Re: [ppiindia] JURNAL KEMBANG KEMUNING: MENYONGSONG PERSPEKTIF DIPLOMASI BARU: PERTANYAAN UNTUK SBY.

2005-02-19 Terurut Topik partogi samosir

dear all, khususnya pak kusni yb,
 
perkenankan saya mengeksplorasi pernyataan Bapak Kusni.
 
1. Apa sih yang sudah dilakukan oleh orang2 yang hidup dari koperasi restoran 
Indonesia, sehingga dapat dikategorikan sebagai melakukan diplomasi kerakyatan?
 
2. Lebih jauh lagi, apakah diplomasi kerakyatan yang dilakukan itu mempunyai 
dampak positif terhadap hubungan Indonesia-Perancis.
 
Terima kasih pak.
togi


Budhisatwati KUSNI [EMAIL PROTECTED] wrote:

JURNAL KEMMBANG KEMUNING:

MENYONGSONG PERSPEKTIF DIPLOMASI BARU: PERTANYAAN UNTUK SBY.


Kalau mau terus-terang, seperti yang dikatakan oleh Arief Budiman hampir 
setengah abad silam, diplomasi kerakyatan Indonesia di Paris tidak dilakukan 
oleh KBRI Orba Paris, tapi dilakukan oleh ORANG-ORANG yang hidup dari Koperasi 
Restoran Indonesia. Apa yang dilakukan oleh ORANG-ORANG yang bekerja di 
Koperasi Restoran Indonesia adalah suatu diplomasi alternatif bagi Indonesia. 
Melalui Koperasi Restoran Indonesia Paris, orang-orang yang  dikucilkan dan 
dimusuhi oleh Orba bahkan diancam secara fisik untuk dipetuskan [ditembak 
secara misterius], hidup dengan kepala tegak tanpa menggantungkan diri pada 
belas kasihan pemerintah Perancis dan bantuan sosial tapi dengan bekerja keras 
siang-malam.
Paris, Februari 2005.

JJ.KUSNI



-
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppiindia] JURNAL KEMBANG KEMUNING: MENYONGSONG PERSPEKTIF DIPLOMASI BARU: PERTANYAAN UNTUK SBY.

2005-02-19 Terurut Topik Budhisatwati KUSNI

Bung Partogi Samosir yang baik,

Barangkali suatu kesalahan pada saya menyatakan bahwa bahwa yang dilakukan oleh 
orang-orang yang hidup dari Koperasi Restoran Indonesia [bukan Koperasi sebagai 
badan usaha] semacam kegiatan diplomasi kerakyatan,  menggalang hubungan 
persahabatan antar kedua rakyat dan dari pihak tidak resmi melobi pemerintah 
setempat untuk maksud ini dan itu.  

Kesalahannya terletak bahwa dengan menyatakan demikian, wajar jika timbul 
pertanyaan seperti yang Bung [?] Togi lakukan karena nampak seakan berkelebihan 
dan tidak galib. Untuk mengetahui isi rincinya, diperlukan tuturan  panjang 
lebar sejenis penulisan otobiografi seperti yang dilakukan oleh Bung A. Umar 
Said melalui otobiografinya yang baru saja diluncurkan di Jakarta dan 
Surabaya.Bahan-bahan itu juga bisa disimak dari riwayat Koperasi Restoran 
Indonesia yang sudah disiarkan di e-mail, koran-koran lama Indonesia dan 
berita-berita Kantor Berita Asing mulai dari masa Jendral  Soeharto  masih 
berada di kursi kepresidenan . 

Dengan bahan-bahan itu saja , barangkali pertanyaan Bung Togi bisa terjawab  
tanpa usah saya menutur ulang yang sudah sering diceritakan. Sekali lagi, 
otobiografi A. Umar Said yang baru diluncurkan , merupakan dokumen acuan 
menarik untuk menjawab pertanyaan itu. 

Terimakasih atas perhatian sudah meluangkan waktu membaca yang saya tulis. 
Hanya dengan minta maaf besar, saya tidak bisa memasuki rinciannya karena 
menyangkut banyak pihak. Dengan permintaan maaf menolak memasuki perinciannya, 
saya serahkan kepada  Bung Togi dan pembaca untuk  mempercayainya atau tidak 
mempercayainya. Bagi yang tidak percaya, saya tidak berkeberatan, dan silahkan 
memandang apa yang sudah saya tulis sebagai ngedobos. Maaf sekali lagi: Saya 
tidak mau memasuki rinciannya. 

Salam hangat,
JJ. Kusni

- Original Message - 
  From: partogi samosir 
  To: ppiindia@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, February 19, 2005 11:48 AM
  Subject: Re: [ppiindia] JURNAL KEMBANG KEMUNING: MENYONGSONG PERSPEKTIF 
DIPLOMASI BARU: PERTANYAAN UNTUK SBY.


  dear all, khususnya pak kusni yb,

  perkenankan saya mengeksplorasi pernyataan Bapak Kusni.

  1. Apa sih yang sudah dilakukan oleh orang2 yang hidup dari koperasi 
restoran Indonesia, sehingga dapat dikategorikan sebagai melakukan diplomasi 
kerakyatan?

  2. Lebih jauh lagi, apakah diplomasi kerakyatan yang dilakukan itu mempunyai 
dampak positif terhadap hubungan Indonesia-Perancis.

  Terima kasih pak.
  togi


  Budhisatwati KUSNI [EMAIL PROTECTED] wrote:

  JURNAL KEMMBANG KEMUNING:

  MENYONGSONG PERSPEKTIF DIPLOMASI BARU: PERTANYAAN UNTUK SBY.


  Kalau mau terus-terang, seperti yang dikatakan oleh Arief Budiman hampir 
setengah abad silam, diplomasi kerakyatan Indonesia di Paris tidak dilakukan 
oleh KBRI Orba Paris, tapi dilakukan oleh ORANG-ORANG yang hidup dari Koperasi 
Restoran Indonesia. Apa yang dilakukan oleh ORANG-ORANG yang bekerja di 
Koperasi Restoran Indonesia adalah suatu diplomasi alternatif bagi Indonesia. 
Melalui Koperasi Restoran Indonesia Paris, orang-orang yang  dikucilkan dan 
dimusuhi oleh Orba bahkan diancam secara fisik untuk dipetuskan [ditembak 
secara misterius], hidup dengan kepala tegak tanpa menggantungkan diri pada 
belas kasihan pemerintah Perancis dan bantuan sosial tapi dengan bekerja keras 
siang-malam.
  Paris, Februari 2005.
  
  JJ.KUSNI


  
  -
  Do you Yahoo!?
  Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

  [Non-text portions of this message have been removed]



  ***
  Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
  ***
  __
  Mohon Perhatian:

  1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
  2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
  3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
  4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
  5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
  6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]



Yahoo! Groups Sponsor 
 
Get unlimited calls to

U.S./Canada
   
   


--
  Yahoo! Groups Links

a.. To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
  
b.. To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
  
c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 



[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who 

[ppiindia] Re: antara Tramtib, Gubernur dan preman

2005-02-19 Terurut Topik irwank2k2


--- In ppiindia@yahoogroups.com, meg4pro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Heran..,
 Preman koq dilawan pakai preman juga. Apa ini buntut dari 
 kekurangpercayaandiri aparat setelah dulu sempat kocar kacir ketika 
 akan meng-eksekusi sebuah gedung di kuningan yang dijaga oleh 
 puluhan 'preman'...?. 
 
 Heran lagi..,
 Aparat koq takut lawan preman.
 Heran 

Anda ini betulan gak ngerti atau pura lugu sih? :-P
Masih ingat tragedi penyerbuan kantor dpp pdi di Jl. Diponegoro..
siapa yang waktu itu terlibat? Masih ingat dengan pam swakarsa? 
Atau seabrek kejadian lain.. Ada yang mau tambahin? :)
 
 salam heran,
 mega

Gw malah heran kalau ada yang heran membaca begituan..
Iqro donk.. coba lihat dari sudut pandang yang lebih luas.. 
jangan seperti orang yang terbawa arus cerita waktu melihat film..
lihat dari sudut pandang penulis skenario-nya donk.. 

Tapi sayangnya bagi sebagian orang, cara ini adalah jelek..
su'udzon.. dan seabrek cap/stigma buruk lainnya.. 
karena bagi mereka, semua pola pikir (waspada) tadi harus ada
buktinya (bisa dibuktikan).. padahal penjahat lebih jago membuang
bukti.. dan putusan pengadilan sendiri kan 'terbukti' atau 
'tidak terbukti' bersalah.. Jadi intinya cuma selamat atau enggak
aja.. :-P

Hehehe.. itu juga yang digambarkan film hollywood sih.. :D
Dan (katanya) oleh para koruptor, penjahat berkerah, orang yang
mendapat 'kepercayaan' (Amanah)/jabatan dan harusnya menggunakan 
Amanah tadi sesuai tuntunan Allah -untuk kemanfaatan publik-.. :D

Wallahu a'lam.. CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Re: antara Tramtib, Gubernur dan preman - Revisi

2005-02-19 Terurut Topik irwank2k2



--- In ppiindia@yahoogroups.com, meg4pro [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Heran..,
 Preman koq dilawan pakai preman juga. Apa ini buntut dari
 kekurangpercayaandiri aparat setelah dulu sempat kocar kacir ketika
 akan meng-eksekusi sebuah gedung di kuningan yang dijaga oleh
 puluhan 'preman'...?.

 Heran lagi..,
 Aparat koq takut lawan preman.
 Heran 

Anda ini betulan gak ngerti atau pura lugu sih? :-P
Masih ingat tragedi penyerbuan kantor dpp pdi di Jl. Diponegoro..
siapa yang waktu itu terlibat? Masih ingat dengan pam swakarsa?
Atau seabrek kejadian lain.. Ada yang mau tambahin? :)

 salam heran,
 mega

Gw malah heran kalau ada yang heran membaca begituan..
Iqro donk.. coba lihat dari sudut pandang yang lebih luas..
jangan seperti orang yang terbawa arus cerita waktu melihat film..
lihat dari sudut pandang penulis skenario-nya donk..

Tapi sayangnya bagi sebagian orang, cara ini adalah jelek..
su'udzon.. dan seabrek cap/stigma buruk lainnya..
karena bagi mereka, semua pola pikir (waspada) tadi harus ada
buktinya (bisa dibuktikan).. padahal penjahat lebih jago membuang
bukti.. dan putusan pengadilan sendiri kan 'terbukti' atau
'tidak terbukti' bersalah.. 

Jadi intinya cuma selamat atau enggak aja.. :-P
Hehehe.. itu juga yang digambarkan film hollywood sih.. :D
Dan (katanya) juga oleh para koruptor, penjahat berkerah, dll..

Mestinya orang yang mendapat 'kepercayaan' (Amanah)/jabatan 
dan harusnya menggunakan Amanah tadi sesuai tuntunan Allah
(atau Tuhan dalam bahasa umum) -untuk kemanfaatan publik-.. :D

Wallahu a'lam.. CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Re: FW: :::: STIS Jakarta Perketat Aturan Berjilbab::::

2005-02-19 Terurut Topik irwank2k2


--- In ppiindia@yahoogroups.com, meg4pro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 makanya saya usulin di situ rancangan jilbab yg bisa diterima oleh 
 kedua belah pihak Om.  
 Om juga blm tahu khan seberapa panjang jilbab panjang yg dilarang 
 sama pimpinan STIS itu..?. 

Baca dulu donk tulisan saya.. biar lebih jelas..
saya gak nolak soal menutup auratnya..
 
 Jilbab panjang identik dgn partai..?. 
 kasian banget yg mo pake jilbab rapih tapi non partai. 

Justru itu makanya saya bilang, bener gak nih cuma urusan agama,
tapi gak ada kaitannya dengan partai? Apa kalimat ini salah?

 Jujur juga donk  Om., Banyak yg pakai jilbab rapi bin panjang
 di dunia ini tapi bukan anggota partai (PKS maksudnya..?.
 Mo bilang PKS aja malu2 neh). 

Di tulisan saya itu kan, kata partai yang saya kasih tanda tanya..
Penyakit warga (kader/simpatisan) kelompok/partai terentu emang 
(nyaris) seragam ya; pada GR.. Atau karena itu hasil doktrinasi 
waktu di halaqoh/liqo? :-P

 Duh wanita berjilbab panjang..., pada tabah  aja ya semuanya. 
 sing sabar...(kata aa gym)
 Do'a-ku menyertaimu.

 salam non partai,
 mega.

Yang penting asal perjuangannya bener aja non partai, ya..
BTW, bukannya BEM kampus itu ada kaitan dengan kelompok politik
tertentu ya? Masih ingat artikel 'Aktifis Mesjid kepung kampus'?
 
Wassalam,

Irwan.K
 
==
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, irwank2k2 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
  Jujur gak nih kalau panjang pendeknya jilbab cuma murni soal
  menutup aurat? Gw setuju penggunaan jilbab yang menutupi aurat..
  mungkin jangan terlalu pendek, tapi gak harus panjang juga..
  mau 2/5, 3/5, 3/4 panjang atau gimana lah.. 
  Yang penting (minimal) menutupi leher dan dada dan lekuk tubuh..
  biar mengurangi ekses tambahan yang gak perlu.. :-)
  
  Bukannya 'jilbab panjang' itu sebagai tanda/seragam; yakni yang
  dilakukan suatu pergerakan, atau bahkan suatu partai(?).. :) 
  Jujur sajalah.. gak usah pake topeng dalam ber-amar ma'ruf..
  Pura netral (baca: berdasarkan ajaran agama).. padahal itu semua 
  ada alasan ideologi gerakannya.. :-p
  
  Wallahu a'lam.. CMIIW..
  
  Wassalam,
  
  Irwan.K
  
  -
  --- In ppiindia@yahoogroups.com, meg4pro [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
   jilbab panjang nutupin dada.
   jilbab pendek  kelihatan dada
   
   jilbab panjang nutupin tanda pangkat
   jilbab pendek kelihatan tanda pangkatnya.
   
   jilbab panjang jadi tuntutan mahasiswa yg gak mau kelihatan dada
   jilbab pendek jadi tuntutan pimpinan yang mau lihat tanda pangkat.
   
   kalau keseragaman dijadikan alasan
   dan jilbab pendek bisa dijadikan seragam
   Kenapa yang panjang tidak bisa..?
   
   Wahai para perancang mode..,
   buatlah rancangan jilbab panjang tapi tanda pangkat dpt terlihat.
   Serahkan kepada pimpinan STIS
   biar mereka jadikan seragam.
   biar mereka bisa tenang.
   Biar mahasiswanya juga tenang
   
   Gitu aja koq repot(kata gus Dur)
   
   Salam panjang,
   mega.
   
   --- In ppiindia@yahoogroups.com, Mohammad-Riyadi Tampubolon 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:

STIS Jakarta Perketat Aturan Berjilbab 



JAKARTA---Mahasiswi hanya boleh memakai jilbab kecil yang tak 
   menutupi
dada. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta, memperketat 
   aturan
berjilbab bagi para mahasiswinya. Para mahasiswi tingkat I 
   khususnya hanya
diperkenankan mengenakan jilbab berukuran kecil, yang tak 
 menutup 
   bagian
dada mereka. Mereka yang tak menghiraukan aturan itu terancam 
   dikeluarkan
dari perguruan tinggi yang terletak di Jakarta Timur itu.

Menurut Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIS, Istato 
   Hudayana,
sebenarnya pihak STIS sebelumnya memberikan dua alternatif 
   penggunaan
jilbab di kampus. ''Ini tertuang dalam SK Ketua STIS tahun 2001 
   mengenai
penggunaan jilbab. Ada dua alternatif jilbab yang bisa 
 dikenakan 
   oleh
mahasiswi STIS yaitu berukuran besar dan kecil,,'' katanya di 
   Jakarta,
pekan lalu. 

Kala itu sebagian besar mahasiswi banyak yang memilih jilbab 
   berukuran
besar. Mereka beralasan jilbab tersebut sesuai syariat karena 
   menutup
bagian dada mereka. Namun pada September 2004 pihak STIS 
 melakukan
perubahan aturan berjilbab. Dua alternatif pemakaian jilbab 
 yang 
   telah ada
di SK Ketua STIS pada 2001 diubah menjadi hanya satu 
 alternatif. 

Para mahasiswi hanya diperkenankan mengenakan jilbab berukuran 
   kecil yang
hanya menutup bagian leher mereka. Perubahan aturan ini 
 dilakukan 
   dengan
alasan supaya ada keseragaman. Peraturan ini terutama ditujukan 
   kepada
mahasiswi tingkat I. ''Perubahan yang ditetapkan tidak 
 melibatkan 
   kami
sebagai mahasiswa. Sehingga kami menganggap hal ini menghambat 
   teman-teman
menjalankan keyakinannya,'' katanya. 

Karena aturan tersebut dianggap tak sesuai keyakinan, para 
 mahasiswi
tingkat I banyak yang tetap menggunakan jilbab berukuran besar. 
   Sedangkan
pihak STIS tetap 

[ppiindia] Hilangnya Tan Malaka 56 Tahun Silam Memulihkan Status Kepahlawanan (Asvi Warman Adam )

2005-02-19 Terurut Topik heri latief

--- In [EMAIL PROTECTED], Arif
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Jawa Pos
Jumat, 18 Feb 2005

Hilangnya Tan Malaka 56 Tahun Silam
Memulihkan Status Kepahlawanan

Oleh Asvi Warman Adam *

Pada 19 Februari 1949, Tan Malaka hilang di Kediri,
Jawa Timur. Pada 1963, Presiden Soekarno mengangkat
dia sebagai pahlawan nasional. Ironisnya, semasa Orde
Baru, namanya dicoret dalam buku pelajaran sekolah
walau tetap hidup dalam wacana intelektual di dalam
dan luar negeri. Tan Malaka pernah berujar di depan
polisi Hongkong yang menangkapnya pada 1927: Di dalam
kubur, suaraku akan terdengar lebih keras.

Hampir seluruh hidupnya diserahkan kepada perjuangan
untuk memperoleh kemerdekaan. Pada 1925, di Canton,
China, dia mencetak buku tentang konsepsi Negara
Indonesia dalam bahasa Belanda berjudul Naar de
Repoeblik Indonesia. Dia melakukan gerakan di Bangkok,
Manila, Amoy, Hongkong, Shanghai, Rangon, Singapura,
dan pernah bekerja sama dengan Sun Yat Sen dan Ho Chi
Minh.

Soekarno sangat mengagumi Tan Malaka sehingga dalam
suasana kritis pascaproklamasi, Tan Malaka adalah
salah seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin bangsa
bila Soekarno-Hatta ditangkap Belanda. Beberapa tahun
kemudian, testamen tersebut, menurut Sajoeti Melik,
jatuh ke tangan D.N. Aidit. Aidit menunjukkannya
kepada Soekarno. Soekarno merobek-robeknya, lalu
membakarnya.

Dengan demikian, berakhirlah kontroversi tentang
Testamen Politik Soekarno tersebut. Ini berbeda dengan
Supersemar yang keberadaan naskah aslinya belum
diketahui sampai sekarang.

Persatuan Perjuangan

Setelah kemerdekaan diproklamasikan, terdapat dua
model perjuangan untuk menghadapi Belanda yang ingin
kembali menguasai Indonesia, yaitu berunding atau
mengadakan perlawanan bersenjata. Pemerintahan Sjahrir
memilih jalan yang pertama, sedangkan Tan Malaka
memiliki visi yang berbeda, yaitu melakukan revolusi
total.

Kelambanan pemerintah Sjahrir menghasilkan diplomasi
yang menguntungkan revolusi merupakan salah satu
penyebab banyak pemuda, lasykar, dan massa mendukung
pandangan Tan Malaka tersebut. Awal 1946, terbentuklah
Persatuan Perjuangan yang menghimpun 141 organisasi
politik, lasykar, dll, termasuk partai politik seperti
Masyumi dan PNI.

Dalam pembentukannya di Purwokerto, Tan Malaka
menyampaikan pidato tentang pentingnya persatuan untuk
mencapai kemerdekaan 100 persen, yang kemudian menjadi
program pertama gerakan tersebut (Berunding atas
Pengakuan Kemerdekaan 100 Persen). Dalam Persatuan
Perjuangan, antara lain, duduk sebagai anggota
subkomite Jenderal Sudirman yang mewakili TKR (Tentara
Keamanan Rakyat).

Pada 17 Maret 1946, tokoh-tokoh Persatuan Perjuangan
seperti M. Yamin ditangkap. Kemudian, seorang perwira
bernama Abdul Kadir Jusuf dengan sepengetahuan
atasannya, Mayor Jenderal Sudarsono, menculik PM
Sjahrir (27 Juni 1946) karena dianggap mengkhianati
revolusi melalui perundingan dengan Belanda yang
merugikan Indonesia (Alfian, 1978). Konflik antara
kelompok Sjahrir dan kubu Tan Malaka semakin
meruncing.

Kemudian, pecah peristiwa 3 Juli 1946, yang menurut
versi resmi pemerintah RI, adalah usaha perebutan
kekuasaan oleh kelompok Persatuan Perjuangan. Menurut
Anderson pada 2 Juli 1946, overste Soeharto ikut
membebaskan tahanan politik di penjara Wirogunan,
Jogjakarta, seperti M. Yamin, Iwa Kusumasoemantri, dan
Dr Sucipto, lalu membawanya ke markas resimen Wiyoro.

Di sini sudah ada Mayjen Sudarsono. Di tempat inilah,
para pengikut Tan Malaka itu menyusun suatu maklumat
politik yang isinya seolah-olah Presiden Soekarno
menyerahkan kekuasaan (Tan Malaka sendiri waktu itu
dipenjara dan tampaknya usaha ini tanpa
sepengetahuannya).

Kemudian, pada 3 Juli, maklumat itu dibawa ke istana
agar ditandatangani Presiden Soekarno. Usaha itu
gagal, diam-diam Soeharto melaporkannya ke istana.
Kelompok ini berhasil ditangkap pengawal presiden.
Menurut Ben Anderson, pembuatan maklumat politik itu
mengilhami Soeharto yang mencobanya kembali pada
kesempatan lain dengan cara yang lebih canggih.

Peristiwa 3 Juli 1946 dan Front Perjuangan memang
perlu ditulis kembali dan dimasukkan dalam kurikulum
sekolah.

Akhirnya, apa spirit atau gagasan Tan Malaka yang
sesuai dengan perjuangan masa kini. Paling tidak,
semangat untuk berpikir logis sangat dibutuhkan
sekarang agar kita dapat memecahkan krisis
berkepanjangan yang melanda negeri ini. Itulah yang
menjadi inti buku Tan Malaka Madilog (Materialisme,
Dialektika, dan Logika).

Pemikiran untuk berunding setelah ada pengakuan
kemerdekaan 100 persen masih relevan sampai hari ini.
Apakah dalam perundingan dengan pihak asing -seperti
para peminjam utang- kita telah mendesakkan prinsip
pengakuan kemerdekaan 100 persen ini.

Apakah kita berada dalam kedudukan sederajat dengan
mereka sehingga tidak didikte seperti semasa Orde
Baru? Negeri ini hampir tenggelam oleh utang. Perlu
sikap tegas dari pemerintah Indonesia. Sebagian besar
utang itu termasuk utang najis -meminjam istilah yang
dikemukakan mantan Menteri Keuangan Rusia Alexander
Sack di Paris tahun 1927.

Yang 

[ppiindia] Ikan Asin Makanan Murah dan Sehat

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/02/18/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
SUARA PEMBACA

Ikan Asin Makanan Murah dan Sehat 

IKAN asin merupakan salah satu primadona teman makan karena sudah menjadi 
makanan tradisional sejak ratusan tahun. Namun yang menjadi persoalan kini 
adalah apakah sang primadona ini sesuai dengan standar kesehatan. 

Ikan asin kini tidak lagi seperti ikan asin yang kita kenal dahulu, yaitu yang 
berbau khas ikan asin. Bau khasnya itu adalah akibat proses fermentasi daging 
ikan itu oleh bakteri yang tidak berbahaya selama proses pengasinan dan 
penjemuran ikan tersebut. 

Seperti diketahui, proses fermentasi makanan adalah suatu proses yang sudah 
dilakukan orang sejak ratusan bahkan ribuan tahun, misalnya dalam proses 
pembuatan roti, tape singkong, tape ketan, tuak, anggur, sayur asin, tempe, 
oncom, terasi, ikan asin, tauco. 

Proses fermentasi terjadi oleh adanya bakteri yang tidak berbahaya atau oleh 
jamur dan ragi. Agar menjadi ikan asin yang khas dan kering, proses penjemuran 
itu memerlukan sinar matahari yang cukup serta fermentasi oleh bakteri yang 
tidak berbahaya. 

Bila penjemuran dilakukan kurang baik, misalnya karena langit berawan atau 
hujan, lalat dapat mengerumuni ikan asin itu dan bertelur, sehingga telur lalat 
menetas dan menjadi belatung. 

Kalau sekarang kita meninjau di pasar tradisional maupun supermarket terkenal, 
maka ikan asin kelihatannya lebih bersih karena tidak berlalat, akan tetapi 
bila dicium sama sekali tidak berbau khas ikan asin, bahkan sering pula berbau 
obat. 

Hal ini disebabkan oleh karena para pembuat ikan asin sekarang tidak mau ambil 
risiko ikannya menjadi busuk selama penjemuran akibat kurangnya sinar matahari 
atau diteluri lalat sehingga belatungan. Karena itu, pada waktu pembuatan ikan 
asin itu, ikan itu diberi obat pengawet (sering dipakai formalin, yaitu obat 
untuk mengawetkan mayat manusia) atau disemprot dengan DDT ( bahan racun 
pembunuh nyamuk dan serangga). 

Alhasil, tujuan agar tidak dihinggapi lalat, malah mengakibatkan terbunuhnya 
juga bakteri yang tidak berbahaya yang berguna dalam proses fermentasi 
tersebut. 

Sebagai uji coba, pernah saya menaruh sepotong ikan asin di dalam perangkap 
tikus dan ternyata sampai beberapa hari tidak ada satu pun tikus yang berminat, 
namun ketika saya ganti dengan tulang ayam, maka langsung tertangkap sampai dua 
ekor tikus. 

Dapat disimpulkan bahwa baik tikus maupun lalat kurang berminat pada ikan asin 
ini, karena indera mereka dapat menangkap aroma obat pengawetnya atau racun 
DDT. 

Karena sebagian besar rakyat kita gemar mengonsumsi ikan asin (dan terutama 
kalangan masyarakat menengah ke bawah yang jumlahnya akhir-akhir ini meningkat 
tajam), dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila mereka sampai menderita 
sakit akibat obat pengawet formalin atau racun DDT tersebut. 

Karena itu, saya mohon perhatian dinas kesehatan, pihak Dirjen POM dan ibu 
menteri kesehatan untuk meneliti persoalan ini sebagai hal yang diprioritaskan. 


Sam Lazuardi (DSS) 

Dwiwarna 2 / 6 Jakarta Pusat 





[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Pers dalam Struktur Kekuasaan Pasar

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0502/19/opi01.html


Pers dalam Struktur Kekuasaan Pasar
 Oleh Triyono Lukmantoro

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada peringatan Hari Pers Nasional 2005 
di Pekanbaru, Riau, menegaskan bahwa pada masa pemerintahannya pers tidak 
akan dikekang dan pemerintah tidak akan melakukan pembredelan terhadap media 
massa. Namun, ketika pers tidak lagi dikontrol oleh mekanisme pembredelan 
yang dijalankan negara, benarkah secara otomatis pers memiliki ruang gerak 
yang lebih bebas? Pertanyaan tersebut selalu relevan untuk dikemukakan untuk 
menyoroti kondisi pers aktual. Selain itu, pada aspek yang lain, pihak 
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla pun menyatakan akan 
memberlakukan Undang-Undang Pers sebagai produk hukum yang berlaku sebagai 
lex specialis. Ini berarti terhadap setiap kasus hukum yang dikenakan kepada 
pekerja pers, tidak diberlakukan lagi hatzaai artikelen (pasal-pasal karet 
dari produk hukum kolonial) yang dapat menjebloskan jurnalis ke penjara. 
Denda dalam bentuk pembayaran uanglah yang justru akan membatasi ruang gerak 
kalangan pekerja pers.
Negara selama ini memang selalu dijadikan sebagai Sang Terdakwa dalam 
setiap kasus hukum yang menimpa pers. Jelas, ini semua akibat pekerja pers 
belum lepas dari trauma yang berhasil ditebarkan rezim otoriter-militeristik 
Orde Baru. Juga, akibat para pelaksana (bukan penegak!) hukum sekarang ini 
masih sering menerapkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara 
real dapat membelenggu pekerja pers. Namun, sudah selesaikah semua 
pembatasan terhadap pers jika negara surut menjalankan intervensinya serta 
lex specialis segera diterapkan? Artinya, benarkah kekuasaan negara dan lex 
specialis menjadi panacea (obat mujarab untuk menyembuhkan semua penyakit) 
dalam setiap kasus hukum yang dihadapi pers?
Jawabannya, dengan tegas, harus dinyatakan tidak! Sebabnya adalah kebebasan 
pers selalu berada di bawah struktur kekuasaan yang melingkupinya. Ini 
berarti kebebasan pers tidak pernah merealisasikan dirinya secara 
eksistensial, melainkan secara struktural. Sehingga, struktur kekuasaanlah 
yang pada prinsipnya menjadi komponen utama dalam menentukan ruang gerak 
kebebasan pers. Apabila selama rezim Orde Baru berkuasa, struktur kekuasaan 
(power structure) itu sangat dideterminasikan oleh negara (state), maka 
setelah Soeharto luruh dari kekuasaannya, struktur kekuasaan yang menentukan 
pers adalah pasar (market).
Pada problem inilah kita harus mampu mengevaluasi keberadaan institusi pasar 
dengan kritis. Hal itu dikarenakan bahwa pasar bukanlah sekadar sebagai 
situs (tempat) untuk melakukan transaksi antara pihak penjual dan pembeli. 
Pasar bagi kalangan penganut liberalisme, yang bertumpu pada doktrin 
pertarungan bebas (free fight), memang menjanjikan kebebasan. Tetapi, 
sebenarnya, pasar tidak dengan sendirinya memberikan jalan yang demokratis. 
Sebab, bukankah para pelaku dalam pasar pers selalu memiliki modal dan 
kemampuan yang tidak pernah berimbang?

Darwinisme Sosial
Seluruh kalkulasi yang berfondasikan pada paham liberalisme, pada titik 
kulminasinya, mendorong pers untuk terjerembab dalam proses evolusi gaya 
Darwinisme sosial (social Darwinism). Apa maksudnya? Dalam pasar pers, yang 
muncul tidak lain adalah lembaga-lembaga korporasi (perusahaan) pers yang 
akan saling bertarung untuk merebut kehidupan (struggle for life). Namun, 
hanya korporasi yang paling kuat dari aspek permodalannya yang pada akhirnya 
keluar sebagai pemenang dan mampu mempertahankan keberadaannya (survival of 
the fittest). Implikasi lebih jauh dari itu adalah di antara pekerja pers, 
akibat dipaksa untuk menjalankan kompetisi, selalu dihinggapi egoisme dan 
kemerosotan solidaritas.
Apalagi, bukankah sejumlah institusi profesional bagi kalangan jurnalis 
selama ini hanya mengurusi problematik kinerja dan kualifikasi jurnalistik 
belaka? Apakah nasib dan solidaritas di antara jurnalis sendiri akibat 
terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), misalnya, juga menjadi bagian yang 
diperjuangkan? Tampaknya, memang, belum terpikirkan. Bahkan, organisasi 
profesi bagi kalangan jurnalis tampaknya masih mengidap romantisme politik 
yang diwariskan rezim Orde Baru. Seharusnya lembaga organisasional yang 
melindungi para jurnalis sudah melepaskan diri dari belenggu 
romantis-traumatik itu. Sebab, dalam realitasnya, jurnalis yang divonis 
bersalah oleh pengadilan tidak lagi dapat diberi predikat sebagai hero 
(pahlawan) yang melawan kalangan tiran, melainkan tidak lebih sebagai 
kriminal (penjahat) murni.
Selain itu, pasar pula yang pada akhirnya menjadi penentu karakter bagi 
keberlanjutan interaksi antara pers dengan masyarakatnya. Hal ini bermakna 
bahwa jurnalis tidak lebih sekadar sebagai buruh yang bekerja bagi pemilik 
modal. Ketika jurnalis berperan sebagai buruh, maka yang paling menentukan 
kehidupannya adalah kalangan pemilik modal. Dan, karena jurnalis sudah 
disesaki oleh berbagai perhitungan yang bercorak 

[ppiindia] Depkominfo, Reinkarnasi Departemen Penerangan?

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0502/19/opi02.html


Depkominfo, Reinkarnasi Departemen Penerangan?
 Oleh Gun Gun Heryanto

Tanggal 31 Januari lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan 
Peraturan Presiden (Perpres) No. 9 tahun 2005. Perpres tersebut, mengatur 
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja 
Kementerian Negara RI. Hal ini, merupakan upaya pemerintahan SBY yang hingga 
kini masih terus berbenah. Seolah berlomba dengan waktu, SBY-Kalla berupaya 
meningkatkan kinerja, terlebih setelah 100 hari awal pemerintahannya lebih 
banyak menuai kritik dari berbagai kalangan.
Satu hal yang menarik, di dalam Perpres tersebut Kementerian Negara 
Komunikasi dan Informasi (Kominfo) berubah menjadi Departemen Komunikasi dan 
Informatika (Depkominfo). Di organisasi Depkominfo tersebut, selain ada 
jabatan menteri juga terdapat sekretaris jenderal, tiga direktur jenderal, 
seorang inspektur jenderal, seorang kepala badan pengembangan dan penelitian 
SDM, serta staf ahli. Ketiga dirjen tersebut, terbagi menjadi Dirjen Pos dan 
Telekomunikasi (sebelumnya masuk dalam Departemen Perhubungan), Dirjen 
Aplikasi Telematika, serta Dirjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi 
Informasi.
Sepintas tak ada masalah dengan perubahan tersebut, karena dari segi 
anggaran pemerintah memprediksikan semuanya terkendali. Menteri Kominfo 
Sofyan Jalil misalnya, dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, Senin 7 
Februari lalu menegaskan tak akan ada pembengkakan anggaran. Dengan asumsi, 
anggaran untuk departemen yang baru itu, hanyalah pemindahbukuan dari 
Kominfo ditambah dengan anggaran Dirjen Postel serta Lembaga Informasi 
Nasional yang terintegrasi dalam departemen yang baru tersebut.

Kerancuan Wewenang
Jika kita mau saksama memperhatikan perubahan ini, titik rawan justru bukan 
semata pada pembengkakan anggaran melainkan pada substansi peran, tugas, dan 
kewenangan Depkominfo ke depan. Menurut penulis, ada beberapa substansi dari 
keberadaan Depkominfo yang mengkhawatirkan jika tidak dikritisi secara dini.
Pertama, Depkominfo masih memiliki bagian penyiaran yang ditangani Asisten 
Deputi Penyiaran. Tentunya dengan demikian, urusan perizinan frekuensi juga 
masih menjadi kewenangan Depkominfo. Keberadaan bagian penyiaran ini, 
menjadi satu hal yang rancu, karena di saat yang sama kita memiliki Komisi 
Penyiaran Indonesia (KPI). Eksistensi KPI tidak main-main, karena memiliki 
legitimasi sangat kuat yakni Undang-Undang Penyiaran No. 32 tahun 2002, 
sementara Asisten Deputi Penyiaran sandaran hukum keberadaannya sangat 
lemah.
Memang, bagaimanapun kegiatan pemancaran siaran melalui sarana transmisi 
dalam spektrum elektromagnetik menggunakan ranah publik yang merupakan 
sumber daya alam terbatas. Oleh karenanya, harus diatur secara jelas, 
terlebih di era industri penyiaran yang seringkali tak cukup memberikan 
akses bagi rakyat kebanyakan untuk memanfaatkannya. Namun, haruskah 
pengaturan itu tetap dilakukan pemerintah, seperti halnya melalui Dirjen 
Radio, Televisi dan Film (RTF) Departemen Penerangan (Deppen) di era Orde 
Baru? Kalau di Depkominfo masih memiliki bagian penyiaran dan masih turut 
masuk dalam regulasi siaran, apa bedanya Depkominfo dengan Deppen?
Sekedar mengingatkan, KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen 
dan bertugas mengatur hal-hal mengenai penyiaran, telah cukup lama 
terbentuk. Mereka juga telah diuji kelayakannya di DPR. Dalam UU No. 32 
tahun 2002, Pasal 8 ayat 2 KPI mempunyai wewenang di antaranya: menetapkan 
standar program siaran. Tentunya berbeda dengan kewenangan Dirjen RTF dulu, 
KPI tidak boleh melakukan politik koorporasi dengan memaksakan standar 
program penguasa bagi pelaksanaan penyiaran. Melainkan mengatur standar 
program yang betul-betul bermanfaat dan dibutuhkan oleh publik. KPI juga 
berwenang menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran, 
berwenang mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran 
serta standar program siaran, berwenang memberi sanksi terhadap pelanggaran, 
dan terakhir berwenang melakukan koordinasi atau kerja sama dengan 
pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat.
Tentu saja, apa yang harus dilakukan KPI tersebut, dalam konteks pelaksanaan 
tugas dan kewajiban menjamin masyarakat memperoleh informasi yang layak dan 
benar sesuai dengan hak asasi manusia. Membangun iklim persaingan yang sehat 
antar-lembaga penyiaran dan industri terkait, serta memelihara tatanan 
informasi nasional yang adil, merata dan seimbang (Pasal 8 ayat 3). Dengan 
melihat wewenang, tugas dan kewajiban KPI tersebut, sudah sepantasnya bagian 
penyiaran dibubarkan dan kewenangannya disatukan dengan KPI. Kita punya 
contoh cukup baik, saat bagian pers di Deppen dialihkan ke Dewan Pers, 
sehingga jabaran kerja menjadi lebih jelas, tidak tumpang tindih.
Titik krusial kedua yang harus dikritisi adalah terkait dengan struktur 
koordinasi. Depkominfo berpotensi menjadi reinkarnasi Deppen karena 
diletakkan di bawah 

[ppiindia] Isu Pergantian Panglima TNI

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0502/19/taj01.html


Isu Pergantian Panglima TNI

PERHATIAN masyarakat, melalui liputan pers, terhadap pergantian para pucuk 
pimpinan TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang berlangsung Jumat (18/2) di Istana 
Negara mencerminkan bahwa untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan, 
atau bahkan lebih, peranan TNI dalam kancah politik masih tetap penting. 
Pergantian itu memunculkan berbagai spekulasi mengenai siapa yang akan 
menjadi Panglima TNI menggantikan Jenderal Endriartono Sutarto, yang sudah 
beberapa kali mengajukan surat pengunduran diri ke Presiden karena memang 
sudah berada pada usia pensiun.
Kita tahu spekulasi ini terkait dengan bom waktu yang ditinggalkan 
Presiden Megawati Soekarnoputri pada akhir masa jabatannya, yang mengirimkan 
surat kepada DPR pada 8 Oktober 2004 berisi nama Jenderal Ryamizard Ryacudu 
(waktu itu masih KSAD) sebagai calon Panglima TNI untuk menggantikan 
Jenderal Endriartono Sutarto. Kini, meski ada surat dari Presiden Yudhoyono 
yang menarik surat Megawati itu, di DPR masih hidup pandangan bahwa Jenderal 
Ryamizard tetap satu-satunya calon Panglima TNI pengganti Jenderal 
Endriartono.
Dari sinilah spekulasi itu berkembang. Ada yang menyebutkan bahwa Presiden 
lebih menyukai, atau kita katakan lebih merasa nyaman, bila Letjen Djoko 
Santoso, KSAD yang baru lulusan Akabri 1975, yang menjadi Panglima TNI. 
Atau, ungkapan dari KSAU Marsekal Chappy Hakim dalam dengar pendapat di 
Komisi I DPR, hanya dua hari sebelum serah terima jabatan, bahwa sebaiknya 
Panglima TNI yang sekarang berasal dari TNI AU, karena hal giliran ini juga 
diatur dalam UU TNI.
Juga ada spekulasi bahwa langkah Presiden melantik Marsekal Madya Djoko 
Suyanto sebagai KSAU, padahal ada Wakil KSAU, juga karena Presiden lebih 
merasa nyaman dan cocok dengan penerbang tempur ini untuk mengisi posisi 
Panglima TNI. Juga tidak tertutup kemungkinan KSAL yang baru, Laksamana 
Madya Slamet Subiyanto, juga berpeluang menjadi Panglima TNI. Jenderal 
Ryamizard, sebagai satu-satunya mantan kepala staf yang masih perwira tinggi 
aktif, kini tidak sendirian dalam pencalonan untuk menjadi Panglima TNI.
Itu semua menggarisbawahi bahwa posisi Panglima TNI akan tetap penting 
secara politik. Kita pun sependapat bahwa posisi Panglima TNI itu akan 
sangat penting pada masa kini, di saat proses transisi Indonesia menuju 
masyarakat yang demokratis belum tuntas. Artinya, seorang Panglima TNI 
seharusnya merupakan tokoh yang mampu menjamin bahwa proses reformasi di 
bidang pertahanan akan terus berjalan menuju sasaran-sasaran yang telah 
disepakati bangsa ini.
Kita sangat berkepentingan agar proses reformasi itu tidak terhenti, bahkan 
melaju lebih cepat, karena perjalanan ke arah itu memang tidak mudah bahkan 
berat. Cita-cita mewujudkan suatu tentara yang profesional di bawah civil 
supremacy atau objective civilian control mensyaratkan sejumlah prakondisi 
yang harus dituntaskan secara bertahap namun pasti.
Misalkan, dari sisi legislasi masih dibutuhkan sejumlah undang-undang lain 
untuk melengkapi UU Pertahanan dan UU TNI guna mewujudkan suatu sistem 
pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) yang ideal. Ini berarti 
diperlukan kerja keras di DPR maupun pemerintah.
Kemudian, guna mewujudkan prajurit TNI yang profesional berarti juga 
mencukupkan segala kebutuhan mereka pada tingkat yang wajar, apakah itu 
menyangkut kesejahteraan maupun persenjataan dan dukungan operasional 
lainnya, dan itu berarti harus ada peningkatan anggaran pertahanan 
berdasarkan suatu rancang bangun (blue print) pertahanan yang jelas.
Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami di Sumatera akhirnya menguak dengan 
sangat telanjang betapa TNI ternyata memang tidak dalam kondisi prima untuk 
menghadapi situasi krisis dalam skala seperti itu. Artinya, untuk 
melancarkan apa yang disebut military operations other than war pun kita 
kedodoran, bagaimana kalau harus masuk dalam situasi perang terbuka untuk 
mempertahankan kedaulatan negara?
Bencana itu akhirnya membuat kita semua terperangah melihat pameran 
peralatan militer milik negara-negara lain yang jauh lebih maju dibanding 
milik TNI. Dalam kaitan inilah kita sangat berharap kalau masalah pergantian 
Panglima TNI, yang kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa bulan ke 
depan, tidak menimbulkan gejolak-gejolak politik di DPR.
Ini artinya, siapa pun yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi Panglima 
TNI, terutama kalau itu bukan Jenderal Ryamizard Ryacudu, janganlah sampai 
menimbulkan ribut-ribut yang tidak perlu. Kalau DPR ribut dan 
membesar-besarkan soal pergantian Panglima TNI, maka hal itu pada akhirnya 
hanya kembali memperlihatkan sindrom rendah diri dan rasa tidak percaya diri 
kaum politisi sipil untuk maju sendiri tanpa melibatkan partisipasi tentara.
Kita sepakat Pasal 13 UU TNI yang mengatur persoalan Panglima TNI memuat 
hal-hal yang sifatnya mendua, terutama ayat yang menyebutkan bahwa untuk 
mengangkat atau memberhentikan Panglima TNI, 

[ppiindia] Menimbang Solusi Permasalahan TKI

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=188168kat_id=16

Sabtu, 19 Februari 2005

Menimbang Solusi Permasalahan TKI 
Oleh : Tamsil Linrung
Anggota Komisi IX DPR RI dari FPKS
Sudah melampaui batas kemanusiaan. Itulah kualitas derita tenaga kerja 
Indonesia (TKI) di Malaysia, terutama yang ilegal. Uniknya, hal itu tak membuat 
jera para TKI. Dengan berdalih gaji yang belum terbayar atau faktor lain, di 
antara mereka tetap bersikeras untuk bertahan di negeri jiran. Maka, perlu 
dipikirkan bagaimana memayungi TKI yang jumlahnya masih ratusan ribu orang, 
baik yang di Malaysia atau di negara-negara lain yang hingga kini menjadi 
tumpuan harapan keluarga di Tanah Air.

Pemerintah diminta memiliki agenda lebih konkrit, keberpihakan yang lebih 
jelas, dan tindakan nyata yang responsif terhadap perkembangan yang terjadi 
pada TKI di luar negeri. Masalahnya, di Indonesia sendiri ketersediaan lapangan 
kerja masih terbatas, sementara tingkat pengangguran mencapai 40 juta orang 
lebih. Akhirnya, para tenaga kerja Indonesia mengalir ke luar negeri. 

Sangat rasional apabila pemerintah memberikan ''kompensasi'' yang riil berupaa 
perlindungan hak-hak jiwanya dari ancaman fisik majikan atas nama pribadi atau 
perusahaan yang mempekerjakan TKI. Inilah sikap politik umum yang perlu 
dijabarkan dalam garis hukum dan politik (kesepakatan bilateral) yang sama-sama 
harus dihargai oleh kedua pihak: Indonesia sebagai pengerah jasa TKI dan 
negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, 
Hongkong, Korea Selatan dan Jepang yang tercatat sebagai peengguna jasa TKI.

Penyelesaian jangka panjang
Kesepakatan bilateral sangatlah tidak mungkin berhadapan langsung dengan 
majikan. Namun, pemerintah yang menerima TKI dapat membuat persyaratan ketat 
yang harus ditaati oleh majikan dengan konsekuensi hukum jika melanggarnya. Hal 
ini tampaknya belum dilakukan karena hingga saat ini masi dirasakan tiada 
pembelaan yang cukup serius terhadap nasib TKI dari pemerintah setempat. 

Lebih dari itu, manakala terjadi problem hukum (seperti pelecehan seksual yang 
kadang menggiring aksi pembelaan diri korban dan mengakibatkan pembunuhan, atau 
kasus penganiayaan oleh majikan), para TKI perlu didampingi penasihat hukum. 
Pendampingan hukum ini, semasa proses penyidikan atau pengadilan, semata-mata 
untuk mencapai keadilan hukum. Juga, dalam kerangka menghormati hukum yang 
berlaku akibat perbedaan sistem hukum yang ada, sehingga penanganan sebuah 
kasus TKI tidak berimplikasi pada wilayah politik kedua negara.

Dalam kaitan ini, memang dibutuhkan diplomasi. Komunikasi politik yang penuh 
nuansa persahabatan jauh lebih kental nilai kemanusiaannya dan kualitas 
keadilannya dibanding penerapan hukum yang kaku. Karenanya, unsur diplomasi 
menjadi sangat relevan untuk ikut dimainkan akibat perbedaan sistem hukum dan 
sistem budaya dua negara.

Bila aspek perlindungan TKI diselenggarakan secara komprehensif, tidak akan 
terjadi ketegangan bilteral. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi tidak 
perlu merespons secara emosional ketika Presiden Yudhoyono akan mengirim tim 
pembela untuk menyelesaikan gaji para TKI yang belum dibayarkan. Presiden 
tampaknya tetap menghargai hak pihak yang mempekerjakan TKI, tapi sekaligus 
mengedepankan huku. Namun, kita juga dapat memahami reaksi Badawi karena proses 
hukum itu berpotensi besar akan mempermalukan rakyat dan negaranya. 

Di sinilah nasionalisme Badawi muncul. Landasan reaksi Pemerintah Malaysia 
tidak akan terjadi jika tercapai kesepakatan bilateral jauh sebelumnya. 
Formulasi solusi yang berjangka panjang seperti itu harus segera dibangun. 
Pemulangan para TKI akhir-akhir ini seharusnya dijadikan momentum untuk 
melakukan pendekatan politik agar tercapai kesepakatan bilateral terkait 
penempatan TKI di luar negeri. Pada sisi pemerintah Indonesia, harus 
menyelesaikan problem strukturalnya terlebih dulu seperti memberlakukan standar 
kemampuan TKI, tidak boleh meloloskan tenaga kerja yang buta huruf, dan 
sebagainya. Dengan demikian, para TKI dapat memahami kontrak kerja sekaligus 
dapat bekerja profesional. 

Untuk PJTKI, Depnakertrans dapat menuntut adanya pendidikan dan pelatihan TKI 
yang bukan sekadar memenuhi prasyarat formal. PJTKI juga harus melaporkan data 
TKI yang sebenarnya. Degan data yang tidak dipalsukan, akan lebih mudah bagi 
pemerintah untuk memberikan bantuan hukum apabila mereka mendapatkan musibah. 
Sementara itu, Imigrasi juga harus segera ditertibkan. Pasalnya, banyak TKI 
legal yang menjadi ilegal karena mahalnya biaya pengurusan paspor dan dokumen 
lain. Biaya paspor yang tadinya Rp 115 ribu melambung menjadi Rp 800 ribu. 

Problem kultural
Dari sisi negara penerima TKI, terlihat adanya problem kultural yang perlu 
diselesaikan. Ada kesan TKI dianggap sebagai budak meskipun mereka diberikan 
upah. Akibatnya, para TKI dieksploitasi tanpa mengindahkan hak-hak mereka. TKI 
tidak dianggap sebagai mitra kerja. Implikasinya, cara pandang kultural 

[ppiindia] TKI Bagaikan Sapi Perahan

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.klik-galamedia.com/

  19/02/2005 
  Anna Tairas,
  TKI Bagaikan Sapi Perahan


  MENGURUS bisnis perkebunan ternyata mengasyikkan. Itulah yang dirasakan 
aktris kawakan yang masih tetap awet cantik, Anna Tairas. Selain bisnis jasa 
konstruksi yang sudah hampir empat tahun dirintisnya, Anna rupanya punya bisnis 
baru. Janda beranak satu ini kini mengelola perkebunan kelapa sawit di Jambi.

  Orang seperti saya mau apa lagi? Usaha ini 'kan semata-mata enggak cuma 
cari profit pribadi. Banyak tenaga kerja yang kita berdayakan. Ini juga 
membantu masyarakat dan usaha pemerintah dalam rangka menciptakan lapangan 
kerja. Saya kadang-kadang merasa prihatin kalau melihat bagaimana tenaga kerja 
Indonesia (TKI) di luar negeri kurang mendapat perhatian, tutur Anna kepada 
GM saat peluncuran sinetron terbarunya, Miss Bintil di Jamz Restaurant Hotel 
Aston, Jakarta, Kamis (17/2).

  Para TKI yang bekerja di luar negeri, lanjut Anna, bagaikan sapi perahan. 
Sudah di negeri orang dizalimi majikan, disiksa dan gajinya enggak dibayar, eh 
sampai di negeri sendiri diperas oleh bangsa sendiri (oknum-oknum di Terminal 
III Khusus kedatangan TKI Bandara Soekarno-Hatta). Sekali lagi saya miris dan 
prihatin ngelihat mentalitas bangsa kita ini, paparnya.

  Jika sanggup mengelolanya, kata Anna, sumber daya alam Indonesia 
sesungguhnya lebih dari cukup untuk bisa memberdayakan rakyat Indonesia. Kita 
sebenarnya malu, bangsa kita katanya bangsa yang besar, negeri kita katanya 
bagaikan zamrud khatulistiwa, tapi bangsa kita kok mau hanya jadi babu di 
negeri orang? Ini namanya paradoks. Pemerintah sudah seharusnya memberi 
kemudahan bagi para pengusaha agar mereka mau menanamkan modalnya untuk 
menciptakan lapangan kerja baru. Sayangnya, birokrasi kita baik di pusat maupun 
daerah korup. Ini salah satu yang juga bikin pusing,  tutur aktris yang masih 
setia menjanda setelah bercerai dengan Reynold Panggabean ini.

  Keasyikan berbisnis membuat Anna semakin jauh dari dunia peran. Sejak 
berperan dalam sinetron Bukan Impian Semusim, Anna memang jarang tampil di 
layar kaca. Bahkan, rencananya bikin film layar lebar bertema perjuangan 
beberapa tahun lalu sampai sekarang belum terealisasi. Sudah saatnya memberi 
kesempatan kepada artis-artis muda. Artis-artis sekarang 'kan lebih baik, 
cantik-cantik, dan aktingnya bagus. Saya sebagai orang yang lebih dulu terjun 
ke film ikut senang melihatnya, aku Anna.

  Keterlibatannya di sinetron Miss Bintil garapan sutradara Pietrajaya 
Burnama, diakui Anna sebagai sumbangsih seni perannya terhadap dunia 
persinetronan Indonesia. Supaya enggak tenggelam banget, sesekali tetap 
tampil. Tapi, agak pilih-pilih cerita juga. Saya terlibat di sinetron ini 
karena segmennya keluarga, ada edukasi buat anak-anak. Televisi kita masih 
sangat kurang menyuguhkan tontonan untuk anak. Jadi, mudah-mudahan sinetron ini 
bisa jadi tontonan alternatif buat anak-anak, harapnya.

  Selain bakal ditayangkan televisi dalam negeri, sinetron produksi PT 
Global Indah Film ini rencananya akan ditayangkan di televisi beberapa negara, 
antara lain Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Sebagian lokasi syuting 
sinetron ini dilakukan di Singapura, dibintangi Kay Adam, Sion Gideon, Anna 
Tairas, Robby Sugara, Pietrajaya Burnama, dan bintang cilik Princess Marsya. 
(edk)** 



[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Manusia-manusia ''Gandek''

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/2/20/opini.html

Manusia-manusia ''Gandek''
Manusia dilahirkan bebas,
namun di mana pun dia dibelenggu!
(Jean Jacques Rousseau ).

-

RUBAG teramat sering membaca dan mendengar orang-orang mengutip pendapat 
sosiolog kelahiran Jenewa, Swis yang hidup tahun 1712-1778 itu. Pencetus teori 
Kontrak Sosial tersebut merupakan manusia paradoks yang menerima Piala 
Academie di Dijon karena keilmuwanannya justru sangat skpetis terhadap sains, 
teknologi dan seni. Nasib buruk yang  menimpa kaum miskin, menurut Rousseau, 
justru akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dimulai sejak era 
Descartes (1596-1650) yang dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Karena 
risalah Cogito ergo sum lahirlah kapitalisme, revolusi industri yang menambah 
ketidaksamaan sosial, politik, kekayaan, dan kekuasaan.

Pendapat dan pikiran Rousseau yang sangat berbeda dengan orang-orang sezamannya 
membuat dia dituduh mengidap neurotis akibat kesulitan hidup. Sebagai anak 
seorang tukang yang bukan dari golongan bangsawan serta hidup di pinggiran 
kota, memang dia dan keluarganya termarginalisasi sejak kecil.  Namun otak 
Rousseau jauh lebih encer dari golongan elite kota yang justru menjadi elite 
karena faktor keturunan.   Juga ada yang jadi elite karena kemampuan menjilat 
pada kekuasaan serta kelicikan, sehingga tidak hirau pada nasib orang miskin 
yang eksistensinya saja sudah merupakan bantahan atas konsep kemajuan dan 
kesempurnaan yang digembar-gemborkan.

Keberhasilan manusia menaklukkan alam justru dilanjutkan dengan upaya 
menaklukkan sesamanya yang kurang beruntung dan tidak berdaya. Akibatnya, ada 
sebagian kecil manusia yang hidup secara berlimpah, sedangkan sebagian besar 
lainnya, susah memperoleh kebutuhan yang paling primer sekali pun. Karena rasa 
mangkel terhadap kondisi masyarakat yang timpang itu, Rousseau melontarkan 
risalah, Ada segelintir manusia yang hanya mengenal kehidupan semu yang 
dangkal. Kehormatan tanpa kebajikan. Akal pikiran tanpa kearifan, nafsu-nafsu 
tanpa kebahagiaan.

Rubag menyadari, nyaris dalam setiap zaman ada orang-orang berpaham seperti 
Rousseau, yang kendati pun punya kelebihan dari sebagian besar masyarakat 
sezamannya, namun enggan menjual kecerdasan dan kemampuan otaknya demi 
kekuasaan dan kekayaan. Meskipun dituduh sakit jiwa dan paradoks, bahkan kalau 
dia hidup di zaman sekarang cap munafik bisa dilekatkan padanya, namun warisan 
pikirannya tetap dikenang para insan hukum sepanjang masa. Rousseau paham kalau 
kebebasan manusia tidak bisa diperoleh seratus persen, sebab dengan kebebasan 
murni manusia akan saling bunuh atas nama kebebasan.

Pendahulunya, Thomas Hobbes, berpendapat bahwa setiap manusia adalah serigala 
bagi sesamanya. Demi kelestariannya, setiap orang harus mengekang sebagian dari 
kebebasannya, selanjutnya diserahkan secara massal pada kekuasaan yang mengatur 
perilaku. Kebebasan yang tersumbangkan itu oleh Rousseau disebut Kontrak 
Sosial yang diharapkan sebagai modal untuk mendistribusikan kesejahteraan, 
kedamaian, dan keadilan bagi seluruh warga negara. Namun dalam kenyataan, 
kebebasan yang tersetor tersebut dianggap barang gadaian oleh kebanyakan 
pemegang kekuasaan, sehingga melahirkan ketidakadilan, diskriminasi, intimidasi 
dan pelanggaran HAM.

***

Ada yang berpendapat bahwa meletusnya Revolusi Prancis yang berklimaks pada 
robohnya Penjara Bastilles, 14 Juli 1789, salah satu penyebabnya adalah gagasan 
Rousseau tentang kebebasan. Dinasti Bourbon dengan kekuasaan monarkhi 
absolutnya yang sewenang-wenang membuat rakyat Prancis  bangkit menuntut 
kebebasan mereka yang digadai Louis XIV, XV dan XVI. Louis XIV mengaku 
dirinya sendiri adalah negara dan semua ucapannya adalah undang-undang, lewat 
ucapan terkenal, L'etat c'est moi!. Sayang, karena sejarah dianggap 
metanarasi, sehingga jarang pemimpin bercermin pada kejadian-kejadian masa 
lampau, mabuk kekuasaan sering menjadi penyebab jatuhnya kekuasaan. Ketika 
eksistensi kaum tertindas  ditaruh jauh di bawah harkat dan martabat manusia, 
mereka biasanya tidak menghiraukan betapa pedasnya bom asap air mata, kerasnya 
popor bedil atau tajamnya timah panas.

Tokoh Afro Amerika, Martin Luther King yang menentang ketidakadilan terhadap 
orang-orang kulit hitam dalam bidang ekonomi, politik dan sosial, akibat 
diberlakukannya Undang-Undang Jim Crow di Amerika Serikat, rela meringkuk 
selama belasan tahun di penjara Birmingham. Dari balik terali besi dia 
menyebarkan konsep-konsep tentang keadilan dan kebebasan, seperti yang 
dilakukan Antonio Gramsci yang dipenjara rezim Mussolini di Italia.

Untuk membangun keadilan, tulis King, perlu adanya tekanan-tekanan. Dia sadar 
kalau banyak ketidakadilan tidak terhindarkan, namun ketiadaan tekanan dari 
kelompok yang tertindas menandakan  bahwa masih ada toleransi terhadap 
ketidakadilan. Keadilan yang lama ditunda, bagi King, adalah keadilan yang 
diingkari. Di zamannya, seorang Negro yang menyetir mobil 

[ppiindia] Tokoh Pendidikan Pater J Drost Meninggal Dunia

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0502/20/utama/1569649.htm

  Minggu, 20 Februari 2005  
 
 
 

  Tokoh Pendidikan Pater J Drost Meninggal Dunia 


  Semarang, Kompas - Indonesia kembali kehilangan tokoh pendidikan yang 
lantang melakukan autokritik. Pater J Drost SJ, lengkapnya Drs Josephus 
Ignatius Gerardus Maria Drost SJ, Sabtu (19/2) sekitar pukul 16.15, meninggal 
dunia di Rumah Sakit Elisabeth Semarang, Jawa Tengah, dalam usia 80 tahun 
setelah mengalami gangguan prostat.

  Meninggalnya Pater Drost merupakan kehilangan yang amat sangat bagi dunia 
pendidikan di Indonesia. Dialah sosok pendidik yang sejak muda hingga menjelang 
akhir hayatnya selalu peduli terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

  Pater meninggal karena sakit prostat, sebelumnya pernah menderita sakit 
jantung, kata Kepala SMA Kanisius Jakarta Romo Baskoro Poedjinoegroho SJ. Romo 
Baskoro belum tahu apakah Pater Drost meninggal akibat kanker prostat atau yang 
lainnya, yang ia ketahui Pater Drost menjalani operasi prostat.

  Menurut Romo Baskoro, Pater Drost merupakan seorang pendidik yang ulung. 
Semasa hidupnya, Pater Drost banyak memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia 
pendidikan. Ia juga sungguh-sungguh bisa mengikuti perkembangan pemikiran dari 
para pemikir muda.

  Romo Baskoro mencontohkan, ketika dia tampil menjadi pembicara bersama 
dalam sebuah seminar di luar Pulau Jawa beberapa tahun lalu, misalnya, Romo 
Baskoro sebelumnya khawatir kalau akan ada pertentangan pemikiran dua pastor 
dalam sebuah seminar tersebut. Ternyata, apa yang dikhawatirkan itu tidak 
terbukti.

  Pater Drost ternyata memiliki sudut pandang lain dalam mengungkapkan 
gagasannya itu sehingga sama sekali tidak ada pertentangan. Ia bisa menampilkan 
pandangan lain dari sudut pandang yang lain pula yang tidak menimbulkan 
benturan pandangan dengan pendapat orang muda.

  Sempat bercanda

  Socius Provinsial Jesuit Indonesia Azis Mardopo SJ di Kamar Jenazah RS 
Elisabeth, mengatakan, sekitar pukul 14.00 siang Pater J Drost diantar sopir 
untuk check up di RS Elisabeth. Di jalan, Pater tidak menunjukkan tanda sakit, 
malah mengajak sopir bercanda.

  Menurut Sr Monika, perawat di Wisma Emaus Pasturan Girisonta, Ungaran, 
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah -tempat Pater Drost tinggal selama ini-setelah 
check up Pater Drost dinyatakan sehat. Namun, ia minta dirawat di RS. Pater 
Drost kemudian masuk ruang Joseph dan mendapat perawatan dari dokter RS. Tak 
lama kemudian Pater Drost meninggal dunia.

  Jenazahnya akan dimakamkan pada hari Senin (21/2) di Makam Jesuit 
Girisonta pukul 11.00, setelah Misa Requim di Kapel Girisonta pukul 10.00.

  Sementara itu Provinsial Jesuit Indonesia Priyono Marwan SJ, mengatakan, 
Pater Drost adalah pribadi yang sangat mencintai pelayanannya. Pater dengan 
senang hati menerima tugas sebagai kepala sekolah setelah sebelumnya menjadi 
Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)-kini menjadi 
universitas-Sanata Dharma, Yogyakarta. Ini sulit dilakukan oleh kebanyakan 
orang Indonesia, yang dengan senang hati turun jabatan, katanya.

  Romo Ignatius Aria Dewanto, Novis Yesuit Girisonta yang ditemui di ruang 
jenazah, mengatakan, selama di Wisma Emaus Girisonta Pater Drost menerjemahkan 
buku asing. Buku itu diterbitkan untuk kalangan Serikat Jesus.

  Pater Drost lahir di Jakarta pada 1 Agustus 1925. Ia pernah mendalami 
filsafat di Yogyakarta pada tahun 1952, dan pada tahun 1957 lulus sebagai 
sarjana fisika di Institut Teknologi Bandung (ITB).

  Pendidikannya dilanjutkan di Teologia Yogyakarta, lulus tahun 1961. Ia 
pernah menjadi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan di IKIP Sanata Dharma 
Yogyakarta pada tahun 1962-1964. Ia menjabat Rektor IKIP Sanata Dharma 
Yogyakarta pada tahun 1964-1967.

  Pada tahun 1976-1987, Pater Drost menjabat Kepala SMA Kanisius Jakarta. 
Kemudian pada tahun 1987-1991, ia menjabat Kepala SMA Gonzaga Jakarta dan 
sekaligus Rektor Kolese Gonzaga pada tahun 1987. (Y04/Y01/Y03/MAS)
 


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, 

[ppiindia] Jabatan Panglima TNI Tidak Harus Giliran

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0502/20/nasional/1569178.htm
Minggu, 20 Februari 2005

Jabatan Panglima TNI Tidak Harus Giliran

Sidoarjo, Kompas - Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia atau TNI Angkatan 
Laut Laksamana Bernard Kent Sondakh menyatakan, jabatan Panglima TNI tak 
harus dipilih bergiliran dari tiap-tiap angkatan seperti yang diatur dalam 
Pasal 13 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Ia 
menegaskan jabatan Panglima TNI seharusnya ditentukan secara rasional, 
dengan memilih prajurit terbaik dari ketiga angkatan di TNI.
Bernard mengatakan hal itu di Sidoarjo, Sabtu (19/2). Ia menyampaikan hal 
itu saat diminta menanggapi polemik Panglima TNI, seusai meresmikan Masjid 
Baitul Mu'min di Pusat Pendidikan Dasar Militer Angkatan Laut di Sidoarjo.
Kalau pada saat pergantian panglima, staf calon yang terbaik itu ada di 
Angkatan Darat, ya Angkatan Darat (yang dipilih). (Kalau yang terbaik) 
Angkatan Laut, ya Angkatan Laut (yang dipilih). Jadi jangan menunjuk siapa 
yang mendapat giliran, tetapi harus menunjuk orang yang dapat membawa TNI 
menjadi lebih baik, ujar Bernard.
Ia menandaskan bahwa kepala staf tiap angkatan sudah dipilih dan 
dipersiapkan dari prajurit terbaik di tiap angkatan. Tetapi kinerjanya akan 
dinilai oleh presiden. Apakah dari laut yang terbaik, ataukah dari udara 
yang terbaik, atau dari darat, lanjutnya.
Bernard mengritik UU No 34/2004 yang tidak mengatur secara tegas tentang 
jabatan panglima. Kata-kata 'dapat', kalau saya bilang 'dapat', maka tidak 
bisa menuntut bahwa Angkatan Laut sudah pernah, Angkatan Darat sudah pernah. 
Jadi kalau yang paling berpotensi adalah prajurit Angkatan Darat, ya biar 
saja, kata Bernard.
Menurut Bernard, figur yang dibutuhkan TNI adalah prajurit yang memiliki 
kinerja yang baik. Selain itu, orang yang dipilih menjadi panglima harus 
pernah menjalankan tugas-tugas lapangan. Yang namanya panglima harus 
melalui tugas-tugas lapangan. Syukur jika dia juga seorang intelektual. 
Tetapi seorang intelektual yang tidak memiliki pengalaman di lapangan, 
bagaimana ia bisa menghayati, ujarnya.
Berkaitan dengan pergantian jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), 
Bernard mengharapkan KSAL yang baru akan meneruskan Rencana Strategis 10 
Tahun (Renstra) yang telah disusun sebagai cetak biru pengembangan TNI AL. 
Renstra itu kita bagi dalam tiga tahap. Tahap pertama, 2003-2007 sudah 
berjalan. Kalau Angkatan Laut berpegang di Renstra itu dengan penyesuaian 
terhadap perubahan yang terjadi, kita akan menjadi Angkatan Laut yang 
bagus, kata Bernard.
Ia menjelaskan Renstra itu mengarah pada pembentukan Angkatan Laut yang 
besar dan profesional, untuk melindungi wilayah laut Negara Kesatuan 
Republik Indonesia yang luasnya sekitar 53.000 kilometer persegi.
Tiap tahun harus ada penambahan lima sampai enam kapal patroli. Jika 
Renstra diikuti, dalam sepuluh tahun kita akan memiliki Angkatan Laut yang 
memiliki tiga susunan tempur. Yaitu, Striking Force, Patroling, dan 
Supporting, yang menuju pada kekuatan standar. Pada sepuluh tahun kedua, 
baru kita bisa membangun Angkatan Laut yang sesuai standar, kata Bernard. 
(ROW)
Search :




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Golkar Incar 100 Persen Kursi Kepala Daerah

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

Media Indonesia

  Minggu, 20 Februari 2005

  NASIONAL

  Golkar Incar 100 Persen Kursi Kepala Daerah
 
  JAKARTA (Media): Partai Golkar telah mempersiapkan skenario untuk 
pemenangan pemilihan kepala daerah langsung (pilkada) dan menargetkan kadernya 
bisa menduduki 100 % kursi kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) maupun 
wakilnya.

  Demikian salah satu poin penting yang dibahas dan menjadi penekanan dalam 
Rapat Kerja Nasional DPP Partai Golkar, di JCC, Jakarta, tadi malam. Skenario 
itu didasarkan pada perolehan Partai Golkar yang cukup signifikan pada Pemilu 
Legislatif 2004 lalu.

  Sebelumnya, dalam kata sambutannya Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar 
Surya Paloh mengatakan perlunya seluruh fungsionaris Partai Golkar memahami dan 
mengerti tuntutan warga di daerah agar masyarakat memberi kepercayaan kepada 
Golkar untuk memimpin bangsa. Surya juga menggarisbawahi perlunya fungsionaris 
partai untuk bertindak demokratis, kreatif, serta memberikan ide-ide segar dan 
berguna bagi masyarakat sesuai dengan tuntutan reformasi.

  Terkait dengan skenario pemenangan pilkada, Ketua Bidang Pemenangan 
Pemilu Andi Mattalatta mengatakan bukan mustahil Partai Golkar mendapat 
kepercayaan rakyat lagi dengan memenangkan pilkada.

  Target 100 persen kader Golkar duduk di eksekutif itu kan nantinya 
dihitung yang duduk menjadi kepala daerah termasuk wakilnya. Itu tidak mustahil 
dan sudah kami pertimbangkan, katanya.

  Tiga kategori

  Untuk memenangkan pilkada yang dimulai Juni nanti ini, dalam rakernas 
juga diputuskan pembagian pemetaan daerah menjadi tiga kategori. Kategori 
pertama, jika dalam pemilu legislatif lalu perolehan suara lebih dari 50% maka 
partai akan all out memperjuangkan kadernya untuk kursi kepala daerah.

  Pada kategori kedua, agak lebih fleksibel. Jika pemenangan dalam pemilu 
legislatif antara 15% sampai 50% ada kemungkinan Partai Golkar akan bekerja 
sama dengan partai lainnya untuk memperjuangkan kadernya meraih kursi kepala 
daerah. Tapi jika dalam kondisi tertentu dinilai memungkinkan, pencapaian itu 
dilakukan secara all out.

  Kategori ketiga, jika di daerah tertentu perolehan suara partai pada 
pemilu legislatif hanya 15 persen maka partai akan memperjuangkan kadernya 
untuk menjadi wakil kepala daerah saja. Artinya jika perolehan suara hanya di 
bawah 50% tidak ada patokan kader Golkar harus menjadi kepala daerah.

  Namun demikian, Andi menambahkan, tidak mungkin kategori tersebut secara 
kaku ditetapkan di seluruh daerah. Alasannya, faktor politik di berbagai daerah 
tentunya berbeda-beda dan pada kondisi tertentu akan sangat berpengaruh dalam 
menentukan posisi Partai Golkar nanti.

  Berkenaan dengan semakin dekatnya pilkada maka Bidang Pemenangan Pemilu 
Partai Golkar mengharapkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) menyiapkan jadwal 
pelaksanaan penjaringan calon kepala daerah secara internal. Prinsip yang 
dianjurkan adalah objektivitas dan demokratis dalam pengajuan calon. Yang tidak 
kalah pentingnya adalah penerimaan warga terhadap calon dari Partai Golkar.

  Berjenjang

  Untuk proses penjaringan itu, DPP juga menentukan kriteria. Agar dapat 
dilaksanakan secara demokratis maka akan dilakukan secara berjenjang. Misalnya, 
untuk proses penjaringan calon kepala daerah tingkat dua DPD diharapkan memberi 
kesempatan lima pasang calon dan nanti akan dikonsultasikan ke DPD tingkat I 
untuk diperas menjadi tiga calon saja.

  Proses selanjutnya, ketiga pasang calon tadi akan dikembalikan ke DPD II 
untuk dipilih menjadi satu pasangan calon dan dilaporkan ke DPP. Di sinilah DPP 
akan menilai layak tidaknya calon tadi untuk dikompetisikan dengan calon dari 
partai lain memperebutkan kursi kepala daerah. Andi menggarisbawahi pada 
prinsipnya DPP akan memegang prinsip demokratis dalam penentuan calon kepala 
daerah.

  Satu pertimbangan penting yang harus dipegang DPP dan semua fungsionaris 
Partai Golkar di dalam menghadapi pilkada adalah calon yang bersangkutan 
memiliki kompetensi dan efektivitas yang tinggi. Dan secara umum yang mengerti 
daerahnya. Jadi tidak ada lagi main tunjuk. (Sto\X-4)
 


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 

[ppiindia] Enggan Berdasi dan Naik Volvo

2005-02-19 Terurut Topik Ambon

http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/20/bincang02.htm

Minggu, 20 Februari 2005
BINCANG BINCANG

Enggan Berdasi dan Naik Volvo

JANGAN bertanya jika tidak mengerti substansi pertanyaannya pada Menteri 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (menakertrans) Drs Fahmi Idris. Alih-alih 
mendapat jawaban, pertanyaan itu malah jadi bumerang bagi si penanya. Tak 
segan-segan sebelum menjawab pertanyaan yang menyerang, lelaki kelahiran 
Jakarta, 20 September 1943 itu lebih dahulu menguji pengetahuan si penanya. 
Namun, dia pun sportif. Dia mengaku tidak tahu kalau memang tidak bisa 
menjelaskan. Kalau sudah begitu, dia meminta stafnya menjawab.
Kalau masalah teknis biar saja para pejabat eselon satu atau dua yang 
menjelaskan. Jadi tidak harus saya yang bicara, kata Fahmi yang di masa 
Presiden BJ Habibie juga dipercaya menjadi Menaker.
Sudah jadi rahasia umum, mantan Ketua Senat FE UI (1965-1966) itu jago 
berdebat. Kepiawaiannya itu terasah saat dia menjadi aktivis HMI Jakarta. 
Pendapatnya juga sangat kritis. Mau bukti? Meskipun termasuk pejabat teras 
di DPP Golkar era Presiden Soeharto, Fahmi kerap melontarkan kritik pedas 
terhadap berbagai kebijakan. Menjadi pembicara di seminar merupakan satu 
kesibukannya selain berbisnis. Toh, ilmu padi sering diterapkannya. Lihat 
saja ketika serah-terima jabatan menteri, dia banyak memuji menteri 
sebelumnya, Jacob Nuwa Wea.
Saya akan meneruskan apa yang sudah dilakukan Pak Jacob. Paling kurang 
menyamainya. Kalau melebihi, rasanya berat, ucapnya merendah.
Dia pun punya cara tersendiri dalam berurusan dengan protokol yang 
diharuskan untuk seorang menteri. Dia misalnya tak pernah naik Volvo 960 
yang menjadi mobil dinasnya, dan lebih memilih mobil pribadinya Toyota 
Alphard G. Itu juga dilakukan ketika menjadi Menaker tahun 1998 lalu. Ketika 
itu, dia lebih menyukai Jeep Mitshubishi Pajero.
Mudah Dibedakan
Sebagai menteri Fahmi juga paling mudah dibedakan dari menteri lainnya. Jika 
menteri lain nyaman-nyaman saja memakai dasi misalnya, suami Kartini Hasan 
Basri itu selalu tak tahan memakai asesoris itu. Makanya dia lebih suka 
mengenakan baju koko berpadu dengan pantalon yang tak perlu dilengkapi dasi.
Untuk pakaian resmi sehari-hari, dia memililih baju koko putih lengan 
pendek. Jika harus menghadiri acara-acara resmi, baju koko itu diselubungi 
jaket semi-jas model sportif. Kacamata bulat dan rambut ikal sedikit 
acak-acakan sepertinya menjadi ciri khas penampilan Fahmi.
Satu hal lagi yang patut dicatat pada sosok Fahmi adalah bahwa dia tak 
begitu gemar diekspose. Ada kesan dirinya tak ingin selalu dibuntuti pers 
dan wajahnya setiap hari nongol di koran. Salah seorang stafnya pernah 
bertutur, di antara tokoh yang pernah menjadi menteri, Fahmi termasuk 
menteri paling hemat. Dia akan mengoreksi atau menolak melakukan kegiatan 
yang bersifat penghamburan uang. Beberapa staf pribadinya bahkan dibayar 
oleh perusahaan yang dimilikinya. Sumbanganya berupa dua unit komputer di 
ruang wartawan pun dibeli dari kocek pribadi. Kualitas lainnya, dia orang 
yang cerdas, mampu membaca perubahan, dan tentu saja mampu memrediksi 
kemungkinan yang bakal terjadi.
Hari-hari belakangan ini Fahmi sangat sibuk. Selain mengurus pemulangan 
sekitar 700 ribu TKI ilaegal yang bekerja di Malaysia, dia juga 
berkonsentrasi mencari solusi terhadap 40 juta penganggur di Indonesia, 
kenaikan upah, menjaga keharmonisan hubungan industrial, transmigrasi, 
serikat pekerja, dan tentu saja siap menerima para pekerja yang berunjuk 
rasa di kantornya.
Untuk meningkatkan kinerja di lingkungan Depnakertrans, yang muaranya akan 
dinikmati para pekerja dan pencari kerja, Fahmi siap melakukan apa saja. 
Yang jelas semua program yang sudah bagus dari menteri terdahulu akan 
diteruskannya. Sementara yang tidak efektif tentu akan ditinjaunya kembali, 
termasuk pengiriman TKI nonformal ke mancanegara dan penertiban ratusan 
PJTKI yang ada saat ini.
Kalau dipilah-pilah mungkin persoalan pengiriman TKI nonformal ke 
mancanegara yang paling menyita perhatian masyarakat selama ini. Pro-kontra 
terus saja terjadi, terutama setelah munculnya kasus demi kasus yang 
cendering merugikan dan merendahkan martabat bangsa. Karena itu tak sedikit 
yang mengusukan agar pengiriman TKI nonformal ini dihentikan saja.
Namun itu bukan soal mudah. Fahmi sadar betul hal itu berdasarkan 
pengalamannya menjadi menteri era Habibie. Tahun 1998, saya pernah 
menghentikan pengiriman TKI ke Saudi Arabia. Tahu nggak apa yang terjadi? 
Saya didemo. Tahu siapa yang mendemo saya? TKI. Mereka mengatakan, saya bisa 
saja menghentikan pengiriman tenaga kerja ke Saudi Arabia asal disediakan 
lapangan kerja Indonesia, ujar dia sembari tertawa.
Persoalan cukup pelik lainnya adalah soal formula Upah Minimum 
Regional/Provinsi (UMR/UMP) pada 2005 yang akan didasarkan pada 
produktivitas pekerja dan perusahaan. Pola pengupahan tersebut berdasarkan 
perjanjian secara bipartit, yakni antara pekerja dan perusahaan. Selama ini 
UMR lebih cenderung