Enya alus tah biantarana BJ Habibie teh; kira2 bisa teu nya nga aktualkeun 
PANCASILA, di na kahirupan sapopoe Bangsa !?
Tapi Pidatona ge kapan hese; can puguh sambarang jalma bisa nyieun IDE saperti 
kitu ? Nya na waktu ieu mah, hargaan heula eta pidatona; terus urang "LALAJOAN" 
naha aya nu bisa ngaaktuilkeun Pancasila terus2an, bari teu mandang ERA, zaman, 
jeung REZIM ?
Meureun urang teh atuh ayeuna teh MUNDUR nya lain maju !?
Atawa kumaha tah komentarna ka na PIDATO eta ?
Hartina meureun, can aya Pamarentah nu mana wae oge nu HASIL nga aktuilkeun 
Pancasila !
Jadi meureun ayeuna teh NGAMBANG tea nya !?
Tapi henteu meureun ari HIDUP ENGGAN MATI TAK MAU mah NYA !? ha ha !


--- In kisunda@yahoogroups.com, Ki Hasan <khs579@...> wrote:
>
>  Inilah Pidato B.J. Habibie yang Membuat Hadirin Terpukau
> 
> Rabu, 01 Juni 2011 | 15:51 WIB
> 
> *TEMPO Interaktif*, *Jakarta* - Pidato mantan Presiden B.J. Habibie dalam
> peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, mendapat apresiasi luar biasa. Saat
> berpidato di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua MPR Taufiq
> Kiemas, sejumlah mantan Wakil Presiden, serta pejabat lainnya di Gedung MPR,
> Rabu, 1 Juni 2011, Habibie membacakan pidatonya dengan berapi-api. Hadiri
> pun tampak terpukau.
> 
> Inilah isi pidato lengkap Habibie itu.
> 
> *Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara*
> 
> 
> *Yth. Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono *
> *Yth. Presiden ke-5, Ibu Megawati Soekarnoputri*
> *Yth. Para mantan Wakil Presiden*
> *Yth. Pimpinan MPR dan Lembaga Tinggi Negara lainnya*
> *Bapak-bapak dan Ibu-ibu para anggota MPR yang saya hormati*
> *Serta seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai,*
> 
> *Assalamu ‘alaikum wr wb, salam sejahtera untuk kita semua.*
> 
> *Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni
> 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
> Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi
> dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai
> philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung
> (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.*
> 
> *Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami
> berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman
> demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi
> multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus
> melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar
> filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di
> satu titik terminal sejarah.*
> 
> *Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut
> gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di
> berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi
> tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama:
> Di manakah Pancasila kini berada?*
> 
> *Pertanyaan ini penting dikemukakan karena sejak reformasi 1998, Pancasila
> seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan
> untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari
> memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan
> dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun
> kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di
> tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan
> demokrasi dan kebebasan berpolitik.*
> 
> *Mengapa hal itu terjadi? Mengapa seolah kita melupakan Pancasila?*
> 
> *Para hadirin yang berbahagia,*
> 
> *Ada sejumlah penjelasan, mengapa Pancasila seolah "lenyap" dari kehidupan
> kita. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah
> baik di tingkat domestik, regional maupun global. Situasi dan lingkungan
> kehidupan bangsa pada tahun 1945 -- 66 tahun yang lalu -- telah mengalami
> perubahan yang amat nyata pada saat ini, dan akan terus berubah pada masa
> yang akan datang. Beberapa perubahan yang kita alami antara lain: (1)
> terjadinya proses globalisasi dalam segala aspeknya; (2) perkembangan
> gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbagi dengan kewajiban asasi
> manusia (KAM); (3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat,
> di mana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai
> aspek kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi
> dengan segala dampaknya.*
> 
> *Ketiga perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang
> dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat
> pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi
> yang terjadi saat ini. Dengan terjadinya perubahan tersebut diperlukan
> reaktualisasi nilai-nilai pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa
> Indonesia dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan yang
> akan datang, baik persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar.
> Kebelum-berhasilan kita melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
> tersebut menyebabkan keterasingan Pancasila dari kehidupan nyata bangsa
> Indonesia.*
> 
> *Kedua, terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat dari traumatisnya
> masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang
> mengatasnamakan Pancasila. Semangat generasi reformasi untuk menanggalkan
> segala hal yang dipahaminya sebagai bagian dari masa lalu dan menggantinya
> dengan sesuatu yang baru, berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional'
> tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai grundnorm (norma dasar) yang
> mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi seluruh warga yang beragam
> suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa, agama dan afiliasi politik.
> Memang, secara formal Pancasila diakui sebagai dasar negara, tetapi tidak
> dijadikan pilar dalam membangun bangsa yang penuh problematika saat ini.*
> 
> *Sebagai ilustrasi misalnya, penolakan terhadap segala hal yang berhubungan
> dengan Orde Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam
> kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu memang terjadi
> mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara sistematis, terstruktur dan
> massif yang tidak jarang kemudian menjadi senjata ideologis untuk
> mengelompokkan mereka yang tak sepaham dengan pemerintah sebagai "tidak
> Pancasilais" atau "anti Pancasila" . Pancasila diposisikan sebagai alat
> penguasa melalui monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan
> untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi
> pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan dekonstruksi
> Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen
> politik rezim sebelumnya. Pancasila ikut dipersalahkan karena dianggap
> menjadi ornamen sistem politik yang represif dan bersifat monolitik sehingga
> membekas sebagai trauma sejarah yang harus dilupakan.*
> 
> *Pengaitan Pancasila dengan sebuah rezim pemerintahan tententu, menurut
> saya, merupakan kesalahan mendasar. Pancasila bukan milik sebuah era atau
> ornamen kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu. Pancasila juga bukan
> representasi sekelompok orang, golongan atau orde tertentu. Pancasila adalah
> dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan arsitektural yang
> bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih ada, Pancasila akan menyertai
> perjalanannya. Rezim pemerintahan akan berganti setiap waktu dan akan pergi
> menjadi masa lalu, akan tetapi dasar negara akan tetap ada dan tak akan
> menyertai kepergian sebuah era pemerintahan!*
> 
> *Para hadirin yang berbahagia,*
> 
> *Pada refleksi Pancasila 1 Juni 2011 saat ini, saya ingin menggarisbawahi
> apa yang sudah dikemukakan banyak kalangan yakni perlunya kita melakukan
> reaktualisasi, restorasi atau revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
> kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam rangka menghadapi berbagai
> permasalahan bangsa masa kini dan masa datang. Problema kebangsaan yang kita
> hadapi semakin kompleks, baik dalam skala nasional, regional maupun global,
> memerlukan solusi yang tepat, terencana dan terarah dengan menjadikan
> nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu arah menuju hari esok Indonesia yang
> lebih baik.*
> 
> *Oleh karena Pancasila tak terkait dengan sebuah era pemerintahan, termasuk
> Orde Lama, Orde Baru dan orde manapun, maka Pancasila seharusnya terus
> menerus diaktualisasikan dan menjadi jati diri bangsa yang akan mengilhami
> setiap perilaku kebangsaan dan kenegaraan, dari waktu ke waktu. Tanpa
> aktualisasi nilai-nilai dasar negara, kita akan kehilangan arah perjalanan
> bangsa dalam memasuki era globalisasi di berbagai bidang yang kian kompleks
> dan rumit.*
> 
> *Reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan arah yang tepat
> manakala kita menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam praksis
> kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh toleransi di tengah keberagaman
> bangsa yang majemuk ini. Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan
> relevansinya di tengah menguatnya paham radikalisme, fanatisme kelompok dan
> kekerasan yang mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu
> terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi terus dikonsolidasikan, sikap
> intoleransi dan kecenderungan mempergunakan kekerasan dalam menyelesaikan
> perbedaan, apalagi mengatasnamakan agama, menjadi kontraproduktif bagi
> perjalanan bangsa yang multikultural ini. Fenomena fanatisme kelompok,
> penolakan terhadap kemajemukan dan tindakan teror kekerasan tersebut
> menunjukkan bahwa obsesi membangun budaya demokrasi yang beradab, etis dan
> eksotis serta menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan masih
> jauh dari kenyataan.*
> 
> *Krisis ini terjadi karena luruhnya kesadaran akan keragaman dan hilangnya
> ruang publik sebagai ajang negosiasi dan ruang pertukaran komunikasi bersama
> atas dasar solidaritas warganegara. Demokrasi kemudian hanya menjadi jalur
> antara bagi hadirnya pengukuhan egoisme kelompok dan partisipasi politik
> atas nama pengedepanan politik komunal dan pengabaian terhadap hak-hak sipil
> warganegara serta pelecehan terhadap supremasi hukum.*
> 
> *Dalam perspektif itulah, reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk
> memperkuat paham kebangsaan kita yang majemuk dan memberikan jawaban atas
> sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana biduk peradaban bangsa ini berlayar di
> tengah lautan zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian? Untuk menjawab
> pertanyaan itu, kita perlu menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap
> Pancasila dan dalam waktu yang bersamaan, kita melepaskan Pancasila dari
> stigma lama yang penuh mistis bahwa Pancasila itu sakti, keramat dan sakral,
> yang justru membuatnya teraleinasi dari keseharian hidup warga dalam
> berbangsa dan bernegara. Sebagai sebuah tata nilai luhur (noble values),
> Pancasila perlu diaktualisasikan dalam tataran praksis yang lebih ‘membumi'
> sehingga mudah diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.*
> 
> *Para hadirin yang berbahagia,*
> 
> *Sebagai ilustrasi misalnya, kalau sila kelima Pancasila mengamanatkan
> terpenuhinya "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", bagaimana
> implementasinya pada kehidupan ekonomi yang sudah menggobal sekarang ini?*
> 
> *Kita tahu bahwa fenomena globalisasi mempunyai berbagai bentuk, tergantung
> pada pandangan dan sikap suatu Negara dalam merespon fenomena tersebut.
> Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, misalnya, adalah
> pengalihan kekayaan alam suatu Negara ke Negara lain, yang setelah diolah
> dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk-produk ke Negara
> asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus "membeli jam kerja" bangsa lain.
> Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism, atau dalam
> pengertian sejarah kita, suatu "VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan
> baju baru".*
> 
> *Implementasi sila ke-5 untuk menghadapi globalisasi dalam makna
> neo-colnialism atau "VOC-baju baru" itu adalah bagaimana kita memperhatikan
> dan memperjuangkan "jam kerja" bagi rakyat Indonesia sendiri, dengan cara
> meningkatkan kesempatan kerja melalui berbagai kebijakan dan strategi yang
> berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan usaha
> meningkatkan "Neraca Jam Kerja" tersebut, kita juga harus mampu meningkatkan
> "nilai tambah" berbagai produk kita agar menjadi lebih tinggi dari "biaya
> tambah"; dengan ungkapan lain, "value added" harus lebih besar dari "added
> cost". Hal itu dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas dan kualitas
> sumberdaya manusia dengan mengembangkan, menerapan ilmu pengetahuan dan
> teknologi.*
> 
> *Dalam forum yang terhormat ini, saya mengajak kepada seluruh lapisan
> masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampus-kampus serta di
> lembaga-lembaga kajian lain untuk secara serius merumuskan implementasi
> nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam lima silanya dalam berbagai
> aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan. Yang juga
> tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara Negara dan pemerintahan
> untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan implementasi
> nilai-nilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan yang dirumuskan dan
> program yang dilaksanakan. Hanya dengan cara demikian sajalah, Pancasila
> sebagai dasar Negara dan sebagai pandangan hidup akan dapat
> ‘diaktualisasikan' lagi dalam kehidupan kita.*
> 
> *Memang, reaktualisasi Pancasila juga mencakup upaya yang serius dari
> seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang
> menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan Pancasila
> menjadi solusi atas berbagai macam persoalan bangsa. Melalui reaktualisasi
> Pancasila, dasar negara itu akan ditempatkan dalam kesadaran baru, semangat
> baru dan paradigma baru dalam dinamika perubahan sosial politik masyarakat
> Indonesia.*
> 
> *Para hadirin yang saya hormati,*
> 
> *Oleh karena itu saya menyambut gembira upaya Majelis Permusyawaratan Rakyat
> (MPR) yang akhir-akhir ini gencar menyosialisasikan kembali empat pilar
> kebangsaan yang fundamental: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan
> NKRI. Keempat pilar itu sebenarnya telah lama dipancangkan ke dalam bumi
> pertiwi oleh para founding fathers kita di masa lalu. Akan tetapi, karena
> jaman terus berubah yang kadang berdampak pada terjadinya diskotinuitas
> memori sejarah, maka menyegarkan kembali empat pilar tersebut, sangat
> relevan dengan problematika bangsa saat ini. Sejalan dengan itu, upaya
> penyegaran kembali juga perlu dilengkapi dengan upaya mengaktualisasikan
> kembali nilai-nilai yang terkandung dalam keempat pilar kebangsaan tersebut.
> *
> 
> *Marilah kita jadikan momentum untuk memperkuat empat pilar kebangsaan itu
> melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai weltanschauung, yang dapat
> menjadi fondasi, perekat sekaligus payung kehidupan berbangsa dan bernegara.
> Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian kita, seperti nilai
> ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan
> keadilan sosial, saya yakin bangsa ini akan dapat meraih kejayaan di masa
> depan. Nilai-nilai itu harus diinternalisasikan dalam sanubari bangsa
> sehingga Pancasila hidup dan berkembang di seluruh pelosok nusantara.*
> 
> *Aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang
> terencana dengan baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada
> implementasinya. Saya yakin, meskipun kita berbeda suku, agama, adat
> istiadat dan afiliasi politik, kalau kita mau bekerja keras kita akan
> menjadi bangsa besar yang kuat dan maju di masa yang akan datang.*
> 
> *Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja
> akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi juga
> akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat pusat
> sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah diamanahkan
> rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis. Saya percaya,
> demokratisasi yang saat ini sedang bergulir dan proses reformasi di berbagai
> bidang yang sedang berlangsung akan lebih terarah manakala nilai-nilai
> Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.*
> 
> *Demikian yang bisa saya sampaikan. Terimakasih atas perhatiannya.*
> 
> *Wassalamu ‘alaikum wr wb.*
> 
> 
> 
> *Jakarta 1 Juni 2011*
> 
> *Bacharuddin Jusuf Habibie*
> 
> *
> http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/06/01/brk,20110601-338141,id.html
> *
>




------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    kisunda-dig...@yahoogroups.com 
    kisunda-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    kisunda-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke