Kalau menurut saya sebagai masyarakat awam, tim ekonomi sudah bekerja cukup 
baik ya...Buktinya krisis global dari Amerika ngga bikin negara kita terpuruk 
spt th 1998 kemaren.Dan kalau kita dikasih mandat sbg tim ekonomi blm tentu 
juga kinerja kita bisa lebih baik dari mereka. Krn dalam ekonomi biasanya 
selalu ada oportunity cost. Kalau kita menghalangi eksport rotan mentah, 
berarti kita berharap ekspor berupa barang jadi shg menambah value added bagi 
PDB, tetapi berarti juga kalau ngga boleh ekspor rotan mentah, pasar kita hanya 
tergantung pada domestik. Sedangkan daya beli kita rendah, so harga rotan akan 
menjadi rendah dan itu bisa mengakibatkan demand rotan naik, sehingga akan 
mendorong pengambilan rotan semakin banyak, shg bisa terjadi penggundulan hutan.
Pengetahuan saya ttg ekonomi makro ngga gitu bagus sih, tp sebaiknya kita 
berikan apresiasi bagi tim yg bekerja utk negeri ini. Kalau ada masukan silakan 
sampaikan ke mereka, bersama-sama kita bangun negeri ini, jangan justru 
mencemooh dan menjuluki dg istilah yg kurang menyenangkan. Itu sih menurut saya 
pribadi ya...mohon maaf kalau kurang berkenan. 
--- On Wed, 3/18/09, dito <herwiand...@yahoo.com.sg> wrote:


From: dito <herwiand...@yahoo.com.sg>
Subject: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, March 18, 2009, 3:05 AM






Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
Angga Aliya ZRF - detikFinance

Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu diberikan 
karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca situasi krisis ekonomi 
yang sedang melanda saat ini.

Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman Sugema. 'Teh 
Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang ngetop itu, namun 'Teh 
botol' yang dimaksud adalah singkatan dan teknokrat bodoh dan tolol.

"Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia itu teh 
botol," ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi Konstitusi, di Hotel 
Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).

Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat Indonesia 
ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, ketergantungannya saat 
ini sangat tinggi sehingga negara kita menjadi adiktif pada utang.

"Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. Bahkan 
terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per kapita tertinggi 
sepanjang sejarah," ujarnya.

Salah satu kemunduran ekonomi lainnya, terlihat ari deindustrialisasi atau 
penurunan daya saing pasca krisis. Ia mengatakan, penyebabnya adalah kebijakan 
yang mendorong liberalisasi, contohnya seperti ekspor rotan mentah yang membuat 
pengrajin lokal gulung tikar, sementara China malah jadi eksportir besar.

Ia menambahkan, selama mengamati kondisi ekonomi Indonesia saat ini, ia 
menyimpulkan lima hal menggambarkan kondisi indonesia saat ini, yakni 
kesengsaraan, kesenjangan, ketergantungan, kerentanan dan kerusakan.

"Kerentanan terlihat di langkanya sumber daya alam, energi. Struktur finansial 
kita juga belum terlalu kuat. Kita tersangkut krisis karena struktur finansial 
belum kuat dilihat dari pelemahan nilai tukar," ujarnya.

Sedangkan kerusakan bisa terlihat dari banyak eksploitasi sumber daya alam 
dalam negeri yang dilakukan oleh pihak asing atas kebijakan pemerintah.

(ang/qom)

















      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke