Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
Bung Martin dan Bung Poirot, Mungkin perlu dipertegas lagi soal ketidaksetujuan anda terhadap agama jangan dijadikan alat politik itu dalam praktek. Sedikit banyak tampaknya saya punya kesamaan pendapat dengan saudara, hanya saja masih samar-samar. Bagi saya, melarang sebuah partai mengambil agama (agama apapun) sebagai sumber nilai, dasar untuk berperilaku sebuah partai politik adalah sebuah kekeliruan maha dahsyat. Artinya kita akan segera menuju pada sebuah bentuk negara sekuler, padahal pada saat ini di negeri-negeri yang sekuler sekalipun soal ini mulai dipermasalahkan kembali. Menjadikan sebuah partai politik sepenuhnya bebas nilai adalah sebuah kekeliruan umat manusia abad modern. Tetapi, menjadikan agama sekedar sebagai simbol semata tentu saja akan saya tentang habis-habisan. Berkampanye memakai ayat-ayat lantas menghujat partai politik lain dengan mengutip ayat tertentu tentu harus kita tentang. Menggunakan agama sekedar alat untuk berkuasa dan setelah berkuasa yang bersangkutan lupa pada basis agamanya harus kita lawan ! Itulah yang membuat saya tidak respek pada cara-cara kampanye PPP, dan mengagumi perilaku kampanye Partai Keadilan ! Padahal mereka sama-sama Partai Islam, tetapi ternyata cara kampanyenya berbeda sekali satu sama lain. Itu saja poin yang penting yang mungkin masih perlu kita diskusikan kembali. Salam, Iwan Martin Manurung wrote: Bung Hercule ternyata kita tidak bertentangan, I'm happy with the "happy ending" of our discussion Agama sebagai pesan moral yang menunjukkan "arah yang benar" dalam perilaku dan teknik politik, tentu saja kita setuju... Tapi, bila agama dijadikan simbol semata, alat dan jargon-jargon untuk kepentingan politik, itu tidak benar dan tidak baik. Martin Manurung http://www.cabi.net.id/users/martin Dukunglah Kampanye AGAMA untuk PERDAMAIAN! Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB) Kunjungi http://come.to/forma-kub E-mail: [EMAIL PROTECTED] -Original Message- From: Hercule Poirot [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: 22 Mei 1999 0:43 Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Saudara Manurung, Saya kira yang jadi pangkal persoalan adalah pada kata "Alat". Bila yang saudara maksud alat disini adalah memanipulasi agama untuk menjatuhkan pihak lain, saya juga tidak setuju, saya pernah sampaikan hal ini di milist lain. Tetapi kalau partai-partai itu menggunakan agama sebagai landasan gerak juangnya, memeng seharusnya begitu. Saya berterima kasih dan menghargai usaha saudara Manurung dalam mem-fwd dan memberitahu informasi di bawah ini. Salam, Hercule Poirot: "...If we know what we are searching for, it is no longer mysteri..." __ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999! __ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999!
Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
Saudara Manurung, Saya kira yang jadi pangkal persoalan adalah pada kata "Alat". Bila yang saudara maksud alat disini adalah memanipulasi agama untuk menjatuhkan pihak lain, saya juga tidak setuju, saya pernah sampaikan hal ini di milist lain. Tetapi kalau partai-partai itu menggunakan agama sebagai landasan gerak juangnya, memeng seharusnya begitu. Saya berterima kasih dan menghargai usaha saudara Manurung dalam mem-fwd dan memberitahu informasi di bawah ini. Salam, Hercule Poirot: "...If we know what we are searching for, it is no longer mysteri..." From: "Martin Manurung" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Date: Fri, 21 May 1999 01:12:41 +0700 "Latar Belakang"-nya akan sangat panjang untuk dituliskan di milis ini (nanti pada protes "hemat bandwidth dong..!!"). Yang perlu "latar belakang" silakan klik http://come.to/forma-kub Sekali lagi, kalau anda tidak berburuk sangka, misalnya dengan "wah, ada apa dibalik ini", "apakah anda ingin menggembosi", "ini tidak demokratis.." bla..bla..bla..., anda tentu akan pakai hati nurani dan mengerti bahwa memang Agama BUKAN Alat Politik! (masa' sih ada yang setuju bahwa agama adalah "alat" dari sesuatu? Bukankah malah Politiklah yang sebenarnya adalah "alat" untuk mencapai demokrasi dan tujuan-tujuan sesuai dengan nilai-nilai moral agama?) Yah..., kalau ada yang setuju bahwa agama ternyata cuma "alat" dari sesuatu..., wah saya enggak tahu lagi deh keagamaannya. Martin Manurung http://www.cabi.net.id/users/martin Dukunglah Kampanye AGAMA untuk PERDAMAIAN! Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB) Kunjungi http://come.to/forma-kub E-mail: [EMAIL PROTECTED] -Original Message- From: Tedy The Kion [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: 21 Mei 1999 0:55 Subject: RE: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? YAAA! Inilah yang dinamakan DEMOKRASI. Semua orang boleh mengambil bagian dalam BERSUARA meskipun apa yang menurutnya benar bisa berarti tidak benar buat orang lain. Ada suara ketidaksetujuan ada suara yang mendukung, semuanya itu wajar dan memang harus terjadi dalam mahluk DEMOKRATIS. Tetapi... DEMOKRASI sangatlah transparan dan berhadapan langsung dengan KEBEBASAN. Semuanya BEBAS berpendapat asal KEBEBASAN itu tidak KEBABLASAN. Bagaimana DEMOKRASI yang kebablasan itu? 1. Tidak memperhatikan sistim, prosedur, atau hukum yang berlaku. Misalnya arak-arakan tanpa helm, tempel-tempel brosur partai disembarang tempat, terkadang saya pikir demo bisa menjadi candu bagi para 'pemakai' nya sehingga prosedur penyampaian pendapat yang berlaku legal hanya menjadi secondary choice meskipun terkadang alasannya tepat. 2. Hanya mau bersuara tanpa menghormati dan belajar sesuatu demi kebaikan dan kemajuan bersama. Jika semua mahluk demokratis mau saling menghormati dan saling belajar demi kemajuan bersama, niscaya tidak akan ada lagi tuduhan antidemokrasi terhadap orang lain yang dilontarkan oleh seorang mahluk demokrat dan semua suara ketidaksetujuan maupun dukungan hanyalah dilandasi motivasi demi tercapainya kemajuan bersama. 3. Pemikiran yang dangkal. Bagaimana seorang yang dari pedalaman bisa berkata bahwa JAKSA AGUNG tidak serius mengusut KKN Suharto padahal dia tahunya hanya dari tetangganya yang profesor lalu dia menyebutnya sedang menyampaikan hak suaranya dalam era demokratis ini? Meskipun hal itu benar bahwa jakgung tidak serius, tetapi bukankah pernyataannya tidak keluar dari hasil pemikiran yang diolah secara bertanggungjawab? Dalam kasus 'AGAMA BUKAN ALAT POLITIK' ini, saya tidak bermaksud menyampaikan suatu penilaian terhadap bung Martin ataupun Iwan ataupun Hercule Poirot. Apa yang diforwardkan bung Martin dapat saya tangkap sebagai suatu upaya penyampaian pendapat yang baik dalam era demokrasi ini dan saya tidak cukup layak untuk mengajukan kritik terhadap tulisan MAKER yang tentunya merupakan hasil pemikiran yang tidak sembarangan. Tetapi memang surat seperti itu akan lebih mudah dimengerti bila disertai suatu penjelasan latarbelakang pemikirannya. Dan dari tanggapan bung Iwan maupun Hercule Poirot saya mencoba belajar tentang 'BERDEMOKRASI a'la Indonesia'. Anda memberikan contoh yang sangat nyata sekali tentang kehidupan politik dan demokrasi di negri ini. Dalam kasus 'AGAMA BUKAN ALAT POLITIK' ini, saya bermaksud menyampaikan suatu demokrasi a'la 'pemikiran sederhana'. Artinya adalah bahwa demokrasi bukanlah suatu hal yang ruwet yang hanya bisa dibarometeri oleh cara-cara penghasil pendapat, yang hanya menilai demokrasi dari kecanggihan maupun kelengkapan carapikir/pendapat, tetapi demokrasi lebih merupakan suatu kesederhanaan sikap dalam menerima kenyataan tentang keberbedaan yang terjadi tetapi keberbedaan tersebut tidak menjadi
Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
Saudara Jopie, ada berapa banyak Ulama di Mesir? Memang hanya satu? Kalau mau mengambil contoh pendapat ulama, jangan hanya diambil satu. Kalau yang diambil hanya satu ulama kemudian digunakan untuk justifikasi spt ini, bisa repot. Ingat menteri agama Munawir Sadjali pernah berpendapat bahwa hukum waris harunya diubah. Anak laki-laki dan anak perempuan mendapat bagian sama (1:1), padahal di kitab sucinya orang Islam, hukum itu tegas menyebut 1:2 (perempuan : laki-laki). Kalau pendapat menteri agama di atas digunakan untuk menjustifikasi pembagian warisan di Mesir [dengan mengatakan Menteri Agama Indonesia berpendapat: pembagian warisan untuk anak laki-laki perempuan tidak harus 1:2 tapi 1:1], kasus ini sama dengan apa yang disitir detik.com. Pendapat seseorang spt itu tidak mesti benar menurut agama yang dianutnya, meski ia seorang ulama atau menteri agama. Yang benar adalah...baca sendiri kitab suci itu. Dimana Tuhan mengatakan tentang hal yang diperdebatkan. Itulah baru hukum. Bukan menurut pendapat ulama atau pendapat menteri agama. Hercule Poirot: "...If we know what we are searching for, it is no longer mysteri..." --- From: "Jopie J Bambang" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Date: Thu, 20 May 1999 10:08:58 +0700 MAKER menulis: |Karena itu, kita harus tetap memakai akal sehat dan kejernihan berpikir |untuk memilah-milah persoalan dan isu yang berkembang. Jangan lagi kita mau |diadu domba dan terpancing dalam tindak-tindak kekerasan dan kerusuhan atas |alasan apapun, apalagi alasan agama. |Pemilu nanti, jangan lagi kita berpikiran sempit untuk mau dibujuk rayu |memilih suatu partai yang mengeksploitasi agama untuk politik kekuasaan. |Ingatlah; agama bukan alat politik! HP menulis: |Eh, mulai kapan mahasiswa [MAKER] jadi bersikap a-demokratis? |Kalau saudara berpendapat bahwa penggunaan simbol agama bisa |negatif, ya boleh-boleh saja. Atau kalau saudara menghimbau |agar tidak terjadi eksploitasi agama dalam pemilu, itu sih |boleh-boleh saja. Tapi kalau saudara tiba-tiba mengambil |kesimpulan AGAMA BUKAN ALAT POLITIK, wah ...nanti dulu. |Itu menurut agama apa? Ada agama yang mengajarkan untuk |tidak memisahkan antara kehidupan politik dengan kehidupan |beragama. Itulah sebabnya, banyak bermunculan partai dengan |asas agama. |Saya yakin semua orang tak setuju dengan bentrokan antar partai. |Dan bentrokan itu bukan hanya krn faktor agama. Saya faham |tujuan MAKER baik, tapi dengan press release spt itu, MAKER |mengingkari lahirnya partai-partai berasas agama. Dan itu |tindakan anti-demokrasi. Atau MAKER punya agenda tersembunyi |agar orang Islam tidak memilih partai Islam dan orang Kristen |tidak memilih partai Kristen? Kalau saya, biarlah orang |menggunakan segala cara untuk meraih dukungan sepanjang |cara yang digunakan tidak melanggar hukum. Komentar saya: Saya tidak melihat MAKER mengingkari ataupun menolak partai-partai berasaskan agama. Penangkapan saya MAKER menolak eksploitasi ayat-ayat suci agama apapun untuk kepentingan politik suatu partai ataupun golongan tertentu dan mendeskreditkan partai ataupun golongan lainnya menggunakan ayat-ayat suci secara salah ataupun sepotong-sepotong saja. Contoh dibawah ini mungkin gambarannya: (maaf untuk yang telah membacanya) PEMIMPIN WANITA BOLEH JADI PRESIDEN JAKARTA (SiaR, 4/5/99) Hasil konggres umat Islam yang menyatakan bahwa pemimpin tidak boleh wanita dibantah oleh Guru Besar Ilmu Hadist, Universitas Al Azhar, Kairo Prof Dr Mahmoud Shafi'e Al-Hekam. Menurutnya, jika akhlak dan kredibilitas seorang wanita di suatu negara diakui oleh segala lapisan masyarakat untuk duduk sebagai presiden maka tak ada alasan untuk engharamkannya. Alasan strategis yang dikemukakan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung bahwa alasan akan berkoalisinya Partai Persatuan Pemangunan (PPP), Partai Kebangkitan Umat(PKU) dan Partai Nahdlatul Umat (PNU) karena sama-sama menolak jika presiden Indonesia adalah seorang wanita. Menurut Akbar, koalisi mereka memang untuk menghadang Megawati Soekarnoputri ke kursi Presiden. Lewat KB Antara Kairo, Mahmoud Shafi'e Al-Hekam Senin (3/5) kemarin memberikan bantahan pada argumentasi soal pemimpin wanita itu. Ia katakan, "Kenapa tidak? Kalau memang dia mampu." Pendapat senada juga dikemukakan Prof Dr Ny Nadia Abdel Hamid, seorang guru besar sejarah Islam di Universitas Kairo. "Selama ini kita memang terjebak pada masalah beda pendapat soal boleh atau tidaknya wanita menjadi pemimpin negara," ujarnya. "Tapi kenyataannya, kebanyakan pemimpin laki-laki juga tidak becus memimpin negara," tandasnya. Menurut Prof Nadia, masalahnya tidak ada nash sharih atau Qath'I (dalil definitif) baik di Al Qur'an atau pun Al Hadist yang tegas membolehkan atau pun mengharamkan wanita jadi pemimpin negara. Ada pun ayat Al Qur'an yang berbunyi
Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
Sayangnya anda curiga tanpa take the essence... coba baca artikel yang saya kutip dari homepage FORMA-KUB, yaitu yang ditulis dari ucapan H. Syarifien Maloko, SH (Tokoh Tanjung Priok dan Rektor Perguruan Tinggi Dakwah Islam Indonesia). Yang jelas, visinya jelas: Agama BUKAN Alat Politik...; missinya bukan untuk menggembosi partai-partai agama, karena belum tentu partai agama adalah "mengeksploitasi agama". Justru, in fact, pengalaman selama ini, Golkarlah yang telah memperalat dan mengeksploitasi agama.. M Syarifien Maloko, SH.: Saya menyambut gembira penyelenggaran Sarasehan dan Doa Bersama ini karena kondisi fisik bangsa Indonesia yang tidak pernah sepi dari berbagai kerusuhan berlatar belakang agama, menuntut kita untuk lebih rasional dalam mencari solusi-solusinya. Sarasehan bergerak pada wacana rasional dan Doa Bersama membawa kita untuk melihat hati nurani. Dua hal itu sangat menggembirakan. Ada dua kata kunci; "agama" dan "politik kekuasaan". Saya ingin mengatakan bahwa agama selalu positif, yang tidak positif adalah manusia beragama yang selalu memanipulasi agama untuk politik, kekuasaan dan interest. Tidak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan hal-hal yang destruktif atau negatif. Perilaku manipulatif manusia itulah yang mengentalkan ungkapan bahwa "agama itu kudus" dan "politik itu kotor" yang sangat populer pada masa Orde Baru. Sehingga menjadi tabu bila tokoh-tokoh dan tempat ibadah agama menjadi tempat pembicaraan masalah-masalah politik. Agama menjadi terisolasi. Tokoh agama yang berbicara pada wacana politik, dicap sebagai "tindak subversi". Bila pemuka agama berkhotbah dan memberikan bimbingan rohani yang pada suatu ketika menyentuh masalah-masalah politik, dicap sebagai "merongrong wibawa pemerintahan yang katanyasah". Penguasa rejim kemudian memakai agama sebagai justifikasi untuk melakukan tindak-tindak kriminal yang populer dengan istilah pelanggaran hak-hak azasi manusia demi kepentingan kekuasaannya. Agama itu adalah nilai dan politik atau kekuasaan hanyalah alat. Agama adalah nilai untuk mengeluarkan kehidupan manusia yang penuh kejahatan kedalam terang dan kebahagiaan. Politik dan kekuasaan hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan nilai cita-cita agama. Jadi, agama dan politik adalah dua kata kunci yang memiliki hubungan fungsional. Dalam sejarah Islam, ketika Nabi Muhammad berada di Mekkah, beliau tidak berbicara masalah politik dan membentuk negara, tapi beliau mengajari umatnya hanya dalam persoalan-persoalan ritual, sampai kemudian beliau hijrah ke Madinnah. Artinya, agama tidak sepi dari politik, tetapi politik menjadi bagian dari agama. Omong kosong agama tanpa politik dapat menemui jati dirinya dengan baik. Sebaliknya, politik tanpa agama akan membuat orang menjadi kanibal; menghalalkan segala acara. Dalam perspektif Islam, kekuasaan adalah alat yang dipercayakan oleh Tuhan kepada manusia. Itulah komitmen Partai dengan azas Islam untuk menjadikan agama atau khususnya Islam, sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam berpolitik. Kehancuran bangsa ini, karena penguasa selalu melecehkan agama. Agama hanya dijadikan sebagai kedok. Agama dalam bahasa moral tidak dijadikan tolok ukur pembangunan bangsa. Dekadensi moral dalam seluruh segmen kehidupan bangsa tidak bisa dibendung lagi sehingga bermuara pada sentralisme dan monopoli kekuasaan. Jadi, politik dan agama tidak dapat dipisahkan. __ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999!
Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
Lucu sekali tanggapan anda; PDI Perjuangan dan Golkar diprihatinkan karena memakai simbol dan bukan program tetapi partai lain "boleh-boleh" saja memakai simbol dan bukan program Martin Manurung http://www.cabi.net.id/users/martin Dukunglah Kampanye AGAMA untuk PERDAMAIAN! Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB) Kunjungi http://come.to/forma-kub E-mail: [EMAIL PROTECTED] -Original Message- From: iwans [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: 20 Mei 1999 19:45 Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Saya kira, boleh saya katakan bahwa saya sependapat dengan anda Bung Hercule Poirot . Adalah hak Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan, Partai Kristen Nasional dan Partai Katolik Demokrat untuk mengekspresikan dirinya dengan cara memakai nilai-nilai agama. Saudara Martin dan kawan-kawan boleh saja tidak setuju dengan apa yang ditempuh oleh partai-partai tersebut, dan karena itu silahkan berkampanye untuk tidak memilih partai-partai agama. Tetapi tidak dengan cara ademokratis semacam itu. Kalau di negara dengan Kristen sebagai agama mayoritas seperti Jerman dan Perancis ada Partai Kristen Demokrat, kenapa di negara dengan Islam sebagai mayoritas tidak boleh ada Partai Bulan Bintang atau bahkan Partai Ummat Islam. Toh dalam persepsi saya, partai-partai yang lebih "sekuler" seperti PDI Perjuangan dan Golkar juga memakai cara-cara yang mirip seperti Partai Agama dalam menarik para pemilih, yaitu menjual simbol-simbol, dan bukannya mengajukan program dalam setiap kampanyenya. Beberapa kali mengikuti kampanye partai politik, hampir semuanya menjual simbol. Rakyat kita memang baru sampai sebegitu taraf pemahaman politiknya. Nggak bisa disalahkan. Dan adalah tugas partai politik untuk segera melakukan program jangka panjang melakukan pendidikan politik agar rakyat kita tidak terjebak dalam semata-mata politik simbol. Kalau kesadaran politik rakyat cukup memadai, pasti dengan sendirinya mereka akan meninggalkan partai politik yang semata-mata mengandalkan politik simbol. Dan tidak memilihnya di bilik suara. Terima kasih untuk Bung Hercule Poirot, karena membantu saya. Jalan pikiran anda sama dengan saya, dan karena itu saya tak perlu membuat tanggapan sendiri. Bagi saya, substansi surat terbuka ala saudara Martin Manurung dan kawan-kawan adalah tidak pantas dan anti demokrasi. Kecuali kalau memang ada agenda tersembunyi di belakang surat semacam itu. Selesai. Hercule Poirot wrote: Bila saudara memutuskan untuk tidak menggunakan agama sebagai penarik massa, itu adalah pilihan saudara dan partai saudara. Tapi saudara tidak bisa melarang kalau ada partai yang menggunakan agama untuk menarik massa. Kalau namanya partai demokrat Kristen, ya wajar kalau partai itu menggunakn simbol-simbol agama untuk menarik pemilih kristen. Kalau itu partai Bulan Bintang, atau Partai Keadilan ya wajar kalau mereka menggunakan simbol-simbol Islam untuk menarik masa dari kalangan Islam. Namanya saja partai dengan asas agama. Jadi lucu kalau dilarang menggunakan simbol agama. Eh, mulai kapan mahasiswa [MAKER] jadi bersikap a-demokratis? Kalau saudara berpendapat bahwa penggunaan simbol agama bisa negatif, ya boleh-boleh saja. Atau kalau saudara menghimbau agar tidak terjadi eksploitasi agama dalam pemilu, itu sih boleh-boleh saja. Tapi kalau saudara tiba-tiba mengambil kesimpulan AGAMA BUKAN ALAT POLITIK, wah ...nanti dulu. Itu menurut agama apa? Ada agama yang mengajarkan untuk tidak memisahkan antara kehidupan politik dengan kehidupan beragama. Itulah sebabnya, banyak bermunculan partai dengan asas agama. Kalau kemudian mahasiswa membuat kesimpulan parta-partai berasas agama itu sebagai partai yang mengesploitasi agama untuk kekuasannanti dulu. Beberapa partai berasas agama didirikan untuk memperjuangkan perbaikan kehidupan keagamaan yang selama orde baru terabikan. Dengan berjuang melalui partai, setidaknya akan diperhitungkan oleh pemerintah. Sebab, partai berarti mewakili orang yang memilihnya. Kalau mahasiswa ingin mencegah munculnya kekerasan sebagai ekses negatif pemilu, itu bagus. Tapi jangan buru-buru membuat kesimpulan "Agama bukan alat politik". Kalau soal rusuh, bukan hanya karena faktor sentimen agama. Contoh sudah banyak. Diserbunya Golkar oleh orang-orang berseragam PDI Perjuangan di Jawa Tengah. Diserbunya pengurus DPC PDI Perjungan oleh orang-orang PDI Perjuangan sendiri. Diserbunya Golkar di Semarang oleh PDI Perjuangan. Digebukinnya pengurus PAN oleh Satgas PAN sendiri. Lihat tuh, contoh itu tak ada nuansa agamanya. Kalau memang nafsunya ingin ribut tak terkendali ya ributlah jadinya. Memang ada bentrokan antara PKB-PPP di Jawa Tengah. Mereka sama- sama partai berbasis masa Islam. Tapi bentrokannya sendiri bukan karena adanya eksploitasi agama. Tapi lebih disebabkan pada masalah intern NU. Yang satu protes karena PKB dianak
Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
Jopie... you've got the right point.. Kami sangat prihatin dengan pengeksploitasian agama untuk kepentingan politik DAN Kami SANGAT MENDUKUNG bila agama dijadikan kontrol dalam kehidupan politik... Martin Manurung http://www.cabi.net.id/users/martin Dukunglah Kampanye AGAMA untuk PERDAMAIAN! Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB) Kunjungi http://come.to/forma-kub E-mail: [EMAIL PROTECTED] -Original Message- From: Hercule Poirot [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: 21 Mei 1999 0:05 Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Saudara Jopie, ada berapa banyak Ulama di Mesir? Memang hanya satu? Kalau mau mengambil contoh pendapat ulama, jangan hanya diambil satu. Kalau yang diambil hanya satu ulama kemudian digunakan untuk justifikasi spt ini, bisa repot. Ingat menteri agama Munawir Sadjali pernah berpendapat bahwa hukum waris harunya diubah. Anak laki-laki dan anak perempuan mendapat bagian sama (1:1), padahal di kitab sucinya orang Islam, hukum itu tegas menyebut 1:2 (perempuan : laki-laki). Kalau pendapat menteri agama di atas digunakan untuk menjustifikasi pembagian warisan di Mesir [dengan mengatakan Menteri Agama Indonesia berpendapat: pembagian warisan untuk anak laki-laki perempuan tidak harus 1:2 tapi 1:1], kasus ini sama dengan apa yang disitir detik.com. Pendapat seseorang spt itu tidak mesti benar menurut agama yang dianutnya, meski ia seorang ulama atau menteri agama. Yang benar adalah...baca sendiri kitab suci itu. Dimana Tuhan mengatakan tentang hal yang diperdebatkan. Itulah baru hukum. Bukan menurut pendapat ulama atau pendapat menteri agama. Hercule Poirot: "...If we know what we are searching for, it is no longer mysteri..." --- From: "Jopie J Bambang" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Date: Thu, 20 May 1999 10:08:58 +0700 MAKER menulis: |Karena itu, kita harus tetap memakai akal sehat dan kejernihan berpikir |untuk memilah-milah persoalan dan isu yang berkembang. Jangan lagi kita mau |diadu domba dan terpancing dalam tindak-tindak kekerasan dan kerusuhan atas |alasan apapun, apalagi alasan agama. |Pemilu nanti, jangan lagi kita berpikiran sempit untuk mau dibujuk rayu |memilih suatu partai yang mengeksploitasi agama untuk politik kekuasaan. |Ingatlah; agama bukan alat politik! HP menulis: |Eh, mulai kapan mahasiswa [MAKER] jadi bersikap a-demokratis? |Kalau saudara berpendapat bahwa penggunaan simbol agama bisa |negatif, ya boleh-boleh saja. Atau kalau saudara menghimbau |agar tidak terjadi eksploitasi agama dalam pemilu, itu sih |boleh-boleh saja. Tapi kalau saudara tiba-tiba mengambil |kesimpulan AGAMA BUKAN ALAT POLITIK, wah ...nanti dulu. |Itu menurut agama apa? Ada agama yang mengajarkan untuk |tidak memisahkan antara kehidupan politik dengan kehidupan |beragama. Itulah sebabnya, banyak bermunculan partai dengan |asas agama. |Saya yakin semua orang tak setuju dengan bentrokan antar partai. |Dan bentrokan itu bukan hanya krn faktor agama. Saya faham |tujuan MAKER baik, tapi dengan press release spt itu, MAKER |mengingkari lahirnya partai-partai berasas agama. Dan itu |tindakan anti-demokrasi. Atau MAKER punya agenda tersembunyi |agar orang Islam tidak memilih partai Islam dan orang Kristen |tidak memilih partai Kristen? Kalau saya, biarlah orang |menggunakan segala cara untuk meraih dukungan sepanjang |cara yang digunakan tidak melanggar hukum. Komentar saya: Saya tidak melihat MAKER mengingkari ataupun menolak partai-partai berasaskan agama. Penangkapan saya MAKER menolak eksploitasi ayat-ayat suci agama apapun untuk kepentingan politik suatu partai ataupun golongan tertentu dan mendeskreditkan partai ataupun golongan lainnya menggunakan ayat-ayat suci secara salah ataupun sepotong-sepotong saja. Contoh dibawah ini mungkin gambarannya: (maaf untuk yang telah membacanya) PEMIMPIN WANITA BOLEH JADI PRESIDEN JAKARTA (SiaR, 4/5/99) Hasil konggres umat Islam yang menyatakan bahwa pemimpin tidak boleh wanita dibantah oleh Guru Besar Ilmu Hadist, Universitas Al Azhar, Kairo Prof Dr Mahmoud Shafi'e Al-Hekam. Menurutnya, jika akhlak dan kredibilitas seorang wanita di suatu negara diakui oleh segala lapisan masyarakat untuk duduk sebagai presiden maka tak ada alasan untuk engharamkannya. Alasan strategis yang dikemukakan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung bahwa alasan akan berkoalisinya Partai Persatuan Pemangunan (PPP), Partai Kebangkitan Umat(PKU) dan Partai Nahdlatul Umat (PNU) karena sama-sama menolak jika presiden Indonesia adalah seorang wanita. Menurut Akbar, koalisi mereka memang untuk menghadang Megawati Soekarnoputri ke kursi Presiden. Lewat KB Antara Kairo, Mahmoud Shafi'e Al-Hekam Senin (3/5) kemarin memberikan bantahan pada argumentasi soal pemimpin wanita itu. Ia katakan, "Kenapa tidak
Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik???
ikutan nimbrung, bergubung bukan ahli di bidang agama, maka timbrungan ini adalah sekedar pendapat secara awam. perlu disampaikan, pendapat saya ini pernah saya postingkan di isnet@. dan?karena saya mengaku islam, maka yang saya ungkapkan adalah agama islam. bagimana tanggapan selanjutnya? mungkin pikiran ini terlalu bodoh dalam pikiran ini, agama adalah jalan hidup sebagai jalan hidup, maka yang terbaik adalah untuk dijalani sebagai jalan hidup, seandainya punya musuh, paling tidak pesaing, maka yang akan muncul juga jalan-jalan hidup yang lain yang bisa dibedakan arahnya, yang bisa direnungkan daya tampungnya, yang bisa ditengarai nuansa rasionalitas dan logikanya yang bisa dinikmati atau dirasakan kemulusannya dan kenyamanannya bagi semua jenis kendaraan yang melaluinya.. lain halnya bila agama dijadikan sarana lain misalnya untuk berkuasa dengan demikian maka agama akan menjadi kedaraan politik. suatu jalan yang harusnya menampung semua kendaraan, difungsikan sebagai kendaraan itu sendiri... padahal politik kendaraannya bermacam-macam maka dalam pikiran ini berpendapat tentang islam bila islam dijadikan kendaraan politik, atau dipolitisir maka "seandainya punya musuh dan pesaing" pihak seberang itu juga mencakup politik dan semua alirannya yang semakin kuat menentang islam bermuatan politik tadi. dan kalau dalam persaingan (peperangan) politik dianut kalah-menang maka lawan-lawan "baru" islam itu akan memakai segala cara untuk mengatasinya atau mengunggulinya secara politis. kalau islam mengikutinya, menghalalkan segala cara, di manakah fungsi islam sebagai jalan hidup yang dinyatakan sebagai rahmat bagi alam? kalau islam tidak mengimbangi pesaingnya... bagaimana bila kalah dalam politik? yang kalah siapa? apakah itu islam? apakah itu partai islam? atau hanya sekedar tokoh politik yang beragama islam? yang nantinya boleh dengan enteng dan tanpa dosa kita sebut sebagai "oknum islam"? terimakasih, dan salam drajad wass - Original Message - From: Martin Manurung [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Kuli Tinta] Agama bukan alat politik??? Tedy: Tulisan 'asal pikir' saya ini adalah ekspresi dari hak kebebasan demokrasi saya. Semoga dari sinipun setiap orang bisa belajar sesuatu demi kebaikan dan kemajuan bersama. Martin: Tambahan bung Tedy.., demokrasi yang kebablasan juga dapat berarti "POKOKNYA SAYA BERBEDA DENGAN SI A!" Ada orang yang pokonya asal si A yang ngomong, saya berbeda dengan dia __ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999! __ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999!