Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-20 Terurut Topik Haryo Pangaribowo
termasuk masalah rekomendasi dari BKPM yang harus diperoleh oleh calon
investor untuk mendirikan pabrik pengolahan dengan melampirkan salah satu
rekomendasi apakah dari Departemen Perindustrian atau Departemen ESDM.
Mungkin ada kasus dari lapangan dimana pemilik IUP sudah mendapat
rekomendasi dari Departemen ESDM yang harus ditutup oleh Departemen
Perindustrian karena belum mendapat izin dari Perindustrian.
Semoga masalah siapa yang lebih berwenang untuk memberikan rekomendasi
izin pendirian smelter ini dapat diselesaikan oleh pemerintah tertinggi
dalam hal ini Presiden terpilih kita sekarang ini.


2014-09-20 12:27 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id:

 Mas Daru,



 Memang pengelolaan pertambangan di Indonesia bisa dilihat dengan beberapa
 aspek, antara lain :

 · Up stream (natural resources)

 · Mid stream (process plant)

 · Down stream (application)



 Bagi *perusahaan besar* yang memiliki “*Technology, human resources and
 financial*” akan lebih mudah mengambil peran di seluruh aspek tersebut di
 atas.  Namun, tidak banyak perusahaan pertambangan yang memiliki kemampuan
 tersebut.



 Setahu saya hal yang penting bagi pemerintah indonesia adalah : usaha
 pertambangan harus memberikan nilai positip bagi nusa dan bangsa baik
 secara ekonomi, sosial, lingkungan dan bahkan pertahanan.  Usaha
 pertambangan harus dikelola sesuai dengan kaidah hukum dan peraturan yang
 berlaku secara konsisiten, konsekwen dan berkelanjutan.

 Oleh karena itu, bagi kita (warga IAGI) selayaknya mengambil peran serta
 (sesuai dengan tanggung profesional) untuk mendukung program pemerintah
 tersebut.



 Mengenai hiruk-pikuknya program pemerintah yang mewajibkan perusahaan
 pemegang KK/IUP untuk membangun smelter, bisa kita cermati bahwa semenjak
 UU no 4 2009 diberlakukan tidak banyak perusahaan pertambangan yang
 memberikan respon bahkan menyusun “business plan” baru.  Namun, setelah
 lima (5) tahun sesuai dengan UU no 4 th 2009 tersebut mulai efektif dan
 ditindak lajuti program pemerintah Indonesia (ESDM Dit Jend Minerba)
 menerbitkan “PP no 1 th 2014” sebagai implementasinya, mendadak banyak
 perusahaan tambang tergagap dan terkejut.



 Betul bahwa pemilihan teknologi untuk smelting plant sangat berkaitan
 dengan “raw material” yang akan diproses, namun sebetulnya secara business
 pembangunan “smelting plant” tetap bisa diperhitungkan untuk mencapai nilai
 ke-ekonomiannya.



 Jika kontribusi pasokan listrik sangat sensitip (50% s/d 65% dari komponen
 biaya) dan membutuhkan pembangkit listrik yang handal untuk meng-handle
 “extreme swing load” dari pola kerja “electrode”-nya smelting plant.  Maka
 perlu dicari teknologi pembangkit “least cost”, misalnya hydro power plant
 atau coal fired power plant atau energi lain yang murah.



 Secara business, bisa dipertimbangkan bahwa pembangkit listrik (pemasok
 listrik) menjadi business entity yang terpisah dengan perusahaan
 pertambangannya.  Ada entity baru sebagai : listrik swasta (IPP –
 Independent Power Producers) atau bikin anak perusahaan sebagai “captive
 power supplier” (Sekalipun juga dimungkinkan ada pasokan listrik dari PLN
 jika memiliki “reserve power margin” yang mencukupi).



 Idealnya memang ada dukungan dari pemerintah dalam pengadaan pasokan
 listrik ini.  Namun, dibalik dari issue pembangunan smelting plant ini
 justru akan menjadi business opportunity baru di lingkungan pertambangan.



 Secara kalkulasi ekonomi, tidak perlu ditakutkan mengenai umur ijin
 pertambangan.  Sebab apabila *investment cost* belum balik tapi ijin
 pertambangan sudah habis, justru bisa menjadi bargaining power untuk
 negosiasi guna memperpanjang perijinannya.



 Sekali lagi, sebagai GEOLOGIST tidak perlu takut dengan berbagai macam
 issue penutupan pertambangan hanya karena disebabkan oleh keharusan
 membangun smelting plant.

 Perusahaan pertambangan adalah “Foreign Direct Investment” yang tidak
 mudah untuk keluar dan meninggalkan usahanya yang telah berjalan di
 Indonesia.



 Semoga bisa menjadi spirit dan motivasi bagi GEOLOGIST di Indonesia.



 Salam,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *S.
 (Daru) Prihatmoko
 *Sent:* 20 September 2014 11:30
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Cc:* Mailist MGEI
 *Subject:* Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant



 “Kewajiban” membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian memang cukup
 pelik bagi baik perusahaan pemegang KK/ IUP maupun pemerintah sendiri.
 Selain yg dikemukakan kawan-kawan di bawah sana (pasokan listrik, umur
 tambang yg tidak match dng umur smelter, dsb), kesulitan lain secara teknis
 adalah tidak sembarang ore (walaupun komoditinya sama) bisa dimasukkan ke
 satu smelter.  Yg saya tahu suatu smelter dibangun dan bisa dioperasikan
 untuk satu karakteristik tipe ore yg sama. Contohnya: walaupun sama-sama
 komoditi Cu, tapi kalau mineral pengotornya dan ikutannya berbeda jenis
 apalagi kadar nya, akan memerlukan spec smelter

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik kartiko samodro
Mantaps Pak Haryo infonya

jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun
karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa
perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk
membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang
Indonesia.
2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com:

 Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas
 perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh
 dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan
 ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang
 kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk
 mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009.

 Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai
 laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap
 sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai
 dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen
 Minerba.

 Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan
 persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan
 amanat UU MInerba kita.

 Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang
 tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka
 harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri.

 Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk
 membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk
 mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian
 besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan
 oleh pemerintah kita sendiri.

 Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan
 ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para
 pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang
 nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang
 dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama
 dengan para pemegang KK.
 Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran
 kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional.


 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com:

 Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang
 dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ?

 Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya
 mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini.
 Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ?


 http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun

 Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter  ini selesai terbangun,
 memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya
 yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia .


 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id:

   Dear all,



 Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost
 component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat
 sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)

 Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah
 “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam
 hitungan detik)

 Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal
 (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk
 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)

 Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi
 pembangkit listrik.



 Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di
 lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi

 Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting
 plant



 Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan
 menggunakan pasokan dari PLN.

 Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or
 Captive Power)



 Salam,

 E. Bawa Santosa

 (Bekas Geologist)



 *Note : *

 *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan
 dalam calculation modeling*

 · *Location : Natural Resources*

 · *Size of Natural resources (natural reserve)*

 · *Transportation mode (sea freight or land transportation
 mode)*

 · *Location : Smelting plant*

 · *Size of production capacity *

 · *Size of MW power plant to be required*

 · *And any others technical and commercial considerations*





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 tatzk...@gmail.com
 *Sent:* 19 September 2014 9:29
 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi
 *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Pak Jassin,



 Mantap 

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik tatzkyrs
Pak Kartiko,,Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,,Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana??Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap "EKSPLORASI" mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg "sudah menambang",Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh freeport or newmount d daerah timur Indonesia,,SalamTatzky  Sent from my BlackBerry 10 smartphone.Tatzky Reza SetiawanGeologist+62 82136 125314+62 81294 037682  From: kartiko samodroSent: Friday, September 19, 2014 14:38To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plantMantaps Pak Haryo infonya

jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun karena masalah smelter. Ini akan menjadibukti yang baik untuk memaksa perusahaan dengan produksibesar seperti freeport dan newmount untuk membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia.
2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com:

Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009. 

Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba.

Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat UU MInerba kita.

Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus menyiapkan "investasi ekstra" untuk membangun power plant sendiri.

Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah kita sendiri.

Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK.
Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional.




2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com:

Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ?

Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. 
Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ?

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun

Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter ini selesaiterbangun, memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakinsetelahnyaakan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia .


2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id: 





Dear all, 

Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)
Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik)
Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)
Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit 

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik kartiko samodro
Mas Tatzky

Coba dibaca  pdf file dan email dari Pak Haryo

Di situ jelas terlihat bahwa yang telah membuat smelter justru perusahaan
perusahaan nasional yang tidak sebesar freeport atau new mount.
Dan semakin banyak perusahaan nasional yang mampu membuat smelter sendiri
dengan lokasi yang berbeda beda akan membantu perusahaan penambangan kecil
memilih lokasi smelter yang dekat dengan lokasi penambangan mereka sehingga
bisa menghemat biaya transportasinya.

Mungkin kendala selanjutnya apakah perusahaan tambang yang tidak mempunyai
smelter sendiri bisa menggunakan smelter milik perusahaan lainnya dan
bagaimana perjanjian biaya dan komisinya. Tapi saya kira hal itu bukan hal
yang sulit untuk dinegoisasikan karena tentunya perusahaan pemilik smelter
juga senang bila ada tambahan pendapatan dari penyewaan smelter miliknya
untuk mengolah bahan dasar dari perusahaan lain atau bahkan nantinya
Indonesia bisa menjadi sentra smelter di kawasan regional.
2014-09-19 13:57 GMT+07:00 tatzk...@gmail.com:

  Pak Kartiko,,

 Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,,

 Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana??
 Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam
 tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg
 sudah menambang,

 Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan
 tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh
 freeport or newmount d daerah timur Indonesia,,

 Salam
 Tatzky

 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682
*From: *kartiko samodro
 *Sent: *Friday, September 19, 2014 14:38
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

  Mantaps Pak Haryo infonya

 jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun
 karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa
 perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk
 membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang
 Indonesia.
 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com:

 Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas
 perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh
 dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan
 ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang
 kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk
 mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009.

 Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai
 laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap
 sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai
 dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen
 Minerba.

 Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan
 persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan
 amanat UU MInerba kita.

 Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang
 tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka
 harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri.

 Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk
 membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk
 mereka, tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian
 besar adalah pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan
 oleh pemerintah kita sendiri.

 Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan
 ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para
 pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang
 nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang
 dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama
 dengan para pemegang KK.
 Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran
 kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional.


 2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com:

 Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang
 dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ?

 Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya
 mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini.
 Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ?


 http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun

 Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter  ini selesai terbangun,
 memang akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya
 yakin setelahnya akan bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia .


 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id:

   Dear all,



 Hanya sekedar

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik liamsi
Sebetulnya aturan untuk mengolah bahan tambang di DN ini kan sdh ada sejak 
diberlakukannya  UU Minerba th 2009 lima tahun lalu  , tentunya para pemegang 
IUP  juga sdh tahu segala konsekwensinya kalau mau investasi di tambang sesuai 
aturan yg ada sekarangsejak mau  mengajukan  IUP dan akan melakukan 
kegiatannya ,  kalau ternyata nggak sanggup ya dicabut IUP nya, lha wong IUP 
ini ada juga krn adanya UU tsb
 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: tatzk...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Fri, 19 Sep 2014 14:57:19 
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

Pak Kartiko,,


Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,,


Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana??
Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam tahap 
EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg sudah 
menambang,


Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan 
tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh 
freeport or newmount d daerah timur Indonesia,,


Salam
Tatzky 

 
Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
Tatzky Reza Setiawan
Geologist
+62 82136 125314
+62 81294 037682   
 
 
From: kartiko samodro
Sent: Friday, September 19, 2014 14:38
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant



Mantaps Pak Haryo infonya 
  
jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun 
karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa 
perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk membuat 
smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang Indonesia.
 
2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com 
mailto:ipankge...@gmail.com :
 
Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas 
perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh 
dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan 
ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang 
kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk mengimplementasikan 
amanat UU Minerba 4/2009. 

 
Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan 
progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar 170-an 
perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari akademisi (FTTM 
ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen Minerba. 

 
Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan 
persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan amanat 
UU MInerba kita. 

 
Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang tidak 
terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka harus 
menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri. 

 
Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk 
membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka, 
tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah 
pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah 
kita sendiri. 

 
Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan ditunjuk 
oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para pemegang IUP 
yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. Karena 
selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang dikerjakan oleh para 
pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama dengan para pemegang KK. 
Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran kita 
untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional. 

 
 
 

 
2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com 
mailto:kartiko.samo...@gmail.com :
 
Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat 
digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ? 
  
Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya 
mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini. 
Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ? 
  
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun
 
  
Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter  ini selesai terbangun, memang 
akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus 
bagi industri pertambangan dan Indonesia . 
  

 
2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id 
mailto:eba...@cbn.net.id : 
 

 
 
 
Dear all, 
  
Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component 
untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif 
(sekitar 50% s/d 65 %) 
Sementara model beban

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik Haryo Pangaribowo
EASY SAID THAN DONE, pak

masalah cabut mencabut IUP tak semudah membalikkan tangan, karena waktu
penerbitan semua IUP itu, para calon pemilik IUP harus menyetor sejumlah
dana yang besarannya TST alias tau sama tau (di luar iuran-iuran yang
harus disetor ke kas daerah). Dan sudah menjadi rahasia umum di dunia
pertambangan adanya konsesi yang saling tumpah tindih. Akhirnya KPK
bertindak dan segera ditindaklanjuti dengan menyeret para pemangku jabatan
di masing-masing daerah. Banyak bupati sudah diproses dan masih ada yang
akan menyusul. Mudah dikatakan, sulit dilaksanakan karena sang regulator
pun biasanya mempunyai IUP-IUP juga yang mungkin diatasnamakan saudara dan
handai taulannya.

Masalah konsekuensi dari penerbitan IUP itu, yaitu para pemilik IUP itu
harus berperan dalam menaikkan nilai tambah produk tambangnya juga sudah
di-shock terapy oleh ESDM dengan menerbitkan Permen 7/2012 pada bulan Mei
2012 yang mengharuskan setiap pemilik IUP yang akan mengekspor bahan
tambangnya harus terdaftar sebagai eksportir, dikenakan batasan kuota
ekspor, menyerahkan blue print smelter, dan membuat pernyataan tidak akan
ekspor raw material setelah diberlakukannya UU Minerba 4/2012.
Pengurusan dokumen untuk mendapatkan kuota ekspor bahan mentah itu pun
TIDAK GRATIS, meskipun di peraturannya memang tidak dicantumkan berapa
BIAYAnya. Dan para pemegang IUP harus bolak balik dari Dep. ESDM, Dep.
Perdagangan, sampai Dep. Keuangan.

Sekali lagi, butuh kerja keras pemerintah juga untuk menertibkan
pemilik-pemilik IUP kurang ajar sekaligus memberikan sanksi yang berefek
jera bagi jajaran di pemerintahannya, sehingga kita bisa melihat good
mining practice dan good cleaning goverment akan men-support green mining
industry di negara kita tercinta.

Haryo Pangaribowo

2014-09-19 14:46 GMT+07:00 lia...@indo.net.id:

 Sebetulnya aturan untuk mengolah bahan tambang di DN ini kan sdh ada sejak
 diberlakukannya UU Minerba th 2009 lima tahun lalu , tentunya para pemegang
 IUP juga sdh tahu segala konsekwensinya kalau mau investasi di tambang
 sesuai aturan yg ada sekarang sejak mau mengajukan IUP dan akan melakukan
 kegiatannya , kalau ternyata nggak sanggup ya dicabut IUP nya, lha wong IUP
 ini ada juga krn adanya UU tsb


 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * tatzk...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Fri, 19 Sep 2014 14:57:19 +0800
 *To: *iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

 Pak Kartiko,,

 Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,,

 Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana??
 Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam
 tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg
 sudah menambang,

 Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan
 tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh
 freeport or newmount d daerah timur Indonesia,,

 Salam
 Tatzky

 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682
   *From: *kartiko samodro
 *Sent: *Friday, September 19, 2014 14:38
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

 Mantaps Pak Haryo infonya

 jadi seharusnya tidak ada alasan lagi bahwa eksplorasi mineral akan turun
 karena masalah smelter. Ini akan menjadi bukti yang baik untuk memaksa
 perusahaan dengan produksi besar seperti freeport dan newmount untuk
 membuat smelter yang akan memberikan nilai tambah bagi industri tambang
 Indonesia.
 2014-09-19 12:40 GMT+07:00 Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com:

 Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas
 perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh
 dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan
 ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang
 kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk
 mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009.

 Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai
 laporan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap
 sekitar 170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai
 dari akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen
 Minerba.

 Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan
 persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan
 amanat UU MInerba kita.

 Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang
 tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka
 harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri.

 Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk
 membangun fasilitas smelting

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik liamsi
Itulah mbulat mbuletnya di kita itu apalagi ada “TST “ tsb , makanya lagi lagi 
problemnya  di masalah penegkaan hukumnya , kalau masih selalu “ tolernsi “ 
karena ini itu , ya nggak akan bakalan beres, bisa mencontoh Jkw Ahok bagaimana 
dia menegakan aturan di DKI ini

Sejak berlakunya UU Minerba 2009 sdh jelas semua Minerba harus diolah di DN 
baik yg eksisting yaitu pemegang KK ,apalagi  yg baru mau mulai mengajukan IUP 
, dalam setiap Proyek biasanya ada analisis teknik maupun keekonomiannya dg 
memperhatilan segala parameter berdasarkan aturan yg ada, Nah apabila ingin 
masuk tentunya sdh paham betul kosekwensi konsekwensi dari Proyek itu nantinya 
, kalau fisibel ya masuk kalau tidak ya nggak perlu ambil itu si IUP 
Pemerintah disamping sbg regulator juga melakukan Pembinaan dan Pengawasan . 
Kalau memang ada yg tdk sesuai dg aturan yg ada ya Cabut saja , namun juga 
disisi lain tetap menjaga konsistensi dari aturan tsb { ada kepastian hukum 
bagi investor }.
Sebetulnya masalahnya simpel saja akan menjadi rumit kalau ada cincau cincau .

Petanyaanya Apakah industri ektraksi SDA baik minerba atau non minerba  ini 
dibolehkan untuk  semua perushaan boleh masuk , atau memang hanya perusahaan 
tertentu saja yg boleh krn industri ini mempunyai kehususan . Misalnya 
perusahaan yg punya pengalaman , secara teknis memenuhi persaratan dan punya 
dukungan modal yang kuat dan perushannya sehat, jadi tidak sekedar coba coba 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Fri, 19 Sep 2014 15:27:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant
EASY SAID THAN DONE, pak

masalah cabut mencabut IUP tak semudah membalikkan tangan, karena waktu
penerbitan semua IUP itu, para calon pemilik IUP harus menyetor sejumlah
dana yang besarannya TST alias tau sama tau (di luar iuran-iuran yang
harus disetor ke kas daerah). Dan sudah menjadi rahasia umum di dunia
pertambangan adanya konsesi yang saling tumpah tindih. Akhirnya KPK
bertindak dan segera ditindaklanjuti dengan menyeret para pemangku jabatan
di masing-masing daerah. Banyak bupati sudah diproses dan masih ada yang
akan menyusul. Mudah dikatakan, sulit dilaksanakan karena sang regulator
pun biasanya mempunyai IUP-IUP juga yang mungkin diatasnamakan saudara dan
handai taulannya.

Masalah konsekuensi dari penerbitan IUP itu, yaitu para pemilik IUP itu
harus berperan dalam menaikkan nilai tambah produk tambangnya juga sudah
di-shock terapy oleh ESDM dengan menerbitkan Permen 7/2012 pada bulan Mei
2012 yang mengharuskan setiap pemilik IUP yang akan mengekspor bahan
tambangnya harus terdaftar sebagai eksportir, dikenakan batasan kuota
ekspor, menyerahkan blue print smelter, dan membuat pernyataan tidak akan
ekspor raw material setelah diberlakukannya UU Minerba 4/2012.
Pengurusan dokumen untuk mendapatkan kuota ekspor bahan mentah itu pun
TIDAK GRATIS, meskipun di peraturannya memang tidak dicantumkan berapa
BIAYAnya. Dan para pemegang IUP harus bolak balik dari Dep. ESDM, Dep.
Perdagangan, sampai Dep. Keuangan.

Sekali lagi, butuh kerja keras pemerintah juga untuk menertibkan
pemilik-pemilik IUP kurang ajar sekaligus memberikan sanksi yang berefek
jera bagi jajaran di pemerintahannya, sehingga kita bisa melihat good
mining practice dan good cleaning goverment akan men-support green mining
industry di negara kita tercinta.

Haryo Pangaribowo

2014-09-19 14:46 GMT+07:00 lia...@indo.net.id:

 Sebetulnya aturan untuk mengolah bahan tambang di DN ini kan sdh ada sejak
 diberlakukannya UU Minerba th 2009 lima tahun lalu , tentunya para pemegang
 IUP juga sdh tahu segala konsekwensinya kalau mau investasi di tambang
 sesuai aturan yg ada sekarang sejak mau mengajukan IUP dan akan melakukan
 kegiatannya , kalau ternyata nggak sanggup ya dicabut IUP nya, lha wong IUP
 ini ada juga krn adanya UU tsb


 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * tatzk...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Fri, 19 Sep 2014 14:57:19 +0800
 *To: *iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

 Pak Kartiko,,

 Untuk perusahaan besar sprti Freeport dan Newmount tdk akan masalah,,

 Tp apa semua unemployed pekerja tambang berasal dari sana??
 Mohon juga dipikirkan perusahaan perusahaan kecil lain yg sedang dalam
 tahap EKSPLORASI mereka tdk memiliki cashflow sebesar perusahaan yg
 sudah menambang,

 Sehingga akan belum feasible menurut saya, jika katakanlah ada perusahaan
 tambang tembaga di sumatera harus mengirimkan bijihnya utk diproses oleh
 freeport or newmount d daerah timur Indonesia,,

 Salam
 Tatzky

 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682
   *From: *kartiko samodro
 *Sent: *Friday, September 19, 2014 14:38

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik rakhmadi avianto
Bener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang
tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah
tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK
yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun.

Lah kok repot ya monggo lanjut

Bravo IAGI
Salam Kaji Avi

-- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
--*

On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote:

  [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible
 for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule
 https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3Dk62K0krrmNtHdiCDctBhcExV3VwDK6Nqjp1MHQ7kaTd5UDuhGiEEvICbSrmfji0BUJkzoXUhdtJ8IcB3blicWenZ%252BZ6qf8OW10nJ4YJaOq%252BNsM7y2usSQVuMFVHR2%252BCTfRLBUc1AfqU%253D%26key%3D8JDLot1nanw%252B2jNlAnScN3SxIMS%252FED4yYNYSwMFEO58%253Dtc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001
 | More info
 http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001

 Dear all,



 Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost
 component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat
 sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)

 Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah
 “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam
 hitungan detik)

 Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal
 (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk
 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)

 Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi
 pembangkit listrik.



 Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di
 lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi

 Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant



 Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan
 menggunakan pasokan dari PLN.

 Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or
 Captive Power)



 Salam,

 E. Bawa Santosa

 (Bekas Geologist)



 *Note : *

 *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan
 dalam calculation modeling*

 · *Location : Natural Resources*

 · *Size of Natural resources (natural reserve)*

 · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)*

 · *Location : Smelting plant*

 · *Size of production capacity *

 · *Size of MW power plant to be required*

 · *And any others technical and commercial considerations*





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 tatzk...@gmail.com
 *Sent:* 19 September 2014 9:29
 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi
 *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Pak Jassin,



 Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus
 bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya..



 Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,,
 wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik
 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan
 ktrangan tman yg tnggal d Kendari)

 apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur
 disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,,



 Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri



 Salam

 Tatzky







 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682

 *From: *Bandono Salim

 *Sent: *Friday, September 19, 2014 10:20

 *To: *Iagi

 *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Selamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya
 kalau tetap dari PLN akan mahal.
 Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori.
 Katanya Cina dan Ustrali juga bikin pltb low kalori.
 Salam.

 Pada 19 Sep 2014 08:32, makkawaru jassin makkaw...@gmail.com menulis:

 insya allah sampai pak. utk sulawesi tenggara, pembangunan smelter utk npi
 nikel (10-15%) kapasitas 20 rb-50 rb npi ton/yr akan di bangun oleh bumd
 hsl pengembangan teknologi pemurnian kerjasama pemda dan its. basicnya
 adalah low energy dan low cost refinery tapi friendly environment.
 sayangnya sdm bumd pd umumnya jg low skill dan knowladge tp ini akan
 diusahakan utk diperbaiki. goalnya jika berhsl mk pola ini akan
 direkomdasikan bagi yg akan bangun smelter di sultra dan sbg pembanding di
 dlm pengajuan investasi smelter nikel utk cfn atau npi. tantangan ke depan
 adalah mencari mitra stategis utk feeding orenya yg sesuai dlm grade dan
 tonnase cadangannya. peran geologi di dinas dan jg bagi pengda iagi sultra
 

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik tatzkyrs
Pak Rahmadi, kenyataan dan ide memang tdk sejalan,,Tetapi efeknya langsung kpda geologis tambang,SalamTatzky  Sent from my BlackBerry 10 smartphone.Tatzky Reza SetiawanGeologist+62 82136 125314+62 81294 037682  From: rakhmadi aviantoSent: Friday, September 19, 2014 17:43To: iagi-net@iagi.or.idReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plantBener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun.Lah kok repot ya monggo lanjutBravo IAGISalam Kaji Avi-- Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --
On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote:





This message is eligible for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) 
Add cleanup rule
 | More info




Dear all, Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam hitungan detik)Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi pembangkit listrik.Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupiInilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plantMohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan menggunakan pasokan dari PLN.Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or Captive Power)Salam,E. Bawa Santosa (Bekas Geologist)Note : Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan dalam calculation modeling· Location : Natural Resources· Size of Natural resources (natural reserve)· Transportation mode (sea freight or land transportation mode)· Location : Smelting plant· Size of production capacity · Size of MW power plant to be required· And any others technical and commercial considerationsFrom: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of tatzk...@gmail.comSent: 19 September 2014 9:29To: iagi-net@iagi.or.id; IagiSubject: Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam "krisis" unemployementPak Jassin,Mantap kalo begitu,, itulah yg "solusi" yg menurut saya baik, BUMD harus bergerak disana -- dengan semangat "nasionalisme"nya..Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,, wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik "24" jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan ktrangan tman yg tnggal d Kendari)apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,,Industri BUMD - akan cepat berkembang jika "mandiri"SalamTatzkySent from my BlackBerry 10 smartphone.Tatzky Reza SetiawanGeologist+62 82136 125314+62 81294 037682 From: Bandono SalimSent: Friday, September 19, 2014 10:20To: IagiReply To: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam "krisis" unemployementSelamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya kalau tetap dari PLN akan mahal.Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori. Katanya Cina dan Ustrali juga bikin pltb low kalori.Salam.Pada 19 Sep 2014 08:32, "makkawaru jassin" makkaw...@gmail.com menulis:insya allah sampai pak. utk sulawesi tenggara, pembangunan smelter utk npi nikel (10-15%) kapasitas 20 rb-50 rb npi ton/yr akan di bangun oleh bumd hsl pengembangan teknologi pemurnian kerjasama pemda dan its. basicnya adalah low energy dan low cost refinery tapi friendly environment. sayangnya sdm bumd pd umumnya jg low skill dan knowladge tp ini akan diusahakan utk diperbaiki. goalnya jika berhsl mk pola ini akan direkomdasikan bagi yg akan bangun smelter di sultra dan sbg pembanding di dlm pengajuan investasi smelter nikel utk cfn atau npi. tantangan ke depan adalah mencari mitra stategis utk feeding orenya yg sesuai dlm grade dan tonnase cadangannya. peran geologi di dinas dan jg bagi pengda iagi sultra adalah memberi 

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik makkawaru jassin
Benar memang merefinery nikel dari kadar low grade jika dgn pyrometallurgy
perlu energi yg besar. presentasi dari metalurgi its bhw akan menggunakan
listrik yg kecil bhkan akan menggunakan kembali panas tanur (close system)
sbg steam utk pembangkit tenaga uap. semoga ini benar shg proses ini tdk
semata tergantung PLN yg di kendari hanya surplus energy 2 MW sj.(miris
juga)
Pada 19 Sep 2014 16:52, tatzk...@gmail.com menulis:

Pak Rahmadi, kenyataan dan ide memang tdk sejalan,,

Tetapi efeknya langsung kpda geologis tambang,

Salam
Tatzky


Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
Tatzky Reza Setiawan
Geologist
+62 82136 125314
+62 81294 037682
  *From: *rakhmadi avianto
*Sent: *Friday, September 19, 2014 17:43
*To: *iagi-net@iagi.or.id
*Reply To: *iagi-net@iagi.or.id
*Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

Bener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang
tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah
tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK
yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun.

Lah kok repot ya monggo lanjut

Bravo IAGI
Salam Kaji Avi

-- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
--*

On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id wrote:

  [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is eligible
 for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule
 https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3Dk62K0krrmNtHdiCDctBhcExV3VwDK6Nqjp1MHQ7kaTd5UDuhGiEEvICbSrmfji0BUJkzoXUhdtJ8IcB3blicWenZ%252BZ6qf8OW10nJ4YJaOq%252BNsM7y2usSQVuMFVHR2%252BCTfRLBUc1AfqU%253D%26key%3D8JDLot1nanw%252B2jNlAnScN3SxIMS%252FED4yYNYSwMFEO58%253Dtc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001
 | More info
 http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001

 Dear all,



 Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost
 component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat
 sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)

 Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah
 “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam
 hitungan detik)

 Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal
 (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk
 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)

 Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi
 pembangkit listrik.



 Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di
 lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi

 Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant



 Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan
 menggunakan pasokan dari PLN.

 Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or
 Captive Power)



 Salam,

 E. Bawa Santosa

 (Bekas Geologist)



 *Note : *

 *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan
 dalam calculation modeling*

 · *Location : Natural Resources*

 · *Size of Natural resources (natural reserve)*

 · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)*

 · *Location : Smelting plant*

 · *Size of production capacity *

 · *Size of MW power plant to be required*

 · *And any others technical and commercial considerations*





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 tatzk...@gmail.com
 *Sent:* 19 September 2014 9:29
 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi
 *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Pak Jassin,



 Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus
 bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya..



 Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,,
 wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik
 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan
 ktrangan tman yg tnggal d Kendari)

 apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur
 disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,,



 Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri



 Salam

 Tatzky







 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682

 *From: *Bandono Salim

 *Sent: *Friday, September 19, 2014 10:20

 *To: *Iagi

 *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Selamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya
 kalau tetap dari PLN akan mahal.
 Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori.
 Katanya Cina dan

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik Bandono Salim
Maka buatlah powerplant di dekat smelter. Kecil kecil kalau banyak kan jadi
besar juga. Kalau mau yang kecil dengan hasil energi besar ya buatlah
PLTN.ini urusan besar sehingga pemerintah pusat yang menangani masalah
perijinan dari PBB. Tidak mungkin hanya propinsi;  apalagi kabupaten.
Mari kita pikirkan bersama dan ajukan proposal ke presiden baru.
Salam hormat.bdn.
Pada 19 Sep 2014 18:20, makkawaru jassin makkaw...@gmail.com menulis:

 Benar memang merefinery nikel dari kadar low grade jika dgn
 pyrometallurgy  perlu energi yg besar. presentasi dari metalurgi its bhw
 akan menggunakan listrik yg kecil bhkan akan menggunakan kembali panas
 tanur (close system) sbg steam utk pembangkit tenaga uap. semoga ini benar
 shg proses ini tdk semata tergantung PLN yg di kendari hanya surplus energy
 2 MW sj.(miris juga)
 Pada 19 Sep 2014 16:52, tatzk...@gmail.com menulis:

 Pak Rahmadi, kenyataan dan ide memang tdk sejalan,,

 Tetapi efeknya langsung kpda geologis tambang,

 Salam
 Tatzky


 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682
   *From: *rakhmadi avianto
 *Sent: *Friday, September 19, 2014 17:43
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

 Bener setuju kayaknya smelter memang tidak bisa di bangun disembarang
 tempat, karena kalo dipaksakan makan cost effeciency tidak akan pernah
 tercapai. Ide sudah bagus tapi memang harus dibarengi dg pengadaan LISTRIK
 yg memadai dilokasi yg diwajibkan smelter tsb dibangun.

 Lah kok repot ya monggo lanjut

 Bravo IAGI
 Salam Kaji Avi

 -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
 --*

 On Fri, Sep 19, 2014 at 10:22 AM, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 wrote:

  [image: Boxbe] https://www.boxbe.com/overview This message is
 eligible for Automatic Cleanup! (eba...@cbn.net.id) Add cleanup rule
 https://www.boxbe.com/popup?url=https%3A%2F%2Fwww.boxbe.com%2Fcleanup%3Ftoken%3Dk62K0krrmNtHdiCDctBhcExV3VwDK6Nqjp1MHQ7kaTd5UDuhGiEEvICbSrmfji0BUJkzoXUhdtJ8IcB3blicWenZ%252BZ6qf8OW10nJ4YJaOq%252BNsM7y2usSQVuMFVHR2%252BCTfRLBUc1AfqU%253D%26key%3D8JDLot1nanw%252B2jNlAnScN3SxIMS%252FED4yYNYSwMFEO58%253Dtc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001
 | More info
 http://blog.boxbe.com/general/boxbe-automatic-cleanup?tc_serial=18641221412tc_rand=2051333722utm_source=stfutm_medium=emailutm_campaign=ANNO_CLEANUP_ADDutm_content=001

 Dear all,



 Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost
 component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat
 sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)

 Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah
 “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam
 hitungan detik)

 Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal
 (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk
 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)

 Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi
 pembangkit listrik.



 Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di
 lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi

 Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting
 plant



 Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan
 menggunakan pasokan dari PLN.

 Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or
 Captive Power)



 Salam,

 E. Bawa Santosa

 (Bekas Geologist)



 *Note : *

 *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan
 dalam calculation modeling*

 · *Location : Natural Resources*

 · *Size of Natural resources (natural reserve)*

 · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)*

 · *Location : Smelting plant*

 · *Size of production capacity *

 · *Size of MW power plant to be required*

 · *And any others technical and commercial considerations*





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 tatzk...@gmail.com
 *Sent:* 19 September 2014 9:29
 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi
 *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Pak Jassin,



 Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus
 bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya..



 Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,,
 wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik
 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan
 ktrangan tman yg tnggal d Kendari)

 apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur
 disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,,



 Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri



 Salam

 Tatzky

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik S. (Daru) Prihatmoko
³Kewajiban² membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian memang cukup pelik
bagi baik perusahaan pemegang KK/ IUP maupun pemerintah sendiri. Selain yg
dikemukakan kawan-kawan di bawah sana (pasokan listrik, umur tambang yg
tidak match dng umur smelter, dsb), kesulitan lain secara teknis adalah
tidak sembarang ore (walaupun komoditinya sama) bisa dimasukkan ke satu
smelter.  Yg saya tahu suatu smelter dibangun dan bisa dioperasikan untuk
satu karakteristik tipe ore yg sama. Contohnya: walaupun sama-sama komoditi
Cu, tapi kalau mineral pengotornya dan ikutannya berbeda jenis apalagi kadar
nya, akan memerlukan spec smelter yg berbeda pula. Adjustment pada smelter
ataupun pada pemrosesan konsentrat tentunya bisa dilakukan ­ tapi itu
artinya tambahan cost. Jadi secara teknis dan operasional memang tidak
sederhana.

Namun lepas dari masalah teknis di atas, pewajiban pemrosesan dan pemurnian
dalam negeri cepat atau lambat mestinya akan membawa lebih banyak hal
positip bagi negeri (spt dibahas diemial kawan-kawan di bawah). Oleh
karenanya pemerintah harus menjembatani dengan baik proses transisi ini,
untuk meredam gejolak yg timbul. Jalan keluar yg akhirnya didapatkan pada
kasus Newmont pada bbrp hari terakhir ini sangat baik sekali. Semoga ini
bisa menyelamatkan kawan-kawan (yg tersisa) dan terancam kehilangan
pekerjaan.

Salam,
Daru   

From:  Haryo Pangaribowo ipankge...@gmail.com
Reply-To:  iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Date:  Friday, September 19, 2014 at 12:40 PM
To:  iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Subject:  Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

Banyak dari kita mungkin terlupakan (atau melupakan) untuk membahas
perusahaan-perusahaan di luar kontrak karya (para pemegang IUP) yang boleh
dibilang kontribusinya juga cukup besar, yang apabila dibandingkan dengan
ngelotoknya KK di Indonesia karena sudah sangat lama bekerja di negara yang
kita cintai ini, punya kemajuan yang cukup signifikan untuk
mengimplementasikan amanat UU Minerba 4/2009.

Kementerian ESDM menjelang akhir tahun lalu membuat paparan mengenai laporan
progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian terhadap sekitar
170-an perusahaan. Proses evaluasi ini dilakukan oleh tim penilai dari
akademisi (FTTM ITB), peneliti (BPPT, LIPI, tekMIRA) dan Subdit Ditjen
Minerba.

Saya lampirkan potongan dari hasil evaluasi tersebut, yang memperlihatkan
persentase kesiapan para pemegang IUP untuk serius mengimplementasikan
amanat UU MInerba kita.

Yang saya amati, kendala terbesar adalah masalah power plant yang memang
tidak terlalu di-support segera oleh pemerintah (PLN) dan akhirnya mereka
harus menyiapkan investasi ekstra untuk membangun power plant sendiri.

Kegaduhan nasional-internasional mengenai keengganan pemegang KK untuk
membangun fasilitas smelting yang sebenarnya lebih diamanatkan untuk mereka,
tidak menyurutkan para pemegang IUP ini, yang notabene sebagian besar adalah
pengusaha nasional sendiri yang seringnya lebih dipinggirkan oleh pemerintah
kita sendiri.

Semoga pemerintahan yang akan datang, khususnya menteri ESDM yang akan
ditunjuk oleh presiden terpilih sekarang, bisa lebih memperhatikan para
pemegang IUP yang serius untuk bersama-sama membangun industri tambang
nasional. Karena selama ini, sektor pertambangan mineral terutama yang
dikerjakan oleh para pengusaha nasional lebih diberi perhatian yang sama
dengan para pemegang KK.
Dan semoga IAGI dengan ketua umum yang baru akan dapat menjembatani peran
kita untuk bersama-sama membangun industri tambang nasional.


2014-09-19 11:18 GMT+07:00 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com:
 Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang dapat
 digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ?
  
 Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya
 mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini.
 Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ?
  
 http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelte
 r-Segera-Dibangun
  
 Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter  ini selesai terbangun, memang
 akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan bagus
 bagi industri pertambangan dan Indonesia .
  
 
 2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id:
 
 Dear all, 
  
 Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost component
 untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat sensitif
 (sekitar 50% s/d 65 %)
 Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah
 ³extreme swing load² (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam
 hitungan detik)
 Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal (high
 reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk 100 MW
 kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)
 Dalam hal ini ada potensi ³idle power² sekitar 50 % dalam operasi pembangkit
 listrik.
  
 Dengan demikian, PLN

RE: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-19 Terurut Topik E.Bawa Santosa
Mas Daru,

 

Memang pengelolaan pertambangan di Indonesia bisa dilihat dengan beberapa
aspek, antara lain :

. Up stream (natural resources)

. Mid stream (process plant)

. Down stream (application)

 

Bagi perusahaan besar yang memiliki Technology, human resources and
financial akan lebih mudah mengambil peran di seluruh aspek tersebut di
atas.  Namun, tidak banyak perusahaan pertambangan yang memiliki kemampuan
tersebut.

 

Setahu saya hal yang penting bagi pemerintah indonesia adalah : usaha
pertambangan harus memberikan nilai positip bagi nusa dan bangsa baik secara
ekonomi, sosial, lingkungan dan bahkan pertahanan.  Usaha pertambangan harus
dikelola sesuai dengan kaidah hukum dan peraturan yang berlaku secara
konsisiten, konsekwen dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, bagi kita (warga IAGI) selayaknya mengambil peran serta
(sesuai dengan tanggung profesional) untuk mendukung program pemerintah
tersebut.

 

Mengenai hiruk-pikuknya program pemerintah yang mewajibkan perusahaan
pemegang KK/IUP untuk membangun smelter, bisa kita cermati bahwa semenjak UU
no 4 2009 diberlakukan tidak banyak perusahaan pertambangan yang memberikan
respon bahkan menyusun business plan baru.  Namun, setelah lima (5) tahun
sesuai dengan UU no 4 th 2009 tersebut mulai efektif dan ditindak lajuti
program pemerintah Indonesia (ESDM Dit Jend Minerba) menerbitkan PP no 1 th
2014 sebagai implementasinya, mendadak banyak perusahaan tambang tergagap
dan terkejut.

 

Betul bahwa pemilihan teknologi untuk smelting plant sangat berkaitan dengan
raw material yang akan diproses, namun sebetulnya secara business
pembangunan smelting plant tetap bisa diperhitungkan untuk mencapai nilai
ke-ekonomiannya.  

 

Jika kontribusi pasokan listrik sangat sensitip (50% s/d 65% dari komponen
biaya) dan membutuhkan pembangkit listrik yang handal untuk meng-handle
extreme swing load dari pola kerja electrode-nya smelting plant.  Maka
perlu dicari teknologi pembangkit least cost, misalnya hydro power plant
atau coal fired power plant atau energi lain yang murah.

 

Secara business, bisa dipertimbangkan bahwa pembangkit listrik (pemasok
listrik) menjadi business entity yang terpisah dengan perusahaan
pertambangannya.  Ada entity baru sebagai : listrik swasta (IPP -
Independent Power Producers) atau bikin anak perusahaan sebagai captive
power supplier (Sekalipun juga dimungkinkan ada pasokan listrik dari PLN
jika memiliki reserve power margin yang mencukupi).

 

Idealnya memang ada dukungan dari pemerintah dalam pengadaan pasokan listrik
ini.  Namun, dibalik dari issue pembangunan smelting plant ini justru akan
menjadi business opportunity baru di lingkungan pertambangan.  

 

Secara kalkulasi ekonomi, tidak perlu ditakutkan mengenai umur ijin
pertambangan.  Sebab apabila investment cost belum balik tapi ijin
pertambangan sudah habis, justru bisa menjadi bargaining power untuk
negosiasi guna memperpanjang perijinannya.

 

Sekali lagi, sebagai GEOLOGIST tidak perlu takut dengan berbagai macam issue
penutupan pertambangan hanya karena disebabkan oleh keharusan membangun
smelting plant.

Perusahaan pertambangan adalah Foreign Direct Investment yang tidak mudah
untuk keluar dan meninggalkan usahanya yang telah berjalan di Indonesia.

 

Semoga bisa menjadi spirit dan motivasi bagi GEOLOGIST di Indonesia.

 

Salam,

E. Bawa Santosa

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S.
(Daru) Prihatmoko
Sent: 20 September 2014 11:30
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

 

Kewajiban membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian memang cukup pelik
bagi baik perusahaan pemegang KK/ IUP maupun pemerintah sendiri. Selain yg
dikemukakan kawan-kawan di bawah sana (pasokan listrik, umur tambang yg
tidak match dng umur smelter, dsb), kesulitan lain secara teknis adalah
tidak sembarang ore (walaupun komoditinya sama) bisa dimasukkan ke satu
smelter.  Yg saya tahu suatu smelter dibangun dan bisa dioperasikan untuk
satu karakteristik tipe ore yg sama. Contohnya: walaupun sama-sama komoditi
Cu, tapi kalau mineral pengotornya dan ikutannya berbeda jenis apalagi kadar
nya, akan memerlukan spec smelter yg berbeda pula. Adjustment pada smelter
ataupun pada pemrosesan konsentrat tentunya bisa dilakukan - tapi itu
artinya tambahan cost. Jadi secara teknis dan operasional memang tidak
sederhana.

 

Namun lepas dari masalah teknis di atas, pewajiban pemrosesan dan pemurnian
dalam negeri cepat atau lambat mestinya akan membawa lebih banyak hal
positip bagi negeri (spt dibahas diemial kawan-kawan di bawah). Oleh
karenanya pemerintah harus menjembatani dengan baik proses transisi ini,
untuk meredam gejolak yg timbul. Jalan keluar yg akhirnya didapatkan pada
kasus Newmont pada bbrp hari teriakhir ini sangat baik sekali. Semoga ini
bisa menyelamatkan kawan-kawan (yg tersisa) dan terancam kehilangan
pekerjaan.

 

Salam,

Daru   

 

From: Haryo Pangaribowo

Re: [iagi-net] Peran supplay listrik untuk smelting plant

2014-09-18 Terurut Topik kartiko samodro
Apakah Indonesia sampai sekarang memang tidak punya smelter sendiri yang
dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk pembangunan smelter baru ?

Sekedar meningkatkan optimisme industri mineral dan pertambangan , saya
mendapat link tentang rencana pembangunan smelter ini.
Mungkin ada yang tahu bagaimana progresnya ?

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/090557005/Akhirnya-Tiga-Pabrik-Smelter-Segera-Dibangun

Mungkin dalam 3 tahun kedepan sampai smelter  ini selesai terbangun, memang
akan ada pengurangan kegiatan explorasi. Tapi saya yakin setelahnya akan
bagus bagi industri pertambangan dan Indonesia .


2014-09-19 10:22 GMT+07:00 E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id:

  Dear all,



 Hanya sekedar sharing knowledge bahwa kontribusi listrik dalam cost
 component untuk proses pemurnian ore mineral (misal : Fe-Ni) adalah sangat
 sensitif (sekitar 50% s/d 65 %)

 Sementara model beban (load model) listrik untuk smelting plant adalah
 “extreme swing load” (perubahan beban Minimum ke beban Maximum hanya dalam
 hitungan detik)

 Oleh karena itu smelting plant membutuhkan pasokan listrik yang handal
 (high reliability) dan memiliki safety factor yang tinggi (misalnya untuk
 100 MW kebutuhan listrik, perlu disiapkan pasokan listrik 150 MW)

 Dalam hal ini ada potensi “idle power” sekitar 50 % dalam operasi
 pembangkit listrik.



 Dengan demikian, PLN pernah menganjurkan agar pembangunan “smelter” di
 lokasi Jawa Timur yang memiliki “reserve power margin” masih mencukupi

 Inilah common case yang harus diperhatikan dalam pembangunan smelting plant



 Mohon dipertimbangkan jika akan membangun “smelting plant” dengan
 menggunakan pasokan dari PLN.

 Apa lagi jika ingin membangun pembangkit listrik sendiri (baik IPP or
 Captive Power)



 Salam,

 E. Bawa Santosa

 (Bekas Geologist)



 *Note : *

 *Memang masih ada beberapa faktor utama lain yang harus dipertimbangkan
 dalam calculation modeling*

 · *Location : Natural Resources*

 · *Size of Natural resources (natural reserve)*

 · *Transportation mode (sea freight or land transportation mode)*

 · *Location : Smelting plant*

 · *Size of production capacity *

 · *Size of MW power plant to be required*

 · *And any others technical and commercial considerations*





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 tatzk...@gmail.com
 *Sent:* 19 September 2014 9:29
 *To:* iagi-net@iagi.or.id; Iagi
 *Subject:* Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Pak Jassin,



 Mantap kalo begitu,, itulah yg solusi yg menurut saya baik, BUMD harus
 bergerak disana -- dengan semangat nasionalismenya..



 Jika pake listrik PLN, betul akan sdkit mahal,, dan juga sdkit sangsi,,
 wong daerah Sulawesi saja kekurangan asupan listrik utk berjalan listrik
 24 jam.. hehehe, (berdasarkan pengalaman bekerja d Palu Sulawesi, dan
 ktrangan tman yg tnggal d Kendari)

 apalgi diminta utk menghidupi smelter dan segala infrastruktur
 disekitarnya, - camp pkerja, kantin, pengolahan B3,,



  Industri BUMD - akan cepat berkembang jika mandiri



  Salam

 Tatzky







 Sent from my BlackBerry 10 smartphone.
 Tatzky Reza Setiawan
 Geologist
 +62 82136 125314
 +62 81294 037682

 *From: *Bandono Salim

 *Sent: *Friday, September 19, 2014 10:20

 *To: *Iagi

 *Reply To: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *Re: [iagi-net] Peran IAGI dalam krisis unemployement



 Selamat atas kemampuan membuat smelter yang tidak mahal. Hanya listriknya
 kalau tetap dari PLN akan mahal.
 Sekalian bikin PLTBtbr yang menggunakan low kalori.
 Katanya Cina dan Ustrali juga bikin pltb low kalori.
 Salam.

 Pada 19 Sep 2014 08:32, makkawaru jassin makkaw...@gmail.com menulis:

 insya allah sampai pak. utk sulawesi tenggara, pembangunan smelter utk npi
 nikel (10-15%) kapasitas 20 rb-50 rb npi ton/yr akan di bangun oleh bumd
 hsl pengembangan teknologi pemurnian kerjasama pemda dan its. basicnya
 adalah low energy dan low cost refinery tapi friendly environment.
 sayangnya sdm bumd pd umumnya jg low skill dan knowladge tp ini akan
 diusahakan utk diperbaiki. goalnya jika berhsl mk pola ini akan
 direkomdasikan bagi yg akan bangun smelter di sultra dan sbg pembanding di
 dlm pengajuan investasi smelter nikel utk cfn atau npi. tantangan ke depan
 adalah mencari mitra stategis utk feeding orenya yg sesuai dlm grade dan
 tonnase cadangannya. peran geologi di dinas dan jg bagi pengda iagi sultra
 adalah memberi masukan terhadap hal tsb shg bumd mendpt gambaran calon
 mitra yg layak. masalah ini bkn simpel tp tdk jg tdk dapat di pecahkan.
 terutama masalah pelaporan cadangan mineral hasil eksplorasi yg dilakukan
 oleh perusahaan kebanyakan tdk berdasarkan kaidah yg hasilnya dapat di
 pertanggungjawabkan. maka cocok rasanya program cpi yg sdh digagas mgei dan
 perhapi dpt dipercepat shg setiap provinsi sdh memiliki cpi yg sesuai dgn
 sd mineralnya. belum lagi masalah2 administrasi terkait regulasi2 yg
 panjang dan spt tumpang