Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
termasuk masalah rekomendasi dari BKPM yang harus diperoleh oleh calon investor untuk mendirikan pabrik pengolahan dengan melampirkan salah satu rekomendasi apakah dari Departemen Perindustrian atau Departemen ESDM. Mungkin ada kasus dari lapangan dimana pemilik IUP sudah mendapat rekomendasi dari Departemen ESDM yang harus ditutup oleh Departemen Perindustrian karena belum mendapat izin dari Perindustrian. Semoga masalah siapa yang lebih berwenang untuk memberikan rekomendasi izin pendirian smelter ini dapat diselesaikan oleh pemerintah tertinggi dalam hal ini Presiden terpilih kita sekarang ini. 2014-09-20 12:27 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: Mas Daru, Memang pengelolaan pertambangan di Indonesia bisa dilihat dengan beberapa aspek, antara lain : · Up stream (natural resources) · Mid stream (process plant) · Down stream (application) Bagi *perusahaan besar* yang memiliki “*Technology, human resources and financial*” akan lebih mudah mengambil peran di seluruh aspek tersebut di atas. Namun, tidak banyak perusahaan pertambangan yang memiliki kemampuan tersebut. Setahu saya hal yang penting bagi pemerintah indonesia adalah : usaha pertambangan harus memberikan nilai positip bagi nusa dan bangsa baik secara ekonomi, sosial, lingkungan dan bahkan pertahanan. Usaha pertambangan harus dikelola sesuai dengan kaidah hukum dan peraturan yang berlaku secara konsisiten, konsekwen dan berkelanjutan. Oleh karena itu, bagi kita (warga IAGI) selayaknya mengambil peran serta (sesuai dengan tanggung profesional) untuk mendukung program pemerintah tersebut. Mengenai hiruk-pikuknya program pemerintah yang mewajibkan perusahaan pemegang KK/IUP untuk membangun smelter, bisa kita cermati bahwa semenjak UU no 4 2009 diberlakukan tidak banyak perusahaan pertambangan yang memberikan respon bahkan menyusun “business plan” baru. Namun, setelah lima (5) tahun sesuai dengan UU no 4 th 2009 tersebut mulai efektif dan ditindak lajuti program pemerintah Indonesia (ESDM Dit Jend Minerba) menerbitkan “PP no 1 th 2014” sebagai implementasinya, mendadak banyak perusahaan tambang tergagap dan terkejut. Betul bahwa pemilihan teknologi untuk smelting plant sangat berkaitan dengan “raw material” yang akan diproses, namun sebetulnya secara business pembangunan “smelting plant” tetap bisa diperhitungkan untuk mencapai nilai ke-ekonomiannya. Jika kontribusi pasokan listrik sangat sensitip (50% s/d 65% dari komponen biaya) dan membutuhkan pembangkit listrik yang handal untuk meng-handle “extreme swing load” dari pola kerja “electrode”-nya smelting plant. Maka perlu dicari teknologi pembangkit “least cost”, misalnya hydro power plant atau coal fired power plant atau energi lain yang murah. Secara business, bisa dipertimbangkan bahwa pembangkit listrik (pemasok listrik) menjadi business entity yang terpisah dengan perusahaan pertambangannya. Ada entity baru sebagai : listrik swasta (IPP – Independent Power Producers) atau bikin anak perusahaan sebagai “captive power supplier” (Sekalipun juga dimungkinkan ada pasokan listrik dari PLN jika memiliki “reserve power margin” yang mencukupi). Idealnya memang ada dukungan dari pemerintah dalam pengadaan pasokan listrik ini. Namun, dibalik dari issue pembangunan smelting plant ini justru akan menjadi business opportunity baru di lingkungan pertambangan. Secara kalkulasi ekonomi, tidak perlu ditakutkan mengenai umur ijin pertambangan. Sebab apabila *investment cost* belum balik tapi ijin pertambangan sudah habis, justru bisa menjadi bargaining power untuk negosiasi guna memperpanjang perijinannya. Sekali lagi, sebagai GEOLOGIST tidak perlu takut dengan berbagai macam issue penutupan pertambangan hanya karena disebabkan oleh keharusan membangun smelting plant. Perusahaan pertambangan adalah “Foreign Direct Investment” yang tidak mudah untuk keluar dan meninggalkan usahanya yang telah berjalan di Indonesia. Semoga bisa menjadi spirit dan motivasi bagi GEOLOGIST di Indonesia. Salam, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *S. (Daru) Prihatmoko *Sent:* 20 September 2014 11:30 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Cc:* Mailist MGEI *Subject:* Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant “Kewajiban” membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian memang cukup pelik bagi baik perusahaan pemegang KK/ IUP maupun pemerintah sendiri. Selain yg dikemukakan kawan-kawan di bawah sana (pasokan listrik, umur tambang yg tidak match dng umur smelter, dsb), kesulitan lain secara teknis adalah tidak sembarang ore (walaupun komoditinya sama) bisa dimasukkan ke satu smelter. Yg saya tahu suatu smelter dibangun dan bisa dioperasikan untuk satu karakteristik tipe ore yg sama. Contohnya: walaupun sama-sama komoditi Cu, tapi kalau mineral pengotornya dan ikutannya berbeda jenis apalagi kadar nya, akan memerlukan spec smelter
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Mantaps Pak Haryo infonya jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia. 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com: Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita. Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri. Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah kita sendiri. Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK. Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com: Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesai terbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia . 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik. Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN. Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power) Salam, E. Bawa Santosa (Bekas Geologist) *Note : * *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling* · *Location : Natural Resources* · *Size of Natural resources (natural reserve)* · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)* · *Location : Smelting plant* · *Size of production capacity * · *Size of MW power plant to be required* · *And any others technical and commercial considerations* *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * tatzk...@gmail.com *Sent:* 19 September 2014 9:29 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Pak Jassin, Mantap
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Pak Kartiko,,Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,,Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana??Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap "EKSPLORASI" mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg "sudah menambang",Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh freeport or newmount d daerah timur Indonesia,,SalamTatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone.Tatzky Reza SetiawanGeologist+62 82136 125314+62 81294 037682 From: kartiko samodroSent: Friday, September 19, 2014 14:38To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plantMantaps Pak Haryo infonya jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun karena masalah smelter. Ini akan menjadibukti yang baik untuk memaksa perusahaan dengan produksibesar seperti freeport dan newmount untuk membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia. 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com: Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita. Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan "investasi ekstra" untuk membangun power plant sendiri. Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah kita sendiri. Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK. Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com: Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesaiterbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakinsetelahnyaakan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia . 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Mas Tatzky Coba dibaca pdf file dan email dari Pak Haryo Di situ jelas terlihat bahwa yang telah membuat smelter justru perusahaan perusahaan nasional yang tidak sebesar freeport atau new mount. Dan semakin banyak perusahaan nasional yang mampu membuat smelter sendiri dengan lokasi yang berbeda beda akan membantu perusahaan penambangan kecil memilih lokasi smelter yang dekat dengan lokasi penambangan mereka sehingga bisa menghemat biaya transportasinya. Mungkin kendala selanjutnya apakah perusahaan tambang yang tidak mempunyai smelter sendiri bisa menggunakan smelter milik perusahaan lainnya dan bagaimana perjanjian biaya dan komisinya. Tapi saya kira hal itu bukan hal yang sulit untuk dinegoisasikan karena tentunya perusahaan pemilik smelter juga senang bila ada tambahan pendapatan dari penyewaan smelter miliknya untuk mengolah bahan dasar dari perusahaan lain atau bahkan nantinya Indonesia bisa menjadi sentra smelter di kawasan regional. 2014-09-19 13:57 GMT+07:00 tatzk...@gmail.com: Pak Kartiko,, Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,, Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana?? Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg sudah menambang, Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh freeport or newmount d daerah timur Indonesia,, Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *kartiko samodro *Sent: *Friday, September 19, 2014 14:38 *To: *iagi-net@iagi.or.id *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Mantaps Pak Haryo infonya jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia. 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com: Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita. Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri. Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah kita sendiri. Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK. Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com: Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesai terbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia . 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: Dear all, Hanya sekedar
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Sebetulnya aturan untuk mengolah bahan tambang di DN ini kan sdh ada sejak diberlakukannya UU Minerba th 2009 lima tahun lalu , tentunya para pemegang IUP juga sdh tahu segala konsekwensinya kalau mau investasi di tambang sesuai aturan yg ada sekarangsejak mau mengajukan IUP dan akan melakukan kegiatannya , kalau ternyata nggak sanggup ya dicabut IUP nya, lha wong IUP ini ada juga krn adanya UU tsb Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: tatzk...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Fri, 19 Sep 2014 14:57:19 To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Pak Kartiko,, Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,, Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana?? Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg sudah menambang, Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh freeport or newmount d daerah timur Indonesia,, Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 From: kartiko samodro Sent: Friday, September 19, 2014 14:38 To: iagi-net@iagi.or.id Reply To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Mantaps Pak Haryo infonya jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia. 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com mailto:ipankge...@gmail.com : Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita. Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri. Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah kita sendiri. Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK. Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com mailto:kartiko.samo...@gmail.com : Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesai terbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia . 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id mailto:eba...@cbn.net.id : Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
EASY SAID THAN DONE, pak masalah cabut mencabut IUP tak semudah membalikkan tangan, karena waktu penerbitan semua IUP itu, para calon pemilik IUP harus menyetor sejumlah dana yang besarannya TST alias tau sama tau (di luar iuran-iuran yang harus disetor ke kas daerah). Dan sudah menjadi rahasia umum di dunia pertambangan adanya konsesi yang saling tumpah tindih. Akhirnya KPK bertindak dan segera ditindaklanjuti dengan menyeret para pemangku jabatan di masing-masing daerah. Banyak bupati sudah diproses dan masih ada yang akan menyusul. Mudah dikatakan, sulit dilaksanakan karena sang regulator pun biasanya mempunyai IUP-IUP juga yang mungkin diatasnamakan saudara dan handai taulannya. Masalah konsekuensi dari penerbitan IUP itu, yaitu para pemilik IUP itu harus berperan dalam menaikkan nilai tambah produk tambangnya juga sudah di-shock terapy oleh ESDM dengan menerbitkan Permen 7/2012 pada bulan Mei 2012 yang mengharuskan setiap pemilik IUP yang akan mengekspor bahan tambangnya harus terdaftar sebagai eksportir, dikenakan batasan kuota ekspor, menyerahkan blue print smelter, dan membuat pernyataan tidak akan ekspor raw material setelah diberlakukannya UU Minerba 4/2012. Pengurusan dokumen untuk mendapatkan kuota ekspor bahan mentah itu pun TIDAK GRATIS, meskipun di peraturannya memang tidak dicantumkan berapa BIAYAnya. Dan para pemegang IUP harus bolak balik dari Dep. ESDM, Dep. Perdagangan, sampai Dep. Keuangan. Sekali lagi, butuh kerja keras pemerintah juga untuk menertibkan pemilik-pemilik IUP kurang ajar sekaligus memberikan sanksi yang berefek jera bagi jajaran di pemerintahannya, sehingga kita bisa melihat good mining practice dan good cleaning goverment akan men-support green mining industry di negara kita tercinta. Haryo Pangaribowo 2014-09-19 14:46 GMT+07:00 lia...@indo.net.id: Sebetulnya aturan untuk mengolah bahan tambang di DN ini kan sdh ada sejak diberlakukannya UU Minerba th 2009 lima tahun lalu , tentunya para pemegang IUP juga sdh tahu segala konsekwensinya kalau mau investasi di tambang sesuai aturan yg ada sekarang sejak mau mengajukan IUP dan akan melakukan kegiatannya , kalau ternyata nggak sanggup ya dicabut IUP nya, lha wong IUP ini ada juga krn adanya UU tsb Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * tatzk...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Fri, 19 Sep 2014 14:57:19 +0800 *To: *iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Pak Kartiko,, Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,, Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana?? Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg sudah menambang, Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh freeport or newmount d daerah timur Indonesia,, Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *kartiko samodro *Sent: *Friday, September 19, 2014 14:38 *To: *iagi-net@iagi.or.id *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Mantaps Pak Haryo infonya jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia. 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com: Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita. Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri. Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Itulah mbulat mbuletnya di kita itu apalagi ada “TST “ tsb , makanya lagi lagi problemnya di masalah penegkaan hukumnya , kalau masih selalu “ tolernsi “ karena ini itu , ya nggak akan bakalan beres, bisa mencontoh Jkw Ahok bagaimana dia menegakan aturan di DKI ini Sejak berlakunya UU Minerba 2009 sdh jelas semua Minerba harus diolah di DN baik yg eksisting yaitu pemegang KK ,apalagi yg baru mau mulai mengajukan IUP , dalam setiap Proyek biasanya ada analisis teknik maupun keekonomiannya dg memperhatilan segala parameter berdasarkan aturan yg ada, Nah apabila ingin masuk tentunya sdh paham betul kosekwensi konsekwensi dari Proyek itu nantinya , kalau fisibel ya masuk kalau tidak ya nggak perlu ambil itu si IUP Pemerintah disamping sbg regulator juga melakukan Pembinaan dan Pengawasan . Kalau memang ada yg tdk sesuai dg aturan yg ada ya Cabut saja , namun juga disisi lain tetap menjaga konsistensi dari aturan tsb { ada kepastian hukum bagi investor }. Sebetulnya masalahnya simpel saja akan menjadi rumit kalau ada cincau cincau . Petanyaanya Apakah industri ektraksi SDA baik minerba atau non minerba ini dibolehkan untuk semua perushaan boleh masuk , atau memang hanya perusahaan tertentu saja yg boleh krn industri ini mempunyai kehususan . Misalnya perusahaan yg punya pengalaman , secara teknis memenuhi persaratan dan punya dukungan modal yang kuat dan perushannya sehat, jadi tidak sekedar coba coba Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Fri, 19 Sep 2014 15:27:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant EASY SAID THAN DONE, pak masalah cabut mencabut IUP tak semudah membalikkan tangan, karena waktu penerbitan semua IUP itu, para calon pemilik IUP harus menyetor sejumlah dana yang besarannya TST alias tau sama tau (di luar iuran-iuran yang harus disetor ke kas daerah). Dan sudah menjadi rahasia umum di dunia pertambangan adanya konsesi yang saling tumpah tindih. Akhirnya KPK bertindak dan segera ditindaklanjuti dengan menyeret para pemangku jabatan di masing-masing daerah. Banyak bupati sudah diproses dan masih ada yang akan menyusul. Mudah dikatakan, sulit dilaksanakan karena sang regulator pun biasanya mempunyai IUP-IUP juga yang mungkin diatasnamakan saudara dan handai taulannya. Masalah konsekuensi dari penerbitan IUP itu, yaitu para pemilik IUP itu harus berperan dalam menaikkan nilai tambah produk tambangnya juga sudah di-shock terapy oleh ESDM dengan menerbitkan Permen 7/2012 pada bulan Mei 2012 yang mengharuskan setiap pemilik IUP yang akan mengekspor bahan tambangnya harus terdaftar sebagai eksportir, dikenakan batasan kuota ekspor, menyerahkan blue print smelter, dan membuat pernyataan tidak akan ekspor raw material setelah diberlakukannya UU Minerba 4/2012. Pengurusan dokumen untuk mendapatkan kuota ekspor bahan mentah itu pun TIDAK GRATIS, meskipun di peraturannya memang tidak dicantumkan berapa BIAYAnya. Dan para pemegang IUP harus bolak balik dari Dep. ESDM, Dep. Perdagangan, sampai Dep. Keuangan. Sekali lagi, butuh kerja keras pemerintah juga untuk menertibkan pemilik-pemilik IUP kurang ajar sekaligus memberikan sanksi yang berefek jera bagi jajaran di pemerintahannya, sehingga kita bisa melihat good mining practice dan good cleaning goverment akan men-support green mining industry di negara kita tercinta. Haryo Pangaribowo 2014-09-19 14:46 GMT+07:00 lia...@indo.net.id: Sebetulnya aturan untuk mengolah bahan tambang di DN ini kan sdh ada sejak diberlakukannya UU Minerba th 2009 lima tahun lalu , tentunya para pemegang IUP juga sdh tahu segala konsekwensinya kalau mau investasi di tambang sesuai aturan yg ada sekarang sejak mau mengajukan IUP dan akan melakukan kegiatannya , kalau ternyata nggak sanggup ya dicabut IUP nya, lha wong IUP ini ada juga krn adanya UU tsb Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * tatzk...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Fri, 19 Sep 2014 14:57:19 +0800 *To: *iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Pak Kartiko,, Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,, Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana?? Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg sudah menambang, Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh freeport or newmount d daerah timur Indonesia,, Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *kartiko samodro *Sent: *Friday, September 19, 2014 14:38
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Bener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun. Lah kok repot ya monggo lanjut Bravo IAGI Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote: [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3Dk62K0krrmNtHdiCDctBhcExV3VwDK6Nqjp1MHQ7kaTd5UDuhGiEEvICbSrmfji0BUJkzoXUhdtJ8IcB3blicWenZ%252BZ6qf8OW10nJ4YJaOq%252BNsM7y2usSQVuMFVHR2%252BCTfRLBUc1AfqU%253D%26key%3D8JDLot1nanw%252B2jNlAnScN3SxIMS%252FED4yYNYSwMFEO58%253Dtc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 | More info http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik. Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN. Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power) Salam, E. Bawa Santosa (Bekas Geologist) *Note : * *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling* · *Location : Natural Resources* · *Size of Natural resources (natural reserve)* · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)* · *Location : Smelting plant* · *Size of production capacity * · *Size of MW power plant to be required* · *And any others technical and commercial considerations* *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * tatzk...@gmail.com *Sent:* 19 September 2014 9:29 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Pak Jassin, Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya.. Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,, wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan ktrangan tman yg tnggal d Kendari) apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,, Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *Bandono Salim *Sent: *Friday, September 19, 2014 10:20 *To: *Iagi *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Selamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya kalau tetap dari PLN akan mahal. Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori. Katanya Cina dan Ustrali juga bikin pltb low kalori. Salam. Pada 19 Sep 2014 08:32, makkawaru jassin makkaw...@gmail.com menulis: insya allah sampai pak. utk sulawesi tenggara, pembangunan smelter utk npi nikel (10-15%) kapasitas 20 rb-50 rb npi ton/yr akan di bangun oleh bumd hsl pengembangan teknologi pemurnian kerjasama pemda dan its. basicnya adalah low energy dan low cost refinery tapi friendly environment. sayangnya sdm bumd pd umumnya jg low skill dan knowladge tp ini akan diusahakan utk diperbaiki. goalnya jika berhsl mk pola ini akan direkomdasikan bagi yg akan bangun smelter di sultra dan sbg pembanding di dlm pengajuan investasi smelter nikel utk cfn atau npi. tantangan ke depan adalah mencari mitra stategis utk feeding orenya yg sesuai dlm grade dan tonnase cadangannya. peran geologi di dinas dan jg bagi pengda iagi sultra
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Pak Rahmadi, kenyataan dan ide memang tdk sejalan,,Tetapi efeknya langsung kpda geologis tambang,SalamTatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone.Tatzky Reza SetiawanGeologist+62 82136 125314+62 81294 037682 From: rakhmadi aviantoSent: Friday, September 19, 2014 17:43To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plantBener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun.Lah kok repot ya monggo lanjutBravo IAGISalam Kaji Avi-- Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah -- On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote: This message is eligible for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule | More info Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik)Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik.Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupiInilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plantMohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN.Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power)Salam,E. Bawa Santosa (Bekas Geologist)Note : Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling· Location : Natural Resources· Size of Natural resources (natural reserve)· Transportation mode (sea freight or land transportation mode)· Location : Smelting plant· Size of production capacity · Size of MW power plant to be required· And any others technical and commercial considerationsFrom: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of tatzk...@gmail.comSent: 19 September 2014 9:29To: iagi-net@iagi.or.id; IagiSubject: Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam "krisis" unemployementPak Jassin,Mantap kalo begitu,, itulah yg "solusi" yg menurut saya baik, BUMD harus bergerak disana -- dengan semangat "nasionalisme"nya..Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,, wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik "24" jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan ktrangan tman yg tnggal d Kendari)apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,,Industri BUMD - akan cepat berkembang jika "mandiri"SalamTatzkySent from my BlackBerry 10 smartphone.Tatzky Reza SetiawanGeologist+62 82136 125314+62 81294 037682 From: Bandono SalimSent: Friday, September 19, 2014 10:20To: IagiReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam "krisis" unemployementSelamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya kalau tetap dari PLN akan mahal.Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori. Katanya Cina dan Ustrali juga bikin pltb low kalori.Salam.Pada 19 Sep 2014 08:32, "makkawaru jassin" makkaw...@gmail.com menulis:insya allah sampai pak. utk sulawesi tenggara, pembangunan smelter utk npi nikel (10-15%) kapasitas 20 rb-50 rb npi ton/yr akan di bangun oleh bumd hsl pengembangan teknologi pemurnian kerjasama pemda dan its. basicnya adalah low energy dan low cost refinery tapi friendly environment. sayangnya sdm bumd pd umumnya jg low skill dan knowladge tp ini akan diusahakan utk diperbaiki. goalnya jika berhsl mk pola ini akan direkomdasikan bagi yg akan bangun smelter di sultra dan sbg pembanding di dlm pengajuan investasi smelter nikel utk cfn atau npi. tantangan ke depan adalah mencari mitra stategis utk feeding orenya yg sesuai dlm grade dan tonnase cadangannya. peran geologi di dinas dan jg bagi pengda iagi sultra adalah memberi
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Benar memang merefinery nikel dari kadar low grade jika dgn pyrometallurgy perlu energi yg besar. presentasi dari metalurgi its bhw akan menggunakan listrik yg kecil bhkan akan menggunakan kembali panas tanur (close system) sbg steam utk pembangkit tenaga uap. semoga ini benar shg proses ini tdk semata tergantung PLN yg di kendari hanya surplus energy 2 MW sj.(miris juga) Pada 19 Sep 2014 16:52, tatzk...@gmail.com menulis: Pak Rahmadi, kenyataan dan ide memang tdk sejalan,, Tetapi efeknya langsung kpda geologis tambang, Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *rakhmadi avianto *Sent: *Friday, September 19, 2014 17:43 *To: *iagi-net@iagi.or.id *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Bener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun. Lah kok repot ya monggo lanjut Bravo IAGI Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote: [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3Dk62K0krrmNtHdiCDctBhcExV3VwDK6Nqjp1MHQ7kaTd5UDuhGiEEvICbSrmfji0BUJkzoXUhdtJ8IcB3blicWenZ%252BZ6qf8OW10nJ4YJaOq%252BNsM7y2usSQVuMFVHR2%252BCTfRLBUc1AfqU%253D%26key%3D8JDLot1nanw%252B2jNlAnScN3SxIMS%252FED4yYNYSwMFEO58%253Dtc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 | More info http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik. Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN. Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power) Salam, E. Bawa Santosa (Bekas Geologist) *Note : * *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling* · *Location : Natural Resources* · *Size of Natural resources (natural reserve)* · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)* · *Location : Smelting plant* · *Size of production capacity * · *Size of MW power plant to be required* · *And any others technical and commercial considerations* *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * tatzk...@gmail.com *Sent:* 19 September 2014 9:29 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Pak Jassin, Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya.. Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,, wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan ktrangan tman yg tnggal d Kendari) apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,, Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *Bandono Salim *Sent: *Friday, September 19, 2014 10:20 *To: *Iagi *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Selamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya kalau tetap dari PLN akan mahal. Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori. Katanya Cina dan
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Maka buatlah powerplant di dekat smelter. Kecil kecil kalau banyak kan jadi besar juga. Kalau mau yang kecil dengan hasil energi besar ya buatlah PLTN.ini urusan besar sehingga pemerintah pusat yang menangani masalah perijinan dari PBB. Tidak mungkin hanya propinsi; apalagi kabupaten. Mari kita pikirkan bersama dan ajukan proposal ke presiden baru. Salam hormat.bdn. Pada 19 Sep 2014 18:20, makkawaru jassin makkaw...@gmail.com menulis: Benar memang merefinery nikel dari kadar low grade jika dgn pyrometallurgy perlu energi yg besar. presentasi dari metalurgi its bhw akan menggunakan listrik yg kecil bhkan akan menggunakan kembali panas tanur (close system) sbg steam utk pembangkit tenaga uap. semoga ini benar shg proses ini tdk semata tergantung PLN yg di kendari hanya surplus energy 2 MW sj.(miris juga) Pada 19 Sep 2014 16:52, tatzk...@gmail.com menulis: Pak Rahmadi, kenyataan dan ide memang tdk sejalan,, Tetapi efeknya langsung kpda geologis tambang, Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *rakhmadi avianto *Sent: *Friday, September 19, 2014 17:43 *To: *iagi-net@iagi.or.id *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Bener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun. Lah kok repot ya monggo lanjut Bravo IAGI Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote: [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3Dk62K0krrmNtHdiCDctBhcExV3VwDK6Nqjp1MHQ7kaTd5UDuhGiEEvICbSrmfji0BUJkzoXUhdtJ8IcB3blicWenZ%252BZ6qf8OW10nJ4YJaOq%252BNsM7y2usSQVuMFVHR2%252BCTfRLBUc1AfqU%253D%26key%3D8JDLot1nanw%252B2jNlAnScN3SxIMS%252FED4yYNYSwMFEO58%253Dtc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 | More info http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001 Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik. Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN. Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power) Salam, E. Bawa Santosa (Bekas Geologist) *Note : * *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling* · *Location : Natural Resources* · *Size of Natural resources (natural reserve)* · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)* · *Location : Smelting plant* · *Size of production capacity * · *Size of MW power plant to be required* · *And any others technical and commercial considerations* *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * tatzk...@gmail.com *Sent:* 19 September 2014 9:29 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Pak Jassin, Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya.. Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,, wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan ktrangan tman yg tnggal d Kendari) apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,, Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri Salam Tatzky
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
³Kewajiban² membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian memang cukup pelik bagi baik perusahaan pemegang KK/ IUP maupun pemerintah sendiri. Selain yg dikemukakan kawan-kawan di bawah sana (pasokan listrik, umur tambang yg tidak match dng umur smelter, dsb), kesulitan lain secara teknis adalah tidak sembarang ore (walaupun komoditinya sama) bisa dimasukkan ke satu smelter. Yg saya tahu suatu smelter dibangun dan bisa dioperasikan untuk satu karakteristik tipe ore yg sama. Contohnya: walaupun sama-sama komoditi Cu, tapi kalau mineral pengotornya dan ikutannya berbeda jenis apalagi kadar nya, akan memerlukan spec smelter yg berbeda pula. Adjustment pada smelter ataupun pada pemrosesan konsentrat tentunya bisa dilakukan tapi itu artinya tambahan cost. Jadi secara teknis dan operasional memang tidak sederhana. Namun lepas dari masalah teknis di atas, pewajiban pemrosesan dan pemurnian dalam negeri cepat atau lambat mestinya akan membawa lebih banyak hal positip bagi negeri (spt dibahas diemial kawan-kawan di bawah). Oleh karenanya pemerintah harus menjembatani dengan baik proses transisi ini, untuk meredam gejolak yg timbul. Jalan keluar yg akhirnya didapatkan pada kasus Newmont pada bbrp hari terakhir ini sangat baik sekali. Semoga ini bisa menyelamatkan kawan-kawan (yg tersisa) dan terancam kehilangan pekerjaan. Salam, Daru From: Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com Reply-To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, September 19, 2014 at 12:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita. Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri. Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah kita sendiri. Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK. Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com: Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelte r-Segera-Dibangun Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesai terbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia . 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah ³extreme swing load² (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi ³idle power² sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik. Dengan demikian, PLN
RE: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Mas Daru, Memang pengelolaan pertambangan di Indonesia bisa dilihat dengan beberapa aspek, antara lain : . Up stream (natural resources) . Mid stream (process plant) . Down stream (application) Bagi perusahaan besar yang memiliki Technology, human resources and financial akan lebih mudah mengambil peran di seluruh aspek tersebut di atas. Namun, tidak banyak perusahaan pertambangan yang memiliki kemampuan tersebut. Setahu saya hal yang penting bagi pemerintah indonesia adalah : usaha pertambangan harus memberikan nilai positip bagi nusa dan bangsa baik secara ekonomi, sosial, lingkungan dan bahkan pertahanan. Usaha pertambangan harus dikelola sesuai dengan kaidah hukum dan peraturan yang berlaku secara konsisiten, konsekwen dan berkelanjutan. Oleh karena itu, bagi kita (warga IAGI) selayaknya mengambil peran serta (sesuai dengan tanggung profesional) untuk mendukung program pemerintah tersebut. Mengenai hiruk-pikuknya program pemerintah yang mewajibkan perusahaan pemegang KK/IUP untuk membangun smelter, bisa kita cermati bahwa semenjak UU no 4 2009 diberlakukan tidak banyak perusahaan pertambangan yang memberikan respon bahkan menyusun business plan baru. Namun, setelah lima (5) tahun sesuai dengan UU no 4 th 2009 tersebut mulai efektif dan ditindak lajuti program pemerintah Indonesia (ESDM Dit Jend Minerba) menerbitkan PP no 1 th 2014 sebagai implementasinya, mendadak banyak perusahaan tambang tergagap dan terkejut. Betul bahwa pemilihan teknologi untuk smelting plant sangat berkaitan dengan raw material yang akan diproses, namun sebetulnya secara business pembangunan smelting plant tetap bisa diperhitungkan untuk mencapai nilai ke-ekonomiannya. Jika kontribusi pasokan listrik sangat sensitip (50% s/d 65% dari komponen biaya) dan membutuhkan pembangkit listrik yang handal untuk meng-handle extreme swing load dari pola kerja electrode-nya smelting plant. Maka perlu dicari teknologi pembangkit least cost, misalnya hydro power plant atau coal fired power plant atau energi lain yang murah. Secara business, bisa dipertimbangkan bahwa pembangkit listrik (pemasok listrik) menjadi business entity yang terpisah dengan perusahaan pertambangannya. Ada entity baru sebagai : listrik swasta (IPP - Independent Power Producers) atau bikin anak perusahaan sebagai captive power supplier (Sekalipun juga dimungkinkan ada pasokan listrik dari PLN jika memiliki reserve power margin yang mencukupi). Idealnya memang ada dukungan dari pemerintah dalam pengadaan pasokan listrik ini. Namun, dibalik dari issue pembangunan smelting plant ini justru akan menjadi business opportunity baru di lingkungan pertambangan. Secara kalkulasi ekonomi, tidak perlu ditakutkan mengenai umur ijin pertambangan. Sebab apabila investment cost belum balik tapi ijin pertambangan sudah habis, justru bisa menjadi bargaining power untuk negosiasi guna memperpanjang perijinannya. Sekali lagi, sebagai GEOLOGIST tidak perlu takut dengan berbagai macam issue penutupan pertambangan hanya karena disebabkan oleh keharusan membangun smelting plant. Perusahaan pertambangan adalah Foreign Direct Investment yang tidak mudah untuk keluar dan meninggalkan usahanya yang telah berjalan di Indonesia. Semoga bisa menjadi spirit dan motivasi bagi GEOLOGIST di Indonesia. Salam, E. Bawa Santosa From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S. (Daru) Prihatmoko Sent: 20 September 2014 11:30 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Mailist MGEI Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant Kewajiban membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian memang cukup pelik bagi baik perusahaan pemegang KK/ IUP maupun pemerintah sendiri. Selain yg dikemukakan kawan-kawan di bawah sana (pasokan listrik, umur tambang yg tidak match dng umur smelter, dsb), kesulitan lain secara teknis adalah tidak sembarang ore (walaupun komoditinya sama) bisa dimasukkan ke satu smelter. Yg saya tahu suatu smelter dibangun dan bisa dioperasikan untuk satu karakteristik tipe ore yg sama. Contohnya: walaupun sama-sama komoditi Cu, tapi kalau mineral pengotornya dan ikutannya berbeda jenis apalagi kadar nya, akan memerlukan spec smelter yg berbeda pula. Adjustment pada smelter ataupun pada pemrosesan konsentrat tentunya bisa dilakukan - tapi itu artinya tambahan cost. Jadi secara teknis dan operasional memang tidak sederhana. Namun lepas dari masalah teknis di atas, pewajiban pemrosesan dan pemurnian dalam negeri cepat atau lambat mestinya akan membawa lebih banyak hal positip bagi negeri (spt dibahas diemial kawan-kawan di bawah). Oleh karenanya pemerintah harus menjembatani dengan baik proses transisi ini, untuk meredam gejolak yg timbul. Jalan keluar yg akhirnya didapatkan pada kasus Newmont pada bbrp hari teriakhir ini sangat baik sekali. Semoga ini bisa menyelamatkan kawan-kawan (yg tersisa) dan terancam kehilangan pekerjaan. Salam, Daru From: Haryo Pangaribowo
Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesai terbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia . 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %) Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik) Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW) Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik. Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN. Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power) Salam, E. Bawa Santosa (Bekas Geologist) *Note : * *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling* · *Location : Natural Resources* · *Size of Natural resources (natural reserve)* · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)* · *Location : Smelting plant* · *Size of production capacity * · *Size of MW power plant to be required* · *And any others technical and commercial considerations* *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * tatzk...@gmail.com *Sent:* 19 September 2014 9:29 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Pak Jassin, Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya.. Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,, wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan ktrangan tman yg tnggal d Kendari) apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,, Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri Salam Tatzky Sent from my BlackBerry 10 smartphone. Tatzky Reza Setiawan Geologist +62 82136 125314 +62 81294 037682 *From: *Bandono Salim *Sent: *Friday, September 19, 2014 10:20 *To: *Iagi *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement Selamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya kalau tetap dari PLN akan mahal. Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori. Katanya Cina dan Ustrali juga bikin pltb low kalori. Salam. Pada 19 Sep 2014 08:32, makkawaru jassin makkaw...@gmail.com menulis: insya allah sampai pak. utk sulawesi tenggara, pembangunan smelter utk npi nikel (10-15%) kapasitas 20 rb-50 rb npi ton/yr akan di bangun oleh bumd hsl pengembangan teknologi pemurnian kerjasama pemda dan its. basicnya adalah low energy dan low cost refinery tapi friendly environment. sayangnya sdm bumd pd umumnya jg low skill dan knowladge tp ini akan diusahakan utk diperbaiki. goalnya jika berhsl mk pola ini akan direkomdasikan bagi yg akan bangun smelter di sultra dan sbg pembanding di dlm pengajuan investasi smelter nikel utk cfn atau npi. tantangan ke depan adalah mencari mitra stategis utk feeding orenya yg sesuai dlm grade dan tonnase cadangannya. peran geologi di dinas dan jg bagi pengda iagi sultra adalah memberi masukan terhadap hal tsb shg bumd mendpt gambaran calon mitra yg layak. masalah ini bkn simpel tp tdk jg tdk dapat di pecahkan. terutama masalah pelaporan cadangan mineral hasil eksplorasi yg dilakukan oleh perusahaan kebanyakan tdk berdasarkan kaidah yg hasilnya dapat di pertanggungjawabkan. maka cocok rasanya program cpi yg sdh digagas mgei dan perhapi dpt dipercepat shg setiap provinsi sdh memiliki cpi yg sesuai dgn sd mineralnya. belum lagi masalah2 administrasi terkait regulasi2 yg panjang dan spt tumpang