In a message dated 5/25/99 12:39:10 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

> Saya mengerti dengan jelas situasi yang ada.
>
>  Semua yang dilakukan ABRI di Aceh, di Tanjung Priok, di Lampung, dll yang
>  membunuhi rakyat yang tidak bersalah adalah perbuatan BIADAB.
>
>  Peristiwa penembakan di Semanggi juga adalah BIADAB, ABRI kah pelakunya ???

Irwan:
Hmmm....lagi2 berbau standar ganda. Ketika peristiwanya
menimpa Aceh, Tanjung Priok, Lampung, anda menyebutnya
dengan yakin ABRI sebagai pelakunya.
Ketika terjadi di Semanggi, anda meragukan apakah
ABRI pelakunya.

Hadeer:
>  Bagaimana dengan peristiwa Banyuwangi,  yang nggak ketahuan siapa
>  pelakunya.
>
>  Ada sebuah kekuatan lain yang ingin sedang mencoba menghancurkan bangsa
>  ini, baik berkedok ABRI, berkedok Provokator dll.
>  Satu - satunya jalan keluar adalah PEMILU yang berlangsung dengan aman,
>  tenang, jujur dan adil.
>
>  Yang dilakukan oleh Forkot sejak diadakannya Sidang Istimewa MPR/DPR sampai
>  dengan kemarin, peristiwa 1 tahun reformasi, cuma demo-demo yang tidak
>  menggunakan pikiran. Yang ujung-ujung nya cuma mengacaukan suasana dan
>  proses ke PEMILU yang tenang dan legitimate.
>
>  Kalau mahasiswa Forkot dan Famred itu menginginkan PEMILU, mereka
>  seharusnya memperlihatkan sebuah dukungan ke arah tersebut. BUKAN malah
>  membuat keributan-keributan yang malah akan mengundang Provokotor,
>  mengundang massa merusak, dll.
>
>  Atau jangan-jangan memang itu tujuan Forkot dan Famred, supaya tidak pernah
>  ada PEMILU. !!!!!
>
>  Buat saya PERCUMA teriak - teriak Adili Suharto, usut kekayaan Suharto,
>  Bubarkan KKN, Hilangkan Dwi Fungsi ABRI, KALAU tidak ada PEMILU yang
>  bersih, jujur dan adil, dan kita semua harus mendukung ke arah itu.
>
>  Jika sudah ada PEMILU dan pemerintahan yang legitimate, mau mengadili ABRI
>  kek, mau mengadili Suharto kek, mau apa aja kek, gampang saja dilakukan !!!
>
>  Bang ariston sudah dapat memahami pandangan saya ? :-)
>
>  Hadeer

Irwan:
Saya sepenuhnya memahami pandangan saya. Yang tidak
saya pahami adalah ketika ada pihak yg tidak sepaham dengan
anda lalu anda kategorikan sebagai orang yg tidak punya pikiran.

Bung Hadeer, kalau anda mengikuti perkembangan berita yg
ada, memang Forkot adalah salah satu kelompok yg menolak
pemilu yg diselenggarakan oleh pemerintahan Habibie dan juga
mereka menuntut dibentuknya pemerintahan transisi.
Kelompok yg menolak pemilu dan menuntut dibentuknya pemerintahan
transisi tidak hanya Forkot saja tapi juga 11 kesatuan aksi lainnya
yg tergabung dalam Komite Mahasiswa Bersatu (KMB). Sebelas
kesatuan aksi lainnya diantaranya adalah Forum Komunikasi Senat Mahasiswa
Jakarta (FKSMJ), Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk Demokrasi (Komrad),
Keluarga Besar Universitas Indonesia (KB- UI), Front Jakarta, dan
Forum Bersama (Forbes).
Silahkan baca pada link berikut ini:
http://www.indomedia.com/sripo/9904/15/OPINI/1504op2.htm

Mereka mungkin tidak sepaham dengan anda soal pemilu,
tapi bukan berarti mereka adalah orang2 yg tidak punya pikiran.

Coba lihat lagi mengenai pemilu khususnya mengenai susunan
anggota MPR/DPR kelak.
Akan ada 700 anggota MPR/DPR.
38 jatah ABRI/TNI (pengangkatan)
200 jatah utusan golongan dan utusan daerah (pengangkatan).
Yang diperebutkan dalam pemilu berarti ada 462 kursi.
Asumsikan Golkar dengan segala cara hanya mampu
mendapatkan 10% saja dari 462, katakanlah 46 kursi.
Maka dengan modal 238 dari hasil pengangkatan maka
jumlah suara yg akan menggolkan calon Golkar menjadi
284. Asumsikan akan terjadi pemungutan suara dalam
pemilihan presiden dimana pengumpul suara terbanyak
akan terpilih. Dengan kata lain dibutuhkan 351 suara
untuk bisa menjadi presiden periode mendatang.
Dengan skenario di atas maka Golkar hanya membutuhkan
suara tambahan sekitar 67 suara saja.
Ke-67 suara ini bisa didapat Golkar dari:
1.Setiap tambahan hasil pemilu yg lebih dari 10% yg didapat Golkar.
2.Koalisi dengan partai2 lain, termasuk partai gurem, dengan
   iming2 uang atau pun jabatan.
3.Pembelian suara yg disinyalir oleh bung Efron sudah disiapkan
  dana sampai triliunan rupiah.

Melihat kelemahan dari pemilu sekarang ini, menurut saya
wajar2 saja kalau ada yg menganggap pemilu sekarang
tidak sah.
Sebagian lagi ada juga yg menganggap pemilu sekarang
ini sebagai satu2nya jalan menuju pemerintahan yg bersih
dan sesuai dengan aspirasi rakyat walau saya ragukan
kelompok ini tahu benar mengenai struktur pemilihan anggota
MPR/DPR. Mungkin saja kelompok ini tahu tapi mereka
"pasrah" saja karena mereka pikir inilah yg terbaik yg bisa
dilakukan dengan harapan mungkin mereka tetap mampu
mengalahkan suara Golkar cs.

Saya pribadi tetap mempertanyakan pengangkatan anggota2
MPR yg tanpa melalui pemilu.
Di dalam UUD 1945 pasal 2 ayat 1, tidak ada disebutkan
bahwa utusan2 daerah dan golongan diangkat langsung dan
bukan dipilih melalui pemilu. Dengan kata lain, tidak tertutup
kemungkinan mereka, utusan daerah dan golongan, bisa
dipilih melalui proses pemilu agar lebih menceriminkan aspirasi
rakyat, jadi bukan dengan pengangkatan.
Bunyi UUD 1945 pasal 2 ayat 1 selengkapnya demikian:
(1)Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang.

Saya bisa merasakan apa yg dicemaskan oleh Komite
Mahasiswa Bersatu (KMB). Bila kelak kemungkinan yg saya
perkirakan diatas benar2 terjadi, dimana akhirnya calon
Golkar bisa digolkan dan Golkar mampu mempertahankan
status quo, maka tampaknya Indonesia akan memasuki
masa penderitaan panjang kedua kalau tidak terjadi
pertumpahan darah akibat gerakan revolusi rakyat.
KMB dalam hal ini tampaknya lebih memperhitungkan
kemungkinan2 di depan ketimbang anda, bung Hadeer,
yg mengaku memiliki pikiran lebih dibanding mereka.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke