In a message dated 5/21/99 7:31:45 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:

> Lagi - lagi Forkot dengan markasnya di Kampus Universitas Kristen Atmajaya
>  berdemontrasi dengan otak di taruh didengkul.

Irwan:
Waduh, kalau otaknya didengkul mah udah geger otak
sejak lama kali ya. Bayangin aja kalau lagi lari trus jatuh
kena dengkul duluan. Belum lagi kalau naik bus atau truk
demo, suka dempet2an adu dengkul....gimana juga nih
bung Hadeer?...:)

Hadeer:
>  Benar - benar kumpulan mahasiswa yang nggak ada moralnya dan otaknya.

Irwan:
Kalau mereka ngga ada moralnya untuk bangsa ini,
ngapain juga mereka capek2 berdemo. Toh yg mereka tuntut
itu bukan untuk kepentingan mereka sendiri tapi untuk kepentingan
rakyat Indonesia juga baik untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Saya pribadi justru merasa malu tidak bisa berbuat apa2 sejak
tahun lalu. Hanya bisa menulis dan hal2 lain yg tidak bisa saya
ceritakan. Saya sangat berterima kasih kepada rekan2 mahasiswa
di tanah air yg memiliki peran penting dalam kejatuhan Soeharto
walau untuk itu harus jatuh korban dikalangan mahasiswa.

Saya malah berpikir koq anda sepertinya anti banget ya sama
yg namanya demo. Moga2 saya salah mengambil kesimpulan
tentang anda.

Hadeer:
>  Saya nggak habis pikir.
>
>  Apa nggak ada cara lain yang lebih akademis, bisa nya cuma lempar petugas,
>  bikin keributan ujung-ujungnya ngomong....Aparat menembaki
>  kami.....bener-bener mahasiswa GOUBLOK...

Irwan:
Ngga usah dipikirin dah. Saya yakin mereka tahu apa yg
sedang mereka perjuangkan dan saya dukung itu. Soeharto
memang harus segera diadili. Soal lempar2an, menurut saya
sih biasa2 aja dalam sebuah demo keras. Kalau sampai aparat
menembaki dengan peluru tajam, itu baru luar biasa. Karena
sepengamatan saya, kalau demo2 di negara2 lain yg sudah
maju, kalau terjadi lemparan2 dengan pasukan anti huru hara
biasanya pasukan tersebut membubarkan kerumunan demo
dengan gas air mata atau pun semprotan air pemadam kebakaran,
bukan dengan peluru tajam. Jadi, kalau ada tentara yg nembakin
orang demo dengan peluru tajam, itu baru namanya tentara edan.

Bung Hadeer, anda menanyakan apa ngga ada cara akademis?
Lha, apa anda ngga ngikutin perkembangan ditanah air selama
setahun terakhir ini? Saya yakin anda ikutin cuma kurang peka saja.
Wong tuntutan agar Soeharto segera diadili itu sudah dilakukan
dengan segala cara mulai dari cara akademis sampai cara demo,
tapi ngga digubris juga. Bahkan kita semua bisa ikutin berita
bagaimana gendengnya jaksa agung Abdul Ghalib dalam menangani
kasus ini. Yang dia percayai justru omongan Soeharto si tersangka
ketimbang hasil penyelidikan orang lain. Lha, ini namanya jaksa agung
atau pembela agung? Aneh khan?

Hadeer:
>  Ada nggak yang disini lulusan dari Kampus itu ? Coba dech tolong dibilangin
>  ke adik-adik kalian itu.

Irwan:
Nah ini dia nih, saya ngga tahu apakah karena kekurang
telitian anda dalam menyampaikan kesimpulan ataukah anda
menarik kesimpulan hanya berdasarkan sentimen pribadi saja.
Di awal anda membuat pernyataan bahwa markasnya Forkot
itu di Universitas Kristen Admajaya (Unika), tapi dibagian akhir anda
langsung menarik kesimpulan bahwa anggota Forkot itu
sama dengan mahasiswa Unika. Anggota Forkot itu terdiri
dari beragam latar belakang universitas.

Saya percaya anda termasuk orang pintar, tapi sayangnya
kepintaran anda tersebut tidak anda pakai dalam menulis
posting kali ini. Semoga dilain waktu anda mau berupaya
menggunakan kepintaran yg anda miliki.
Atau jangan2 mungkin anda sedang menggunakan kepintaran
anda untuk maksud/agenda lain yg tersirat pada tulisan anda?
Mudah2an dan saya harap tidak demikian adanya.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke