[kisunda] PERSIS-Berada di Persimpangan Jalan
oleh Tiar Anwar Bachtiar MUKTAMAR Persis dan otonomnya (Persistri, Pemuda Persis, Pemudi Persis, Himpunan Mahasiswa Persis, dan Himpunan Mahasiswi Persis) yang akan diselenggarakan serempak di Garut dan Tasikmalaya, 25-27 September 2010 ini memiliki nilai strategis yang akan sangat menentukan gerak langkah Persis di masa yang akan datang. Secara umum, selain akan menentukan kepemimpinan baru setelah ditinggalkan K.H. Sidiq Amin, Persis juga sesungguhnya menghadapi tantangan kekinian yang harus segara disikapi dengan pandangan jauh ke depan. Kalau tidak disikapi secara tepat, dakwah Persis di masa mendatang akan segera tergeser oleh munculnya gerakan-gerakan dakwah baru yang lebih agresif dan visioner. Kepercayaan umat akan semakin turun. Itu artinya, Persis tidak dapat lagi ber-fastabiqul-khairât untuk turut berjihad melayani umat. Secara hitungan usia, Persatuan Islam (Persis) termasuk ormas yang sudah berdiri sejak lama (tahun 1923), bahkan sebelum lahirnya republik ini. Pada kemunculannya pertama kali, Persis tampil dengan ciri khasnya sendiri yang tidak terlalu banyak ditekuni organisasi lain. Persis tampil sebagai corong pemikiran keagamaan yang belakangan disebut oleh para peneliti sebagai pemikiran modernis atau reformis. Sekalipun istilah ini tidak selalu tepat, tetapi nama inilah yang kemudian populer. Persis bukan yang pertama, tetapi agresivitas Persis melalui media-media yang dipublikasikannya ke seluruh Indonesia membuat nama aktivisnya yang hanya beberapa menjadi dikenal cukup baik. Tidak kurang dari tokoh seperti Soekarno merasa harus berkonsultasi dengan A. Hassan mengenai masalah agama saat dia ditahan di Endeh. Rekaman dialog A. Hassan dengan Soekarno diabadikan dalam salah satu bab buku Soekarno Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I dan satu buku kecil bertajuk Surat-Surat dari Endeh. Saat itu Persis seolah mendapatkan positioning yang tepat dalam gerakan Islam di Indonesia sehingga keberadaannya memiliki tempat tersendiri. Sebelum munculnya Institut Agama Islam Negeri, ormas yang memiliki perhatian terhadap masalah-masalah pemikiran keagamaan seperti Persis menjadi salah satu kawah candradimuka lahirnya ahli-ahli agama. Inilah kemudian yang mengantarkan Persis memantapkan posisinya dengan mendirikan lembaga pendidikan yang berbeda dari gerakan modernis lain, yaitu pesantren. Padahal, pesantren adalah trademark kelompok yang oleh para peneliti disebut tradisionalis. Pada saat Muhammadiyah lebih fokus mengembangkan sekolah-sekolah umum yang kelak akan mempersiapkan calon teknokrat, Persis lebih memilih mendirikan pesantren yang akan mempersiapkan calon-calon ulama dan ahli agama. Bahkan sampai saat ini, dari dua ratusan lebih lembaga pendidikan Persis yang tersebar di seluruh Indonesia, sembilan puluh persen masih berlabel pesantren. Mirip NU Secara kultur pun manajemen kaderisasi dan pengembangan organisasi masih bertumpu pada jaringan-jaringan pesantren. Dari sisi ini sesungguhnya Persis lebih mirip dengan NU yang disebut tradisionalis dibandingkan dengan Muhammadiyah yang modernis. Walaupun demikian, identitas sebagai kelompok modernis-perkotaan yang telanjur melekat membuat Persis berada di persimpangan. Di satu sisi pengembangan organisasi ingin dimodernisasi, tetapi pengaruh kultur pesantren cukup kuat mengakar. Pemaduan di antara kedua kultur ini tidak selalu berhasil baik dalam berbagai hal. Persoalannya bukan pada mana yang lebih baik, tetapi apa penanganan paling tepat dalam konteks kultural seperti ini. Di satu sisi, ketika ingin ditangani dengan model organisasi modern-perkotaan, perpindahan aktivisme Persis dari pusat-pusat kota ke perdasaan sejak paling kurang empat puluh tahun belakangan ini telah membentuk gugus kultural baru. Gugus budaya ini tidak dapat ditangani dengan skema pengembangan organisasi modern dengan logika masyarakat perkotaan. Masyarakat perdesaan yang lebih senang hidup secara guyub, tidak bisa didekati dengan cara-cara masyarakat perkotaan yang formal dan matematis. Di sisi lain, sejarah Persis yang dilahirkan di tengah-tengah masyarakat perkotaan masih menyisakan semangat modernisasi-perkotaan dari sebagian aktivisnya. Kondisi kultural semacam ini harus dipahami dengan baik oleh siapa pun ke depan yang akan menjadi pemimpin Persis. Secara kreatif dan sinergis, kedua potensi kultural ini harus dipadukan untuk melahirkan kekuatan baru Persis dalam konteks dakwah Islam di Indonesia. Kelihatannya, selama ini tarik-menarik dan saling curiga di antara kedua gugus kultural yang masih berkembang di Persis ini masih terlalu tinggi. Akibatnya, bukan sinergi yang terjadi, melainkan saling melemahkan. Walaupun sampai saat ini dakwah Persis masih tetap bertahan dan secara kuantitas terus berkembang, tetapi sering Persis seolah kehilangan isu. Mengangkat isu lama sudah tidak relevan, menggali isu baru masih terlihat agak belum terbiasa. Dakwah Persis pun menjadi agak asing di tengah derasnya gelombang
[kisunda] Jakarta alias Betawi alias Sunda Kalapa
(1). Betawi yg dulu sepi...Sunda Kelapa menaungi hening...Peradaban mengajarkan santun... Rakyat dan alam senafas...Berguru ke Bumi. (2). Sunda Kelapa tempat menambatkan rindu...Kilau pesisir sinarnya mengundang segala bangsaSeluruh Negeri datang menuai damai.. (3). Silaturahmi sambil berniaga...Dengan Negeri Padjadjaran yg terbukti membahagiakan rakyat-nya...Dimanja gemahripah loh jinawi.. (4). Sri Baduga Maha Raja Prabu Siliwangimenggoreskan tinta emas Sejarahdan...rela mengalah ...Hilang sirna (Ngahiang / moksa)... (5). Dilindas Luka Sejarah Ajaran Sunda Wiwitan dan Islam bertabrakanBeliau membiarkan mengalir, jadi Peradaban Baru.. (6). Sungai Sejarah mengalir bergerak seiring waktu...Peradan Baru-pun lahirsang bayi diberi nama: DJAKARTA (7). Yg dulu sunyi tenang...kini hiruk-pikuk gelisahdipecut sibuk didera resahsibuk meraup sangu...uang jadi segalanya. (8). Bumi Betawi terlalu ringkih...terlalu berat memanggul beban dahsyat-nya nafsu dan keserakahan... (9). Anak anak air di bawah bumi tersedot haus napsuInduk Air yg tidur tenang terusikkini murka (10). AIR PURBA...sudah ada sebelum planet bumi Tercipta...kini mengundang air laut untuk bertamu ke bawah bumi jakarta (11). Bumi padat diukir rongga...dg asin-nya membatik asik... jadi lorong lorong dan sungai sungai anak kandung samudra (12). Bergerak memenuhi rindumenuju daya pesona Pakuan Pajajaran ( Bogor )... (13). Pangeran Sugiri (Sultan DJakarta) pernah berkata: Tanda tanda Betawi akan kiamatjika sungai Ciliwung jadi kotor hitam pekat. (14). Ibu Kota segera harus pindah...berpacu dg detik,.sesaat akan tenggelam, tak bisa disiasati oleh kepentingan politik dan ekonomi (15). Di Sunda klasik tertulis tentang eksodus pemindahan Puseur Dayeuh ( Ibu Kota )... (16). Ke Taneuh Maneuh Sagala Wangsa ( Bumi Abadi Segala Bangsa )...diperkirakan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur... (17). Sekitar lingkar Sentul, Cileungsi, Jonggol, Cikunduldi desa Sukma Makmur ada dataran luas rata, dipercaya turun menurun. (18). Tempat turun-nya Burung Burung besi dari segala Negerikata Kasepuhan bila ini terjadi, sebagai ciri Nusantara Sugih Mukti. (19). Di lingkar Sentul...berdampingan dg Gunung Pancar... Menara Putih menjulang TinggiMekah-nya Hak Azasi Dunia (20). Tempat bersimpuh kesadaran Demokrasi seluruh Umat...bersama mengusung Api Putih...simbul Kemerdekaan Sejati... (21) Oleh Bung Karno Disebut: Mercu Suar- nya segala Bangsa. Source : https://twitter.com/imammudrika
RE: [kisunda] sangu beunyeur
Baheula pare nu sok ditutu teh jenisna pare huma, sikina leuwih kuat napel kanu pakangna, beda jeung pare sawah. Samemeh ditutu morolokeunana lain digebotkeun kanu gebot tapi diirik. Beas beunyeur lolobana ditempat si kuring mah dijual jadi parab hayam anakna atawa manuk. Lamun dipolah sok dijieun anu samodel uras. From: kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dudi Herlianto Sent: Monday, September 20, 2010 10:29 PM To: Urangsunda; kisunda@yahoogroups.com; baraya_su...@yahoogroups.com Subject: [kisunda] sangu beunyeur http://www.facebook.com/photo.php?pid=5070584 http://www.facebook.com/photo.php?pid=5070584fbid=442816857375id=64948737 5#!/photo.php?pid=5070618fbid=442820197375id=649487375 fbid=442816857375id=649487375#!/photo.php?pid=5070618fbid=442820197375id =649487375 Image removed by sender. 63070_442820197375_649487375_5070618_8285755_n.jpg sangu beunyeur beunyeur téh béas bubuk. di jaman baheula nu ngaranna beunyeur réa dihasilkeun sabab ngarobah paré jadi béas masih maké prosés ditutu. ku ditutu, tarik beubeut halu kana lisung teu bisa angger. pedah tanaga manual téa, tanaga manusa mah pan teu bisa dikira-kira. kalan halon teuing tapi leuwih remen deui bedas teuing. nu tungtungna paré nu sakudu ngabéas ngalaleunjeur bubuk jadi beunyeur. sedeng di jaman kiwari, ku ayana mesin giling modern--héleran cek urang lembu kuring mah, nu jigana mah hasil salah déngé tina kecap basa asing--ngabeunyeurna béas bisa leuwih dikurangan. tah balik deui kana sangu beunyeur. najan sarua tina béas, sangu tina beunyeur téksturna béda dibanding sangu tina béas biasa. rasa ngagerenyil sangu beunyeur bakal leuwih rosa. séjénna deui, kuring can kungsi ngasaan sangu beunyeur nu diolah sarua jeung sangu biasa. biasana mah sok bari dibungbuan jeung direueuy ku kacang suuk dibalur ku parud kalapa ngora. tangtu ku cara kitu sangu beunyeur leuwih karasa gurih tinimbang sangu béas biasa. -- d-: dudi herlianto :-q kunyuk nuyun kuuk, kuuk nuyun kunyuk image001.jpgimage002.jpgimage003.jpg
[kisunda] caricangkas
http://www.facebook.com/photo.php?pid=5070905id=649487375ref=notifnotif_t=photo_comment#!/photo.php?pid=5070943id=649487375fbid=442840372375 [image: 60252_442840372375_649487375_5070943_8243941_n.jpg] caricangkas kitu kasebutna di lembur kuring mah (sok rada teu pédé nyebut hiji barang/mangkeluk dina basa sunda téh, sok réa bédana jeung di tempat séjén). sabangsaning simeut nu ogé sok jadi batur jangkrik. enya, mun ditingali tina raga badagna mah caricangkas teh méh jiga simeut, boga dua antene dina huluna, jeung dua bebetrik nu jadi suku tukangna. sedengkeun pangna disebut batur jangkrik pedah ieu mangkeluk teh sok ngéar kasada mun peuting geus nyanding, adu manis jeung sora jangkrik. (kétang jangkrik gé boga dua antene jeung dua bebetrik éta, ngan awakna éléh panjang wungkul, jigana mah tiluanana sabangsaning sisimeutan/jajangkrikan/cacaricangkasan.) caricangkas jiga héwan séjénna boga cara keur matéaan kejemna alam. jangjangna sarua jeung warna jeung rupa daun. hal ieu dipaké keur nyamuni ti nu jadi musuh alamna. caricangkas ogé ngarupakeun batur deukeut manusa di pilemburan. jiga bangkong, oray, bangbara, kamarang, jangkrik jeung rea deui hewan sejenna nu teu asa-asa lamun asup ka imah jelema. -- d-: dudi herlianto :-q kunyuk nuyun kuuk, kuuk nuyun kunyuk
[kisunda] Budaya - Meong Panjalu?
MAUNG PANJALU : SASAKALA by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, September 21, 2010 at 3:17pm *Sasakala Maung Panjalu * Kocapkeun di Karajaan Majapahit, Prabu Brawijaya anu ngaheuyeuk eta nagara keur anteng neuteup bulan purnama. Nginget-nginget kajadian mangsa ka tukang, kajadian anu ngabengkahkeun dua karajaan, Karajaan Majapahit jeung Karajaan Pajajaran. Kajadianana memang geus lila pisan, geus kaliwat sapuluh kitu taun ka tukang. Nyaeta kajadian anu katelah Perang Bubat. Timbul niat anu luhung dina manahna. Niat pikeun nyambungkeun deui duduluran anu kungsi kapegat ku rasa ceuceub. Sabab dihenteu-henteu oge, upama dijujut ka puhu mah, Raja Majapahit jeung Raja Pajajaran teh ti karuhunna mah tunggal sakocoran. Carana mah bisa ngaliwatan pertikahan. Kabeneran Prabu Brawijaya lalagasan keneh. Sang Prabu Brawijaya enggal nyaur Patih. Barabat atuh nyaritakeun pamaksudannana, nyaeta ngalamar putri Karajaan Pajajaran, anu geulis Putri Kencana Rarang. Tujuanana, taya lian pikeun nyambungkeun tali silaturahmi anu kungsi pegat pisan. Kasalahan karuhun urang baheula, henteu hade lamun akibatna terus dikukut, sarta henteu perlu diwariskeun ka anak-incu. Patih sapuk kana pamaksudan Sang Prabu. Poe eta keneh Patih tatan-tatan, ngumpulkeun balad sarta nyadiakeun bekel pikeun indit ngajugjug ka Karajaan Pajajaran. Eta rombongan diluluguan ku hiji Mantri. Dina waktu anu geus ditangtukeun, eta rombongan utusan Majapahit teh indit ninggalkeun nagarana maju ngulon. Lalampahan anu henteu gampang lantaran nyorang leuweung geledegan. Kacaturkeun eta rombongan utusan teh geus tepi bae ka puseur dayeuh Nagara Pajajaran anu perenahna di Dayeuh Kawali. Utusan Majapahit meunang pangbagea anu hade, boh ti rahayat Pajajaran, boh ti Raja Pajajaran. Mantri anu jadi kokolot utusan Majapahit masrahkeun surat ti Prabu Brawijaya anu unggelna seja ngalamar Putri Kencana Rarang bari sakantenan maheutkeun deui tali silaturahmi antara Karajaan Majapahit jeung Pajajaran. Raja Pajajaran nampi eta lamaran, ngingetkeun kana niat luhung Raja Majapahit. Ajakan pikeun hirup sauyunan memang kudu ditarima kalawan jembar. Manakomo, Sang Prabu Brawijaya teh yuswana teu sabaraha geseh sareng Nyi Putri. Tumut kana kapalay sepuhna, Nyi Putri oge kersa dipihukum ku Raja Majapahit. Malah harita keneh oge ditangtukeun waktuna. Wanci anu mustari pikeun jatukrami. Dina waktu anu geus ditangtukeun, Sang Prabu Brawijaya sareng rombonganana angkat ka Pajajaran kanggo rendengan. Sadugina ka Pajajaran, teras bae direndengankeun nyandingkeun kembang Pajajaran Kencana Rarang. Munggah nurub cupu, nu kasep sareng nu geulis. Der atuh ngayakeun pesta kacida ramena. Pesta nagara tujuh poe tujuh peuting. Sagala tatabeuhan ngageder taya reureuhna, lir anu nembongkeun kabungah nyacapkeun kasono. Sanggeus rengse pesta jeung sukan-sukan, Putri Kencana Rarang dicandak ka Majapahit. Ngiring ka ingkang caroge ngaheuyeuk dayeuh. Rumah tanggana estuning reugreug pageuh, ditilaman ku kanyaah dipupuk ku kadeudeuh. Sawatara bulan ti harita Putri Kencana Rarang wawartos ka carogena yen anjeunna ngandeg. Sang Prabu Brawijaya kalintang suka manahna. Nalika bobotna bade majeng ka salapan sasih, bet jorojoy we dina manah Nyi Putri aya kapalay nyelang mulih ka Pajajaran, ku margi palay babar di bali geusanna ngajadi, disakaikeun ku ibu ramana katut kadang wargi. Kawitna mah ku Sang Prabu teu kawidian. Komo deui Nyi Putri dina kaayaan bobot, anu ceuk itungan indung beurang mah, moal dugi ka sasasih oge orok baris medal. Nanging ku margi Nyi Putri keukeuh, sareng nyariosna dibarung ku merebey mili, ahirna mah Sang Prabu teh leah manahna. Mangga atuh ari Rai maksa angkat mah. Mung hapunten, Engkang teu tiasa ngajajapkeun, ku margi nuju pameng mayunan nagara, saur Sang Prabu Brawijaya. Anjeunna ngutus hiji Mantri kapetengan, kanggo ngajajapkeun Nyi Putri ka Pajajaran. Sanggeus bekel katut para pangiringna sadia, bring atuh rombongan Putri Kencana Rarang angkat ti Majapahit seja ngajugjug ka Pajajaran. Angkat nyacat nyorang leuweung geledegan, mipir-mipir pasir mapay-mapay jungkrang. Nyi Putri angkatna ditandu kana joli. Diaping ku Mantri katut para ponggawa. Sanaos kedah nyorang jalan rarumpil, Nyi Putri katingal paromanna bear marahmay, kumargi bade tepang sareng ibu ramana. Sanggeus sababaraha puluh poe lumampah, rombongan Nyi Putri anjog ka hiji tempat di suku Gunung Sawal, kuloneun Ciamis ayeuna. Nyi Putri ngaraos nahnay sareng lalesu. Sering karaos patuangan sapertos nu bade babar. Terus bae pupuhu rombongan teh paparentah supaya rombongan eureun di dinya sarta nyieun sasaungan pikeun Nyi Putri reureuh, jeung bisi enya deuih Nyi Putri babar di dinya. Mantri pupuhu rombongan paparentah deui, supaya ngadegkeun wawangunan anu tohaga. Sabab Ki Mantri ningali galagat Nyi Putri, kana bakal lami reureuhna di dinya. Pikeun nyieun eta wawangunan tea, loba tangkal kai anu rubuh ditaluaran, anu ku urang wetan mah
Re: [kisunda] Budaya - Meong Panjalu?
proses robahna bombang larang jeung kancana meh sarupa jeung nu kaalaman ku anjani, subali jeung sugriwa. bedana nu dua robah jadi maung. nu kadua robah jadi monyet. tah naha hal ieu teh aya hubunganna teu nya? (ah cenah sagala teh disambung-sambung haha) :) 2010/9/21 mh khs...@gmail.com MAUNG PANJALU : SASAKALA by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, September 21, 2010 at 3:17pm *Sasakala Maung Panjalu * Kocapkeun di Karajaan Majapahit, Prabu Brawijaya anu ngaheuyeuk eta nagara keur anteng neuteup bulan purnama. Nginget-nginget kajadian mangsa ka tukang, kajadian anu ngabengkahkeun dua karajaan, Karajaan Majapahit jeung Karajaan Pajajaran. Kajadianana memang geus lila pisan, geus kaliwat sapuluh kitu taun ka tukang. Nyaeta kajadian anu katelah Perang Bubat. Timbul niat anu luhung dina manahna. Niat pikeun nyambungkeun deui duduluran anu kungsi kapegat ku rasa ceuceub. Sabab dihenteu-henteu oge, upama dijujut ka puhu mah, Raja Majapahit jeung Raja Pajajaran teh ti karuhunna mah tunggal sakocoran. Carana mah bisa ngaliwatan pertikahan. Kabeneran Prabu Brawijaya lalagasan keneh. Sang Prabu Brawijaya enggal nyaur Patih. Barabat atuh nyaritakeun pamaksudannana, nyaeta ngalamar putri Karajaan Pajajaran, anu geulis Putri Kencana Rarang. Tujuanana, taya lian pikeun nyambungkeun tali silaturahmi anu kungsi pegat pisan. Kasalahan karuhun urang baheula, henteu hade lamun akibatna terus dikukut, sarta henteu perlu diwariskeun ka anak-incu. Patih sapuk kana pamaksudan Sang Prabu. Poe eta keneh Patih tatan-tatan, ngumpulkeun balad sarta nyadiakeun bekel pikeun indit ngajugjug ka Karajaan Pajajaran. Eta rombongan diluluguan ku hiji Mantri. Dina waktu anu geus ditangtukeun, eta rombongan utusan Majapahit teh indit ninggalkeun nagarana maju ngulon. Lalampahan anu henteu gampang lantaran nyorang leuweung geledegan. Kacaturkeun eta rombongan utusan teh geus tepi bae ka puseur dayeuh Nagara Pajajaran anu perenahna di Dayeuh Kawali. Utusan Majapahit meunang pangbagea anu hade, boh ti rahayat Pajajaran, boh ti Raja Pajajaran. Mantri anu jadi kokolot utusan Majapahit masrahkeun surat ti Prabu Brawijaya anu unggelna seja ngalamar Putri Kencana Rarang bari sakantenan maheutkeun deui tali silaturahmi antara Karajaan Majapahit jeung Pajajaran. Raja Pajajaran nampi eta lamaran, ngingetkeun kana niat luhung Raja Majapahit. Ajakan pikeun hirup sauyunan memang kudu ditarima kalawan jembar. Manakomo, Sang Prabu Brawijaya teh yuswana teu sabaraha geseh sareng Nyi Putri. Tumut kana kapalay sepuhna, Nyi Putri oge kersa dipihukum ku Raja Majapahit. Malah harita keneh oge ditangtukeun waktuna. Wanci anu mustari pikeun jatukrami. Dina waktu anu geus ditangtukeun, Sang Prabu Brawijaya sareng rombonganana angkat ka Pajajaran kanggo rendengan. Sadugina ka Pajajaran, teras bae direndengankeun nyandingkeun kembang Pajajaran Kencana Rarang. Munggah nurub cupu, nu kasep sareng nu geulis. Der atuh ngayakeun pesta kacida ramena. Pesta nagara tujuh poe tujuh peuting. Sagala tatabeuhan ngageder taya reureuhna, lir anu nembongkeun kabungah nyacapkeun kasono. Sanggeus rengse pesta jeung sukan-sukan, Putri Kencana Rarang dicandak ka Majapahit. Ngiring ka ingkang caroge ngaheuyeuk dayeuh. Rumah tanggana estuning reugreug pageuh, ditilaman ku kanyaah dipupuk ku kadeudeuh. Sawatara bulan ti harita Putri Kencana Rarang wawartos ka carogena yen anjeunna ngandeg. Sang Prabu Brawijaya kalintang suka manahna. Nalika bobotna bade majeng ka salapan sasih, bet jorojoy we dina manah Nyi Putri aya kapalay nyelang mulih ka Pajajaran, ku margi palay babar di bali geusanna ngajadi, disakaikeun ku ibu ramana katut kadang wargi. Kawitna mah ku Sang Prabu teu kawidian. Komo deui Nyi Putri dina kaayaan bobot, anu ceuk itungan indung beurang mah, moal dugi ka sasasih oge orok baris medal. Nanging ku margi Nyi Putri keukeuh, sareng nyariosna dibarung ku merebey mili, ahirna mah Sang Prabu teh leah manahna. Mangga atuh ari Rai maksa angkat mah. Mung hapunten, Engkang teu tiasa ngajajapkeun, ku margi nuju pameng mayunan nagara, saur Sang Prabu Brawijaya. Anjeunna ngutus hiji Mantri kapetengan, kanggo ngajajapkeun Nyi Putri ka Pajajaran. Sanggeus bekel katut para pangiringna sadia, bring atuh rombongan Putri Kencana Rarang angkat ti Majapahit seja ngajugjug ka Pajajaran. Angkat nyacat nyorang leuweung geledegan, mipir-mipir pasir mapay-mapay jungkrang. Nyi Putri angkatna ditandu kana joli. Diaping ku Mantri katut para ponggawa. Sanaos kedah nyorang jalan rarumpil, Nyi Putri katingal paromanna bear marahmay, kumargi bade tepang sareng ibu ramana. Sanggeus sababaraha puluh poe lumampah, rombongan Nyi Putri anjog ka hiji tempat di suku Gunung Sawal, kuloneun Ciamis ayeuna. Nyi Putri ngaraos nahnay sareng lalesu. Sering karaos patuangan sapertos nu bade babar. Terus bae pupuhu rombongan teh paparentah supaya rombongan eureun
[kisunda] Budaya - Sunda Jati?
SUNDA JATI by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, September 21, 2010 at 4:20pm *Sunda JATI * *Bewara kahiji* *Nu ngagem* Urang Sunda Kanekes (ngaran topna: Baduy).Kanekes teh ngaran hiji tempat di Banten. *Ngaran Agama Kapercayaan:* Sunda Wiwitan. Wiwitan teh hartina mimiti, asal, poko, jati.Ngaran sejen: Sunda Asli, Jatisunda (jati, sanes mahoni)* * *Ngaran Pangeran:* Sang Hiyang Keresa (Nu Maha Kuasa), Nu ngersakeun (Yang Maha Menghendaki).Sebutan sejen:Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa),Batara Jagat (Tuhan Penguasa Alam)Batara Seda Niskala (Tuhan Yang Maha Gaib)* * *Tempat Pangeran:* Buana Nyungcung Kabeh dewa dina konsep agama Hindu (Brahmana, Syiwa, Wisnu, Indra, Yama,jrrd) tunduk ka Batara Seda Niskala. *Konsep Alam* ceuk ‘mitologi’ atawa ‘kosmologi’ urang Kanekes aya tilu: 1.Buana Nyungcung, tempat linggih Sang Hiyang Keresa, pangluhurna 2.Buana Panca Tengah, tempat jelema, sato, tatangkalan (kaasup tangkal jengkol jeung peuteuy) jeung sadaya mahluk sejena (sireum, tongo, tumbila,jeung sajabana) 3.Buana Larang , naraka. Panghandapna. Antara Buana Nyungcung jeung Buana Panca Tengah, aya 18 lapisan (langit tea meureun). Lapisan pangluhurna, ngarana Buana Suci Alam Padang, nu ceuk koropak 630 (sigana nomer lomari paranti nunda naskah kuno di Arsip Nasional Jakarta) disebut Alam Kahiyangan atawa Mandala Hiyang, tempat linggihna Nyi Pohaci Sanghiyang Asri jeung Sunan Ambu. (Sunan Ambu ieu ayeuna dijadikeun ngaran gedong teater di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI) Buah Batu. Sang Hiyang Keresa nurunkeun tujuh batara di Sasaka Pusaka Buana. Nu pangkolotna, Batara Cikal, dianggap karuhun urang Kanekes (Baduy). Turunan batara sejenna marentah di daerah Karang, Jampang, Sajra, Jasinga, Bongbang, Banten. Kapangaruhan Hindu Saeutik Mun noong ngaran2 batara (‘utusan’ Sang Hiyang Keresa: Wisawara, Wisnu, Brahma), tetela aya pangaruh ti Hindu kana ieu sistem kapercayaan urang Kanekes. Tapi kapercayaan Urang Kanekes ieu lain Hindu. *Buana Panca Tengah* Ieu wilayah jelema jeung mahluk sejenna, dibagi numutkeun tingkat kasucianana: 1.Sasaka Pusaka Buana, dianggap paling suci, ampir ngarendeng jeung Sasaka Domas (atawa Salaka Domas). Ieu pusat dunya. 2.Kampung Jero, Pusat lingkungan Desa Kanekes 3.Kampung Luar/panamping/penyangga/bumper, Desa Kanekes, jadi pusat Banten 4.Banten, jadi pusat Sunda 5.Tanah Sunda 6.Luar Tanah Sunda *Aturan Hirup:* Titahan jeung Pamali (basa urang dinya, Buyut) ti karuhun. Kabuyutan, tempat nu ngandung rupa-rupa pamali. (Teu meunang anu, teu meunang anu tea….) *Ritual/Upacara:* ngukus, muja, ngawalu, ngalaksa. *Muja* Muja diayakeun di Sasaka Pusaka Buana jeung Sasaka Domas dina waktu nu beda. Di Sasaka Pusaka Buana sataun sakali, lilana tilu poe, tiap tanggal 16, 17, 18 bulan Kawolu (bulan kalima numutkeun sistim kalender Urang Kanekes. US boga sistem kalender sorangan tah!). Muja dipingpin ku Puun (sigana sarupaning kepala adat) Cikeusik, jeung jalma2 kapercayaanana (baris kolot-sesepuh meureun). Poe kahiji, rombongan upacara angkat ka ranggon (Talahab- saung). Ngendong di dinya. Isukna, mandi jeung karamas, terus angkat ka ka Sasaka Pusaka Buana ti arah kaler. Upacara muja dilakukeun di undakan kahiji, ngadep ka pasir/bukit SPB, nepi ka tengah poe. Terus mersihan salira, bari memeres palataran undakan. Beres kitu, ngumbah leungeun jeung suku ti batu Sang Hiyang Pangumbahan. Terus naek ka puncak pasir/bukit. Di dinya rombongan ngala lukut nu napel dina batu. Lukut (lumut) eta disebut komala (permata), dibawa mulang jeung dipercaya bisa ngadatangkeun berkah jang nu merlukeun. *Buyut/Pamali* Aya dua jinis: 1.Buyut Adam Tunggal, pamali nalian urang Tangtu (warga kampung jero). Buyut ieu pamali nu nalian hal poko jeung nu sejenna/rinci 2.Buyut Nuhun, pamali nu berlaku jang orang Panamping jeung Dangka (warga Kanekes Luar). Buyut ieu mah ngan jang nu poko. Jadi nu di Panamping atawa Dangka kaci dilakukeun, tapi di daerah Tangtu/Kampung Jero mah teu kaci. Pamali bin buyut ieu ngandung udagan: a.melindungi kasucian jeung kamurnian suka manusa b.melindungi kamurnian mandala/tempat cicing c.melindungi tradisi Buyut atawa pamali (tabu) diayakeun bisa jadi jang melindungi mandala Kanekes, karena ti samet Karajaan Sunda ancur (1579 Masehi), teu aya deui karajaan nu ngalindungi. Malah sok aya pertentangan kapentingan antara urang Kanekes jeung Kasultanan Banten oge pamarentah kolonial. Tah, ceunah, cara jang melindungi diri sendiri teh make eta pamali atawa buyut! Teu kawasa, ucapan nu kaluar mun kudu ngarempak buyut. *Hukuman atawa sanksi* jang nu ngarempag buyut: dikaluarkeun/dipiceun/ditamping ti lingkungan asal dina jangka waktu nu tangtu, biasana 40 poe. Upacara pelaksanaan hukuman disebut Panyapuan. *Konsep Daur Hirup* Sukma atawa roh jelema asalna ti Kahiyangan, mun hirup di Buana Panca Tengah angges, sukma balik deui ka Kahiyangan (ngahiyang tea meureun!). Waktu
[kisunda] Persib Bandung
Assalamualaikum Wr Wb Punten bade naros ka para sesepuh ari Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung alias Persib Bandung lamun diartikeun kana bahasa sunda kinten-kinten na naon nya nu merenah nuhun sateuacana... Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/kisunda/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/kisunda/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: kisunda-dig...@yahoogroups.com kisunda-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: kisunda-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [kisunda] Budaya - Meong Panjalu?
proses robahna bombang larang jeung kancana meh sarupa jeung nu kaalaman ku anjani, subali jeung sugriwa. bedana nu dua robah jadi maung. nu kadua robah jadi monyet. tah naha hal ieu teh aya hubunganna teu nya? (ah cenah sagala teh disambung-sambung haha) :) - kang Dudi Sigana, aya pancacuriga (silib, sindir, sampir, siloka, sasmita) deui wae nya dina carita Sasakala Maung Panjalu teh, khususna siloka. Kitu sotenan lamun urang make elmu empiris alias henteu percaya jelema bisa jadi sato. Tapi, ayat Al Qur'an anu unina : Kunuu kirodatan khosi'in (mangka jadilah maraneh monyet anu hina) - supata Pangeran ka bangsa Yahudi anu ngarempag larangan usaha dina poe Saptu, jadi dalil qouliyah pikeun kamungkinan bisana jelema jadi sato. Kumaha prosesna? Anging Alloh anu uninga. Atawa...eta ayat oge sarua magrupa hiji siloka? Sababaraha ngaran tempat dina carita sasakala maung Panjalu teh mindeng kaliwatan lamun si kuring nganjang ka lembur. Garahang, hiji tempat diantara Panjalu - Kawali (Panjalu - Kawali anggangna kl 12 km, Garahang pernahna kl 3 km wetaneun alun2 Panjalu), satutasna Ciomas. Garahang. Sabudeureun Garahang loba lengkob anu moal boa baheula mah eta lengkob2 teh caraian, mangrupa situ-situ. Salah sahiji situ anu masih aya nepi ka ayeuna nyaeta Situ Ciater, tonggoheun atawa samemeh Garahang lamun ti jihat Panjalu mah. Moal kitu eta Ciater teh anu disebut Cipangbuangan tea? Anu jelas, eta situ Ciater teh keur kuring mah katembong geueumeun. Maksud teh geus puluhan malah moal boa ratusan kali si kuring ngaliwatan eta situ (da pernahna sisi jalan raya Panjalu-Kawali), can kungsi sakali oge si kuring nempo aya anu wani2 mandi di eta situ, malah anu ngala lauk (nguseup, upamana) arang langka katembong. Dayeuhluhur, pernahna kalereun Panjalu. Nilik aranna mah ieu desa siga anu mibanda ajen dina mangsa baheula, jaman karajaan2. Moal boa Ambu uninga oge sasakala Dayeuhluhur? Mangga diantos pedaranana. Sakitu heula, hatur nuhun parantos diemutkeun deui dongeng lawas, sasakala maung Panjalu (kapungkur kantos maca oge komikna). baktosna, manar 2010/9/21 Dudi Herlianto dudi.herlia...@gmail.com proses robahna bombang larang jeung kancana meh sarupa jeung nu kaalaman ku anjani, subali jeung sugriwa. bedana nu dua robah jadi maung. nu kadua robah jadi monyet. tah naha hal ieu teh aya hubunganna teu nya? (ah cenah sagala teh disambung-sambung haha) :) 2010/9/21 mh khs...@gmail.com MAUNG PANJALU : SASAKALA by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, September 21, 2010 at 3:17pm *Sasakala Maung Panjalu * Kocapkeun di Karajaan Majapahit, Prabu Brawijaya anu ngaheuyeuk eta nagara keur anteng neuteup bulan purnama. Nginget-nginget kajadian mangsa ka tukang, kajadian anu ngabengkahkeun dua karajaan, Karajaan Majapahit jeung Karajaan Pajajaran. Kajadianana memang geus lila pisan, geus kaliwat sapuluh kitu taun ka tukang. Nyaeta kajadian anu katelah Perang Bubat. Timbul niat anu luhung dina manahna. Niat pikeun nyambungkeun deui duduluran anu kungsi kapegat ku rasa ceuceub. Sabab dihenteu-henteu oge, upama dijujut ka puhu mah, Raja Majapahit jeung Raja Pajajaran teh ti karuhunna mah tunggal sakocoran. Carana mah bisa ngaliwatan pertikahan. Kabeneran Prabu Brawijaya lalagasan keneh. Sang Prabu Brawijaya enggal nyaur Patih. Barabat atuh nyaritakeun pamaksudannana, nyaeta ngalamar putri Karajaan Pajajaran, anu geulis Putri Kencana Rarang. Tujuanana, taya lian pikeun nyambungkeun tali silaturahmi anu kungsi pegat pisan. Kasalahan karuhun urang baheula, henteu hade lamun akibatna terus dikukut, sarta henteu perlu diwariskeun ka anak-incu. Patih sapuk kana pamaksudan Sang Prabu. Poe eta keneh Patih tatan-tatan, ngumpulkeun balad sarta nyadiakeun bekel pikeun indit ngajugjug ka Karajaan Pajajaran. Eta rombongan diluluguan ku hiji Mantri. Dina waktu anu geus ditangtukeun, eta rombongan utusan Majapahit teh indit ninggalkeun nagarana maju ngulon. Lalampahan anu henteu gampang lantaran nyorang leuweung geledegan. Kacaturkeun eta rombongan utusan teh geus tepi bae ka puseur dayeuh Nagara Pajajaran anu perenahna di Dayeuh Kawali. Utusan Majapahit meunang pangbagea anu hade, boh ti rahayat Pajajaran, boh ti Raja Pajajaran. Mantri anu jadi kokolot utusan Majapahit masrahkeun surat ti Prabu Brawijaya anu unggelna seja ngalamar Putri Kencana Rarang bari sakantenan maheutkeun deui tali silaturahmi antara Karajaan Majapahit jeung Pajajaran. Raja Pajajaran nampi eta lamaran, ngingetkeun kana niat luhung Raja Majapahit. Ajakan pikeun hirup sauyunan memang kudu ditarima kalawan jembar. Manakomo, Sang Prabu Brawijaya teh yuswana teu sabaraha geseh sareng Nyi Putri. Tumut kana kapalay sepuhna, Nyi Putri oge kersa dipihukum ku Raja Majapahit. Malah harita keneh oge ditangtukeun waktuna. Wanci anu mustari pikeun jatukrami. Dina waktu anu geus ditangtukeun, Sang Prabu Brawijaya sareng rombonganana angkat ka Pajajaran
[kisunda] Sejarah - Wangunan Kuno Jawa Tengah 1
KILAS PINTAS BANGUNAN KUNO (CANDI2) DI JAWA TENGAH - JILID SATU by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, September 21, 2010 at 4:07pm *KILAS PINTAS BANGUNAN KUNO (CANDI2) DI JAWA TENGAH* *C**andi di Jawa Tengah dan Yogyakarta* Pada abad ke-7 sampai dengan awal abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan Hindu bernama Kalingga. Pada akhir paruh pertama abad ke-8, diperkirakan th. 732 M, Raja Sanjaya mengubah nama Kalingga menjadi Mataram. Selanjutnya Mataram diperintah oleh keturunan Sanjaya (Wangsa Sanjaya). Selama masa pemerintahan Raja Sanjaya, diperkirakan telah dibangun candi-candi Syiwa di pegunungan Dieng. Pada akhir masa pemerintahan Raja Sanjaya, datanglah Raja Syailendra yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya (di Palembang) yang berhasil menguasai wilayah selatan di Jawa Tengah. Kekuasaan Mataram Hindu terdesak ke wilayah utara Jawa Tengah. Pemerintahan Raja Syailendra yang beragama Buddha ini dilanjutkan oleh keturunannya, Wangsa Syailendra. Dengan demikian, selama kurang lebih satu abad, yaitu tahun 750-850 M, Jawa Tengah dikuasai oleh dua pemerintahan, yaitu pemerintahan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu dan Wangsa Syailendra yang menganut agama Buddha Mahayana. Pada masa inilah sebagian besar candi di Jawa Tengah dibangun. Oleh karena itu, candi-candi di Jawa Tengah bagian Utara pada umumnya adalah candi-candi Hindu, sedangkan di wilayah selatan adalah candi-candi Buddha. Kedua Wangsa yang berkuasa di Jawa Tengah tersebut akhirnya dipersatukan melalui pernikahan Rakai Pikatan (838 - 851 M) dengan Pramodawardhani, Putra Maharaja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Candi di Jawa Tengah umumnya menghadap ke Timur, dibangun menggunakan batu andesit. Bangunan candi umumnya bertubuh tambun dan terletak di tengah pelataran. Di antara kaki dan tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar, yang berfungsi sebagai tempat melakukan ‘pradaksina’ . Di atas ambang pintu ruangan dan relung terdapat hiasan kepala Kala (Kalamakara) tanpa rahang bawah. Bentuk atap candi di Jawa tengah umumnya melebar dengan puncak berbentuk ratna atau stupa. Keterulangan bentuk pada atap tampak dengan jelas. Di samping letak dan bentuk bangunannya, candi Jawa tengah mempunyai ciri khas dalam hal reliefnya, yaitu pahatannya dalam, objek dalam relief digambarkan secara naturalis dengan tokoh yang mengadap ke depan. Batas antara satu adegan dengan adegan lain tidak tampak nyata dan terdapat bidang yang dibiarkan kosong. Pohon Kalpataru yang dianggap sebagai pohon suci yang tumbuh ke luar dari objek berbentuk bulat banyak didapati di candi-candi Jawa tengah. Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta jumlahnya mencapai puluhan, umumnya pembangunannya mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Mataram Hindu, baik di bawah pemerintahan Wangsa Sanjaya maupun Wangsa Syailendra. Belum semua candi dimuat dalam situs web ini. Masih banyak candi, terutama candi-candi kecil yang belum terliput, di antaranya: Abang, Asu, Bogem, Bugisan, Candireja, Dawungsari, Dengok, Gampingan, Gatak, Gondang, Gua Sentana, Gunungsari, Gunungwukir (Canggal), Ijo, Kelurak, Marundan, Merak, Miri, Morangan, Muncul, Ngawen, Payak, Pendem, Pringapus, Retno, Sakaliman, Sojiwan, Umbul dan Watugudig. *Candi Banyuniba * terletak di selatan Desa Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Letaknya sekitar 200 m dari Candi Barong, sekitar 1 km sebelah barat daya jalan raya Yogya-Solo. Candi Buddha ini berdiri menghadap ke barat, menyendiri di lahan pertanian. Sekitar 15 m di depan bangunan candi mengalir sebuah sungai kecil. Pada saat ditemukan, candi ini hanya berupa reruntuhan. Penelitian dan rekonstruksi yang pertama di mulai pada tahun 1940. berdasarkan hasil penelitian diperkirakan bahwa Candi Banyuniba terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke Barat dan dikelilingi deretan candi perwara berbentuk stupa, 3 berderet di selatan dan 3 lagi di timur. Saat ini baru candi induknya yang berhasil dipugar. Tak satupun candi perwara yang tersisa. Di halaman belakang candi terdapat sebuah lubang seperti sumur. Ukuran Candi Banyuniba relatif kecil, yaitu lebar 11 m dan panjang sekitar 15 m. Tubuh candi berdiri di atas 'batur' setinggi 2,5 m yang terletak di tengah hamparan batu andesit yang tertata rapi. Selisih luas batur dengan tubuh candi membentuk selasar yang cukup lebar untuk dilalui 1 orang. Dinding dan pelipit atas batur dipenuhi dengan hiasan bermotif sulur dan dedaunan yang menjulur keluar dari sebuah wadah mirip tempayan. Di setiap sudut kaki candi terdapat hiasan mirip kepala Kala yang disebut 'jala dwara. Hiasan ini berfungsi sebagai saluran pembuang air hujan. Atap candi berbentuk limasan seperti kubah (dagoba) dengan stupa di puncaknya.Untuk naik ke selasar di permukaan 'batur' (kaki candi) terdapat tangga selebar sekitar 1,2 m, terletak tepat di depan pintu masuk bilik penampil. Pangkal pipi tangga dihiasi dengan kepala sepasang naga dengan mulut menganga lebar.
[kisunda] Musik - Karinding Kaulinan Karuhun?
beunang nyalin tina blogna kang denny yanuar === Karinding, Alat Musik Karuhun Nan Unik by Denny Yanuar http://www.facebook.com/profile.php?id=1256932396 on Tuesday, September 21, 2010 at 11:09pm BILA dilihat dari segi popularitasnya, mungkin hanya sedikit dari kita yang mengenal keberadaan alat musik karinding. Padahal, alat musik ini diprediksi sebagai salah satu jenis instrumen tertua yang merupakan warisan dari peradaban kuno. Tempaan perjalanan sejarah yang sangat panjang tersebut temyata tidak menjadikan eksistensinya makin dikenal masyarakat Terlebih, alat musik karinding sempat dianggap musik komunis, karena kerap dimainkan anggota Lekra, lembaga kebudayaan yang diprediksi bentukan Partai Komunis Indonesia (PKT). Akibatnya, pada masa Orde Baru popularitas alat musik ini makin tenggelam dan dilarang dimainkan. Terlepas dari masalah politik itu, mungkin generasi sebelum kita juga tidak berani mengeksplorasi alat musik karinding, kata Man Jasad (32), salah seorang seniman Sunda yang mencoba mengangkat kembali popularitas alat musik tersebut, saat ditemui di Common Room, Kamis (24/6).Bentuk dari alat musik ini cukup sederhana. Ukuran standar karinding hanya sepanjang sekitar 10 sentimeter dengan lebar 2 sentimeter. Semula alatmusik ini dibuat dari pelepah kawung. Namun, karena sulitnya menemukan pelepah kawung, saat ini para seniman memodifikasi pembuatan alat musik karinding menggunakan bahan baku dari batang bambu. Menurut Man, untuk memainkan alat musik ini cukup mudah. Karinding dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut, lalu ditabuh (dipukul) salah satu ujungnya dengan menggunakan telunjuk. Getaran antara karinding dan mulut tersebutlah yang dapat menghasilkan irama yang unik dan menarik.Alat musik karinding dapatdipadukan dengan berbagai jenis alat musik lain, seperti lem-pung, suling, toleat, bahkan koto (alat musik Jepang). Tidak hanya itu, dari beberapa eksplorasi yang pernah dilakukan, terbukti pula bahwa karinding dapat dikolaborasikan dengan beberapa band modern, seperti dengan grup band Burger Kill, beberapa waktu yang lalu. Lebih lanjut Man mengatakan, banyak alat musik yang hampir serupa dengan karinding di daerah lain, seperti genggong di Bali, rinding di Jawa Tengah bahkan dari luar negeri seperti alat musik jeusharp dari Tibet. Akan tetapi, belum adasejarah tertulis dari naskah kuno yang saya temukan. Hanya berupa cerita lisan dari beberapa orang tua, ucapnya. Perlu pengembangan Untuk dapat memopulerkan kembali alat musik karinding di tengah derasnya arus globalisasi bukanlah suatu perkara yang mudah. Pasalnya, hingga saat ini apresiasi masyarakat terhadap perkembangan seni dan budaya masih sangat minim, terlebih pada seni tradisional. Untuk menyiasatinya, sejak 2008, Man Jasad bersama beberapa rekan seniman lainnya mencoba mengembangkan alat musik karinding ini sesuai dengan kondisi zaman. Buat pengembangannya, yang terpenting adalah pengemasan komposisi musik agar bisa diterima oleh anak muda zaman sekarang. Jadi, intinya dikemas dengan gaya kekinian, dari mulai penyajian sampai performanya, tuturnya.Pengembangan musik karin- ding tersebut temyata cukup membuahkan hasil. Hingga saat ini, telah banyak terbentuk grup karinding di berbagai tempat. Di Cicalengka misalnya, terdapat grup Markipat Karinding yang memainkan alat musik tersebut dengan menggunakan gaya vokal khas aliran death metal. Selain itu, dalam beberapa pergelaran seni juga kerap ditemukan pemaduan karinding dalam pembacaan puisi.Tidak hanya terbatas sampai disitu. Bila kita perhatikan, di beberapa pertunjukan musik metal maupun underground di Kota Bandung, saat ini tidak jarang diselipkan unsur budaya tradisional di sela-sela acaranya. Kebetulan saya sendiri sudah belasan tahun berkecimpung di dunia musik metal. Jadi target utama saya awalnya kepada anak muda yang suka musik metal, ucap Man. Walaupun perkembangan alat musik karinding saat ini mulai diterima oleh kalangan muda, Man mengaku sempat menuai kritik dari beberapa kokolot (senior) seni Sunda, karena cara penyajiannya dianggap tidak sesuai dengan tradisi lama. Akan tetapi, menurut saya pribadi, budaya itu merupakan suatu produk manusia. Jadi, sah-sah saja untuk mengembangkannya sesuai dengan kondisi kekinian. Lagi pula kita belum punya referensi berupa audio yang sudah baku, kata Man. Sekarang mah, yang paling penting bagaimana caranya agar tradisi kita bisa berkontribusi aktif di Jawa Barat khususnya, umumnya di Indonesia dan lebih jauh lagi secara global, katanya. (Albian-syah) Tiba-tiba sebilah kecil bambu itu menyerang berbagai daerah di Jawa Barat; hampir seperti simsalabim mewujud jadi tema popular obrolan di kalangan anak-anak muda, masuk ke dalam diskusi-diskusi seni dan budaya, ikut hadir dalam perhelatan musik modern, bahkan kerap tertulis dalam status para facebookers dan posting banyak blogger. Kedatangannya cukup mencengangkan, dan tentu saja: tak terduga. Tak terduga, karena sebilah bambu itu sama sekali bukan produk temuan
Re: [kisunda] Persib Bandung
Wa'alaikum salam wr wb., Atos cekap Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (Persib) sabab eta mah parantos janten nami unik. Upama ditarjamahkeun kana basa Sunda engkena lain Persib deui. Kaduana, basa Sunda teu tiasa narjamahkeun kecap2 basa Indonesia anu dimimitian ku awalan per. Janten upama ditarjamahkeun kedah milarian padanan atawa kecap anu sarua hartina/maksudna. manar 2010/9/21 yusep_rijal yusep_ri...@yahoo.co.id Assalamualaikum Wr Wb Punten bade naros ka para sesepuh ari Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung alias Persib Bandung lamun diartikeun kana bahasa sunda kinten-kinten na naon nya nu merenah nuhun sateuacana...
Re: [kisunda] Persib Bandung
ari sugan teh per-hiji-an maenbal indonesia bandung, hehehe. 2010/9/22 oman abdurahman omana...@gmail.com Wa'alaikum salam wr wb., Atos cekap Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (Persib) sabab eta mah parantos janten nami unik. Upama ditarjamahkeun kana basa Sunda engkena lain Persib deui. Kaduana, basa Sunda teu tiasa narjamahkeun kecap2 basa Indonesia anu dimimitian ku awalan per. Janten upama ditarjamahkeun kedah milarian padanan atawa kecap anu sarua hartina/maksudna. manar 2010/9/21 yusep_rijal yusep_ri...@yahoo.co.id Assalamualaikum Wr Wb Punten bade naros ka para sesepuh ari Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung alias Persib Bandung lamun diartikeun kana bahasa sunda kinten-kinten na naon nya nu merenah nuhun sateuacana...
Re: [kisunda] Persib Bandung
hehe, naha sanes 'sabilulungan mengbal indonesia bandung' wae nya? :D From: mh khs...@gmail.com To: kisunda@yahoogroups.com Sent: Wednesday, September 22, 2010 14:06:53 Subject: Re: [kisunda] Persib Bandung ari sugan teh per-hiji-an maenbal indonesia bandung, hehehe. 2010/9/22 oman abdurahman omana...@gmail.com Wa'alaikum salam wr wb., Atos cekap Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (Persib) sabab eta mah parantos janten nami unik. Upama ditarjamahkeun kana basa Sunda engkena lain Persib deui. Kaduana, basa Sunda teu tiasa narjamahkeun kecap2 basa Indonesia anu dimimitian ku awalan per. Janten upama ditarjamahkeun kedah milarian padanan atawa kecap anu sarua hartina/maksudna. manar 2010/9/21 yusep_rijal yusep_ri...@yahoo.co.id Assalamualaikum Wr Wb Punten bade naros ka para sesepuh ari Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung alias Persib Bandung lamun diartikeun kana bahasa sunda kinten-kinten na naon nya nu merenah nuhun sateuacana...