadi makmum berdiri persis 
di belakang sang imam. Sang calon menantu tidak berani menolak maka ketika 
selesai membaca surat al fatihah, sang calon menantu memilih surat al Ma'un, 
ketika menyuarakan ayat terakhir, "..... alladziinahum yura'uuna wa yamna'uunal 
....... berhenti sejenak terus dilanjutkan "Bapak".

Kalau gusdur bermakmum shalat berjamaah pada pak Amin Ra'is, setelah Pak Amin 
Ra'is menyelesaikan bacaan fatihah ...... waladh dhaalliin, kira-kira gusdur 
mau menjawab "amin" apa enggak ya ??

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" 
<mnur.abdurrah...@...> wrote:
>
> Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika 
> mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya selalu 
> Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada pengeculian, 
> yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok pesantrennya. Nah pernah 
> pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu seorang ulama. Tiba waktu shalat 
> berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan tamunya untuk jadi imam. Akan tetapi sang 
> tamu tidak bersedia, karena yang pantas jadi imam kata sang tamu yang ulama, 
> mesti ahlul bait (tuan rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang jadi imam. 
> Terjadilah hal yang mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala selesai membaca 
> Al Fatihah: "wa ladhdhaaaalliiiin", terus para santri menyambut: "Kiyaaaai." 
> 
> Wassalam
> HMNA  
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: "Abdul Muiz" <mui...@...>

Kirim email ke