Yth Bapak/Ibu,

Sebelumnya saya mohon maaf kalau pendapat saya salah.

Menurut saya tingginya AKI adalah fenomena gunung es dari semrawutnya Health 
Information System kita. Kalau kita memang mau jujur, kita tidak punya data 
apapun yang valid. Apakah data cakupan imunisasi yg kita punya skrg benar2 
valid? Apakah data k1 - k4 kita skrg benar2 valid?, dst.

Kita sekarang telah masuk dalam era informasi, dan mengutip Bill Gates tahun 97 
lalu, di milenium yg akan datang (sekarang) org yg buta huruf bukan lg org yg 
tdk bisa baca tulis, tetapi org yg tdk bisa memanfaatkan informasi.

Harus ada breakthrough utk memperbaiki HIS kita, karena tanpa data yg valid, 
seluruh intervensi yg kita lakukan tidak akan tepat sasaran.

Salam,

Budi Perdana
Roren Kemenkes


Budi Perdana
Bureau of Planning and Budgeting
Ministry of Health Republic Indonesia
0811902127

-----Original Message-----
From: <luqyb...@yahoo.co.id>
Sender: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com
Date: 29 Sep 2013 04:10:25 
To: <desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com>
Reply-To: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com
Subject: [des-kes] RE: AKI melonjak tinggi: Apa yang terjadi?

  
 
 
 

Dear all,


Mohon diberi pencerahan terkait pernyataan Menkes bahwa ada perbedaan 
perhitungan sehingga hasil SDKI 2012 melonjak tajam. Apakah jika metode 
perhitungannya sama dengan sebelumnya, AKI tidak melonjak  tapi justru turun 
sesuai trend yang ada sebelumnya? Sebetulnya, bagaimana metode perhitungannya? 
dan di mana perbedaannya?

Disampaikan juga bahwa SDKI 2012 ini dijamin akurasi dan validitasnya. Saya 
pikir survey sebelumnya juga diklaim demikian. Jadi tampaknya, kuncinya memang 
metode perhitungan.
Ini semua harus jelas dahulu sebelum kita berdiskusi panjang lebar.



terima kasih
Dwi Handono
 


---In desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com, 
<desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com> wrote:




Dear all.
Ada berita menarik dari Sindonews. AKI meningkat tinggi. Mengapa terjadi, perlu 
dibahas dengan detil. Kami dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan akan 
membahas kasus ini secara sistematis. Kami mulai diskusi melalui miling-list 
ini untuk khusus membahas kasus ini. SIlahkan berkomentar.

Salam

Laksono Trisnantoro
 
Berita kemarin

Sindonews.com - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung 
Laksono mengatakan, hasil survei yang dilakukan Badan Kepala Kependudukan dan 
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengeluarkan hasil Survei Demografi dan 
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, dijamin akurasinya dan validitasnya.

Agung menjelaskan, hal itu dikarenakan, survei tersebut berbeda dengan hasil 
survei yang dilakukan oleh lembaga politik yang belakangan sangat popular di 
Indonesia.

“Survei politik cenderung tidak objektif, karena publikasi terhadap hasil 
survei lebih kepada tujuan untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas tokoh 
tertentu,” kata Agung, saat ditemui di Peluncuran Hasil Survei Demografi dan 
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, di Jakarta, Rabu 25 September 2013.

Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 
per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding 
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu.

Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan 
yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 
sesuai dengan target MDGs.

Salah satu pihak yang menolak mengakui hasil SDKI 2012 adalah Kementerian 
Kesehatan (Kemenkes). Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi 
berdalih, terjadi perbedaan metode perhitungan dalam SDKI 2012 sehingga angka 
kematian ibu melahirkan melonjak. Kontroversi angka kematian ibu inilah yang 
menyebabkan peluncuran SDKI 2012 selalu tertunda.

Menurut Agung sangat masuk akal jika SDKI 2012 mencatat rata-rata AKI melonjak. 
Pasalnya, sejumlah program terobosan untuk menekan kematian ibu melahirkan 
seperti Jaminan Persalinan (Jampersal) diakui kurang berhasil.

Selain itu, sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB 
memang jauh menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka 
kematian ibu melonjak. “Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana) jangka panjang 
hanya sebesar 10,6 persen. Dan ini menjadi pekerjan yang harus kita selesikan 
dimasa mendatang,” lanjut Agung.

Berbagai persoalan di bidang kependudukan dan KB tersebut jelas Agung akan 
membawa implikasi pada pencapaian MDGs dan penetapan sasaran Rencana 
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Para
  petugas survei juga melakukan pendataan tentang angka kematian ibu dan
  balita, sehingga hasil survei jauh lebih lengkap dan sempurna. 
<http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787444/sdki-2012-gambaran-penduduk-indonesia>
 
 


   
 

Kirim email ke