Maarif: Pejabat Sudah "Alergi" Pancasila
  Rabu, 1 Juni 2011 | 03:34 WIB

*SURABAYA, KOMPAS.com*--Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof
Syafii Maarif menilai pejabat sekarang sudah "alergi" Pancasila, padahal
mereka seharusnya menjadi teladan tentang penghayatan dan pengamalan
Pancasila yang benar.

"Buktinya, pejabat sekarang jarang bicara Pancasila, karena mereka ’alergi’.
Itu karena Pancasila memang pernah ada selama 20 tahun, namun Pancasila
dijadikan alat pembenar kekuasaan," katanya di Surabaya, Selasa.

Di sela-sela Kongres III Pancasila di Auditorium Garunda Mukti Kantor
Manajemen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, ia menyarankan pejabat
sekarang untuk meniru Bung Hatta yang melakukan internalisasi Pancasila.

"Artinya, jangan seperti dulu, Pancasila jangan berhenti pada kognitif,
apalagi diperalat, sehingga Pancasila disalahgunakan dan akhirnya dijauhi.
Pancasila harus ada dalam diri kita, lalu amalkan dan beri contoh, jangan
justru memperalat Pancasila," katanya.

Oleh karena itu, tokoh yang dikenal sebagai "Bapak Bangsa" itu menyatakan
setuju dan mendukung revisi UU 20/2003 tentang Sisdiknas karena hilangnya
muatan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional.

"Saya setuju itu (revisi), karena UU Sisdiknas memang harus mengenalkan
Pancasila secara benar, tapi revisi UU Sisdiknas itu harus diiringi dengan
penyiapan sumberdaya manusia atau tenaga pendidik yang Pancasilais dan patut
diteladani," katanya.

Kongres yang diikuti 470-an peserta itu dibuka dengan fragmen "Sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI (Dokuritsu
Junbi Cosakai)" pada 13 Juli 1945 yang dimainkan Teater Alumni Gadjah Mada
(Gama Tua)..

Berikutnya juga ditampilkan fragmen "Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai)" pada 18 Agustus 1945.

*Badan/Komisi Khusus*

Secara terpisah, Wakil Ketua MPR H Lukman Hakim Saefuddin mendukung
keinginan revisi UU Sisdiknas, karena Mendiknas memang harus memberikan
muatan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pendidikan nasional.

"Karena itu, kami dari MPR mengusulkan pemerintah membentuk badan atau
komisi khusus yang tugasnya antara lain merumuskan pengenalan Pancasila
secara benar di dunia pendidikan, politik, kemasyarakatan, dan seterusnya,"
katanya.

Ia menyatakan sudah pernah mengusulkan perlunya badan atau komisi khusus
terkait pembudayaan Pancasila seperti BP7 di masa lalu ketika menghadiri
pertemuan lembaga negara pada 24 Mei lalu.

"Presiden merespons baik usulan MPR itu, karena itu pemerintah harus segera
mewujudkan badan atau komisi khusus itu, karena kita sudah perlu rumusan
atau metodologi pembudayaan Pancasila di kalangan pemerintah, politisi,
pendidikan, dan masyarakat," katanya.

Menurut dia, badan atau komisi khusus itu nantinya akan merumuskan cara-cara
pembudayaan Pancasila yang bukan lagi indoktrinasi, pemaksaan, atau tafsir
tunggal, namun melalui cara-cara dialogis.

"Misalnya, saya setuju cara teater untuk pengenalan Pancasila kepada pelajar
sekolah menengah atau cara-cara lain yang bukan seperti penataran P4 di masa
lalu, sebab bangsa Indonesia yang majemuk sangat membutuhkan Pancasila,"
katanya.

Namun, ia mengusulkan badan atau komisi khusus itu ada hingga ke tingkat
desa atau kelurahan, karena pembudayaan Pancasila memang harus sampai ke
lapisan masyarakat di tingkat bawah.

"Demokrasi yang sangat liberal seperti yang kita alami sekarang harus
dikembalikan kepada Pancasila yakni demokrasi yang mengutamakan unsur
musyawarah atau perwakilan dalam permusyawaratan," katanya.

*Dapatkan artikel ini di URL:*
http://www.kompas.com/read/xml/2011/06/01/03343349/Maarif.Pejabat.Sudah.Alergi.Pancasila


2011/6/2 Abbas <abas_ami...@yahoo.com>

>
>
> Enya alus tah biantarana BJ Habibie teh; kira2 bisa teu nya nga aktualkeun
> PANCASILA, di na kahirupan sapopoe Bangsa !?
> Tapi Pidatona ge kapan hese; can puguh sambarang jalma bisa nyieun IDE
> saperti kitu ? Nya na waktu ieu mah, hargaan heula eta pidatona; terus urang
> "LALAJOAN" naha aya nu bisa ngaaktuilkeun Pancasila terus2an, bari teu
> mandang ERA, zaman, jeung REZIM ?
> Meureun urang teh atuh ayeuna teh MUNDUR nya lain maju !?
> Atawa kumaha tah komentarna ka na PIDATO eta ?
> Hartina meureun, can aya Pamarentah nu mana wae oge nu HASIL nga aktuilkeun
> Pancasila !
> Jadi meureun ayeuna teh NGAMBANG tea nya !?
> Tapi henteu meureun ari HIDUP ENGGAN MATI TAK MAU mah NYA !? ha ha !
>
>

Kirim email ke