Adrisman Yunus writes:

Assalamu'alaikum wr.wb.

Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,


saya kira sanak lebih muda dari saya, sanak
boleh panggil saya uda atau om kalau umur sanak jauh
dibawah umur saya (42th)....;-), namun dipanggil nama
sajapun saya tidak keberatan sedikitpun.

Kalau begitu saya panggil Om Ad saja ya karena saya jauh lebih muda (23thn11bln).


adr-> Ini cuma menjawab bahwa Daud Rasyid adalah
anggota PKS, namun belum menjawab pertanyaan apakah
beliau dikatakan mewakili sunnah waljama'ah. Apakah
semua yang berseberangan dengan NM bisa dikatakan dia
mewakili sunnah waljamaah...?

Apakah Daud Rasyid ahlus sunnah wal jama'ah? Allahu a'lam, namun yang saya ketahui (dan saya hanya tahu sedikit) beliau adalah seseorang yang berilmu dan tulisan-tulisan beliau biasanya berdasarkan dalil-dalil yang baik.


Apakah semua yang berseberangan dengan NM selalu ahlus sunnah wal jama'ah? Tidak. Ada demikian banyak kelompok yang berlabel Islam dan saling berseteru. Akan tetapi yang jelas adalah ahlul bid'ah selalu berseberangan dengan ahlus sunnah.

Dengan keterbatasan ilmu saya, berikut ini beberapa hal yang saya ketahui tentang ahlus sunnah wal jama'ah.

Sebagai contoh:
- Murji'ah mengatakan bahwa keimanan seseorang hanya tergantung hatinya dan tidak terpengaruh oleh perbuatan maksiat walaupun dosa besar.
- Khawarij mengatakan bahwa pelaku dosa besar keluar dari Islam.
- Ahlus sunnah wal jama'ah mengatakan bahwa iman bertambah dan berkurang karena iman diyakini di hati, diucapkan di lisan, dan diamalkan.


Inilah bentuk 'jalan tengah' ahlus sunnah yang tidak belebih-lebihan dan tidak bermudah-mudah.

Seseorang tidak dapat menjadi ahlus sunnah hanya dengan ikut organisasi tertentu atau ikut kegiatan tertentu karena memang ahlus sunnah bukanlah label semata. Ahlus sunnah wal jama'ah adalah manhaj (jalan) ber-Islam yang berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman salafush shalih.

Nah, di sini terlihat pemahaman yang digunakan oleh Ahlus sunnah wal jama'ah yakni pemahaman para sahabat Rasulullah serta para tabi'in, para tabi'ut tabi'in (tiga generasi ini merupakan generasi terbaik Islam) dan ulama-ulama yang mengikuti jalan yang sama. Oleh karena itu ahlus sunnah wal jama'ah juga menisbatkan dirinya pada salaf (salafi atau salafiyyah). Namun bukan berarti bahwa seseorang yang mengklaim dirinya salafi selalu benar-benar salafi. Hal itu harus dibuktikan dengan amal perbuatan.

Dengan ini bukan berarti bahwa semua individu ahlus sunnah wal jama'ah bebas dari kesalahan namun mereka menempuh jalan yang benar dan mereka saling menasehati. Adalah hal yang biasa bagi para ulama ahlus sunnah untuk menasehati atau bahkan menegur jika ada kesalahan namun tentunya sedapat mungkin dengan tingkat kelembutan atau kekerasan yang sesuai. Ahlus sunnah tidaklah menganggap seseorang selalu benar ataupun selalu salah karena yang diikuti bukanlah manusianya namun harus ittiba' (mengikuti) Sunnah Rasulullah.

Ahli ilmu ahlus sunnah wal jama'ah juga senantiasa berusaha menjaga umat dari bid'ah dengan memberitahukan orang-orang yang termasuk ahlus sunnah dan orang-orang yang termasuk ahlul bid'ah seperti halnya ahli hadits menyelamatkan sunnah Rasulullah dengan menyaring para periwayat hadits dari orang-orang yang lemah ingatannya, pendusta, dll.

Perbedaan pendapat mungkin terjadi namun tentunya dalam batas-batas tertentu terutama dalam masalah-masalah ijtihadi bukan manhaji. Seperti Om Ad dapat lihat pada perbedaan antara Ahlus sunnah dengan Murji'ah dan Khawarij yang sifatnya prinsipil.

Nah, yang penting kita berusaha untuk meniti jalan Ahlus sunnah sedapat mungkin. Adalah mungkin kita terjerembab dalam perjalanan tersebut namun selama kita meniti jalan yang lurus, insya Allah, kita tiba di tujuan yang benar. Bukankah orang beriman diuji oleh Allah?

Semoga Allah memberikan kesabaran dan menguatkan iman kita saat diberi ujian dan menjauhkan kita dari adzab-Nya.

Bicara mengenai jamaah, tidak dikatakan seseorang
berjamaah kalau dia tidak beramir, dan dikatakan
seseorang tidak beramir kalau tidak ada bai'at.
Saya yakin sanak punya juga dalil2 yang menerangkan
masalah ini.

Ya, itu adalah salah satu definisi jama'ah. Definisi-definisi tersebut dirangkum oleh Muhammad Abdul Hadi al-Mishri menjadi:
1. Ia disebut jama'ah apabila bersepakat dalam hal memilih dan mentaati seorang pemimpin yang sesuai dengan ketentuan syara'. Kita wajib berijtizam kepadanya dan haram keluar daripadanya.
2. Jama'ah adalah jalan yang ditempuh oleh Ahli Sunnah yang meninggalkan segala macam bid'ah. inilah yang disebut madzbab al-haq. Pengertian jama'ah di sini merujuk kepada para sahabat Nabi, ahli Ilmu, ahli ijma', atau as-Sawadul A'zham.


Al-Jama'ah dapat sedikit atau banyak. Ibnu Mas'ud berkata: "Al-Jama'ah ialah Orang yang menyesuaikan diri dengan kebenaran walaupun engkau seorang diri." (Abu Syamah, al-Hawadits wal Bida', him. 22, Abu Syamah menyebutkan bahwa pcrkataan ini juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Madkhal)

Dalam lafazh lain disebutkan: "Sesungguhnya al-jamaah itu ialah menaati Allah, walaupun engkau seorang diri." (al-Lalaka'i. Syarhus-Sunnah 1:108-109).

Lengkapnya Om Ad dapat baca di:
http://www.freelists.org/archives/salafy/01-2004/msg00010.html


Kalau sanak mengikuti beberapa orang penafsir dan yang
lain mengikuti beberapa orang penafsir yang lain,
dapatkah dikatakan bahwa fihak yang satu kembali
kepada Q+H dan yang lain tidak kembali...?

Telah saya tunjukkan di atas penafsir-penafsir yang sepatutnya kita ikuti. Alangkah banyak orang yang memahami Al-Qur'an dan hadits sesuai dengan hawa nafsunya saja. Mungkin Om Ad masih ingat orang yang kerap mengirimi japri dengan ayat-ayat Al-Qur'an namun dipahami seenaknya. Semoga Allah mencegah kita dari berlaku seperti itu dan mengampuni dosa-dosa kita.


Dalam dalil diatas jelas diperintahkan bahwa kita
harus mentaati Allah, Rasul dan Ulil Amri.
Tahukah sanak siapa yang dimaksud ulil amri disini...?

Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir disebutkan:


"Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ulil amri ialah para pemimpin dan ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah para ulama. Yang jelas, dan Allah lebih mengetahui, ayat itu mencakup setiap ulil amri, baik dari kalangan ulama maupun umara."

Mengenai ketaatan kepada penguasa telah dijelaskan oleh Rasulullah.

"Seorang muslim wajib mendengar dan taat kepada penguasa terhadap segala sesuatu yang dia sukai maupun tidak dia sukai selama tidak diperintah untuk bermaksiat. Jika diperintah untuk bermaksiat, maka tiada lagi mendengar dan taat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Mungkin yang dialami Imam Ahmad bin Hanbal dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Beliau disiksa karena tidak bersedia untuk mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluq yang merupakan paham penguasa. Namun Imam Ahmad tidak memberontak kepada penguasa saat itu.

Salah satu buku yang menjelaskan masalah ini adalah terjemah Mu'amalatul Hukkam fi Dhauil Kitab was Sunnah karya Abdussalam bin Barjas bin Nashir Ali Abdul Karim (Manhaj Ahlus Sunnah dalam Bersikap terhadap Penguasa dan Pemerintah, Najla Press, 2003).

Sekian dari saya, semoga ada manfaatnya. Mohon maaf jika ada kesalahan atau kata-kata saya yang lancang.

Wa Allahu a'lam bish shawab.

Ahmad Ridha

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke