Dear Sis Ika,

IMO, dalam membaca Tipitaka, memang bisa terjadi perbedaan penafsiran tapi selama seseorang memegang teguh Ajaran Sang Buddha (contohnya Kamma atau Anicca) arah dalam menafsirkan Tipitaka tidak akan melenceng jauh. Walaupun dalam dan kita mengartikan secara esoteric, apakah itu yang benar ? Contohnya kata "Kakak menendang batu, sehingga batu mengelinding dan jatuh ke jurang". Satu kata ini saja bisa diartikan menjadi puluhan penafsiran. Contohnya, "batu itu memang sudah saatnya jatuh" ada juga yang mengartikan "Jurang adalah tempat dimana berkumpulnya batu2x".

Kita ini seperti orang buta sedang membicarakan gajah, yang satu memegang ekor, yang satu memegang belalai. Tidak akan ketemu.
Disisi saya, saya tidak merasa yang paling benar. Mungkin kita bisa diskusi tentang isi salah satu bait dari Tipitaka dan kita coba berdiskusi tentang itu. Mungkin Sis Ika bisa mulai memberi ide bait Sutta apa yang bisa kita diskusikan ? Jangan terlalu panjang, mulai dari yang kecil2x dulu. Yah rekan2x yang lain tentu bisa membantu memperbaiki kalau misalnya kita ada salah.

hmm, pertanyaan anda sebelumnya tetap saja saya jawab bahwa Buddha itu tidak ada setelah parinibbana :D

with Metta
Sumedho Benny




Ika Polim <[EMAIL PROTECTED]>
Sent by: Dharmajala@yahoogroups.com

05/16/2006 10:31 AM

Please respond to
Dharmajala@yahoogroups.com

To
Dharmajala@yahoogroups.com
cc
Subject
Re: [Dharmajala] Apakah Buddha Balik lagi?





Dear Bro Wu,
 
Mungkin Dibutuhkan Cukup Waktu Utk Juga Mengerti Kisah2 Di Tipitaka Secara Lebih "Luas" - "Dalam" - Secara Esoterik - Yg Memang, Tipitaka Itu Adalah Bukanlah Bacaan Yg Sederhana, Ia "Luas" & "Dalam".
 
Tapi Pada Akhirnya, Ia Akan Sangat "Terkondisi" Pada "Cara" "Membaca" Kita Semua, & Itu Sangat Logis Sekali Sesuai "Tingkatan" Kita Sendiri, Tentunya.
 
Apakah Omnipotent Itu "Pasti" Berkonotasi Tidak Terbatas?? Tak Terhingga Sampai2 Tak Terukur Oleh Indria Manusia, Begitu?? Apakah Yang Disebut (tuhanallah agama lain) Sangat2 Mustahil Utk Dibicarakan Dgn Ketajaman Ke 6 Indria??
 
 
Mudah2an Pertanyaan Awalan Ini Akan "Membawa" Anda, : Jadi, Apakah Para Buddha Itu "Tidak Ada"?? Atau "Lebur" Setelah MahaParinibananya ??
 
Thx.

Benny Wu <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:


Dear Sis Ika,


Apa kabar ? Supaya relaks sedikit dahulu :)


Saya jadi tertarik dengan konsep berpikirnya. Bisa tolong dijelaskan ? Terima kasih sebelumnya.


Setelah saya baca penjelasan sis Ika, jujur saja bahwa lebih terdengar seperti agama yang ber-Tuhan lainnya. Buddha diposisikan sebagai Tuhan pada agama lainnya yang Omnipotent yang tidak ada batasannya.


Kalau kita tarik balik kembali, apa yang membedakan antara Buddha, arahat dan umat biasa ?

Buddha, para arahat dan umat biasa sama2x manusia biasa. Yang bisa mati, sakit, usia tua.

Manusia biasa bisa menjadi arahat ataupun Buddha.

Antara Buddha (Samma Sam Buddha) dan arahat (savaka buddha), yang membedakannya adalah Buddha dengan usahanya sendiri menemukan jalan dan mencapai penerangan sempurna dan bisa mengajarkannya sedangkan para arahat (savaka buddha) adalah mereka yang belajar dari sang Buddha dan mencapai Nibbana.

Tentang kesaktian sang Buddha, itu juga bisa dilakukan oleh para Arahat dan umat biasa juga. Asalkan dilatih maka bisa melakukan hal2x yang supernatural juga.

Setelah parinibbana Sang Buddha dan para Arahat adalah sama. Tidak ada yang membuat Sang Buddha lebih ekslusif dibandingkan arahat2x lainnya. Mereka sama2x parinibbana, sudah tidak berkondisi, tidak terlahirkan dari 31 alam kehidupan dan tidak bisa kembali lagi ataupun bermanifestasi.


Kalau kita tilik kepada doctrine Anatta. Sebenarnya tidak ada Sang Buddha Gotama itu. Itu hanya sebuah label yang diberikan pada kumpulan 5 khanda. Demikian pula kita semua. Tiada inti yang kekal yang bisa kita sebut sebagai personal yang biasa kita sebut "Saya" atau "Aku".

Saya jadi bingung dengan kata tubuh halus dan tubuh kasarnya.


Tentang pesan terakhirnya, setahu saya Sang Buddha berkata "Semua doctrine dan ajaran yang telah diajarkan dan dibabarkan oleh ku, Ananda, akan menjadi guru mu setelah aku tiada". Atas dasar itulah ada kalimat berikut "Siapa yang melihat Dhamma berarti melihat ku (Sang Buddha)". Dhamma lah yang menjadi guru yang selalu ada.


with Metta

Sumedho Benny




Ika Polim <[EMAIL PROTECTED]>
Sent by: Dharmajala@yahoogroups.com

05/15/2006 02:07 PM
Please respond to
Dharmajala@yahoogroups.com

To
Dharmajala@yahoogroups.com
cc
Subject
Re: [Dharmajala] Apakah Buddha Balik lagi?







Dear Bro Wu,
 
Ini Bukan Sama Sekali Ttg Sugesti Atau Perasaan Atau Mengawang2 Atau Feeling Dll, Ini Adalah Suatu Konsep Berpikir.
 
Kan Saya Sudah Bilang Di Paling Awal Bahwa "Mengharapkan" Sesuatu Terjadi Hanya Berdasarkan "Keinginan" Pribadi Sendiri Adalah Lucu.
 
Begini, Anda Telah Katakan Sendiri Bahwa Yang Sy Uraikan Itu "Semata2" Cuma Hal2 Saat Beliau Masih Hidup!!
 
Baik & Memang Demikian! Namun, Waktu Masih "Hidup" Saja Beliau Sudah Mempunyai Ke "Omnipoten" an Nya Sedemikian Besar & Luas, Apalagi Kalau Beliau Sudah "MahaParinibana"; Pastinya Ke "Omnipotent" anNya Sudah Tidak Terhingga Sama Sekali, Bukankah Begitu Cara Berpikirnya; Keliatannya Anda Terjebak Di Bidang Ini.
 
Filosofinya Demikian, Kalau Pada "Keadaan" Beliau "Masih" Terbelenggu Oleh "Keberadaan" Tubuh FisikJasmaniNya Sendiri Saja  Beliau Sudah "Mampu" Menghadirkan "Diri"Nya Sedemikian "Excellent", Apalagi Kalau Sudah Berhasil Meraih Keadaan "MahaParinibana", Itu Akan "Far Excellent" , Tentunya.
 
Satu Hal Yang Wajib Dipegang Juga Adalah, Kita Tidak Boleh "Membatasi" "Jalannya" Alam Semesta Ini Utk "Mewujudkan" KehadiranNya, Apakah Itu Via Ke Mettaan Nya Atau Via Tubuh HalusNya Atau Via Tubuh KasarNya Atau Yang Lainnya.
 
Bukankah Ada Pesan Sebelum "MahaParinibanaNya" Bahwa Beliau Akan Selalu Bersama Setiap Orang Yang "Memiliki & Melaksanakan" DharmaNya ??
 
Terpujilah Para Buddha Dgn Segala "Keberadaan" Nya Yang Di Luar Batas Nalar Manusia, Namun "Ada" & Selalu "Hadir" Bagi Yang "Melihat' nya.

Benny Wu <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
Dear sis Ika,

Saya terus terang jadi bingung, sebenarnya yg kita bahas itu apa yah :D

Kalo dari awal topik yg dibahas adalah buddha balik lagi. Maksudnya masih "merasakan" kasih sayang maupun belas kasihan Sang Buddha juga setiap saat hadir menyapa kita (seluruh manusia) itu adalah maksudnya buddha balik lagi ?

Kalau iyah, ya memang kita berbicara hal yang berbeda :)

Yang saya kira berbicara tentang Sang Buddha yang bisa bermanifestasi lagi ke alam manusia. Ternyata tentang "merasakan" metta Sang Buddha yah.

Yah personally "merasakan" metta Sang Buddha itu agak "Maya" yah. Bukankah itu seperti sugesti saja ?

Ke "Omnipotent"an Sang Buddha itu tidak diragukan lagi ketika beliau masih hidup. Ketika sudah Parinibbana beliau sudah tidak ada lagi. Yang tersisa adalah Dhamma-nya.
Atau definisi omnipotent yg kira bicarakan tidak sama ?

with Metta
Sumedho Benny




** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke