[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Guntur Romli dan usaha rekonstruksi sejarah Kenabian Muhammad saw

2007-09-05 Terurut Topik -MGR-
Bung Anton
Terima kasih atas pertanyaan2 anda, dan saya berusaha untuk 
menjawabnya

1. Islam pada periode itu belum bisa disebut sebagai agama, ajaran 
yang dibawa Nabi Muhammad sama saja dengan keyakinan Waraqah dan 
pengikut al-hanifiyah. Intinya adalah monoteisme dan anti-pagan. 
Kata Islam yang maknanya adalah kepasrahan disebut juga dalam 
syair Zaid bin Amru pengikuti al-hanifiyah, al-islam berarti 
kepasrahan pada Allah, bukan pada berhala. Mereka yang mengikuti 
Muhammad disebut pengikut, atau yang mengimani ajaran Muhammad, 
istilah muslim (orang Islam) adalah istilah yang umum yang merujuk 
pada kaum monoteis yang pasrah pada ajaran Allah (Muhammad dan 
pengikutnya termasuk di dalamnya). Kelompok ini juga lebih bangga 
disebut sebagai orang beriman, Quran lebih banyak menyebut orang-
orang beriman (al-mukminun) untuk orang2 yang percaya pada ajaran 
yang dibawa Nabi Muhammad. Hakikatnya Waraqah adalah muslim tanpa 
menjadi pengikut Nabi Muhammad, dan Waraqah ini sebenarnya 
adalah bapak spiritual (al-abb al-ruhi) Nabi Muhammad. 

2. Sekte itu banyak istilah untuk menyebutnya, Ebyon, Yahudi-
Kristiani, dll, James D Tabor dalam buku Dinasti Jesus mengulas 
secara singkat sekte ini yang disebut sebagai Kekristenan Perdana, 
silakan anda baca kesimpulan dalam buku Tabor itu, sangat menarik, 
yang menurutnya ajaran Kekristenan Perdana itu dilestarikan oleh 
Islam. Injil mereka berbahasa Ibrani yang kemudian sampai ke Waraqah. 
Secara singkat sekte ini berbeda dari teologi Trinitas. 

3. Bagi saya kisah-kisah mukjizat Nabi yang misalnya dadanya dibelah 
tidak bisa dipahami secara harfiyah, namun secara majaziyah 
(metaforis). bagi saya nubuat-nubuah dari pendeta Kristen dan Yahudi 
terhadap kenabian Muhammad sewaktu dia masih kecil dan muda, tidak 
lah secara khurus mengarah pada Muhammad bin Abdullah, karena, 
Muhammad hidup sebagaimana anak kecil dan anak muda Mekkah 
sejamannya, bila ia sudah diketahui akan menjadi Nabi, maka, ia pasti 
diperlakukan secara istimewa, ternyata tidak, dia disusui di Bani 
Sa'diyah, menggembala kambing, menjadi pedagang dll. Nubuat2 itu 
menunjukkan semacam prakondisi-prakondisi kenabian, bawah bangsa Arab 
pada waktu itu sanga2 merindukan kenabian. Dan, dalam riwayat lain, 
Umayyah bin Abi Shalat pernah dinubatkan akan menjadi nabi oleh 
seorang rahib Yahudi. Ramalan2 seperti itu sudah biasa. Bagi saya 
yang berarti bukan nubuat atau ramalan bahwa Muhamamd akan menjadi 
nabi, tetapi peran lingkungan dan komunitas intelegensia Kristen 
itulah yang sangat penting.  

4. Saya tidak pernah menjadikan sumber2 orientalis sebegai rujukan, 
khazanah Islam klasik amat kaya dengan sumber-sumber sejarah itu, 
hanya saja jarang dirujuk oleh umatnya sendiri, sumber sejarah yang 
sampai pada kita adalah sumber yang sudah dipengaruhi kekuasaan, 
sumber yang monolitik, oleh karena itu, merujuk kembali pada khazanah 
Islam klasik menjadi penting.   

Demikian Mas Anton, mohon maaf bila tidak bisa memuaskan, mohon sabar 
menunggu buku saya yang akan terbit tentang Sejarah Kristen di Arab 
dan Pengaruhnya Terhadap Islam, beberapa data lain akan ada di buku 
itu.

Terima kasih

-Guntur-

 
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, anton_djakarta 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dalam tulisan ini saya ingin bertanya lebih lanjut  :
 
 1.Mengapa setelah mengetahui bahwa Nabi Muhammad saw merupakan 
 Nabi dengan tugas menjalankan agama baru, Pendeta Waraqah tidak  
 masuk Islam untuk memperkuat keyakinannya, apakah ada penjelasan 
 historis disini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu 
 seperti yang dilakukan Abu Thalib dengan menolak masuk Islam karena 
 ada pertimbangan-pertimbangan khusus berdasarkan situasi walaupun 
 Nabi Muhammad menempatkan Abu Thalib dalam kedudukan yang sangat 
 terhormat.
 
 2.Apa bisa dijelaskan lebih lanjut secara gamblang tentang 
 peran Khadijah dan Tim-nya dalam mengamati proses kenabian 
Muhammad, 
 apakah Khadijah (secara pribadi) ini merupakan penganut sekte 
 tertentu yang percaya terhadap ramalan akan kemunculan Nabi di 
 lembah Paran sesuai dengan ramalan yang banyak disebut-sebut dalam 
 keyakinan kaum Kristiani? Dan sepengetahuan Saudara Guntur Romli 
ada 
 tidak tulisan yang menyebutkan bagaimana sekte ini mengetahui tanda-
 tanda rahasia kenabian.
 
 3.Bagaimanapun sebagai umat Islam saya yakin sekali bahwa 
 proses kenabian merupakan proses metafisika yang berjarak dengan 
 Material-Historis seperti bagaimana Nabi dibuka hatinya oleh kedua 
 malaikat saat ia masih disusui oleh ibu susunya Halimah binti Abu 
 dhu'aib, berarti ketika ini diyakini memang Muhammad sudah 
 dipersiapkan oleh Tuhan artinya kekuatan Metafisika yang 
 supranatural untuk dijadikan Nabi sudah ada pada diri Muhammad. Dan 
 bila kekuatan Supranatural ini memang sudah diramalkan jauh-jauh 
 hari sebelum kelahiran Muhammad sehingga menjadi ilmu Laduni bagi 
 orang yang mengetahuinya, adakah kelompok lain di luar Khadijah 
yang 
 tahu tentang ramalan 

[Forum Pembaca KOMPAS] Dukungan terhadap Kongkow Gus Dur di Jogja TV

2007-10-04 Terurut Topik -MGR-
Mas Adhie, Pak Kartono, dan saudara-saudara yang lain, terima kasih
atas email2 dukungan anda, saya langsung cetak dan kirim via fax ke
manajer operasional jogja tv pak eka susanto. 

respon teman2 jogja juga cepat, kemaren malam sekitar 200 orang hadir
ke studio jogja tv untuk meminta agar acara kongkow bareng gus dur
ditayangkan lanjut. sore pukul 14.30 akan ada pertemuan kawan2 aliansi
islam damai yogyakarta, manajemen jogja tv dan kepolisian untuk
membahas tayangan lanjut kongkow bareng gus dur. kawan2 joga juga siap
bila diminta untuk menjaga keamanan studio jogja tv.  

Untuk itu, kami tetap berharap dukungan saudara-saudara
semua--khususnya yang berada di jogja (seperti Pak Awang BinSaS), anda
bisa mengirim fax dukungan ke nomor 0274451800 atau ramaikan web jogja
tv di http://www.jogjatv.com/ ada kotak kritik dan saran anda di pojok
bawah. 

Alamat Jogja TV Studio Jl. Wonosari Km.9 Sendang Tirto, Brebeh,
Sleman, Yogyakarta, Telp 0274-451900/7488899  

terima kasih

mohamad guntur romli
host acara kongkow bareng gus dur



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi TUK: Novel Seniman Kaligrafi Terakhir

2008-07-15 Terurut Topik MGR
Undangan

 
Rabu, 16 Juli 2008, 19.00 WIB
 
Diskusi NOVEL SENIMAN KALIGRAFI TERAKHIR
 
Pembicara: Ida Sundari Husein dan Nur Rofiah.
 

Pada tahun 1923, terjadi perubahan secara radikal di Turki, dari sebuah negeri 
yang “tradisional” menjadi negeri yang “modern”—untuk itulah seluruh tradisi 
dihancurkan hingga ke akar-akarnya—agar bisa dipandang benar-benar modern. 
 
Hubungan Islam dan tradisi Arab dengan masyarakat Turki yang telah berkait-erat 
selama berkurun-kurun, diputus. Bahasa dan tulisan Arab perlahan-lahan mulai 
dihapuskan, dan diganti dengan versi abjad Latin. 
 
Justeru dalam kondisi itu, seorang gadis bernama Rikkat yang memiliki kecintaan 
luar biasa pada kaligrafi, menghadapi hari-hari dan karirnya yang mulai 
diremehkan penguasa Turki yang baru. Bersama seniman-seniman kaligrafi tua 
lainnya—yang berasal dari warisan penguasa lama: sultan—mereka dipecat, dan 
sekolah-sekolah mereka ditelantarkan. 
 
Kecintaanya terhadap kaligrafi dibayar mahal: segala yang ia miliki: sebagai 
istri dan ibu nyaris terampas habis. Emosinya dicurahkan pada kegiatan menulis 
dengan meniupkan seluruh nafas hidupnya pada huruf-huruf agar kaligrafi menjadi 
seni yang abadi, lebih manusiawi dan modern. 
 
Inilah novel tentang cinta pada kesenian yang tengah sekarat, di sebuah wilayah 
yang serba aneh dan mistis dengan Turki kontemporer yang mulai terseret arus 
modern Barat, Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah dan penuh ilham 
yang berasal dari kisah nyata. 
 
Novel Seniman Kaligrafi Terakhir Jakarta: Serambi, 2008; 206 halaman) yang 
merupakan terjemah-an buku “La Nuit des Calligraphes”  karya Yasmine Gatha. 
Buku aslinya diterbitkan oleh Editions Fayard (Paris, 2005, 181 halaman) dan 
Editions de Poche (Paris, 2005, 153 halaman).
 
Waktu dan tempat
Diskusi ini akan diadakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No.68H, 
Jakarta, Rabu 16 Juli 2008, pukul 19.00 WIB
 
Narasumber
Ida Sundari Husein (Penerjemah dan Dekan FIB UI 2004-2008)
Nur Rofiah (Alumnus Universitas Ankara, Ankara, Turki)
 
Tentang Yasmine Gatha 
 
Yasmine Gatha dilahirkan di Paris pada tanggal 6 Agustus 1975, sebagai anak 
keempat dari ibunya, Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, 
dan putera pertama ayahnya Jean Gatha, dokter peneliti keturunan Turki. Mungkin 
karena semasa kecil, ia dikelilingi benda-benda produk seni-budaya negeri nenek 
–moyangnya yang dibawa ayah- nya sepulang dari perjalanan ke berbagai negara,  
kemudian Yasmine Gatha memilih studi Sejarah Kesenian Islam di Ecole du Louvre 
dan Universitas Paris III, Paris, untuk mempelajari arsitektur, benda-benda 
seni, tekstil dan kaligrafi. 
 
Panggilan darah membuatnya tertarik pada kesenian Otto-man. Namun, desakan 
untuk menulis baru muncul setelah ia melihat karya nenek-nya, Rikka Kunt, dalam 
sebuah pameran di ruang Richelieu, Museum Louvre, Paris, pada tahun 2000. 
Dengan penuh semangat ia mencari dokumen tentang sang nenek, dan menemukan 
dengan penuh kekaguman bahwa ia adalah seniman kaligrafi yang terkenal dengan 
huruf hiasan emasnya. Penemuan itu memberinya inspirasi untuk menulis La Nuit 
des Calligraphes.
 
La Nuit des Calligraphes adalah bukunya yang pertama (2005). Buku itu mendapat 
sukses, dan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, belum termasuk terjemahan 
ke dalam bahasa Indonesia, serta mendapat penghargaan: Prix de la Découverte 
(Prince Pierre de Monaco), Prix Cavour (Italia), Prix Kadmos (Libanon), dan 
Prix des Lecteurs d’Herblay 2005. Bukunya yang kedua adalah “Le Tar de Mon 
Père” (2007), kisah dengan latar belakang Iran.
 
Yasmine Gatha merupakan salah seorang pengarang Prancis keturunan asing yang 
menulis dalam bahasa Prancis karya dengan berlatar-belakang negeri asal orang 
tua atau nenek-moyangnya. Kesusastraan Prancis masa kini diperkaya oleh 
karya-karya sejenis berkat para penulis tersebut. Sebagai contoh lain kita 
dapat menyebut Amin Maalouf keturunan Libanon, yang salah satu karyanya, Le 
Rocher de Tanios, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul 
Cadas Tanios dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1999.


  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)


[Forum Pembaca KOMPAS] Pemberitahuan: Jurnal Perempuan Pindah Alamat

2008-07-21 Terurut Topik MGR
Salam,

Dengan ini kami memberitahukan sejak tanggal 21 Juli 2008 kantor Yayasan Jurnal 
Perempuan pindah ke: Jl. Tebet Barat Dalam IXA No B1 (Kompleks Kejaksaan Agung 
RI), Tebet, Jakarta Selatan. Kantor kami terletak di belakang pusat 
perbelanjaan GELAEL Jl. MT Haryono. Untuk sementara nomer telepon dan fax: 
021-8300-211. Untuk nomer telepon lama 021-837-02005 (belum aktif).

Demikian pemberitahuan ini dan terima kasih

Lia Amalia
Sekretaris Yayasan Jurnal Perempuan
[EMAIL PROTECTED]
 



  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Press Release: Menolak Stigmatisasi terhadap Homoseksual dalam Kasus Mutilasi

2008-07-24 Terurut Topik MGR




Press Release

 

Menolak Stigmatisasi
terhadap Homoseksual dan Biseksual dalam Kasus Mutilasi yang Merendahkan
Martabat Kemanusiaan

 

Kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Very Idam
Henyansah atau Ryan terhadap Heri Santoso pada tanggal 17 Juli 2008 di Depok
menjadi berita ‘panas’. Berita semakin kuat setelah tersangka melakukan
pembunuhan karena rasa marah yang berlebihan terhadap korban. Dari pengakuan
tersangka juga bahwa dirinya adalah seorang gay telah dimanfaatkan oleh media 
massa dan banyak pihak
untuk memuat berita secara bias pada persoalan orientasi seksual. 

 

Pemberitaan-pemberitaan tersebut dan opini dari para ‘ahli’
(umumnya psikolog dan kriminolog) yang dimintai pendapat tidak lagi berfokus
pada kasus kriminal yang dilakukan tersangka tetapi mengkaitkan persoalan
kriminal (mutilasi) dengan sikap emosi dari kelompok homoseksual, maka pandangan
negatif terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual/Transgender (LGBT)
semakin berkembang di masyarakat secara luas.

 

Terlebih judul dan isi berita yang diangkat tampak tidak
mengerti dan menyatakan kebencian terhadap homoseksual (homofobia). Padahal
tindakan melawan hukum dalam hal ini mutilasi dapat saja dilakukan oleh siapa
pun. Tetapi karena tersangkanya adalah seorang homoseksual maka yang lebih
dikedepankan justru orientasi seksualnya bukan tindakan melawan hukumnya.
Kejadian ini akan berbeda apabila yang melakukan tindakan sama adalah
heteroseksual. 

 

Situasi ini jelas sangat merugikan keberadaan kelompok
homoseksual maupun biseksual secara khusus dan LGBT secara umum, di mana mereka
semakin sulit untuk dapat hidup aman dan bebas dari stimanisasi dari
masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh pendapat sebagian  psikolog maupun 
kriminolog yang ikut
memperkuat stigma terhadap homoseksual dengan mengatakan kelompok ini
menyimpang, tidak sehat, sehingga layak disembuhkan. 

 

Analisa ini jelas sangat bertentangan sekali dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada sekarang dalam melihat orientasi
seksual. 

 

Menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III (1993) yang sudah tidak
lagi menyebutkan homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Dalam PPDGJ II (1983) 
hanya homoseksualitas
ego-distonik (di mana orangnya merasa terganggu oleh homoseksualitasnya) yang
digolongkan sebagai gangguan jiwa.

 

Untuk itu kami dari gabungan masyarakat sipil yang
peduli  terhadap penghormatan keberagaman
seksual sebagai bagian dari hak asasi manusia menyampaikan sikap sebagai
berikut:

 

1. Rasa bela sungkawa yang sedalam-dalamnya
dan turut berduka cita kepada
keluarga yang menjadi korban pembunuhan dan Mutilasi.

 

2. Menghimbau
kepada semua pihak –khususnya media massa,
untuk dapat memberitakan kasus kriminal yang diduga dilakukan oleh Ryan tidak 
dihubungkan dengan orientasi seksual
yang akibatnya dapat memberikan stigmatisasi kepada kelompok homoseksual
dan biseksual secara khusus dan LGBT secara umum.

 

3. Kepada pihak
penyidik (kepolisian) yang menangani tersangka kasus Mutilasi (Ryan) untuk 
tetap menjunjung tinggi nilai–nilai
kemanusiaan dalam penanganan kasus dengan tidak  merendahkan pilihan
orientasi seksual seseorang.

 

4. Meminta
kepada masyarakat untuk dapat bersikap
adil dalam melihat persoalan kriminal dari aspek yang lebih luas tanpa
langsung menghubungkan orientasi seksual seseorang dengan tindakan yang
dilakukannya.

 

 

Jakarta,
24 Juli 2008

 

Masyarakat Sipil Peduli Penghapusan Stigmatisasi Kelompok
Homoseksual dan Biseksual :

 

Ardhanary Institute,
Arus Pelangi, Forum Komunikasi Waria, Institute Pelangi Perempuan, Yayasan
Jurnal Perempuan, Kalyanamitra, Kapal Perempuan, Kartini Networking, Koalisi
Perempuan Indonesia, LBH Masyarakat, Our Voice, Srikandi Sejati, Violet Grey

 

Kontak 

Toyo    0813-761-925-16

Agustine   0818-8080-76

 

 

 

 




  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:

[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Menulis di Jurnal Perempuan Edisi 60

2008-08-03 Terurut Topik MGR


Undangan Menulis di Jurnal Perempuan Edisi 60

Jurnal Perempuan
Edisi 60 akan mengulas Perda-Perda/Instruksi yang Diskriminatif khususnya
terhadap perempuan. Jurnalis Jurnal Perempuan sendiri telah mengadakan
penelitian terhadap empat wilayah yang menerapkan Perda ini, seperti Sumatera
Barat (Kewajiban memakai Jilbab bagi Siswi-siswi Sekolah Negeri), Kalimantan
Selatan (Manajemen Ilahiyah), Sulawesi Selatan (Desa Muslim) dan Papua ( Perda
Injil di Manokwari). 

 

Untuk memperkaya isi Jurnal Perempuan edisi 60, kami mengundang anda menulis 
tentang tema ini.

 

Topik-topik yang
kami harapkan dari anda adalah:

 

A. Untuk Topik Empu

 

Bagaimana tinjauan hukum dan HAM
 terhadap perda-perda tersebut?Penelitian atau liputan terhadap
 Perda sejenis itu di wilayah-wilayah lainAncaman Perda-perda tersebut 
terhadap perempuan dan Kebhinnekaan Indonesia
Meskipun perda-perda tersebut tidak
 menggunakan “syariah” namun isi dari Perda-perda itu memuat bahan-bahan
 yang diambil dari “syariah”, khsusunya pandangan fiqh Islam, seperti
 pengaturan terhadap busana perempuan (konsep aurat), ruang gerak perempuan
 (larangan keluar rumah di malam hari tanpa muhrim), moralitas, dll Untuk
 itu kami ingin ada tulisan yang mengulas “bagaimana tinjauan syariah dan
 fiqh terhadap Perda-Perda tersebut, khususnya terhadap konsep aurat, ruang
 gerak, dan moralitas perempuan? Perda Injili baru muncul di
 Manokwari, bagaimana pandangan teologi Kristen melihat fenomena ini?
 Apakah perda tersebut disebabkan persoalan teologi atau politik? Apakah
 Perda Injli hanya bisa dianggap sebagai reaksi terhadap Perda Syariah di
 wilayah lain di Indonesia?Pengalaman pribadi hidup dalam
 lingkup Perda tersebut. Apakah anda memiliki pengamatan sendiri atau
 pernah menjadi korban Perda tersebut. 

 

Syarat-syarat
penulisan:

 

1. Hasil karya
sendiri dan belum pernah dimuat di media mana pun

2. Kira-kira 15 halaman A4, spasi dobel, jenis font Times New Roman (kurang

lebih 15.000 karakter),

3. Berikut catatan belakang dan mengikuti standar penulisan ilmiah. 





B. Resensi dan Rak (Berita) Buku

buku-buku tentang tema utama di atas, panjang tulisan untuk resensi 5000
karakter sedangkan berita buku 2500 karakter (dibutuhkan 2 resensi buku dan 3
berita buku) 

 

 

C. Cerpen 

   berkaitan dengan tema di atas, panjang
6000 karakter (dibutuhkan satu cerpen)

 

catatan:

-
batas
pengumpulan tulisan 15 Agustus 2008

-
setiap
tulisan yang masuk akan melewati proses penyeleksian dan editing 

-
setiap
tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan/honor

-
tulisan
dikirimkan ke [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED]

 

 

sekian dan terima
kasih

 

Supriadi
Sekretaris Redaksi Jurnal Perempuan 
[EMAIL PROTECTED]



  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum Pembaca KOMPAS] Selamatan Awal Komunitas Salihara

2008-08-06 Terurut Topik MGR


Siaran Berita, 4 Agustus 2008





Selamatan Awal Komunitas Salihara

 

Pada hari Jumat tanggal 8 Agustus 2008 akan diadakan acara Selamatan
Awal Komunitas Salihara – kantung budaya baru yang berada di Jalan Salihara 16,
Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Acara yang sekaligus merupakan peresmian
berdirinya kompleks Komunitas Salihara ini akan dihadiri oleh utusan dari 
Gubernur
DKI Jakarta, serta relasi para penggiat Komunitas Salihara dan warga sekitar.

 

Selain doa bersama dan potong tumpeng yang biasa menjadi
penanda suatu acara selamatan dan peresmian, tepat pada pukul 8 pagi akan
ditanam pohon Bodhi di pelataran kompleks Komunitas Salihara. Tanggal 8 bulan 8
tahun 2008 pukul 8 memang sengaja dipilih karena unik, sehingga hari jadi
Komunitas Salihara akan lebih mudah diingat.

 

Penanaman pohon sebagai acara puncak sejalan dengan visi
pembangunan kompleks Komunitas Salihara sebagai rumah baru bagi seni dan ide
yang ramah lingkungan. Agar hemat energi, tiga bangunan utama kompleks ini,
yaitu teater, galeri, dan kantor, dirancang secara cermat oleh ketiga arsitek
(Adi Purnomo, Marco Kusumawijaya, dan Isandra Matin Ahmad) agar dapat
meminimalkan penggunaan lampu dan pendingin ruangan. Untuk itu, desain atap,
dinding, dan lantai, disiasati agar cahaya matahari leluasa masuk dan pertukaran
udara terjadi secara maksimal. Menurut Prof. Soegijanto, dosen ITB sekaligus 
konsultan
fisika bangunan yang membantu rancang bangun kompleks ini, ketiga bangunan
utama memenuhi syarat green building
design karena hemat energi, hemat air, dan menggunakan bahan lokal.

 

Tidak hanya pencahayaan dan pengaliran udara secara alamiah,
para arsitek maupun kontraktor bersama-sama mengusahakan agar pembangunan
kompleks ini tidak merusak pepohonan besar yang sudah ada. Selain itu, tata
bangunan dibuat saling terpisah namun
sinergis, dengan mempertimbangkan iklim, dan hubungan antara manusia dengan
udara luar. Mengenai perencanaan lansekap, nantinya akan ada sejumlah pohon
besar lain yang akan merindangkan lansekap kompleks Komunitas Salihara, seperti
pohon Bodhi, pohon buah Kelengkeng, dan pohon bunga Kamboja – selain juga pohon
bunga Salihara itu sendiri.

 

Bodhi akan menjadi pohon yang pertama kali ditanam, yang juga
menandai peresmian berdirinya kompleks Komunitas Salihara. Pohon dengan nama
latin Ficus religiosa L. dan masuk dalam
keluarga beringin ini dipilih karena dianggap mewakili semangat kebebasan ide
Komunitas Salihara. Secara historis, pohon Bodhi merupakan tempat Pangeran
Sidharta Gautama mencapai pencerahan yang sempurna menjadi Sang Budha, sehingga
untuk selanjutnya pohon ini menjadi lambang kebijaksanaan. Secara aktual, 
filosofi
tersebut sesuai dengan cita-cita Komunitas Salihara tentang kebebasan
berekspresi di ranah seni dan ide, yang sangat menghargai kebaruan dan
kemajemukan, namun sekaligus universal dengan tetap menjaga standar kualitas. 

 

Setelah setahun yang lalu, tepatnya 14 Juli 2007, diadakan
seremoni peletakan batu pertama oleh mantan Gubernur DKI Jakarta (alm.) Ali 
Sadikin, di bulan Agustus 2008
ini pembangunan kompleks Komunitas Salihara selesai. Acara selamatan awal dan
peresmian kompleks ini akan diikuti dengan pembukaan kompleks Komunitas
Salihara, berupa rangkaian acara seni selama satu setengah bulan. Bertajuk
Festival Salihara, acara yang dimulai pada tanggal 17 Oktober 2008 ini akan
menghadirkan pameran seni rupa, pertunjukan musik, teater dan tari, serta 
ceramah
dan diskusi. Selain Teater Salihara dan Galeri Salihara, bangunan lain yang
siap dibuka untuk khalayak luas pada tanggal yang sama adalah Kedai Salihara
dan Toko Cinderamata Salihara.

 

Komunitas Salihara, yang berdiri di atas tanah seluas 3.000
meter persegi, merupakan pengembangan dari Komunitas Utan Kayu. Ide
pengembangan ini diawali sekitar dua tahun yang lalu oleh Goenawan Mohamad dan
para penggiat Komunitas Utan Kayu lainnya, berangkat dari kebutuhan ruang
berkesenian yang lebih luas. Setelah resmi berdiri dan sebentar lagi dibuka
untuk khalayak luas, Komunitas Salihara diharapkan dapat menjadi tempat
alternatif bagi para seniman dan pemikir untuk melahirkan ide-ide dan kreasi 
yang
tidak hanya segar, namun sekaligus unik. Dengan manajemen seni yang
profesional, Komunitas Salihara juga diharapkan dapat menghimpun khalayak 
seluas-luasnya
yang akan bersama-sama merawat kebebasan. 

 

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Rama Thaharani
di 0816 130 8350. 



  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI

[Forum Pembaca KOMPAS] Agenda Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan

2008-08-13 Terurut Topik -MGR-
Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan
Seni dan Islam
Diskusi, Pemutaran Film, Pertunjukan Musik

Bagaimana hubungan Islam dengan seni? Inilah pertanyaan utama yang
ingin diulas secara khusus dalam rangkaian diskusi ini. Terkadang
masih ada pandangan bahwa Islam tidak memiliki apresiasi sedikit pun
terhadap kesenian, khususnya seni rupa, film dan jenis-jenis seni
pertunjukan lainnya: musik, teater, dan tari. Inilah pandangan yang
kaku, dan merupakan produk yang berasal dari masa lalu. Sedangkan di
seberang yang lain: menafikan Islam memiliki kontribusi terhadap
perkembangan kesenian. Sehingga tak ada yang layak disebut seni Islam.

Namun pengalaman yang tak bisa dipungkiri, Islam justeru berkembang
melalui kreasi-kreasi kesenian. Islam yang hidup tak hanya melalui
ibadah-ibadah ritual saja, tapi kesenian pula yang meniupkan nafas
kehidupan bagi Islam. Melalui kesenian—yang merupakan puncak kreasi
manusia—Islam menjadi lebih manusiawi, membumi, di samping ia membawa
ajaran-ajaran Ilahi.

Dan pertanyaan selanjutnya, bagaimana relasi seni dan Islam dalam
ranah kesenian tersebut? Apakah seni hanya sekadar alat bagi
islamisasi: strategi dakwah menyebarkan ajaran Islam? Ataukah lebih
dari itu: seni menjadi sumber inspirasi bagi gerak kehidupan Islam?

ISLAM DAN SENI RUPA
Jumat, 5 September 2008
Pemutaran Film, pukul 16.00 WIB, Persepolis
Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB
Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis)
Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa)

ISLAM DAN FILM
Jumat, 12 September 2008
Pemutaran Film
Pukul 14.00 WIB, Le Grand Voyage (tentatif nunggu ijin)
Pukul. 16.00 WIB, Cafe Transit
Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB
Nia Dinata (Sutradara Film)
Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org)

ISLAM DAN SENI PERTUNJUKAN
Jumat, 19 September 2008
Pukul 16.00 WIB, Pemutaran Film-Film Dokumenter tentang Pertujukan
Seni di Nusantara
Diskusi, pukul 19.00 WIB
Endo Suanda (Direktur Eksekutif Pertunjukan Seni Nusantara)
Hendy Supandi (Pimpinan Gambus Ar-Rominia, Jakarta)

PERTUNJUKAN MUSIK
Sabtu, 20 September 2008, pukul 19.00 WIB
Teumeumeung Rafly – Dwiki


SINOPSIS
Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan
Seni dan Islam
Diskusi, Pemutaran Film, Pertunjukan Musik

ISLAM DAN SENI RUPA
Jumat, 5 September 2008

Pemutaran Film
Pukul 16.00 WIB, Persepolis
Persepolis adalah film animasi karya sutradara Vincent Paronnaud dan
Marjane Satrapi. Film yang diangkat dari sebuah novel grafik karya
Marjane Satrapi berlatar belakang pergolakan politik di Iran yang
berujung Revolusi Islam tahun 1979. Di sana hidup seorang gadis kecil
yang sangat cerdas dan pemberani bernama Marjane. Suhu politik yang
tak menentu di dalam negerinya, yang dilanjutkan perang dengan negeri
jirannya: Irak, membuat kedua orang tuanya khawatir dan
mengungsikannya ke Wina, Austria. Ia sempat merasakan kebahagiaan di
tempatnya yang baru, walaupun akhirnya ia harus kembali ke Iran karena
dilanda kesepian. Mudik ke Iran, ia mendapati aturan baru: perempuan
diharuskan memakai jilbab.

Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB
Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis)
Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa)

Doktrin yang melarang perupaan terhadap makhluk-makhluk yang memiliki
nyawa—melalui patung dan lukisan—sangat populer sebagai ajaran Islam.
Akhirnya kesenian jenis ini dalam masyarakat Islam, bergeser ke dunia
arsitektur dan grafis (kaligrafi). Namun apakah seni rupa tidak pernah
hidup dalam masyarakat Islam? Bagaimana pergulatan seorang santri yang
memilih untuk mewujudkan puncak keseniannya dalam seni rupa? Bagaimana
ia mengatasi hambatan teologis dan di sini lain ia harus menelusuri
tanpa henti dan mencari capaian-capaian seni? Apakah Islam pernah
menjadi sumber inspirasi terhadap karya-karya seni rupa? Bila ada yang
disebut seni rupa Islam, di mana letaknya dalam ranah dunia seni
rupa secara umum?


ISLAM DAN FILM
Jumat, 12 September 2008

Pemutaran Film
Pukul 14.00 WIB, Le Grand Voyage (tentatif nunggu ijin)
Film ini mengisahkan seorang anak bernama Reda diminta ayahnya untuk
menemani perjalanan naik haji melalui jalur darat dengan mengendarai
mobil dari Perancis ke Arab Saudi, mereka harus menempuh jarak 5.000
km. Di sepanjang perjalanan, mereka sering berbeda pendapat, hingga
bertengkar. Bagi sang ayah, perjalanan ini merupakan perjalanan
spiritual nan agung, sedangkan bagi anaknya, perjalanan ini adalah
azab membawa sengsara. Keduanya yang tak pernah bertemu pendapat
dipaksa bekerjasama menaklukkan rintangan dalam perjalanan ini, dan
yang lebih penting: menaklukkan egoisme yang ada dalam diri mereka
masing-masing. Sutradara: Ismael Ferroukhi (2007)

Pukul. 16.00 WIB, Cafe Transit
Film ini menceritakan perjuangan seorang janda dengan dua anak di
Iran. Ia menolak tradisi agar menikah dengan saudara mendiang
suaminya. Ia pun memberontak sebagai perempuan Iran yang diwajibkan
menaati ajaran agama dan kultur masyarakatnya: menjadi istri yang
ruang geraknya hanya di rumah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya
dan kedua anaknya ia membuka sebuah cafe peninggalan mendiang

[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Jurnal Perempuan: Demokrasi dan Hak-hak Seksual

2008-03-24 Terurut Topik MGR
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=agenda%7C-60%7CX
   
  Diskusi YJP bulan Maret  
   
  Demokrasi dan Hak-hak Seksual. 
   
  Diskusi ini ingin melanjutkan tema diskusi bulan lalu “Demokrasi ala 
Feminis”, demokrasi yang diharapkan terus menjadi percakapan publik dan 
mendengarkan suara dari setiap sudut. Demokrasi bukan hanya mengakui hak-hak 
mayoritas, namun juga kepedulian dan pengakuan terhadap minoritas. Demikian 
juga untuk hak-hak seksual sebagai pilihan yang diperjuangkan oleh LGBTIQ 
(Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex dan Queer). 

Bagaimana pandangan demokrasi—dari perspektif filsafat politik dan 
hukumnya—terhadap hak-hak seksual ini? Dan apakah aturan-aturan di negeri ini 
telah memberikan jaminan yang layak terhadap kelompok LGBTIQ. Ikuti diskusinya. 

Narasumber:
Rocky Gerung - Pengajar Filsafat di FIB-UI
Nursyahbani Katjasungkana - Anggota DPR 


  Waktu:
Kamis, 27 Maret 2008 pukul 15.00 - Selesai WIB 

Tempat:
Yayasan Jurnal Perempuan
Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810 
Telp. 62.21. 8370 2005 (Hunting) Fax. 62.21. 830 2434 
Azizah 0818-064-88-463: [EMAIL PROTECTED]



   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Pemikiran Politik Alain Badiou

2008-03-24 Terurut Topik MGR
Undangan Diskusi


Freedom Institute mengundang Anda untuk menghadiri diskusi tentang “Pemikiran 
Politik Alain Badiou” dengan pembicara Bagus Takwin, Dosen Universitas 
Indonesia, dan Setyo Wibowo, Dosen STF Driyarkara Jakarta. Dengan moderator 
diskusi ini Goenawan Mohamad, filosof dan jurnalis senior.  

  Alain Badiou (lahir 1937, di Rabat, Moroko) adalah seorang filosof Prancis 
yang sekarang ini sedang menonjol. Bersama Giorgio Agamben and Slavoj Zizek, 
Badiou merupakan salah satu tokoh utama yang memelopori pemikiran 
anti-postmodern dalam filsafat kontinental. Berdasarkan teori-teori matematika, 
Badiou berusaha untuk mengartikulasikan kembali konsep-konsep seperti ada 
(being), kebenaran (truth), dan subyek (subject) dalam kerangka yang bukan 
pascamodern dan juga bukan sekadar pengulangan modernitas. 

  Diskusi akan diselenggarakan pada, 

  Hari/Tanggal : Kamis, 27 Maret 2008 
  Waktu  : 18.00 – Selesai (diawali makan malam) 
  Tempat : Kantor Freedom Institute 
Jl. Irian 08 Menteng Jakarta Selatan 

  Untuk konfirmasi kehadiran silahkan hubungi Tata di 021-31909226.
http://freedom-institute.org/id/index.php?page=indexid=383

  

Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Forum Pembaca KOMPAS] Kongkow Gus Dur tentang Kekerasan Tibet

2008-03-27 Terurut Topik MGR
Kongkow Gus Dur tentang Kekerasan Tibet


Kabar dari Tibet semakin memprihatinkan. Kekerasan dan pembunuhan dilakukan 
oleh militer China terhadap masyarkat sipil Tibet. Masalah ini akan diulas 
dalam Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H yang akan disiarkan dari Kedai Tempo, 
Komunitas Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H Sabtu 29 Maret 2008, pukul 10.00-11.00 
WIB. Gus Dur akan ditemani Enrico Soekareno, Ketua Yayasan Atap Dunia. Acara 
ini juga akan memulai rangkaian aksi protes pada Pemerintah China yang ujungnya 
pada aksi protes di depan Kedutaan Besar China Senin 31 Maret pukul 13.00 di 
Mega Kuningan , Jakarta Selatan.

Silakan anda hadir, atau dengarkan melalui Green Radio 89.2 FM untuk di wilayah 
Jabodetabek. Acara ini juga disiarkan melalui jaringan-jaringan KBR68H di 
Nusantara.

Guntur
Host Kongkow Bareng Gus Dur


Ketika api obor olimpiade tiba di Beijing sebelum dibawa keliling dunia tgl  31 
Maret, seluruh dunia serentak melakukan aksi keprihatinan atas penderitaan  
rakyat di Tibet.
 
Silakan bergabung dengan aksi damai ini di Jakarta 31 Maret 2008.
 Selengkapnya lihat attachment, info dalam bahasa Indonesia dan  Inggris.
  
 Dukungan anda kami butuhkan untuk membebaskan rakyat Tibet dari penindasan  
rezim Beijing.
  
 FREE TIBET
 No Human Rights, No Olympics
  


   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Syukran Geert Wilders...

2008-04-01 Terurut Topik -MGR-
Terima kasih Geert Wilders...

Karena film fitnah yang kau buat-yang sebenarnya cuplikan-cuplikan
nyata--dari isi ceramah umat Islam, kami merasa mendapat kembali simpati.
Setelah kami dikaitan dengan tindakan terorisme yang keji, tuduhan
pembunuhan, dll. Namun setelah kami melihat respon kemarahan umat Islam
terhadap isi film fitna, kami tidak merasa terpojok lagi. Kemarahan umat
Islam di mana-mana adalah simpati untuk kami. Untuk itu syukran Geert
Wilders, terima kasih Geert Wilders...

Dan sebagai wujud terima kasih, kami hanya ingin mengingatkan pada anda:
berhati-hatilah dengan serangan dan pembunuhan yang mengancam anda.
Ancaman
ini bisa datang dari kami untuk semakin mendapat simpati dari umat Islam
bahwa kami benar-benar membela Islam, atau mendapat surga karena kami
melenyapkan musuh Allah dan Rasul-Nya. Namun ancaman pembunuhan bisa
datang
dari siapa pun orang Islam yang telah terbakar oleh marah.

Syukran Geert Wilders

Bin Laden, Ayman Zawahiri, Abu Jandal, Imam Samudra, dkk



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto

2008-04-11 Terurut Topik MGR
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=39
   
  Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto
 
  Salam,
   
  Kami mengundang anda untuk menghadiri peluncuran buku puisi Nirwan Dewanto 
Jantung Lebah Ratu (Gramedia Pustaka Utama).
   
  Acaranya akan diselenggarakan pada hari Kamis, 17 April 2008, pukul 18.00 di 
Goethe Haus, Jl. Sam Ratulangi 9-15 Menteng, Jakarta Pusat.
   
  Di panggung akan tampil Melani Budianta dan Arianto Patunru untuk memberikan 
pidato-ulasan; dan Maya Hasan, Andi Alfian Mallarangeng, Linda Christanty, 
Sitok Srengenge, Gratiagusti Chananya Rompas, dan Nirwan Dewanto untuk 
membacakan puisi dari Jantung Lebah Ratu.
   
  Kehadiran anda sangat kami harapkan. Konfirmasi kehadiran anda dengan 
menghubungi sdri Tata di 021-31909226.
   
  Terima kasih.
   
  Hormat kami,

Penyelenggara
   

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto

2008-04-16 Terurut Topik MGR
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=39


Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto
Salam,
 Kami mengundang anda untuk menghadiri peluncuran buku puisi Nirwan Dewanto 
Jantung Lebah Ratu (Gramedia Pustaka Utama).
  
 Acaranya akan diselenggarakan pada hari Kamis, 17 April 2008, pukul 18.00 di 
Goethe Haus, Jl. Sam Ratulangi 9-15 Menteng, Jakarta Pusat.
  
 Di panggung akan tampil Melani Budianta dan Arianto Patunru untuk memberikan 
pidato-ulasan; dan Maya Hasan, Andi Alfian Mallarangeng, Linda Christanty, 
Sitok Srengenge, Gratiagusti Chananya Rompas, dan Nirwan Dewanto untuk 
membacakan puisi dari Jantung Lebah Ratu.
  
 Kehadiran anda sangat kami harapkan. Konfirmasi kehadiran anda dengan 
menghubungi sdri Tata di 021-31909226.
  
 Terima kasih.
  
 Hormat kami,

Penyelenggara
   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Yuk, Rame-Rame Adopsi Pohon Hutan!

2008-04-20 Terurut Topik MGR
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=40

Yuk, Rame-Rame Adopsi Pohon Hutan! 
Hanya dengan 3,000 rupiah sebulan, Anda bisa menambah satu 
pohon di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Mari ambil bagian dalam kegiatan 
adopsi pohon dan penanaman pohon di kawasan Hutan Sahabat Green. Kita akan 
mengadopsi 5 hektar area hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dengan 
menanam sekitar 2000 pohon dengan masa adopsi 3 tahun, biaya perawatan yang 
diperlukan adalah sebesar 72 juta rupiah pertahun.

Dengan 3,000 rupiah sebulan atau 108.000 rupiah untuk masa perawatan tiga 
tahun, anda dapat memiliki 1 pohon atas nama anda di Hutan Sahabat Green. Kami 
akan mengajak anda berwisata sekaligus belajar tentang lingkungan dan melihat 
pohon sumbangan anda di Hutan Sahabat Green.

Sumbangkan dana adopsi pohon hutan, Sahabat Green, ke rekening BCA No Rekening 
5800091090 atas nama PT. Media Lintas Inti Nusantara. Bukti transfer dapat di 
fax ke 021-8516107 dan untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi 
bagian Promosi 89,2 FM GREEN RADIO dengan Septa di 021-8573388 ext. 114 dan 
021-91634308.

Green Radio akan mengumumkan setiap hari sumbangan Sahabat Green di acara GREEN 
TALK dan www.greenradio.fm. (Heru Hendratmoko)

   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Pembacaan dan Pembahasan Surat-Surat RA Kartini di TUK

2008-04-20 Terurut Topik MGR
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=140

   Senin, 21 April 2008, 20:00 WIB
   Pembacaan  Pembahasan Surat-Surat RA Kartini
   KARTINI DAN EROPA Pembaca: Niniek L. Karim Pembahas: Laksmi Pamuntjak, 
Mariana Amiruddin Moderator: Nong Darol Mahmada.
 
 Peninggalan paling berharga dari R.A. Kartini tentulah 
surat-suratnya yang kini termasyhur. Melalui surat-surat itu kita mengetahui 
Kartini: tokoh epik sekaligus tragik. Di situ pula Kartini memperlihatkan sosok 
dirinya: seorang perempuan bumiputera yang anggun, cerdas, punya cita-cita 
pengabdian yang tinggi, namun terjepit di tengah nasib buruk rakyatnya yang ia 
cintai dan nilai-nilai kemajuan Eropa yang sangat ia kagumi tapi menjajah 
negerinya. Di masa hidupnya, Kartini mengenal Eropa melalui setidaknya tiga 
cara: pertama, amatannya secara langsung terhadap orang-orang Eropa yang 
dikenalnya; kedua kesadarannya saat menyaksikan interaksi orang Eropa dan 
Pribumi; dan ketiga, bacaannya terhadap literatur Eropa. Kartini belum pernah 
pergi ke Eropa—kepergian yang sebenarnya sangat ia harapkan—namun surat-surat 
Kartini tersiar luas di sana setelah wafatnya. Surat-surat itu pula tafsir 
Kartini terhadap dirinya dan bagaimana ia memahami dan merespon Eropa.
 Termuat juga pasang-surutnya kesan-kesan Kartini tentang Eropa karena kuatnya 
gravitasi antara nasib di negerinya dan harapan dari Eropa. Sejauh manakah 
Eropa membentuk kesadaran Kartini? Bagaimana Eropa hadir dalam jatidiri Kartini 
yang terus bergerak dan kadang ambivalen? Dan bagaimana pula Eropa terbentuk 
oleh harapan dan amatan Kartini? Hadiri diskusinya dengan Laksmi Pamuntjak, dan 
Mariana Amiruddin yang juga akan diawali pembacaan beberapa surat Kartini oleh 
Niniek L. Karim. Moderator: Nong Darol Mahmada 


   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Kasus Jilbab di Padang (Laporan TEMPO)

2008-04-20 Terurut Topik MGR
 TEMPO, Edisi. 08/XXXVII/14 - 20 April 2008
Nasional
Kewajiban berjilbab

Jilbab, Wajib dan Menyesuaikan

Meski siswi nonmuslim tak diwajibkan, jilbab sebagai ”seragam sekolah” merata 
di seluruh Sumatera Barat. Kalau tak rapi, diancam dikeluarkan dari sekolah.

RITUAL harian Saskia, sebut saja begitu, dimulai pukul enam pagi. Dua puluh 
lima menit setelah bangun tidur, tubuh siswi kelas III sekolah menengah atas 
swasta di Padang itu sudah berbalut baju kurung dipadu kain batik merah muda. 
Dia pun berdandan di depan cermin yang terpasang di atas lemari tempat 
menyimpan baju dan kitab Injil.

Dengan terampil tangannya memasang jilbab, berupa selendang persegi empat warna 
pink, menutup kepalanya. Semenit kemudian, penampilannya berubah bagaikan 
santriwati pondok pesantren. Dari rumah kosnya ke sekolah, sekali ia berganti 
kendaraan umum. Dekat pukul tujuh pagi, gadis yang bulan depan menjalani ujian 
akhir nasional itu memasuki halaman sekolah.

Sekitar pukul 11.00, penganut agama Katolik itu pulang cepat karena hari Jumat. 
Begitu kakinya melangkah ke luar gerbang sekolah, Saskia sibuk melepas jilbab 
dan memasukkannya ke dalam tas. ”Panas sekali,” kata perempuan yang sudah 
berjilbab ke sekolah sejak 2005 itu.

Pernah suatu kali dia dan beberapa temannya ditegur guru dan diingatkan supaya 
melepas jilbab setelah sampai di rumah. Lain waktu, guru yang lain menegurnya 
karena tak rapi memakai jilbab sehingga menampakkan sebagian rambutnya. ”Kalau 
tidak bisa rapi mengenakan jilbab, tinggalkan saja sekolah ini,” kata Saskia 
menirukan peringatan keras sang guru.

Instruksi Wali Kota Padang, 7 Maret 2005, yang mewajibkan Saskia mengenakan 
jilbab. Dalam surat edaran ke sekolah-sekolah, Wali Kota mewajibkan siswa 
beragama Islam semua sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dan yang 
sederajat di wilayahnya mengenakan pakaian muslim. Siswa nonmuslim dianjurkan 
menyesuaikan diri.

Sebetulnya, banyak siswa nonmuslim yang keberatan. Tapi, ketika Tempo menemui 
belasan siswi nonmuslim di kelas III sebuah sekolah menengah atas, mereka 
enggan diwawancarai. Mereka khawatir identitasnya terbuka. Seperti Saskia, 
mereka hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan sekolah dan terlepas dari 
kewajiban berjilbab itu.

Sudarto, Direktur Pusat Studi Antar-Komunitas Beragama, lembaga swadaya 
masyarakat yang mengusung isu pluralisme di Padang, menyayangkan pemerintah 
kota yang mengatur masalah keagamaan secara simbolis. Menurut dia, tidak jadi 
masalah jika Wali Kota agamis secara pribadi. ”Tapi jangan sampai diangkat 
menjadi kebijakan publik,” katanya.

Dalam observasi langsung di beberapa sekolah di Padang bersama Lembaga Survei 
Indonesia, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, serta Jurnal Perempuan, dua 
pekan lalu, Sudarto dan rekan-rekannya menemukan semua siswi nonmuslim di empat 
sekolah yang disambangi mengenakan jilbab saat bersekolah. ”Ketika saya tanya, 
mereka menjawab terpaksa mengikuti aturan sekolah,” ujarnya.

Sebetulnya, peraturan itu hanyalah instruksi wali kota kepada dinas pendidikan, 
dan bukan berbentuk peraturan daerah. ”Apakah instruksi itu sah untuk publik, 
itu yang sedang kami kaji,” kata Sudarto, yang juga anggota Komisi Nasional Hak 
Asasi Manusia Sumatera Barat.

Selama lima tahun terakhir, Pemerintah Kota Padang memang aktif mengeluarkan 
kebijakan yang terkait dengan ibadah Islam. Pada 2003, pemerintah kota 
menerbitkan peraturan daerah yang mewajibkan siswa pandai baca-tulis Al-Quran. 
Berdasarkan peraturan daerah itu, seorang tamatan sekolah dasar tak boleh 
diterima di sekolah menengah pertama jika tak fasih membaca kitab suci.

Wali Kota Padang Fauzi Bahar berusaha berkelit. Menurut dia, perintah yang dia 
keluarkan sejak tiga tahun silam itu hanya bersifat wajib bagi siswi sekolah 
dasar sampai sekolah menengah atas yang beragama Islam. Bagi kalangan 
nonmuslim, sifatnya hanya anjuran menyesuaikan diri, dengan mengenakan baju 
kurung bagi siswi dan baju koko untuk siswa.

Dia juga menyatakan tak pernah mendapat protes dari masyarakat. Bahkan 
kebijakan yang dikeluarkan dengan alasan mengurangi gigitan serangga penyebab 
penyakit serta penyeragaman ini ditanggapi positif oleh kalangan nonmuslim di 
kota dengan sekitar 900 ribu penduduk itu.

Karena sifatnya imbauan, menurut Fauzi, yang menjabat sejak 2004, tak ada 
sanksi bagi mereka yang tak menjalankan aturan ini. ”Tak ada paksaan dan tak 
pernah ada razia jilbab,” kata pemimpin kota yang 90 persen penduduknya 
beragama Islam itu. Fauzi malah menambahkan, jika ada sekolah yang terbukti 
memaksakan pemakaian jilbab terhadap siswa nonmuslim, ia akan menindak tegas. 
”Sebutkan dan akan kami copot kepala sekolahnya,” ucapnya.

Kebijakan ini, kata Fauzi, pernah dibicarakan di sidang kabinet. Tapi, karena 
dianggap tak ada gejolak berarti dari masyarakat, tak pernah ada upaya mencabut 
atau mengkaji ulang. Bahkan, menurut sang Wali Kota, seluruh Provinsi Sumatera 
Barat telah menerapkan kebijakan ini karena dianggap membawa pengaruh 

[Forum Pembaca KOMPAS] Kartini dan Islam

2008-04-22 Terurut Topik MGR
  http://www.korantempo.com/korantempo/2008/04/22/Opini/krn,20080422,61.id.html
   
  Selasa, 22 April 2008
  Opini  Kartini dan Islam  
  Nong Darol Mahmada   
Peneliti di Freedom Institute dan Pendiri Jaringan Islam Liberal 

Riwayat Kartini telah menjadi sumber ilham yang tak pernah kering. Tiap tahun 
di hari kelahirannya pasti bermunculan ulasan tentang tokoh ini dari pelbagai 
perspektif. Selain pribadinya, hidupnya yang sarat dengan persoalan pun 
merupakan bahan kajian yang menarik. Kecerdasannya luar biasa. Bayangkan, di 
usianya yang masih sangat muda, dia berhasil merumuskan dan mendeskripsikan 
persoalan-persoalan yang terjadi pada bangsanya dalam korespondensi dengan 
sahabat-sahabat penanya di Belanda. 

Kartini beruntung karena menguasai bahasa Belanda. Dengan menguasai bahasa ini 
Kartini terus-menerus mendiskusikan setiap pemikiran dan persoalannya dengan 
perempuan-perempuan Eropa yang banyak menginspirasikan hidupnya. Kartini adalah 
jiwa yang menyaksikan kebangkitan sebuah masyarakat yang terlalu lama 
menderita. Dan ia sendiri menjadi bagian, bahkan salah seorang yang ikut andil 
dalam kebangkitan bangsa ini lewat goresan tangan dan kegelisahannya. 

Saya mencoba membahas percikan pemikiran keagamaan Kartini, khususnya soal 
Tuhan dan poligami. Sangat langka menemukan karya yang mengupas khusus soal ini 
karena selama ini Kartini lebih dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan atau 
kebangkitan nasional. Padahal, sebagai pribadi yang dilahirkan dari ibu yang 
keturunan kiai tapi dari rakyat biasa, pergulatan Kartini dengan tema-tema 
keislaman sangatlah menarik. Yang pernah mengulas secara khusus pemikiran 
keagamaan Kartini adalah Th. Sumartana (alm.) dalam buku yang berjudul Agama 
dan Iman Menurut Kartini. Begitu juga Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya 
Panggil Aku Kartini Saja juga sedikit menyinggung konsep Kartini tentang Tuhan. 

Tentang Islam

Di tengah kesepian dalam pingitan, pandangan-pandangan Kartini tentang 
tema-tema keagamaan begitu mendalam. Kartini melakoni dan memahami Islam tidak 
taken for granted. Baginya, berislam haruslah masuk akal dan sesuai dengan 
pemikiran. Ia mengakui kalau keislaman yang ia anut adalah semacam turunan dari 
nenek moyangnya. Seperti pada umumnya orang beragama, ia juga tak pernah 
diberikan kesempatan untuk memilih agama apa yang ia kehendaki. Doktrin dan 
ritual diwariskan begitu saja. 

Walau begitu, jiwa pencarian Kartini tak pernah mati, Tibalah waktunya jiwaku 
mulai bertanya: mengapa aku lakukan ini, mengapa ini begini dan itu begitu?' 
Pergolakan Kartini tentang keislaman begitu dahsyat sehingga 'sesuatu' yang 
menurut dia tak dia pahami, dia tinggalkan. Dia lebih mengedepankan hal-hal 
yang masuk akal, hal yang bersifat substantif dibanding formalitas tapi tak dia 
mengerti. Kata Kartini, Jadi kami putuskanlah untuk tidak berpuasa dan 
melakukan hal-hal lain yang dahulu kami kerjakan tanpa berpikir, dan yang kami 
pikir sekarang ini tak dapat kami kerjakan. Gelap--kami merasa kegelapan--tak 
seorang pun mau menerangkan kepada kami apa yang kami tidak mengerti (Surat, 
15 Agustus 1902, kepada E.C. Abendanon).

Sikap seperti itu tak membuat Kartini meninggalkan agamanya. Bahkan proses 
pencarian ini semakin meneguhkan keyakinannya. Ia tetap menjadi Islam meski 
yang paling utama buat dia adalah kepercayaan pada Tuhan. Meski ia diperlakukan 
tidak adil karena posisinya sebagai perempuan, pandangan dia tentang Tuhan 
sangat positif. Kartini tak pernah menyalahkan Tuhan. Ia melakoninya sebagai 
sebuah takdir yang harus ia jalani dengan positif. 

Bagi Kartini, takdir itu bukan fatalisme atau penyerahan diri sehingga 
kehilangan kepercayaan diri: hanya pasrah dan menerima kondisi kita. Takdir 
menurut dia bisa mewujud menjadi suatu upaya dan usaha terus-menerus tentang 
tugas yang diberikan Tuhan untuk meningkatkan diri dan melakukan hal yang 
terbaik. Ia terus-menerus berproses dan mencari. Maka, tak mengherankan, meski 
dia dikungkung, pemikiran-pemikiran cerdas tetap keluar deras melalui 
tulisan-tulisan. Lewat pemahaman seperti ini, saya melihat, Tuhan di mata 
Kartini adalah kebajikan. Tuhan hidup dan hadir di dalam hati dan jiwa manusia. 

Seperti yang diulas dengan bagus oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya 
Panggil Aku Kartini Saja, pandangan Kartini tentang Tuhan lebih banyak bersifat 
realistis dibanding metafisik. Kata Kartini, Tuhan kami adalah nurani, neraka 
dan surga kami adalah nurani kami. Dengan melakukan kejahatan, nurani kamilah 
yang menghukum kami; dengan melakukan kebajikan, nurani kami pulalah yang 
memberi kurnia.

Tentang Poligami

Dalam lingkungan kehidupan bangsawan Jawa, tempat Kartini hidup, praktek 
poligami merupakan hal yang lumrah. Kebiasaan dan adat istiadat yang hidup di 
kalangan masyarakat khususnya di kalangan priayi Jawa yang berkedudukan tinggi, 
memang menempatkan kedudukan perempuan tidak sama dengan kaum lelaki. Perempuan 
hanya berharga apabila ia dihubungkan dengan soal perkawinan. Dan 

[Forum Pembaca KOMPAS] Arabisasi Gejala Tidak Percaya Diri

2008-04-22 Terurut Topik MGR
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-979%7CX
 
 Senin, 21 April 2008 
  Keberagaman   Arabisasi Gejala Tidak  Percaya Diri 
 Jurnalis : Nur Azizah 
 Jurnalperempuan.com-Jakarta.  Menyambut Hari Kartini, acara Kongkow Bareng Gus 
Dur di KBR68H (19/4)  mengulas tema “Perempuan, Keragaman, dan Kearifan Lokal”. 
Hadir sebagai  pembicara lain yang menemani KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur 
adalah Mariana  Amiruddin, Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan. 

Acara kongkow  tersebut dimulai dengan respon Gus Dur terhadap pelarangan 
Jemaah Ahmadiyah,  baik melalui fatwa Majelis Ulama Indonesia yang telah 
mengeluarkan fatwa “sesat”  ataupun rekomendasi Badan Koordinasi Pengawas 
Aliran Kepercayaan (Bakorpakem)  bahwa ajaran Ahmadiyah bertentangan dengan 
Islam. 

Menanggapi pertanyaan  tersebut, KH Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa 
pelarangan merupakan bentuk  pembodohan. Bahkan, Gus Dur juga menambahkan, 
seharusnya pemerintah membubarkan  ormas atau lembaga yang mengeluarkan 
rekomendasi penyesatan dan pelarangan.  

Sedangkan narasumber lain, Mariana Amiruddin, mengakui bahwa kakeknya  adalah 
seorang penganut Ahmadiyah. Pengalaman pribadi itu pula bagi Mariana  
menunjukkan kemajemukan dalam Islam di Indonesia. Bagi Mariana, masing-masing  
individu pasti memiliki akar-akar yang majemuk tadi. “Dalam diri kita  
masing-masing telah melekat kemajemukan,” jelas perempuan yang pernah menjadi  
anggota Negara Islam Indonesia (NII) ini. 

Mariana juga merespon  munculnya Perda-perda Syariah yang justeru hendak 
mnyeragamkan perempuan dalam  balutan busana muslimah seperti yang terdapat di 
beberapa kota di Indonesia. Dia  mencontohkan kewajiban jilbab di Padang telah 
memaksa siswi-siswi non-muslim  memakai jilbab ke sekolah. Bagi Mariana, 
fenomena ini akan mengancam keberagaman  di Indonesia, karena akan 
menyeragamkan masyarakat pada satu bentuk busana saja.  

Sementara Gus Dur menyatakan bahwa kemajemukan bisa juga dimiliki oleh  orang 
yang besar dan lahir dari kultur tunggal. “Seperti saya yang lahir dan  besar 
di pesantren, orang tua saya juga pesanten, kultur yang tunggal juga bisa  
menerima kemajemukan, yang penting apakah ia mau terbuka atau tidak,” ujar  
mantan Presiden RI ke-4 ini. 

Ketika sesi tanya jawab yang dikirim  melalui pesan singkat dibuka, terdapat 
satu pesan yang bertanya tentang maraknya  masyarakat kita yang mengenakan baju 
ala Arab seperti jubah dan cadar. “ Itu  menunjukkan gejala kurang percaya diri 
dan lantas menganggap Arabisasi sama  dengan Islamisasi,” respon Gus Dur 
terhadap penanya itu. 

Sementara bagi  Mariana, busana ala Arab tidak sesuai dengan kondisi iklim 
negeri Indonesia.  “Tidak fashionable karena Indonesia kan negara tropis, jadi  
ngga mungkin kalau harus meniru trend semacam itu,” ujarnya menimpali  
pernyataan Gus Dur. 

Selain itu pesan singkat juga dikirim dari Kupang  yang menyatakan bahwa jilbab 
merupakan kewajiban Islam karena ada dalam  Al-Quran, dan ia juga menilai 
berita jilbab kasus Padang yang disampaikan  Mariana adalah “bohong besar”. 
Nampaknya pengirim pesan singkat tersebut geram  dengan pernyataan Mariana dan 
Gus Dur. “ Biar saya saja yang menjawab,” pinta  Gus Dur sebelum Mariana 
menanggapi pesan tersebut. “Orang Arab membedakan budak  dan majikannya itu 
dengan jilbab, dan tidak semua yang ada dalam Al-Quran bisa  dijadikan hukum” 
tegas Gus Dur. 

 
   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: kesalahan pemberitaan kompas

2008-04-23 Terurut Topik -MGR-
Saya sepakat, dan kita memang perlu mengapresiasi kerja wartawan. Dan
memberikan kritik yang baik merupakan salah satu bentuk apresiasi.
Kritik yang tidak perlu dibalut dengan melemparkan rumor. Kita perlu
fair dan tetap fokus pada persoalan, apa yang hendak kita kritik. 

Gadis Arivia memang sedang di Amerika sebagai visiting scholar di
CUA, Washington DC. Tahun 2008 ini baru dua kali ke Indonesia.
Pertengahan Januari 2008 datang ke Indonesia menghadiri acara
pergantian pengurus Yayasan Jurnal Perempuan, dan kedua, akhir bulan
Pebruari yang berdiskusi tentang Demokrasi Feminis di YJP bersama Nur
Iman Subono dan Musdah Mulia. Jadi, Gadis Arivia tidak mungkin hadir
dalam pertemuan dengan Presiden itu. 

Soal lain kurangnya sensitifitas gender dalam pemberitaan media,
saya kira inilah keprihatinan kita bersama. Sebabnya tidak hanya
individu wartawan saja namun sebabnya sangat umum, pada pendidikan
jurnalistik, atau pada kode jurnalistik yang belum menjadikan masalah
gender sebagai perspektif. 

Bagi saya ini bukan soal arogansi, namun bagaimana membangun
dasar-dasar jurnalistik yang peduli terhadap masalah gender. Dalam
konteks ini, mereka yang memiliki keahlian dalam masalah gender bisa
membantu dan membuat pendidikan, bukan dengan--saya sepakat dengan Mas
Agus--menghakimi!

Terima kasih

Guntur
Jurnal Perempuan  


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, A. Mubarik Ahmad
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Aww.
 Pengalaman saya selama lebih dari 2 tahun bergaul dengan teman2 Jurnalis
 dari berbagai media, cetak maupun televisi sungguh luar biasa.
 Mereka muda, energik, memiliki wawasan luas sehingga enak diajak ngobrol
 sebelum ataupun setelah wawancara.
 Mereka dengan senang dan sigap mau datang kerumah saya untuk
wawancara atau
 bahkan sekedar kongkow, padahal siapa saya ini, pejabat bukan, tokoh
juga
 bukan :)
 Benar, mereka jauuuh sekali dari kesan sombong atau arogan.
 Dan satu lagi bersih...bersih dari urusan amplop!
 Was, Mubarik
 
 
 
 
 2008/4/23 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]:
 
Yoke dan Venny,
 
  Sepertinya rumor ini tuduhan anda terhadap Kompas?
 
  bahwa para jurnalis muda Kompas terkenal arogan
 
  Mereka tidak arogan, saya kenal baik.
  Anda jangan sok menghakimi jurnalis muda Kompas!
 
  Salam,
  AH





[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Buku John Roosa Dalih Pembunuhan Massal di Teater Utan Kayu

2008-05-03 Terurut Topik MGR
 Diskusi Bulanan Teater Utan Kayu  (TUK)
  
 Rabu, 21 Mei 2008, 19:00 WIB
 Diskusi Buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30  September dan Kudeta 
Soeharto karya John Roosa
 Dalang  Penculikan Jenderal atau Dalang Pembunuhan Massal?
 Pembicara: Dr. Asvi Warman Adam dan Heru  Atmodjo
  
 Meski banyak versi sejarah telah ditulis,  Peristiwa 30 September 1965 masih 
berselimut misteri hingga kini. Rezim Orde  Baru menuding Partai Komunis 
Indonesia (PKI) sebagai dalangnya. Namun, setelah  Soeharto jatuh, muncul 
beragam analisis atas Peristiwa 30 September, salah  satunya bahkan menunjukkan 
keterlibatan Soeharto. Banyaknya versi tersebut  justru kian menimbulkan 
pertanyaan: Siapa sebenarnya dalang Peristiwa 30  September? John Roosa, lewat 
buku Dalih  Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, mulai 
menguak  misteri itu. Menggunakan dokumen yang selama ini diabaikan dan 
wawancara dengan  tokoh-tokoh PKI, buku ini tidak hanya menyingkap siapa 
dalang G30S, namun juga  bagaimana seorang dalang menjadikan G30S sebagai 
dalih untuk melakukan  pembantaian massal. Melalui buku ini John Roosa 
berhasil menyusun sebuah narasi  baru tentang peristiwa 30 September1965. Buku 
ini pun sangat penting karena  mengandung data baru, metodologi baru dan
 perspektif baru dalam penulisan  sejarah. Ikuti diskusinya dengan Asvi Warman 
Adam (Ahli Peneliti Utama LIPI) dan  Heru Atmodjo (penulis buku Gerakan 30  
September 1965, Kesaksian Letkol Heru Atmodjo, yang menjabat sebagai Asisten 
Direktur Intel AURI saat terjadi Peristiwa 30  September).




   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku: 70 Tahun Profesor Bill Liddle

2008-01-24 Terurut Topik MGR
  http://freedom-institute.org/id/index.php


Undangan Peluncuran Buku  
  Dari Columbus untuk Indonesia 
  70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat 
   
   
  Dengan Hormat,
 
 Freedom Institute bekerja sama dengan Kepustakaan Populer Gramedia Pustaka 
(KPG)  mengundang saudara hadir dalam Peluncuran Buku Dari Columbus untuk 
Indonesia, 70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat. Acara ini 
dalam rangka merayakan ulang tahun Profesor Bill Liddle yang ke 70. 
   
  Buku ini berisi sekitar 20an artikel yang ditulis oleh murid dan sahabat Bill 
Liddle seperti Muhtar Mas’oed, Makarim Wibisono, Rizal Mallarangeng, Saiful 
Mujani, Dewi Fortuna Anwar, Ishadi SK, Goenawan Mohamad dan lainnya. Profesor 
Bill Liddle dikenal sebagai seorang Indonesianis dari Ohio State University 
(OSU) Columbus Amerika Serikat yang konsisten dalam meneliti, mengamati, dan 
menulis tentang Politik Indonesia sejak tahun 1960an sampai sekarang. 
 
 Acara akan diadakan pada:
 Hari  : Senin, 28 Januari 2008
 Jam  : 18.00 – sampai selesai
 Tempat : Museum Nasional 
Jalan Merdeka Barat No. 12 Jakarta Pusat
   
  Untuk konfirmasi kehadiran saudara, silahkan hubungi Sdri Tata telepon 
021-31909226/7.
 
 Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya. 
 
 
 Hormat kami, 
 
 
 
 Rizal Mallarangeng
 Direktur Eksekutif
   
  
   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku: 70 Tahun Profesor Bill Liddle

2008-01-27 Terurut Topik -MGR-
http://freedom-institute.org/id/index.php

Undangan Peluncuran Buku 
Dari Columbus untuk Indonesia
70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat
 
 
Dengan Hormat,

Freedom Institute bekerja sama dengan Kepustakaan Populer Gramedia
Pustaka (KPG)  mengundang saudara hadir dalam Peluncuran Buku Dari
Columbus untuk Indonesia, 70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan
Sahabat. Acara ini dalam rangka merayakan ulang tahun Profesor Bill
Liddle yang ke 70.
 
Buku ini berisi sekitar 20an artikel yang ditulis oleh murid dan
sahabat Bill Liddle seperti Muhtar Mas'oed, Makarim Wibisono, Rizal
Mallarangeng, Saiful Mujani, Dewi Fortuna Anwar, Ishadi SK, Goenawan
Mohamad dan lainnya. Profesor Bill Liddle dikenal sebagai seorang
Indonesianis dari Ohio State University (OSU) Columbus Amerika Serikat
yang konsisten dalam meneliti, mengamati, dan menulis tentang Politik
Indonesia sejak tahun 1960an sampai sekarang.

Acara akan diadakan pada:
Hari  : Senin, 28 Januari 2008
Jam  : 18.00 – sampai selesai
Tempat : Museum Nasional
  Jalan Merdeka Barat No. 12 Jakarta Pusat
 
Untuk konfirmasi kehadiran saudara, silahkan hubungi Sdri Tata telepon
021-31909226/7.

Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.


Hormat kami,



Rizal Mallarangeng
Direktur Eksekutif



Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Sesatkan Al-Qiyadah?

2007-11-08 Terurut Topik -MGR-
Salam

Terima kasih atas beberapa komentar baik yang menolak, mendukung atau
yang ingin menengahi. Saya hanya ingin menegaskan dua poin saja: 

(1) tak seorang pun manusia memiliki hak untuk mengklaim: menyesatkan
dan mengimankan seseorang/kelompok, karena wilayah ini milik Tuhan,
wilayah manusia masih sangat luas, menyantuni, mengasihi, membimbang,
dll, kenapa ingin sekali memasuki wilayah Tuhan? Atau malah ingin
mengambil alih peran Tuhan? 

(2) kalau ada orang/kelompok yang DIANGGAP tersesat, kok malah
disesatkan? di sinilah fungsi tokoh agama, terutama MUI yang
menghabiskan dana negara 17 trilyun pertahun, apakah tugas mereka
hanya mengeluarkan fatwa dan menggelar munas di hotel mewah, sari pan
pacific seperti beberapa hari lalu?

Kita berhak menuntut MUI karena saya yakin ada hak kita di mereka,
dari uang pajak yang kita bayarkan untuk gaji mereka, terlalu mubazir
kalau bisanya hanya mengeluarkan fatwa tanpa memberikan bimbingan pada
masyarakatat.

Mengutip Gus Dur, fatwa MUI itu tidak mendidik.

Salam

Guntur



[Forum Pembaca KOMPAS] Sesatnya Kriteria Sesat

2007-11-15 Terurut Topik -MGR-
http://guntur.name/2007/11/14/sesatnya-kriteria-sesat/

Sesatnya Kriteria Sesat

Islam diturunkan sebagai misi penyelamatan, bukan amunisi penyesatan.
Namun, cita-cita ini tidak terjadi pada beberapa kalangan di Majelis
Ulama Indonesia (MUI), khususnya mereka yang mengeluarkan sepuluh
kriteria ajaran/kelompok yang dianggap sesat dan menyesatkan.

Terbitnya kriteria itu semakin meyakinkan publik bahwa mereka -dengan
berlindung di balik otoritas Islam- bisanya hanya melakukan penyesatan
dan pengafiran, tidak memperbanyak bimbingan terhadap umat.

Kriteria penyesatan versi mereka harus ditolak karena bertentangan
dengan prinsip-prinsip akidah dan etika dakwah Islam. Dalam akidah
Islam, hak pengimanan dan penyesatan hanya milik Allah. Ketika wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad terhenti dengan
meninggalnya Nabi, semua orang atau kelompok memiliki derajat yang
sama, yaitu berusaha memahami wahyu tersebut.

Derajat mereka hanya sampai pada pencarian kriteria benar dan salah
dalam menentukan ajaran agama, tidak sampai pada derajat mengetahui
iman dan kafir. Wilayah benar dan salah adalah lahan manusia yang
menjadi bidang garapan ijtihad, yakni usaha manusiawi yang
sungguh-sungguh untuk memahami. Dalam hal itu pun, hakikat
kebenarannya masih sampai pada tahap kebenaran manusiawi. Bukan
kebenaran ilahi.

Oleh sebab itu, ulama terdahulu (salaf) begitu selesai membahas satu
persoalan lantas mengakhirinya dengan pengakuan yang sangat terkenal:
wallahu a'lam bi al-shawab (Dan Allah yang Maha Mengetahui yang
benar). Pengakuan jujur dan mendalam bahwa yang mengetahui hakikat
kebenaran hanyalah Allah.

Wilayah iman dan kafir jauh di atas wilayah perdebatan benar dan
salah, yang tak seorang pun bisa memasukinya meskipun membawa
dalil-dalil agama. Sebab, wilayah itu bukan lagi ruang penafsiran dan
pemahaman yang bisa dimasuki oleh manusia seperti derajat benar dan
salah. Wilayah itu juga berupa ruang sangat pelik yang tidak bisa
diketahui, yaitu hati manusia.

Syariat hanya bisa menghukumi hal-hal yang tampak, di sinilah sabda
Nabi menemukan konteknya: nahnu nahkumu bi al-dlawahir wallahu
yatawalla al-sara'ir -kita (manusia) hanya bisa menghukumi yang
lahiriah dan hanya Allah yang bisa menguasai yang batiniah.

Kriteria benar dan tidaknya salat (sah atau batal) adalah cakupan ilmu
fikih yang membahas syarat dan rukun yang tampak sesuai dengan mazhab
fikih yang diyakini. Namun, tak ada seorang pun yang tahu kriteria
mazhab mana salatnya yang paling diterima oleh Allah?

Maka, kriteria sesat itu, selain melanggar batas, juga menyesatkan.
Maksudnya, kriteria tersebut akan menyesatkan orang yang dituding
tersesat, bukan menunjukkan mereka arah dan jalan yang lurus.

Bisakah kita membayangkan apa yang ada dalam pikiran dan hati
seseorang yang malah menyesatkan orang yang telah tersesat?

Munculnya aliran dan pandangan yang dituding tersesat bukan malah
meramaikan pentingnya bimbingan dan ajakan, tapi justru menegaskan
penyesatan, seolah-olah mereka yang paling tahu mana yang tersesat dan
mana yang tidak.

Lebih dari itu, kriteria penyesatan itu akan menumbuhkan tradisi yang
buruk (sunnah sayyi'ah) di kalangan umat karena akan menutup pintu
dialog dan menggiring ke ruang konflik yang penuh dengan kekerasan.

Umat dipancing agar bereaksi keras bila terdapat sebuah kelompok atau
keyakinan yang berbeda, bukan diajak untuk memahami dan mengenalinya
terlebih dahulu.

Padahal, bila ada perbedaan, maka itulah rahmat yang disebutlah oleh
sabda Nabi: ikhtilafu ummati rahmah (perbedaan umatku adalah berkah).
Dan bila terdapat kesalahan, maka diperlukan bimbingan dan ajakan
karena manusia merupakan tempat salah dan alpa (al-insanu mahallul
khatha' wa al-nisyan).

Namun, dasar tersebut tidak menjadi pijakan kriteria sesat itu.
Tengoklah poin kesepuluh kritertia itu yang ambigu dan bisa
menyesatkan. Bagi mereka, kriteria kelompok sesat adalah
mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan
muslim hanya karena bukan kelompoknya. Hakikatnya, poin itu masih
membuka kesempatan boleh mengafirkan sesasama muslim dengan dalil
syar'i.

Padahal, yang seharusnya ditradisikan adalah larangan mengafirkan
sesama muslim meskipun bersenjata dalil syar'i karena selama ini tidak
ada pengafiran tanpa digunakannya dalil syar'i. Misalnya, Khawarij
yang mengafirkan Imam Ali Ra. Mereka mengunakan dalil-dalil syar'i,
mengutip ayat-ayat Alquran dan Hadis.

Sejarah juga mencatat, praktik pengafiran yang terjadi sesama orang
Islam melibatkan penggunaan dalil-dalil syar'i. Oleh karena itu, yang
perlu dijadikan dasar adalah bukan karena tidak adanya pengggunaan
dalil syar'i maka pengafiran itu harus dilarang, namun karena praktik
pengafiran itu sendiri -meskipun dengan alasan dan dalil syar'i
sekalipun- harus dilarang.

Maka, kriteria sesat tersebut bisa dianggap gugur dan batal; bukan
karena dalam kriteria-kriteria itu tidak ada poin-poin yang benar,
namun karena berpijak pada dasar yang keliru, yakni bisa terjadi
penyesatan, bukan 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kasus Cerai Tercepat Terjadi di Arab Saudi

2007-03-22 Terurut Topik -MGR-
http://www.gatra.com/artikel.php?id=103199

Kasus Cerai Tercepat Terjadi di Arab Saudi

Sana`a, 22 Maret 2007 01:58
Pengadilan di Jeddah, Arab Saudi, menangani perkara perceraian
terkilat, yang diperkirakan telah memecahkan rekor di dunia, ketika
seorang pengantin pria menceraikan istrinya hanya sekitar lima menit
usai akad nikah.

Menurut laporan harian Al-Watan, Rabu (21/3), mempelai pria AA, 25
tahun, tanpa ragu mengeluarkan pernyataan cerai kepada istrinya yang
berusia 23 tahun, yang baru saja dinikahi lima menit sebelumnya.

Permasalahan bermula saat AA bertengkar dengan dengan ayah istrinya,
karena uang mas kawin kurang dua ribu riyal (sekitar Rp4,8 juta).

Sementara, uang mas kawin itu sendiri seluruhnya mencapai 10 ribu
riyal (lebih kurang 24 juta rupiah). Dan uang yang telah diserahkan
adalah delapan ribu riyal (kira-kira 19,2 juta rupiah).

Mempelai pria menolak memberikan sisanya, karena merasa biaya
pertunangan diambil dari koceknya, namun mertua bersikeras minta sisa
mas kawin tersebut agar lengkap 10 ribu riyal, sesuai dengan
perjanjian semula.

Akibat sikap keras kedua pihak, acara akad nikah itu berahir dengan
perceraian, yang membukukan rekor tercepat.

Upaya keluarga kedua pihak tidak membuahkan hasil, karena mempelai
pria tetap pada pendiriannya. [EL, Ant] 



[Forum Pembaca KOMPAS] Buruh Perempuan Indonesia Disiksa di Jerman

2008-02-01 Terurut Topik MGR
Jumat, 1 Februari 2008 
 Buruh  Migran  
Hasniati Disiksa Diplomat  Yaman di Berlin 
 Jurnalis Kontributor: Dewi Candraningrum 
 Jurnalperempuan.com-Jerman.Hasniati,  demikian nama samaran buruh migran 
perempuan asal Flores, telah disiksa dan  tidak dibayar gajinya selama empat 
tahun oleh seorang Diplomat Yaman yang sedang  bertugas di Berlin. Perlakuannya 
yang parah telah menyebabkan Hasniati menderita  sakit TBC dan dirawat di Rumah 
Sakit. “Hasniati yang berusia 30 tahun hanya  berbobot 30 kg dan kurus kering” 
demikian laporan Nivedita Prasad dari “Ban  Ying”, sebuah LSM “Rumah 
Perempuan,” Thailand, yang membantu buruh migran di  Jerman, dalam wawancaranya 
dengan BBC Siaran Indonesia. 

baca berita lengkapnya di:
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-946%7CX
 



   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi YJP: Perempuan versus Soeharto

2008-02-06 Terurut Topik -MGR-
Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan
Sabtu, 09 Februari 2008, pukul 15.00-17.00 WIB
Pasaraya Book Fair 2008
Lantai 7, Gedung Timur, Pasaraya  Blok M, Jakarta Selatan
 
Perempuan Versus Soeharto
 
Pembicara:
Asvi Warman Adam (Sejarahwan)
Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan)
Fadjroel Rakhman (Aktivis Mahasiswa 80 dan 98)
 
Moderator: Nur Azizah (Aktivis Yayasan Jurnal Perempuan)
 
Soeharto memulai kekuasaannya di negeri ini dengan melakukan stigma
terhadap gerakan kaum perempuan. Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)
yang sebelumnya eksis, dicitrakan sebagai gerakan pembunuh yang kejam,
amoral, dan atheis. Dan setiap gerakan perempuan yang memiliki
aktivitas seperti Gerwani akan menerima stigma dan perlakuan buruk
dari rejim Soeharto. Rejim ini pula memiliki konsep dan identitas
sendiri untuk mengurung kaum perempuan: konco wingking alias teman
belakang adalah posisi resmi bagi para istri untuk suami mereka.
Inilah posisi yang lumrah dan sah. Tujuannya jelas: pemusnahan
terhadap pergerakan kaum aktivis perempuan.

Sebagai alat kontrol dan pengesahan posisi perempuan versi rezim
kekuasaan, diciptakanlah organisasi-organisasi wanita (bukan
perempuan) dari pusat hingga tingkat desa/kelurahan: Dharma Wanita,
Dharma Pertiwi, dan PKK dengan aktivitas yang justru mengembalikan
perempuan ke tatanan perempuan Jawa-feodal: perempuan yang manut pada
titah suami, lemah-lembut, bahkan bila perlu swargo nunut, neraka
katut (suami ke surga atau ke neraka, istri pun turut).
 
Diskusi ini juga hendak mengulas Jurnal Perempuan edisi 52 Kami Punya
Sejarah. Selain bisa berdiskusi anda bisa datang ke pameran buku:
Pasaraya Book Fair 2008.
 
Untuk informasi lebih lanjut kontak:
Nur Azizah
0818-064-884-63
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Yayasan Jurnal Perempuan
Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810
Telp. 62.21. 8370 2005 (Hunting) Fax. 62.21. 830 2434
e-mail : [EMAIL PROTECTED]



[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Protes keras terhadap tulisan Budiarto Shambazy-Warta

2008-02-10 Terurut Topik MGR
Pak Budi

Tanggapan balik anda ini tidak menegaskan awal-awal tanggapan anda, Justru 
perbedaan pandangan itulah yang membuat kita jadi semakin dewasa. Saya kira, 
kita yang di sini telah mafhum dan tidak perlu dikutip yang bisa dipahami untuk 
mengajari. 

Komentar terhadap tulisan anda saya kira tetap menjunjung tinggi 
sportivitas--dan tak perlu mengambil contoh dunia olahraga Indonesia maksudnya? 
Final Liga Djarum saya harus dipindahkan ke Bandung, dan pertandingan tanpa 
penonton--tak ada yang emosi dalam protes-protes terhadap tulisan anda--mengapa 
anda begitu gerah dengan protes dengan mengatakan, Yang lebih sering terjadi 
protes-protes itu hanya menunjukkan emosi belaka.

Saya juga menikmati tulisan-tulisan anda, dan ketika saya membaca tulisan anda 
tentang Hillary saya menangkap ada yang aneh, dan saya pun bisa mengerti ada 
komentar dan protes terhadap tulisan anda.

Namun jujur saja, tanggapan balik anda seperti ini, membuat saya sebagai 
pembaca tulisan-tulisan anda, dan juga pembaca Kompas kecewa

Mohamad Guntur Romli


Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/

  
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Budiarto Shambazy [EMAIL 
PROTECTED] wrote:

 Mas Budi,

   Terima kasih mau menantikan Politika. 
   Pro dan kontra terhadap setiap artikel/opini/berita di Kompas merupakan hal 
 biasa.
   Justru perbedaan pandangan itulah yang membuat kita jadi semakin dewasa.
   Saya pernah bertahun-tahun meliput olahraga.
   Di dunia yang penuh sportivitas itu protes pun diizinkan pula.
   Namun, setiap protes pasti ada harganya.
   Syarat pertama protes: Anda harus mengeluarkan berlembar-lembar 100 ribu 
 rupiah.
   Uang itu tak akan dikembalikan kepada Anda alias menjadi hak milik panitia.
   Yang lebih sering terjadi protes-protes itu hanya menunjukkan emosi belaka.
   Kadang kala protes dilancarkan karena persoalan harga diri saja.
   Namun, setelah pertandingan selesai, semuanya kembali seperti sedia kala.
   Wong namanya saja olahraga.

   Salam jujur,
   Budiarto Shambazy



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi YJP: Demokrasi A la Feminis

2008-02-17 Terurut Topik MGR
  UNDANGAN
   
  Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan
   
  Demokrasi A la Feminis
   
  Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono
   
  Jumat, 22 Februari 2008
  Pukul 15.00-17.00 WIB
  Yayasan Jurnal Perempuan
  Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810
  Telp 021. 8370-2005  
   
  Demokrasi di Indonesia adalah peluang bagi setiap pihak untuk menyalurkan 
aspirasinya. Tak terkecuali bagi mereka yang memanfaatkan prosedur demokrasi 
yang pada akhirnya beriktikad membunuh demokrasi. Seperti munculnya Perda-perda 
dan undang-undang yang diskriminatif, khususnya terhadap perempuan, yang 
mayoritas berbasis syariat. Sedangkan demokrasi di negri baru dimaknai sebagai 
penguasaan dan kemenangan terhadap prosedur demokrasi yang juga dihitung 
sebagai target dari tercapainya proses demokratisasi. Melalui penguasaan dan 
kemenangan itu segala bentuk peraturan yang diskriminatif seolah-olah lahir 
dari rahim demokrasi. Tak ada riwayat bagi kelompok minoritas yang tidak 
mungkin bisa menang dalam “demokrasi yang maskulin” macam ini: yang lebih 
mementingkan kemenangan dan menciptakan konsituen sebanyak-banyaknya dan 
sekuat-kuatnya. Sedangkan para feminis memandang demokrasi adalah peluang bagi 
terciptanya kepedulian, tolak-ukur demokrasi bukanlah kemenangan dan
 penguasaan, namun tercapainya tatanan masyarakat yang bebas dari diskriminasi, 
kesetaraan (tak ada yang mayoritas dan minoritas) dan pengakuan terhadap 
keragaman. Untuk bahasan lebih lanjut tentang tema ini, ikuti diskusi Yayasan 
Jurnal Perempuan yang menghadirkan pembicara: Gadis Arivia (Pendiri Yayasan 
Jurnal Perempuan), Musdah Muliah (Ketua Umum ICRP) dan Nur Iman Subono (Pendiri 
Yayasan Jurnal Perempuan, Pemimpin Redaksi Jurnal Demokrasi Sosial)

  Untuk informasi lebih lanjut kontak:
  Nur Azizah
  0818-064-884-63
  e-mail: [EMAIL PROTECTED]
   
  Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun, selain datang untuk diskusi 
anda bisa juga mendapatkan terbitan Yayasan Jurnal Perempuan: jurnal, buku, 
kliping tentang isu perempuan (dari tahun 1996), video, kaset untuk program 
radio jurnal perempuan, dll
   
  
   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi TUK: Pertarungan Kemapanan dan Perubahan dalam Budaya Arab-Islam

2008-02-18 Terurut Topik MGR
   Salam
Silakan bagi anda yang tertarik pada tema diskusi ini bisa hadir. Diskusi 
Komunitas Utan Kayu bulan ini tentang buku Adonis al-Tsabit wal Mutahawwil 
(Yang Tetap dan Yang Berubah).
Mohamad Guntur Romli

Penanggungjawab Diskusi Komunitas Utan Kayu.


http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=130

Kamis, 21 Februari 2008, 19:00 WIB
   Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM
   Narasumber: St. Sunardi.
 
Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM
 Adonis (Ali Ahmad Said), sastrawan Arab termasyhur saat ini, 
memiliki sebuah karya ilmiah yang monumental: al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang 
Tetap dan yang Berubah). Dalam buku yang terdiri dari empat jilid ini—LKiS 
Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah 
Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang 
pertarungan dua kubu di medan sastra, pemikiran, politik, dan budaya 
Arab-Islam. Kubu pertama adalah mereka yang ingin menguatkan kemapanan dengan 
berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan teks agama untuk memaksakan satu 
versi tafsir yang sahih. Kubu kedua bergairah melakukan perubahan dengan 
menjadikan teks agama sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaruan 
dan penyesuaian, atau tak lagi menganggap teks agama sebagai sumber pengetahuan 
karena telah menggunakan akal sebagai landasan. Kubu pertama menggunakan 
kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan
 capaian-capaian kreativitas (ibdâ), dengan menjadikan sastra sebagai perkakas 
bagi kekuasaan dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan; dan 
kedudukan sastra hanya sebagai hamba bagi agama, bukan agen kebebasan untuk 
mencipta. Sepanjang sejarah Islam, kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas 
yang menindas kubu perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak, sekaligus 
sastrawan yang mengidamkan capaian daya cipta, Adonis melakukan perlawanan dan 
pembongkaran terhadap kubu kemapanan. Walhasil, buku yang semula merupakan 
disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon, ini kerap dituding 
sebagai karya seorang atheis khas Timur—bukan tidak mengakui adanya Tuhan 
seperti di Barat, tapi tidak meyakini nabi dan agama. Diskusi ini akan 
menghadirkan narasumber St. Sunardi, Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya 
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang meraih gelar doktor dengan 
disertasi tentang novel-novel Naguib Mahfouz. 

Diskusi ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK) Jl Utan Kayu No 68H Jakarta. 
Diskusi ini cuma-cuma.






Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Pertunjukan di TUK: Resital Piano Ross Carey (Selandia Baru)

2008-02-19 Terurut Topik MGR
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=129
Resital Piano Ross Carey (Selandia Baru)
Rabu, 20 Februari 2008, 20:00 WIB
   Resital Piano Ross Carey (Selandia Baru)
   THE NEW MINIMALISM (karya Slamet Abdul Sjukur, Michael Asmara, Sinta 
Wullur, Luca Vanneschi, Alfredo Votta Jr, Garreth Farr, dll).
 
Dalam resitalnya kali ini, pianis Ross Carey akan membawakan sebelas nomor 
untuk piano tunggal bercorak minimalis karya sepuluh komponis dari sejumlah 
penjuru dunia. Karya-karya itu antara lain: Zomer (Kate Moore, Australia, 
2006); Love Songs (Garreth Farr, Selandia Baru, 2001); Meditations (Alfredo 
Votta Jr, Brazil, 1999); Per Piano Forte (Luca Vanneschi, Italia, 1996); Idiot 
Sorrow (James Rolfe, Kanada, 1990). Karya dua komponis Indonesia kontemporer, 
Slamet Abdul Sjukur (Svara, 1979) dan Michael Asmara (The River, 1986) juga 
akan mengisi program, bersama karya mutakhir komponis asal Indonesia yang kini 
bermukim di Belanda, Sinta Wullur (Aqua Piano, 2007). Ross Carey melakukan 
studi piano dan komposisi di Victoria University, Wellington, dan Elisabeth 
University of Music, Hiroshima. Sejak 1994 ia berkarir sebagai pianis dan 
komponis di Selandia Baru, Australia, dan Kanada. Pada tahun 2000 ia menjadi 
Mozart Fellow di Otago University, Dunedin, Selandia Baru; dan di tahun
 2005 ia menjadi komponis tamu bagi International Society for Contemporary 
Music (ISCM) di Visby International Centre for Composer, Swedia. Ia pernah juga 
mempelajari seni musik tradisional Jawa di Yogyakarta. Saat ini ia tengah 
mendalami musik klasik Hindustani, dengan perhatian utama pada instrumen 
harmonium.
Pertunjukan ini digelar di Teater Utan Kayu (TUK) Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, 
dan tidak dipungut biaya sedikit pun. 


 

   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi TUK: Yang Tetap Yang Berubah dalam Budaya Arab-Islam

2008-02-20 Terurut Topik MGR
Salam

Komunitas Utan Kayu mengundang anda dalam diskusi bulan Pebruari yang akan 
membedah buku al-Tsabit wal Mutahawwil karya penyair kelahiran Syria: Adonis 
(Ali Ahmad Said). Adonis lebih dikenal sebagai penyair, yang konon struktur 
bahasa dan makna dari puisi-puisinya ingin menyaingi Al-Quran. Adonis juga 
dituding murtad, berikut saya terjemahkan satu puisi Adonis yang sangat 
terkenal dan menjadi biang pemurtadan.

  Adonis
   
  Bahasa Dosa (Lughatul Khati'ah)
  
 Aku bakar seluruh warisanku
  kukatakan: bumiku 
  masih perawan, tak ada makam di masa mudaku
 aku melintas di atas Allah dan setan
 jalurku lebih jauh dari jalur
 tuhan dan setan
  ...
Aku menyebrang melalui kitabku
 beriringan dengan badai yang terang benderang
 beriringan dengan badai yang hijau kemilau
 
Aku berseru: tak ada lagi Sorga, tak ada Kejatuhan setelahku
 kuhapus bahasa dosa 
 
 
  Terjemahan: Mohamad Guntur Romli
  Silakan hadir dan nikmati diskusi ini

http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=130
   Kamis, 21 Februari 2008, 19:00 WIB
   Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM
   Narasumber: St. Sunardi.
 
Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM
 Adonis (Ali Ahmad Said), sastrawan Arab termasyhur saat ini, 
memiliki sebuah karya ilmiah yang monumental: al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang 
Tetap dan yang Berubah). Dalam buku yang terdiri dari empat jilid ini—LKiS 
Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah 
Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang 
pertarungan dua kubu di medan sastra, pemikiran, politik, dan budaya 
Arab-Islam. 

Kubu pertama adalah mereka yang ingin menguatkan kemapanan dengan berlindung di 
balik kekudusan dan kekuasaan teks agama untuk memaksakan satu versi tafsir 
yang sahih. Kubu kedua bergairah melakukan perubahan dengan menjadikan teks 
agama sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaruan dan penyesuaian, 
atau tak lagi menganggap teks agama sebagai sumber pengetahuan karena telah 
menggunakan akal sebagai landasan. Kubu pertama menggunakan kekuasaan politik 
(khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian 
kreativitas (ibdâ), dengan menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan 
dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan; dan kedudukan sastra 
hanya sebagai hamba bagi agama, bukan agen kebebasan untuk mencipta. 

Sepanjang sejarah Islam, kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang 
menindas kubu perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak, sekaligus sastrawan 
yang mengidamkan capaian daya cipta, Adonis melakukan perlawanan dan 
pembongkaran terhadap kubu kemapanan. 

Walhasil, buku yang semula merupakan disertasi Adonis di Universitas St Joseph 
Beirut, Lebanon, ini kerap dituding sebagai karya seorang atheis khas 
Timur—bukan tidak mengakui adanya Tuhan seperti di Barat, tapi tidak meyakini 
nabi dan agama. Diskusi ini akan menghadirkan narasumber St. Sunardi, Ketua 
Program Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang 
meraih gelar doktor dengan disertasi tentang novel-novel Naguib Mahfouz.

Diskusi ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No 68H 
Jakarta, dan tidak dipungut biaya sedikit pun.
===
Catatan Pinggir

Adonis
Seorang eksil adalah seorang yang ditundung. Ia hidup di luar negerinya 
sendiri, terusir, seperti puluhan orang Indonesia yang tak bisa pulang setelah 
1965 karena paspor mereka dicabut tanpa dipastikan apa alasannya. Seorang 
tundungan pada dasarnya hidup dalam perpindahan yang belum sampai ke mana pun 
juga: di dalam dirinya tersemat sebuah negeri yang tak terlupakan namun harus 
ditinggalkan, sementara itu ia menemukan sebuah negeri lain yang kini jadi 
alamat tinggal namun bukan sebuah tempat pulang.
 Tak mengherankan bila ada yang retak di situ. Seperti ditulis dalam puisi 
Adonis, yang mengambil kiasan tokoh epos Yunani kuno, Odiseus, pendekar perang 
yang pulang dari Troya dan menempuh wilayah-wilayah yang ganjil dan mengancam:
 Namaku Odiseus
 datang dari negeri tanpa batas
 dipanggul orang ramai.
 Aku sesat di sini, sesat di sana
 dengan sajakku
 Dan kini aku di sini, cemas dan jadi alum
 tak tahu bagaimana tinggal
 tak tahu bagaimana pulang
 Adonis adalah Ali Ahmad Said, sastrawan yang lahir pada tahun 1930 di 
Al-Qassabin, dekat kota Lakasia, Suriah. Meskipun ia baru bersekolah ketika 
berumur 12, anak seorang petani yang juga imam masjid ini sudah belajar menulis 
dan membaca dari seorang guru desa. Pada 1944 ia masuk sebuah sekolah Prancis 
di kota Tartus dan lulus pada 1950.
 Di masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan sajak 
pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya. Pada 1956 ia 
meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama istrinya. Sampai lebih 
20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di tanah jiran itu, sampai perang 
saudara 

[Forum Pembaca KOMPAS] 89.2 FM Green Radio: Selamatkan Jakarta dengan Bakau

2008-02-21 Terurut Topik MGR
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=38


89.2 FM Green Radio: Selamatkan Jakarta dengan Bakau
Sabtu 23 Februari 2008, Komunitas Utan Kayu, melalui Radio Utan 
Kayu akan mengadakan kegiatan tanam bakau sebanyak 200 bibit. Acara tersebut 
merupakan perayaan ulang tahun Radio Utan Kayu yang kedua. 

Lokasi penanaman pohon bakau akan berlangsung di Taman Wisata Alam Angke pada 
pukul 8 pagi. Sementara para peserta yang akan ikut serta menanam berkumpul 
bersama di komplek Komunitas Utan Kayu Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur 
pukul 7 pagi. Selain tanam bakau, acara tersebut akan diisi dengan soft 
launching nama baru Radio Utan Kayu menjadi 89,2 FM Green Radio, The Eco 
Lifestyle of Jakarta.

Kegiatan ini bertema “Selamatkan Jakarta dengan Bakau” bekerjasama dengan 
Jakarta Green Monster dan didukung oleh Perusahaan Listrik Negara, Kementrian 
Lingkungan Hidup, Departemen Kelautan dan Perikanan, XLcomindo, dan Bluescope 
Steel.
  
 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta, adalah metamorfosa dari 
Radio Utan Kayu. Alasan memilih nama baru sebagai Green Radio, menurut Nita 
Roshita Kepala Bagian Program 89.2 FM Green Radio, “kami ingin melayani publik 
Jakarta dengan memberi perhatian lebih pada upaya menyelamatkan manusia dan 
lingkungannya. Kami risau dengan banjir yang makin parah di ibu kota. Kami 
turut dalam kecemasan dunia, atas perubahan iklim dan pemanasan global.”
 
89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta menyediakan diri untuk 
menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta untuk hidup yang lebih nyaman di 
lingkungan urban. Nyaman dalam kehidupan sosial, politik maupun dengan 
lingkungan yang semakin hijau. Radio ini akan aktif untuk memajukan gerakan 
hijau, pemberdayaan dan toleransi dalam semua aspek kehidupan.
  
 Kontak 
 Nita Roshita
 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta
 Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta
 e-mail: [EMAIL PROTECTED]
   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi YJP: Demokrasi ala Feminis, Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono

2008-02-21 Terurut Topik MGR
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=agenda%7C-58%7CX

UNDANGAN

  Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan

  Demokrasi ala Feminis

  Pembicara: Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono
   Moderator: Dewi Setyarini
  

  Jumat, 22 Februari 2008
  Pukul 15.00-17.00  WIB
  Yayasan Jurnal Perempuan
  Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810
  Telp 021. 8370-2005  

  Demokrasi di Indonesia adalah peluang bagi setiap pihak untuk menyalurkan 
aspirasinya. Tak terkecuali bagi mereka yang memanfaatkan prosedur demokrasi 
yang pada akhirnya beriktikad membunuh demokrasi. Seperti munculnya Perda-perda 
dan undang-undang yang diskriminatif, khususnya terhadap perempuan, yang 
mayoritas berbasis syariat. 

Sedangkan demokrasi di negeri ini baru dimaknai sebagai penguasaan dan 
kemenangan terhadap prosedur demokrasi yang juga dihitung sebagai target dari 
tercapainya proses demokratisasi. Melalui penguasaan dan kemenangan itu segala 
bentuk peraturan yang diskriminatif seolah-olah lahir dari rahim demokrasi. Tak 
ada riwayat bagi kelompok minoritas yang tidak mungkin bisa menang dalam 
“demokrasi yang maskulin” macam ini: yang lebih mementingkan kemenangan dan 
menciptakan konsituen sebanyak-banyaknya dan sekuat-kuatnya. 

Sedangkan para feminis memandang demokrasi adalah peluang bagi terciptanya 
kepedulian, tolak-ukur demokrasi bukanlah kemenangan dan penguasaan, namun 
tercapainya tatanan masyarakat yang bebas dari diskriminasi, kesetaraan (tak 
ada yang mayoritas dan minoritas) dan pengakuan terhadap keragaman. 

Untuk bahasan lebih lanjut tentang tema ini, ikuti diskusi Yayasan Jurnal 
Perempuan yang menghadirkan pembicara: Gadis Arivia (Pendiri Yayasan Jurnal 
Perempuan), Musdah Muliah (Ketua Umum ICRP) dan Nur Iman Subono (Pendiri 
Yayasan Jurnal Perempuan, Pemimpin Redaksi Jurnal Demokrasi Sosial)

  Untuk informasi lebih lanjut kontak:
  Nur Azizah
  0818-064-884-63
  e-mail: [EMAIL PROTECTED]

  Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun, selain datang untuk diskusi 
anda bisa juga mendapatkan terbitan Yayasan Jurnal Perempuan: jurnal, buku, 
kliping tentang isu perempuan (dari tahun 1996), video, kaset untuk program 
radio jurnal perempuan, dll



   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Adonis, Sang Penyair Politis

2008-02-24 Terurut Topik MGR
  Diskusi Komunitas Utan Kayu


Adonis, Sang Penyair Politis
   
  Adonis lahir dan besar di Syria, melanjutkan pendidikannya di Libanon yang 
menjadi bagian kawasan yang disebut “Timur Tengah”. Jamaknya kawasan ini 
dipandang hanya diidentikkan dengan satu tradisi: Islam. Oleh karena itu, St 
Sunardi Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, 
Yogyakarta yang menjadi narasumber dalam bedah buku Adonis “al-Tsabit wal 
Mutahawwil” 21/2 di Teater Utan Kayu memulai pemaparannya dengan memberikan 
klarifikasi tentang kawasan “Timur Tengah” itu. 
   
  Sunardi menyatakan bahwa Timur Tengah merupakan bagian besar sebuah kawasan 
“Mediterania” (Laut Tengah). Dan sepanjang sejarah, kawasan Mediterania ini 
tempat bertemunya budaya-budaya besar: Mesir Kuno, Yunani Kuno (Helenistik, 
khususnya sejak Iskandaria menjadi ibu kota), Romawi Kuno, Kristen (Koptik, 
Maronit, dsb), Islam dan Eropa.
   
  Pandangan seperti inilah yang seharusnya digunakan oleh siapa pun yang ingin 
menilai kawasan itu, dan menghindar praktik yang disebut oleh Sunardi 
“stereptipisasi ideologis”. Dan demikianlah konteks karya Adonis tersebut.
   
  Buku Adonis tersebut berikhtiar mencari proses pembakuan kebudayaan 
Arab-Islam pada aras politik, keagamaan, dan seni. Kencenderungan umum ini pun 
bisa dipahami, kawasan tersebut yang pernah lahir peradaban-peradaban besar, 
namun mengapa nasib yang terjadi saat ini justeru kemunduran? 
   
  Begitulah Adonis menghadirkan secara pararel dua kekuatan dalam sejarah 
kebudayaan Arab-Islam yang masing-masing berorientasi pada ittiba’ atau 
al-qadim (masa lalu, imitasi, status quo) dan ibda’ atau al-hadatsah (inovasi, 
modernitas, pembaharuan). Gerakan pembaharuan hakikatnya bagi Adonis juga 
merupakan dasar (ushul) yang terdapat dalam budaya Arab-Islam, namun dalam 
perjalanan sejarahnya kekuatan ini dikalahkan, dan dikubur oleh kekuatan yang 
pertama. Sehingga warisan yang sampai pada umat Arab-Islam saat ini hanyalah 
satu warisan saja, yakni warisan yang berorientasi pada masa lalu dan pro 
status quo. Untuk itu, Adonis mengajak untuk melakukan dekonstruksi (al-hadam) 
melalui proses internal budaya Arab-Islam sendiri, dengan menggantikan warisan 
yang regresif dengan warisan yang progresif. 
   
  Bagi Sunardi, buku Adonis ini dari sisi informasi historis, data dalam buku 
tersebutlah tidaklah baru, terutama bagi orang yang sudah terbiasa dengan 
sejarah Islam. Barangkali yang agak asing bagi pembaca di Indonesia adalah 
berbagai informasi menarik yang berkaitan dengan sastra yang bisa ditemukan 
dalam buku ini dan yang tidak diketahui orang kebanyakan.
   
  Lebih dari itu, keunikan buku ini terletak dari ulasan seorang Arab yang 
hidup di jaman modern namun mendapatkan masyarakat dan lingkungannya sedang 
terpuruk. Mengapa mentalitas orang Arab cenderung mandeg? Di mana bakat 
kreativitas Arab dikuburkan? Bukankan pada jaman modern justeru kreativitas 
yang dijunjung tinggi dan bukannya kemapanan? Bukankan “kreativitas itu modern 
dan modernitas itu kreatif”? 
   
  Namun bagi Sunardi, Adonis tidak bermaksud mengajak pembaca—khususnya 
orang-orang Arab—meromantisasi masa lalu (walaupun kadang-kadang ini tidak bisa 
dihindarkan). Dia benar-benar sedang mencari semacam conditions of possibility 
bagi budaya Arab yang kreatif. Adonis juga memberikan gambaran yang hiperbolik 
(juga tragis) tentang perjalanan sejarah peradaban Arab-Islam yang mengalami 
defenseless saat berhadapan dengan dunia modern. Singkatnya bagi Sunardi, karya 
Adonis tersebut menjadi semacam percakapan tentang the rise and fall of Arab 
creativity.
   www.utankayu.org


   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Telah terbit, Jurnal Perempuan edisi Kearifan Lokal

2008-02-25 Terurut Topik MGR
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/pasar.php?mnu=1act=J-57%7CD  

Telah tebit, Jurnal Perempuan Edisi 57
  Menelusuri Kearifan Lokal
   
  Sengaja Jurnal Perempuan kali ini mengangkat korelasi antara budaya atau 
tradisi dan keberadaan perempuan dalam masyarakat. Tema ini kami namakan 
“kearifan lokal”. Tema ini populer sejak adanya kebijakan tentang otonomi 
daerah atau desentralisasi di Indonesia yang kemudian terepresentasi dengan 
lahirnya peraturan-peraturan daerah dan kebijakan-kebijakan yang menurut mereka 
berangkat dari falsafah lokal atau daerah. Alih-alih senang dengan 
desentralisasi yang dalam ekspektasi fase reformasi paska Orde Baru adalah 
perluasan tentang ide demokratisasi, yang terjadi adalah kearifan lokal yang 
simbolik, dan wujudnya menjadi kekerasan simbolik yang kemudian menjadi 
tindakan kekerasan yang fisik. Kearifan lokal yang terjadi menjadi 
diskriminatif, sama sekali tidak demokratis. Bila dihubungkan dengan kehidupan 
perempuan, simbol tentang kearifan lokal melalui peraturan daerah ini 
mengakibatkan perempuan terpenjara. Tema kearifan lokal ternyata seperti pisau 
bermata dua, kearifan
 lokal bila ia mendominasi perempuan, maka ia menjadi kebudayaan yang menindas 
perempuan. Atau sebaliknya, bila kearifan lokal sebagai kebudayaan bukanlah 
sebagai alat untuk dominasi, maka kearifan lokal membebaskan kaum perempuan. 
   
  Mariana Amiruddin, dari “Prolog” Jurnal Perempuan edisi Kearifan Lokal 
   
  TOPIK EMPU
   
  Peraturan Daerah dan Kearifan terhadap Perempuan
  Peraturan Daerah (Perda) yang tumbuh di Sumatera Barat berusaha menjunjung 
falsafah masyarakat itu, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, namun 
mengontrol dan mengekang perempuan. Perempuna dicitrakan (kembali) sebagai 
penggoda dan sumber maksiat sehingga harus ditutup rapat dan dilarang keluar 
rumah. Lantas, bagaimana Perda yang bisa arif pada perempuan?
  Sudarto, anggota Komnas HAM dari Sumatera Barat
   
  Perempuan Aceh terus Mencari Keadilan
  Tanah Aceh tidak pernah lepas dari bencana, dari konflik bersenjata, bencana 
alam Tsunami, kini fundamentalisme agama. Dan dari berbagai bencana itu, kaum 
perempuanlah yang banyak menanggung dampaknya. Tulisan ini mengulas perjalanan 
perempuan Aceh mencari keadilan di sepanjang konflik dan bencana tersebut. 
  Eko Bambang S. Pengelola Sekolah Demokrasi Indonesia   
   
  Pundak Perempuan Mentawai
  Perempuan Mentawai bangun lebih pagi dari ayam. Mereka memasak, menyiapkan 
makanan untuk anak dan suami. Sebelum berkubang dengan asap dan tungku, mereka 
harus ke hutan mencari kayu bakar. Meskipun beban berat yang banyak menumpuk di 
pundah perempuan, hak-hak perempuan Mentawai belum ditunaikan. Misalnya hak 
waris hanya dimiliki oleh laki-laki. Namun mereka terus menahan 
tumpukan-tumpukan beban itu yang ditimpakan tradisi yang tidak adil.
  Henny Irawati, bekerja di Yayasan Jurnal Perempuan 
   
  Sunda, Perempuan, dan Kearifan
  Sunda cenderung diidentifikasi dengan laki-laki. Etnik yang sebagian besar 
mendiami wilayah Jawa Barat ini biasa disebut “Ki Sunda”. Maka melihat 
“perempuan” dari perspektif kearifan Sunda, mungkin lebih banyak dipengaruhi 
perspektif laki-laki. Namun dalam beberapa kasus perempuan ditempatkan lebih 
utama dibanding laki-laki
  Teddy A.N. Muhtadin, pengurus Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS) dan 
Pusat Studi Sunda (PSS)  
   
  Islam, Perempuan, dan Kearifan Lokal
  Hakikat Islam adalah “akumulasi dari serpihan-serpihan kearifan lokal”, ia 
adalah sebuah produk anyaman yang bahan bakunya berasal dari lingkungan 
kelahirannya. Terbuka dan tak pernah selesai adalah watak asli Islam, apabila 
saat ini Islam dijadikan perkakas untuk menggerus kearifan lokal, maka 
pandangan dan sikap jahiliyah ini bersumber dari kejahilan mereka memahami 
sejarah gerak-laju dan subtansi Islam. 
  Mohamad Guntur Romli, Manajer Program Yayasan Jurnal Perempuan
   
  Feminisme versus Kearifan Lokal
  Kearifan lokal (local wisdom) adalah sebuah tema humaniora yang diajukan 
untuk memulihkan peradaban dari krisis modernitas. Ia diunggulkan sebagai 
“pengetahun” yang “benar” berhadapan dengan standar “saintisme” modern. Namun 
“kearifan lokal” sering menjadi selimut ideologis praktik patriarki. Kearifan 
lokal bukan kebenaran esensial, melainkan diskursus yang terbuka untuk 
interpretasi bila terlihat kepalsuan-kepalsuan ideologis yang dikandungnya. 
  
  Rocky Gerung, dosen filsafat di Universitas Indonesia
   
   
  WAWANCARA
  Ahmad Suaedy, Direktur Eksekutif the Wahid Institute, “Kearifan Lokal Sumber 
Kekuatan Perempuan”
  Nia Syarifudin, Direktur Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, “Masih Ada 
Kearifan Lokal yang Membebaskan Perempuan”
   
   
  PEREMPUAN DAERAH
   
  Perlawanan Perempuan Sambas
  Para perempuan di Sambas bergerak menolak ekspansi perusahaan sawit yang 
mengakibatkan hilangnya mata-pencaharian masyarakat di sana.
  Eko Bambang S. Pengelola Sekolah Demokrasi Indonesia   
   
  Perempuan dalam 

[Forum Pembaca KOMPAS] Roadshow YJP di UI: Memahami Seksual Minoritas Perempuan

2008-02-26 Terurut Topik MGR
  Apa yang dimaksud “Seksual Minoritas”? 
  Siapakah mereka?
  Kita pun perlu memahami mereka, 
  bukan menghakimi mereka.
   
  IKASSLAV FIB Universitas Indonesia, Yayasan Jurnal Perempuan, dan didukung 
penuh oleh HIVOS, menyelenggarakan Roadshow kampus: 
   
  “Seksual Minoritas Perempuan: 
  Mengapa Perlu Dipahami?”
   
  Narasumber:
  BJD Gayatri  (Konsultan Bidang Pembangunan/AID Asistance)
  Masruchah  (Ketua Koalisi Perempuan Indonesia)
  Moderator: Dewi Setyarini ( Yayasan Jurnal Perempuan)
   
  Lobi Auditorium Gedung IX 
  Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
  Jumat, 29 Februari 2008  pukul 13.00-17.00 WIB
   
  Mungkin kita sudah terlalu banyak mendengar masalah-masalah perempuan seperti 
kasus-kasus tenaga kerja perempuan, perdagangan perempuan atau trafficking, dan 
kekerasan dalam rumah tangga. Namun mungkin kita jarang mengulas nasib 
perempuan dalam seksual minoritas. Mungkin juga kita sudah mendengarnya malaui 
informasi yang tidak utuh. 
   
  Perempuan dalam seksualitas minoritas sangat rentan menerima perlakuan 
kekerasan. Permasalahan ini pun seakan-akan luput dari pandangan kita 
sehari-hari. 
   
  Perempuan yang berada dalam orientasi seksual minoritas adalah kaum lesbian. 
Selain itu, seksual minoritas juga mencakup kaum biseksual, gay, transeksual, 
dan waria. Mengenai kekerasan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan 
seksual minoritas, dapat dikatakan lebih memprihatinkan daripada kekerasan atau 
diskriminasi yang dialami oleh perempuan seksual mayoritas.
   
  Pada kasus sehari-hari, para perempuan ini sering mendapatkan perlakuan 
diskriminasi dalam berbagai hal. Misalnya, mereka sering mengalami diskriminasi 
dalam hal pekerjaan, berpendapat, dan berorganisasi (hak sipil, politik, 
ekonomi, sosial, dan budaya). Mereka pun pada akhirnya merasa termarjinalkan 
karena kekerasan dan diskriminasi. Jika dikaitkan dengan konteks kebudayaan, 
khususnya di Indonesia, hal tersebut terjadi karena mereka yang berada pada 
orientasi seksual minoritas kalah oleh nilai-nilai kebudayaan Timur yang 
berlaku di Indonesia. Pada akhirnya, mereka terpaksa tidak bisa menjadi diri 
mereka sendiri sehingga sulit bagi mereka untuk mengekspresikan diri dalam hal 
pekerjaan, sosial,  politik, ekonomi, dan budaya sebagai warga negara.
  
   
-
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Pembukaan Pameran di Galeri Lontar Utan Kayu

2008-02-26 Terurut Topik MGR
Salam
Mengundang anda dalam acara pembukaan pameran  karya-karya empat perupa  
kontemporer: Andy Dewantoro, Awan Parulian Simatupang, Okky Arfie, dan Redy 
Rahadian. Galeri Lontar Jl Utan Kayu 68H Rabu 27 Februari 2008 pukul 19.00

 
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=128
 Pembukaan: Rabu, 27 Februari 2008, 19:30 WIB.

  
27 Februari 2008 - 19 Maret 2008   
 RUANG DAN SUBYEK
 Pameran ini menampilkan karya-karya empat perupa  kontemporer: 
Andy Dewantoro, Awan Parulian Simatupang, Okky Arfie, dan Redy Rahadian. 
Masing-masing perupatelah menekuni  bidang  seni  lukis di samping  seni 
patung. Dalam banyak hal karya mereka mendapat pengaruh dari (sekaligus memberi 
pengaruh pada) perkembangan seni rupa  masa kini. Namun, di tengah hiruk pikuk 
karya-karya bermuatan komentar sosial yang mewarnai sebagian besar seni rupa 
kontemporer tanah air—terutama antara dasawarsa 1990-an dan 2000-an, 
karya-karya mereka  justru memperlihatkan gagasan visual yang lain, yaitu 
bertolak dari pembacaan secara intensif atas ruang dan subyek yang berada di 
dalamnya. Relasi timbal balik antara ruang dan subyek ini, telah menjadi idiom 
dalam karya mereka dalam rentang yang cukup panjang. 

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Menilik Sastra Dunia Maya

2008-03-11 Terurut Topik MGR
   http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=133

Rabu, 12 Maret 2008, 19:00 WIB
   Diskusi MENILIK SASRA DUNIA MAYA
   Narasumber: Akmal Nasery Basral, Cunong Nunuk Suraja, dan Mikael Johani. 
Moderator: Gratiagusti Chananya Rompas (Anya).
 
Dunia maya (cyberspace) adalah dunia tanpa batas dan bisa memberi peluang 
kepada siapa pun untuk berkaya. Sastra di dunia cetak relatif terbatas 
hadirnya: seminggu sekali di koran, sementara industri buku tak jarang mesti 
berpikir seribu kali untuk menerbitkan karya sastra. Berbeda dengan di dunia 
maya: ruang mahaluas yang disediakan cuma-cuma. Meski ada yang menganggap dunia 
maya semacam pelarian bagi mereka yang sering dikecewakan oleh dunia cetak, 
komunitas sastra dunia maya terus tumbuh subur, blog dan website pribadi tak 
henti bermunculan dan secara rutin menampilkan karya-karya sastra si empunya. 
Lantas, bagaimana menilai karya-karya sastra yang tumbuh di sana? Apa 
sumbangannya terhadap  khazanah sastra kita? Benarkah fenomena ini bisa 
dianggap sebagai pelarian, atau pencarian ruang yang lebih luas? Adakah corak 
dan karakter karya sastra yang khas di ruang maya bila dibandingkan dengan 
media cetak? Ikuti dan ramaikan diskusi yang menghadirkan Akmal Nasery Basral
 (wartawan, novelis, pengelola milis Apresiasi Sastra) dan Cunong Nunuk Suraja 
yang menyelesaikan S-2 di Fakultas Ilmu Budya (FIB) Universitas Indonesia 
dengan tesis yang membedah puisi digital, serta Mikael Johani blogger 
thetruthaboutjakarta.multiply.com. Moderator diskusi ini: Gratiagusti Chananya 
Rompas (Anya) dari Bunga Matahari.
 Diskusi diadakan di Kedai Tempo, Jl. Utan Kayu No. 68H, Jakarta Timur

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Buku Dalih Pembunuhan Massal

2008-05-19 Terurut Topik MGR
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=142
 

Rabu, 21 Mei 2008, 19:00 WIB
 Diskusi Buku
 Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta  Soeharto karya John 
Roosa Dalang Penculikan Jenderal atau Dalang Pembunuhan  Massal? Pembicara: 
Asvi Warman Adam dan Heru Atmodjo
21 Mei 2008  Diskusi Buku
 Meski  banyak versi sejarah telah ditulis, Peristiwa 30 September 1965 masih 
berselimut  misteri hingga kini. Rezim Orde Baru menuding Partai Komunis 
Indonesia (PKI)  sebagai dalangnya. Namun, setelah Soeharto jatuh, muncul 
beragam analisis atas  Peristiwa 30 September, salah satunya bahkan menunjukkan 
keterlibatan Soeharto.  Banyaknya versi tersebut justru kian menimbulkan 
pertanyaan: Siapa sebenarnya  dalang Peristiwa 30 September? John Roosa, lewat 
buku Dalih Pembunuhan  Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, mulai 
menguak misteri itu.  Menggunakan dokumen yang selama ini diabaikan dan 
wawancara dengan tokoh-tokoh  PKI, buku ini tidak hanya menyingkap siapa 
dalang G30S, namun juga bagaimana  seorang dalang menjadikan G30S sebagai 
dalih untuk melakukan pembantaian  massal. Melalui buku ini John Roosa 
berhasil menyusun sebuah narasi baru  tentang peristiwa 30 September1965. Buku 
ini sangat penting karena mengandung  data baru, metodologi baru dan perspektif
 baru dalam penulisan sejarah. Ikuti  diskusinya dengan Dr. Asvi Warman Adam 
(Ahli Peneliti Utama LIPI) dan Heru  Atmodjo (penulis buku Gerakan 30 September 
1965, Kesaksian Letkol Heru  Atmodjo, yang menjabat sebagai Asisten Direktur 
Intel  AURI saat terjadi Peristiwa 30 September).

   

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Ibu dan Anak Ahmadiyah Lapor akan Gus Dur

2008-05-22 Terurut Topik MGR
  Undangan 
   
  Ibu dan Anak Ahmadiyah Korban Kekerasan Lapor Gus Dur
   
  Setelah menggelar Konferensi Pers di Kantor Jurnal Perempuan, Rabu 7 Mei 2008 
dan Aksi Damai di Bunderan HI, Kamis, 8 Mei 2008, dengan tema “Selamatkan Ibu 
dan Anak Ahmadiyah di Kekerasan” ibu dan anak Ahmadiyah yang menjadi korban 
kekerasan akan lapor ke KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara Kongkow 
Bareng Gus Dur di KBR68H. 
   
  Rombongan ibu dan anak tersebut di bawah pimpinan Ibu Hj. Syarifatunnisa 
Makih, Ketua Umum Lajnah Imaillah—organisasi sayap perempuan Ahmadiyah—dan 
didampingi organisasi-organisasi perempuan di Indonesia: Yayasan Jurnal 
Perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, 
LBH Jakarta, Institut Ungu, Komunitas Ungu, Our Voice, Institut Pelangi 
Perempuan, Perempuan Mahardhika, Srikandi Demokrasi Indonesia.
   
  Untuk itu, kami ingin mengundang kawan-kawan, khususnya media 
cetak/elektronik pada acara yang akan kami laksanakan:
   
  Kongkow Bareng Gus Dur, di KBR68H, Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta, 
pada hari Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 10.00 WIB 
   
  Acara:
  - Testimoni korban kekerasan dari ibu-ibu dan anak-anak Ahmadiyah, 
  didampingi oleh Ibu Hj. Syarifatunisa’ Makih, Ketua Umum Lajnah Imaillah 
Jemaat Ahmadiyah Indonesia—organisasi sayap perempuan Ahmadiyah
  -Neng Dara Affia dari Komnas Perempuan yang akan melaporkan kasus-kasus 
kekerasan seksual terhadap perempuan Ahmadiyah, hasil laporan Komnas Perempuan 
22 Mei 2008, Perempuan Ahmadiyah: Korban Kekerasan Berlapis  
  - Pernyataan Sikap oleh:
  KH Abdurrahman Wahid
  Mariana Amiruddin (Direktur Yayasan Jurnal Perempuan, Masruchah (Sekjend 
Koalisi Perempuan Indonesia)
   
  Salam
Nur Azizah  0818-064-88-463
  [EMAIL PROTECTED]
  

Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
   

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan: Mengenang Oey Hay Djoen (1929-2008)

2008-06-23 Terurut Topik MGR
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=145

Selasa, 24 Juni 2008, 19:00 WIB
Mengenang Oey Hay Djoen 
(1929-2008)

Pembicara: Goenawan Mohamad.
Di 
masa tuanya Oey Hay Djoen lebih dikenal sebagai penerjemah karya besar Karl 
Marx, Das Kapital, ke dalam bahasa 
Indonesia. Terbit dalam tiga jilid, kitab terjemahan tersebut merupakan kerja 
tekun Oey selama bertahun-tahun. Oey memang seorang dengan energi dan semangat 
yang seakan tak hendak habis. Bahkan setelah mengidap sakit menahun dan harus 
menggunakan kursi roda, ia masih juga terlihat menghadiri pelbagai diskusi 
bersama orang muda (yang biasa memanggilnya Om Oey). Sejak masa mudanya, Oey 
Hay 
Djoen bergiat dalam gerakan politik kiri; ia pernah terpilih sebagai anggota 
Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat mewakili Partai 
Komunis Indonesia. Dia akhir 1950-an, Oey aktif sebagai pengurus Lembaga 
Kebudayaan Rakyat. Ia rajin menulis esai sastra, juga puisi dan cerpen, 
menggunakan nama pena Samandjaja. Di masa itu ia pun banyak menulis telaah 
ekonomi yang disiarkan di pelbagai majalah dan jurnal politik. Pada 17 Agustus 
1969 ia dibuang ke Pulau Buru (dalam satu rombongan dengan Pramoedya Ananta 
Toer, sahabatnya), dan hidup sebagai tahanan politik di sana hingga 1979. Dalam 
peringatan sebulan wafatnya Oey Hay Djoen ini, Goenawan Mohamad akan 
membicarakan sosok Oey sebagai seorang manusia abad ke-20 yang hidup di tengah 
hiruk-pikuk percaturan ideologi dan perjuangan cita-cita politik di Indonesia 
yang terus-menerus membentuk dirinya.
Acara ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No 68H, dan 
tidak dipungut biaya sedikit pun



  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Novel Seniman Kaligrafi Terakhir

2008-07-08 Terurut Topik MGR
Komunitas Utan Kayu
 
Diskusi Novel
Seniman Kaligrafi Terakhir 
(La Nuit des Calligraphes)  
 
Pada tahun 1923, terjadi perubahan secara radikal di Turki, dari sebuah negeri 
yang “tradisional” menjadi negeri yang “modern”—untuk itulah seluruh tradisi 
dihancurkan hingga ke akar-akarnya—agar bisa dipandang benar-benar modern. 
 
Hubungan Islam dan tradisi Arab dengan masyarakat Turki yang telah berkait-erat 
selama berkurun-kurun, diputus. Bahasa dan tulisan Arab perlahan-lahan mulai 
dihapuskan, dan diganti dengan versi abjad Latin. 
 
Justeru dalam kondisi itu, seorang gadis bernama Rikkat yang memiliki kecintaan 
luar biasa pada kaligrafi, menghadapi hari-hari dan karirnya yang mulai 
diremehkan penguasa Turki yang baru. Bersama seniman-seniman kaligrafi tua 
lainnya—yang berasal dari warisan penguasa lama: sultan—mereka dipecat, dan 
sekolah-sekolah mereka ditelantarkan. 
 
Kecintaanya terhadap kaligrafi dibayar mahal: segala yang ia miliki: sebagai 
istri dan ibu nyaris terampas habis. Emosinya dicurahkan pada kegiatan menulis 
dengan meniupkan seluruh nafas hidupnya pada huruf-huruf agar kaligrafi menjadi 
seni yang abadi, lebih manusiawi dan modern. 
 
Inilah novel tentang cinta pada kesenian yang tengah sekarat, di sebuah wilayah 
yang serba aneh dan mistis dengan Turki kontemporer yang mulai terseret arus 
modern Barat, Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah dan penuh ilham 
yang berasal dari kisah nyata. 
 
Novel Seniman Kaligrafi Terakhir Jakarta: Serambi, 2008; 206 halaman) yang 
merupakan terjemah-an buku “La Nuit des Calligraphes”  karya Yasmine Gatha. 
Buku aslinya diterbitkan oleh Editions Fayard (Paris, 2005, 181 halaman) dan 
Editions de Poche (Paris, 2005, 153 halaman).
 
Waktu dan tempat
Diskusi ini akan diadakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No.68H, 
Jakarta, Rabu 16 Juli 2008, pukul 19.00 WIB
 
Narasumber
Ida Sundari Husein (Penerjemah dan Dekan FIB UI 2004-2008)
Nur Rofiah (Alumnus Universitas Ankara, Ankara, Turki)
 
Tentang Yasmine Gatha 
 
Yasmine Gatha dilahirkan di Paris pada tanggal 6 Agustus 1975, sebagai anak 
keempat dari ibunya, Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, 
dan putera pertama ayahnya Jean Gatha, dokter peneliti keturunan Turki. Mungkin 
karena semasa kecil, ia dikelilingi benda-benda produk seni-budaya negeri nenek 
–moyangnya yang dibawa ayah- nya sepulang dari perjalanan ke berbagai negara,  
kemudian Yasmine Gatha memilih studi Sejarah Kesenian Islam di Ecole du Louvre 
dan Universitas Paris III, Paris, untuk mempelajari arsitektur, benda-benda 
seni, tekstil dan kaligrafi. 
 
Panggilan darah membuatnya tertarik pada kesenian Otto-man. Namun, desakan 
untuk menulis baru muncul setelah ia melihat karya nenek-nya, Rikka Kunt, dalam 
sebuah pameran di ruang Richelieu, Museum Louvre, Paris, pada tahun 2000. 
Dengan penuh semangat ia mencari dokumen tentang sang nenek, dan menemukan 
dengan penuh kekaguman bahwa ia adalah seniman kaligrafi yang terkenal dengan 
huruf hiasan emasnya. Penemuan itu memberinya inspirasi untuk menulis La Nuit 
des Calligraphes.
 
La Nuit des Calligraphes adalah bukunya yang pertama (2005). Buku itu mendapat 
sukses, dan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, belum termasuk terjemahan 
ke dalam bahasa Indonesia, serta mendapat penghargaan: Prix de la Découverte 
(Prince Pierre de Monaco), Prix Cavour (Italia), Prix Kadmos (Libanon), dan 
Prix des Lecteurs d’Herblay 2005. Bukunya yang kedua adalah “Le Tar de Mon 
Père” (2007), kisah dengan latar belakang Iran.
 
Yasmine Gatha merupakan salah seorang pengarang Prancis keturunan asing yang 
menulis dalam bahasa Prancis karya dengan berlatar-belakang negeri asal orang 
tua atau nenek-moyangnya. Kesusastraan Prancis masa kini diperkaya oleh 
karya-karya sejenis berkat para penulis tersebut. Sebagai contoh lain kita 
dapat menyebut Amin Maalouf keturunan Libanon, yang salah satu karyanya, Le 
Rocher de Tanios, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul 
Cadas Tanios dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1999.
 
 


  

[Non-text portions of this message have been removed]




=
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Kuliah Orang Belanda dalam Film-film Indonesia

2009-03-27 Terurut Topik MGR
Seri Kuliah Umum tentang Stereotipe dalam Seni

Pertemuan terakhir.

Orang Belanda dalam Film-film Indonesia
Sabtu 28 Maret 2009 pukul 16:00
Pembicara: Eric Sasono
Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16 dekat Universitas Nasional, Pasar Minggu 
Jakarta Selatan

Dalam Orang Belanda dalam Film-film Indonesia, Eric Sasono (kritikus film dan 
pengelola situs rumahfilm.org) akan mengamati
bagaimana sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda
dalam film-film yang mereka produksi. Orang Belanda yang sering muncul
dengan tingkah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan
lain-lain.

***

Stereotipe
adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif, yang dapat memicu beragam interpretasi. Jenis-jenis stereotipe
mudah kita jumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya,
stereotipe negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang
dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang
atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan
kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk
kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan
hingga kekerasan.  
 
Dalam
rangkaian kuliah tentang stereotipe ini, jenis-jenis stereotipe yang
secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai
dari sebab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan
untuk tujuan apa ia dibangun.   

Gratis

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=597



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Komunitas Salihara April 2009

2009-03-31 Terurut Topik MGR
Salam,

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan 
Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara 
seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, 
Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum.

Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing 
oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu.

Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di 
bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara 
pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di 
Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi 
karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, 
Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, 
Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu 
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 

Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar 
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut 
mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, 
Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda 
Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. 
Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, 
Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., 
Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian 
masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah 
berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra 
kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami 
akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah 
mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 
halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, 
kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian 
yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian 
dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak 
dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral 
tak luhur.

Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. 
Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan 
disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini 
(Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. 
Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. 
Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan 
menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut 
“Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli 
sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan 
mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, 
dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia 
(UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat 
Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada.

Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. 
Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman 
rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij 
Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak.

Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa 
diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa 
manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak 
dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari 
negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, 
Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini 
adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang 
etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si 
penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang 
berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan 
berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. 
Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan 
pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di
 Serambi Salihara.

Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua 
nomor tari karya Andara 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Pembukaan Pameran Seni Rupa, Pembacaan Sastra dan Diskusi Centhini

2009-04-01 Terurut Topik MGR
Salam,



Teman-teman yang budiman,



Mengingatkan kembali, Komunitas Salihara mengharap kehadiran anda untuk hadir

dalam acara Enam Pekan Perempuan di Salihara, yang akan dilanjutkan besok dan

lusa dengan acara:



(1) Pembukaan Pameran Seni Rupa, Jumat 3 April pukul 19.00 WIB karya-karya yang

akan dipamerankan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari,

Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah dan Titarubi.



(2) Acara akan dilanjutkan pukul 20.00 WIB dengan Pembacaan Karya Sastra, mereka

adalah Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy

Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A, Nukila Amal, 
dan Oka Rusmini dan dilanjutkan keesokan harinya Sabtu 4 April dengan jam yang 
sama.



(3) Sabtu 4 April pukul 16.00 di Serambi Salihara akan ada diskusi Serat 
Centhini

dengan pembicara Elisabeth Inandiak (sastrawan Prancis dan pengarang Centhini

Kekasih yang Tersembunyi) dan Junannah MS (Dosen bahasa Arab UII Jogja)

moderator Nong Darol Mahmada



Jangan lewatkan acara Enam Pekan Perempuan di Salihara ini.



Sekian dan terima kasih



Rama Thaharani

Public Relations Komunitas Salihara


http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=655

Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day)
8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan
beberapa acara seputar perempuan. Diawali dengan pementasan teater-tari
Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. 

Rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini 
dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan
sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3
hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan
lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa
perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani,
Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi,
Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu
dekade ini  karya-karyanya banyak diperbincangkan. 
Bersama pameran ini kami
juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar
jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai
sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika,
Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo,
Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal.

Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari 
Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara.

Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) 
kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya
di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi
Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda
Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan
kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini
membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas
yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita.

Pada hari Sabtu tanggal 4
April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan
diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya
sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya
memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab
ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme,
seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat
pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton.
Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut
buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur.
 
Tak banyak diketahui,
seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh
gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya
tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan 
Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak 
mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak 
kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya 
sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. 
Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, 
penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat 
Centhini
sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab
Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini 
dengan moderator Nong Darol Mahmada.



  Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan 
Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pembukaan V Film Festival di Komunitas salihara

2009-04-19 Terurut Topik MGR

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=15id=197item_id=671

V Film Festival yang merupakan ajang festival film perempuan internasional 
pertama di Indonesia akan dibuka besok Selasa 21 April di Komunitas Salihara, 
Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Rangkaian acara pembukaan akan dimulai dengan Peluncuran  Komik 'Cerita Si 
Lala' dan pertunjukan menggambar oleh Tita Larasati pada pukul 16.00 WIB.

Pada malam harinya pukul 18.00 akan ada pertunukan musik akustik bersama Mian 
Tiara. Sedangkan sebagai film pembuka akan diputar sebuah film dari Perancis 
berjudul Water Lilies karya Celine Sciamma yang berdurasi 83 menit. Pemutaran 
film akan dimulai pukul 20.20 WIB

Water Lilies bercerita seorang gadis menuju proses pendewasaannya lengkap 
dengan situasi lingkungan di mana semua orang sibuk berkompetisi. Tokoh 
protagonis dalam film ini adalah tiga orang perempuan berusia 15 tahun yang 
mengalami cinta pertama mereka dengan tiga cara yang berbeda.

Water Lilies merupakan debut sutradara Céline Sciamma (27 tahun) dan dibintangi 
oleh para pendatang baru; Pauline Acquart, Louise Blachère, Adèle Haenel dan 
Warren Jacquin. Setelah pemutaran perdana di Cannes Film Festival 2007, Sciamma 
dan pemain-pemain filmnya dipuji sebagai para pendatang baru yang paling 
menjanjikan dalam festival tersebut.

Acara Festival ini akan berlangsung sampai tanggal 26 April, beberapa film 
Indonesia dan luar negeri akan diputar, dan akan digelar juga, diskusi dan 
workshop.

Mengikuti tiap acara Festival ini tidak dipungut biaya sedikit pun dan terbuka 
untuk umum (kecuali acara pembukaan pukul 18.00 khusus undangan)

JADWAL ACARA VFILMFEST 2009

Selasa 21 April 2009
16.00 Launching Komik 'Cerita Si Lala'
Drawing Performance by Tita Larasati
18.00 Pembukaan V Film Festival, Festival Film Perempuan Internasional Musik 
akustik oleh Mian Tiara
20.20 Opening Film Water Lilies (Celine Sciamma, Perancis, 2007, 83') (khusus 
undangan)

Rabu 22 April 2009
17.00 Film Pendek Maya, Raya, Daya (Nan T. Achnas, Indonesia, 2008, 10')
Mereka Bilang Saya Monyet (Djenar Maesa Ayu, Indonesia, 2007, 90')
20.00 Film Pendek (Bukan) Kesempatan yang Terlewat (Lasja F.S, Indonesia, 
2006, 10')
The Education of Shelby Knox (Marion Lipscutz, Rose Rosenblatt,USA, 2005, 90’)

Kamis 23 April 2009
17.00 Program Film PERTARUHAN
20.00 Film Pendek THe Matchmaker (Cinzia Puspitarini, Indonesia, 2006, 10’)
Fiksi (Mouly Surya, Indonesia, 2008, 110')

Jumat 24 April 2009
15.00 Diskusi Youth and Sexuality
17.00 Program Film GENDER MONTAGE
20.00 Film Pendek The Big Day (Keke Tumbuan, Indonesia, 2006, 10')
In Mom's Head (Carine Tardieu, Perancis, 2007, 95’)

Sabtu 25 April 2009
09.00 Round Table Discussion Feminist Film Theory
19.00 Program Film THE GIRLS TALK
21.00 Perempuan Girli (Rosana Yuditia Ripi, Indonesia, 2008, 19’)
Sweeping Addis (Corrine Kuenzli, Switzerland, 2006, 50’)

Minggu 26 April 2009
10.00 Workshop Produksi Film Berwawasan Gender
15.00 The Allround Reduced Personality-Redupers (Helke Sander, Jerman, 95')
18.00 Closing Film Mother Beast Mother Human (Helke Sander, Jerman, 1998, 63')

Untuk informasi lebih lanjut kunjungi:

http://festivalfilm.multiply.com/
http://salihara.org

Ening Nurjanah (Direktur): 0818866625


  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Peluncuran JP Edisi 60

2008-12-17 Terurut Topik MGR
Jurnal Perempuan edisi 60 (terbit November 2008) bekerjasama dengan Kedutaan
Canada mengangkat isu Perempuan dan Perda-Perda Diskriminatif di
Indonesia. 
 
Para jurnalis Jurnal Perempuan mengadakan penelitian tentang Perda-perda 
tersebut dari Padang Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, 
hingga Manokwari Papua Barat. 
 
Mayoritas peraturan tersebut berbasis ajaran agama tertentu, yang
jelas-jelas membatasi ruang gerak perempuan. Dalam Peraturan tersebut
perempuan tak hanya dibatasi pada ruang publik saja, untuk tubuh mereka
sendiri, perempuan tidak memiliki otonomi. Atas nama moralitas, agama, dan
harga diri perempuan dibentuk menjadi makhluk yang terasing dari dunianya.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, mendengarkan masukan dan
kritik, maka kami ingin meluncurkan Jurnal Perempuan edisi 60 ini dengan
diskusinya.


Diskusi Publik dengan Pembicara

Rocky Gerung (Dosen Filsafat UI)

Happy Salma (Seniman),

Dr. Rumadi (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Peneliti di Wahid Institute)

Moderator : Mohamad Guntur Romli (Jurnal Perempuan)

Waktu dan tempat

Kamis, 18 Desember 2008, Jam 12.00 s/d 16.00

di Gedung Joeang 45 – Menteng Raya Jakarta Pusat.



*Agenda Acara *

12.00 – 13.00 Registrasi

Makan Siang

13.00 – 13.05 Opening

13.05 – 13.10 Kata sambutan dari Perwakilan Kedutaan Canada *)

13.10 – 13.15 Kata sambutan dari Direktur Eksekutif YJP – Mariana Amirrudin

13.15 - 13.25 Orasi Kebudayaan i Gusti Agung Ayu Ratih

13. 25 –13.30 Pembukaan Diskusi oleh moderator

13.30 - 14.30 Presentasi Narasumber

14.30 – 15.30 : Tanya Jawab

15.30 – 16.00 : Coffee break

Closing / live entertainment



Untuk konfirmasi hubungi :

Amalia *(021) 8370-2005 atau Atau SMS ke Mobile Phone : 0815-8248230*




  Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Komunitas Salihara Mei 2009

2009-04-28 Terurut Topik MGR
Program Komunitas Salihara
Mei 2009

Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB
Resital piano tunggal
LEVI GUNARDI
di Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB
Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG
Sutradara: Edwin
di Teater Salihara
GRATIS

Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB
Tari LELANGEN BEKSAN
Padneçwara
di Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB
Peluncuran dan Diskusi Buku 
DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN
Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru
di Serambi Salihara
Gratis

15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) 
Teater TANDA CINTA
Teater Koma
di Teater Salihara
HTM Rp 100.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB
Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO
Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Nirwan Ahmad Arsuka
di Serambi Salihara
GRATIS

Senin-Selasa, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB
Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON
Sincronie, Italia
di Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Reservasi dan Informasi:
Natalie 0817-077-1913
Nike 0818-0730-4036

Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Tel. 021-789-1202, Faks. 021-781-8849 
www.salihara.org



SINOPSIS

Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB
Resital piano tunggal
LEVI GUNARDI
Teater Salihara
HTM Rp 50.000,- 
Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

Levi Gunardi adalah seorang pianis Indonesia ternama, kelahiran 1976. Ia 
bergabung dalam Junior Original Concert, sebuah kelompok yang terdiri dari para 
pemusik muda berbakat di bawah usia 15 tahun, dan telah menggubah 
karya-karyanya sendiri untuk piano dan electone, yang ia mainkan di sejumlah 
kota besar di Indonesia. Pada tahun 1992, ia meraih penghargaan “Most 
Outstanding Performance” se-Asia Tenggara mewakili Indonesia di Singapura, dan 
“Outstanding Performance Award” tingkat internasional (mewakili Indonesia dan 
benua Asia), di Kyoto, Jepang pada tahun yang sama.

Setelah menyelesaikan tingkat Persiapan Konservatorium di Yayasan Pendidikan 
Music di bawah bimbingan Iravati Sudiarso pada tahun 1996, Levi diterima di 
Manhattan School of Music di New York, AS, belajar piano pada Constance Keene, 
dan musik kamar pada Marc Silverman, Isadore Cohen, serta Gerald Robyns. Pada 
tahun 1997, ia tampil di Steinway Hall dan Donell Library, keduanya di bawah 
Asosiasi  Leschetizky. Pada awal tahun 2002, ia menyelesaikan program Bachelor 
of Music dan Master of Music, yang diraihnya melalui beasiswa penuh dari para 
petinggi Manhattan School of Music. Ia telah tampil dalam sejumlah master class 
oleh pianis-pianis klasik dunia: Barry Snyder, Ruth Slenckczyska, Alexis 
Golovin, Joaquin Soriano, Solomon Mikowsky, Midori Nohara, Eduardus Halim, 
Reynaldo Reyes, dan Constance Keene.

Levi pernah tampil sebagai solis bersama pianis William Whipple dan Cedar 
Rapids Symphony Orchestra pimpinan Christian Tiemeyeer, dan bersama Twilite 
Orchestra pimpinan Addie MS. Ia menjadi salah satu finalis pada Bergen 
Philharmonic Concerto Competition di New Jersey, AS. Ia pernah diundang oleh 
Nanyang Academy of Fine Arts untuk memberikan resital kuliah sebagai pembuka 
rangkaian 2002 Commuter Concert di Singapura, dan pernah mengadakan resital di 
Esplanade Recital Hall, Singapura. Ia juga pernah menjadi satu-satunya wakil 
Indonesia dalam The 7th Franz Liszt International Piano Competition di Utrecht, 
Belanda. Ia telah merilis CD piano tunggal, yang kemudian masuk nominasi 
“Anugerah Musik Indonesia 2004”, dan yang salah satu lagunya menduduki 
peringkat pertama untuk lagu Indonesia dengan penjualan terbanyak di iTunes 
Indonesia. Selain sebagai pemain, ia cukup aktif memberikan master class untuk 
pianis-pianis muda Indonesia berbakat, serta menjadi
 juri pada beberapa kompetisi seperti Yamaha Electone Festival di Taipei, 
Taiwan, 2nd dan 3rd  UPH National Piano Competition.

Dalam pertunjukannya di Teater Salihara, Levi Gunardi akan membawakan 
karya-karya Frederich Chopin, Franz Liszt, Sergei Rachmaninov dan Johann 
Strauss/Grunfeld, serta karya komponis Indonesia seperti Ismail Marzuki, 
Mochtar Embut, dan karya Levi Gunardi sendiri. 


Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB
Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG '77 Menit
Sutradara: Edwin
Teater Salihara
GRATIS

Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, 
kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan 
yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita 
tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke 
Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang 
ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang 
seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan 
Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir 
hantu.

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG di Salihara

2009-05-04 Terurut Topik -MGR-
Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB
Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG
Sutradara: Edwin
di Teater Salihara
GRATIS

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=15id=199item_id=683

Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, 
kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan 
yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita 
tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke 
Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang 
ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang 
seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan 
Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir 
hantu.

Dengan latar urban Indonesia masa kini, film Babi Buta yang Ingin Terbang 
mengikuti perjalanan gadis keturunan Cina bernama Linda dalam menemukan 
jatidirinya. Gambaran tentang kenyataan pahit yang mendera karakter Linda dalam 
film ini sekaligus memperlihatkan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Bagaikan 
sebentuk mosaik ajaib, film ini tersusun dari serpihan-serpihan cermin yang 
berwarna-warni—rentan namun indah. Beberapa pemain di film ini adalah Ladya 
Cherryl, Carlo Genta, dan Pong Harjatmo.

Film Babi Buta yang Ingin Terbang mendapat penghargaan FIPRESCI (Federasi 
Kritikus Film Internasional) di Festival Film Rotterdam 2009.

Pemutaran film Babi Buta yang Ingin Terbang di Teater Salihara merupakan hasil 
kerjasama antara Komunitas Salihara, Komunitas Lensa Massa FIB UI, dan 
Departemen Kajian Budaya BEM FIB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya 
Universitas Indonesia). Seusai pemutaran film akan diadakan tanya-jawab dengan 
sang sutradara, Edwin; sinematografer, Sidi Saleh; dan produser, Meiske 
Taurisia.

FIPRESCI winner, 2009 International Film Festival Rotterdam.
South Korea 3 October 2008 (Pusan International Film Festival)
Canada 5 October 2008 (Vancouver International Film Festival)
Philippines 19 October 2008 (Cinemanila International Film Festival)
Netherlands 24 January 2009 (International Film Festival Rotterdam)
Japan 15 March 2009 (Osaka Asian Fim Festival)
Argentina 26 March 2009 (Buenos Aires Festival Internacional de Cine 
Independiente)
Turkey 5 April 2009 (International Istanbul Film Festival)
Hong Kong 10 April 2009 (Hong Kong International Film Festival)
Singapore 22 April 2009 (Singapore International Film Festival)

http://babibutafilm.com

Date and time:
RABU, MEI 06 , 2009 / 19:30 WIB

GRATIS

===

In Blind Pig Who Wants to Fly you will find stories about disoriented identity, 
hesitation and anxiety, the experience of being lost. Those are the feelings of 
being Chinese in Indonesia. A story about a father lusting to win a green card 
lottery. A story about an ex-national badminton champion whose husband leaves 
her for a Javanese wife. A story of a boy always pelted with stones because 
everybody thinks that he is a Chinese. A story about a young girl who believes 
that firecrackers expel ghosts.

Set amidst in contemporary urban Indonesia, the film will follow Linda's 
journey in discovering herself. Portraying her struggle and her raw emotions, 
it also portrays the people living around her. Like a wondrous mosaic, this 
film is built from the pieces of broken colorful mirrors—fragile yet beautiful. 
Several actors in the film are Ladya Cherryl, Carlo Genta, and Pong Harjatmo.

Blind Pig Who Wants to Fly won FIPRESCI (the International Federation of Film 
Critics) Award in Rotterdam Film Festival 2009.

The screening of Blind Pig Who Wants to Fly at Teater Salihara is a joint 
program of Komunitas Salihara, Komunitas Lensa Massa FIB UI, dan Departemen 
Kajian Budaya BEM FIB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas 
Indonesia). After the screening, there will be a Q  A session with the film 
director, Edwin; cinematographer, Sidi Saleh; and producer, Meiske Taurisia.

Date and time:
WEDNESDAY, MAY 06 TH, 2009 / 19:30 WIB

FREE ADMISSION 



[Forum-Pembaca-KOMPAS] PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad)

2009-05-07 Terurut Topik MGR
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=44

PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad)

Jika benar apa yang diprediksikan pelbagai jajak pendapat, SBY akan
menang dalam persaingan ke kursi kepresidenan. Berarti baik Megawati
maupun Jusuf Kalla tak punya peluang -- atau memerlukan kejadian yang
luar biasa.. Apalagi Prabowo dan Wiranto.

Saya tidak begitu
berminat tentang apa yang dapat dilakukan Golkar, Gerindra dan Hanura
dalam kondisi itu. Saya lebih berminat, dan lebih prihatin, tentang
pilihan langkah yang harus diambil PDI-P. Partai inilah yang saya pilih
dalam pemilu untuk lembaga legislatif yang baru lalu.

Tampaknya ada dua pilihan:

1. Megawati maju terus sebagai calon presiden, didampingi dengan seorang tokoh 
lain: Prabowo atau Sultan Hamengku Buwono X.

Dengan
Sri Sultan, saya belum tahu apa hambatannya. Dengan Prabowo ada
persoalan pokok: mantan jenderal dan menantu Suharto ini ngin
dirinyalah yang jadi calon presiden, dengan dukungan PDI-P. Koalisi
agaknya sulit terbentuk karena itu.

Persoalan ini terpecahkan seanndainya Prabowo bersedia hanya jadi calon wakil 
presiden.
Ini
bisa akan meramaikan pemilihan dan tak menghambat Megawati maju
bertanding. Tapi dengan catatan: pasangan Mega-Prabowo juga bisa
memperlemah daya saing menghadapi SBY, apalagi jika SBY jadi
berpasangan dengan pakar ekonomi Budiono.

Budiono memang bukan
tokoh yang dikenal luas. Tapi ia akan memproyeksikan citra yang lebih
bebas dari usreg-usergan parpol seperti sekarang. Budiono juga dinela
bersih, setidaknya tak dikenal punya bisnis seperti Jusuf Kalla; ia
juga mengesankan perhatian khusus SBY dalam menghadapi kriris ekonomi
global.

Sebaliknya Prabowo: diakui atau tidak, ia sejak mula
tokoh yang menimbulkan kontroversi; ia punya banyak musuh di kalangan
ABRI (baca buku Sintong Panjaitan) dan di kalangan pro-demokrasi.


2.
Untuk menyelamatkan Megawati dari pertandingan yang tak menjanjikan
kemenangan, PDI-P_membiarkan Prabowo maju sebagai calon presiden dengan
didampingi Puan Maharani (puteri Megawati) sebagai wakil.

Tapi
akan ada pertanyaan besar. Kenapa Partai tidak menampilkan tokoh dari
tubuhnya sendiri sebagai calon presiden? Mengapa harus pinjam Prabowo
-- yang belum tentu bisa diatur oleh PDI-P? Mengapa harus memakai
Prabowo, yang hanya dapat sekitar 5% suara (sedang PDI-P sendiri hampir
15%)? Mungkinkah Puan bisa mengimbangi kehadiran Prabowo dalam lima
tahun mendatang? Bagaimana masa depan PDI-P sebagai hanya partainya
Wakil Presiden? Jangan-jangan pendukung dan posisinya akan diambil-alih
Gerindra.

3. Megawati tak akan ikut dalam pemilihan presiden dan
PDI-P berkoalisi dengan Demokrat. PDI-P masuk ke dalam kabinet. Ini
bisa menguntungkan PDI-P (tidak harus memimpin, tapi bisa berpengaruh),
dan bisa menguntungkan Demokrat (akan dapat dukungan tambahan sekitar
90 kursi di parlemen). Sementara itu, PDI-P bisa terus mengadakan
kaderisasi untuk 2014, masa pasca-Mega. Di luar kabinet, kaderisasi
juga bisa dilakukan, tapi jika orang bisa bertaruh bahwa ekonomi
Indonesia akan pulih sebelum 2014, berada di dalam kabinet lebih
menguntungkan.

Koalisi PDI-P dan Demokrat juga baik untuk
membangun pemerintahan yang lebih punya komitmen kepada kebhinekaan.
Bukan hanya komitmen kepada golongan Islam,.

Tapi opsi terakhir akan punya problim: bersediakah Megawati? Juga: siapa yang 
akan berada dalam Oposisi?

Pemerintahan
SBY yang berjalan tanpa Oposisi bisa jadi complacent dan mudah
menyeleweng. Maka peran Gerindra dan Hanura (dan mudah=mudahan Golkar)
sebagai oposisi diperlukan. Jangan-jangan PKS juga akan
mempertimbangkan koalisinya kembali. Sebab PDI-P dengan suara lebih
kuat, bisa meminta SBY memberikan posisi yang lebih penting ketimbang
PKS dan PAN.

Hari-hari ini, apa yang akan muncul dari
pilihan-pilihan itu akan penting bagi Indonesia lima tahun lagi,
meskipun tak akan mengubah Republik secara radikal. Semoga kita selamat
meniti ke seberang.

Goenawan Mohamad


  Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa 
mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Salihara 'Memikirkan Ulang Humanisme'

2009-05-08 Terurut Topik MGR




Kuliah Umum
Salihara Juni 2009

 

Memikirkan
Ulang Humanisme

 

Komunitas
Salihara menggelar kembali rangkain kuliah umum berjudul “Memikirkan Ulang
Humanisme”. Tema ini menarik dan penting untuk dipercakapkan, meskipun terkesan
banyak pengulangan isi ketika memperbincangkan tema ini, atau terdengar agak
usang. Untuk itulah, kami ingin menghadirkan selengkap mungkin perbincangan
tentang humanisme dalam sepanjang sejarah, dari klasik hingga posmodern. 

 

Sebuah buku yang
berjudul “Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan” yang berasal
dari bahan diskusi di Lembaga Humaniora Universitas Parahyangan Bandung
(September 2008) memberi inspirasi bagi kami untuk mengulas tema penting ini. 

 

Tema “Humanisme
Klasik Hingga Posmodern” diharapkan menjadi semacam peta perbincangan ini, dan
mungkin yang lebih penting apa pentingnya atau relevansinya memperbincangkan
tema humanisme saat ini. Bukankah tema ini, senada dengan buku tadi “isu yang
silam, anakronistik, kadaluwarsa, dan ketinggalan jaman”? Bukankah ada semacam
gelombang besar yang tak hanya mengkritik humanisme sebagai sebuah capaian
modernitas, tapi juga melancarkan tikaman yang ingin mematikan terhadap
humanisme yang dikenal sebagai “anti-humanisme”. 

 

Bagaimana refleksi kekinian terhadap perjalanan
sejarah humanisme ini, dari klasik hingga posmodern? Mengapa terjadi semacam
perubahan-perubahan radikal terhadap humanisme? Bagaimana menjelaskan
bahwa—mengutip tulisan Bambang Sugiharto sebagai editor buku tadi—“berbagai
serangan terhadap humanisme secara implisit mengandung asumsi-asumsi dasar yang
sebetulnya bersifat ‘humanistik’ juga?

 

Sementara tema
“Humanisme dan Anti-Humanisme” diharapkan mengulas dua tema utama: pertama 
bagaimana humanisme muncul
sebagai ide yang melakukan kritik terhadap agama sehingga lahir varian-varian
humanisme: sekuler, ateistik, dan eksistensialis. Kedua mengapa muncul 
gelombang kritik terhadap humanisme yang
disebut “anti-humanisme”? 

 

Tema “Humanisme
dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia” adalah sebuah pelacakan terhadap 
percakapan
humanisme dalam pemikiran tokoh-tokoh Indonesia seperti: Soekarno, Hatta,
Syahrir Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer. Bagaimana kelima orang ini
memahami humanisme dan menuangkannya dalam karya-karya mereka, serta bagaimana
mereka memandang dan menggagas Indonesia melalui perspektif humanisme.

 

“Humanisme dalam
Pemikiran Islam” ingin mengulas bagaimana perkembangan ide humanisme dalam
keilmuan Islam, sejak abad pertengahan era Ibn Miskawih, Abu Hayyan al-Tauhidi
hingga pemikiran Islam kontemporer, seperti Muhammad Arkoun yang mempertahankan
disertasinya tentang Naz’ah al-Ansanah fi
al-Fikr al-‘Arabi (Humanisme dalam Pemikiran Arab). Dan bagaimana pula mereka 
membaca perkembangan
ide humanisme di Barat?  

 

Sabtu, 6 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme Klasik Hingga
Posmodern 

Bambang Sugiharto

Dosen Filsafat di
Universitas Parahyangan Bandung

 

Sabtu, 13 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme dan
Anti-Humanisme

F Budi Hardiman

Dosen Filsafat di
STF Driyarkara

 

Sabtu, 20 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam
Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka dan
Pramoedya Ananta Toer

Goenawan Mohamad

Budayawan

 

Sabtu, 27 Juni
2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam
Pemikiran Islam

Luthfi Assyaukanie

Koordinator
Jaringan Islam Liberal

 

Seluruh kegiatan akan dilaksanakan di Serambi Salihara, Jalan Salihara
No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Anda yang tertarik mengikuti kuliah umum
ini silakan daftarkan diri anda: nama lengkap, institusi, dan alamat
kontak: telepon/email, kirimkan ke gun...@salihara.org,
kami membatasi tempat untuk 60 orang. Mengikuti kegiatan ini tidak dipungut 
biasa sedikit pun. 

http://www.salihara.org



  Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa 
mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Buku Kolam di Salihara akan Dihadiri Sapardi

2009-05-17 Terurut Topik MGR
Diskusi Buku Kolam di Salihara akan Dihadiri Sapardi

Diskusi buku puisi berjudul Kolam di Salihara akan dihadiri penulisnya Sapardi 
Djoko Damono. Diskusi ini akan digelar hari Senin 18 Mei 2009 pukul 19.00 di 
Serambi Salihara, Pasar Minggu. Dalam diskusi ini Hasan Asphanani seorang 
seorang penyair dan blogger sastra akan menyampaikan makalah berjudul Kenapa 
Mesti Ada Sore Hari? Kajian Ringkas puisi Sapardi Djoko Damono Dari Buku DukaMu 
Abadi hingga Buku Kolam. Sedangkan Muhammad al-Fayyadl penulis buku Derrida 
akan membawakan sebuah esai yang mengulas puisi-puisi Sapardi dari tinjuan 
filsafat dengan judul Sapardi Djoko Damono dan Ekologi Puisi-puisinya

Penyair Sapardi Djoko Damono baru-baru ini menerbitkan buku puisi terbarunya, 
Kolam –empat dasawarsa setelah kumpulan puisinya yang pertama, DukaMu Abadi 
(1969). Setelah bahasa dan sastra sekadar menjadi bagian dari lautan slogan dan 
jargon pada paruh pertama 1960-an, Sapardi merebut kembali kata sebagai milik 
paling asasi dalam penciptaan dan kebebasan. DukaMu Abadi bisa dilihat sebagai 
titik kelahiran kembali puisi lirik Indonesia. Puisi Sapardi dikenal membawakan 
lirisisme dan memiliki kelebihan bukan karena kerumitan makna atau keunikan 
bentuknya, namun karena menggunakan bahasa yang jernih dan sederhana. 
Kumpulan-kumpulan puisi Sapardi yang lain adalah Mata Pisau dan Aquarium 
(1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), 
Ayat-ayat Api (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Mantra Orang 
Jawa (2005), puitisasi mantra-mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia.

Sapardi sendiri memandang karya sastra dari dua segi: tematik dan stilistik 
(gaya penulisan). Dalam hal gaya, katanya, sudah banyak usaha pembaruan di 
Indonesia. Tetapi dari segi tema, tak banyak sastrawan mampu menghadirkan 
hal-hal baru. Bagaimana puisi-puisi mutakhir Sapardi mengolah tema dan bentuk 
pengucapannya sendiri? Adakah ihwal baru yang ditawarkan oleh Sapardi dalam 
Kolam ini? Ataukah Kolam sekadar reproduksi dan repetisi Sapardi terhadap 
puisi-puisinya yang dulu?

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=707



  Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. 
Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Memperingati Hari Kebangkitan Nasional

2009-05-19 Terurut Topik MGR
Dengan Hormat



Dalam rangka peringatan hari Kebangkitan Nasional, Teater Utan Kayu
(TUK) mengundang Anda untuk ikut serta memperingati hari bersejarah ini
bersama-sama.



Rencananya akan hadir Boediono (calon wakil presiden) dan akan
diisi renungan hari Kebangkitan Nasional oleh Laksmi Pamuntjak
(Budayawan) dan berdoa bersama Musdah Mulia (ketua umum Indonesia
Conference on Religion and Peace, ICRP) serta musik  lagu
perjuangan oleh Jamaica Cafe.



Acara akan diselenggarakan pada,

Hari, tanggal                   : Rabu, 20 Mei 2009

Jam                               : 10.30 – 12.30 (diakhiri makan siang bersama)

Tempat                  : Gedung STOVIA Museum Kebangkitan Nasional

                                   Jalan Abdul Rachman Saleh No. 26 Jakarta 
Pusat

                                   (samping Paviliun Kartika RSPAD Gatot 
Subroto)



Kami tunggu kehadiran anda. Terima kasih.

Teater Utan Kayu




  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Salihara bulan Juni 2009

2009-05-28 Terurut Topik MGR




http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=709
Workshop, Masterclass dan Konser Musik Kontemporer

POW Ensemble, Belanda

 

Selasa-Kamis, 2-4 Juni 2009, 09:00-17:00 WIB

WORKSHOP KOMPOSISI dan MASTERCLASS GITAR

di Serambi Salihara dan Teater Salihara

GRATIS

Untuk pendaftaran, hubungi Cantus di 021-750-3161 

 

Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB

Konser STRANGE ATTRACTORS

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- 

Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

 

Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB

CERPENIS+…

Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto,
Veven Sp. Wardhana

di Teater Salihara

GRATIS

 

Jumat-Sabtu, 19-20 Juni 2009, 20:00 WIB

Teater ARUK GUGAT

Teater Satu, Lampung

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- 

Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



 

Seri Kuliah Umum MEMIKIRKAN ULANG HUMANISME

di Serambi Salihara

GRATIS

 

Sabtu, 6 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme Klasik Hingga Posmodern 

Pembicara: Bambang Sugiharto (dosen filsafat di Universitas
Parahyangan, Bandung)

 

Sabtu, 13 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme dan Anti-Humanisme

Pembicara: F. Budi Hardiman (dosen filsafat di STF
Driyarkara)

 

Sabtu, 20 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia:
Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer

Pembicara: Goenawan Mohamad (esais dan peminat filsafat)

 

Sabtu, 27 Juni 2009, 16:00 WIB

Humanisme dalam Pemikiran Islam

Pembicara: Luthfi Assyaukanie (koordinator Jaringan Islam
Liberal)

 

 

Sinopsis

 

Konser STRANGE ATTRACTORS

POW Ensemble, Belanda

Teater Salihara

Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB

HTM Rp 50.000,- 

Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)

 

Dua buah komputer dan sebuah gitar elektrik, dimainkan oleh
musisi-musisi berkelas vituoso, menciptakan sebuah dimensi bunyi unik yang
merangkai kejernihan musikal dengan kekayaan bebunyian dan tekstur. Gitar
elektrik merupakan suatu intrumen hibrida yang memiliki sifat setengah akustik,
setengah elektronik. Sebagai penyeimbang kedua dunia, gitar menjadi pasangan
yang cocok untuk seluruh rangkaian komputer. Komputer, sebagai pengolah efek
yang kompleks dan canggih, mampu memanipulasi dan mengubah bunyi gitar, jauh
lebih baik dari efek-efek biasa yang dihasilkan seperti distorsi. 
Komputer-komputer
yang ada juga dapat berfungsi sebagai suatu ansambel yang menghasilkan
bebunyian yang kaya. Tiap komputer yang digunakan memiliki satu set speaker,
begitu pula dengan gitar elektriknya. Dengan demikian, tercipta atmosfer 
semi-akustik
yang memberikan seluruh instrumen kualitas jernih dan intim khas musik kamar.
Sebuah suatu terobosan baru dalam cakupan musik kamar abad 21!

 

POW Ensemble, dibentuk pada tahun 2001 oleh
komponis/saksofonis asal Belanda Luc Houtkamp, merupakan sebuah ansambel kamar
abad 21, yang menggunakan perangkat elektronik dan komputer sebagai intrumen
musik. Musik elektronik dan musik komputer bukan merupakan suatu gaya musik, 
tetapi memiliki potensi untuk bergerak di
antara banyak gaya
dan tradisi musik, dan dapat melompati batas-batasnya. Para
musisi mempergunakan improvisasi, pemrosesan langsung, dan interaksi dengan
instrumen musik lain, baik elektronik maupun akustik. Dengan menghubungkan
komputer kedalam suatu jaringan interaktif, para musisi dan instrumen saling
berinteraksi satu sama lain. Selain Luc Houtkamp (komputer, elektronik),
anggota lain adalah Guy Harries (komputer, elektronik) dan Wiek Hijmans (gitar
elektrik).

 

Dalam pementasan Strange Attractors, POW Ensemble akan
membawakan karya-karya Alwynne Pritchard, Gabriel Provokiev, Chad Langford,
Tomohisa Hashimoto, serta karya Luc Houtkamp dan Guy Harries. 

 

Sebelum pementasan, akan diadakan lokakarya komposisi dan
kursus gitar oleh POW Ensemble, selama tiga hari berturut-turut di Serambi
Salihara dan Teater Salihara. Gratis dan terbuka untuk umum! Untuk informasi
lebih lanjut, hubungi Cantus di 021-750-3161. Program ini didukung oleh
Netherlands Funds for Performing Arts+ (NFPK+).

 

 

CERPENIS+…

Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto,
Veven Sp. Wardhana

Teater Salihara

Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB

GRATIS

 

Acara pembacaan karya sastra di Komunitas Salihara kali ini
menampilkan sejumlah penulis cerita pendek yang juga dikenal sebagai figur
publik di luar lapangan sastra. Mereka sudah lama berkarya, sembari mengerjakan
pekerjaan sehari-hari di bidang masing-masing. Bondan Winarno tersohor sebagai
seorang gourmet yang aktif mengadakan perjalanan kuliner; Bre Redana bekerja
sebagai redaktur seni dan budaya; Debra H. Yatim aktif menggerakkan sejumlah
lembaga swadaya masyarakat; Jujur Prananto berkiprah sebagai penulis skenario
film; dan Veven Sp. Wardhana banyak bergiat sebagai pengamat media dan gaya
hidup urban. Adakah pengaruh dari bidang pekerjaan yang mereka geluti terhadap
karya sastra mereka? Bagaimana para sastrawan itu menemukan kekhasan “suara”
masing-masing lewat 

[Forum Pembaca KOMPAS] Pak Sjafe'i, wartawan yang nyentrik

2008-08-18 Terurut Topik -MGR-
Setiap melihat tempar bersejarah di Jakarta saat ini, saya selalu
teringan tulisan alm. Sjafe'i Hassanbasari (Iie) ini, tulisan yang
kritis dan menggugah kesadaran kita untuk menelusuri tempat2 yang
benar-benar bersejarah.

Pak Sjafe'i, wartawan yang nyentrik, kalau bicara suaranya keras,
merokok tidak pernah berhenti. Saya pernah ke ruang tunggu di redaksi
Kompas di Palmerah, waktu itu diajak Mustofa Abd Rahman wartawan
Kompas di Cairo bertemu dengan Pak Sjafe'i. Di ruangan ber-AC, yang
tentu saja tidak boleh merokok, Pak Sjafe'i merokok Dji Sam Soe.
Sikapnya cair, dan penuh humor. Waktu itu, Mas Tommi (Suryopratomo)
yang masih menjabat pemred Kompas ikut bergabung. Pak Sjafe'i bercanda
Mi.. ini vitamin sambil menyodorkan rokok ke Suryopratomo sambil
tertawa terbahak-bahak. Pak Sjafe'i cerita pengalamannya sebagai
wartawan, dari meliput NU--yang menjadi keahliannya--Senayan, hingga
pameran pesawat, termasuk Sukhoi yang zaman itu sedang menjadi berita.

Ketika keluar kantor Kompas, saya tanya Mas Mustofa, Mas itu Pak
Sjafe'i kok berani banget merokok di ruangan ber-AC dan ada Pemrednya,
apa tidak ada yang melarang? Mas Mustofa menjawab, siapa yang mau
larang dia

Semoga Pak Sjafe'i damai di alam sana. alfatihah..

Guntur


[Forum Pembaca KOMPAS] Acara Ramadhan Salihara Diundur

2008-09-05 Terurut Topik MGR
Salam,

Pemberitahuan, Acara Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan Seni dan Islam 
yang rencananya akan dimulai hari ini Jumat 5 September, diundur ke hari Kamis  
11 September 2008. Agenda kegiatan, waktu, dan lain-lain yang telah diumumkan 
tidak ada perubahan. Berikut jadwal perubahannya:

Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan

SENI DAN ISLAM
Diskusi, Pemutaran Film, Pertunjukan Musik

ISLAM DAN SENI RUPA
Kamis, 11 September 2008
Pemutaran Film, pukul 16.00 WIB, “Persepolis”
Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB
Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis)
Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa)

ISLAM DAN FILM
Jumat, 12 September 2008
Pemutaran Film
Pukul 14.00 WIB, “Le Grand Voyage” 
Pukul. 16.00 WIB, “Cafe Transit”
Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB
Nia Dinata (Sutradara Film)
Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org)

ISLAM DAN SENI PERTUNJUKAN
Jumat, 19 September 2008
Pukul 16.00 WIB, Pemutaran Film-Film Dokumenter tentang Pertujukan Seni di 
Nusantara
Diskusi, pukul 19.00 WIB
Endo Suanda (Direktur Eksekutif Pertunjukan Seni Nusantara)
Hendy Supandi (Pimpinan Gambus Ar-Rominia, Jakarta)

PERTUNJUKAN MUSIK
Sabtu, 20 September 2008, pukul 19.00 WIB
Teumeumeung Rafly – Dwiki Dharmawan

Kontak Rama: 0816-1308-350



  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Kongkow Bareng Gus Dur, Adnan Buyung dan Gus Nuril

2008-09-05 Terurut Topik MGR
Undangan

Acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H, Kedai Tempo edisi hari Sabtu 6 
September 2008 akan
lebih spesial, karena tidak hanya Gus Dur yang akan berbicara, Adnan Buyung
Nasution, advokat senior, aktivis HAM dan anggota Dewan Penasehat
Presiden akan bergabung dalam kongkow-kongkow ini, serta Gus Nuril Arifin 
(Panglima Pasukan Berani Mati). 

Tema Kongkow
edisi ini akan mengulas soal ancaman terhadap Konstitusi Indonesia,
khususnya jaminan hukum terhadap keberagaman, kebebasan, dan hak kelompok 
minoritas. Peristiwa yang terakhir adalah Surat Keputusan Gubernur Sumatra 
Selatan tentang Pelarangan
terhadap Aliran Ahmadiyah.

Datang, dan berdialog langsung dengan tiga tokoh tersebut di Kedai Tempo, pukul 
10.00 WIB, bagi anda yang berada di wilayah JABODETABEK dan tidak sempat hadir, 
silakan simak langsung acara tersebut melalui kanal Green Radio 89.2 FM. Untuk 
anda yang berada di kawasan-kawasan di Nusatara, silakan cari daftar radio anda 
yang menyiarkan acara Kongkow Bareng Gus Dur, di www.gusdur.net.

Informasi lebih lanjut:
kontak: 021-914-06111

silakan sebarkan undangan ini, terima kasih

Kongkow Bareng Gus Dur



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Ramadhan Salihara: Seni dan Islam (Seni Rupa dan Film)

2008-09-09 Terurut Topik MGR
salam,

hanya ingin mengingatkan kembali, undangan komunitas salihara besok kamis dan 
jumat, 11 dan 12 september, ada pemutaran film, buka puasa bersama, dan 
diskusi. untuk topik diskusi besok kamis, islam dan seni rupa, untuk lusa, 
jumat islam dan film. acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.

silakan anda hadir

ISLAM DAN SENI RUPA 
Kamis, 11 September 2008
 
Pemutaran Film Persepolis, 16.00 WIB
Persepolis
adalah film animasi karya sutradara Vincent Paronnaud dan Marjane
Satrapi. Film yang diangkat dari sebuah novel grafik karya Marjane
Satrapi berlatar belakang pergolakan politik di Iran yang berujung
Revolusi Islam tahun 1979. Di sana hidup seorang gadis kecil yang
sangat cerdas dan pemberani bernama Marjane. Suhu politik yang tak
menentu di dalam negerinya, yang dilanjutkan perang dengan negeri
jirannya: Irak, membuat kedua orangtuanya khawatir dan mengungsikannya
ke Wina, Austria. Ia sempat merasakan kebahagiaan di tempatnya yang
baru, walaupun akhirnya ia harus kembali ke Iran karena dilanda
kesepian. Mudik ke Iran, ia mendapati aturan baru: perempuan diharuskan
memakai jilbab. 
 
 
Diskusi, 19.00 WIB
Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis)
Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa)
 
Doktrin yang melarang perupaan terhadap makhluk-makhluk yang memiliki nyawa – 
melalui patung dan lukisan – sangat
populer sebagai ajaran Islam. Akhirnya kesenian jenis ini seakan raib
di masyarakat Islam, bergeser ke arsitektur dan kaligrafi. Namun,
apakah seni rupa tidak pernah hidup dalam masyarakat Islam? Bagaimana
pergulatan seorang santri yang memilih mewujudkan puncak keseniannya
dalam seni rupa? Bagaimana ia mengatasi “hambatan teologis” dan di sini
lain ia harus menelusuri tanpa henti dan mencari capaian-capaian seni?
Apakah Islam pernah menjadi sumber inspirasi terhadap karya-karya seni
rupa? Bila ada yang disebut “seni rupa Islam”, di mana letaknya dalam
ranah dunia seni rupa secara umum? 
 
 
ISLAM DAN FILM
Jumat, 12 September 2008
 
Pemutaran Film Le Grand Voyage, 14.00 WIB
Film ini mengisahkan
seorang anak bernama Reda diminta ayahnya untuk menemani perjalanan
naik haji melalui jalur darat dengan mengendarai mobil dari Perancis ke
Arab Saudi, mereka harus menempuh jarak 5.000 km. Di sepanjang
perjalanan, mereka sering berbeda pendapat, hingga bertengkar. Bagi
sang ayah, perjalanan ini merupakan perjalanan spiritual nan agung,
sedangkan bagi anaknya, perjalanan ini adalah azab membawa sengsara.
Keduanya yang tak pernah bertemu pendapat dipaksa bekerjasama
menaklukkan rintangan dalam perjalanan ini, dan yang lebih penting:
menaklukkan egoisme yang ada dalam diri mereka masing-masing.
Sutradara: Ismael Ferroukhi (2007).
 
Pemutaran Film Cafe Transit, 16.00 WIB
Film ini menceritakan
perjuangan seorang janda dengan dua anak di Iran. Ia menolak tradisi
agar menikah dengan saudara mendiang suaminya. Ia pun memberontak
sebagai perempuan Iran yang diwajibkan menaati ajaran agama dan kultur
masyarakatnya: menjadi istri yang ruang geraknya hanya di rumah. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan kedua anaknya, ia membuka sebuah
kafe peninggalan mendiang suaminya. Di kafe ini ia berhadapan dengan
aparat keamanan yang menjadi centeng agama dan penguasa. Apa lacur,
saudara mendiang suaminya malah bekerja sama dengan aparat itu. Di kafe
ini pula ia menyembunyikan seorang pelarian perempuan yang menjadi
korban perang di negerinya. Bagaimana perempuan itu menghadapi serbuan
yang datang dari segala penjuru? Sutradara: Kambuzia Partovi (2005)
 
Diskusi, 19.00 WIB
Nia Dinata (Sutradara Film)
Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org)
 
Setelah Reformasi ’98,
dunia film Indonesia mengalami peningkatan produksi yang sangat pesat.
Namun, film dengan tema agama masih kalah pamor dibandingkan dengan
film bertema cinta, anak muda, atau horor. Di tahun ini,  film Ayat-Ayat Cinta
menjadi fenomena bila dilihat dari sisi penontonnya. Film ini dipandang
tidak hanya sebagai fenomena dalam industri film, namun sebuah metode
dakwah Islam melalui film. Apakah film ini menunjukkan kecenderungan
baru film bertema agama di masa mendatang? Sementara film-film bertema
“Perempuan dan Islam” di beberapa negara mengalami perkembangan yang
menakjubkan. Film-film itu menceritakan pengalaman perempuan Islam di
tengah perjuangannya melawan patriarki, fundamentalisme, dan kekerasan
yang sering dikaitkan dengan kultur dan ajaran Islam di negerinya.
Film-film produksi Iran adalah contoh dari fenomena ini. Bagaimana
citra perempuan dalam film-film itu, dan mengapa ia menjadi tema yang
menarik untuk difilmkan? Dan bagaimana dengan film tentang perempuan di
Indonesia? Eric Sasono akan membicarakan “Ayat-Ayat Cinta dan Film Islam di 
Indonesia”, sementara Nia Dinata akan mengulas soal “Islam, Perempuan, dan 
Sinema”. 

Untuk keterangan lebih lanjut, sila hubungi  Rama Thaharani di 0816-130-8350, 
www.salihara.org



  
___
Bergabunglah dengan orang-orang yang 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Rangkaian Kuliah tentang Stereotipe di Salihara

2009-02-11 Terurut Topik MGR




RANGKAIAN KULIAH
TENTANG “STEREOTIPE”

 

Setiap Sabtu
tanggal 7, 14, 21, dan 28 Maret 2009 di Komunitas Salihara

 

Stereotipe adalah
prasangka terhadap jenis atau watak orang dalam golongan tertentu. Stereotipe
bisa positif dan negatif, namun keduanya bukan sebagai kebenaran. Jenis-jenis
stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang
negatif bertingkat-tingkat, dari sebab pengamatan yang dangkal hingga
stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok.
Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe
yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa
menyebabkan benturan hingga kekerasan. 

 

Dalam “Rangkain
Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau
pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa
stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia
dibangun.  

 

Dalam tema “Orang
Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya
membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus
Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra
Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam
karya-karya literatur era Kolonial. 

 

Dalam “Orang Bali
dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan
diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang
Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme
dan erotisme.  Dan dalam kuliah “Orang
Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga
sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film
mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral:
mabok, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. 

 

Sabtu, 7 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara
Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina)

 

Sabtu, 14 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara 
Widjajanti
Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang)

 

Sabtu, 21 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean
Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni
budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris,
Prancis dan Indonesia).

 

Sabtu, 28 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric
Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org)

 

Komunitas
Salihara

Jalan Salihara No
16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatanwww.salihara.org, 
salih...@yahoogroups.com
 




  Pemerintahan yang jujur  bersih? Mungkin nggak ya? Temukan jawabannya di 
Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK

2009-02-15 Terurut Topik MGR
Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK

Komunitas Utan Kayu mengundang anda hadir dalam acara Dialog Manifes 
Kebudayaan dan Lekra yang akan diselenggarakan di Teater Utan Kayu (TUK), Rabu 
18 Februari 2009 pukul 14.00 WIB. Acara ini diadakan untuk mendiskusikan buku 
Menoleh Silam Melirik Esok karya JJ Kusni (anggota Lekra) yang diterbitkan 
oleh Ultimus Bandung Februari 2009. Akan hadir sebagai pembicara JJ Kusni 
(Pengarang) dan Taufiq Ismail (Pengulas) dan Ikranegara sebagai moderator.

Dalam diskusi ini nanti, kami mengundang tokoh-tokoh dari Manifes Kebudayaan 
dan Lekra serta organisasi-organisasi yang terlibat polemik di Indonesia tahun 
60-an. Seperti Joesoef Isak, Amarzan Loebis, Goenawan Mohamad, Putu Oka 
Sukanta, Amrus Natalsya, dan lain-lain. Kami juga berharap sastrawan dan 
aktivis generasi muda hadir dalam acara ini untuk memberikan komentar dan 
tanggapan baik atas polemik yang pernah terjadi antara Manifes Kebudayaan dan 
Lekra atau dalam dialog ini nanti.

Kami tunggu kehadiran anda di Teater Utan Kayu (TUK), Jalan Utan Kayu No 68H 
Jakarta Timur

Salam,

Mohamad Guntur Romli

===

Buku ini menarik untuk dibaca bagi mereka yang ingin menilik lebih jauh 
perselisihan sastra di Indonesia di tahun 1960-an—yang umumnya disederhanakan 
sebagai “polemik antara Lekra dan Manikebu”. Ia dimulai dengan statemen Taufiq 
Ismail untuk menyambut “perdamaian total”, atau “rekonsiliasi” antara kedua 
“kubu” itu.
 
Dengan bahasa yang santun dan jelas, Kusni menyusun jawabannya terhadap 
statemen Taufiq Ismail. Maka sebuah dialog tampaknya kembali dibuka—meskipun 
saya tak tahu pasti apakah dengan demikian kita akan bisa menyaksikan sebuah 
“rekonsiliasi”. Sangat mungkin yang terjadi adalah sebuah daur ulang—meskipun 
tak berarti hanya sia-sia. 

Goenawan Mohamad dalam Pengantar di buku ini. 

Sebuah audit dendam akan berkepanjangan dan tak jelas kesudahannya. Dan dari 
kuburnya Marx dan Lenin tetap saja mengulurkan rantai kesumat yang di Indonesia 
ujungnya masih membelit bangsa. Saya menyarankan perdamaian total, lebih maju 
selangkah ketimbang rekonsiliasi. PERDAMAIAN TOTAL. Rantai dendam yang membelit 
bangsa itu harus segera dipotong habis.

Taufiq Ismail Tentang Rekonsiliasi, Tentang Perdamaian Total

Dogmatisme, keusangan, kerapuhan, dan kekeroposan terjadi baik pada kalangan 
kiri dan maupun golongan kanan

JJ. Kusni
    



  Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi: Radikalisasi di Sekolah Negeri

2009-02-22 Terurut Topik MGR
Diskusi Komunitas Utan Kayu-Salihara

Selasa 24 Pebruari 2009, pukul 19.00 WB
Di Teater Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur

Radikalisasi di Sekolah Negeri

Dalam acara  Hari Ulang Tahun Sekolah (LUSTRUM) di SMUN ternama di Yogyakarta, 
di tahun 2006 dan 2007,  para siswi dilarang tampil  bernyanyi. Pasalnya ada 
anggapan yang tumbuh subur di sekolah itu “suara perempuan termasuk aurat”. 

Di SMUN di Sumatra Barat, ajaran intoleran dikembangkan via “ekskul” keagamaan. 
Salah satu doktrin yang disebarkan, “Kita harus percaya kepada saudara seiman 
sampai terbukti mereka  tidak baik. Akan tetapi dengan lain iman, wajib 
berprasangka buruk dulu, sebelum terbukti mereka baik dan tulus”. 

Di SMUN Cianjur ditemukan Pelatihan “Tentara Tuhan” yang pekat dengan langgam 
beragama yang penuh kemarahan dan difasilitasi oleh pihak sekolah secara resmi. 
  
Beberapa temuan di atas adalah cuplikan  hasil penelitian “Kaum Muda dan 
Regenerasi Gerakan Keagamaan Fundamentalis di Sekolah Umum” (2008) yang 
dilakukan oleh Farha Ciciek dkk. Secara umum penelitian yang diadakan di tujuh 
kota (Padang, Jakarta, Pandegelang, Cianjur, Cilacap, Yogyakarta dan Jember) 
mencatat bahwa kekuatan berbagai kelompok fundamentalis di sekolah umum negeri 
telah cukup mapan. 

Fenomena di atas tidak terlepas dari perubahan sosial politik yang terjadi di 
tanah air dalam beberapa dasawarsa belakangan. Di sekolah-sekolah umum negeri 
tersebut, pada umumnya proses “fundamentalisasi” diawali dengan kegiatan dan 
pendekatan informal. Dalam perkembangannya upaya  “formalisasi” dilakukan. 
Dalam hal ini organisasi ekstra kulikuler keagamaan merupakan ujung tombak 
proses ini.

Ikuti diskusinya dengan Farhah Ciciek (aktivis, peneliti, dan konsultan isu 
agama dan jender) dan Azyumardi Azra (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah dan 
pakar pendidikan). 

Farhah Ciciek, aktivis, peneliti dan konsultan isu agama dan gender. Saat ini 
menjadi associate pada Semarak Cerlang Nusa: Consultancy, Research and 
Education for Social Transformation ((SCN CREST). Selain melakukan penelitian, 
ia terlibat dalam advokasi masyarakat (terutama komunitas pesantren dan 
sekolah). Hasil penelitiannya bersama Tim bertajuk  Proses “Konservatisasi 
Agama” di Sekolah Umum  tahun 2008, akan dipresentasikan dalam diskusi ini. 
Pada tahun 2005, terpilih sebagai salah satu dari  “1000 Peace Women” yang 
dinominasikan untuk NoblePeacePrize. 

Azyumardi Azra, pemikir islam pembaru, sejarahwan, mantan rektor UIN Syarif 
Hidayatullah, dan sekarang menjadi direktur pascasarjana UIN Syarif 
Hidayatullah, mendapat gelar doktor dari Universitas Colombia, Amerika Serikat 
dengan disertasi, The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks 
of Middle Eastern and Malay-Indonesian `Ulama in the Seventeenth and Eighteenth 
Centuries. 

Tidak dipungut biaya




  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Kuliah Orang Islam dalam Karya Pramoedya

2009-03-06 Terurut Topik MGR
RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE DALAM SENI”

Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer

Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB,
Pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina)

===
MOHON KONFIRMASI 

Kawan-kawan yang budiman

Kami berharap konfirmasi anda sekali lagi untuk
keperluan: menyiapkan tempat (acara akan digelar di ruang serba guna
salihara yang hanya memuat 70 orang) namun dari undangan melalui facebook sudah
lebih 170 orang yang ingin datang, kemungkinan besar akan dipindanh ke
teater salihara yang berkapasitas 230 orang.

Selain itu
menyiapkan penggandaan makalah nanti. Untuk itu, kami berharap anda
mengirimkan konfirmasi lagi ke email gun...@salihara.org atau mengirim
pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 

Sekian dan terima kasih

Mohamad Guntur Romli 


Stereotipe
adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh
dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam
masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan:
dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber
dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah
hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja
dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa
menyebabkan benturan hingga kekerasan. 

Dalam “Rangkain Kuliah
tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja
atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari
sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan
untuk tujuan apa ia dibangun. 

Dalam tema “Orang Islam dalam
Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya
membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya:
Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. 

Sedangkan dalam “Orang
China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China
digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. 

Dalam
“Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga
imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya
kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan
erotisme. 

Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film
Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia
menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka.
Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral:
mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. 

Sabtu, 7 Maret
2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer”
pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina)

Sabtu,
14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra
Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi
Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang)

Sabtu, 21 Maret 2009 pukul
16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean
Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni
budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa
Inggris, Prancis dan Indonesia).

Sabtu, 28 Maret 2009 pukul
16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric
Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org)

Komunitas Salihara
Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatan 

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=585



  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara

2009-03-12 Terurut Topik MGR




Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara

 

Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16:00 WIB, “Orang China dalam
Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi
Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang)



Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan
negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari
kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang
majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang
dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau
kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun
steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan
umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan.



Dalam rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” ini, jenis-jenis
stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik.
Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja,
dan untuk tujuan apa ia dibangun.





Untuk konfirmasi silakan kirim ke email gun...@salihara. org
atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057

 

Gratis



=

 

Konser oleh Dwiki Dharmawan dkk.



Topeng Jazz mendemonstrasikan serpihan “praktik perubahan” dalam kesenian yang
sedang berjalan di Indonesia. Bagaimana kesenian tradisional yang menentukan
ciri khas suatu lingkungan budaya mampu—atau tak mampu—menyongsong tuntutan
kebangsaan baru lewat kreativitas. Dwiki Dharmawan adalah salah satu musisi
yang selalu gelisah, saat ini banyak memusatkan perhatiannya pada ragam-ragam
kesenian tradisional dalam mengembangkan ide dan inovasi baru. Salah satu di
antaranya: mengambil tari topeng dan meramunya dengan jazz, yang menurutnya:
perpaduan nasionalisme dan internasionalisme.



Dalam pementasan Topeng Jazz, Dwiki Dharmawan akan melibatkan penari topeng Uum
Sumiati, serta sejumlah pemusik seperti Titi Aksan (drums), Eugen Bounti
(klarinet/saksofon alto), Donny Kuswinarno (saksofon tenor/flute), Bang Sa'as
(suling), serta Ade Rudiana (kendang).



Dwiki Dharmawan, lahir di Bandung 19 Agustus 1966. Belajar piano klasik di usia
7 tahun, di usia 13 tahun mulai belajar musik jazz. Di usia 17 tahun mendirikan
Grup Krakatau yang sampai saat ini terus berkeliling dunia dan tampil pada
berbagai konser dan festival internasional, seperti Montreux Jazz, North Sea
Jazz, Toronto Jazz, Vancouver Jazz, Festival Cervantino, dan Sziget Festival.
Tampil juga pada berbagai tempat seni pertunjukan terkemuka seperti Lincoln
Center, Chicago Cultural Center, Esplanade, Beijing Concert Hall, serta Beijing
National Center for the Performing Arts. Selain seorang pemusik, Dwiki juga 
Direktur
Lembaga Pendidikan Musik Farabi dan anggota komite musik Dewan Kesenian
Jakarta.



Hari/tanggal: SABTU, MARET 14 , 2009 

Waktu : 20:00 WIB (Tempat parkir terbatas.)



Harga tiket:

Umum (Rp) 5

Mahasiswa (Rp) 25000



Reservasi dan informasi:

Asty 0817-999-5057

Laly 0812-8008-9008

Nike 0818-0730-4036

 

Selamat berakhir pekan di Salihara :) 

 

www.salihara.org

Kutipan dari makalah Widjajanti:
Dari Borneo sampai Batavia
Seabad imaji orang Cina dalam sastra Indis-Belanda


“Tanpa orang Cina kami pasti banyak kekurangan. Kendati demikian kami 
menganggap rendah pemakan daging anjing itu”.

Kalimat itu ditulis W. A. van Rees dalam memoarnya, yang diberi judul Novellen; 
levensschetsen en krijgstafereelen. Herinneringen uit de loopbaan van een 
Indisch Officier (Novela, memoar dan adegan perang; Kenangan dari karier 
seorang perwira Indis-Belanda) yang diterbitkan tahun 1881. Kali pertama saya 
membaca kalimat ini, saya heran dan tersinggung. 

Heran karena tidak mengerti, karena apa orang Cina dikatakan pemakan daging 
anjing? Saya sendiri masih bisa dikelompokkan orang Cina―mengenai ini, marilah 
kita nanti berdiskusi―tetapi tidak pernah makan daging anjing, sebaliknya saya 
tahu ada kelompok etnis lain yang gemar makan daging anjing, karena di pesta 
orang Manado saya pernah disuguhi rendang daging anjing. Orang Cina tidak suka 
makan daging anjing. Mereka suka daging babi. Kita sudah menyinggung berbagai 
stereotipe di sini! 

Hal kedua yang saya herankan, adalah bahwa ternyata dari ungkapan Van Rees, 
“kami”, yang tidak lain adalah orang Belanda, ternyata menganggap rendah orang 
Cina. 

Padahal setahu saya―stereotipe lagi!―orang Cina merupakan “anak emas” orang 
Belanda dan selalu diberi hak-hak istimewa. Kok bisa dianggap rendah? Yang 
lebih mengherankan lagi, adalah bahwa sosiolog J. A. A. van Doorn, yang memuat 
pernyataan Van Rees dalam bukunya De laatste eeuw van Indië. Ontwikkeling en 
ondergang van een koloniaal project (Abad terakhir Hindia, pertumbuhan dan 
keruntuhan sebuah proyek kolonial, 1994) menyatakan bahwa apa yang ditulis Van 
Rees “mengungkapkan dengan gamblang apa yang hanya berani dipikirkan orang 
lain”. Berarti bahwa secara umum, orang Belanda 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau

2009-03-20 Terurut Topik MGR
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=619

Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau

Jean Couteau seorang budayawan dan penulis asal Prancis yang lebih dari 24 
tahun mendalami seni budaya Bali akan memberikan kuliah di Serambi Salihara 
Sabtu 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB. 

Jean Couteau akan mengulas salah satu topik dari rangkaian kuliah tentang 
“Stereotipe dalam Seni” yaitu “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”. Judul 
ceramah yang akan dipresentasikan oleh Jean Couteau adalah “Representasi 
Indonesia dan Bali dalam Ikonografi Barat”. 

Dalam makalah tersebut akan diulas bagaimana suatu korpus gambar―yaitu lukisan 
yang dibuat para seniman Barat pada masa penjajahan—mencerminkan 
representasi-representasi sosial yang umum hadir pada waktu itu di kalangan 
orang Eropa/Belanda tentang Indonesia. Dengan lain kata, korpus gambar, dilihat 
dari sudut isi tematisnya, dianggap mengandung suatu “ideologi”, nyata maupun 
terselubung, sadar maupun tidak sadar, yang merefleksikan situasi sosio-politik 
yang berlaku pada waktu yang bersangkutan.

Jean Couteau akan mengulas gambar-gambar yang dibuat oleh orang Eropa dari abad 
ke-17 hingga gambar-gambar yang dilukis oleh Spies, Claire Holt, Colin Mac 
Phee, Margaret Mead, Gregory Bateson, Bonnet, Le Mayeur, Blanco, dan lain-lain 
tentang Indonesia khususnya orang Bali.

Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Silakan konfirmasi 
terlebih dahulu dengan mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057.





  Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Butuh Kontak Arundhati Roy (the God Small Things)

2009-01-06 Terurut Topik MGR
salam,

saya membutuhkan kontak Arundhati Roy penulis novel the God Small Things, jika 
anda yang memiliki email, nomer telepon, atau email yang bisa dihubungi, saya 
berharap bisa mengirimkan ke email saya ini

terima kasih

Mohamad Guntur Romli

Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

moha...@guntur.name

http://guntur.name/


  Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Salihara Januari 2009

2009-01-07 Terurut Topik MGR
Salam,

Setelah
sukses menyelenggarakan Festival Salihara pada bulan Oktober hingga
Desember 2008 lalu, Komunitas Salihara kembali menghadirkan
program-program kesenian dan pemikiran. Di bulan Januari 2009 ini, kami
akan mempersembahkan pementasan teater, musik, dan diskusi buku.

Dari tanggal 15 hingga 17 Januari 2009 kami akan menghadirkan Teater Gandrik 
dari Yogyakarta yang akan mementaskan Sidang Susila,
sebuah lakon karya Ayu Utami dan Agus Noor. Cerita ini mengulas sebuah
Undang-Undang Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat. 

Dikisahkan
bahwa dengan berlakunya Undang-undang Susila ini maka segala macam
bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan. Penangkapan
besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila terjadi.
Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun
ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah
Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu
kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual,
ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban. 

Lakon
ini merupakan parodi terhadap Undang-undang Pornografi yang telah
disahkan oleh DPR dan Pemerintah yang hingga saat ini masih menjadi
perdebatan dan kontroversi serta aksi-aksi penolakan dari beberapa
daerah di negeri ini.

Pada tanggal 22 Januari 2009, di Teater Utan Kayu (Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta 
Timur), kami akan menggelar diskusi buku Kembalinya Politik
terbitan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Seperti yang kita
ketahui istilah politik di Indonesia dewasa ini telah menjadi semacam
olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan uang. Buku ini
berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan bagaimana politik
tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan, namun
juga dengan manusia sebagai makhluk politik yang terus mencari
filsafat—yang mencintai kebenaran sebagai tujuan perjalanan hidupnya.
Buku ini juga melancarkan kritik tajam terhadap individualisme,
liberalisme dan kapitalisme yang dianggap bertentangan dengan konsep
kebebasan politik. 

Ikuti
diskusinya dengan A. Setyo Wibowo, SJ (pengajar di STF Driyarkara,
Jakarta) yang akan memberikan ulasan kritis terhadap buku ini, dan
Rizal Mallarangeng (Direktur Eksekutif Freedom Institute), seorang
tokoh pemikiran liberal Indonesia yang akan menjawab kritik dalam Kembalinya 
Politik.

Pada
tanggal 23 Januari 2009, di Teater Salihara akan digelar sebuah
pergelaran unik: Konser Musik Piano Anak Kontemporer. Konser ini akan
menampilkan karya-karya musik piano untuk anak yang ditulis oleh
sejumlah komponis kontemporer terkemuka dunia seperti Sofia
Gubaidulina, Gyorgy Kurtag, Helmut Lachenmann, Witold Lutoslawski, Toru
Takemitsu, dan Anton von Webern. 

Nomor-nomor
musik piano yang akan dibawakan oleh para siswa Konservatorium Musik
Jakarta ini mencerminkan kepedulian para komponis besar tersebut
terhadap perkembangan dan pengembangan pendidikan musik. Sebagian karya
itu masih menggunakan konsep-konsep klasik, dan sebagian lagi
menggunakan pendekatan baru yang menarik dalam memperkenalkan estetika
bunyi dan suara. Bertindak sebagai pengarah acara dan direktur artistik
acara ini adalah pianis Adelaide Simbolon.

Oleh
karena itu, jangan lewatkan program-program menarik Komunitas Salihara
pada bulan Januari 2009 ini. Untuk informasi lebih lengkap anda bisa
kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau, bisa langsung hubungi
Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau Nike 0818-0730-4036
untuk pemesanan tiket.

Selamat Natal 2008, Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430, dan Selamat Tahun Baru 
Masehi 2009.  

Salam hangat,



Rama Thaharani
Public Relations Komunitas Salihara


  Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Kongkow Gus Dur:Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK

2009-01-09 Terurut Topik MGR
Salam,

Kami mengundang anda untuk hadir dalam Acara Kongkow Bareng Gus Dur dalam topik 
Nasib Toleransi Beragama dalam Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf 
Kala. 

Topik ini akan berangkat dari laporan the Wahid Institute yang menemukan adanya 
232 pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama sepanjang tahun 2008 di 
Indonesia. 

Angka ini sangat fantastis apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari 
laporan Setara Institute (2007) yang menemukan jumlah pelanggaran 'hanya' 137 
kasus.

Menurut penelitian itu pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama mayoritas 
dilakukan oleh negara, MUI, dan milis sipil. 

Mengapa ada peningkatan jumlah pelanggaran di tahun 2008? Bagaimana kebijakan 
pemerintahan SBY-JK dalam kasus ini?  Dan bagaimana masa depan kebebasan 
beragama di Indonesia? 

Untuk mengetahui lengkapnya anda bisa hadir dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur 
(KH Abdurrahman Wahid) di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, Sabtu 10 
Januari 2008, pukul 10.00 WIB.

Narasumber tamu: KH Nuril Arifin (Pengasuh Pondok Pesantren al-Nuriyah Soko 
Tunggal, Semarang) dan Dr. Ahmad Rumadi (Peneliti dari the Wahid Institute).  

Untuk anda yang berada di wilayah Jabodetabek, bisa mengikuti acara ini secara 
langsung di Green Radio 89.2 FM Jakarta.

Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

moha...@guntur.name

http://guntur.name/


  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan: Mimbar Seribu Harapan untuk Munir dan Korban di Gaza

2009-01-09 Terurut Topik MGR




UNDANGAN

 

HIDUP ADALAH
HARAPAN

 

Mimbar Seribu Harapan

Doa Untuk Munir
dan Korban Perang Di Gaza

 

Penuntasan kasus pembunuhan aktivis Hak Azasi Manusia
(HAM) Munir semakin tidak menentu ketika Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan
membebaskan Muchdi PR. Ini berarti, negara semakin toleran atas praktek
impunitas, yang secara langsung mengancam jalannya roda demokrasi dan keadilan 
di
tanah air. Sudah saatnya kita mendesak negara untuk menuntaskan kasus
pembunuhan Munir. 

Pada saat yang sama masyarakat sipil di Jalur Gaza Palestina menjadi korban
perang. Ratusan anak-anak yang tidak berdosa, sekolah, rumah sakit dan rumah
ibadah menjadi sasaran perang. Pasukan pemerintah Israel dan HAMAS memilih 
menggunakan
kekuatan senjata yang mengakibatkan kekerasan terhadap masyarakat sipil. 

Perang
selalu membawa bencana kemanusiaan, perang tidak hanya menghasilkan korban
fisik tetapi juga kehilangan harapan dan masa depan. Sementara di tanah air, 
kita melihat
elit-elit politik  mempolitisasi korban
perang di Jalur Gaza untuk kepentingan pemenangan Pemilu 2009, dan politisasi
agama menjadi referensi untuk menilai perang di Gaza.

 

Puisi, orasi, dan doa akan menghiasi ”Mimbar Seribu Harapan,
Doa Untuk Munir dan Korban Perang Di Gaza Palestina”.

 



Pengisi Acara

 

KH Abdurrahman Wahid, M. Syafii Anwar, Romo Benny Susetyo, Gumirat, Ifdhal
Kasim, Nia Dinata, Goenawan Mohamad, Efek Rumah Kaca, Amir Sadewo, Asfinawaty, 
Muhammad
Sobari, Sitok Srengenge, KH Nuril Arifin (Gus Nuril), Pdt Emmy Sahertian, Chalid
Muhammad, Dawam Rahardjo, Mira Lesmana, Riri Riza, Iwan Fals, Dewi
Lestari,  Sr. Eugene, Kemala Chandrakirana,
Wardah Hafidz, Karlina Supeli

 

 

Waktu dan Tempat

 


 
  
  Hari/Tanggal
  
  
  :
  
  
  Minggu, 11
  Januari 2009
  
 
 
  
  Waktu
  
  
  :
  
  
  15.00-selesai 
  
 
 
  
  Tempat
  
  
  :
  
  
  Taman Menteng,
  Jl. HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat (ex Stadion Persija Menteng)
  
 


 

 

Penyelenggara

 

Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), Wahid Institute, Kontras,
Kasum, ILRC, LBH Jakarta, ICRP, Freedom Institute, MADIA, Arus Pelangi, Jurnal
Perempuan, Yayasan Paras, HuMa, ICW, Komnas Perempuan, Komnas HAM, Komunitas 
Utan
Kayu (TUK), Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Komunitas Salihara, Green Radio,
Kongkow Bareng Gus Dur, Kapal Perempuan, CC GKI 
Urban Poor Consortium (UPC)

 

Contact Person: Asfinawati (0812-821-8930), Nong Darol
Mahmada, Andy Panca, Uli Parulian S , John Muhammad 

 



Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

moha...@guntur.name

http://guntur.name/


  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pementasan Teater Gandirik di Salihara (Sidang Susila)

2009-01-13 Terurut Topik MGR
TEATER GANDRIK



Sidang Susila



Undang-Undang
Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat—ditetapkan secara
sah dan meyakinkan. “Dengan berlakunya Undang-undang Susila ini, maka
secara konstitusional kita telah menjadi bangsa yang bermoral dan
bertata susila,” demikian ditegaskan oleh tokoh Jaksa. Maka segeralah
disusun Garis-garis Besar Haluan Moral Negara, di mana segala macam
bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan dengan seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.






Terjadilah
penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila.
Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun
ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah
Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu
kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual,
ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban.



Segera
Susila disidang, diperlakukan sebagai pesakitan yang menjijikkan. Dia
dianggap lebih berbahaya dari psikopat. Susila didakwa berlapis-lapis,
agar masyarakat tahu betapa berbahayanya penjahat susila seperti dia.
Tapi sesuatu terjadi di luar rencana. Banyak masyarakat yang kemudian
menjadikan Susila sebagai ikon perlawanan. Susila dianggap pembangkang
yang berani menentang Undang-undang Susila. Alih-alih menjadi
pesakitan, di mata sebagian orang, Susila malah dianggap idola.






Sementara itu banyak tokoh—seperti Hakim, Jaksa, Pembela, Kepala 
Keamanan—berusaha
mencari kesempatan dari “poyek susila” itu. Bahkan sebagian dari mereka
berusaha menyembunyikan perilaku amoral dan asusila mereka dengan
kepura-puraan yang adil dan beradab.






Lakon Sidang Susila karya Agus Noor dan Ayu Utami ini akan dibawakan oleh 
Teater Gandrik (Yogyakarta) yang dipimpin oleh Butet Kartaredjasa.






Waktu:



KAMIS, 15 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB

JUM'AT, 16 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB

SABTU, 17 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB

 






Harga tiket:







Umum (Rp) 10



Mahasiswa (Rp) 5

Untuk informasi
lebih lengkap anda bisa kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau,
bisa langsung hubungi Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau
Nike 0818-0730-4036 untuk pemesanan tiket.



http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=3id=26item_id=533








  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Butet: Sidang Susila Lebih Segar

2009-01-13 Terurut Topik MGR
Pementasan Sidang Susila
di Teater Salihara 15-17 Januari ini akan lebih segar. Demikian janji
Butet Kartaredjasa, pimpinan sekaligus aktor Teater Gandrik saat
ditemui di Kedai Salihara hari ini (14 Januari 2009). Naskah Sidang Susila
yang ditulis oleh Ayu Utami dan Agus Noor ini pernah dipentaskan di
Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 21-21 Pebruari tahun lalu.
Waktu itu pertunjukan tersebut menuai sukses besar. 

“Secara garis
besar memang tidak banyak perubahan dari pementasan tahun lalu, namun
pertunjukan kali ini akan disegarkan melalui celetukan, humor, sindiran
dan percakapan spontan,” kata Butet. Sidang Susila adalah parodi
terhadap “Undang-undang Porno” yang telah disahkan oleh Pemerintah
akhir bulan Oktober 2008. 

Pada
pementasan tahun lalu, Undang-undang yang melahirkan kontoversi dan
penolakan di mana-mana ini masih berbentuk rancangan undang-undang dan
mengalami perubahan besar. Versi pertama diusulkan bernama Rancangan
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP), namun di tengah
perjalanan istilah “pornoaksi” ditolak dan dihapus. 

Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dari pihak Pemerintah yang sebelumnya kokoh menolak
Undang-Undang ini akhirnya menerima usulan rancangan terbaru yang konon
telah diperbaiki. Di DPR, pengesahan Undang-undang ini sangat alot dan
diboikot oleh dua fraksi, PDI-P dan PDS. Setelah disahkan Undang-undang
ditolak diterapkan di beberapa wilayah seperti Bali, Menado, Papua, dan
NTT. 

Perjalanan dan perkembangan terakhir “Undang-undang Porno” ini memberikan 
bahan-bahan bagi pertunjukan Sidang Susila di Teater Salihara. 

“Kita kan tahu, ada yang sangat mendukung Undang-undang Porno, tapi di rumahnya 
menyimpan Majalah Playboy, ini
sangat menarik bagi kita dan akan dimasukkan agar pertunjukan sekarang
lebih segar” kata Butet. “Selain itu, ada perkembangan politik, ekonomi
dan sosial di Indonesia yang bisa ditambahkan, seperti terdakwa kasus
pembunuhan Munir yang justru lepas dan masih banyak lagi tema-tema
lain, nah kekuatan pertunjukan ini terletak pada spontanitas, sindiran,
celetukan dan humor, “ tambah Butet.

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=541



  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teat er Utan Kayu

2009-01-20 Terurut Topik MGR
Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teater Utan Kayu

Komunitas Salihara-Utan Kayu akan menyelenggarakan diskusi buku Kembalinya 
Politik, Kamis 22 Januari 2009 pukul 19.00 WIB. A. Setyo Wibowo SJ, Pengajar di 
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan Rizal Mallarangeng, Direktur 
Eksekutif Freedom Institute akan menjadi pembahas. Buku ini merupakan kumpulan 
tulisan tentang pemikiran politik kontemporer yang diterbitkan oleh Perhimpunan 
Pendidikan Demokrasi (P2D). 

Diskusi ini berangkat dari realitas politik di Indonesia dewasa ini yang telah 
menjadi semacam kata olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan duit. 
Buku “Kembalinya Politik” berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan 
bagaimana politik tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan 
saja, namun manusia sebagai “makhluk politik” yang terus mencari filsafat: yang 
mencintai kebenaran sebagai ujung dari pejalanan hidup manusia. 

Buku ini melancarkan kritik yang tajam terhadap individualisme, liberalisme dan 
kapitalisme yang menurutnya bertentangan dengan konsep “kebebasan politik”. 
Hingga konsep demokrasi yang dituding “radikal”, karena menganggap demokrasi 
sebagai “penanda kosong”. 

Romo Setyo akan memberikan ulasan secara kritis terhadap buku ini, sedangkan 
Rizal Mallarangeng sebagai tokoh politik liberal di Indonesia akan memberikan 
jawaban-jawaban terhadap kritik dari buku Kembalinya Politik ini. Sementara 
Robertus Robert dari Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) akan menjadi 
moderator. Diskusi ini akan digelar di Teater Utan Kayu, di Jalan Utan Kayu No 
68H, Jakarta Timur. 

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=549



  
___
Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.
Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang.
http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Bincang-bincang dengan Theorode Friend

2008-10-21 Terurut Topik MGR
UNDANGAN

Kepada yth.

Ibu/Bapak/Saudara

Dengan hormat,

Komunitas
Utan Kayu mengundang anda dalam acara bincang-bincang bersama Theodore
Friend--penulis buku Indonesian Destinies--yang saat ini sedang
melakukan studi tentang Perempuan dan Islam di beberapa negara:
Indonesia, Pakistan, Iran, Saudi Arabia dan Turki. Bincang-bincang kita
nanti dengannya akan mengulas pada persoalan Perempuan: Indonesia and Dunia 
Islam, khususnya pada kebijakan-kebijakan yang diskriminatif di negeri-negeri 
itu terhadap perempuan.

Acara ini akan berlangsung pada:


Hari/tanggal  : Selasa, 21 Oktober 2008
Waktu  : 19.00 WIB
Tempat : Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta

Kami menantikan kehadiran anda pada diskusi yang menarik ini. Mohon konfirmasi 
terlebih dahulu ke Guntur: [EMAIL PROTECTED] 

Terima kasih.

Salam,

 
Mohamad Guntur Romli
Koordinator Diskusi Komunitas Utan Kayu



Theodore
Friend

Theodore, a teacher, historian and novelist with twenty-one years' experience 
  as president of two leading private organizations, is now a Senior Fellow 
  of the Foreign Policy Research Institute, Philadelphia. In 2003, Harvard 
  University Press published his latest book, Indonesian Destinies. 
  For the educated lay reader, he tells the story of the Indonesian nation 
  state, from revolution against the Dutch through solving of the terrorist 
  bombing in Bali. In doing so, he conveys the anthropological and 
religious 
  variety of Indonesia, and differences among its several layers of Islam. 
  In 2004, he served as C.V. Starr Distinguished Visiting Professor of 
Southeast 
  Asia Studies at Johns Hopkins University, School of Advanced 
International 
  Studies, Washington, DC. Management: President, Eisenhower Exchange 
Fellowships, 
  1984-96 President, Swarthmore College, 1973-82 


  Theodore's other Publications:  Between Two Empires: The Ordeal of the 
  Philippines, 1929-1946, was published by Yale University Press in 1965, 
  and won the Bancroft Prize in American History, Foreign Policy, and 
Diplomacy 
  (1966). In 1988, Princeton University Press published his major 
comparative 
  history: The Blue-Eyed Enemy: Japan Against the West in Java and Luzon, 
  1942-1945. Of it, a leading reviewer said: one of the most distinguished 
  and literate Southeast Asian historians…seeks to understand three Asian 
  and two Western cultures and is informed by psychological, philosophical 
  and historical literature in half a dozen languages….[An] elegantly 
presented 
  feast. Other Awards and Honors: Fulbright Scholar (Philippines 1957-59); 
  Rockefeller Foundation Fellow in International Relations (1961-62); NDEA 
  Post-Doctoral Fellow for study of Indonesian language (1966-67); 
Guggenheim 
  Foundation Fellow (1967-68) in Indonesia, Philippines and Japan; Honorary 
  Doctor of Laws degree, Williams College (1978); Fellow, Woodrow Wilson 
International 
  Center for Scholars (1983-84); Fellow, Rockefeller Center for Artists and 
  Scholars, Bellagio (1988); Dwight D. Eisenhower Medal for Leadership and 
  Service (1997). Current Activities Related to International Affairs: 
Senior 
  Fellow, FPRI; Board of Advisors, United States-Indonesia Society; 
Executive 
  Committee, American-Indonesian Interreligious Initiative; Board of 
Directors, 
  Metanexus Institute on Religion and Science; President Emeritus and 
Trustee, 
  Eisenhower Fellowships; Chairman Emeritus and Member, Executive 
Committee, 
  Philadelphia Committee on Foreign Relations; Member, Council on Foreign 
  Relations (New York City). 


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pementasan Teater Lungid di Teater Salihara

2008-10-23 Terurut Topik MGR
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=3id=26item_id=305

JUM'AT, 24 OKTOBER  2008 - SABTU, 25 OKTOBER  2008; 20.00 WIB  


Pementasan Teater oleh Teater Lungid, Surakarta

Tuk, karya mendiang Bambang Widoyo SP, berkisah tentang masyarakat magersaren
(tempat tinggal sewa tak resmi, yang ditempati secara turun-tumurun),
dengan rumah-rumah petak, reyot, sesak, dan mengelilingi sebuah sumur
yang digunakan beramai-ramai. Pada sebuah sumur itulah kehidupan warga 
magersaren bertemu dan saling berbagi rasa.

Hampir semua penghuni berpenghasilan tidak tentu. Mbah Kawit (diperankan Wahyu 
‘Inonk’ Widayati), hidup dengan mengandalkan belas kasih para tetangganya. Mbah 
Kawit menganggap seluruh penghuni magersaren sebagai momongannya, anak-cucu 
atau saudaranya sendiri. Hanya merekalah yang ia miliki, penghuni tetap 
magersaren yang sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, beranak pinak.

Konflik Tuk dimulai ketika muncul desas-desus penjualan magersaren dan diakhiri 
dengan meninggalnya Mbah Kawit, hanya karena kesusahannya memikirkan magersaren 
yang akan dijual, ke mana mereka akan tinggal, hingga mimpi-mimpi buruk tentang 
magersaren yang selalu hadir, yang menyusahkan, yang semakin menggerogoti 
usianya yang memang sudah uzur.

Pertunjukan Tuk oleh Teater Lungid ini berdurasi dua setengah jam dan didukung 
oleh 26 personil. Tuk
kali ini dipertunjukan oleh Teater Lungid, kelompok baru penerus Teater
Gapit. Semua anggota lama masih terlibat, ditambah beberapa
aktor/aktris muda.

Sutradara: Pelog Trisno Santoso

Aktor: Pelog Trisno Santoso, Jarot Budi Darsono, Budi Prasetya, Bodhod, Dwi 
Wahyudiarto, Santoso, Eko Supendi, Wahyu ‘Inonk’ Widayati, Sri Lestari, 
Yasinta, Miftakhuljannah, Atik Sulistyaning Kencana

Penata Artistik: Hengky S Rivai

Penata Musik: Yayat Suhiryatna

Pemain Musik: Joko Winarko, Darno, Bagong Pujianto, Rumpoko Setyoaji, Machulan 
Baihaqi, Sriyati, Sruti, Ruspati, Heru Timbul Purwoto, Rasita Satriana, I Ketut 
Saba, Dwi Suryanto, Mulyadi

Kru Artistik: Suroyo Sidik Parsetyo, Mulyono, Tyas Sumarah, Joko Sriyono, 
Sugeng, Erik, Guntur, Dwi Maryani

Manajer Produksi: Blontank Poer

HTM Rp 30.000 (umum) Rp. 15.000 (pelajar). RSVP Asty 0817-9995057 Nike 
0818-0730-4036



  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Adonis: Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi

2008-10-27 Terurut Topik MGR
www.salihara.org

Kami mengundang anda untuk hadir dalam Kuliah Umum Adonis yang bertema 
Kebenaran, Agama dan Sastra. Pada kesempatan ini, Adonis, seorang penyair 
Arab modern akan memberikan kuliah berjudul Kebenaran Agama dan Kebenaran 
Puisi. Acara tersebut akan dilaksakan nanti pada:

Hari Senin, 3 November 2008, pukul 19.00 WIB
Tempat, Teater Salihara, Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

=
Adonis (Ali Ahmad Said Esber) adalah seorang penyair Arab kelahiran di
desa al-Qassabin, dekat Kota Lakasia Syria pada tahun 1930. Meskipun ia
baru bersekolah ketika berumur 13, anak seorang petani yang juga imam
masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa
serta telah hafal al-Quran. 

Pada tahun 1944, Adonis membacakan
puisi-puisi heroik karyanya sendiri di depan Presiden Syria Shukri
al-Kuwatli waktu itu yang membuat Presiden terpesona dan mengirimkan
Adonis masuk ke sebuah sekolah Prancis di kota Tartus, saking cerdasnya
Adonis sering melompat tingkat-tingkat kelas. Adonis lulus dari
Universitas Damaskus tahun 1954 dengan spesifikasi filsafat.

Di
masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan
sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya (1955). 

Pada
1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama
istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di
tanah jiran itu. 

Di negeri Cedar ini Adonis mendirikan Jurnal
Syi’ir (Puisi) tahun 1957—sebuah jurnal yang memuat dan menelaah
puisi-puisi Arab baik yang klasik dan modern—dan jurnal kebudayaan
mawaqif (sikap) tahun 1968. Di pertengahan tahun 70-an, Lebanon perang
saudara pecah dan tentara Israel memasuki Lebanon di tahun 1980-an. Di
tahun 1986 Adonis pindah ke Paris.

Adonis telah menulis karya:
puisi dan prosa kurang lebih 30 buku dan telah diterjemahkan dalam
pelbagai bahasa. Beberapakali namanya disebut sebagai calon terkuat
peraih hadiah Nobel Sastra (2005, 2006, 2007). 

Ia memiliki
karya baik prosa dan puisi dengan gaya bahasa yang jernih dan memukau,
sekaligus rumit. Puisi-puisinya adalah simbol kemodernan syair Arab.
Simbol yang terus menjadi kontroversi: dipuja sekaligus dikecam karena
mendobrak pakem-pakem puisi Arab yang telah mapan selama
berkurun-kurun. Inti ide Adonis memang mendobrak, dan mendorong
pembaharuan..Di sinilah letak urgensi karya Adonis, menggedor-gedor
yang sudah dianggap mapan, dan menguatkan pembaharuan dalam dua ranah
sekaligus: sastra dan agama.

Di Indonesia Adonis dikenal melalui
sebuah karya yang monumental berjudul al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang
Tetap dan Yang Berubah). Dalam buku yang terdiri empat jilid ini—LKiS
Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi
Sejarah-Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat
luas tentang pertarungan dua kubu di ranah sastra, teologi, politik,
dan budaya Arab-Islam. 

Kubu yang ingin menguatkan kemapanan
dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan Teks untuk
memaksakan satu versi tafsir yang sahih dan kubu yang bergairah
melakukan perubahan dengan menjadikan Teks sebagai khazanah tafsir yang
terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian, atau tak menganggap lagi
Teks sebagai sumber pengetahuan karena telah berasaskan pada akal. 

Kubu
pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah,
fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ) dengan
menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks
adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan, dan kedudukan sastra hanya
hamba bagi agama bukan kebebasan untuk mencipta. Dan sepanjang sejarah
Islam kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu
perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak sekaligus sastrawan yang
mengidamkan capaian ciptaan Adonis melakukan perlawanan dan
pembongkaran terhadap kubu kemapanan. 

Walhasil buku ini yang
asalnya disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon,
dituding sebagai karya seorang “atheis khas Timur”—bukan tidak mengakui
secara langsung adanya Tuhan seperti atheisme di Barat, tapi tidak
meyakini perantara (wasilah) antara Tuhan dan manusia: baik manusia
sempurna yang dikirim oleh Tuhan yang disebut nabi atau rasul, hingga
muatan yang dibawa rasul Tuhan itu: agama atau syariat. Tiadanya
wasilah itu berarti tidak adanya Tuhan.

Antologi Puisi Adonis
yang terkenal adalah, Aghânî Mihyâr Dimasyqî diterjemahkan ke bahasa
Inggris “Songs of Mihyar the Damamscene”, Al-A'mâl al Syi'riyyah
(kumpulan karya lengkap puisi-puisi Adonis, 3 jilid) diterjemahkan ke
bahasa Inggris “If Only the Sea Could Sleep”.

Beberapa studi
Adonis tentang puisi Arab, al-Shûfiyah wal Suryâniyah diterjemahkan ke
bahasa Inggris “Sufism and Surrealism”, Muqaddimah li Syi’ir Arabi
diterjemahkan “An Introduction to Arab Poetics”.

Dalam rangkaian
Festival Salihara November 2008, Adonis akan memberikan ceramah umum
berjudul “Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi”.


Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

[EMAIL 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Adonis di Salihara hari ini

2008-11-02 Terurut Topik MGR
www.salihara. org

Kami mengundang anda untuk hadir pada Kuliah
Umum Adonis yang bertema Kebenaran, Agama dan Sastra. Pada kesempatan
ini, Adonis, seorang penyair ternama dunia Arab modern dan nomine Nobel Sastra 
sejak tahun 2005 sampai 2008 akan memberikan kuliah
berjudul Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi. Acara tersebut akan
dilaksakan pada :

Hari Senin, 3 November 2008, pukul 19.00 WIB
Tempat, Teater Salihara, Jl Salihara No 16--dekat Universitas Nasional--Pasar 
Minggu, Jakarta Selatan

==

Petikan dari makalah Adonis yang akan disampaikan nanti:

...

Puisi dan kebenaran puisi sepenuhnya bertolak belakang dengan agama dan
kebenaran agama. Kebenaran dalam puisi tidak tetap, tidak pernah final dan
senantiasa samar. Puisi dalam makna ini berada di luar kebenaran agama dan
menembus batasnya. Dalam posisi ini puisi seperti suatu karakter yang tidak
lazim atau bebas. Tidak ada yang tidak berubah dalam kebenaran puisi. Puncak
kreativitas dalam puisi adalah keterputusan dan kesinambungan. Artinya
kreativitas tersebut berada dalam suatu proses ketegangan: persambungan dan
pemutusan. Situasi puisi berbeda dengan agama. Puisi berproses dalam situasi
yang terus berubah dan menjadi, sedangkan agama berada dalam situasi yang
pasti, abadi, dan tanpa perubahan.

Agama adalah jawaban. Sedangkan puisi adalah pertanyaan. Sebab itu agama
tidak akan bisa menjadi rujukan puisi. Bahasa puisi adalah dialog antara
yang terlihat dan yang tak terlihat, antara alam nyata dan alam gaib. Puisi
adalah objek pertanyaan dan keraguan, bukan objek keimanan dan kepasrahan.
Oleh karena itu, kita melihat kebenaran puisi dicari dalam yang tak
diketahui dan non-rasional, berbeda dari kebenaran agama.

...

==
Adonis (Ali Ahmad Said Esber) adalah seorang penyair Arab kelahiran di
desa al-Qassabin, dekat Kota Lakasia Syria pada tahun 1930. Meskipun ia
baru bersekolah ketika berumur 13, anak seorang petani yang juga imam
masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa
serta telah hafal al-Quran. 

Pada tahun 1944, Adonis membacakan
puisi-puisi heroik karyanya sendiri di depan Presiden Syria Shukri
al-Kuwatli waktu itu yang membuat Presiden terpesona dan mengirimkan
Adonis masuk ke sebuah sekolah Prancis di kota Tartus, saking cerdasnya
Adonis sering melompat tingkat-tingkat kelas. Adonis lulus dari
Universitas Damaskus tahun 1954 dengan spesifikasi filsafat.

Di
masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan
sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya (1955). 

Pada
1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama
istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di
tanah jiran itu. 

Di negeri Cedar ini Adonis mendirikan Jurnal
Syi’ir (Puisi) tahun 1957—sebuah jurnal yang memuat dan menelaah
puisi-puisi Arab baik yang klasik dan modern—dan jurnal kebudayaan
mawaqif (sikap) tahun 1968. Di pertengahan tahun 70-an, Lebanon perang
saudara pecah dan tentara Israel memasuki Lebanon di tahun 1980-an. Di
tahun 1986 Adonis pindah ke Paris.

Adonis telah menulis karya:
puisi dan prosa kurang lebih 30 buku dan telah diterjemahkan dalam
pelbagai bahasa. Beberapakali namanya disebut sebagai calon terkuat
peraih hadiah Nobel Sastra (2005, 2006, 2007). 

Ia memiliki
karya baik prosa dan puisi dengan gaya bahasa yang jernih dan memukau,
sekaligus rumit. Puisi-puisinya adalah simbol kemodernan syair Arab.
Simbol yang terus menjadi kontroversi: dipuja sekaligus dikecam karena
mendobrak pakem-pakem puisi Arab yang telah mapan selama
berkurun-kurun. Inti ide Adonis memang mendobrak, dan mendorong
pembaharuan. .Di sinilah letak urgensi karya Adonis, menggedor-gedor
yang sudah dianggap mapan, dan menguatkan pembaharuan dalam dua ranah
sekaligus: sastra dan agama.

Di Indonesia Adonis dikenal melalui
sebuah karya yang monumental berjudul al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang
Tetap dan Yang Berubah). Dalam buku yang terdiri empat jilid ini—LKiS
Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi
Sejarah-Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat
luas tentang pertarungan dua kubu di ranah sastra, teologi, politik,
dan budaya Arab-Islam. 

Kubu yang ingin menguatkan kemapanan
dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan Teks untuk
memaksakan satu versi tafsir yang sahih dan kubu yang bergairah
melakukan perubahan dengan menjadikan Teks sebagai khazanah tafsir yang
terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian, atau tak menganggap lagi
Teks sebagai sumber pengetahuan karena telah berasaskan pada akal. 

Kubu
pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah,
fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ) dengan
menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks
adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan, dan kedudukan sastra hanya
hamba bagi agama bukan kebebasan untuk mencipta. Dan sepanjang sejarah
Islam kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu
perubahan. 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pembacaan Puisi Adonis dan Kuliah Umum di Salihara

2008-11-03 Terurut Topik MGR
Salam,

Senin 3 November 2008 pukul 19.00 WIB di Teater Salihara tidak hanya akan 
digelar kuliah umum dari Adonis, beberapa puisi Adonis juga akan dibacakan 
sebelum Adonis memberikan ceramah. Puisi-puisinya  yang akan dibacakan diambil 
dari antologi puisi Adonis yang terkenal, Aghani Mihyar Dimasyqi Nyanyian 
Mihyar dari Damaskus. Sitok Srengenge dan Anya Rompas akan membacakan 
puisi-puisi Adonis dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Ahmad Mulyadi.

Silakan anda hadir pada acara ini, Kuliah Umum Adonis dan pembacaan puisi-puisi 
Adonis.

www.salihara.org

Mohamad Guntur Romli

Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta

[EMAIL PROTECTED]

http://guntur.name/


  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Ulang Tahun ke-3 Kongkow Bareng Gus Dur

2008-11-12 Terurut Topik MGR




Ulang Tahun 3
tahun Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H

 

Merawat
Kebhinnekaan Kita

 

Disahkannya RUU
Porno membuktikan ancaman terhadap kebhinnekaan di Indonesia dalam tahap yang
serius. Sebelumnya Perda-perda bernuansa Syariah di Indonesia juga diterapkan
secara paksa. Seola-olah tak peduli bahwa Indonesia dibentuk dari keberagaman
suku, agama, dan ras. Menyebut Indonesia tidak terbayang adanya satu ras, etnis
atau agama yang mendominasi. Berbeda dari negeri Malaysia—yang akan terbayang
ras Melayu—bangsa Arab yang didominasi oleh ras Arab. Indonesia adalah
kebhinnekaan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. 

 

Kini, adanya satu
kelompok atau ideologi yang merasa paling benar sendiri, membawa satu model
moralitas yang ingin dipaksakan, ingin menyeragamkan Indonesia, dan
menghancurkan kebhinnekaan yang menjadi karakter dan identitas Indonesia.

 

Ikuti refleksi 3
tahun Kongkow  Bareng Gus Dur di KBR68H, Sabtu
15 November 2008, pukul 10.00-12.00 WIB, di Jalan Utan Kayu No 68H, Jakarta, 
bertajuk
“Merawat Kebhinnekaan Kita” dengan tokoh-tokoh yang akan bicara:

 

KH Abdurrahman
Wahid, Adnan Buyung Nasution, Wimar Witoelar, Goenawan Mohamad, KH Nuril Arifin
(Gus Nuril), Romo Mudji Sutrisno, Ibu Pdt. JJ Merino-Krey (Ketua GKI di Tanah
Papua),  Lies Marcus-Natsir, KH Luqman
Hakiem, Ayu Utami, Romo Jus F Mewengkang

 

Moderator:
Mohamad Guntur Romli
Setelah acara dialog akan ada acara seni, Sdr Gresindo Sinaga dari STT Jakarta 
akan melagukan Mazmur, dan santri-santri Gus Nuril dari Pondok Pesantren 
Abdurrahman Wahid Soko Tunggal II akan membaca shalawat Nabi.





  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Adonis, Meretas Sekat dan Batas

2008-11-14 Terurut Topik MGR
”… thus I no longer hesitate to say: / ’the I and the other / are me…”
Satu frasa dalam karya Adonis, ”A Desire Moving Through the Maps of the
Material” (1986-1987), sudah cukup mengungkapkan pendirian penyair dan
esais terkemuka dunia asal Suriah itu tentang ”liyan” (the other) dan
”yang diliyankan”.

Bagi Adonis (78), nama pena Ali Ahmad Saapos;id, sejak usia 19
tahun, sang liyan dan sang diri menyatu dalam kesatuan diri; terasing
dan diasingkan. Pengasingan tidak berarti secara fisik. Bahasa itu
sendiri lahir dalam keterasingan.
Seperti banyak intelektual Arab yang tinggal di negara lain, Adonis
hidup di antara dua keterasingan; di dalam dan di luar diri. ”I live
between the plague and the fire, with my language, with this speechless
worlds…,” begitu tulisnya dalam ”The Fall” (dari Songs of Mihyar).
selengkapnya di:
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=447




  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Salihara: Catatan Tubagus P. Svarajati

2008-11-14 Terurut Topik MGR
Seni juga perlu buat merk sebuah kelas, bendera sebuah gengsi.
— Goenawan Mohamad


SAYA terkesiap, setengah tak percaya pada
kenyataan di hadapan saya. Di depan saya adalah satu bangunan megah
dengan karakteristik cita rasa urban perkotaan kelas menengah-atas.
Itulah Komunitas Salihara.

Jumat petang (17/10), setelah
seharian perjalanan Semarang—Jakarta yang melelahkan, saya sampai di
pekarangan Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Situs
kesenian baru itu, konon, dibangun dengan biaya tiga puluh enam milyar
rupiah.

..


selengkapnya baca di:

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=449




  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] salihara.org: Dibangun dari Kesunyian

2008-11-16 Terurut Topik MGR
Dibangun dari Kesunyian
Gelap. Bunyi logam jatuh di tanah. Lalu temaram cahaya merah
menunjukkan seorang penari menebar uang koin dan kertas. Di
sekelilingnya, dua penari lain duduk membungkuk, lalu bergerak
maju-mundur perlahan, menimbulkan kesan mencekam.
 
Itu adalah pembuka Sinjang, koreografi karya Hanny Herlina.
Tari itu membuka pertunjukan empat koreografi Indonesia di Komunitas
Salihara, Selasa-Rabu malam lalu. 


..

Selengkapnya sila klik:
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=1id=14item_id=459






  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] FPI Melakukan Pelecehan Seksual terhadap Aktivis Perempuan AKKBB (Siaran Pers AKKBB)

2008-09-16 Terurut Topik MGR


Siaran Pers 

Aliansi Kebangsaan
untuk Kebebasan Beragama 

dan
Berkeyakinan (AKKBB)

Tentang:
Pemukulan dan Pelecehan Seksual terhadap 

Nong Darol
Mahmada aktivis AKKBB

 

 

Senin 15 September 2008, Nong
Darol Mahmada aktivis AKKBB yang mengkoordinir saksi-saki dari AKKBB hadir
dalam sidang Tragedi Monas Berdarah dengan para terdakwa Rizieq Shihab,
Munarman, Mahsuni Kaloko, dan 7 orang laskar Front Pembela Islam (FPI). Sidang
mereka dilaksanakan secara terpisah. Saksi-saksi dari AKKBB yang hadir waktu
itu di antaranya: Ninok Graciano, Oming,  Bernard, Didi, dan Edi Juwono.

 

Pada pukul 17.00 digelar
persidangan dengan terdakwa Munarman di ruang sidang Mr. R. Wirjono Projodikoro
lantai 2 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Nong berada di ruang sidang menyimak
keterangan saksi dari AKKBB: Bernard. Saat itu, Nong dipanggil oleh Guntur
Romli, saksi korban dari AKKBB yang berada di teras ruang sidang. 

 

Guntur melihat tujuh terdakwa
dari laskar FPI—yang berseragam putih-putih, bersepatu bot, dan mengenakan 
baret—yang
pada saat itu mereka telah menyelesaikan persidangannya, namun tujuh terdakwa
dari laskar FPI itu bebas berkeliaran di teras dan halaman ruang sidang. Guntur
juga melihat mereka dengan bebasnya turun naik gedung persidangan. 

 

Di antara tujuh terdakwa itu
tidak terlihat ada pengawalan dari aparat kepolisian ataupun kejaksaan. Mereka
bebas ngobrol dan bercanda dengan massa dari FPI di teras ruang sidang. Guntur
heran, mengapa tujuh terdakwa itu bisa bebas berkeliharan, semestinya setelah
sidang mereka selesai, mereka dikembalikan ke ruang tahanan, bukan bebas
berkeliaran apalagi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, karena di pengadilan
tersebut yang hadir tidak hanya massa dari PFI, tapi juga dari AKKBB. 
Berkeliarannya
tujuh laskar terdakwa FPI itu jelas-jelas mengancam saksi-saksi AKKBB yang pada
sidang sebelumnya memberikan kesaksian untuk mereka.

 

Melihat kejanggalan itu, Guntur
mengajukan protes pada seorang polisi di tempat itu namanya Jamal Alkatiri,
anggota Polres Jakarta Pusat. Guntur bilang, “Pak, itu tujuh terdakwa dari FPI
kok bisa bebas berkeliaran?” Jamal, oknum polisi itu malah balik bertanya,
“siapa bilang mereka terdakwa, mereka itu pendamping, kamu siapa?” tanya Jamal
dengan nada yang membentak. Guntur menjawab, “saya saksi korban dari AKKBB,
saya sangat tahu mereka terdakwa, bukan pendamping”. Jawaban Guntur tidak
memuaskan Jamal Alkatiri, malah Jamal semakin meninggikan suaranya, “kamu mau
apa!” Ucapan dengan nana tinggi itu diteriakkan berulang-ulang, sehingga
memancing perhatian massa FPI dan tujuh terdakwa dari FPI.  

 

Guntur lantas minta tolong
temannya untuk memanggil Nong agar menelpon pihak kejaksaan untuk menanyakan
berkeliarannya tujuh terdakwa FPI itu. Nong datang, dan berusaha menjelaskan ke
Jamal, namun Jamal tidak peduli, dengan wajah yang marah, dia terus mendekati
Guntur sambil teriak-teriak. Untungnya ada staf Kejaksaan yang pada waktu itu
lewat, dan Nong bertanya, “benarkah tujuh orang yang berseragam itu terdakwa?”,
staf kejaksaan itu menjawab “iya”. 

 

Teriakan Jamal Alkatiri terus memancing
perhatian, Jamal juga semakin mendekat ke Guntur, seseorang yang memakai
pakaian kemeja baris-baris yang berusaha menghalang-halanginya malah didorong
dengan paksa oleh Jamal. Massa FPI dan tujuh terdakwa dari laskar FPI itu terus
mendekat: mengepung Guntur dan Nong yang terpojok di depan ruang saksi. Guntur
dan Nong tidak bisa menghindari, massa FPI mengepung dari arah depan, kanan dan
kiri, sementara di belakang Guntur dan Nong pagar batas lantai dua, mereka
berdua bisa jatuh ke halaman Pengadilan Negeri. 

 

Pada saat itu, seorang laki-laki
memukul kepala Nong, dan dengan cepat laki-laki itu mundur sambil merunduk, dan
menghilang di kerumunan. Seorang laki-laki lain yang dikenal, menggerayangi
pinggang dan perut Nong, mencakar dan mencubit. Seorang laki-laki lain memukul
perutnya. 

 

Guntur dan Nong diselamatkan
oleh aparat yang berpakaian safari cokelat dan dibawa ke ruang saksi, namun di
ruang saksi tujuh terdakwa dari laskar FPI sudah berada di sana sambil
teriak-teriak dan memaki-maki Nong, salah seorang dari mereka juga berusaha 
mengejar
dan memukul Nong. Karena di ruang saksi lantai 2 tidak kondusif, Nong dan
Guntur dibawa ke ruang saksi di lantai 1.

 

Dari peristiwa itu ada tiga hal:

 

Pertama, telah terjadi
pemukulan dan pelecehan seksual terhadap Nong Darol Mahmada yang dilakukan oleh
massa FPI.

 

Kedua, aparat
(kejaksaan dan kepolisian) telah membiarkan tujuh terdakwa dari laskar FPI
bebas berkeliaran tanpa pengawalan di ruang sidang, seharusnya setelah sidang
selesai, mereka dikembalikan ke ruang tahanan.

 

Ketiga, aparat
kepolisian yang seharusnya melindungi saksi korban, malah terlibat provokasi
seperti yang dilakukan oleh oknum polisi bernama Jamal Alkatiri, dengan
sikapnya yang arogan dia memancing massa FPI untuk melalukan kekerasan dan 
intimidasi
terhadap massa dan saksi AKKBB

 

maka, kami dari AKKBB mengecam dan 

[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Konser Dwiki Dharmawan dan Rafly di Teater Salihara

2008-09-20 Terurut Topik MGR




Komunitas Salihara mengundang anda dalam acara Konser Dwiki Dharmawan dan Rafly 
yang akan digelar di Teater Salihara, Jalan Salihara No 16, dekat Universitas 
Nasional (UNAS), Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Sabtu, 20 
September 2008 pukul 19.00 (pukul 18 diawali dengan buka puasa bersama). Acara 
ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya sedikit pun.
Rama Thaharani, 0816-130-8350

TEUMEUMEUNG
Rafly–Dwiki



Sejak perkenalan keduanya
beberapa minggu setelah tsunami melanda Aceh, Rafly dan Dwiki Dharmawan semakin
akrab melalui “teumeumeung” (istilah yang diberikan Rafly untuk suatu jam 
session).
Saat itu, di pertengahan Januari 2005, Rafly bersama grup Kande ditemani oleh
Dwiki dan Ubiet berkeliling ke berbagai lokasi pengungsi tsunami, di antaranya
di Seuneubok, Seulemum, Indrapuri dan Peukan Bada dalam program Ubat Ate
Allah Allah, Ubat Sosah Seulaweut Beuna (Obat Hati itu Zikir Allah, Obat
Susah Bershalawat pada Rasulullah). Sebelumnya, mereka berjumpa di Taman Ismail
Marzuki (TIM), Jakarta, ketika Dwiki Dharmawan dan teman-teman Dewan Kesenian
Jakarta menggagas dan menyelenggarakan Jazz for Aceh.  “Teumeumeung” kini 
menjadi pola komunikasi
musikal antara Rafly, yang terus menjelajahi aneka corak musik vokal Aceh, dan
Dwiki, yang selalu jatuh cinta pada style musik berinspirasi tradisi lokal
yang dipadukan dengan jazz yang penuh spontanitas. Beberapa komposisi yang akan
dimainkan di antaranya:  Meukoendroe,
Nurul Qolbi, Ya Nabi Salam, Istighfar, Aneuk Yatim. Bersama
Ubiet, Dwiki pernah menjadi produser bagi album Rafly bersama Kande “Meukondroe”
yang dirilis tahun 2007.

 







  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Siaran Pers: Pemukulan terhadap Mohamad Guntur Romli

2008-09-22 Terurut Topik MGR
Siaran Pers dan Kronologi Pemukulan terhadap Mohamad Guntur Romli

Kesaksian Mohamad Guntur Romli, saksi korban dari AKKBB yang dipukul di dalam 
ruang sidang, dalam Persidangan Kasus Tragedi Monas Berdarah, Senin 22 
September 2008.

Senin 22 September 2008 pukul 14.00, saya menjadi saksi kasus Tragedi Monas 
Berdarah 1 Juni 2008 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat lantai 3. Ini kali 
kedua saya menjadi saksi, setelah sebelumnya saya menjadi saksi atas terdakwa 
Munarman. Saya memberikan kesaksian setelah saksi yang pertama yaitu Sugiono, 
pemilik truk yang membawa soundsystem yang dirusak oleh massa FPI. 

Kesaksian saya kali ini untuk 7 orang Laskar Pembela Islam (LPI). Ruangan 
sidang yang sempit dipenuhi massa dari FPI. Dalam proses kesaksian saya, 
terdengar celetukan, hingga hujatan dari arah belakang saya, misalnya, 
“kesaksiannya palsu”, “keluar dari Islam dia”, “ntar tungguin di luar setelah 
selesai”, dll. Suara-suara itu bercampur baur dengan teriakan “hu...” dan 
teriakan-teriakan yang lain. 

Ketua Majelis Hakim Bapak Makasau berkali-kali mengetok palu untuk 
memperingatkan massa FPI, dan mengancam mereka kalau tidak bisa tertib akan 
menghentikan sidang, dan memberikan sanksi pada mereka. 

Setelah saya memberikan kesaksian, Majelis Hakim memberikan kesempatan pada 7 
orang terdakwa untuk memberikan komentar/sanggapan terhadap kesaksian saya. 
Mayoritas dari mereka mengecam kesaksian saya, bahwa saya melihat ibu, orang 
tua, dan anak-anak dipukul di Tragedi Monas Berdarah itu. Salah seorang 
terdakwa malah menuding-nuding saya dengan kata-kata “elo..,elo.. gue.. gue”. 
Hakim Ketua langsung memperingatkan dia, agar tidak bersikap seperti preman.

Setelah selesai memberikan kesaksian saya dipersilahkan oleh Hakim untuk 
keluar. Posisi 7 orang terdakwa itu berada di dekat pintu keluar yang biasa 
dipakai oleh Majelis Hakim, Jaksa, Pengacara, Terdakwa dan Saksi. Nah, ketika 
saya melewati mereka, seorang dari terdakwa bernama Sunarto menendang kaki 
saya. Langsung balik badan dan menghadap ke hakim, saya protes “Pak Hakim, kaki 
saya ditentang”.  Tiba-tiba, Subhan yang berada di dekat Sunarto, memukul 
kepala belakang saya. Kepala saya benjol dan pusing-pusing. Saya terus protes 
ke Hakim, “Pak saya dipukul”. 

7 terdakwa dari FPI langsung mengepung saya, dan massa FPI yang berada di kursi 
pengunjung sidang juga mendekat ke arah saya. Keadaan semakin kacau, aparat 
polisi mulai masuk ruang sidang, dan mengelilingi saya. Subhan dan Sunarto 
masih berusaha memukul saya lagi. Ketika saya dibawa keluar dari ruang sidang, 
massa FPI terus mendekat, berusaha menembus pertahanan aparat kepolisian.

Selanjutnya aparat kepolisian mengevakuasi saya turun ke lantai 2 dan masuk 
ruangan saksi. Massa FPI digiring keluar arena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 
namun mereka masih berkerumun, menunggu saya keluar dari PN Jakarta Pusat. 
Kami, dari AKKBB, para saksi, pengacara, dan simpatisan berkumpul di lobi 
lantai dasar PN Jakarta Pusat. Ternyata seorang teman kami bernama Soleh juga 
dipukul kepalanya karena berusaha melindungi kawan-kawan dari AKKBB yang berada 
di kursi pengunjung. 

Karena suasana kacau, sidang pengadilan ditunda, termasuk sidang dengan 
terdakwa Machsuni Kaloko, Komandan Laskar Pembela Islam. Menurut aparat 
keamanan, massa FPI masih menunggu di jalan, di depan PN Jakarta Pusat.

Akhirnya kami dievakuasi dengan bis dan truk polisi yang membawa kami ke Polda 
Metro Jaya.

Tujuh terdakwa dari FPI itu tampaknya marah pada saya karena saya menyatakan 
bahwa saya melihat ibu, anak-anak, dan orang tua dipukuli di Monas. Dan memang 
benar, ada perempuan-perempuan yang menjadi korban, namanya Oming, Suci, lina, 
dll. Dan mereka telah memberikan kesaksian pada sidang sebelumnya baik Rizieq 
maupun Munarman. 

Saya dipukul di dalam ruang sidang, di depan majelis hakim, jaksa, dan 
pengacara, setelah saya memberikan kesaksian. Saya tidak takut, dan akan terus 
menuntut keadilan di negeri ini.    

Mohamad Guntur Romli

Jakarta, 22 September 2008




  
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum Pembaca KOMPAS] Dipukuli, Guntur Mengadu ke Wantimpres

2008-09-23 Terurut Topik -MGR-
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/24/00190233/dipukuli.guntur.mengadu.ke.wantimpres

Dipukuli, Guntur Mengadu ke Wantimpres

Rabu, 24 September 2008 | 00:19 WIB

Jakarta, Kompas - Guntur M Romli, salah seorang saksi dari Aliansi
Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, yang mengaku
dipukuli seusai memberikan kesaksian di persidangan tujuh anggota
Laskar Pembela Islam di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (22/9),
mengadu ke anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Wantimpres, Adnan
Buyung Nasution.


Pengaduan tindak kekerasan yang dialaminya itu disampaikan Guntur
melalui telepon ke Adnan Buyung, Senin sore lalu. ”Jadi, tak benar
kalau saya memprovokasi anggota LPI (Laskar Pembela Islam). Yang
benar, ketika saya selesai menjadi saksi, saya berjalan melewati kursi
persidangan. Tiba-tiba, kaki saya ditendang. Mereka tidak terima kalau
dalam persidangan saya menyebutkan saat penyerangan terjadi di Monas,
berkumpul orang tua dan anak-anak,” ujar Guntur seusai memberikan
keterangan pers di Gedung LBH Jakarta, Selasa.


Sebelumnya, sebagaimana diberitakan kantor berita Antara, persidangan
tujuh anggota LPI disebutkan sempat ricuh akibat kehadiran saksi dari
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB),
yang dianggap telah memprovokasi massa ormas Islam itu (Kompas, 22/9).


Adnan Buyung membenarkan Guntur mengadu kepadanya. ”Saat memberikan
kesaksian di sidang sebelumnya, Guntur juga sudah mengadu karena
diteror selama menjadi saksi. Kemarin melapor lagi menjadi korban
pemukulan pada saat persidangan,” ujar Buyung.

Terkait itu, Buyung meminta aparat hukum, seperti Kejaksaan Agung dan
Kepala Polri yang baru, Komisaris Jenderal Bambang Hendarso Danuri,
memberikan pengamanan dan ketertiban selama persidangan.


Dihubungi secara terpisah, penasihat hukum Front Pembela Islam (FPI),
Mahendradatta, mengingatkan agar pihak AKKBB tidak membawa konflik
horizontal itu ke arah konflik vertikal. ”Jika itu menjadi konflik
politik, dampaknya akan mengancam stabilitas,” tuturnya.

Ia mengatakan, awal dari pemukulan itu adalah provokasi dari Guntur
Romli yang menendang kursi terdakwa. Menurut dia, lebih baik tidak
saling memancing dan memprovokasi agar persoalan dapat diselesaikan
dengan baik.


Ia juga berharap jaksa penuntut umum dapat menghadirkan saksi yang
relevan. (HAR/JOS)




[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pesantren Aa Gym yang Semakin Sepi

2007-07-03 Terurut Topik -MGR-
http://www.jawapos.com/index.php?act=detailid=8867

Senin, 02 Juli 2007,
Ke Pesantren Daarut Tauhid saat Pamor Aa Gym Meredup


Jamaah Wisata Rohani Tak Lagi Meluber ke Jalan
Sejak KH Abdullah Gymnastiar menjalani pernikahan kedua dengan mantan
model, Alfarini Eridani, awal Desember 2006, jumlah jamaah yang
berkunjung ke pesantrennya, Daarut Tauhid, di Bandung terus menurun.

PRIYO HANDOKO, Bandung

SALAT magrib baru saja usai. Seperti biasa, Sabtu malam lalu (30/6)
masjid di kompleks Pesantren Daarut Tauhid milik kiai yang akrab
dengan sapaan Aa Gym di Jalan Gegerkalong Girang 38, Bandung, itu
masih dihadiri banyak jamaah. Mereka -beberapa dari luar kota-
mengikuti acara Tausyiah Wisata Rohani, salah satu program dakwah
yang dibimbing langsung oleh dai kondang itu.

Saat weekend Sabtu dan Minggu, acara yang berlangsung pukul 18.00-
19.00 itu biasanya menjadi favorit jamaah dari berbagai kota di tanah
air. Kompleks pesantren dengan ribuan santri yang berdiri di atas
lahan tiga hektare itu dikelola dengan manajemen modern. Selain
memiliki cottages dengan kamar yang mampu menampung puluhan tamu, di
sana berdiri gedung serbaguna, kafetaria, serta toko swalayan yang
cukup lengkap.

Malam itu, Aa Gym yang tampil dengan baju koko, berkopiah, dan
bercelana panjang berceramah dengan bahasa dan isi yang menyejukkan.
Pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962, yang terkenal dengan konsep
dakwahnya, manajemen kalbu, itu masih memikat. Sekitar tiga perempat
lantai masjid dengan kapasitas sekitar seribu orang itu dipenuhi
jamaah.

Tak seperti yang dilihat Jawa Pos sekitar setahun lalu, jamaah wanita
yang datang juga tidak terlalu banyak. Meski sudah memenuhi tiga
perempatnya, untuk ukuran acara akhir pekan, jamaah yang hadir malam
itu tergolong menurun.

Dulu peserta pengajian seperti itu meluber sampai ke luar masjid,
kata Andi Febriana, salah seorang peserta setia pengajian Aa Gym,
kepada Jawa Pos.

Menurut Andi, pada momen akhir pekan seperti itu peserta pengajian
bisa membeludak ke areal dalam kompleks Pesantren Daarut Tauhid
(posisi masjid memang berseberangan dengan pesantren).

Menurunnya jumlah jamaah itu juga dibenarkan Azis Muslim yang mondok
di Daarut Tauhid sejak 2005. Kalau dulu, setiap salat Jumat, jamaah
membeludak sampai ke jalan. Tapi, sejak Aa Gym menikah lagi,
pemandangan itu menghilang, katanya.

Azis memang bisa mengamati keluar masuknya jamaah di masjid. Sebab,
sehari-hari dia membuka kios pulsa seluler tepat di seberang
pesantren di ruas Jalan Gegerkalong Girang itu.

Sebelumnya mau dagang apa saja di sini enak. Pasti laku karena
pengunjungnya banyak, ujarnya saat ditemui di kiosnya yang terletak
di pinggir jalan menuju ke Lembang itu.

Kata Azis, dulu Daarut Tahid selalu ramai pengunjung. Puncaknya biasa
terjadi pada Sabtu dan Minggu dengan rata-rata 2.000 pengunjung.
Armada bus dan mobil pribadi datang dan pergi. Kendaraan itu parkir
di sepanjang jalan sekitar pesantren. Tapi, sudahlah. Rezeki itu ada
yang mengatur. Semua pasti ada hikmah yang bisa dipetik, katanya.

Jawa Pos yang berkunjung ke Daarut Tauhid awal Desember 2006 lalu
juga merasakan perubahan suasana tersebut. Saat itu masjid yang
berlantai tiga selalu tidak pernah mampu menampung jamaah yang
menunaikan salat lima waktu. Para pengunjung terpaksa menggelar
sajadah di emperan masjid yang langsung bersisian dengan jalan.

Kebanyakan yang salat berjamaah sekarang adalah para santri Daarut
Tauhid sendiri dan masyarakat sekitar sini, kata seorang warga yang
tak mau disebut namanya.

Bukan hanya jumlah pengunjung yang menurun. Saat ini omzet sejumlah
unit usaha yang dikembangkan Daarut Tauhid juga dikabarkan berkurang.
Aa Gym memang dikenal sebagai kiai modern. Seperti Darul Arqom di
Malaysia, pesantren itu sukses mengembangkan jaringan usaha secara
mandiri.

Salah satu produk yang terkenal adalah air dalam kemasan bermerek MQ
(Manajamen Qalbu) Jernih, Penurunan omzetnya cukup besar, yakni
hampir 70 persen. Dulu banyak ibu PKK, Bhayangkari, dan lainnya yang
berlangganan MQ Jernih. Tapi, setelah Aa Gym menikah lagi, banyak
yang kecewa. Maklum ibu-ibu, kata warga tersebut.

Akibat omzet penurunan unit usaha itu, baru-baru ini manajemen Daarut
Tauhid merumahkan hampir 40 persen karyawan untuk menekan cost
pengeluaran. Ada yang bilang, mereka diposisikan freelance untuk
sementara waktu sambil menunggu kondisi normal lagi, katanya.

Kondisi serupa juga menimpa MQ-TV. Saluran TV lokal Kota Bandung yang
dikembangkan Daarut Tauhid sebelumnya sangat aktif membuat program-
program pengajian Aa Gym. Termasuk di dalamnya menawarkan program ke
sejumlah televisi nasional. Tapi, kini nasib televisi itu tak lagi
cerah seiring meredupnya citra Aa Gym. Saya akui MQ-TV sangat
merasakan efeknya. Tapi, bantuan Allah itu selalu ada, kata Produser
Promo Program MQ-TV Aji Hendrawan.

Buktinya, lanjut dia, MQ-TV justru berhasil mendirikan bangunan
kantor dan studio permanen di lingkungan Daarut Tauhid sehingga tidak
perlu lagi mengontrak seperti sebelumnya.

Saat 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pertunjukan Aruk Gugat oleh Teater Satu (Grup Teater Terbaik 2008)

2009-06-17 Terurut Topik MGR
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=735

Sebuah pertujukan dari Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah 
Tempo.

Teater Satu Lampung mempersembahkan Aruk Gugat.



Catatan Proses Kreatif Aruk Gugat

Lakon “Aruk Gugat” adalah sebuah eksperimen panjang yang telah dimulai
Teater Satu Lampung sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah diskusi kecil
yang menggagas tentang hubungan teater (pertunjukan) dengan penonton.
Lalu berkembanglah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mungkinkah
membuat sebuah karya pertunjukan yang bisa diterima dan dinikmati oleh
semua lapisan dan kelas sosial masyarakat? Apakah mungkin dicapai suatu
bentuk artistik dan estetik pertunjukan yang bisa diterima dan
dimengerti secara umum?  Apakah esensi  dari sifat-sifat universalitas
di dalam karya seni (pertunjukan) itu?  Mungkinkah membuat sebuah
pertunjukan yang tidak terlalu sukar dilakukan namun memiliki kualitas
artistik dan estetik yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua
penonton?



Pertanyaan itu berlanjut pada upaya memeriksa kembali seluruh
pertunjukan yang pernah dipentaskan Teater Satu dan bagaimana reaksi
penonton terhadapnya. Dari studi kecil-kecilan itu, diperoleh data
bahwa sebuah repertoar kecil Teater Satu yang bertajuk “Warahan Aruk
Gugat” yang pernah dimainkan pada tahun 1996, adalah salah satu
pertunjukan yang paling mungkin bisa meladeni—bukan
menjawab—pertanyaan-pertanyaan di atas. 



Penciptaan repertoar “Warahan  Aruk Gugat” ini bersumber dari sastra
lisan Lampung yang disebut “Warahan”, yakni salah satu bentuk sastra
tutur yang berfungsi sama seperti dongeng. Warahan inilah yang oleh
sebagian besar pelaku seni dan peneliti di Lampung disebut sebagai
bentuk teater rakyat Lampung. Namun, di dalamnya belum ada kelengkapan
unsur-unsur pertunjukan seperti halnya yang terdapat di dalam Ludruk,
Ketoprak, Mahyong, Mamanda, dan lain-lain. Warahan masih terbatas pada 
ada seorang pencerita dan ada cerita yang disampaikan yang biasanya
berisi nasihat, sindiran, pesan. Dalam menyampaikan ceritanya, Pewarah
atau Pencerita menembangkan seluruh cerita dengan iringan musik gambus.
Seorang Pewarah biasanya mampu menghafal 20 sampai 100 bait cerita.



Dari sumber-sumber penciptaan seperti itulah, “Warahan  Aruk Gugat”
dikembangkan—bukan diposisikan dalam bentuknya sebagai
dongeng—melainkan kemungkinan-kemungkinannya dikembangkan sebagai
pertunjukan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Dalam proses
eksplorasi oleh Tim Artistik Teater Satu, bentuk Warahan  ini
dipertemukan dengan bentuk-bentuk pertunjukan teater modern yang telah
berkembang dan dikenal oleh Teater Satu sebelumnya. Maka, dilakukanlah
upaya-upaya identifikasi peran/tokoh,  karakterisasi, artistik,
aktualitas cerita, untuk memperkaya bentuk pertunjukan Warahan yang
telah pernah ada sebelumnya.



Hingga saat ini, setelah lebih dari 10 tahun Teater Satu berupaya terus
menerus memeriksa dan mengembangkan bentuk pertunjukan Warahan, telah
dilakukan lebih dari 70 kali pertunjukan dengan cerita dan bentuk
pertunjukan yang berbeda-beda. Namun, sampai saat ini,  unsur-unsur
artistik pertunjukan yang tetap dipertahankan adalah; kesederhanaan
bentuk, plot, dan karakterisasi tokoh utama yakni Aruk, yang tetap
setia pada ekspresinya sebgai “SANDIWARA KAMPUNG”. 



Kami menamakannya Sandiwara Kampung karena repertoar “Warahan  Aruk
Gugat” memang diniatkan menjadi pertunjukan yang bisa meladeni segala
bentuk ruang dan bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja; khususnya
di Indonesia. Di mana hal-hal yang naif, kampungan, dan segala kategori
yang selama ini dianggap sebagai “sisi gelap” dalam perkembangan
“ke-ber-adaban” masyarakat  (setidaknya dalam persepsi kita yang biasa
hidup di wilayah perkotaan)   justru dihidangkan.  Samasekali bukan
untuk meraih semacam simpati atau pemakluman, melainkan untuk diperiksa
kembali. Dan pertunjukan di Komunitas Salihara ini adalah bentuk
garapan terbaru dari semua pertunjukan yang sudah dipentaskan
sebelumnya. 



Aruk Gugat adalah upaya Teater Satu untuk memeriksa kembali
“ke-kampungan”,  yang ada dalam lingkungan sosial kami, sistem politik,
budaya, dan terutama dalam diri kami sendiri, sambil terus
mengupayakannya menjadi pertunjukan yang—bila mungkin—bisa dinikmati
oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya. 



Iswadi Pratama

Sutradara 



Sinopsis

Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk 
diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah 
hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah 
pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik 
Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup.

Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena 
menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka 
nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Segera Hadir Festival Salihara 2009

2009-06-26 Terurut Topik MGR
Salam,

Setelah dibuka pada 8 Agustus 2008, Komunitas Salihara kini menjelang
ulang tahun pertamanya. Memperingati hari jadi itu kami
menyelenggarakan Festival Salihara 2009, sejak 8 Juli hingga 15
Agustus. Tahun lalu, karena kesiapan tempat memerlukan waktu beberapa
bulan sejak pembukaan, Festival Salihara 2008 baru berlangsung sejak
pertengahan Oktober hingga pekan pertama Desember tahun lalu, selama
tujuh pekan.



Festival Salihara 2008 bisa dinilai menuai sukses besar. Ribuan orang
bertemu dan berbagi karya kreatif bersama di Komunitas Salihara. 22
kegiatan seni yang melibatkan 800 seniman dan tim produksinya serta
dihadiri oleh sekitar 5.000 pengunjung dari beragam profesi dan strata
sosial.



Sebuah festival ibarat seikat bunga rampai. Ada campuran banyak rupa
dan warna, mungkin juga keharuman. Rangkaian semua unsur itu membentuk
suatu kombinasi yang padat. Dan sesungguhnya festival ini adalah
semacam pemadatan dari kegiatan rutin bulanan Komunitas Salihara
menggelar pelbagai kegiatan—mulai dari pertunjukan musik, tari, teater,
sastra, maupun diskusi dan kuliah umum. Untuk membuatnya lebih
istimewa, kami menampilkan pelbagai kesenian dari jenis dan latar
belakang yang lebih beragam.



Tahun ini, misalnya, kami mendatangkan koreografer dan penari Eiko
 Koma dari New York—salah satu dari grup tari terkemuka dunia yang
tercantum dalam buku rujukan Fifty Contemporary Choreographers. Kami
pun bekerja sama dengan Goethe-Institut Jakarta mendatangkan Selisih
Ensemble pimpinan Dieter Mack dari Jerman. Aktor teater kelahiran
Inggris, Jennifer Claire, akan membawakan lakon monolog Tolstoy’s Wife.
Dari Indonesia, selain mengundang pemusik I Wayan Sadra bersama
Ansambel SonoSeni, kami juga akan menampilkan duo gitaris Dewa Budjana
dan Tohpati dan kelompok jazz rock Trio Ligro. Sedangkan acara kuliah
umum akan diisi oleh Dr. Amina Wadud, yang akan membawakan tema
Keindahan Feminin dari yang Ilahi.



Selamat menikmati acara-acara Festival Salihara 2009. Sampai jumpa di Komunitas 
Salihara.



Jakarta, Juni 2009



Hasif Amini

Direktur Festival Salihara 2009



--
Program Festival Salihara 2009



Rabu, 08 Juli 2009, 19:00 WIB

Pembukaan Festival Salihara 2009

TARI Kembang Lambang Sari

Wiwiek Widiyastuti  Laboratorium Tari Indonesia, Jakarta

MUSIK JAZZ

Tohpati  Dewa Budjana, Jakarta

Khusus Undangan



Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB

Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia)

Koreografer dan penari: Eiko  Koma, New York AS

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Selasa-Rabu, 14-15 Juli 2009, 20:00 WIB

Musik oleh Christian Utz  ensemble on_line, Austria

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



16 Juli – 15 Agustus 2009, 10:00-19:00 WIB

Pameran Seni Rupa PERANG, KATA DAN RUPA

Aminudin T. H. Siregar, Chandra Johan, Jopram, Jumaadi, Mujahidin
Nurrahman, Putu Sutawijaya, R. E. Hartanto, Jompet Kuswidananto, Teguh
Ostenrik, Ugo Untoro, Wayan Suja, Wilman Hermana, Yustoni Volunteero

Pembukaan: Kamis, 16 Juli 2009, 19:00 WIB

di Galeri Salihara

GRATIS



Jumat-Sabtu, 17-18 Juli 2009, 20:00 WIB

Musik oleh TimeTable Percussion Trio, New York AS

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Selasa-Rabu, 21-22 Juli 2009, 20:00 WIB

Tari SUARA NENG, koreografer: Nur Hasanah, Jakarta

Tari MERAH, koreografer: Asri Mery Sidowati, Jakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2009, 20:00 WIB

Jazz musikalisasi puisi oleh Denise Jannah, Belanda-Suriname

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Minggu, 26 Juli 2009, 19:00 WIB

Kuliah Umum JAMAL, KEINDAHAN FEMININ DARI YANG ILAHI: JENDER, SENI DAN TASAWUF

Pembicara: Amina Wadud, Kalifornia AS

di Serambi Salihara

GRATIS



Selasa-Rabu, 28-29 Juli 2009, 20:00 WIB

Musik oleh I Wayan Sadra  Ansambel SonoSeni, Surakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB

Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess 
Sonya Tolstoy

Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Minggu, 02 Agustus 2009, 20:00 WIB

Musik oleh Dieter Mack  Selisih Ensemble, Jerman

di Teater Salihara

HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)



Jumat-Sabtu, 07-08 Agustus 2009, 20:00 WIB

Teater HOLOCAUST RISING

Sutradara: Rukman Rosadi | Saturday Acting Club, Yogyakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Selasa, 11 Agustus 2009, 20:00 WIB

Wayang Ringkas BANJARAN KARNA

Dalang: Ki Purbo Asmoro, Surakarta

di Teater Salihara

HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas)



Rabu, 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pentas Tari World-Premiere Hunger of the Land oleh Eiko Koma, New York

2009-07-10 Terurut Topik MGR
Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB
Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia)
Koreografer dan penari: Eiko  Koma, New York AS
di Teater Salihara
HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas)

Hunger
of the Land (2009) adalah sebuah pertunjukan tari berdurasi kurang
lebih 60 menitHunger of the Land merupakan hasil pengerjaan ulang karya
Eiko  Koma yang bertajuk Land, karya kolaborasi dengan musisi
Native American, Robert Mirabal yang dibuat pada 1991. Land
terinspirasi dari saat-saat ketika Eiko  Koma berada di Taos, New
Mexico, tempat di mana Mirabal dibesarkan dan tinggal. Selama 1000
tahun, Taos telah menjadi wilayah kesukuan Taos Pueblo Indians dan
menjadi rumah bagi 2000 orang yang masih hidup dengan tradisi nenek
moyangnya. Selain itu, daerah New Mexico ini juga merupakan lokasi
percobaan nuklir, yang memungkinkan dilepaskannya bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki pada 1945. Eiko  Koma dan Mirabal mengunjungi
Hiroshima dalam proses pembuatan Land.

Dalam karya Land, Eiko
 Koma menciptakan sendiri bentang kuno mereka, sebuah situs yang
dengan ketekunan telah diimajinasikan secara akttif dan dirasakan
secara kinetis oleh para penampil dan penonton. Kini, 15 tahun
kemudian, Eiko  Koma menggali kembali konsep dan musik dalam Land
dan menggabungkan tema kelaparan dari karya terbaru mereka, Hunger
(2008). Dalam Hunger of the Land, Eiko  Koma menunjukkan bahwa
bukan hanya manusia yang kelaparan, bumi pun lapar akan kesuburan dan
keintiman.

Hunger of the Land merupakan salah satu komponen
pertama dari Retrospective Project (Proyek Retrospektif) Eiko 
Koma setelah bertahun-tahun berkarya dan berkolaborasi dengan beragam
perupa. Proyek ini akan melibatkan instalasi hidup, publikasi katalog
dan kumpulan DVD, pameran fotografi dan lokakarya. Proyek kilas balik
ini dapat membuat Eiko  Koma merefleksikan dan mengevaluasi karya
serta corak tema yang telah mereka bagi dengan para penonton selama
ini. Bentuk dasar Hunger of Land ditampilkan pada musim semi 2009 di
Alaska Dance Theater ketika Eiko  Koma tengah menjalani residensi
sebagai Alaska AIR Fellows, United States Artist Program (Program
Perupa Amerika Serikat), dan sebagai bagian dari acara pengukuhan
Retrospective Project di Wesleyan University. Dalam Hunger of Land,
Eiko  Koma akan mengevaluasi, mempertanyakan dan mengkontradiksi
sejarah mereka sendiri, sembari terus tampil dan berkarya. Eiko 
Koma tertarik pada bagaimana bumi teguh dan tekun hidup sambil
mengenang masa lalunya.

Meskipun tanah Hiroshima diserang
manusia, tapi ia tetap hidup – seperti manusia yang berjuang untuk
tetap hidup meskipun lapar mendera mereka. Tidak ada yang terlupakan,
baik penyerangan atau kelaparan. Justru hal-hal ini telah menjadi
bagian penting yang membuat tanah atau manusia terus melanjutkan hidup.
Dalam Hunger of the Land, Eiko  Koma mempertunjukkan visual
pemandangan yang hangus tapi tetap mampu mengasuh yang baru hidup.
Karya ini dimulai dengan di sebuah lahan yang khas untuk berkolaborasi
tapi akan terus menemukan pemaknaan baru di setiap tempat di mana ia
ditampilkan. Penonton akan membawa pengetahuan masing-masing mengenai
lahan dan leluhur di setiap tempat sehingga karya ini menjadi karya
universal namun tetap spesifik.

Hunger of the Land akan
ditampilkan perdana pada musim panas 2009 di Teater Salihara 11 dan 12
Juli 2009, di Jakarta, Indonesia, dan di Arts Edge Wolfeboro di
Wolfeboro, New Hampshire. Kostum dikerjakan oleh Eiko  Koma.

Menurut
Tony Prabowo, kurator tari Festival Salihara 2009, Eiko  Koma
terkenal dengan karakter karya yang introspektif dan tragis, layaknya
Butoh, aliran avant-garde Jepang. Eiko  Koma adalah sedikit dari
koreografer Timur yang tinggal di belahan dunia Barat. Karya-karya Eiko
 Koma bisa dikatakan sebagai bentuk inovasi koreografi Butoh, yang
harus mampu bersaing dengan karya-karya modern Amerika Serikat.

Pementasan
world-premiere Hunger of the Land ini akan diselenggarakan di Teater
Salihara pada hari Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009 pukul 20:00 WIB. Tiket
seharga Rp 100.000,- (dan Rp 50.000,- khusus untuk pelajar/mahasiswa)
dapat diperoleh langsung di Komunitas Salihara, atau reservasi melalui
Natalie 0817-077-1913, Tiko 021-9619-2632, atau secara on-line melalui
www.salihara.org.

Selain pementasan, Eiko  Koma juga akan
memberikan workshop tari pada hari Minggu 12 Juli 2009 pukul 10:00 WIB
di Serambi Salihara. Gratis!

Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi 
Melan di melan.salih...@gmail.com.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 
021-789-1202.
(Tempat parkir terbatas.)

Menari dengan Bumi (Preview Eiko  Koma Hunger of the Land) di TEMPO

http://www.facebook.com/note.php?note_id=99389622938id=75670011352ref=share

Jadwal Lengkap Festival Salihara di:

http://www.facebook.com/event.php?eid=110279770743




Saturday-Sunday, 11-12 July 2009, 08:00 p.m.
Dance HUNGER 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Jender, Seni dan Tasauf oleh Amina Wadud di Salihara

2009-07-22 Terurut Topik MGR

Dr. Amina Wadud menjadi muslim berdasarkan pilihan, mengikrarkan syahadat pada 
tahun 1972. Lahir dan besar di Maryland, Amerika Serikat, ayahnya seorang 
pendeta Kristen Metodis, dan ibunya merupakan keturunan kalangan budak yang 
beragama Islam. Selama  menempuh pendidikan doktor, Amina belajar bahasa Arab 
dan studi Quran di Kairo. Dia meraih gelar master dan doktor dalam Studi Quran 
dan Bahasa Arab dari Universitas Michigan spesialisasi studi dan tafsir Quran.

Amina telah menekuni karir intelektualnya selama tiga dekade di empat puluh 
negara; periset tamu di Harvard University's Divinity School, dosen di 
International Islamic University di Malaysia, sarjana tamu di Starr King School 
di Kementrian di Berkeley California, konsultan tamu di International Center 
for Islam and Pluralism (ICIP) di mana ia melakukan riset tentang 
Tradisi-tradisi Etik Islam dan Jender. Ia menulis tiga buku termasuk Qur'an and 
Woman: Re-Reading the Qur'an from a Woman's Perspective—telah diterjemahkan 
lebih dari setengah lusin bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia. Buku 
terakhirnya: Inside the Gender Jihad: Women's Reform in Islam.

Dalam Festival Salihara 2009, Amina Wadud akan membawakan tema Jamal, 
Keindahan Feminin dari Ilahi: Jender, Seni dan Tasauf. Dia akan mengulas dua 
artibut Ketuhanan: yang maskulin (jalal) dan yang feminin (jamal) dalam ranah 
Tauhid: konsep keesaan Tuhan. Bagi Amina, tradisi Tasawuf Islam lebih 
menekankan pada aspek keindahan Allah atau atribut-atribut yang feminin, 
seperti Mahapenyayang, Mahapengasih, Mahapengampun, dan Mahaindah. Sedangkan 
tradisi Fiqh dan Kalam lebih fokus pada aspek keperkasaan Allah seperti 
Mahakuasa, Mahapemarah, Mahapenghakim.

Di tengah kerumitan aspek spiritualitas dan identitas saat ini, kuliah ini akan 
mengajak pemeluk beragama untuk menanggalkan atribut-atribut itu dan 
menggantinya dengan atribut yang membuat kita aman dan memberikan manfaat bagi 
kemanusiaan dan planet ini. Lebih-lebih bagi kaum muslim dan agama Islam yang 
tengah menerima citra negatif melalui tindakan-tindakan destruktif dari 
“muslim-teroris”; mereka yang kehilangan ruh kasih-sayang, cinta dan ampunan 
dalam pemahaman dan perbuatan mereka.

Dr. Amina Wadud akan menyampaikan kuliah umumnya dalam bahasa Inggris, dengan 
terjemahan langsung dalam Bahasa Indonesia. Acara ini akan diselenggarakan pada 
hari Minggu 26 Juli 2009 pukul 19:00 WIB di Serambi Salihara. Terbuka untuk 
umum dan gratis! Untuk keterangan lebih lanjut, silakan mengirim konfirmasi ke 
gun...@salihara.org atau kunjungi www.salihara.org.

Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi 
Melan di melan.salih...@gmail.com.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 
021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.)




  Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga! 
http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Ramadhan Salihara 2009: Pintu-Pintu Islam

2009-08-23 Terurut Topik MGR
Salihara Menyambut Ramadhan 1430 H
Agustus dan September 2009

Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam, Sejarah dan Konsep Waktu
Ismail
Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University
of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat).
Akhmad Sahal
(Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika
Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta)

Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam dan Islamofobia di Eropa
Ulil
Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika
Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag,
Belanda).

Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB
Dua Musik Islami dari Sumatra
Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of 
Wisconsin—Madison, Amerika Serikat).

Sinopsis

Menyambut
Bulan Ramadhan tahun 1430 Hijriyah ini Komunitas Salihara akan
menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan tema “Pintu-Pintu Islam”.
Islam sebagai keyakinan memiliki manifestasi dalam budaya manusia. Tak
hanya ada satu pintu menuju Islam. Keanekaragaman jalur masuk
memberikan pengalaman tersendiri yang merupakan kekayaan bagi Islam. Di
sinilah Islam hadir tidak dalam bentuknya yang monolitik, melainkan
selalu tampak sebagai wujud yang pluralistik. Dalam rangkaian diskusi
ini, akan ditemukan kemajemukan Islam itu melalui sejumlah kajian:
kajian alternatif terhadap sejarah dan konsep tentang waktu, kajian
terhadap praktek Islam di sejumlah kawasan Barat, serta kajian akan
sifat Islami dalam musik.

Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam, Sejarah dan Konsep Waktu
Ismail
Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University
of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat) dan Akhmad Sahal
(Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika
Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta)

Ismail Fajrie
Alatas akan meninjau ulang konsep waktu dalam kajian sejarah di ranah
antropologi sejarah; ia hendak menghadirkan sebuah kajian alternatif
yang terhadap apa yang disebut sebagai modernitas. Fajrie tidak melihat
sejarah sebagai kesatuan-alur-waktu yang teratur-kronologis namun
sebagai fragmen yang terpisah-pisah. Fajrie mengandaikan bila 11 bulan
lainnya yang dominan dalam kehidupan kita sebagai modernitas, maka
bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang menyimpan tawaran, alternatif dan
kritik. Fajrie akan mengulas ide dari Walter Benjamin. 

Sementara
Sahal akan membandingkan kritik Benjamin tentang sejarah dan waktu
modern dengan konsep teologi politik Carl Schmitt dalam
antiliberalismenya. Komparasi ini menarik bukan hanya karena Benjamin
yang Yahudi adalah pengagum Schmitt yang Nazi. Tapi lebih dari itu,
pemikiran Schmitt tentang decisionalism dan klaimnya bahwa konsep
modern adalah teologi yang tersekulerkan—banyak mempengarudi Benjamin. 

Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB
Islam dan Islamofobia di Dunia Barat
Ulil
Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika
Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag,
Belanda).

Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena
perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah
kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah,
Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat).
Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe
hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim,
misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang sering memiliki pemahaman
yang keliru terhadap Islam, seperti di Belanda dan Amerika?

Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB
Dua Musik Islami dari Sumatra
Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of 
Wisconsin—Madison, Amerika Serikat).

Nyak
‘Ubiet’ Ina Raseuki baru saja menyelesaikan disertasinya yang berjudul
“Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatra” di
bidang etnomusikologi. Ubiet meneliti dua genre musik, yang satu
bersifat populer dan yang lain “tradisional”, yang disebut sebagai
musik Islami baik oleh pelaku maupun lingkungan masyarakatnya. Melalui
kajian musik ini, Ubiet menemukan kehadiran Islam yang lain. Musik dari
Aceh dan Jambi tersebut menunjukkan kompleksitas hubungan antara sumber
penciptaan, klaim keislaman dan keberlanjutan musik itu sendiri.

Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi yang berpuasa akan disediakan buka puasa 
alakadarnya.

http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=797

http://www.facebook.com/home.php#/event.php?eid=125289979312ref=ts


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Reading Discussion with Hari Kunzru @Salihara

2009-09-29 Terurut Topik MGR
Reading  Discussion with Hari Kunzru
MULTI-IDENTITY  RADICALISM
Moderator: Debra H. Yatim
Serambi Salihara (Salihara Lounge)
Thursday, 01 October 2009, 07:00 p.m.
Free admission

Hari
Kunzru is a British novelist and journalist. He has written three
novels titled The Impressionist (2002), Transmission (2004), and My
Revolutions (2007), and a short story compilation, Noise (2006).
Kunzru’s works are able to steal the literature world and has been
translated into 21 languages, and received some awards such as Somerset
Maugham Award, Betty Trask Prize of the Society of Authors, and British
Book Award. In 2003, Granta magazine named him as one of 20 best
British novelists. 

Hari Kunzru will be present in Komunitas
Salihara to read quotes from his novel and answer some questions from
discussion participants. The discussion will uncover the issues related
to multi-identity and radicalism departing from the novel’s characters
specifically (in Britain) or the multi-identity and radicalism in the
world he has observed. 
 
The discussion with Hari Kunzru will
be moderated by activist Debra H. Yatim. This event is a joint program
of Komunitas Salihara and British Council.

-

Pembacaan Karya  Diskusi bersama Hari Kunzru
MULTI-IDENTITAS  RADIKALISME
Moderator: Debra H. Yatim 
Serambi Salihara
Kamis, 01 Oktober 2009, 19:00 WIB
GRATIS

Hari
Kunzru adalah seorang novelis dan jurnalis dari Inggris. Ia telah
menulis tiga novel berjudul The Impressionist (2002), Transmission
(2004) dan My Revolutions (2007), serta sebuah kumpulan cerita pendek,
Noise (2006). Karya-karya Kunzru mampu mencuri perhatian sastra dunia
dan telah diterjemahkan ke 21 bahasa dunia serta memperoleh beberapa
penghargaan seperti Somerset Maugham Award, Betty Trask Prize of the
Society of Authors dan British Book Award. Pada tahun 2003, majalah
Granta menahbiskannya sebagai salah seorang dari 20 novelis muda
Inggris terbaik.

Hari Kunzru akan hadir di Komunitas Salihara
untuk membacakan petikan-petikan dari novelnya dan menjawab beberapa
pertanyaan dari peserta diskusi yang hadir. Diskusi akan mengulas
persoalan yang berkaitan dengan multi-identitas dan radikalisme yang
berangkat dari tokoh-tokoh novelnya secara khusus (di Inggris) atau pun
problem multi-identitas dan radikalisme yang ia amati di dunia. 

Diskusi
bersama Hari Kunzru akan dipandu oleh aktivis Debra H. Yatim. Acara ini
merupakan sebuah kerja sama antara Komunitas Salihara dan British
Council.

http://www.facebook.com/event.php?eid=133604804549ref=mf



  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Invitation to First Erasmus Lecture on Humanism, by Goenawan Mohamad

2009-10-27 Terurut Topik MGR
First Erasmus Lecture on Humanism

“Humanism in the thoughts of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, 
Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer”

Wednesday, 28 October 2009, 19.30 hrs.

Goenawan Mohamad, Budayawan (publicist on culture and philosophy)  

Erasmus Huis

On this day, the birthday of the Dutch philosopher Desiderius Erasmus, more 
than 550 years ago, the Erasmus Huis wants to draw attention to the 
philosophical heritage of Erasmus and its relevance to the present time by 
organising a lecture and discussion: in the spirit of Erasmus’ own words ‘Civis 
mundi sum’ / I am a world citizen.

Erasmus is often referred to as ‘the humanist’; he has given an important 
impulse to the development and spreading of this body of thought. The concept 
‘humanism’ does not have a univocal meaning and will have different 
interpretations and relevance depending on time and place. For Erasmus it was 
foremost the conviction that the spiritual strength, that is needed to take 
life to its highest potential, is evoked by entering discussion with great 
thinkers, who have those strengths. Beside that, time and time again he pleaded 
for tolerance between the different beliefs. He placed common sense above 
dogmatic standpoints.

At Erasmus Huis Mr Goenawan Mohamad will present the English version of his 
lecture on humanism in the thoughts of a number of prominent Indonesians: 
Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer. Mr Goenawan 
Mohamad has for long been a key figure in the political and cultural world of 
Indonesia as an editor, curator and publicist, always presenting his own 
independent views.

Erasmus Huis
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan Jakarta 12950




Erasmus

Senin, 26 Oktober 2009

Ini akhir pekan Erasmus. Saya diminta bicara tentang humanisme dalam pandangan 
Indonesia untuk ulang tahun tokoh humanisme Eropa yang lahir 27 Oktober 1466 
itu di Erasmus Huis, Jakarta. Saya tak tahu banyak tentang humanisme abad ke-15 
Eropa, dan yang pertama kali saya ingat tentang Erasmus adalah apa yang 
dikatakan Luther tentang dia. Bagi Luther, pemula Protestantisme yang pada 
akhirnya mengambil posisi yang tegas keras menghadapi Gereja itu, Erasmus 
ibarat ”belut”. Licin, sukar ditangkap.

Erasmus memang tak selamanya mudah masuk kategori, tak mudah menunjukkan di 
mana ia berpihak, ketika zaman penuh hempasan pertentangan keyakinan theologis. 
Pada mulanya ia membela Luther, ketika pembangkang ini diserang dan diancam, 
tapi kemudian ia menentangnya, ketika Luther dianggapnya semakin mengganas 
dalam menyerang Roma. Dalam sepucuk suratnya kepada Paus Adrianus VI, Erasmus 
sendiri mengatakan, ”Satu kelompok mengatakan hamba bersetuju dengan Luther 
karena hamba tak menentangnya; kelompok lain menyalahkan hamba karena hamba 
menentangnya….”

Bagi Erasmus, sikapnya menunjukkan apa yang disebut di zamannya sebagai 
civilitas. Dalam kata-kata sejarawan Belanda terkemuka, Huizinga, itulah 
”kelembutan, kebaikan hati, dan moderasi”.

Perangai tokoh humanisme abad ke-15 ini agaknya seperti sosok tubuhnya. Kita 
hanya bisa melihat wajahnya melalui kanvas Holbein di Museum Louvre: kurus, 
pucat, wajah filosof yang meditatif dan sedikit melankolis. Tetapi ia—yang 
merupakan pengarang terlaris di masanya ini (seorang penjual buku di Oxford 
pada 1520 mengatakan, sepertiga bukunya yang terjual adalah karya-karya 
Erasmus)—juga seorang yang suka dipuji. Dan di balik sikapnya yang santun, ada 
kapasitas untuk menulis satire yang sangat berat sebelah yang menyerang Paus 
Julius II. Dalam satire ini, Santo Petrus bertanya kepada Julius di gerbang 
akhirat: ”Apa ada cara mencopot seorang Paus yang jahat?” Jawab Julius: 
”Absurd!”

Pada akhirnya memang tak begitu jelas bagaimana ia harus diperlakukan. Ia 
meninggal di Basel, Swiss, pada 1536, tanpa disertai seorang pastor, tanpa 
sakramen Gereja. Tapi ia dapat kubur di katedral kota itu.

Agaknya itu menggambarkan posisinya: seorang yang meragukan banyak hal dalam 
agama Kristen, tapi setia kepada Gereja. ”Aku menanggungkan Gereja,” katanya, 
”sampai pada suatu hari aku akan menyaksikan Gereja yang jadi lebih baik.”

Mungkin itulah sebabnya yang selalu dikagumi orang tentang pemikir ini adalah 
seruannya untuk menghadapi perbedaan pikiran dengan sikap toleran dan 
mengutamakan perdamaian. ”Tak ada damai, biarpun yang tak adil sekalipun, yang 
tak lebih baik ketimbang kebanyakan perang.”

Dari sini agaknya orang berbicara tentang ”humanisme Kristen” bila berbicara 
tentang Erasmus—atau, dalam perumusan lain, ”rasionalisme religius”. Dalam 
jenis ”rasionalisme” ini, skeptisisme dan rasa ingin tahu, curiositas, diolah 
dengan baik, tapi pada akhirnya tetap dibatasi oleh apa yang ditentukan agama. 
Tak mengherankan bila Ralf Dahrendorf menyebut posisi Erasmus sebagai ”leise 
Passion der Vernunft”, gairah yang lembut untuk akal budi.

Dalam hal itu, Erasmus memang tak bisa diharapkan akan mengatasi pikiran yang 
umum di 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan di Salihara

2009-12-28 Terurut Topik MGR
Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan
Paul Ricoeur, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, dan Karl Marx
Setiap Sabtu, Januari 2010, 16:00 WIB/
Serambi Salihara

Paul
Ricoeur, seorang tokoh hermeunetika kontemporer menyebut tiga pemikir
besar, yakni Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche, sebagai
pendahulu metodologi hermeneutika yang disebut sebagai hermeneutika
kecurigaan. Freud mencurigai terbentuknya teks sebagai berasal dari
alam ketaksadaran manusia, Marx meletakkannya sebagai produk ekonomi
dan politik, sementara Nietzsche merujuk sebab-musababnya pada kehendak
ingin berkuasa.

Apa yang dimaksud hemeneutika kecurigaan itu?
Apa saja alasan-alasan Paul Ricoeur? Dan bagaimana hemeneutika bekerja
dalam pandangan Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche?
Selama empat minggu berturut-turut, selain mengulas pandangan
tokoh-tokoh tersebut dalam lingkup hermeneutika kecurigaan, kuliah umum
ini juga menggali pandangan filsafat dari masing-masing tokoh tersebut.

Kuliah Umum Filsafat ini akan digelar di Serambi Salihara setiap hari Sabtu di 
bulan Januari 2010 pada pukul 16.00 -18.00 WIB.

Kuliah ini terbatas, untuk mengikutinya silakan mengirim email pendaftaran ke 
me...@salihara.org atau riaud...@yahoo.co.id

Sabtu 09 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Hermeneutika: Pengantar Umum dan Teori Hermeneutika Paul Ricoeur 
Haryatmoko /

Sabtu 16 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Tentang Friedrich Nietzsche
Setyo Wibowo /

Sabtu 23 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Tentang Sigmund Freud
Bagus Takwin /

Sabtu 30 Januari 2010, pukul 16.00 WIB
Tentang Karl Marx
Goenawan Mohamad /




  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sayembara Penulisan Lakon Realis (Hadiah Utama: Rp 20.000.000)

2010-01-14 Terurut Topik MGR
SAYEMBARA PENULISAN LAKON REALIS
Hadiah utama: Rp 20.000.000 dan Rp 5.000.000 (dua lakon finalis) 

Dalam dua dekade terakhir
panggung teater Indonesia mengalami kemerosotan drastis dalam kuantitas
pementasan bergaya realis, seiring dengan semakin banyaknya kemunculan
“teater tubuh”. Sejumlah pengamat pernah menyatakan bahwa dalam teater
kita telah terjadi krisis aktor. Hal itu mengacu pada kenyataan bahwa
tidak banyak aktor yang menunjukkan kepiawaian menghidupkan teks
(dialog) dan membangun karakter. Salah satu kemungkinan penyebabnya
adalah kelangkaan lakon yang mengutamakan seni peran. Beberapa naskah
jenis itu, yang sedikit jumlahnya, terlalu sering dipentaskan ulang
tanpa menawarkan kesegaran. Sehubungan dengan itulah Komunitas Salihara
menyelenggarakan Sayembara Penulisan Lakon Realis. 

Syarat-Syarat:
1.  Tema bebas.
2.  Ditulis dalam bahasa Indonesia.
3.  Memperhitungkan durasi pementasan, antara 1 sampai 1,5 jam.
4.  Tidak berbentuk monolog dan dibuat untuk dimainkan oleh maksimal 5 
(lima) karakter/tokoh.
5.  Belum pernah dipentaskan/diterbitkan sebagian atau seluruhnya dalam 
bentuk apa pun.
6.  Naskah diterima panitia paling lambat pada tanggal 30 Juni 2010.
7.  Pementasan perdana naskah pemenang menjadi hak panitia.
8.  Nama dan biodata pengarang ditulis pada lembar terpisah dari naskah.
9.  Naskah dikirim rangkap 4 (empat) dalam amplop yang ditulisi “Sayembara 
Penulisan Lakon Realis” di pojok kiri atas, ke:

Komunitas Salihara
Jl. Salihara 16, Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12520

Pemenang dan Hadiah:
1.  Dewan Juri akan memilih 3 (tiga) finalis dan menentukan 1 (satu) lakon 
terbaik.
2.  Pemenang akan diumumkan pada Festival Salihara, September 2010.
3.
Lakon terbaik akan mendapatkan hadiah uang Rp 20.000.000,- (dua puluh
juta rupiah) dan dua lakon finalis lain masing-masing mendapat uang Rp
5.000.000,- (lima juta rupiah); pajak ditanggung penerima hadiah.
4.  Lakon terbaik akan dipentaskan untuk pertama kalinya di Teater Salihara 
sebagai produksi Komunitas Salihara.

Dewan Juri dan lain-lain:
1.
Dewan Juri terdiri dari 3 orang: Iswadi Pratama (penulis lakon dan
sutradara Teater Satu, Lampung), Zen Hae (penyair dan penulis cerita),
dan Seno Joko Suyono (wartawan budaya Koran Tempo, pengamat seni
pertunjukan).
2.  Panitia (kurator dan seluruh karyawan Komunitas Salihara) dan anggota 
Dewan Juri dilarang mengikuti sayembara ini.
3.  Keputusan Dewan Juri akan dipertanggungjawabkan pada saat pengumuman 
pemenang, dan tidak dapat diganggu-gugat.

Jakarta, 01 Januari 2010
Komunitas Salihara,
Panitia Sayembara Penulisan Lakon Realis

http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=876

http://www.facebook.com/event.php?eid=254989772749ref=mf



  Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. 
http://id.answers.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Salihara April 2010

2010-04-03 Terurut Topik MGR
Program April 2010

FORUM MUSIK / MUSIC FORUM
Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Bagian II
A Guide to Listening to Classical and Contemporary Music
(FM KlaKon) Part II

Fasilitator/Facilitator: Slamet Abdul Sjukur
Serambi Salihara/Salihara Lounge
Terbuka untuk umum/Open to the public

Pendaftaran selambatnya 02 April 2010, melalui dita.salih...@gmail.com
Register via email: dita.salih...@gmail.com by April 02, 2010

Sabtu, 3 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 3, 2010, 04:00 PM
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (1):
Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev
Introduction to Musical Instruments (1st part):
Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev

Sabtu, 10 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 10, 2010, 04:00 PM
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (2):
Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens
Introduction to Musical Instruments (2nd part):
Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens

Sabtu, 17 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 17, 2010, 04:00 PM
Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (3, tamat):
Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten
Introduction to Musical Instruments (3rd and final part):
Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten

Sabtu, 24 April 2010, 16:00 WIB
Saturday, April 24, 2010, 04:00 PM
Musik Panjang yang Tidak Membosankan dan Mudah Diingat:
Bolero – Maurice Ravel
Music which is Long but Not Boring and Easy to Remember:
Bolero – Maurice Ravel

http://www.facebook.com/event.php?eid=101975003171411index=1

===

KONSER JAZZ / JAZZ CONCERT
Sabtu, 03 April 2010, 20:00 WIB
Saturday, April 03, 2010, 08:00 PM

SARIMANOUK QUARTET

Teater Salihara
HTM Rp 50.000,-
Mahasiswa/Palajar Rp 25.000,- (tempat terbatas)
Ticket Rp 50.000,-
Students Rp 25.000,- (limited seats)

http://www.facebook.com/event.php?eid=103693109665324index=1

===

PEMUTARAN FILM / FILM SCREENING
Jumat, 09 April 2010
Friday, April 09, 2010

18.30 KODRAT KUADRAT
Sutradara/Director: Krishna Murti

20.00 AT THE VERY BOTTOM OF EVERYTHING (DI DASAR SEGALANYA)
Sutradara/Director: Paul Agusta

Teater Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

http://www.facebook.com/event.php?eid=105325146163682index=1



PAMERAN SENI RUPA / ART EXHIBITION
Jumat, 09-23 April 2010
Friday, April 09-23, 2010

PICTURING AMERICA

Galeri Salihara
Pembukaan: Jumat, 09 April 2010, 19:30 WIB
Opening: Friday, April 09, 2010, 07:30 PM

Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

http://www.facebook.com/event.php?eid=110145672331167index=1

=

KONSER ROCK PROGRESIF / PROGRESSIVE ROCK CONCERT
Sabtu, 17 April 2010, 20:00 WIB
Saturday, April 17, 2010, 08:00 PM

KEENAN NASUTION  HARMONIK DISTORSI

Teater Salihara
HTM Rp 50.000,-
Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas)
Ticket Rp 50.000,-
Students Rp 25.000,- (limited seats)

http://www.facebook.com/event.php?eid=101581959881151index=1

===

Rabu, 21-27 April 2010
Wednesday, April 21-27, 2010

V FILM FESTIVAL

Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

Kamis, 22 April
Thursday, April 22
14:15 Four Wives, One Man (Serambi Salihara)
16.00 Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor (Serambi Salihara)
19:00 Jamila dan Sang Presiden (Serambi Salihara)

Jumat, 23 April
Friday, April 23
14:15 Annas Sommer (Serambi Salihara)
16:30 Rough Aunties (Serambi Salihara)
19:00 The Sari Soldiers (Serambi Salihara)

Sabtu, 24 April
Saturday, April 24
10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara)
14:15 Cover Girl Culture (Serambi Salihara)
19:00 Elegy (Serambi Salihara)

Minggu, 25 April
Sunday, April 25
10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara)
14:15 All My Failed Attempts (Serambil Salihara)
16:30 Say My Name (Serambi Salihara)
19:00 Du Ska Nog Se Att Det Gar Over - Don’t Worry It’s Just a Phase (Serambi 
Salihara)

Senin, 26 April
Tuesday, April 26
14:15 Lovely Luna (Teater Salihara)
16:30 The Gift from Beate (Teater Salihara)
19:00 International Shorts (Teater Salihara)

Selasa, 27 April
Tuesday, April 27
Film Penutup (khusus undangan / by invitation only)
19:00 Minggu Pagi di Victoria (Teater Salihara)

http://www.facebook.com/event.php?eid=103999546298362index=1



DISKUSI / DISCUSSION
Kamis, 22 April 2010, 16:00 WIB
Thursday, April 22, 2010, 04:00 PM

FILM, TUBUH PEREMPUAN, DAN SENSOR
FILM, WOMEN’S BODIES, AND THE CENSOR
Pembicara: Novi Kurnia dan Intan Paramaditha
Moderator: Veronica Kusuma

Serambi Salihara
Terbuka untuk umum  GRATIS
Open to the public  FREE ADMISSION

http://www.facebook.com/event.php?eid=103358069698793index=1



PENTAS TEATER / THEATER PERFORMANCE
Jumat-Sabtu, 23-24 April 2010, 20:00 WIB
Friday-Saturday, April 23-24, 2010, 08:00 PM

REQUEST CONCERT
Aktor/Actor: Niniek L Karim
Sutradara/Director: Manuel Lutgenhorst

Teater Salihara
HTM Rp 50.000,-
Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas)
Ticket Rp 50.000,-
Students Rp 25.000,- (limited seats)


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Social Media untuk Revolusi di Salihara

2010-08-12 Terurut Topik MGR
Peluncuran Situs Web Salihara  Diskusi

Social Media untuk Revolusi
Sabtu, 14 Agustus 2010, 19.00 WIB

Pembicara: Goenawan Mohamad  Roby Muhamad
Moderator: Wicaksono (NdoroKakung)
Serambi Salihara | Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 13 Agustus 
2010, melalui d...@salihara.org

Acara ini diadakan untuk peluncuran situs web salihara.org yang baru, yang akan 
dilanjutkan diskusi pengaruh sosial media (blog, facebook, twitter) terhadap 
kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Melaui perkembangan terakhir social 
media terbukti sangat efektif untuk membentuk opini dan simpati publik serta 
penggalangan massa misalnya untuk kasus Prita dan Bibit-Chandra. Melalui social 
media ini kita pun memperoleh rangkaian dialog, debat hingga kuliah yang 
bermutu—misalnya #kultwit (kuliah twitter), serta informasi dan ulasan yang 
sering diabaikan media kita.

Sebelum acara peluncuran situs web dan diskusi akan disediakan hidangan buka 
puasa.

Program ini didukung oleh Hivos.

http://salihara.org/event/2010/08/01/sosial-media-untuk-revolusi




[Non-text portions of this message have been removed]