ok, trims atas koreksinya. tadi nulisnya buru-buru, takut kelihatan sama 
petugas keamanan :-) 
Satu lagi diralat "nerara = negara".
Yup, ada sebagian politisi terkadang lupa dan terlalu fokus pada diri sendiri & 
golongan. Sementara tugas-tugas wajibnya terlupakan. Jika kealfaan itu masih 
dalam batas yang wajar, maka ia tidak begitu mencolok. Tetapi jika sudah 
berlarut-larut maka lambat laun akan muncul kepermukaan dan publik akan 
mengetahuinya.

salam
Nazar
On: Tbo-Jbi

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, rachm...@... wrote:
>
> Koreksi dikit : bukan kedaton tapi ketaton (terluka) :-)
> 
> Para politisi lagi berupaya mengaduk-aduk nalar masyarakat agar sampai tujuan 
> yang mereka inginkan yakni 'menang'
> 
> Hanya saja menang terhadap apa kita belum paham karena mereka belum menemukan 
> 'pekik' yang tepat :-(
> 
> Salam
> 
> RM
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -----Original Message-----
> From: "nazarjb" <suratna...@...>
> Date: Fri, 12 Feb 2010 14:38:15 
> To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
> Subject: [Keuangan] Re: Akbar: Satu Lagi, Donatur SBY-Boediono Diduga Terima 
> Dana Century
> 
> Hm...jika bicara tentang zaman orba yang otoriter, bakalan banyak yang mau 
> turun kejalan lagi seperti 1998.... Apa lagi cerita tentang tragedi trisakti 
> dan moses. Atau DOM & pembantaian di aceh, atau tentang tank-tank yang 
> patroli di jakarta, sepatu-sepatu serdadu yang masuk masjid waktu mengejar 
> mahasiswa, penculikan aktivis yang dimasukkan dalam karung oleh kopasus 
> dll... Bahkan karena saking bersemangatnya, ada mahasiswa dari medan yang 
> nekat bergelantungan di roda pesawat ke jakarta untuk demo.
> 
> Ya, sebaiknya suasana tersebut tidak terulang. Karena ketika kekuatan massa 
> menyatu, maka ia melebihi kekuatan banteng-banteng kedaton (istilah 
> soekarno). Jumlah penduduk lebih banyak dibanding serdadu dan polis, tidak 
> sebanding dengan kekuatan massa yang sedang marah (kesadaran dan akal sehat 
> hilang). Karena itu, nerara dan aparaturnya harus belajar dari peristiwa dan 
> tragedi tersebut. Ciptakan pemerintahan yang transfaran, bermoral dan 
> konstitusional.
> 
> Salam
> Nazar
> On: Tebo-Jambi
> 
> 
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, rangga almahendra 
> <rangga.almahendra@> wrote:
> >
> > Kita pernah mengalami selama 32 tahun, penguasa dibiarkan zalim seenaknya,
> > memperkaya diri dan keluarganya, tanpa ada satupun yang berani
> > mengingatkannya.
> > "Namrud menjadi namrud karena rakyatnya ikut menamrudkan dirinya".
> > 
> > Saya sendiri melihat apa yang dilakukan Pansus sudah benar, sisi positifnya
> > utk mengingatkan penguasa agar tidak main main lagi dalam membuat kebijakan.
> > Saya sebagai orang awam juga merasakan adanya penyalahgunaan uang negara
> > sebesar 6,7 triliun untuk menyelamatkan bank kecil yang sakit-sakitan dan
> > korup... mekanisme pengambilan keputusan sangat absurd, dan pelaporannya pun
> > terkesan main main (hanya pakai SMS, seperti anak ABG aja)
> > Semoga dengan adanya teguran teguran dan check-balancing seperti ini,
> > siapapun yang jadi penguasa akan lebih berhati hati dalam mengambil
> > kebijakan.
> > Tapi  saya juga sepakat, jangan sampai pansus hanya digunakan sebagai
> > kendaraan politik kepentingan tertentu. Jadi mari kita kawal bersama.
> > 
> > salam hangat


Kirim email ke