RE: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-05-03 Terurut Topik Awang Satyana
 Sulawesi Opholite Belt), maka satu-satunya yang mungkin menyebabkan ini 
semua adalah memang collision Banggai-Sula microcontinent terhadap ESOB dan 
bagian baratnya. Secara ruang dan waktu pun cocok. Fold-thrust belt West 
Sulawesi adalah ujung barat dari pengaruh collision ini. Beberapa penulis (mis 
van der Weerd dan Armin, 1992, AAPG Bull) pernah menulis bahwa Samarinda 
Anticlinorium di East Kalimantan akibat collision Banggai pula; pendapat ini 
tak ada buktinya bila kita mengecek data seismic dari Kalimantan Timur-Selat 
Makassar-Sulawesi Barat. Data seismic pula yang
 menunjukkan bahwa kita tak punya compressional structures pada saat rifting. 
Dan, mereka pun tidak inverted pada saat Neogen ketika fold-thrust belt West 
Sulawesi terjadi sebab kompresi ini bersifat thin-skinned tectonics. 
Gravitational sagging akibat fold-thrust belt ada di sisi collision, itu yang 
menekuk Banggai Basin tenggelam sehingga batuan induk ekivalen Tomori matang 
dan menggenerasikan hidrokarbon untuk Matindok, Senoro,Donggi,Tiaka dll. 
Tectonic loading fold-thrust belt pun telah menenggelamkan sebagian sisi timur 
Makassar Strait; ke oil atau gas window. Hanya menekuk, tanpa membuat trap 
seperti di sisi Banggai. Tetapi traps di fold-thrust beltnya jelas ada. 


4. Saya tak melihat thick-skinned tectonics dari pra-Tertiary ke Late Tertiary 
terjadi di Selat Makassar. Berbeda dengan di Sumatra bahwa basement-nya bisa 
terpengaruh oleh berbagai periode tektonik (F0, F1, F2,F3- lihat terminology 
tentang ini di Heidrick dan Aulia, 1993 –Proceedings IPA) dan bahwa Sumatra 
sepanjang zaman terletak di sisi aktif lempeng yang konvergen; tidak demikian 
halnya dengan Selat Makassar. Horst dan graben Paleogen tetap sebagai horst dan 
graben,tidak ikut terinversikan sebagai Sunda structure type seperti banyak 
ditemukan di South Sumatra. Meskipun demikian, peluang basement reservoir 
mungkin saja,hanya mungkin bukan efek deformasi tetapi karena weathering saat 
pre-rift,kalau ia sempat punya hiatus sebelum synrift. Semakin panjang hiatus 
semakin besar peluang weathering. Dari source synrift ke basement bukanlah 
migrasi lateral, sebab migrasinya berupa disassociated charging 
(source-reservoir berbeda umur), sebuah migrasi
 lateral yang ideal terjadi dalam associated-charging (source-reservoir seumur).
5. Suatu fold-thrust belt yang thin-skinned di luar/depan (bagian yang muda) 
tak jarang menjadi thick-skinned di dalam/belakang (bagian yang tua). Jadi, 
bisa saja Eocene clastics terlibat dalam deformasi tersebut, hanya tidak di 
semua area. Fold-thrust belt West Sulawesi sebagian besar disusun oleh sedimen 
Neogen yang di Sulawesi didominasi oleh batuan volkanik Camba Formation. 
Kualitas reservoirnya bisa kita periksa/uji dengan beberapa hal ini : (1) 
volkaniklastik bisa menjadi reservoir, tetapi pertimbangkan efek diagenesisnya 
saat volcanic materials-nya jadi mineral lempung yang akan menutup porositas, 
(2) volkaniklastik West Sulawesi yang membentuk fold-thrust belt tak 
tertransportasi jauh dari provenance, ini akan menyebabkan immature sediments 
dari segi reservoir (sorting buruk, clay winnowing kurang,dll.). Saya tak yakin 
ada delta berkembang dengan baik di sisi Sulawesi sebab morfologi space of 
accommodation di sisi barat Sulawesi curam; delta tak
 akan berkembang di sisi seperti itu; ia butuh space accommodation yang 
melampar luas dan landai serta submerged secara seragam.Ini akan menyebabkan 
sediment very mature dan recycled beberapa kali (lihat kasus Kutei-Mahakam 
saja). Sesar2 besar bisa untuk fairway sediments bila pada masanya ia menjadi 
tempat sungai besar dan menjadi tempat feeder sediments. Sesar bukan syarat 
utama untuk delta,lihat saja, Delta Mahakam justru terjadi di area bukan sesar 
utama (Adang dan Mangkalihat). Demikian juga Balingian-Baram,lokasinya tak 
persis di Tinjar Fault. Lebih2 lagi Walanae Fault di Sulawesi Selatan, sesar 
ini tak berujung di suatu space of accommodation sebab Laut Flores tak 
submerged sebagus Makassar Strait.  
Salam,
Awang

--- Pada Rab, 28/4/10, sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com menulis:


Dari: sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com
Judul: RE: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, awang satyana awangsaty...@yahoo.com
Tanggal: Rabu, 28 April, 2010, 4:53 PM







Pak Awang YTH.,
 
Diskusi yang menarik, berkaitan dengan hal itu saya ingin menanyakan tentang 
beberapa hal pak :
 
1. Source Rock; berdasarkan beberapa published paper disebutkan bahwa di 
Kalimantan bagian timur s/d East Java, secara berurutan terdapat evidence untuk 
Eocene SR, diantara nya adalah Runtu field-Tengkawang-1 well (Mid-Late Eocene 
Mangkupa FM coal  carbonaceous claystone dari deltaic dengan lacustrine 
affinity), West Bungalun field Late Paleocene-Early Eocene Mangkupa 
carbonaceous shale, Kerendan field Mid-Late Eocene Lower Tanjung carbonaceous 
shale, Tanjung field Eocene Lower Tanjung FM carbonaceous  coal, West Kangean 
Eocene

Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-28 Terurut Topik Awang Satyana
Geologi yang memang akan menentukan suatu play itu masih harus terus dikerjakan 
atau segera ditinggalkan saja. Tetapi, dalam hal risiko, statistik sudah 
bermain, dan manajemen banyak membuat keputusan berdasarkan statistik. Hubungan 
antara berapa banyak pantasnya sumur dibor untuk pembuktian play ditentukan 
oleh POS-nya sendiri. Bila POS-nya 20 %, artinya dari 10 sumur dibor 2 akan 
berhasil, atau dari 5  sumur dibor 1 berhasil, maka jumlah maksimum sumur 
eksplorasi untuk membuktikannya adalah 5 sumur. Jadi, makin tinggi POS play, 
makin sedikit sumur eksplorasi dibutuhkan, sebaliknya makin rendah POS makin 
banyak sumur eksplorasi diperlukan untuk membuktikannya. Tentu dasar POS ini 
tak bisa berdiri sendiri, ia harus dipertimbangkan dari besarmya sumberdaya. 
Struktur yg dihitung punya sumberdaya 500 mmbo recoverable tetapi POS 10 %, 
maka jangn meninggalkannya sebelum mengebor maksimum 10 sumur. Namun ini 
perhitungan sederhana saja sebab penentuan POS dan
 volumetrik pun jelas bisa meleset. Akhirnya, belajarlah dari sumur2 kering, 
agar selanjutnya bisa lebih baik. Kegagalan dalam eksplorasi akan tetap 
bermnfaat, khususnya di wilayah frontier.

Salam,
Awang

Pada Rab, 28 Apr 2010 11:56 ICT Rovicky Dwi Putrohari menulis:

2010/4/27 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Semangat ! Banyak lapangan besar dan raksasa di Indonesia ditemukan bukan
 dengan satu dua sumur eksplorasi, tetapi baru ditemukan oleh lebih dari lima
 sumur eksplorasi.


Yaps stuju bangget !!!

Jumlah sumur yg diperlukan mengetest
Playhttp://rovicky.wordpress.com/2006/07/04/jumlah-sumur-yg-diperlukan-mengetest-play/
Posted on 4 Juli 2006 by Rovicky |
http://rovicky.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=69action=edit
 Rate This

[image: Quantcast]


[image: Dont Missed
!]http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/dont-missed.jpgTentunya
kita tidak dapat selamanya mengejar sebuah kemungkinan adanya jebakan dalam
sebuah rangkaian jebakan *(play fairway)*. Ada kalanya kita harus
meninggalkan.
* As an explorationist we have to know when to pursue the prospects, and
when to quit.*

Nah tentunya ada perhitungannya.
Berapa jumlah sumur yg diperlukan untuk meyakinkan bahwa kita sudah
mengetest sebuah “Play fairway” ? Boleh jadi konseptual Play fairway itu
benar (sukses dan *discovery*) ataupun gagal (*failed and dry*).
Tentunya tergantung dari “geological risk” dari play itu sendiri. Nah kalau
saja risknya POS (Possiblity of Success) suatu Play adalah 20%, maka berapa
jumlah sumur yg diperlukan utk meningkatkan keyakinan hingga “*Pretty Sure*”
(70%) atau “*Very Sure*” (95%) ?

Ada yg tahu ?
 http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/number-of-wells.jpg

Jumlah sumur yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya minyak dalam satu
play concept

*answer ?*
Pendekatan statistik dapat dilakukan untuk menghitung jumlah sumur yg
diperlukan utk “meyakinkan”. Tergantung berapa nilai yakin yang kita
inginkan. Saya memberi contoh seandainya kita sebut “*pretty sure*” sebagai
70% yakin dan “*very sure*” adalah 90% yakin.
* POS* adalah *Probability of success* = 1-Risk

Pendekatan statistik ini akan menunjukkan jumlah sumur lebih banyak yg
diperlukan untuk memberikan keyakinan “*failed*” sebelum angkat kaki dari
daerah tersebut.

Mengapa ?
Pendekatan statistik ini tentunya akan jauh berbeda dengan pendekatan
deterministik. Misalnya kita langsung drill *source rock*nya, dan seandainya
dijumpai *source rock* yg tidak matang atau tidak ada sama sekali maka akan
dikatakan “*very sure*” hanya dengan satu sumur saja. Atau kalau tidak ada
reservoir sama sekali kita bisa langsung mengubah nilai *propability of
success (POS*). Dimana probabilitas selanjutnya akan menjadikan patokan
sumur berikutnya. Itulah sebabnya semua kegiatan eksplorasi migas tidak
melulu dilakukan berdasarkan atas pertimbangan probabilitas yang akan
mengesankan judi. Dan pada kenyataannya di Indonesia ini secara statistik
memiliki nilai kesuksesan eksplorasi diatas 10%, seperti yg ditulis
sebelumnya disini.

Dan disinilah peran geologist atau explorationist mengurangi jumlah sumur yg
diperlukan seorang gambler. Geologist (explorationist) mengurangi jumlah
sumur yg diperlukan sesuai dengan kaidah ilmiah akademis.

hef e nais dey

*Note : Saya mendapatkan ilmu ini ketika belajar atau “ngenger” di Shell
Brunei.*

 DIarsipkan di bawah: Energi http://id.wordpress.com/tag/energi/,
Explorations http://id.wordpress.com/tag/explorations/
 rdp

-- 
You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to do it
any way ... not just discuss it in the hall way.





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 

RE: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-28 Terurut Topik Kuntadi, Nugrahanto
Memang menarik memainkan otak atik gatuk angka statistik POS ini.

Oleh karena uncertainty (=bukan risk) nya yang masih menganga lebar
dalam banyak kasus, maka sudah menjadi sedikit keumuman pada beberapa
kumpenis utk kemudian joint venture melalui mekanisme farm-in/out dan
memprogramkan seismic 3D yg mencakup daerah eksplorasi wild cat agar
definisi POS dapat lebih disederhanakan untuk menjelaskan variance
daripada uncertainty di setiap resiko bawah permukaan itu bisa
dimitigasi.
Dari program seismic 3D pada sumur taruhan pertama ini banyak kumpenis
berharap dapat menaikkan angka psikologis POS ketimbang harus masih
bermain dengan otak-atik gatuk ngebor 10 dapat 3, kan lebih baik ngebor
2 dapat 1 misalnya.

Apalagi kalau kasus laut dalam spt yang Cak Noor bilang tadi, kalau
masih bermain statistik klasik alias menggunakan POS rendah utk terus
ngebor sumur taruhan, wah bisa bisa basins yang remote dan sulit menjadi
tak tersentuh, dan basin-basin yang relatif sudah mature pun tidak
berhenti utk membor sumur taruhan; baik itu tail atau step out, namun
hasilnya tidak maksimal.

Bagaimana mendorong agar seluruh prospek sumur taruhan pertama memiliki
POS tinggi ? Another challenge...!

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Wednesday, April 28, 2010 2:39 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: fo...@hagi.or.id
Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North
Makassar

Geologi yang memang akan menentukan suatu play itu masih harus terus
dikerjakan atau segera ditinggalkan saja. Tetapi, dalam hal risiko,
statistik sudah bermain, dan manajemen banyak membuat keputusan
berdasarkan statistik. Hubungan antara berapa banyak pantasnya sumur
dibor untuk pembuktian play ditentukan oleh POS-nya sendiri. Bila
POS-nya 20 %, artinya dari 10 sumur dibor 2 akan berhasil, atau dari 5
sumur dibor 1 berhasil, maka jumlah maksimum sumur eksplorasi untuk
membuktikannya adalah 5 sumur. Jadi, makin tinggi POS play, makin
sedikit sumur eksplorasi dibutuhkan, sebaliknya makin rendah POS makin
banyak sumur eksplorasi diperlukan untuk membuktikannya. Tentu dasar POS
ini tak bisa berdiri sendiri, ia harus dipertimbangkan dari besarmya
sumberdaya. Struktur yg dihitung punya sumberdaya 500 mmbo recoverable
tetapi POS 10 %, maka jangn meninggalkannya sebelum mengebor maksimum 10
sumur. Namun ini perhitungan sederhana saja sebab penentuan POS dan
volumetrik pun jelas bisa meleset. Akhirnya, belajarlah dari sumur2
kering, agar selanjutnya bisa lebih baik. Kegagalan dalam eksplorasi
akan tetap bermnfaat, khususnya di wilayah frontier.

Salam,
Awang

Pada Rab, 28 Apr 2010 11:56 ICT Rovicky Dwi Putrohari menulis:

2010/4/27 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Semangat ! Banyak lapangan besar dan raksasa di Indonesia ditemukan 
 bukan dengan satu dua sumur eksplorasi, tetapi baru ditemukan oleh 
 lebih dari lima sumur eksplorasi.


Yaps stuju bangget !!!

Jumlah sumur yg diperlukan mengetest
Playhttp://rovicky.wordpress.com/2006/07/04/jumlah-sumur-yg-diperlukan
-mengetest-play/
Posted on 4 Juli 2006 by Rovicky |
http://rovicky.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=69action=edit
 Rate This

[image: Quantcast]


[image: Dont Missed
!]http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/dont-missed.jpgTentunya
kita tidak dapat selamanya mengejar sebuah kemungkinan adanya jebakan 
dalam sebuah rangkaian jebakan *(play fairway)*. Ada kalanya kita harus

meninggalkan.
* As an explorationist we have to know when to pursue the prospects, 
and when to quit.*

Nah tentunya ada perhitungannya.
Berapa jumlah sumur yg diperlukan untuk meyakinkan bahwa kita sudah 
mengetest sebuah Play fairway ? Boleh jadi konseptual Play fairway 
itu benar (sukses dan *discovery*) ataupun gagal (*failed and dry*).
Tentunya tergantung dari geological risk dari play itu sendiri. Nah 
kalau saja risknya POS (Possiblity of Success) suatu Play adalah 20%, 
maka berapa jumlah sumur yg diperlukan utk meningkatkan keyakinan
hingga *Pretty Sure*
(70%) atau *Very Sure* (95%) ?

Ada yg tahu ?
 http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/number-of-wells.jpg

Jumlah sumur yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya minyak dalam

satu play concept

*answer ?*
Pendekatan statistik dapat dilakukan untuk menghitung jumlah sumur yg 
diperlukan utk meyakinkan. Tergantung berapa nilai yakin yang kita 
inginkan. Saya memberi contoh seandainya kita sebut *pretty sure* 
sebagai 70% yakin dan *very sure* adalah 90% yakin.
* POS* adalah *Probability of success* = 1-Risk

Pendekatan statistik ini akan menunjukkan jumlah sumur lebih banyak yg 
diperlukan untuk memberikan keyakinan *failed* sebelum angkat kaki 
dari daerah tersebut.

Mengapa ?
Pendekatan statistik ini tentunya akan jauh berbeda dengan pendekatan 
deterministik. Misalnya kita langsung drill *source rock*nya, dan 
seandainya dijumpai *source rock* yg tidak matang atau tidak ada sama 
sekali maka akan dikatakan *very sure* hanya dengan satu sumur saja. 
Atau kalau tidak ada reservoir sama

Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-28 Terurut Topik M-Adam . CEPI
Saya sedikit berbeda pendapat dengan Pak Awang mengenai PoS. Saya tidak 
melihatnya secara statistik frequensial seperti yang diutarakan Pak Awang 
dimana PoS 20 % diartikan dari 5 sumur yang dibor minimal akan ada satu 
sumur sukses. Karena setiap sumur pasti mempunyai nilai PoS sendiri yang 
dibangun dari data, asumsi, knowledge dan resiko yang kita identifikasi. 

Saya lebih mengartikan PoS 20 % adalah probabilitas sumur tersebut 
menemukan reservoir dengan parameter yang kita prediksi dan 20 % 
kemungkinan membuktikan cadangan dalam range paling tidak mode kalau sumur 
itu sukses. Sementara rasio keberhasilan sumur itu sendiri bagi saya 
tetaplah biner (dry or discovery).

Pengartian seperti diatas sedikit tidak relevan bila kita akan membor 
sumur dengan nilai PoS 70 % di lapangan Sisi-Nubi misalnya yang sudah ada 
banyak sumur. Kita tidak bisa bilang bahwa dari 10 sumur yang akan dibor 7 
akan sukses. Secara intuitive saja kita bisa menduga bahwa sumur tersebut 
akan menemukan cadangan (discovery) dan secara statistik sumur yang sudah 
dibor di field tersebut rasio kesuksesan adalah 100 %. 

Mungkin definisi PoS saya tidak seperti yang dimaksud Pak Awang. Kalau 
penegrtian PoS seperti apa yang saya maksudkan, saya tidak yakin bisa 
meyakinkan Pak Noor untuk membor sumur yang kelima (PoS 20%) di deepwater 
Makassar (dengan cost 50 juta) misalnya dimana empat sumur sebelumnya dry. 
Lagipula tidak terlalu sehat untuk karir eksplorasi kita  : - )

Salam

cp




Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com 
28/04/2010 08:39
Please respond to
iagi-net@iagi.or.id


To
iagi-net@iagi.or.id
cc
fo...@hagi.or.id
Subject
Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar






Geologi yang memang akan menentukan suatu play itu masih harus terus 
dikerjakan atau segera ditinggalkan saja. Tetapi, dalam hal risiko, 
statistik sudah bermain, dan manajemen banyak membuat keputusan 
berdasarkan statistik. Hubungan antara berapa banyak pantasnya sumur dibor 
untuk pembuktian play ditentukan oleh POS-nya sendiri. Bila POS-nya 20 %, 
artinya dari 10 sumur dibor 2 akan berhasil, atau dari 5  sumur dibor 1 
berhasil, maka jumlah maksimum sumur eksplorasi untuk membuktikannya 
adalah 5 sumur. Jadi, makin tinggi POS play, makin sedikit sumur 
eksplorasi dibutuhkan, sebaliknya makin rendah POS makin banyak sumur 
eksplorasi diperlukan untuk membuktikannya. Tentu dasar POS ini tak bisa 
berdiri sendiri, ia harus dipertimbangkan dari besarmya sumberdaya. 
Struktur yg dihitung punya sumberdaya 500 mmbo recoverable tetapi POS 10 
%, maka jangn meninggalkannya sebelum mengebor maksimum 10 sumur. Namun 
ini perhitungan sederhana saja sebab penentuan POS dan
 volumetrik pun jelas bisa meleset. Akhirnya, belajarlah dari sumur2 
kering, agar selanjutnya bisa lebih baik. Kegagalan dalam eksplorasi akan 
tetap bermnfaat, khususnya di wilayah frontier.

Salam,
Awang

Pada Rab, 28 Apr 2010 11:56 ICT Rovicky Dwi Putrohari menulis:

2010/4/27 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Semangat ! Banyak lapangan besar dan raksasa di Indonesia ditemukan 
bukan
 dengan satu dua sumur eksplorasi, tetapi baru ditemukan oleh lebih dari 
lima
 sumur eksplorasi.


Yaps stuju bangget !!!

Jumlah sumur yg diperlukan mengetest
Play
http://rovicky.wordpress.com/2006/07/04/jumlah-sumur-yg-diperlukan-mengetest-play/

Posted on 4 Juli 2006 by Rovicky |
http://rovicky.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=69action=edit
 Rate This

[image: Quantcast]


[image: Dont Missed
!]http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/dont-missed.jpgTentunya
kita tidak dapat selamanya mengejar sebuah kemungkinan adanya jebakan 
dalam
sebuah rangkaian jebakan *(play fairway)*. Ada kalanya kita harus
meninggalkan.
* As an explorationist we have to know when to pursue the prospects, and
when to quit.*

Nah tentunya ada perhitungannya.
Berapa jumlah sumur yg diperlukan untuk meyakinkan bahwa kita sudah
mengetest sebuah “Play fairway” ? Boleh jadi konseptual Play fairway itu
benar (sukses dan *discovery*) ataupun gagal (*failed and dry*).
Tentunya tergantung dari “geological risk” dari play itu sendiri. Nah 
kalau
saja risknya POS (Possiblity of Success) suatu Play adalah 20%, maka 
berapa
jumlah sumur yg diperlukan utk meningkatkan keyakinan hingga “*Pretty 
Sure*”
(70%) atau “*Very Sure*” (95%) ?

Ada yg tahu ?
 http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/number-of-wells.jpg

Jumlah sumur yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya minyak dalam 
satu
play concept

*answer ?*
Pendekatan statistik dapat dilakukan untuk menghitung jumlah sumur yg
diperlukan utk “meyakinkan”. Tergantung berapa nilai yakin yang kita
inginkan. Saya memberi contoh seandainya kita sebut “*pretty sure*” 
sebagai
70% yakin dan “*very sure*” adalah 90% yakin.
* POS* adalah *Probability of success* = 1-Risk

Pendekatan statistik ini akan menunjukkan jumlah sumur lebih banyak yg
diperlukan untuk memberikan keyakinan “*failed*” sebelum angkat kaki dari
daerah tersebut.

Mengapa ?
Pendekatan

RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-28 Terurut Topik M-Adam . CEPI
Pak Doddy,

Memang definisi PoS berbeda-beda, ditempat saya PoS geologi lebih sering 
(walaupun tidak selalu) dikaitkan dengan kemungkinan untuk menemukan 
cadangan paling tidak mode. Karena  nilai mode adalah nilai best guess 
dari data dan proses evaluasi prospek yang kita lakukan. Jadi penilaian 
subyektivitas parameter kita adalah terhadap nilai best guess tersebut. 

Agak aneh memang, walaupun dalam eksplorasi teman-teman produksi dan 
ekonomi kadang-kadang terlibat. Karena filosofinya setiap sumur eksplorasi 
,kalau sukses, akan diikuti oleh proses berikutnya (ke-ekonomian, strategi 
development dst). Jadi objective kita bukan menemukan minyak/gas tapi 
menemukan cadangan yang cukup untuk diproduksi dalam time frame ekonomi 
Saya setuju kadang-kadang dengan filosofi seperti itu kita agak sulit 
bergerak.

salam

cp




Doddy Suryanto dod...@pttep.com 
28/04/2010 12:29
Please respond to
iagi-net@iagi.or.id


To
iagi-net@iagi.or.id
cc

Subject
RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar






Pak Cepi,

Kalo membaca uraian email dari bapak dibawah sepertinya artian POS
adalah mendapatkan cadangan sebesar paling tidak mode.

POS disini apakah POS geologi atau komersial atau ekonomik?

Sependek pengetahuan saya soal POS geologi, setiap kumpeni sepertinya
mempunyai pengertian yang berbeda soal ini.

Ada yang menganggap POS geologi sebagai kemungkinan untuk mendapatkan
cadangan yang terkecil (P99?).

Ada juga yang menganggap POS geologi sebagai kemungkinan untuk
mendapatkan 1 barel minyak.

Ada juga yang menganggap setetes minyak.

Untuk ekonomik suatu sumur atau bahkan proyek, POS geologi ini hanyalah
angka awal untuk mendapatkan POS yang lebih berarti seperti POS
komersial atau ekonomik.

Tapi menurut hemat saya definisi POS geologi sebagai kemungkinan untuk
mendapatkan cadangan sebesar paling tidak mode adalah terlalu
OPTIMISTIS..

Jadi POS yang manakah yang kita diskusikan ini?

 

Salam,

-doddy-

 

-Original Message-
From: m-adam.c...@total.com [mailto:m-adam.c...@total.com] 
Sent: Wednesday, 28 April, 2010 6:05 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: fo...@hagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on
North Makassar

 

Saya sedikit berbeda pendapat dengan Pak Awang mengenai PoS. Saya tidak 

melihatnya secara statistik frequensial seperti yang diutarakan Pak
Awang 

dimana PoS 20 % diartikan dari 5 sumur yang dibor minimal akan ada satu 

sumur sukses. Karena setiap sumur pasti mempunyai nilai PoS sendiri yang


dibangun dari data, asumsi, knowledge dan resiko yang kita identifikasi.


 

Saya lebih mengartikan PoS 20 % adalah probabilitas sumur tersebut 

menemukan reservoir dengan parameter yang kita prediksi dan 20 % 

kemungkinan membuktikan cadangan dalam range paling tidak mode kalau
sumur 

itu sukses. Sementara rasio keberhasilan sumur itu sendiri bagi saya 

tetaplah biner (dry or discovery).

 

Pengartian seperti diatas sedikit tidak relevan bila kita akan membor 

sumur dengan nilai PoS 70 % di lapangan Sisi-Nubi misalnya yang sudah
ada 

banyak sumur. Kita tidak bisa bilang bahwa dari 10 sumur yang akan dibor
7 

akan sukses. Secara intuitive saja kita bisa menduga bahwa sumur
tersebut 

akan menemukan cadangan (discovery) dan secara statistik sumur yang
sudah 

dibor di field tersebut rasio kesuksesan adalah 100 %. 

 

Mungkin definisi PoS saya tidak seperti yang dimaksud Pak Awang. Kalau 

penegrtian PoS seperti apa yang saya maksudkan, saya tidak yakin bisa 

meyakinkan Pak Noor untuk membor sumur yang kelima (PoS 20%) di
deepwater 

Makassar (dengan cost 50 juta) misalnya dimana empat sumur sebelumnya
dry. 

Lagipula tidak terlalu sehat untuk karir eksplorasi kita  : - )

 

Salam

 

cp

 

 

 

 

Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com 

28/04/2010 08:39

Please respond to

iagi-net@iagi.or.id

 

 

To

iagi-net@iagi.or.id

cc

fo...@hagi.or.id

Subject

Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

 

 

 

 

 

 

Geologi yang memang akan menentukan suatu play itu masih harus terus 

dikerjakan atau segera ditinggalkan saja. Tetapi, dalam hal risiko, 

statistik sudah bermain, dan manajemen banyak membuat keputusan 

berdasarkan statistik. Hubungan antara berapa banyak pantasnya sumur
dibor 

untuk pembuktian play ditentukan oleh POS-nya sendiri. Bila POS-nya 20
%, 

artinya dari 10 sumur dibor 2 akan berhasil, atau dari 5  sumur dibor 1 

berhasil, maka jumlah maksimum sumur eksplorasi untuk membuktikannya 

adalah 5 sumur. Jadi, makin tinggi POS play, makin sedikit sumur 

eksplorasi dibutuhkan, sebaliknya makin rendah POS makin banyak sumur 

eksplorasi diperlukan untuk membuktikannya. Tentu dasar POS ini tak bisa


berdiri sendiri, ia harus dipertimbangkan dari besarmya sumberdaya. 

Struktur yg dihitung punya sumberdaya 500 mmbo recoverable tetapi POS 10


%, maka jangn meninggalkannya sebelum mengebor maksimum 10 sumur. Namun 

ini perhitungan sederhana

RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-28 Terurut Topik Doddy Suryanto
Pak Cepi,

Best guess pun tiap kumpeni juga mempunyai cara pandang yang berbeda.

Ada yang memakai mode seperti tempat bapak bekerja, ada yang memakai
P50, dan ada juga yang memakai mean.

Menurut hemat saya, POS geologi lebih dikaitkan dengan risk yang dalam
hal ini POS=1-risk.

Sedangkan besaran cadangan lebih banyak dikaitkan dengan uncertainty. 

Sebagai contohnya adalah besarnya volumetrik dari suatu cadangan yang
salah satunya dipengaruhi oleh kolom hidrokarbon.

Kolom hidrokarbon ini adalah salah satu faktor uncertainty dalam
perhitungan cadangan (kecuali kalo menemukan kontak)dan bukan sebagai
risk.

Jadi saya lebih berfikir POS dikaitkan dengan kesuksesan semua petroleum
system bekerja untuk menangkap hidrokarbon tanpa harus dikaitkan dengan
berapa besar hidrokarbon yang terperangkap.

Setelah itu barulah POS komersial atau ekonomik yang berperan dalam
penentuan keputusan untuk mengebor atau tidak.

Kecuali kalau NPV yang dihitung telah memasukkan biaya-biaya facility
dan produksi dengan asumsi sumur menemukan cadangan yang cukup untuk
diproduksi.

Kalau kasusnya di development sedikit lebih sederhana karena kadang
hanya memasukkan biaya completion saja tanpa harus memasukkan biaya
facility yang biasanya telah ditanggung oleh sumur eksplorasi.

Kemudian soal POS yang tidak dilihat secara statistik, bukannya mode
adalah salah satu term yang ada di statistik? Dimana mode adalah nilai
yang sering keluar dalam suatu data statistik?

 

Salam,

-doddy-

  

 

-Original Message-
From: m-adam.c...@total.com [mailto:m-adam.c...@total.com] 
Sent: Wednesday, 28 April, 2010 7:48 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on
North Makassar

 

Pak Doddy,

 

Memang definisi PoS berbeda-beda, ditempat saya PoS geologi lebih sering


(walaupun tidak selalu) dikaitkan dengan kemungkinan untuk menemukan 

cadangan paling tidak mode. Karena  nilai mode adalah nilai best
guess 

dari data dan proses evaluasi prospek yang kita lakukan. Jadi penilaian 

subyektivitas parameter kita adalah terhadap nilai best guess
tersebut. 

 

Agak aneh memang, walaupun dalam eksplorasi teman-teman produksi dan 

ekonomi kadang-kadang terlibat. Karena filosofinya setiap sumur
eksplorasi 

,kalau sukses, akan diikuti oleh proses berikutnya (ke-ekonomian,
strategi 

development dst). Jadi objective kita bukan menemukan minyak/gas tapi 

menemukan cadangan yang cukup untuk diproduksi dalam time frame
ekonomi 

Saya setuju kadang-kadang dengan filosofi seperti itu kita agak sulit 

bergerak.

 

salam

 

cp

 

 

 

 

Doddy Suryanto dod...@pttep.com 

28/04/2010 12:29

Please respond to

iagi-net@iagi.or.id

 

 

To

iagi-net@iagi.or.id

cc

 

Subject

RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North
Makassar

 

 

 

 

 

 

Pak Cepi,

 

Kalo membaca uraian email dari bapak dibawah sepertinya artian POS

adalah mendapatkan cadangan sebesar paling tidak mode.

 

POS disini apakah POS geologi atau komersial atau ekonomik?

 

Sependek pengetahuan saya soal POS geologi, setiap kumpeni sepertinya

mempunyai pengertian yang berbeda soal ini.

 

Ada yang menganggap POS geologi sebagai kemungkinan untuk mendapatkan

cadangan yang terkecil (P99?).

 

Ada juga yang menganggap POS geologi sebagai kemungkinan untuk

mendapatkan 1 barel minyak.

 

Ada juga yang menganggap setetes minyak.

 

Untuk ekonomik suatu sumur atau bahkan proyek, POS geologi ini hanyalah

angka awal untuk mendapatkan POS yang lebih berarti seperti POS

komersial atau ekonomik.

 

Tapi menurut hemat saya definisi POS geologi sebagai kemungkinan untuk

mendapatkan cadangan sebesar paling tidak mode adalah terlalu

OPTIMISTIS..

 

Jadi POS yang manakah yang kita diskusikan ini?

 

 

 

Salam,

 

-doddy-

 

 

 

-Original Message-

From: m-adam.c...@total.com [mailto:m-adam.c...@total.com] 

Sent: Wednesday, 28 April, 2010 6:05 PM

To: iagi-net@iagi.or.id

Cc: fo...@hagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id

Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on

North Makassar

 

 

 

Saya sedikit berbeda pendapat dengan Pak Awang mengenai PoS. Saya tidak 

 

melihatnya secara statistik frequensial seperti yang diutarakan Pak

Awang 

 

dimana PoS 20 % diartikan dari 5 sumur yang dibor minimal akan ada satu 

 

sumur sukses. Karena setiap sumur pasti mempunyai nilai PoS sendiri yang

 

 

dibangun dari data, asumsi, knowledge dan resiko yang kita identifikasi.

 

 

 

 

Saya lebih mengartikan PoS 20 % adalah probabilitas sumur tersebut 

 

menemukan reservoir dengan parameter yang kita prediksi dan 20 % 

 

kemungkinan membuktikan cadangan dalam range paling tidak mode kalau

sumur 

 

itu sukses. Sementara rasio keberhasilan sumur itu sendiri bagi saya 

 

tetaplah biner (dry or discovery).

 

 

 

Pengartian seperti diatas sedikit tidak relevan bila kita akan membor 

 

sumur dengan nilai PoS 70 % di lapangan Sisi-Nubi misalnya yang sudah

ada

Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-27 Terurut Topik MINARWAN
Pak Kuntadi,

Kris-1 berada di South Makassar Basin, di blok Mandar. Informasi yang
beredar menyebutkan bahwa rig masih berada di posisi sumur ini dan
sekarang sedang membuat sidetrack. Demikian menurut IHSEnergy.

Jadi, belum tentu gagal, mungkin hanya belum mencapai target saja.

Salam
mnw

2010/4/27 Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com:
 Temans,

 Saya dengar Kris-1 nya EMOI di North Makasar PA lagi seperti 2 well
 mereka terdahulu ya?
 Apakah play nya sama dengan yang terdahulu di North Makassar basin?

 Semoga teman2 kumpenis yg masih menunggu giliran ngebor tetap semangat
 nih di North Makassar basin.
 Saya masih penasaran dengan South Makassar nya nih, kapan ya ada yang
 ngebor dlm waktu dekat?



-- 
- when one teaches, two learn -
http://www.geotutor.tk
http://www.linkedin.com/in/minarwan


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-27 Terurut Topik Kuntadi, Nugrahanto
Terima kasih Pak Minarwan atas infonya - insyaa Allah masih ada harapan untuk 
bangsa ini mendapatkan temuan yang bermanfaat, aamiin.

Pak Awang, terima kasih juga atas koreksinya tentang lokasi Mandar PSC yg 
seyogyanya berada di bagian utara timur laut South Makassar Basin.  Saya 
sependapat bahwa banyak sekali contoh penemuan besar yang didahului oleh 
beberapa kesuksesan yang tertunda yaitu melalui sumur-sumur kering yang 
tentunya telah menambah data points utk melakukan evaluasi lebih lanjut dari 
potensi cekungan dimaksud.

BTW secara tektonostratigrafi, karena berada di selatan Adang Fault system 
apakah saya boleh mengatakan bahwa South Makassar basin memiliki potensi 
hidrokarbon yang lebih mirip dengan cekungan2 berproduksi di Jawa Timur?  
Sehingga kemungkinan terdapatnya rift basins klasik yg umum dijumpai di 
cekungan2 Jawa Timur, maka di South Makassar basin lebih tinggi kemungkinannya 
bila dibandingkan dengan cekungan yang berada di North Makassar?  Artinya 
pendekatan eksplorasi lanjut dapat lebih disesuaikan untuk mengambil 
analog-analog sukses yang lebih mirip ketimbang misalnya memaksakan analog2 
sukses dari daerah yg secara paleomorphology / tectonic berbeda.

Kita ambil contoh sederhana bila memang rift basins terindikasi pada sumur2 yg 
telah dibor ini, atau maupun dari data seismik yang baru, maka melakukan 
eksplorasi lanjut ke daerah flexural margin dari setiap rift2 utama yg 
diharapkan menjadi matured kitchens mungkin dapat memberikan hasil yang lebih 
baik.  First-trap definition di depan matured kitchen merupakan suatu 
keniscayaan yg seyogyanya di test terlebih dahulu, ketimbang struktur/perangkap 
yang lebih besar tetapi berpotensi terhalang dari arah migrasi hidrokarbon dari 
arah kitchen, misal sayap terluar dari flexure margin yg berpotensi terhalang 
banyaknya patahan antithethics dari major bounding rift/fault, ataupun membor 
struktur besar di foot-wall-fault block adjacent to the major bounding 
fault/rift system.

Just two cents.

Salam hormat,
Kuntadi

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, April 27, 2010 11:26 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI
Subject: Bls: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

Kuntadi,
 
Dua sumur yang dibor EMOI terakhir (Sultan-1 dan Kris-1) berlokasi di WK 
Mandar, termasuk ke dalam South Makassar Basin bagian utara timurlaut. Sumur 
pertama EMOI di Selat Makassar adalah Rangkong-1 di WK Surumana, North Makassar 
Basin. Ketiga sumur PA, EMOI belum beruntung meskipun segala pendekatan ilmiah 
telah dilakukan. Selalu ada sisi-sisi yang tak bisa didekati atau diantisipasi.
 
Selat Makassar sangat menarik secara geologi, tetapi tantangan eksplorasi dan 
operasi di wilayah ini besar. Paling tidak, record sumur eksplorasi dengan laut 
terdalam dan termahal di Indonesia saat ini dipegang oleh Rangkong-1 (kedalaman 
laut sekitar 2300 meter). 
 
Dalam dua tahun ke depan akan ada 12 sumur eksplorasi dibor di sepanjang Selat 
Makassar offshore West dan South Sulawesi. Kegagalan yang ada tidak mematikan 
petroleum system di wilayah ini sebab kegagalan2 tersebut lebih bersifat lokal, 
bukan regional. Jadi, mestinya para operator lainnya yang siap mengebor sumur2 
komitmennya mestinya tetap semangat. Semangat ! Banyak lapangan besar dan 
raksasa di Indonesia ditemukan bukan dengan satu dua sumur eksplorasi, tetapi 
baru ditemukan oleh lebih dari lima sumur eksplorasi.
 
Paleogene build up reefs on horst block dan synrift sequence within graben 
(keduanya bukti bahwa Makassar Strait ex rifting di 
area Kalimantan-Sulawesi), serta fold-thrust belt Neogene di sisi barat 
Sulawesi adalah plays yang menantang di wilayah ini. 
 
Selamat mengeksplorasi wilayah frontier deepwater nan menarik ini. Saya pribadi 
di BPMIGAS akan mendukung usaha2 eksplorasi semacam ini.
 
salam,
Awang
 

--- Pada Sel, 27/4/10, Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com 
menulis:


Dari: Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com
Judul: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 27 April, 2010, 8:59 AM


Temans,

Saya dengar Kris-1 nya EMOI di North Makasar PA lagi seperti 2 well mereka 
terdahulu ya?
Apakah play nya sama dengan yang terdahulu di North Makassar basin?

Semoga teman2 kumpenis yg masih menunggu giliran ngebor tetap semangat nih di 
North Makassar basin.
Saya masih penasaran dengan South Makassar nya nih, kapan ya ada yang ngebor 
dlm waktu dekat?


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010

RE: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-27 Terurut Topik Ferry Bastaman Hakim

Mas Kuntadi,

Sebenarnya keberadaan petroleum system di SMB sudah terbukti dengan adanya 
beberapa discovery wells baik oil maupun gas. Makassar Strait-1 di blok Sebuku 
dan Pelangi-1 memiliki akumulasi gas yang cukup signifikan. Pangkat-1 juga 
mendapatkan oil, walaupun sangat waxy.
Sayangnya, kebanyakan well di bor pada tinggian sehingga belum ada yang secara 
langsung mendapatkan syn rift sequence. Tetapi dari penampang seismic jelas 
terlihat konfigurasi rift basin dengan graben2 yang diisi syn rift sedimen 
sangat tebal dan cukup mature utk men-generasi hidrokarbon. Apalagi dengan heat 
flow rate yang cukup tinggi di daerah ini.

Mungkin itulah alasan kebanyakan well di tes pada struktur dan perangkap2 yang 
besar dibanding first-trap definition yg valid di dekat matured kitchen. 
Tentunya alasan lain adalah utk mendapatkan positive keekonomian dari resource 
yg lebih besar utk mengkompensasi well cost yang tinggi.

Salam
Ferry

-Original Message-
From: Kuntadi, Nugrahanto [mailto:kuntadi.nugraha...@se1.bp.com] 
Sent: Wednesday, April 28, 2010 8:36 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI
Subject: RE: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

Terima kasih Pak Minarwan atas infonya - insyaa Allah masih ada harapan untuk 
bangsa ini mendapatkan temuan yang bermanfaat, aamiin.

Pak Awang, terima kasih juga atas koreksinya tentang lokasi Mandar PSC yg 
seyogyanya berada di bagian utara timur laut South Makassar Basin.  Saya 
sependapat bahwa banyak sekali contoh penemuan besar yang didahului oleh 
beberapa kesuksesan yang tertunda yaitu melalui sumur-sumur kering yang 
tentunya telah menambah data points utk melakukan evaluasi lebih lanjut dari 
potensi cekungan dimaksud.

BTW secara tektonostratigrafi, karena berada di selatan Adang Fault system 
apakah saya boleh mengatakan bahwa South Makassar basin memiliki potensi 
hidrokarbon yang lebih mirip dengan cekungan2 berproduksi di Jawa Timur?  
Sehingga kemungkinan terdapatnya rift basins klasik yg umum dijumpai di 
cekungan2 Jawa Timur, maka di South Makassar basin lebih tinggi kemungkinannya 
bila dibandingkan dengan cekungan yang berada di North Makassar?  Artinya 
pendekatan eksplorasi lanjut dapat lebih disesuaikan untuk mengambil 
analog-analog sukses yang lebih mirip ketimbang misalnya memaksakan analog2 
sukses dari daerah yg secara paleomorphology / tectonic berbeda.

Kita ambil contoh sederhana bila memang rift basins terindikasi pada sumur2 yg 
telah dibor ini, atau maupun dari data seismik yang baru, maka melakukan 
eksplorasi lanjut ke daerah flexural margin dari setiap rift2 utama yg 
diharapkan menjadi matured kitchens mungkin dapat memberikan hasil yang lebih 
baik.  First-trap definition di depan matured kitchen merupakan suatu 
keniscayaan yg seyogyanya di test terlebih dahulu, ketimbang struktur/perangkap 
yang lebih besar tetapi berpotensi terhalang dari arah migrasi hidrokarbon dari 
arah kitchen, misal sayap terluar dari flexure margin yg berpotensi terhalang 
banyaknya patahan antithethics dari major bounding rift/fault, ataupun membor 
struktur besar di foot-wall-fault block adjacent to the major bounding 
fault/rift system.

Just two cents.

Salam hormat,
Kuntadi

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, April 27, 2010 11:26 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI
Subject: Bls: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

Kuntadi,
 
Dua sumur yang dibor EMOI terakhir (Sultan-1 dan Kris-1) berlokasi di WK 
Mandar, termasuk ke dalam South Makassar Basin bagian utara timurlaut. Sumur 
pertama EMOI di Selat Makassar adalah Rangkong-1 di WK Surumana, North Makassar 
Basin. Ketiga sumur PA, EMOI belum beruntung meskipun segala pendekatan ilmiah 
telah dilakukan. Selalu ada sisi-sisi yang tak bisa didekati atau diantisipasi.
 
Selat Makassar sangat menarik secara geologi, tetapi tantangan eksplorasi dan 
operasi di wilayah ini besar. Paling tidak, record sumur eksplorasi dengan laut 
terdalam dan termahal di Indonesia saat ini dipegang oleh Rangkong-1 (kedalaman 
laut sekitar 2300 meter). 
 
Dalam dua tahun ke depan akan ada 12 sumur eksplorasi dibor di sepanjang Selat 
Makassar offshore West dan South Sulawesi. Kegagalan yang ada tidak mematikan 
petroleum system di wilayah ini sebab kegagalan2 tersebut lebih bersifat lokal, 
bukan regional. Jadi, mestinya para operator lainnya yang siap mengebor sumur2 
komitmennya mestinya tetap semangat. Semangat ! Banyak lapangan besar dan 
raksasa di Indonesia ditemukan bukan dengan satu dua sumur eksplorasi, tetapi 
baru ditemukan oleh lebih dari lima sumur eksplorasi.
 
Paleogene build up reefs on horst block dan synrift sequence within graben 
(keduanya bukti bahwa Makassar Strait ex rifting di 
area Kalimantan-Sulawesi), serta fold-thrust belt Neogene di sisi barat 
Sulawesi adalah plays yang menantang di wilayah ini. 
 
Selamat mengeksplorasi wilayah frontier deepwater nan menarik ini. Saya

Bls: RE: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-27 Terurut Topik Awang Satyana
Beberapa pemikiran menyebutkan bahwa rifting Makassar Strait berpengaruh kepada 
rifting East Java Basin pada Paleogen. South Makassar Basin dan East Java Basin 
pun terjadi di tepi timur dan tenggara Sundaland. Horst dan graben di East Java 
Basin seperti JS-1 Ridge, Central Deep, North Madura Platform dsb. mungkin saja 
terhubung ke pembukaan South Makassar Basin.

Para operator di South Makassar Basin pun telah mengetahui ini dan proven play 
types di East Java Basin telah dicobakan di South Makassar Basin. Secara 
tektonik, kedua cekungan ini bisa sama, tetapi secara detail petroleum system 
belum tentu sama. Kegagalan kemarin kebetulan tak berhubungan dengan masalah 
migrasi atau charging, posisi sumur2 sudah diposisikan  akan menampung  
charging. Tetapi, akumulasi hidrokarbon akan terjadi melalui banyak syarat 
unsur2 dan proses2 petroleum system.

Salam,
Awang

Pada Rab, 28 Apr 2010 08:36 ICT Kuntadi, Nugrahanto menulis:

Terima kasih Pak Minarwan atas infonya - insyaa Allah masih ada harapan untuk 
bangsa ini mendapatkan temuan yang bermanfaat, aamiin.

Pak Awang, terima kasih juga atas koreksinya tentang lokasi Mandar PSC yg 
seyogyanya berada di bagian utara timur laut South Makassar Basin.  Saya 
sependapat bahwa banyak sekali contoh penemuan besar yang didahului oleh 
beberapa kesuksesan yang tertunda yaitu melalui sumur-sumur kering yang 
tentunya telah menambah data points utk melakukan evaluasi lebih lanjut dari 
potensi cekungan dimaksud.

BTW secara tektonostratigrafi, karena berada di selatan Adang Fault system 
apakah saya boleh mengatakan bahwa South Makassar basin memiliki potensi 
hidrokarbon yang lebih mirip dengan cekungan2 berproduksi di Jawa Timur?  
Sehingga kemungkinan terdapatnya rift basins klasik yg umum dijumpai di 
cekungan2 Jawa Timur, maka di South Makassar basin lebih tinggi kemungkinannya 
bila dibandingkan dengan cekungan yang berada di North Makassar?  Artinya 
pendekatan eksplorasi lanjut dapat lebih disesuaikan untuk mengambil 
analog-analog sukses yang lebih mirip ketimbang misalnya memaksakan analog2 
sukses dari daerah yg secara paleomorphology / tectonic berbeda.

Kita ambil contoh sederhana bila memang rift basins terindikasi pada sumur2 yg 
telah dibor ini, atau maupun dari data seismik yang baru, maka melakukan 
eksplorasi lanjut ke daerah flexural margin dari setiap rift2 utama yg 
diharapkan menjadi matured kitchens mungkin dapat memberikan hasil yang lebih 
baik.  First-trap definition di depan matured kitchen merupakan suatu 
keniscayaan yg seyogyanya di test terlebih dahulu, ketimbang 
struktur/perangkap yang lebih besar tetapi berpotensi terhalang dari arah 
migrasi hidrokarbon dari arah kitchen, misal sayap terluar dari flexure margin 
yg berpotensi terhalang banyaknya patahan antithethics dari major bounding 
rift/fault, ataupun membor struktur besar di foot-wall-fault block adjacent to 
the major bounding fault/rift system.

Just two cents.

Salam hormat,
Kuntadi

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, April 27, 2010 11:26 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI
Subject: Bls: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

Kuntadi,
 
Dua sumur yang dibor EMOI terakhir (Sultan-1 dan Kris-1) berlokasi di WK 
Mandar, termasuk ke dalam South Makassar Basin bagian utara timurlaut. Sumur 
pertama EMOI di Selat Makassar adalah Rangkong-1 di WK Surumana, North 
Makassar Basin. Ketiga sumur PA, EMOI belum beruntung meskipun segala 
pendekatan ilmiah telah dilakukan. Selalu ada sisi-sisi yang tak bisa didekati 
atau diantisipasi.
 
Selat Makassar sangat menarik secara geologi, tetapi tantangan eksplorasi dan 
operasi di wilayah ini besar. Paling tidak, record sumur eksplorasi dengan 
laut terdalam dan termahal di Indonesia saat ini dipegang oleh 
Rangkong-1 (kedalaman laut sekitar 2300 meter). 
 
Dalam dua tahun ke depan akan ada 12 sumur eksplorasi dibor di sepanjang Selat 
Makassar offshore West dan South Sulawesi. Kegagalan yang ada tidak mematikan 
petroleum system di wilayah ini sebab kegagalan2 tersebut lebih bersifat 
lokal, bukan regional. Jadi, mestinya para operator lainnya yang siap mengebor 
sumur2 komitmennya mestinya tetap semangat. Semangat ! Banyak lapangan besar 
dan raksasa di Indonesia ditemukan bukan dengan satu dua sumur eksplorasi, 
tetapi baru ditemukan oleh lebih dari lima sumur eksplorasi.
 
Paleogene build up reefs on horst block dan synrift sequence within graben 
(keduanya bukti bahwa Makassar Strait ex rifting di 
area Kalimantan-Sulawesi), serta fold-thrust belt Neogene di sisi barat 
Sulawesi adalah plays yang menantang di wilayah ini. 
 
Selamat mengeksplorasi wilayah frontier deepwater nan menarik ini. Saya 
pribadi di BPMIGAS akan mendukung usaha2 eksplorasi semacam ini.
 
salam,
Awang
 

--- Pada Sel, 27/4/10, Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com 
menulis:


Dari: Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com
Judul: [iagi-net-l] Another 

Re: [iagi-net-l] Another dissapointing results on North Makassar

2010-04-27 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2010/4/27 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Semangat ! Banyak lapangan besar dan raksasa di Indonesia ditemukan bukan
 dengan satu dua sumur eksplorasi, tetapi baru ditemukan oleh lebih dari lima
 sumur eksplorasi.


Yaps stuju bangget !!!

Jumlah sumur yg diperlukan mengetest
Playhttp://rovicky.wordpress.com/2006/07/04/jumlah-sumur-yg-diperlukan-mengetest-play/
Posted on 4 Juli 2006 by Rovicky |
http://rovicky.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=69action=edit
 Rate This

[image: Quantcast]


[image: Dont Missed
!]http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/dont-missed.jpgTentunya
kita tidak dapat selamanya mengejar sebuah kemungkinan adanya jebakan dalam
sebuah rangkaian jebakan *(play fairway)*. Ada kalanya kita harus
meninggalkan.
* As an explorationist we have to know when to pursue the prospects, and
when to quit.*

Nah tentunya ada perhitungannya.
Berapa jumlah sumur yg diperlukan untuk meyakinkan bahwa kita sudah
mengetest sebuah “Play fairway” ? Boleh jadi konseptual Play fairway itu
benar (sukses dan *discovery*) ataupun gagal (*failed and dry*).
Tentunya tergantung dari “geological risk” dari play itu sendiri. Nah kalau
saja risknya POS (Possiblity of Success) suatu Play adalah 20%, maka berapa
jumlah sumur yg diperlukan utk meningkatkan keyakinan hingga “*Pretty Sure*”
(70%) atau “*Very Sure*” (95%) ?

Ada yg tahu ?
 http://rovicky.files.wordpress.com/2006/07/number-of-wells.jpg

Jumlah sumur yang diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya minyak dalam satu
play concept

*answer ?*
Pendekatan statistik dapat dilakukan untuk menghitung jumlah sumur yg
diperlukan utk “meyakinkan”. Tergantung berapa nilai yakin yang kita
inginkan. Saya memberi contoh seandainya kita sebut “*pretty sure*” sebagai
70% yakin dan “*very sure*” adalah 90% yakin.
* POS* adalah *Probability of success* = 1-Risk

Pendekatan statistik ini akan menunjukkan jumlah sumur lebih banyak yg
diperlukan untuk memberikan keyakinan “*failed*” sebelum angkat kaki dari
daerah tersebut.

Mengapa ?
Pendekatan statistik ini tentunya akan jauh berbeda dengan pendekatan
deterministik. Misalnya kita langsung drill *source rock*nya, dan seandainya
dijumpai *source rock* yg tidak matang atau tidak ada sama sekali maka akan
dikatakan “*very sure*” hanya dengan satu sumur saja. Atau kalau tidak ada
reservoir sama sekali kita bisa langsung mengubah nilai *propability of
success (POS*). Dimana probabilitas selanjutnya akan menjadikan patokan
sumur berikutnya. Itulah sebabnya semua kegiatan eksplorasi migas tidak
melulu dilakukan berdasarkan atas pertimbangan probabilitas yang akan
mengesankan judi. Dan pada kenyataannya di Indonesia ini secara statistik
memiliki nilai kesuksesan eksplorasi diatas 10%, seperti yg ditulis
sebelumnya disini.

Dan disinilah peran geologist atau explorationist mengurangi jumlah sumur yg
diperlukan seorang gambler. Geologist (explorationist) mengurangi jumlah
sumur yg diperlukan sesuai dengan kaidah ilmiah akademis.

hef e nais dey

*Note : Saya mendapatkan ilmu ini ketika belajar atau “ngenger” di Shell
Brunei.*

 DIarsipkan di bawah: Energi http://id.wordpress.com/tag/energi/,
Explorations http://id.wordpress.com/tag/explorations/
 rdp

-- 
You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to do it
any way ... not just discuss it in the hall way.