[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Guntur Romli dan usaha rekonstruksi sejarah Kenabian Muhammad saw
Bung Anton Terima kasih atas pertanyaan2 anda, dan saya berusaha untuk menjawabnya 1. Islam pada periode itu belum bisa disebut sebagai agama, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad sama saja dengan keyakinan Waraqah dan pengikut al-hanifiyah. Intinya adalah monoteisme dan anti-pagan. Kata Islam yang maknanya adalah kepasrahan disebut juga dalam syair Zaid bin Amru pengikuti al-hanifiyah, al-islam berarti kepasrahan pada Allah, bukan pada berhala. Mereka yang mengikuti Muhammad disebut pengikut, atau yang mengimani ajaran Muhammad, istilah muslim (orang Islam) adalah istilah yang umum yang merujuk pada kaum monoteis yang pasrah pada ajaran Allah (Muhammad dan pengikutnya termasuk di dalamnya). Kelompok ini juga lebih bangga disebut sebagai orang beriman, Quran lebih banyak menyebut orang- orang beriman (al-mukminun) untuk orang2 yang percaya pada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad. Hakikatnya Waraqah adalah muslim tanpa menjadi pengikut Nabi Muhammad, dan Waraqah ini sebenarnya adalah bapak spiritual (al-abb al-ruhi) Nabi Muhammad. 2. Sekte itu banyak istilah untuk menyebutnya, Ebyon, Yahudi- Kristiani, dll, James D Tabor dalam buku Dinasti Jesus mengulas secara singkat sekte ini yang disebut sebagai Kekristenan Perdana, silakan anda baca kesimpulan dalam buku Tabor itu, sangat menarik, yang menurutnya ajaran Kekristenan Perdana itu dilestarikan oleh Islam. Injil mereka berbahasa Ibrani yang kemudian sampai ke Waraqah. Secara singkat sekte ini berbeda dari teologi Trinitas. 3. Bagi saya kisah-kisah mukjizat Nabi yang misalnya dadanya dibelah tidak bisa dipahami secara harfiyah, namun secara majaziyah (metaforis). bagi saya nubuat-nubuah dari pendeta Kristen dan Yahudi terhadap kenabian Muhammad sewaktu dia masih kecil dan muda, tidak lah secara khurus mengarah pada Muhammad bin Abdullah, karena, Muhammad hidup sebagaimana anak kecil dan anak muda Mekkah sejamannya, bila ia sudah diketahui akan menjadi Nabi, maka, ia pasti diperlakukan secara istimewa, ternyata tidak, dia disusui di Bani Sa'diyah, menggembala kambing, menjadi pedagang dll. Nubuat2 itu menunjukkan semacam prakondisi-prakondisi kenabian, bawah bangsa Arab pada waktu itu sanga2 merindukan kenabian. Dan, dalam riwayat lain, Umayyah bin Abi Shalat pernah dinubatkan akan menjadi nabi oleh seorang rahib Yahudi. Ramalan2 seperti itu sudah biasa. Bagi saya yang berarti bukan nubuat atau ramalan bahwa Muhamamd akan menjadi nabi, tetapi peran lingkungan dan komunitas intelegensia Kristen itulah yang sangat penting. 4. Saya tidak pernah menjadikan sumber2 orientalis sebegai rujukan, khazanah Islam klasik amat kaya dengan sumber-sumber sejarah itu, hanya saja jarang dirujuk oleh umatnya sendiri, sumber sejarah yang sampai pada kita adalah sumber yang sudah dipengaruhi kekuasaan, sumber yang monolitik, oleh karena itu, merujuk kembali pada khazanah Islam klasik menjadi penting. Demikian Mas Anton, mohon maaf bila tidak bisa memuaskan, mohon sabar menunggu buku saya yang akan terbit tentang Sejarah Kristen di Arab dan Pengaruhnya Terhadap Islam, beberapa data lain akan ada di buku itu. Terima kasih -Guntur- --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam tulisan ini saya ingin bertanya lebih lanjut : 1.Mengapa setelah mengetahui bahwa Nabi Muhammad saw merupakan Nabi dengan tugas menjalankan agama baru, Pendeta Waraqah tidak masuk Islam untuk memperkuat keyakinannya, apakah ada penjelasan historis disini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti yang dilakukan Abu Thalib dengan menolak masuk Islam karena ada pertimbangan-pertimbangan khusus berdasarkan situasi walaupun Nabi Muhammad menempatkan Abu Thalib dalam kedudukan yang sangat terhormat. 2.Apa bisa dijelaskan lebih lanjut secara gamblang tentang peran Khadijah dan Tim-nya dalam mengamati proses kenabian Muhammad, apakah Khadijah (secara pribadi) ini merupakan penganut sekte tertentu yang percaya terhadap ramalan akan kemunculan Nabi di lembah Paran sesuai dengan ramalan yang banyak disebut-sebut dalam keyakinan kaum Kristiani? Dan sepengetahuan Saudara Guntur Romli ada tidak tulisan yang menyebutkan bagaimana sekte ini mengetahui tanda- tanda rahasia kenabian. 3.Bagaimanapun sebagai umat Islam saya yakin sekali bahwa proses kenabian merupakan proses metafisika yang berjarak dengan Material-Historis seperti bagaimana Nabi dibuka hatinya oleh kedua malaikat saat ia masih disusui oleh ibu susunya Halimah binti Abu dhu'aib, berarti ketika ini diyakini memang Muhammad sudah dipersiapkan oleh Tuhan artinya kekuatan Metafisika yang supranatural untuk dijadikan Nabi sudah ada pada diri Muhammad. Dan bila kekuatan Supranatural ini memang sudah diramalkan jauh-jauh hari sebelum kelahiran Muhammad sehingga menjadi ilmu Laduni bagi orang yang mengetahuinya, adakah kelompok lain di luar Khadijah yang tahu tentang ramalan
[Forum Pembaca KOMPAS] Dukungan terhadap Kongkow Gus Dur di Jogja TV
Mas Adhie, Pak Kartono, dan saudara-saudara yang lain, terima kasih atas email2 dukungan anda, saya langsung cetak dan kirim via fax ke manajer operasional jogja tv pak eka susanto. respon teman2 jogja juga cepat, kemaren malam sekitar 200 orang hadir ke studio jogja tv untuk meminta agar acara kongkow bareng gus dur ditayangkan lanjut. sore pukul 14.30 akan ada pertemuan kawan2 aliansi islam damai yogyakarta, manajemen jogja tv dan kepolisian untuk membahas tayangan lanjut kongkow bareng gus dur. kawan2 joga juga siap bila diminta untuk menjaga keamanan studio jogja tv. Untuk itu, kami tetap berharap dukungan saudara-saudara semua--khususnya yang berada di jogja (seperti Pak Awang BinSaS), anda bisa mengirim fax dukungan ke nomor 0274451800 atau ramaikan web jogja tv di http://www.jogjatv.com/ ada kotak kritik dan saran anda di pojok bawah. Alamat Jogja TV Studio Jl. Wonosari Km.9 Sendang Tirto, Brebeh, Sleman, Yogyakarta, Telp 0274-451900/7488899 terima kasih mohamad guntur romli host acara kongkow bareng gus dur
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi TUK: Novel Seniman Kaligrafi Terakhir
Undangan Rabu, 16 Juli 2008, 19.00 WIB Diskusi NOVEL SENIMAN KALIGRAFI TERAKHIR Pembicara: Ida Sundari Husein dan Nur Rofiah. Pada tahun 1923, terjadi perubahan secara radikal di Turki, dari sebuah negeri yang tradisional menjadi negeri yang modernuntuk itulah seluruh tradisi dihancurkan hingga ke akar-akarnyaagar bisa dipandang benar-benar modern. Hubungan Islam dan tradisi Arab dengan masyarakat Turki yang telah berkait-erat selama berkurun-kurun, diputus. Bahasa dan tulisan Arab perlahan-lahan mulai dihapuskan, dan diganti dengan versi abjad Latin. Justeru dalam kondisi itu, seorang gadis bernama Rikkat yang memiliki kecintaan luar biasa pada kaligrafi, menghadapi hari-hari dan karirnya yang mulai diremehkan penguasa Turki yang baru. Bersama seniman-seniman kaligrafi tua lainnyayang berasal dari warisan penguasa lama: sultanmereka dipecat, dan sekolah-sekolah mereka ditelantarkan. Kecintaanya terhadap kaligrafi dibayar mahal: segala yang ia miliki: sebagai istri dan ibu nyaris terampas habis. Emosinya dicurahkan pada kegiatan menulis dengan meniupkan seluruh nafas hidupnya pada huruf-huruf agar kaligrafi menjadi seni yang abadi, lebih manusiawi dan modern. Inilah novel tentang cinta pada kesenian yang tengah sekarat, di sebuah wilayah yang serba aneh dan mistis dengan Turki kontemporer yang mulai terseret arus modern Barat, Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah dan penuh ilham yang berasal dari kisah nyata. Novel Seniman Kaligrafi Terakhir Jakarta: Serambi, 2008; 206 halaman) yang merupakan terjemah-an buku La Nuit des Calligraphes karya Yasmine Gatha. Buku aslinya diterbitkan oleh Editions Fayard (Paris, 2005, 181 halaman) dan Editions de Poche (Paris, 2005, 153 halaman). Waktu dan tempat Diskusi ini akan diadakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No.68H, Jakarta, Rabu 16 Juli 2008, pukul 19.00 WIB Narasumber Ida Sundari Husein (Penerjemah dan Dekan FIB UI 2004-2008) Nur Rofiah (Alumnus Universitas Ankara, Ankara, Turki) Tentang Yasmine Gatha Yasmine Gatha dilahirkan di Paris pada tanggal 6 Agustus 1975, sebagai anak keempat dari ibunya, Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, dan putera pertama ayahnya Jean Gatha, dokter peneliti keturunan Turki. Mungkin karena semasa kecil, ia dikelilingi benda-benda produk seni-budaya negeri nenek moyangnya yang dibawa ayah- nya sepulang dari perjalanan ke berbagai negara, kemudian Yasmine Gatha memilih studi Sejarah Kesenian Islam di Ecole du Louvre dan Universitas Paris III, Paris, untuk mempelajari arsitektur, benda-benda seni, tekstil dan kaligrafi. Panggilan darah membuatnya tertarik pada kesenian Otto-man. Namun, desakan untuk menulis baru muncul setelah ia melihat karya nenek-nya, Rikka Kunt, dalam sebuah pameran di ruang Richelieu, Museum Louvre, Paris, pada tahun 2000. Dengan penuh semangat ia mencari dokumen tentang sang nenek, dan menemukan dengan penuh kekaguman bahwa ia adalah seniman kaligrafi yang terkenal dengan huruf hiasan emasnya. Penemuan itu memberinya inspirasi untuk menulis La Nuit des Calligraphes. La Nuit des Calligraphes adalah bukunya yang pertama (2005). Buku itu mendapat sukses, dan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, belum termasuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, serta mendapat penghargaan: Prix de la Découverte (Prince Pierre de Monaco), Prix Cavour (Italia), Prix Kadmos (Libanon), dan Prix des Lecteurs dHerblay 2005. Bukunya yang kedua adalah Le Tar de Mon Père (2007), kisah dengan latar belakang Iran. Yasmine Gatha merupakan salah seorang pengarang Prancis keturunan asing yang menulis dalam bahasa Prancis karya dengan berlatar-belakang negeri asal orang tua atau nenek-moyangnya. Kesusastraan Prancis masa kini diperkaya oleh karya-karya sejenis berkat para penulis tersebut. Sebagai contoh lain kita dapat menyebut Amin Maalouf keturunan Libanon, yang salah satu karyanya, Le Rocher de Tanios, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Cadas Tanios dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1999. [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required)
[Forum Pembaca KOMPAS] Pemberitahuan: Jurnal Perempuan Pindah Alamat
Salam, Dengan ini kami memberitahukan sejak tanggal 21 Juli 2008 kantor Yayasan Jurnal Perempuan pindah ke: Jl. Tebet Barat Dalam IXA No B1 (Kompleks Kejaksaan Agung RI), Tebet, Jakarta Selatan. Kantor kami terletak di belakang pusat perbelanjaan GELAEL Jl. MT Haryono. Untuk sementara nomer telepon dan fax: 021-8300-211. Untuk nomer telepon lama 021-837-02005 (belum aktif). Demikian pemberitahuan ini dan terima kasih Lia Amalia Sekretaris Yayasan Jurnal Perempuan [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Press Release: Menolak Stigmatisasi terhadap Homoseksual dalam Kasus Mutilasi
Press Release Menolak Stigmatisasi terhadap Homoseksual dan Biseksual dalam Kasus Mutilasi yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan Kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Very Idam Henyansah atau Ryan terhadap Heri Santoso pada tanggal 17 Juli 2008 di Depok menjadi berita panas. Berita semakin kuat setelah tersangka melakukan pembunuhan karena rasa marah yang berlebihan terhadap korban. Dari pengakuan tersangka juga bahwa dirinya adalah seorang gay telah dimanfaatkan oleh media massa dan banyak pihak untuk memuat berita secara bias pada persoalan orientasi seksual. Pemberitaan-pemberitaan tersebut dan opini dari para ahli (umumnya psikolog dan kriminolog) yang dimintai pendapat tidak lagi berfokus pada kasus kriminal yang dilakukan tersangka tetapi mengkaitkan persoalan kriminal (mutilasi) dengan sikap emosi dari kelompok homoseksual, maka pandangan negatif terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual/Transgender (LGBT) semakin berkembang di masyarakat secara luas. Terlebih judul dan isi berita yang diangkat tampak tidak mengerti dan menyatakan kebencian terhadap homoseksual (homofobia). Padahal tindakan melawan hukum dalam hal ini mutilasi dapat saja dilakukan oleh siapa pun. Tetapi karena tersangkanya adalah seorang homoseksual maka yang lebih dikedepankan justru orientasi seksualnya bukan tindakan melawan hukumnya. Kejadian ini akan berbeda apabila yang melakukan tindakan sama adalah heteroseksual. Situasi ini jelas sangat merugikan keberadaan kelompok homoseksual maupun biseksual secara khusus dan LGBT secara umum, di mana mereka semakin sulit untuk dapat hidup aman dan bebas dari stimanisasi dari masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh pendapat sebagian psikolog maupun kriminolog yang ikut memperkuat stigma terhadap homoseksual dengan mengatakan kelompok ini menyimpang, tidak sehat, sehingga layak disembuhkan. Analisa ini jelas sangat bertentangan sekali dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada sekarang dalam melihat orientasi seksual. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III (1993) yang sudah tidak lagi menyebutkan homoseksualitas sebagai gangguan jiwa. Dalam PPDGJ II (1983) hanya homoseksualitas ego-distonik (di mana orangnya merasa terganggu oleh homoseksualitasnya) yang digolongkan sebagai gangguan jiwa. Untuk itu kami dari gabungan masyarakat sipil yang peduli terhadap penghormatan keberagaman seksual sebagai bagian dari hak asasi manusia menyampaikan sikap sebagai berikut: 1. Rasa bela sungkawa yang sedalam-dalamnya dan turut berduka cita kepada keluarga yang menjadi korban pembunuhan dan Mutilasi. 2. Menghimbau kepada semua pihak khususnya media massa, untuk dapat memberitakan kasus kriminal yang diduga dilakukan oleh Ryan tidak dihubungkan dengan orientasi seksual yang akibatnya dapat memberikan stigmatisasi kepada kelompok homoseksual dan biseksual secara khusus dan LGBT secara umum. 3. Kepada pihak penyidik (kepolisian) yang menangani tersangka kasus Mutilasi (Ryan) untuk tetap menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan dalam penanganan kasus dengan tidak merendahkan pilihan orientasi seksual seseorang. 4. Meminta kepada masyarakat untuk dapat bersikap adil dalam melihat persoalan kriminal dari aspek yang lebih luas tanpa langsung menghubungkan orientasi seksual seseorang dengan tindakan yang dilakukannya. Jakarta, 24 Juli 2008 Masyarakat Sipil Peduli Penghapusan Stigmatisasi Kelompok Homoseksual dan Biseksual : Ardhanary Institute, Arus Pelangi, Forum Komunikasi Waria, Institute Pelangi Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, Kalyanamitra, Kapal Perempuan, Kartini Networking, Koalisi Perempuan Indonesia, LBH Masyarakat, Our Voice, Srikandi Sejati, Violet Grey Kontak Toyo 0813-761-925-16 Agustine 0818-8080-76 [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to:
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Menulis di Jurnal Perempuan Edisi 60
Undangan Menulis di Jurnal Perempuan Edisi 60 Jurnal Perempuan Edisi 60 akan mengulas Perda-Perda/Instruksi yang Diskriminatif khususnya terhadap perempuan. Jurnalis Jurnal Perempuan sendiri telah mengadakan penelitian terhadap empat wilayah yang menerapkan Perda ini, seperti Sumatera Barat (Kewajiban memakai Jilbab bagi Siswi-siswi Sekolah Negeri), Kalimantan Selatan (Manajemen Ilahiyah), Sulawesi Selatan (Desa Muslim) dan Papua ( Perda Injil di Manokwari). Untuk memperkaya isi Jurnal Perempuan edisi 60, kami mengundang anda menulis tentang tema ini. Topik-topik yang kami harapkan dari anda adalah: A. Untuk Topik Empu Bagaimana tinjauan hukum dan HAM terhadap perda-perda tersebut?Penelitian atau liputan terhadap Perda sejenis itu di wilayah-wilayah lainAncaman Perda-perda tersebut terhadap perempuan dan Kebhinnekaan Indonesia Meskipun perda-perda tersebut tidak menggunakan syariah namun isi dari Perda-perda itu memuat bahan-bahan yang diambil dari syariah, khsusunya pandangan fiqh Islam, seperti pengaturan terhadap busana perempuan (konsep aurat), ruang gerak perempuan (larangan keluar rumah di malam hari tanpa muhrim), moralitas, dll Untuk itu kami ingin ada tulisan yang mengulas bagaimana tinjauan syariah dan fiqh terhadap Perda-Perda tersebut, khususnya terhadap konsep aurat, ruang gerak, dan moralitas perempuan? Perda Injili baru muncul di Manokwari, bagaimana pandangan teologi Kristen melihat fenomena ini? Apakah perda tersebut disebabkan persoalan teologi atau politik? Apakah Perda Injli hanya bisa dianggap sebagai reaksi terhadap Perda Syariah di wilayah lain di Indonesia?Pengalaman pribadi hidup dalam lingkup Perda tersebut. Apakah anda memiliki pengamatan sendiri atau pernah menjadi korban Perda tersebut. Syarat-syarat penulisan: 1. Hasil karya sendiri dan belum pernah dimuat di media mana pun 2. Kira-kira 15 halaman A4, spasi dobel, jenis font Times New Roman (kurang lebih 15.000 karakter), 3. Berikut catatan belakang dan mengikuti standar penulisan ilmiah. B. Resensi dan Rak (Berita) Buku buku-buku tentang tema utama di atas, panjang tulisan untuk resensi 5000 karakter sedangkan berita buku 2500 karakter (dibutuhkan 2 resensi buku dan 3 berita buku) C. Cerpen berkaitan dengan tema di atas, panjang 6000 karakter (dibutuhkan satu cerpen) catatan: - batas pengumpulan tulisan 15 Agustus 2008 - setiap tulisan yang masuk akan melewati proses penyeleksian dan editing - setiap tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan/honor - tulisan dikirimkan ke [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED] sekian dan terima kasih Supriadi Sekretaris Redaksi Jurnal Perempuan [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Forum Pembaca KOMPAS] Selamatan Awal Komunitas Salihara
Siaran Berita, 4 Agustus 2008 Selamatan Awal Komunitas Salihara Pada hari Jumat tanggal 8 Agustus 2008 akan diadakan acara Selamatan Awal Komunitas Salihara kantung budaya baru yang berada di Jalan Salihara 16, Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Acara yang sekaligus merupakan peresmian berdirinya kompleks Komunitas Salihara ini akan dihadiri oleh utusan dari Gubernur DKI Jakarta, serta relasi para penggiat Komunitas Salihara dan warga sekitar. Selain doa bersama dan potong tumpeng yang biasa menjadi penanda suatu acara selamatan dan peresmian, tepat pada pukul 8 pagi akan ditanam pohon Bodhi di pelataran kompleks Komunitas Salihara. Tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 pukul 8 memang sengaja dipilih karena unik, sehingga hari jadi Komunitas Salihara akan lebih mudah diingat. Penanaman pohon sebagai acara puncak sejalan dengan visi pembangunan kompleks Komunitas Salihara sebagai rumah baru bagi seni dan ide yang ramah lingkungan. Agar hemat energi, tiga bangunan utama kompleks ini, yaitu teater, galeri, dan kantor, dirancang secara cermat oleh ketiga arsitek (Adi Purnomo, Marco Kusumawijaya, dan Isandra Matin Ahmad) agar dapat meminimalkan penggunaan lampu dan pendingin ruangan. Untuk itu, desain atap, dinding, dan lantai, disiasati agar cahaya matahari leluasa masuk dan pertukaran udara terjadi secara maksimal. Menurut Prof. Soegijanto, dosen ITB sekaligus konsultan fisika bangunan yang membantu rancang bangun kompleks ini, ketiga bangunan utama memenuhi syarat green building design karena hemat energi, hemat air, dan menggunakan bahan lokal. Tidak hanya pencahayaan dan pengaliran udara secara alamiah, para arsitek maupun kontraktor bersama-sama mengusahakan agar pembangunan kompleks ini tidak merusak pepohonan besar yang sudah ada. Selain itu, tata bangunan dibuat saling terpisah namun sinergis, dengan mempertimbangkan iklim, dan hubungan antara manusia dengan udara luar. Mengenai perencanaan lansekap, nantinya akan ada sejumlah pohon besar lain yang akan merindangkan lansekap kompleks Komunitas Salihara, seperti pohon Bodhi, pohon buah Kelengkeng, dan pohon bunga Kamboja selain juga pohon bunga Salihara itu sendiri. Bodhi akan menjadi pohon yang pertama kali ditanam, yang juga menandai peresmian berdirinya kompleks Komunitas Salihara. Pohon dengan nama latin Ficus religiosa L. dan masuk dalam keluarga beringin ini dipilih karena dianggap mewakili semangat kebebasan ide Komunitas Salihara. Secara historis, pohon Bodhi merupakan tempat Pangeran Sidharta Gautama mencapai pencerahan yang sempurna menjadi Sang Budha, sehingga untuk selanjutnya pohon ini menjadi lambang kebijaksanaan. Secara aktual, filosofi tersebut sesuai dengan cita-cita Komunitas Salihara tentang kebebasan berekspresi di ranah seni dan ide, yang sangat menghargai kebaruan dan kemajemukan, namun sekaligus universal dengan tetap menjaga standar kualitas. Setelah setahun yang lalu, tepatnya 14 Juli 2007, diadakan seremoni peletakan batu pertama oleh mantan Gubernur DKI Jakarta (alm.) Ali Sadikin, di bulan Agustus 2008 ini pembangunan kompleks Komunitas Salihara selesai. Acara selamatan awal dan peresmian kompleks ini akan diikuti dengan pembukaan kompleks Komunitas Salihara, berupa rangkaian acara seni selama satu setengah bulan. Bertajuk Festival Salihara, acara yang dimulai pada tanggal 17 Oktober 2008 ini akan menghadirkan pameran seni rupa, pertunjukan musik, teater dan tari, serta ceramah dan diskusi. Selain Teater Salihara dan Galeri Salihara, bangunan lain yang siap dibuka untuk khalayak luas pada tanggal yang sama adalah Kedai Salihara dan Toko Cinderamata Salihara. Komunitas Salihara, yang berdiri di atas tanah seluas 3.000 meter persegi, merupakan pengembangan dari Komunitas Utan Kayu. Ide pengembangan ini diawali sekitar dua tahun yang lalu oleh Goenawan Mohamad dan para penggiat Komunitas Utan Kayu lainnya, berangkat dari kebutuhan ruang berkesenian yang lebih luas. Setelah resmi berdiri dan sebentar lagi dibuka untuk khalayak luas, Komunitas Salihara diharapkan dapat menjadi tempat alternatif bagi para seniman dan pemikir untuk melahirkan ide-ide dan kreasi yang tidak hanya segar, namun sekaligus unik. Dengan manajemen seni yang profesional, Komunitas Salihara juga diharapkan dapat menghimpun khalayak seluas-luasnya yang akan bersama-sama merawat kebebasan. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Rama Thaharani di 0816 130 8350. [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI
[Forum Pembaca KOMPAS] Agenda Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan
Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan Seni dan Islam Diskusi, Pemutaran Film, Pertunjukan Musik Bagaimana hubungan Islam dengan seni? Inilah pertanyaan utama yang ingin diulas secara khusus dalam rangkaian diskusi ini. Terkadang masih ada pandangan bahwa Islam tidak memiliki apresiasi sedikit pun terhadap kesenian, khususnya seni rupa, film dan jenis-jenis seni pertunjukan lainnya: musik, teater, dan tari. Inilah pandangan yang kaku, dan merupakan produk yang berasal dari masa lalu. Sedangkan di seberang yang lain: menafikan Islam memiliki kontribusi terhadap perkembangan kesenian. Sehingga tak ada yang layak disebut seni Islam. Namun pengalaman yang tak bisa dipungkiri, Islam justeru berkembang melalui kreasi-kreasi kesenian. Islam yang hidup tak hanya melalui ibadah-ibadah ritual saja, tapi kesenian pula yang meniupkan nafas kehidupan bagi Islam. Melalui kesenianyang merupakan puncak kreasi manusiaIslam menjadi lebih manusiawi, membumi, di samping ia membawa ajaran-ajaran Ilahi. Dan pertanyaan selanjutnya, bagaimana relasi seni dan Islam dalam ranah kesenian tersebut? Apakah seni hanya sekadar alat bagi islamisasi: strategi dakwah menyebarkan ajaran Islam? Ataukah lebih dari itu: seni menjadi sumber inspirasi bagi gerak kehidupan Islam? ISLAM DAN SENI RUPA Jumat, 5 September 2008 Pemutaran Film, pukul 16.00 WIB, Persepolis Diskusi, pukul 19.00 21.00 WIB Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis) Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa) ISLAM DAN FILM Jumat, 12 September 2008 Pemutaran Film Pukul 14.00 WIB, Le Grand Voyage (tentatif nunggu ijin) Pukul. 16.00 WIB, Cafe Transit Diskusi, pukul 19.00 21.00 WIB Nia Dinata (Sutradara Film) Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org) ISLAM DAN SENI PERTUNJUKAN Jumat, 19 September 2008 Pukul 16.00 WIB, Pemutaran Film-Film Dokumenter tentang Pertujukan Seni di Nusantara Diskusi, pukul 19.00 WIB Endo Suanda (Direktur Eksekutif Pertunjukan Seni Nusantara) Hendy Supandi (Pimpinan Gambus Ar-Rominia, Jakarta) PERTUNJUKAN MUSIK Sabtu, 20 September 2008, pukul 19.00 WIB Teumeumeung Rafly Dwiki SINOPSIS Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan Seni dan Islam Diskusi, Pemutaran Film, Pertunjukan Musik ISLAM DAN SENI RUPA Jumat, 5 September 2008 Pemutaran Film Pukul 16.00 WIB, Persepolis Persepolis adalah film animasi karya sutradara Vincent Paronnaud dan Marjane Satrapi. Film yang diangkat dari sebuah novel grafik karya Marjane Satrapi berlatar belakang pergolakan politik di Iran yang berujung Revolusi Islam tahun 1979. Di sana hidup seorang gadis kecil yang sangat cerdas dan pemberani bernama Marjane. Suhu politik yang tak menentu di dalam negerinya, yang dilanjutkan perang dengan negeri jirannya: Irak, membuat kedua orang tuanya khawatir dan mengungsikannya ke Wina, Austria. Ia sempat merasakan kebahagiaan di tempatnya yang baru, walaupun akhirnya ia harus kembali ke Iran karena dilanda kesepian. Mudik ke Iran, ia mendapati aturan baru: perempuan diharuskan memakai jilbab. Diskusi, pukul 19.00 21.00 WIB Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis) Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa) Doktrin yang melarang perupaan terhadap makhluk-makhluk yang memiliki nyawamelalui patung dan lukisansangat populer sebagai ajaran Islam. Akhirnya kesenian jenis ini dalam masyarakat Islam, bergeser ke dunia arsitektur dan grafis (kaligrafi). Namun apakah seni rupa tidak pernah hidup dalam masyarakat Islam? Bagaimana pergulatan seorang santri yang memilih untuk mewujudkan puncak keseniannya dalam seni rupa? Bagaimana ia mengatasi hambatan teologis dan di sini lain ia harus menelusuri tanpa henti dan mencari capaian-capaian seni? Apakah Islam pernah menjadi sumber inspirasi terhadap karya-karya seni rupa? Bila ada yang disebut seni rupa Islam, di mana letaknya dalam ranah dunia seni rupa secara umum? ISLAM DAN FILM Jumat, 12 September 2008 Pemutaran Film Pukul 14.00 WIB, Le Grand Voyage (tentatif nunggu ijin) Film ini mengisahkan seorang anak bernama Reda diminta ayahnya untuk menemani perjalanan naik haji melalui jalur darat dengan mengendarai mobil dari Perancis ke Arab Saudi, mereka harus menempuh jarak 5.000 km. Di sepanjang perjalanan, mereka sering berbeda pendapat, hingga bertengkar. Bagi sang ayah, perjalanan ini merupakan perjalanan spiritual nan agung, sedangkan bagi anaknya, perjalanan ini adalah azab membawa sengsara. Keduanya yang tak pernah bertemu pendapat dipaksa bekerjasama menaklukkan rintangan dalam perjalanan ini, dan yang lebih penting: menaklukkan egoisme yang ada dalam diri mereka masing-masing. Sutradara: Ismael Ferroukhi (2007) Pukul. 16.00 WIB, Cafe Transit Film ini menceritakan perjuangan seorang janda dengan dua anak di Iran. Ia menolak tradisi agar menikah dengan saudara mendiang suaminya. Ia pun memberontak sebagai perempuan Iran yang diwajibkan menaati ajaran agama dan kultur masyarakatnya: menjadi istri yang ruang geraknya hanya di rumah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan kedua anaknya ia membuka sebuah cafe peninggalan mendiang
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Jurnal Perempuan: Demokrasi dan Hak-hak Seksual
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=agenda%7C-60%7CX Diskusi YJP bulan Maret Demokrasi dan Hak-hak Seksual. Diskusi ini ingin melanjutkan tema diskusi bulan lalu Demokrasi ala Feminis, demokrasi yang diharapkan terus menjadi percakapan publik dan mendengarkan suara dari setiap sudut. Demokrasi bukan hanya mengakui hak-hak mayoritas, namun juga kepedulian dan pengakuan terhadap minoritas. Demikian juga untuk hak-hak seksual sebagai pilihan yang diperjuangkan oleh LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex dan Queer). Bagaimana pandangan demokrasidari perspektif filsafat politik dan hukumnyaterhadap hak-hak seksual ini? Dan apakah aturan-aturan di negeri ini telah memberikan jaminan yang layak terhadap kelompok LGBTIQ. Ikuti diskusinya. Narasumber: Rocky Gerung - Pengajar Filsafat di FIB-UI Nursyahbani Katjasungkana - Anggota DPR Waktu: Kamis, 27 Maret 2008 pukul 15.00 - Selesai WIB Tempat: Yayasan Jurnal Perempuan Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810 Telp. 62.21. 8370 2005 (Hunting) Fax. 62.21. 830 2434 Azizah 0818-064-88-463: [EMAIL PROTECTED] - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Pemikiran Politik Alain Badiou
Undangan Diskusi Freedom Institute mengundang Anda untuk menghadiri diskusi tentang Pemikiran Politik Alain Badiou dengan pembicara Bagus Takwin, Dosen Universitas Indonesia, dan Setyo Wibowo, Dosen STF Driyarkara Jakarta. Dengan moderator diskusi ini Goenawan Mohamad, filosof dan jurnalis senior. Alain Badiou (lahir 1937, di Rabat, Moroko) adalah seorang filosof Prancis yang sekarang ini sedang menonjol. Bersama Giorgio Agamben and Slavoj Zizek, Badiou merupakan salah satu tokoh utama yang memelopori pemikiran anti-postmodern dalam filsafat kontinental. Berdasarkan teori-teori matematika, Badiou berusaha untuk mengartikulasikan kembali konsep-konsep seperti ada (being), kebenaran (truth), dan subyek (subject) dalam kerangka yang bukan pascamodern dan juga bukan sekadar pengulangan modernitas. Diskusi akan diselenggarakan pada, Hari/Tanggal : Kamis, 27 Maret 2008 Waktu : 18.00 Selesai (diawali makan malam) Tempat : Kantor Freedom Institute Jl. Irian 08 Menteng Jakarta Selatan Untuk konfirmasi kehadiran silahkan hubungi Tata di 021-31909226. http://freedom-institute.org/id/index.php?page=indexid=383 Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
[Forum Pembaca KOMPAS] Kongkow Gus Dur tentang Kekerasan Tibet
Kongkow Gus Dur tentang Kekerasan Tibet Kabar dari Tibet semakin memprihatinkan. Kekerasan dan pembunuhan dilakukan oleh militer China terhadap masyarkat sipil Tibet. Masalah ini akan diulas dalam Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H yang akan disiarkan dari Kedai Tempo, Komunitas Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H Sabtu 29 Maret 2008, pukul 10.00-11.00 WIB. Gus Dur akan ditemani Enrico Soekareno, Ketua Yayasan Atap Dunia. Acara ini juga akan memulai rangkaian aksi protes pada Pemerintah China yang ujungnya pada aksi protes di depan Kedutaan Besar China Senin 31 Maret pukul 13.00 di Mega Kuningan , Jakarta Selatan. Silakan anda hadir, atau dengarkan melalui Green Radio 89.2 FM untuk di wilayah Jabodetabek. Acara ini juga disiarkan melalui jaringan-jaringan KBR68H di Nusantara. Guntur Host Kongkow Bareng Gus Dur Ketika api obor olimpiade tiba di Beijing sebelum dibawa keliling dunia tgl 31 Maret, seluruh dunia serentak melakukan aksi keprihatinan atas penderitaan rakyat di Tibet. Silakan bergabung dengan aksi damai ini di Jakarta 31 Maret 2008. Selengkapnya lihat attachment, info dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Dukungan anda kami butuhkan untuk membebaskan rakyat Tibet dari penindasan rezim Beijing. FREE TIBET No Human Rights, No Olympics - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Syukran Geert Wilders...
Terima kasih Geert Wilders... Karena film fitnah yang kau buat-yang sebenarnya cuplikan-cuplikan nyata--dari isi ceramah umat Islam, kami merasa mendapat kembali simpati. Setelah kami dikaitan dengan tindakan terorisme yang keji, tuduhan pembunuhan, dll. Namun setelah kami melihat respon kemarahan umat Islam terhadap isi film fitna, kami tidak merasa terpojok lagi. Kemarahan umat Islam di mana-mana adalah simpati untuk kami. Untuk itu syukran Geert Wilders, terima kasih Geert Wilders... Dan sebagai wujud terima kasih, kami hanya ingin mengingatkan pada anda: berhati-hatilah dengan serangan dan pembunuhan yang mengancam anda. Ancaman ini bisa datang dari kami untuk semakin mendapat simpati dari umat Islam bahwa kami benar-benar membela Islam, atau mendapat surga karena kami melenyapkan musuh Allah dan Rasul-Nya. Namun ancaman pembunuhan bisa datang dari siapa pun orang Islam yang telah terbakar oleh marah. Syukran Geert Wilders Bin Laden, Ayman Zawahiri, Abu Jandal, Imam Samudra, dkk
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=39 Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto Salam, Kami mengundang anda untuk menghadiri peluncuran buku puisi Nirwan Dewanto Jantung Lebah Ratu (Gramedia Pustaka Utama). Acaranya akan diselenggarakan pada hari Kamis, 17 April 2008, pukul 18.00 di Goethe Haus, Jl. Sam Ratulangi 9-15 Menteng, Jakarta Pusat. Di panggung akan tampil Melani Budianta dan Arianto Patunru untuk memberikan pidato-ulasan; dan Maya Hasan, Andi Alfian Mallarangeng, Linda Christanty, Sitok Srengenge, Gratiagusti Chananya Rompas, dan Nirwan Dewanto untuk membacakan puisi dari Jantung Lebah Ratu. Kehadiran anda sangat kami harapkan. Konfirmasi kehadiran anda dengan menghubungi sdri Tata di 021-31909226. Terima kasih. Hormat kami, Penyelenggara __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=39 Undangan Peluncuran Buku Puisi Nirwan Dewanto Salam, Kami mengundang anda untuk menghadiri peluncuran buku puisi Nirwan Dewanto Jantung Lebah Ratu (Gramedia Pustaka Utama). Acaranya akan diselenggarakan pada hari Kamis, 17 April 2008, pukul 18.00 di Goethe Haus, Jl. Sam Ratulangi 9-15 Menteng, Jakarta Pusat. Di panggung akan tampil Melani Budianta dan Arianto Patunru untuk memberikan pidato-ulasan; dan Maya Hasan, Andi Alfian Mallarangeng, Linda Christanty, Sitok Srengenge, Gratiagusti Chananya Rompas, dan Nirwan Dewanto untuk membacakan puisi dari Jantung Lebah Ratu. Kehadiran anda sangat kami harapkan. Konfirmasi kehadiran anda dengan menghubungi sdri Tata di 021-31909226. Terima kasih. Hormat kami, Penyelenggara - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Yuk, Rame-Rame Adopsi Pohon Hutan!
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=40 Yuk, Rame-Rame Adopsi Pohon Hutan! Hanya dengan 3,000 rupiah sebulan, Anda bisa menambah satu pohon di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Mari ambil bagian dalam kegiatan adopsi pohon dan penanaman pohon di kawasan Hutan Sahabat Green. Kita akan mengadopsi 5 hektar area hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dengan menanam sekitar 2000 pohon dengan masa adopsi 3 tahun, biaya perawatan yang diperlukan adalah sebesar 72 juta rupiah pertahun. Dengan 3,000 rupiah sebulan atau 108.000 rupiah untuk masa perawatan tiga tahun, anda dapat memiliki 1 pohon atas nama anda di Hutan Sahabat Green. Kami akan mengajak anda berwisata sekaligus belajar tentang lingkungan dan melihat pohon sumbangan anda di Hutan Sahabat Green. Sumbangkan dana adopsi pohon hutan, Sahabat Green, ke rekening BCA No Rekening 5800091090 atas nama PT. Media Lintas Inti Nusantara. Bukti transfer dapat di fax ke 021-8516107 dan untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi bagian Promosi 89,2 FM GREEN RADIO dengan Septa di 021-8573388 ext. 114 dan 021-91634308. Green Radio akan mengumumkan setiap hari sumbangan Sahabat Green di acara GREEN TALK dan www.greenradio.fm. (Heru Hendratmoko) - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Pembacaan dan Pembahasan Surat-Surat RA Kartini di TUK
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=140 Senin, 21 April 2008, 20:00 WIB Pembacaan Pembahasan Surat-Surat RA Kartini KARTINI DAN EROPA Pembaca: Niniek L. Karim Pembahas: Laksmi Pamuntjak, Mariana Amiruddin Moderator: Nong Darol Mahmada. Peninggalan paling berharga dari R.A. Kartini tentulah surat-suratnya yang kini termasyhur. Melalui surat-surat itu kita mengetahui Kartini: tokoh epik sekaligus tragik. Di situ pula Kartini memperlihatkan sosok dirinya: seorang perempuan bumiputera yang anggun, cerdas, punya cita-cita pengabdian yang tinggi, namun terjepit di tengah nasib buruk rakyatnya yang ia cintai dan nilai-nilai kemajuan Eropa yang sangat ia kagumi tapi menjajah negerinya. Di masa hidupnya, Kartini mengenal Eropa melalui setidaknya tiga cara: pertama, amatannya secara langsung terhadap orang-orang Eropa yang dikenalnya; kedua kesadarannya saat menyaksikan interaksi orang Eropa dan Pribumi; dan ketiga, bacaannya terhadap literatur Eropa. Kartini belum pernah pergi ke Eropakepergian yang sebenarnya sangat ia harapkannamun surat-surat Kartini tersiar luas di sana setelah wafatnya. Surat-surat itu pula tafsir Kartini terhadap dirinya dan bagaimana ia memahami dan merespon Eropa. Termuat juga pasang-surutnya kesan-kesan Kartini tentang Eropa karena kuatnya gravitasi antara nasib di negerinya dan harapan dari Eropa. Sejauh manakah Eropa membentuk kesadaran Kartini? Bagaimana Eropa hadir dalam jatidiri Kartini yang terus bergerak dan kadang ambivalen? Dan bagaimana pula Eropa terbentuk oleh harapan dan amatan Kartini? Hadiri diskusinya dengan Laksmi Pamuntjak, dan Mariana Amiruddin yang juga akan diawali pembacaan beberapa surat Kartini oleh Niniek L. Karim. Moderator: Nong Darol Mahmada - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Kasus Jilbab di Padang (Laporan TEMPO)
TEMPO, Edisi. 08/XXXVII/14 - 20 April 2008 Nasional Kewajiban berjilbab Jilbab, Wajib dan Menyesuaikan Meski siswi nonmuslim tak diwajibkan, jilbab sebagai seragam sekolah merata di seluruh Sumatera Barat. Kalau tak rapi, diancam dikeluarkan dari sekolah. RITUAL harian Saskia, sebut saja begitu, dimulai pukul enam pagi. Dua puluh lima menit setelah bangun tidur, tubuh siswi kelas III sekolah menengah atas swasta di Padang itu sudah berbalut baju kurung dipadu kain batik merah muda. Dia pun berdandan di depan cermin yang terpasang di atas lemari tempat menyimpan baju dan kitab Injil. Dengan terampil tangannya memasang jilbab, berupa selendang persegi empat warna pink, menutup kepalanya. Semenit kemudian, penampilannya berubah bagaikan santriwati pondok pesantren. Dari rumah kosnya ke sekolah, sekali ia berganti kendaraan umum. Dekat pukul tujuh pagi, gadis yang bulan depan menjalani ujian akhir nasional itu memasuki halaman sekolah. Sekitar pukul 11.00, penganut agama Katolik itu pulang cepat karena hari Jumat. Begitu kakinya melangkah ke luar gerbang sekolah, Saskia sibuk melepas jilbab dan memasukkannya ke dalam tas. Panas sekali, kata perempuan yang sudah berjilbab ke sekolah sejak 2005 itu. Pernah suatu kali dia dan beberapa temannya ditegur guru dan diingatkan supaya melepas jilbab setelah sampai di rumah. Lain waktu, guru yang lain menegurnya karena tak rapi memakai jilbab sehingga menampakkan sebagian rambutnya. Kalau tidak bisa rapi mengenakan jilbab, tinggalkan saja sekolah ini, kata Saskia menirukan peringatan keras sang guru. Instruksi Wali Kota Padang, 7 Maret 2005, yang mewajibkan Saskia mengenakan jilbab. Dalam surat edaran ke sekolah-sekolah, Wali Kota mewajibkan siswa beragama Islam semua sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dan yang sederajat di wilayahnya mengenakan pakaian muslim. Siswa nonmuslim dianjurkan menyesuaikan diri. Sebetulnya, banyak siswa nonmuslim yang keberatan. Tapi, ketika Tempo menemui belasan siswi nonmuslim di kelas III sebuah sekolah menengah atas, mereka enggan diwawancarai. Mereka khawatir identitasnya terbuka. Seperti Saskia, mereka hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan sekolah dan terlepas dari kewajiban berjilbab itu. Sudarto, Direktur Pusat Studi Antar-Komunitas Beragama, lembaga swadaya masyarakat yang mengusung isu pluralisme di Padang, menyayangkan pemerintah kota yang mengatur masalah keagamaan secara simbolis. Menurut dia, tidak jadi masalah jika Wali Kota agamis secara pribadi. Tapi jangan sampai diangkat menjadi kebijakan publik, katanya. Dalam observasi langsung di beberapa sekolah di Padang bersama Lembaga Survei Indonesia, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, serta Jurnal Perempuan, dua pekan lalu, Sudarto dan rekan-rekannya menemukan semua siswi nonmuslim di empat sekolah yang disambangi mengenakan jilbab saat bersekolah. Ketika saya tanya, mereka menjawab terpaksa mengikuti aturan sekolah, ujarnya. Sebetulnya, peraturan itu hanyalah instruksi wali kota kepada dinas pendidikan, dan bukan berbentuk peraturan daerah. Apakah instruksi itu sah untuk publik, itu yang sedang kami kaji, kata Sudarto, yang juga anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Sumatera Barat. Selama lima tahun terakhir, Pemerintah Kota Padang memang aktif mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan ibadah Islam. Pada 2003, pemerintah kota menerbitkan peraturan daerah yang mewajibkan siswa pandai baca-tulis Al-Quran. Berdasarkan peraturan daerah itu, seorang tamatan sekolah dasar tak boleh diterima di sekolah menengah pertama jika tak fasih membaca kitab suci. Wali Kota Padang Fauzi Bahar berusaha berkelit. Menurut dia, perintah yang dia keluarkan sejak tiga tahun silam itu hanya bersifat wajib bagi siswi sekolah dasar sampai sekolah menengah atas yang beragama Islam. Bagi kalangan nonmuslim, sifatnya hanya anjuran menyesuaikan diri, dengan mengenakan baju kurung bagi siswi dan baju koko untuk siswa. Dia juga menyatakan tak pernah mendapat protes dari masyarakat. Bahkan kebijakan yang dikeluarkan dengan alasan mengurangi gigitan serangga penyebab penyakit serta penyeragaman ini ditanggapi positif oleh kalangan nonmuslim di kota dengan sekitar 900 ribu penduduk itu. Karena sifatnya imbauan, menurut Fauzi, yang menjabat sejak 2004, tak ada sanksi bagi mereka yang tak menjalankan aturan ini. Tak ada paksaan dan tak pernah ada razia jilbab, kata pemimpin kota yang 90 persen penduduknya beragama Islam itu. Fauzi malah menambahkan, jika ada sekolah yang terbukti memaksakan pemakaian jilbab terhadap siswa nonmuslim, ia akan menindak tegas. Sebutkan dan akan kami copot kepala sekolahnya, ucapnya. Kebijakan ini, kata Fauzi, pernah dibicarakan di sidang kabinet. Tapi, karena dianggap tak ada gejolak berarti dari masyarakat, tak pernah ada upaya mencabut atau mengkaji ulang. Bahkan, menurut sang Wali Kota, seluruh Provinsi Sumatera Barat telah menerapkan kebijakan ini karena dianggap membawa pengaruh
[Forum Pembaca KOMPAS] Kartini dan Islam
http://www.korantempo.com/korantempo/2008/04/22/Opini/krn,20080422,61.id.html Selasa, 22 April 2008 Opini Kartini dan Islam Nong Darol Mahmada Peneliti di Freedom Institute dan Pendiri Jaringan Islam Liberal Riwayat Kartini telah menjadi sumber ilham yang tak pernah kering. Tiap tahun di hari kelahirannya pasti bermunculan ulasan tentang tokoh ini dari pelbagai perspektif. Selain pribadinya, hidupnya yang sarat dengan persoalan pun merupakan bahan kajian yang menarik. Kecerdasannya luar biasa. Bayangkan, di usianya yang masih sangat muda, dia berhasil merumuskan dan mendeskripsikan persoalan-persoalan yang terjadi pada bangsanya dalam korespondensi dengan sahabat-sahabat penanya di Belanda. Kartini beruntung karena menguasai bahasa Belanda. Dengan menguasai bahasa ini Kartini terus-menerus mendiskusikan setiap pemikiran dan persoalannya dengan perempuan-perempuan Eropa yang banyak menginspirasikan hidupnya. Kartini adalah jiwa yang menyaksikan kebangkitan sebuah masyarakat yang terlalu lama menderita. Dan ia sendiri menjadi bagian, bahkan salah seorang yang ikut andil dalam kebangkitan bangsa ini lewat goresan tangan dan kegelisahannya. Saya mencoba membahas percikan pemikiran keagamaan Kartini, khususnya soal Tuhan dan poligami. Sangat langka menemukan karya yang mengupas khusus soal ini karena selama ini Kartini lebih dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan atau kebangkitan nasional. Padahal, sebagai pribadi yang dilahirkan dari ibu yang keturunan kiai tapi dari rakyat biasa, pergulatan Kartini dengan tema-tema keislaman sangatlah menarik. Yang pernah mengulas secara khusus pemikiran keagamaan Kartini adalah Th. Sumartana (alm.) dalam buku yang berjudul Agama dan Iman Menurut Kartini. Begitu juga Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Panggil Aku Kartini Saja juga sedikit menyinggung konsep Kartini tentang Tuhan. Tentang Islam Di tengah kesepian dalam pingitan, pandangan-pandangan Kartini tentang tema-tema keagamaan begitu mendalam. Kartini melakoni dan memahami Islam tidak taken for granted. Baginya, berislam haruslah masuk akal dan sesuai dengan pemikiran. Ia mengakui kalau keislaman yang ia anut adalah semacam turunan dari nenek moyangnya. Seperti pada umumnya orang beragama, ia juga tak pernah diberikan kesempatan untuk memilih agama apa yang ia kehendaki. Doktrin dan ritual diwariskan begitu saja. Walau begitu, jiwa pencarian Kartini tak pernah mati, Tibalah waktunya jiwaku mulai bertanya: mengapa aku lakukan ini, mengapa ini begini dan itu begitu?' Pergolakan Kartini tentang keislaman begitu dahsyat sehingga 'sesuatu' yang menurut dia tak dia pahami, dia tinggalkan. Dia lebih mengedepankan hal-hal yang masuk akal, hal yang bersifat substantif dibanding formalitas tapi tak dia mengerti. Kata Kartini, Jadi kami putuskanlah untuk tidak berpuasa dan melakukan hal-hal lain yang dahulu kami kerjakan tanpa berpikir, dan yang kami pikir sekarang ini tak dapat kami kerjakan. Gelap--kami merasa kegelapan--tak seorang pun mau menerangkan kepada kami apa yang kami tidak mengerti (Surat, 15 Agustus 1902, kepada E.C. Abendanon). Sikap seperti itu tak membuat Kartini meninggalkan agamanya. Bahkan proses pencarian ini semakin meneguhkan keyakinannya. Ia tetap menjadi Islam meski yang paling utama buat dia adalah kepercayaan pada Tuhan. Meski ia diperlakukan tidak adil karena posisinya sebagai perempuan, pandangan dia tentang Tuhan sangat positif. Kartini tak pernah menyalahkan Tuhan. Ia melakoninya sebagai sebuah takdir yang harus ia jalani dengan positif. Bagi Kartini, takdir itu bukan fatalisme atau penyerahan diri sehingga kehilangan kepercayaan diri: hanya pasrah dan menerima kondisi kita. Takdir menurut dia bisa mewujud menjadi suatu upaya dan usaha terus-menerus tentang tugas yang diberikan Tuhan untuk meningkatkan diri dan melakukan hal yang terbaik. Ia terus-menerus berproses dan mencari. Maka, tak mengherankan, meski dia dikungkung, pemikiran-pemikiran cerdas tetap keluar deras melalui tulisan-tulisan. Lewat pemahaman seperti ini, saya melihat, Tuhan di mata Kartini adalah kebajikan. Tuhan hidup dan hadir di dalam hati dan jiwa manusia. Seperti yang diulas dengan bagus oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Panggil Aku Kartini Saja, pandangan Kartini tentang Tuhan lebih banyak bersifat realistis dibanding metafisik. Kata Kartini, Tuhan kami adalah nurani, neraka dan surga kami adalah nurani kami. Dengan melakukan kejahatan, nurani kamilah yang menghukum kami; dengan melakukan kebajikan, nurani kami pulalah yang memberi kurnia. Tentang Poligami Dalam lingkungan kehidupan bangsawan Jawa, tempat Kartini hidup, praktek poligami merupakan hal yang lumrah. Kebiasaan dan adat istiadat yang hidup di kalangan masyarakat khususnya di kalangan priayi Jawa yang berkedudukan tinggi, memang menempatkan kedudukan perempuan tidak sama dengan kaum lelaki. Perempuan hanya berharga apabila ia dihubungkan dengan soal perkawinan. Dan
[Forum Pembaca KOMPAS] Arabisasi Gejala Tidak Percaya Diri
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-979%7CX Senin, 21 April 2008 Keberagaman Arabisasi Gejala Tidak Percaya Diri Jurnalis : Nur Azizah Jurnalperempuan.com-Jakarta. Menyambut Hari Kartini, acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H (19/4) mengulas tema Perempuan, Keragaman, dan Kearifan Lokal. Hadir sebagai pembicara lain yang menemani KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah Mariana Amiruddin, Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan. Acara kongkow tersebut dimulai dengan respon Gus Dur terhadap pelarangan Jemaah Ahmadiyah, baik melalui fatwa Majelis Ulama Indonesia yang telah mengeluarkan fatwa sesat ataupun rekomendasi Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan (Bakorpakem) bahwa ajaran Ahmadiyah bertentangan dengan Islam. Menanggapi pertanyaan tersebut, KH Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa pelarangan merupakan bentuk pembodohan. Bahkan, Gus Dur juga menambahkan, seharusnya pemerintah membubarkan ormas atau lembaga yang mengeluarkan rekomendasi penyesatan dan pelarangan. Sedangkan narasumber lain, Mariana Amiruddin, mengakui bahwa kakeknya adalah seorang penganut Ahmadiyah. Pengalaman pribadi itu pula bagi Mariana menunjukkan kemajemukan dalam Islam di Indonesia. Bagi Mariana, masing-masing individu pasti memiliki akar-akar yang majemuk tadi. Dalam diri kita masing-masing telah melekat kemajemukan, jelas perempuan yang pernah menjadi anggota Negara Islam Indonesia (NII) ini. Mariana juga merespon munculnya Perda-perda Syariah yang justeru hendak mnyeragamkan perempuan dalam balutan busana muslimah seperti yang terdapat di beberapa kota di Indonesia. Dia mencontohkan kewajiban jilbab di Padang telah memaksa siswi-siswi non-muslim memakai jilbab ke sekolah. Bagi Mariana, fenomena ini akan mengancam keberagaman di Indonesia, karena akan menyeragamkan masyarakat pada satu bentuk busana saja. Sementara Gus Dur menyatakan bahwa kemajemukan bisa juga dimiliki oleh orang yang besar dan lahir dari kultur tunggal. Seperti saya yang lahir dan besar di pesantren, orang tua saya juga pesanten, kultur yang tunggal juga bisa menerima kemajemukan, yang penting apakah ia mau terbuka atau tidak, ujar mantan Presiden RI ke-4 ini. Ketika sesi tanya jawab yang dikirim melalui pesan singkat dibuka, terdapat satu pesan yang bertanya tentang maraknya masyarakat kita yang mengenakan baju ala Arab seperti jubah dan cadar. Itu menunjukkan gejala kurang percaya diri dan lantas menganggap Arabisasi sama dengan Islamisasi, respon Gus Dur terhadap penanya itu. Sementara bagi Mariana, busana ala Arab tidak sesuai dengan kondisi iklim negeri Indonesia. Tidak fashionable karena Indonesia kan negara tropis, jadi ngga mungkin kalau harus meniru trend semacam itu, ujarnya menimpali pernyataan Gus Dur. Selain itu pesan singkat juga dikirim dari Kupang yang menyatakan bahwa jilbab merupakan kewajiban Islam karena ada dalam Al-Quran, dan ia juga menilai berita jilbab kasus Padang yang disampaikan Mariana adalah bohong besar. Nampaknya pengirim pesan singkat tersebut geram dengan pernyataan Mariana dan Gus Dur. Biar saya saja yang menjawab, pinta Gus Dur sebelum Mariana menanggapi pesan tersebut. Orang Arab membedakan budak dan majikannya itu dengan jilbab, dan tidak semua yang ada dalam Al-Quran bisa dijadikan hukum tegas Gus Dur. - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: kesalahan pemberitaan kompas
Saya sepakat, dan kita memang perlu mengapresiasi kerja wartawan. Dan memberikan kritik yang baik merupakan salah satu bentuk apresiasi. Kritik yang tidak perlu dibalut dengan melemparkan rumor. Kita perlu fair dan tetap fokus pada persoalan, apa yang hendak kita kritik. Gadis Arivia memang sedang di Amerika sebagai visiting scholar di CUA, Washington DC. Tahun 2008 ini baru dua kali ke Indonesia. Pertengahan Januari 2008 datang ke Indonesia menghadiri acara pergantian pengurus Yayasan Jurnal Perempuan, dan kedua, akhir bulan Pebruari yang berdiskusi tentang Demokrasi Feminis di YJP bersama Nur Iman Subono dan Musdah Mulia. Jadi, Gadis Arivia tidak mungkin hadir dalam pertemuan dengan Presiden itu. Soal lain kurangnya sensitifitas gender dalam pemberitaan media, saya kira inilah keprihatinan kita bersama. Sebabnya tidak hanya individu wartawan saja namun sebabnya sangat umum, pada pendidikan jurnalistik, atau pada kode jurnalistik yang belum menjadikan masalah gender sebagai perspektif. Bagi saya ini bukan soal arogansi, namun bagaimana membangun dasar-dasar jurnalistik yang peduli terhadap masalah gender. Dalam konteks ini, mereka yang memiliki keahlian dalam masalah gender bisa membantu dan membuat pendidikan, bukan dengan--saya sepakat dengan Mas Agus--menghakimi! Terima kasih Guntur Jurnal Perempuan --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, A. Mubarik Ahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Aww. Pengalaman saya selama lebih dari 2 tahun bergaul dengan teman2 Jurnalis dari berbagai media, cetak maupun televisi sungguh luar biasa. Mereka muda, energik, memiliki wawasan luas sehingga enak diajak ngobrol sebelum ataupun setelah wawancara. Mereka dengan senang dan sigap mau datang kerumah saya untuk wawancara atau bahkan sekedar kongkow, padahal siapa saya ini, pejabat bukan, tokoh juga bukan :) Benar, mereka jauuuh sekali dari kesan sombong atau arogan. Dan satu lagi bersih...bersih dari urusan amplop! Was, Mubarik 2008/4/23 Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED]: Yoke dan Venny, Sepertinya rumor ini tuduhan anda terhadap Kompas? bahwa para jurnalis muda Kompas terkenal arogan Mereka tidak arogan, saya kenal baik. Anda jangan sok menghakimi jurnalis muda Kompas! Salam, AH
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Buku John Roosa Dalih Pembunuhan Massal di Teater Utan Kayu
Diskusi Bulanan Teater Utan Kayu (TUK) Rabu, 21 Mei 2008, 19:00 WIB Diskusi Buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto karya John Roosa Dalang Penculikan Jenderal atau Dalang Pembunuhan Massal? Pembicara: Dr. Asvi Warman Adam dan Heru Atmodjo Meski banyak versi sejarah telah ditulis, Peristiwa 30 September 1965 masih berselimut misteri hingga kini. Rezim Orde Baru menuding Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalangnya. Namun, setelah Soeharto jatuh, muncul beragam analisis atas Peristiwa 30 September, salah satunya bahkan menunjukkan keterlibatan Soeharto. Banyaknya versi tersebut justru kian menimbulkan pertanyaan: Siapa sebenarnya dalang Peristiwa 30 September? John Roosa, lewat buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, mulai menguak misteri itu. Menggunakan dokumen yang selama ini diabaikan dan wawancara dengan tokoh-tokoh PKI, buku ini tidak hanya menyingkap siapa dalang G30S, namun juga bagaimana seorang dalang menjadikan G30S sebagai dalih untuk melakukan pembantaian massal. Melalui buku ini John Roosa berhasil menyusun sebuah narasi baru tentang peristiwa 30 September1965. Buku ini pun sangat penting karena mengandung data baru, metodologi baru dan perspektif baru dalam penulisan sejarah. Ikuti diskusinya dengan Asvi Warman Adam (Ahli Peneliti Utama LIPI) dan Heru Atmodjo (penulis buku Gerakan 30 September 1965, Kesaksian Letkol Heru Atmodjo, yang menjabat sebagai Asisten Direktur Intel AURI saat terjadi Peristiwa 30 September). - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku: 70 Tahun Profesor Bill Liddle
http://freedom-institute.org/id/index.php Undangan Peluncuran Buku Dari Columbus untuk Indonesia 70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat Dengan Hormat, Freedom Institute bekerja sama dengan Kepustakaan Populer Gramedia Pustaka (KPG) mengundang saudara hadir dalam Peluncuran Buku Dari Columbus untuk Indonesia, 70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat. Acara ini dalam rangka merayakan ulang tahun Profesor Bill Liddle yang ke 70. Buku ini berisi sekitar 20an artikel yang ditulis oleh murid dan sahabat Bill Liddle seperti Muhtar Masoed, Makarim Wibisono, Rizal Mallarangeng, Saiful Mujani, Dewi Fortuna Anwar, Ishadi SK, Goenawan Mohamad dan lainnya. Profesor Bill Liddle dikenal sebagai seorang Indonesianis dari Ohio State University (OSU) Columbus Amerika Serikat yang konsisten dalam meneliti, mengamati, dan menulis tentang Politik Indonesia sejak tahun 1960an sampai sekarang. Acara akan diadakan pada: Hari : Senin, 28 Januari 2008 Jam : 18.00 sampai selesai Tempat : Museum Nasional Jalan Merdeka Barat No. 12 Jakarta Pusat Untuk konfirmasi kehadiran saudara, silahkan hubungi Sdri Tata telepon 021-31909226/7. Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya. Hormat kami, Rizal Mallarangeng Direktur Eksekutif - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Peluncuran Buku: 70 Tahun Profesor Bill Liddle
http://freedom-institute.org/id/index.php Undangan Peluncuran Buku Dari Columbus untuk Indonesia 70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat Dengan Hormat, Freedom Institute bekerja sama dengan Kepustakaan Populer Gramedia Pustaka (KPG) mengundang saudara hadir dalam Peluncuran Buku Dari Columbus untuk Indonesia, 70 Tahun Profesor Bill Liddle dari Murid dan Sahabat. Acara ini dalam rangka merayakan ulang tahun Profesor Bill Liddle yang ke 70. Buku ini berisi sekitar 20an artikel yang ditulis oleh murid dan sahabat Bill Liddle seperti Muhtar Mas'oed, Makarim Wibisono, Rizal Mallarangeng, Saiful Mujani, Dewi Fortuna Anwar, Ishadi SK, Goenawan Mohamad dan lainnya. Profesor Bill Liddle dikenal sebagai seorang Indonesianis dari Ohio State University (OSU) Columbus Amerika Serikat yang konsisten dalam meneliti, mengamati, dan menulis tentang Politik Indonesia sejak tahun 1960an sampai sekarang. Acara akan diadakan pada: Hari : Senin, 28 Januari 2008 Jam : 18.00 sampai selesai Tempat : Museum Nasional Jalan Merdeka Barat No. 12 Jakarta Pusat Untuk konfirmasi kehadiran saudara, silahkan hubungi Sdri Tata telepon 021-31909226/7. Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya. Hormat kami, Rizal Mallarangeng Direktur Eksekutif
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Sesatkan Al-Qiyadah?
Salam Terima kasih atas beberapa komentar baik yang menolak, mendukung atau yang ingin menengahi. Saya hanya ingin menegaskan dua poin saja: (1) tak seorang pun manusia memiliki hak untuk mengklaim: menyesatkan dan mengimankan seseorang/kelompok, karena wilayah ini milik Tuhan, wilayah manusia masih sangat luas, menyantuni, mengasihi, membimbang, dll, kenapa ingin sekali memasuki wilayah Tuhan? Atau malah ingin mengambil alih peran Tuhan? (2) kalau ada orang/kelompok yang DIANGGAP tersesat, kok malah disesatkan? di sinilah fungsi tokoh agama, terutama MUI yang menghabiskan dana negara 17 trilyun pertahun, apakah tugas mereka hanya mengeluarkan fatwa dan menggelar munas di hotel mewah, sari pan pacific seperti beberapa hari lalu? Kita berhak menuntut MUI karena saya yakin ada hak kita di mereka, dari uang pajak yang kita bayarkan untuk gaji mereka, terlalu mubazir kalau bisanya hanya mengeluarkan fatwa tanpa memberikan bimbingan pada masyarakatat. Mengutip Gus Dur, fatwa MUI itu tidak mendidik. Salam Guntur
[Forum Pembaca KOMPAS] Sesatnya Kriteria Sesat
http://guntur.name/2007/11/14/sesatnya-kriteria-sesat/ Sesatnya Kriteria Sesat Islam diturunkan sebagai misi penyelamatan, bukan amunisi penyesatan. Namun, cita-cita ini tidak terjadi pada beberapa kalangan di Majelis Ulama Indonesia (MUI), khususnya mereka yang mengeluarkan sepuluh kriteria ajaran/kelompok yang dianggap sesat dan menyesatkan. Terbitnya kriteria itu semakin meyakinkan publik bahwa mereka -dengan berlindung di balik otoritas Islam- bisanya hanya melakukan penyesatan dan pengafiran, tidak memperbanyak bimbingan terhadap umat. Kriteria penyesatan versi mereka harus ditolak karena bertentangan dengan prinsip-prinsip akidah dan etika dakwah Islam. Dalam akidah Islam, hak pengimanan dan penyesatan hanya milik Allah. Ketika wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad terhenti dengan meninggalnya Nabi, semua orang atau kelompok memiliki derajat yang sama, yaitu berusaha memahami wahyu tersebut. Derajat mereka hanya sampai pada pencarian kriteria benar dan salah dalam menentukan ajaran agama, tidak sampai pada derajat mengetahui iman dan kafir. Wilayah benar dan salah adalah lahan manusia yang menjadi bidang garapan ijtihad, yakni usaha manusiawi yang sungguh-sungguh untuk memahami. Dalam hal itu pun, hakikat kebenarannya masih sampai pada tahap kebenaran manusiawi. Bukan kebenaran ilahi. Oleh sebab itu, ulama terdahulu (salaf) begitu selesai membahas satu persoalan lantas mengakhirinya dengan pengakuan yang sangat terkenal: wallahu a'lam bi al-shawab (Dan Allah yang Maha Mengetahui yang benar). Pengakuan jujur dan mendalam bahwa yang mengetahui hakikat kebenaran hanyalah Allah. Wilayah iman dan kafir jauh di atas wilayah perdebatan benar dan salah, yang tak seorang pun bisa memasukinya meskipun membawa dalil-dalil agama. Sebab, wilayah itu bukan lagi ruang penafsiran dan pemahaman yang bisa dimasuki oleh manusia seperti derajat benar dan salah. Wilayah itu juga berupa ruang sangat pelik yang tidak bisa diketahui, yaitu hati manusia. Syariat hanya bisa menghukumi hal-hal yang tampak, di sinilah sabda Nabi menemukan konteknya: nahnu nahkumu bi al-dlawahir wallahu yatawalla al-sara'ir -kita (manusia) hanya bisa menghukumi yang lahiriah dan hanya Allah yang bisa menguasai yang batiniah. Kriteria benar dan tidaknya salat (sah atau batal) adalah cakupan ilmu fikih yang membahas syarat dan rukun yang tampak sesuai dengan mazhab fikih yang diyakini. Namun, tak ada seorang pun yang tahu kriteria mazhab mana salatnya yang paling diterima oleh Allah? Maka, kriteria sesat itu, selain melanggar batas, juga menyesatkan. Maksudnya, kriteria tersebut akan menyesatkan orang yang dituding tersesat, bukan menunjukkan mereka arah dan jalan yang lurus. Bisakah kita membayangkan apa yang ada dalam pikiran dan hati seseorang yang malah menyesatkan orang yang telah tersesat? Munculnya aliran dan pandangan yang dituding tersesat bukan malah meramaikan pentingnya bimbingan dan ajakan, tapi justru menegaskan penyesatan, seolah-olah mereka yang paling tahu mana yang tersesat dan mana yang tidak. Lebih dari itu, kriteria penyesatan itu akan menumbuhkan tradisi yang buruk (sunnah sayyi'ah) di kalangan umat karena akan menutup pintu dialog dan menggiring ke ruang konflik yang penuh dengan kekerasan. Umat dipancing agar bereaksi keras bila terdapat sebuah kelompok atau keyakinan yang berbeda, bukan diajak untuk memahami dan mengenalinya terlebih dahulu. Padahal, bila ada perbedaan, maka itulah rahmat yang disebutlah oleh sabda Nabi: ikhtilafu ummati rahmah (perbedaan umatku adalah berkah). Dan bila terdapat kesalahan, maka diperlukan bimbingan dan ajakan karena manusia merupakan tempat salah dan alpa (al-insanu mahallul khatha' wa al-nisyan). Namun, dasar tersebut tidak menjadi pijakan kriteria sesat itu. Tengoklah poin kesepuluh kritertia itu yang ambigu dan bisa menyesatkan. Bagi mereka, kriteria kelompok sesat adalah mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya. Hakikatnya, poin itu masih membuka kesempatan boleh mengafirkan sesasama muslim dengan dalil syar'i. Padahal, yang seharusnya ditradisikan adalah larangan mengafirkan sesama muslim meskipun bersenjata dalil syar'i karena selama ini tidak ada pengafiran tanpa digunakannya dalil syar'i. Misalnya, Khawarij yang mengafirkan Imam Ali Ra. Mereka mengunakan dalil-dalil syar'i, mengutip ayat-ayat Alquran dan Hadis. Sejarah juga mencatat, praktik pengafiran yang terjadi sesama orang Islam melibatkan penggunaan dalil-dalil syar'i. Oleh karena itu, yang perlu dijadikan dasar adalah bukan karena tidak adanya pengggunaan dalil syar'i maka pengafiran itu harus dilarang, namun karena praktik pengafiran itu sendiri -meskipun dengan alasan dan dalil syar'i sekalipun- harus dilarang. Maka, kriteria sesat tersebut bisa dianggap gugur dan batal; bukan karena dalam kriteria-kriteria itu tidak ada poin-poin yang benar, namun karena berpijak pada dasar yang keliru, yakni bisa terjadi penyesatan, bukan
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kasus Cerai Tercepat Terjadi di Arab Saudi
http://www.gatra.com/artikel.php?id=103199 Kasus Cerai Tercepat Terjadi di Arab Saudi Sana`a, 22 Maret 2007 01:58 Pengadilan di Jeddah, Arab Saudi, menangani perkara perceraian terkilat, yang diperkirakan telah memecahkan rekor di dunia, ketika seorang pengantin pria menceraikan istrinya hanya sekitar lima menit usai akad nikah. Menurut laporan harian Al-Watan, Rabu (21/3), mempelai pria AA, 25 tahun, tanpa ragu mengeluarkan pernyataan cerai kepada istrinya yang berusia 23 tahun, yang baru saja dinikahi lima menit sebelumnya. Permasalahan bermula saat AA bertengkar dengan dengan ayah istrinya, karena uang mas kawin kurang dua ribu riyal (sekitar Rp4,8 juta). Sementara, uang mas kawin itu sendiri seluruhnya mencapai 10 ribu riyal (lebih kurang 24 juta rupiah). Dan uang yang telah diserahkan adalah delapan ribu riyal (kira-kira 19,2 juta rupiah). Mempelai pria menolak memberikan sisanya, karena merasa biaya pertunangan diambil dari koceknya, namun mertua bersikeras minta sisa mas kawin tersebut agar lengkap 10 ribu riyal, sesuai dengan perjanjian semula. Akibat sikap keras kedua pihak, acara akad nikah itu berahir dengan perceraian, yang membukukan rekor tercepat. Upaya keluarga kedua pihak tidak membuahkan hasil, karena mempelai pria tetap pada pendiriannya. [EL, Ant]
[Forum Pembaca KOMPAS] Buruh Perempuan Indonesia Disiksa di Jerman
Jumat, 1 Februari 2008 Buruh Migran Hasniati Disiksa Diplomat Yaman di Berlin Jurnalis Kontributor: Dewi Candraningrum Jurnalperempuan.com-Jerman.Hasniati, demikian nama samaran buruh migran perempuan asal Flores, telah disiksa dan tidak dibayar gajinya selama empat tahun oleh seorang Diplomat Yaman yang sedang bertugas di Berlin. Perlakuannya yang parah telah menyebabkan Hasniati menderita sakit TBC dan dirawat di Rumah Sakit. Hasniati yang berusia 30 tahun hanya berbobot 30 kg dan kurus kering demikian laporan Nivedita Prasad dari Ban Ying, sebuah LSM Rumah Perempuan, Thailand, yang membantu buruh migran di Jerman, dalam wawancaranya dengan BBC Siaran Indonesia. baca berita lengkapnya di: http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-946%7CX - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi YJP: Perempuan versus Soeharto
Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan Sabtu, 09 Februari 2008, pukul 15.00-17.00 WIB Pasaraya Book Fair 2008 Lantai 7, Gedung Timur, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan Perempuan Versus Soeharto Pembicara: Asvi Warman Adam (Sejarahwan) Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan) Fadjroel Rakhman (Aktivis Mahasiswa 80 dan 98) Moderator: Nur Azizah (Aktivis Yayasan Jurnal Perempuan) Soeharto memulai kekuasaannya di negeri ini dengan melakukan stigma terhadap gerakan kaum perempuan. Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) yang sebelumnya eksis, dicitrakan sebagai gerakan pembunuh yang kejam, amoral, dan atheis. Dan setiap gerakan perempuan yang memiliki aktivitas seperti Gerwani akan menerima stigma dan perlakuan buruk dari rejim Soeharto. Rejim ini pula memiliki konsep dan identitas sendiri untuk mengurung kaum perempuan: konco wingking alias teman belakang adalah posisi resmi bagi para istri untuk suami mereka. Inilah posisi yang lumrah dan sah. Tujuannya jelas: pemusnahan terhadap pergerakan kaum aktivis perempuan. Sebagai alat kontrol dan pengesahan posisi perempuan versi rezim kekuasaan, diciptakanlah organisasi-organisasi wanita (bukan perempuan) dari pusat hingga tingkat desa/kelurahan: Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, dan PKK dengan aktivitas yang justru mengembalikan perempuan ke tatanan perempuan Jawa-feodal: perempuan yang manut pada titah suami, lemah-lembut, bahkan bila perlu swargo nunut, neraka katut (suami ke surga atau ke neraka, istri pun turut). Diskusi ini juga hendak mengulas Jurnal Perempuan edisi 52 Kami Punya Sejarah. Selain bisa berdiskusi anda bisa datang ke pameran buku: Pasaraya Book Fair 2008. Untuk informasi lebih lanjut kontak: Nur Azizah 0818-064-884-63 e-mail: [EMAIL PROTECTED] Yayasan Jurnal Perempuan Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810 Telp. 62.21. 8370 2005 (Hunting) Fax. 62.21. 830 2434 e-mail : [EMAIL PROTECTED]
[Forum Pembaca KOMPAS] Re: Protes keras terhadap tulisan Budiarto Shambazy-Warta
Pak Budi Tanggapan balik anda ini tidak menegaskan awal-awal tanggapan anda, Justru perbedaan pandangan itulah yang membuat kita jadi semakin dewasa. Saya kira, kita yang di sini telah mafhum dan tidak perlu dikutip yang bisa dipahami untuk mengajari. Komentar terhadap tulisan anda saya kira tetap menjunjung tinggi sportivitas--dan tak perlu mengambil contoh dunia olahraga Indonesia maksudnya? Final Liga Djarum saya harus dipindahkan ke Bandung, dan pertandingan tanpa penonton--tak ada yang emosi dalam protes-protes terhadap tulisan anda--mengapa anda begitu gerah dengan protes dengan mengatakan, Yang lebih sering terjadi protes-protes itu hanya menunjukkan emosi belaka. Saya juga menikmati tulisan-tulisan anda, dan ketika saya membaca tulisan anda tentang Hillary saya menangkap ada yang aneh, dan saya pun bisa mengerti ada komentar dan protes terhadap tulisan anda. Namun jujur saja, tanggapan balik anda seperti ini, membuat saya sebagai pembaca tulisan-tulisan anda, dan juga pembaca Kompas kecewa Mohamad Guntur Romli Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Budiarto Shambazy [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Budi, Terima kasih mau menantikan Politika. Pro dan kontra terhadap setiap artikel/opini/berita di Kompas merupakan hal biasa. Justru perbedaan pandangan itulah yang membuat kita jadi semakin dewasa. Saya pernah bertahun-tahun meliput olahraga. Di dunia yang penuh sportivitas itu protes pun diizinkan pula. Namun, setiap protes pasti ada harganya. Syarat pertama protes: Anda harus mengeluarkan berlembar-lembar 100 ribu rupiah. Uang itu tak akan dikembalikan kepada Anda alias menjadi hak milik panitia. Yang lebih sering terjadi protes-protes itu hanya menunjukkan emosi belaka. Kadang kala protes dilancarkan karena persoalan harga diri saja. Namun, setelah pertandingan selesai, semuanya kembali seperti sedia kala. Wong namanya saja olahraga. Salam jujur, Budiarto Shambazy
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi YJP: Demokrasi A la Feminis
UNDANGAN Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan Demokrasi A la Feminis Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono Jumat, 22 Februari 2008 Pukul 15.00-17.00 WIB Yayasan Jurnal Perempuan Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810 Telp 021. 8370-2005 Demokrasi di Indonesia adalah peluang bagi setiap pihak untuk menyalurkan aspirasinya. Tak terkecuali bagi mereka yang memanfaatkan prosedur demokrasi yang pada akhirnya beriktikad membunuh demokrasi. Seperti munculnya Perda-perda dan undang-undang yang diskriminatif, khususnya terhadap perempuan, yang mayoritas berbasis syariat. Sedangkan demokrasi di negri baru dimaknai sebagai penguasaan dan kemenangan terhadap prosedur demokrasi yang juga dihitung sebagai target dari tercapainya proses demokratisasi. Melalui penguasaan dan kemenangan itu segala bentuk peraturan yang diskriminatif seolah-olah lahir dari rahim demokrasi. Tak ada riwayat bagi kelompok minoritas yang tidak mungkin bisa menang dalam demokrasi yang maskulin macam ini: yang lebih mementingkan kemenangan dan menciptakan konsituen sebanyak-banyaknya dan sekuat-kuatnya. Sedangkan para feminis memandang demokrasi adalah peluang bagi terciptanya kepedulian, tolak-ukur demokrasi bukanlah kemenangan dan penguasaan, namun tercapainya tatanan masyarakat yang bebas dari diskriminasi, kesetaraan (tak ada yang mayoritas dan minoritas) dan pengakuan terhadap keragaman. Untuk bahasan lebih lanjut tentang tema ini, ikuti diskusi Yayasan Jurnal Perempuan yang menghadirkan pembicara: Gadis Arivia (Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan), Musdah Muliah (Ketua Umum ICRP) dan Nur Iman Subono (Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan, Pemimpin Redaksi Jurnal Demokrasi Sosial) Untuk informasi lebih lanjut kontak: Nur Azizah 0818-064-884-63 e-mail: [EMAIL PROTECTED] Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun, selain datang untuk diskusi anda bisa juga mendapatkan terbitan Yayasan Jurnal Perempuan: jurnal, buku, kliping tentang isu perempuan (dari tahun 1996), video, kaset untuk program radio jurnal perempuan, dll - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi TUK: Pertarungan Kemapanan dan Perubahan dalam Budaya Arab-Islam
Salam Silakan bagi anda yang tertarik pada tema diskusi ini bisa hadir. Diskusi Komunitas Utan Kayu bulan ini tentang buku Adonis al-Tsabit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan Yang Berubah). Mohamad Guntur Romli Penanggungjawab Diskusi Komunitas Utan Kayu. http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=130 Kamis, 21 Februari 2008, 19:00 WIB Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM Narasumber: St. Sunardi. Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM Adonis (Ali Ahmad Said), sastrawan Arab termasyhur saat ini, memiliki sebuah karya ilmiah yang monumental: al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan yang Berubah). Dalam buku yang terdiri dari empat jilid iniLKiS Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-IslamAdonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang pertarungan dua kubu di medan sastra, pemikiran, politik, dan budaya Arab-Islam. Kubu pertama adalah mereka yang ingin menguatkan kemapanan dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan teks agama untuk memaksakan satu versi tafsir yang sahih. Kubu kedua bergairah melakukan perubahan dengan menjadikan teks agama sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaruan dan penyesuaian, atau tak lagi menganggap teks agama sebagai sumber pengetahuan karena telah menggunakan akal sebagai landasan. Kubu pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ), dengan menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan; dan kedudukan sastra hanya sebagai hamba bagi agama, bukan agen kebebasan untuk mencipta. Sepanjang sejarah Islam, kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak, sekaligus sastrawan yang mengidamkan capaian daya cipta, Adonis melakukan perlawanan dan pembongkaran terhadap kubu kemapanan. Walhasil, buku yang semula merupakan disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon, ini kerap dituding sebagai karya seorang atheis khas Timurbukan tidak mengakui adanya Tuhan seperti di Barat, tapi tidak meyakini nabi dan agama. Diskusi ini akan menghadirkan narasumber St. Sunardi, Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang meraih gelar doktor dengan disertasi tentang novel-novel Naguib Mahfouz. Diskusi ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK) Jl Utan Kayu No 68H Jakarta. Diskusi ini cuma-cuma. Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Pertunjukan di TUK: Resital Piano Ross Carey (Selandia Baru)
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=129 Resital Piano Ross Carey (Selandia Baru) Rabu, 20 Februari 2008, 20:00 WIB Resital Piano Ross Carey (Selandia Baru) THE NEW MINIMALISM (karya Slamet Abdul Sjukur, Michael Asmara, Sinta Wullur, Luca Vanneschi, Alfredo Votta Jr, Garreth Farr, dll). Dalam resitalnya kali ini, pianis Ross Carey akan membawakan sebelas nomor untuk piano tunggal bercorak minimalis karya sepuluh komponis dari sejumlah penjuru dunia. Karya-karya itu antara lain: Zomer (Kate Moore, Australia, 2006); Love Songs (Garreth Farr, Selandia Baru, 2001); Meditations (Alfredo Votta Jr, Brazil, 1999); Per Piano Forte (Luca Vanneschi, Italia, 1996); Idiot Sorrow (James Rolfe, Kanada, 1990). Karya dua komponis Indonesia kontemporer, Slamet Abdul Sjukur (Svara, 1979) dan Michael Asmara (The River, 1986) juga akan mengisi program, bersama karya mutakhir komponis asal Indonesia yang kini bermukim di Belanda, Sinta Wullur (Aqua Piano, 2007). Ross Carey melakukan studi piano dan komposisi di Victoria University, Wellington, dan Elisabeth University of Music, Hiroshima. Sejak 1994 ia berkarir sebagai pianis dan komponis di Selandia Baru, Australia, dan Kanada. Pada tahun 2000 ia menjadi Mozart Fellow di Otago University, Dunedin, Selandia Baru; dan di tahun 2005 ia menjadi komponis tamu bagi International Society for Contemporary Music (ISCM) di Visby International Centre for Composer, Swedia. Ia pernah juga mempelajari seni musik tradisional Jawa di Yogyakarta. Saat ini ia tengah mendalami musik klasik Hindustani, dengan perhatian utama pada instrumen harmonium. Pertunjukan ini digelar di Teater Utan Kayu (TUK) Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, dan tidak dipungut biaya sedikit pun. - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi TUK: Yang Tetap Yang Berubah dalam Budaya Arab-Islam
Salam Komunitas Utan Kayu mengundang anda dalam diskusi bulan Pebruari yang akan membedah buku al-Tsabit wal Mutahawwil karya penyair kelahiran Syria: Adonis (Ali Ahmad Said). Adonis lebih dikenal sebagai penyair, yang konon struktur bahasa dan makna dari puisi-puisinya ingin menyaingi Al-Quran. Adonis juga dituding murtad, berikut saya terjemahkan satu puisi Adonis yang sangat terkenal dan menjadi biang pemurtadan. Adonis Bahasa Dosa (Lughatul Khati'ah) Aku bakar seluruh warisanku kukatakan: bumiku masih perawan, tak ada makam di masa mudaku aku melintas di atas Allah dan setan jalurku lebih jauh dari jalur tuhan dan setan ... Aku menyebrang melalui kitabku beriringan dengan badai yang terang benderang beriringan dengan badai yang hijau kemilau Aku berseru: tak ada lagi Sorga, tak ada Kejatuhan setelahku kuhapus bahasa dosa Terjemahan: Mohamad Guntur Romli Silakan hadir dan nikmati diskusi ini http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=130 Kamis, 21 Februari 2008, 19:00 WIB Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM Narasumber: St. Sunardi. Diskusi Buku PERTARUNGAN KEMAPANAN DAN PERUBAHAN DALAM BUDAYA ARAB-ISLAM Adonis (Ali Ahmad Said), sastrawan Arab termasyhur saat ini, memiliki sebuah karya ilmiah yang monumental: al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan yang Berubah). Dalam buku yang terdiri dari empat jilid iniLKiS Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-IslamAdonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang pertarungan dua kubu di medan sastra, pemikiran, politik, dan budaya Arab-Islam. Kubu pertama adalah mereka yang ingin menguatkan kemapanan dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan teks agama untuk memaksakan satu versi tafsir yang sahih. Kubu kedua bergairah melakukan perubahan dengan menjadikan teks agama sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaruan dan penyesuaian, atau tak lagi menganggap teks agama sebagai sumber pengetahuan karena telah menggunakan akal sebagai landasan. Kubu pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ), dengan menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan; dan kedudukan sastra hanya sebagai hamba bagi agama, bukan agen kebebasan untuk mencipta. Sepanjang sejarah Islam, kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak, sekaligus sastrawan yang mengidamkan capaian daya cipta, Adonis melakukan perlawanan dan pembongkaran terhadap kubu kemapanan. Walhasil, buku yang semula merupakan disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon, ini kerap dituding sebagai karya seorang atheis khas Timurbukan tidak mengakui adanya Tuhan seperti di Barat, tapi tidak meyakini nabi dan agama. Diskusi ini akan menghadirkan narasumber St. Sunardi, Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang meraih gelar doktor dengan disertasi tentang novel-novel Naguib Mahfouz. Diskusi ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, dan tidak dipungut biaya sedikit pun. === Catatan Pinggir Adonis Seorang eksil adalah seorang yang ditundung. Ia hidup di luar negerinya sendiri, terusir, seperti puluhan orang Indonesia yang tak bisa pulang setelah 1965 karena paspor mereka dicabut tanpa dipastikan apa alasannya. Seorang tundungan pada dasarnya hidup dalam perpindahan yang belum sampai ke mana pun juga: di dalam dirinya tersemat sebuah negeri yang tak terlupakan namun harus ditinggalkan, sementara itu ia menemukan sebuah negeri lain yang kini jadi alamat tinggal namun bukan sebuah tempat pulang. Tak mengherankan bila ada yang retak di situ. Seperti ditulis dalam puisi Adonis, yang mengambil kiasan tokoh epos Yunani kuno, Odiseus, pendekar perang yang pulang dari Troya dan menempuh wilayah-wilayah yang ganjil dan mengancam: Namaku Odiseus datang dari negeri tanpa batas dipanggul orang ramai. Aku sesat di sini, sesat di sana dengan sajakku Dan kini aku di sini, cemas dan jadi alum tak tahu bagaimana tinggal tak tahu bagaimana pulang Adonis adalah Ali Ahmad Said, sastrawan yang lahir pada tahun 1930 di Al-Qassabin, dekat kota Lakasia, Suriah. Meskipun ia baru bersekolah ketika berumur 12, anak seorang petani yang juga imam masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa. Pada 1944 ia masuk sebuah sekolah Prancis di kota Tartus dan lulus pada 1950. Di masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya. Pada 1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di tanah jiran itu, sampai perang saudara
[Forum Pembaca KOMPAS] 89.2 FM Green Radio: Selamatkan Jakarta dengan Bakau
http://utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=38 89.2 FM Green Radio: Selamatkan Jakarta dengan Bakau Sabtu 23 Februari 2008, Komunitas Utan Kayu, melalui Radio Utan Kayu akan mengadakan kegiatan tanam bakau sebanyak 200 bibit. Acara tersebut merupakan perayaan ulang tahun Radio Utan Kayu yang kedua. Lokasi penanaman pohon bakau akan berlangsung di Taman Wisata Alam Angke pada pukul 8 pagi. Sementara para peserta yang akan ikut serta menanam berkumpul bersama di komplek Komunitas Utan Kayu Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur pukul 7 pagi. Selain tanam bakau, acara tersebut akan diisi dengan soft launching nama baru Radio Utan Kayu menjadi 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta. Kegiatan ini bertema Selamatkan Jakarta dengan Bakau bekerjasama dengan Jakarta Green Monster dan didukung oleh Perusahaan Listrik Negara, Kementrian Lingkungan Hidup, Departemen Kelautan dan Perikanan, XLcomindo, dan Bluescope Steel. 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta, adalah metamorfosa dari Radio Utan Kayu. Alasan memilih nama baru sebagai Green Radio, menurut Nita Roshita Kepala Bagian Program 89.2 FM Green Radio, kami ingin melayani publik Jakarta dengan memberi perhatian lebih pada upaya menyelamatkan manusia dan lingkungannya. Kami risau dengan banjir yang makin parah di ibu kota. Kami turut dalam kecemasan dunia, atas perubahan iklim dan pemanasan global. 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta menyediakan diri untuk menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta untuk hidup yang lebih nyaman di lingkungan urban. Nyaman dalam kehidupan sosial, politik maupun dengan lingkungan yang semakin hijau. Radio ini akan aktif untuk memajukan gerakan hijau, pemberdayaan dan toleransi dalam semua aspek kehidupan. Kontak Nita Roshita 89,2 FM Green Radio, The Eco Lifestyle of Jakarta Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta e-mail: [EMAIL PROTECTED] - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi YJP: Demokrasi ala Feminis, Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=agenda%7C-58%7CX UNDANGAN Diskusi Yayasan Jurnal Perempuan Demokrasi ala Feminis Pembicara: Gadis Arivia, Musdah Mulia, Nur Iman Subono Moderator: Dewi Setyarini Jumat, 22 Februari 2008 Pukul 15.00-17.00 WIB Yayasan Jurnal Perempuan Jl. Tebet Barat VIII No. 27 Jakarta Selatan 12810 Telp 021. 8370-2005 Demokrasi di Indonesia adalah peluang bagi setiap pihak untuk menyalurkan aspirasinya. Tak terkecuali bagi mereka yang memanfaatkan prosedur demokrasi yang pada akhirnya beriktikad membunuh demokrasi. Seperti munculnya Perda-perda dan undang-undang yang diskriminatif, khususnya terhadap perempuan, yang mayoritas berbasis syariat. Sedangkan demokrasi di negeri ini baru dimaknai sebagai penguasaan dan kemenangan terhadap prosedur demokrasi yang juga dihitung sebagai target dari tercapainya proses demokratisasi. Melalui penguasaan dan kemenangan itu segala bentuk peraturan yang diskriminatif seolah-olah lahir dari rahim demokrasi. Tak ada riwayat bagi kelompok minoritas yang tidak mungkin bisa menang dalam demokrasi yang maskulin macam ini: yang lebih mementingkan kemenangan dan menciptakan konsituen sebanyak-banyaknya dan sekuat-kuatnya. Sedangkan para feminis memandang demokrasi adalah peluang bagi terciptanya kepedulian, tolak-ukur demokrasi bukanlah kemenangan dan penguasaan, namun tercapainya tatanan masyarakat yang bebas dari diskriminasi, kesetaraan (tak ada yang mayoritas dan minoritas) dan pengakuan terhadap keragaman. Untuk bahasan lebih lanjut tentang tema ini, ikuti diskusi Yayasan Jurnal Perempuan yang menghadirkan pembicara: Gadis Arivia (Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan), Musdah Muliah (Ketua Umum ICRP) dan Nur Iman Subono (Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan, Pemimpin Redaksi Jurnal Demokrasi Sosial) Untuk informasi lebih lanjut kontak: Nur Azizah 0818-064-884-63 e-mail: [EMAIL PROTECTED] Diskusi ini tidak memungut biaya sedikit pun, selain datang untuk diskusi anda bisa juga mendapatkan terbitan Yayasan Jurnal Perempuan: jurnal, buku, kliping tentang isu perempuan (dari tahun 1996), video, kaset untuk program radio jurnal perempuan, dll - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Adonis, Sang Penyair Politis
Diskusi Komunitas Utan Kayu Adonis, Sang Penyair Politis Adonis lahir dan besar di Syria, melanjutkan pendidikannya di Libanon yang menjadi bagian kawasan yang disebut Timur Tengah. Jamaknya kawasan ini dipandang hanya diidentikkan dengan satu tradisi: Islam. Oleh karena itu, St Sunardi Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang menjadi narasumber dalam bedah buku Adonis al-Tsabit wal Mutahawwil 21/2 di Teater Utan Kayu memulai pemaparannya dengan memberikan klarifikasi tentang kawasan Timur Tengah itu. Sunardi menyatakan bahwa Timur Tengah merupakan bagian besar sebuah kawasan Mediterania (Laut Tengah). Dan sepanjang sejarah, kawasan Mediterania ini tempat bertemunya budaya-budaya besar: Mesir Kuno, Yunani Kuno (Helenistik, khususnya sejak Iskandaria menjadi ibu kota), Romawi Kuno, Kristen (Koptik, Maronit, dsb), Islam dan Eropa. Pandangan seperti inilah yang seharusnya digunakan oleh siapa pun yang ingin menilai kawasan itu, dan menghindar praktik yang disebut oleh Sunardi stereptipisasi ideologis. Dan demikianlah konteks karya Adonis tersebut. Buku Adonis tersebut berikhtiar mencari proses pembakuan kebudayaan Arab-Islam pada aras politik, keagamaan, dan seni. Kencenderungan umum ini pun bisa dipahami, kawasan tersebut yang pernah lahir peradaban-peradaban besar, namun mengapa nasib yang terjadi saat ini justeru kemunduran? Begitulah Adonis menghadirkan secara pararel dua kekuatan dalam sejarah kebudayaan Arab-Islam yang masing-masing berorientasi pada ittiba atau al-qadim (masa lalu, imitasi, status quo) dan ibda atau al-hadatsah (inovasi, modernitas, pembaharuan). Gerakan pembaharuan hakikatnya bagi Adonis juga merupakan dasar (ushul) yang terdapat dalam budaya Arab-Islam, namun dalam perjalanan sejarahnya kekuatan ini dikalahkan, dan dikubur oleh kekuatan yang pertama. Sehingga warisan yang sampai pada umat Arab-Islam saat ini hanyalah satu warisan saja, yakni warisan yang berorientasi pada masa lalu dan pro status quo. Untuk itu, Adonis mengajak untuk melakukan dekonstruksi (al-hadam) melalui proses internal budaya Arab-Islam sendiri, dengan menggantikan warisan yang regresif dengan warisan yang progresif. Bagi Sunardi, buku Adonis ini dari sisi informasi historis, data dalam buku tersebutlah tidaklah baru, terutama bagi orang yang sudah terbiasa dengan sejarah Islam. Barangkali yang agak asing bagi pembaca di Indonesia adalah berbagai informasi menarik yang berkaitan dengan sastra yang bisa ditemukan dalam buku ini dan yang tidak diketahui orang kebanyakan. Lebih dari itu, keunikan buku ini terletak dari ulasan seorang Arab yang hidup di jaman modern namun mendapatkan masyarakat dan lingkungannya sedang terpuruk. Mengapa mentalitas orang Arab cenderung mandeg? Di mana bakat kreativitas Arab dikuburkan? Bukankan pada jaman modern justeru kreativitas yang dijunjung tinggi dan bukannya kemapanan? Bukankan kreativitas itu modern dan modernitas itu kreatif? Namun bagi Sunardi, Adonis tidak bermaksud mengajak pembacakhususnya orang-orang Arabmeromantisasi masa lalu (walaupun kadang-kadang ini tidak bisa dihindarkan). Dia benar-benar sedang mencari semacam conditions of possibility bagi budaya Arab yang kreatif. Adonis juga memberikan gambaran yang hiperbolik (juga tragis) tentang perjalanan sejarah peradaban Arab-Islam yang mengalami defenseless saat berhadapan dengan dunia modern. Singkatnya bagi Sunardi, karya Adonis tersebut menjadi semacam percakapan tentang the rise and fall of Arab creativity. www.utankayu.org - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Telah terbit, Jurnal Perempuan edisi Kearifan Lokal
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/pasar.php?mnu=1act=J-57%7CD Telah tebit, Jurnal Perempuan Edisi 57 Menelusuri Kearifan Lokal Sengaja Jurnal Perempuan kali ini mengangkat korelasi antara budaya atau tradisi dan keberadaan perempuan dalam masyarakat. Tema ini kami namakan kearifan lokal. Tema ini populer sejak adanya kebijakan tentang otonomi daerah atau desentralisasi di Indonesia yang kemudian terepresentasi dengan lahirnya peraturan-peraturan daerah dan kebijakan-kebijakan yang menurut mereka berangkat dari falsafah lokal atau daerah. Alih-alih senang dengan desentralisasi yang dalam ekspektasi fase reformasi paska Orde Baru adalah perluasan tentang ide demokratisasi, yang terjadi adalah kearifan lokal yang simbolik, dan wujudnya menjadi kekerasan simbolik yang kemudian menjadi tindakan kekerasan yang fisik. Kearifan lokal yang terjadi menjadi diskriminatif, sama sekali tidak demokratis. Bila dihubungkan dengan kehidupan perempuan, simbol tentang kearifan lokal melalui peraturan daerah ini mengakibatkan perempuan terpenjara. Tema kearifan lokal ternyata seperti pisau bermata dua, kearifan lokal bila ia mendominasi perempuan, maka ia menjadi kebudayaan yang menindas perempuan. Atau sebaliknya, bila kearifan lokal sebagai kebudayaan bukanlah sebagai alat untuk dominasi, maka kearifan lokal membebaskan kaum perempuan. Mariana Amiruddin, dari Prolog Jurnal Perempuan edisi Kearifan Lokal TOPIK EMPU Peraturan Daerah dan Kearifan terhadap Perempuan Peraturan Daerah (Perda) yang tumbuh di Sumatera Barat berusaha menjunjung falsafah masyarakat itu, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, namun mengontrol dan mengekang perempuan. Perempuna dicitrakan (kembali) sebagai penggoda dan sumber maksiat sehingga harus ditutup rapat dan dilarang keluar rumah. Lantas, bagaimana Perda yang bisa arif pada perempuan? Sudarto, anggota Komnas HAM dari Sumatera Barat Perempuan Aceh terus Mencari Keadilan Tanah Aceh tidak pernah lepas dari bencana, dari konflik bersenjata, bencana alam Tsunami, kini fundamentalisme agama. Dan dari berbagai bencana itu, kaum perempuanlah yang banyak menanggung dampaknya. Tulisan ini mengulas perjalanan perempuan Aceh mencari keadilan di sepanjang konflik dan bencana tersebut. Eko Bambang S. Pengelola Sekolah Demokrasi Indonesia Pundak Perempuan Mentawai Perempuan Mentawai bangun lebih pagi dari ayam. Mereka memasak, menyiapkan makanan untuk anak dan suami. Sebelum berkubang dengan asap dan tungku, mereka harus ke hutan mencari kayu bakar. Meskipun beban berat yang banyak menumpuk di pundah perempuan, hak-hak perempuan Mentawai belum ditunaikan. Misalnya hak waris hanya dimiliki oleh laki-laki. Namun mereka terus menahan tumpukan-tumpukan beban itu yang ditimpakan tradisi yang tidak adil. Henny Irawati, bekerja di Yayasan Jurnal Perempuan Sunda, Perempuan, dan Kearifan Sunda cenderung diidentifikasi dengan laki-laki. Etnik yang sebagian besar mendiami wilayah Jawa Barat ini biasa disebut Ki Sunda. Maka melihat perempuan dari perspektif kearifan Sunda, mungkin lebih banyak dipengaruhi perspektif laki-laki. Namun dalam beberapa kasus perempuan ditempatkan lebih utama dibanding laki-laki Teddy A.N. Muhtadin, pengurus Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS) dan Pusat Studi Sunda (PSS) Islam, Perempuan, dan Kearifan Lokal Hakikat Islam adalah akumulasi dari serpihan-serpihan kearifan lokal, ia adalah sebuah produk anyaman yang bahan bakunya berasal dari lingkungan kelahirannya. Terbuka dan tak pernah selesai adalah watak asli Islam, apabila saat ini Islam dijadikan perkakas untuk menggerus kearifan lokal, maka pandangan dan sikap jahiliyah ini bersumber dari kejahilan mereka memahami sejarah gerak-laju dan subtansi Islam. Mohamad Guntur Romli, Manajer Program Yayasan Jurnal Perempuan Feminisme versus Kearifan Lokal Kearifan lokal (local wisdom) adalah sebuah tema humaniora yang diajukan untuk memulihkan peradaban dari krisis modernitas. Ia diunggulkan sebagai pengetahun yang benar berhadapan dengan standar saintisme modern. Namun kearifan lokal sering menjadi selimut ideologis praktik patriarki. Kearifan lokal bukan kebenaran esensial, melainkan diskursus yang terbuka untuk interpretasi bila terlihat kepalsuan-kepalsuan ideologis yang dikandungnya. Rocky Gerung, dosen filsafat di Universitas Indonesia WAWANCARA Ahmad Suaedy, Direktur Eksekutif the Wahid Institute, Kearifan Lokal Sumber Kekuatan Perempuan Nia Syarifudin, Direktur Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, Masih Ada Kearifan Lokal yang Membebaskan Perempuan PEREMPUAN DAERAH Perlawanan Perempuan Sambas Para perempuan di Sambas bergerak menolak ekspansi perusahaan sawit yang mengakibatkan hilangnya mata-pencaharian masyarakat di sana. Eko Bambang S. Pengelola Sekolah Demokrasi Indonesia Perempuan dalam
[Forum Pembaca KOMPAS] Roadshow YJP di UI: Memahami Seksual Minoritas Perempuan
Apa yang dimaksud Seksual Minoritas? Siapakah mereka? Kita pun perlu memahami mereka, bukan menghakimi mereka. IKASSLAV FIB Universitas Indonesia, Yayasan Jurnal Perempuan, dan didukung penuh oleh HIVOS, menyelenggarakan Roadshow kampus: Seksual Minoritas Perempuan: Mengapa Perlu Dipahami? Narasumber: BJD Gayatri (Konsultan Bidang Pembangunan/AID Asistance) Masruchah (Ketua Koalisi Perempuan Indonesia) Moderator: Dewi Setyarini ( Yayasan Jurnal Perempuan) Lobi Auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Jumat, 29 Februari 2008 pukul 13.00-17.00 WIB Mungkin kita sudah terlalu banyak mendengar masalah-masalah perempuan seperti kasus-kasus tenaga kerja perempuan, perdagangan perempuan atau trafficking, dan kekerasan dalam rumah tangga. Namun mungkin kita jarang mengulas nasib perempuan dalam seksual minoritas. Mungkin juga kita sudah mendengarnya malaui informasi yang tidak utuh. Perempuan dalam seksualitas minoritas sangat rentan menerima perlakuan kekerasan. Permasalahan ini pun seakan-akan luput dari pandangan kita sehari-hari. Perempuan yang berada dalam orientasi seksual minoritas adalah kaum lesbian. Selain itu, seksual minoritas juga mencakup kaum biseksual, gay, transeksual, dan waria. Mengenai kekerasan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan seksual minoritas, dapat dikatakan lebih memprihatinkan daripada kekerasan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan seksual mayoritas. Pada kasus sehari-hari, para perempuan ini sering mendapatkan perlakuan diskriminasi dalam berbagai hal. Misalnya, mereka sering mengalami diskriminasi dalam hal pekerjaan, berpendapat, dan berorganisasi (hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya). Mereka pun pada akhirnya merasa termarjinalkan karena kekerasan dan diskriminasi. Jika dikaitkan dengan konteks kebudayaan, khususnya di Indonesia, hal tersebut terjadi karena mereka yang berada pada orientasi seksual minoritas kalah oleh nilai-nilai kebudayaan Timur yang berlaku di Indonesia. Pada akhirnya, mereka terpaksa tidak bisa menjadi diri mereka sendiri sehingga sulit bagi mereka untuk mengekspresikan diri dalam hal pekerjaan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya sebagai warga negara. - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Pembukaan Pameran di Galeri Lontar Utan Kayu
Salam Mengundang anda dalam acara pembukaan pameran karya-karya empat perupa kontemporer: Andy Dewantoro, Awan Parulian Simatupang, Okky Arfie, dan Redy Rahadian. Galeri Lontar Jl Utan Kayu 68H Rabu 27 Februari 2008 pukul 19.00 http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=128 Pembukaan: Rabu, 27 Februari 2008, 19:30 WIB. 27 Februari 2008 - 19 Maret 2008 RUANG DAN SUBYEK Pameran ini menampilkan karya-karya empat perupa kontemporer: Andy Dewantoro, Awan Parulian Simatupang, Okky Arfie, dan Redy Rahadian. Masing-masing perupatelah menekuni bidang seni lukis di samping seni patung. Dalam banyak hal karya mereka mendapat pengaruh dari (sekaligus memberi pengaruh pada) perkembangan seni rupa masa kini. Namun, di tengah hiruk pikuk karya-karya bermuatan komentar sosial yang mewarnai sebagian besar seni rupa kontemporer tanah airterutama antara dasawarsa 1990-an dan 2000-an, karya-karya mereka justru memperlihatkan gagasan visual yang lain, yaitu bertolak dari pembacaan secara intensif atas ruang dan subyek yang berada di dalamnya. Relasi timbal balik antara ruang dan subyek ini, telah menjadi idiom dalam karya mereka dalam rentang yang cukup panjang. - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Menilik Sastra Dunia Maya
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=133 Rabu, 12 Maret 2008, 19:00 WIB Diskusi MENILIK SASRA DUNIA MAYA Narasumber: Akmal Nasery Basral, Cunong Nunuk Suraja, dan Mikael Johani. Moderator: Gratiagusti Chananya Rompas (Anya). Dunia maya (cyberspace) adalah dunia tanpa batas dan bisa memberi peluang kepada siapa pun untuk berkaya. Sastra di dunia cetak relatif terbatas hadirnya: seminggu sekali di koran, sementara industri buku tak jarang mesti berpikir seribu kali untuk menerbitkan karya sastra. Berbeda dengan di dunia maya: ruang mahaluas yang disediakan cuma-cuma. Meski ada yang menganggap dunia maya semacam pelarian bagi mereka yang sering dikecewakan oleh dunia cetak, komunitas sastra dunia maya terus tumbuh subur, blog dan website pribadi tak henti bermunculan dan secara rutin menampilkan karya-karya sastra si empunya. Lantas, bagaimana menilai karya-karya sastra yang tumbuh di sana? Apa sumbangannya terhadap khazanah sastra kita? Benarkah fenomena ini bisa dianggap sebagai pelarian, atau pencarian ruang yang lebih luas? Adakah corak dan karakter karya sastra yang khas di ruang maya bila dibandingkan dengan media cetak? Ikuti dan ramaikan diskusi yang menghadirkan Akmal Nasery Basral (wartawan, novelis, pengelola milis Apresiasi Sastra) dan Cunong Nunuk Suraja yang menyelesaikan S-2 di Fakultas Ilmu Budya (FIB) Universitas Indonesia dengan tesis yang membedah puisi digital, serta Mikael Johani blogger thetruthaboutjakarta.multiply.com. Moderator diskusi ini: Gratiagusti Chananya Rompas (Anya) dari Bunga Matahari. Diskusi diadakan di Kedai Tempo, Jl. Utan Kayu No. 68H, Jakarta Timur - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Buku Dalih Pembunuhan Massal
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=142 Rabu, 21 Mei 2008, 19:00 WIB Diskusi Buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto karya John Roosa Dalang Penculikan Jenderal atau Dalang Pembunuhan Massal? Pembicara: Asvi Warman Adam dan Heru Atmodjo 21 Mei 2008 Diskusi Buku Meski banyak versi sejarah telah ditulis, Peristiwa 30 September 1965 masih berselimut misteri hingga kini. Rezim Orde Baru menuding Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalangnya. Namun, setelah Soeharto jatuh, muncul beragam analisis atas Peristiwa 30 September, salah satunya bahkan menunjukkan keterlibatan Soeharto. Banyaknya versi tersebut justru kian menimbulkan pertanyaan: Siapa sebenarnya dalang Peristiwa 30 September? John Roosa, lewat buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, mulai menguak misteri itu. Menggunakan dokumen yang selama ini diabaikan dan wawancara dengan tokoh-tokoh PKI, buku ini tidak hanya menyingkap siapa dalang G30S, namun juga bagaimana seorang dalang menjadikan G30S sebagai dalih untuk melakukan pembantaian massal. Melalui buku ini John Roosa berhasil menyusun sebuah narasi baru tentang peristiwa 30 September1965. Buku ini sangat penting karena mengandung data baru, metodologi baru dan perspektif baru dalam penulisan sejarah. Ikuti diskusinya dengan Dr. Asvi Warman Adam (Ahli Peneliti Utama LIPI) dan Heru Atmodjo (penulis buku Gerakan 30 September 1965, Kesaksian Letkol Heru Atmodjo, yang menjabat sebagai Asisten Direktur Intel AURI saat terjadi Peristiwa 30 September). [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Ibu dan Anak Ahmadiyah Lapor akan Gus Dur
Undangan Ibu dan Anak Ahmadiyah Korban Kekerasan Lapor Gus Dur Setelah menggelar Konferensi Pers di Kantor Jurnal Perempuan, Rabu 7 Mei 2008 dan Aksi Damai di Bunderan HI, Kamis, 8 Mei 2008, dengan tema Selamatkan Ibu dan Anak Ahmadiyah di Kekerasan ibu dan anak Ahmadiyah yang menjadi korban kekerasan akan lapor ke KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H. Rombongan ibu dan anak tersebut di bawah pimpinan Ibu Hj. Syarifatunnisa Makih, Ketua Umum Lajnah Imaillahorganisasi sayap perempuan Ahmadiyahdan didampingi organisasi-organisasi perempuan di Indonesia: Yayasan Jurnal Perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, LBH Jakarta, Institut Ungu, Komunitas Ungu, Our Voice, Institut Pelangi Perempuan, Perempuan Mahardhika, Srikandi Demokrasi Indonesia. Untuk itu, kami ingin mengundang kawan-kawan, khususnya media cetak/elektronik pada acara yang akan kami laksanakan: Kongkow Bareng Gus Dur, di KBR68H, Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta, pada hari Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 10.00 WIB Acara: - Testimoni korban kekerasan dari ibu-ibu dan anak-anak Ahmadiyah, didampingi oleh Ibu Hj. Syarifatunisa Makih, Ketua Umum Lajnah Imaillah Jemaat Ahmadiyah Indonesiaorganisasi sayap perempuan Ahmadiyah -Neng Dara Affia dari Komnas Perempuan yang akan melaporkan kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan Ahmadiyah, hasil laporan Komnas Perempuan 22 Mei 2008, Perempuan Ahmadiyah: Korban Kekerasan Berlapis - Pernyataan Sikap oleh: KH Abdurrahman Wahid Mariana Amiruddin (Direktur Yayasan Jurnal Perempuan, Masruchah (Sekjend Koalisi Perempuan Indonesia) Salam Nur Azizah 0818-064-88-463 [EMAIL PROTECTED] Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan: Mengenang Oey Hay Djoen (1929-2008)
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=145 Selasa, 24 Juni 2008, 19:00 WIB Mengenang Oey Hay Djoen (1929-2008) Pembicara: Goenawan Mohamad. Di masa tuanya Oey Hay Djoen lebih dikenal sebagai penerjemah karya besar Karl Marx, Das Kapital, ke dalam bahasa Indonesia. Terbit dalam tiga jilid, kitab terjemahan tersebut merupakan kerja tekun Oey selama bertahun-tahun. Oey memang seorang dengan energi dan semangat yang seakan tak hendak habis. Bahkan setelah mengidap sakit menahun dan harus menggunakan kursi roda, ia masih juga terlihat menghadiri pelbagai diskusi bersama orang muda (yang biasa memanggilnya Om Oey). Sejak masa mudanya, Oey Hay Djoen bergiat dalam gerakan politik kiri; ia pernah terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat mewakili Partai Komunis Indonesia. Dia akhir 1950-an, Oey aktif sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Rakyat. Ia rajin menulis esai sastra, juga puisi dan cerpen, menggunakan nama pena Samandjaja. Di masa itu ia pun banyak menulis telaah ekonomi yang disiarkan di pelbagai majalah dan jurnal politik. Pada 17 Agustus 1969 ia dibuang ke Pulau Buru (dalam satu rombongan dengan Pramoedya Ananta Toer, sahabatnya), dan hidup sebagai tahanan politik di sana hingga 1979. Dalam peringatan sebulan wafatnya Oey Hay Djoen ini, Goenawan Mohamad akan membicarakan sosok Oey sebagai seorang manusia abad ke-20 yang hidup di tengah hiruk-pikuk percaturan ideologi dan perjuangan cita-cita politik di Indonesia yang terus-menerus membentuk dirinya. Acara ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No 68H, dan tidak dipungut biaya sedikit pun [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Novel Seniman Kaligrafi Terakhir
Komunitas Utan Kayu Diskusi Novel Seniman Kaligrafi Terakhir (La Nuit des Calligraphes) Pada tahun 1923, terjadi perubahan secara radikal di Turki, dari sebuah negeri yang tradisional menjadi negeri yang modernuntuk itulah seluruh tradisi dihancurkan hingga ke akar-akarnyaagar bisa dipandang benar-benar modern. Hubungan Islam dan tradisi Arab dengan masyarakat Turki yang telah berkait-erat selama berkurun-kurun, diputus. Bahasa dan tulisan Arab perlahan-lahan mulai dihapuskan, dan diganti dengan versi abjad Latin. Justeru dalam kondisi itu, seorang gadis bernama Rikkat yang memiliki kecintaan luar biasa pada kaligrafi, menghadapi hari-hari dan karirnya yang mulai diremehkan penguasa Turki yang baru. Bersama seniman-seniman kaligrafi tua lainnyayang berasal dari warisan penguasa lama: sultanmereka dipecat, dan sekolah-sekolah mereka ditelantarkan. Kecintaanya terhadap kaligrafi dibayar mahal: segala yang ia miliki: sebagai istri dan ibu nyaris terampas habis. Emosinya dicurahkan pada kegiatan menulis dengan meniupkan seluruh nafas hidupnya pada huruf-huruf agar kaligrafi menjadi seni yang abadi, lebih manusiawi dan modern. Inilah novel tentang cinta pada kesenian yang tengah sekarat, di sebuah wilayah yang serba aneh dan mistis dengan Turki kontemporer yang mulai terseret arus modern Barat, Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah dan penuh ilham yang berasal dari kisah nyata. Novel Seniman Kaligrafi Terakhir Jakarta: Serambi, 2008; 206 halaman) yang merupakan terjemah-an buku La Nuit des Calligraphes karya Yasmine Gatha. Buku aslinya diterbitkan oleh Editions Fayard (Paris, 2005, 181 halaman) dan Editions de Poche (Paris, 2005, 153 halaman). Waktu dan tempat Diskusi ini akan diadakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu No.68H, Jakarta, Rabu 16 Juli 2008, pukul 19.00 WIB Narasumber Ida Sundari Husein (Penerjemah dan Dekan FIB UI 2004-2008) Nur Rofiah (Alumnus Universitas Ankara, Ankara, Turki) Tentang Yasmine Gatha Yasmine Gatha dilahirkan di Paris pada tanggal 6 Agustus 1975, sebagai anak keempat dari ibunya, Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, dan putera pertama ayahnya Jean Gatha, dokter peneliti keturunan Turki. Mungkin karena semasa kecil, ia dikelilingi benda-benda produk seni-budaya negeri nenek moyangnya yang dibawa ayah- nya sepulang dari perjalanan ke berbagai negara, kemudian Yasmine Gatha memilih studi Sejarah Kesenian Islam di Ecole du Louvre dan Universitas Paris III, Paris, untuk mempelajari arsitektur, benda-benda seni, tekstil dan kaligrafi. Panggilan darah membuatnya tertarik pada kesenian Otto-man. Namun, desakan untuk menulis baru muncul setelah ia melihat karya nenek-nya, Rikka Kunt, dalam sebuah pameran di ruang Richelieu, Museum Louvre, Paris, pada tahun 2000. Dengan penuh semangat ia mencari dokumen tentang sang nenek, dan menemukan dengan penuh kekaguman bahwa ia adalah seniman kaligrafi yang terkenal dengan huruf hiasan emasnya. Penemuan itu memberinya inspirasi untuk menulis La Nuit des Calligraphes. La Nuit des Calligraphes adalah bukunya yang pertama (2005). Buku itu mendapat sukses, dan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, belum termasuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, serta mendapat penghargaan: Prix de la Découverte (Prince Pierre de Monaco), Prix Cavour (Italia), Prix Kadmos (Libanon), dan Prix des Lecteurs dHerblay 2005. Bukunya yang kedua adalah Le Tar de Mon Père (2007), kisah dengan latar belakang Iran. Yasmine Gatha merupakan salah seorang pengarang Prancis keturunan asing yang menulis dalam bahasa Prancis karya dengan berlatar-belakang negeri asal orang tua atau nenek-moyangnya. Kesusastraan Prancis masa kini diperkaya oleh karya-karya sejenis berkat para penulis tersebut. Sebagai contoh lain kita dapat menyebut Amin Maalouf keturunan Libanon, yang salah satu karyanya, Le Rocher de Tanios, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Cadas Tanios dan diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 1999. [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email:
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Kuliah Orang Belanda dalam Film-film Indonesia
Seri Kuliah Umum tentang Stereotipe dalam Seni Pertemuan terakhir. Orang Belanda dalam Film-film Indonesia Sabtu 28 Maret 2009 pukul 16:00 Pembicara: Eric Sasono Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16 dekat Universitas Nasional, Pasar Minggu Jakarta Selatan Dalam Orang Belanda dalam Film-film Indonesia, Eric Sasono (kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) akan mengamati bagaimana sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film yang mereka produksi. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. *** Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif, yang dapat memicu beragam interpretasi. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya, stereotipe negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam rangkaian kuliah tentang stereotipe ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Gratis http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=597 ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Komunitas Salihara April 2009
Salam, Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan yang masuk dalam program: Pameran Seni Rupa, Sastra, Diskusi, Tari, Festival Film, Musik dan Kuliah Umum. Enam Pekan Perempuan ini diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. Selanjutnya rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal. Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara. Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita. Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur. Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada. Kegiatan seni lain yang tak kalah menariknya adalah produksi multimedia IMME. Berlangsung selama 11 hari (13-23 April 2009), produksi ini melibatkan seniman rupa, penulis, pemusik, dan pembuat film; beberapa di antaranya adalah: Marij Nielen, Nanette Danckaarts, Sylvia Volkert dan Laksmi Pamuntjak. Produksi ini bermula dari hasrat menghidupkan sesosok karakter yang bisa diidentifikasi oleh khalayak penonton seluas mungkin. IMME adalah “jiwa manusia” dari abad ke-21 dan bergerak di sebuah dunia antah-berantah yang tak dapat ditentukan. Pertanyaannya di sini adalah apakah para penonton dari negeri-negeri dan latar belakang budaya yang berbeda (Belanda, Indonesia, Irlandia, Polandia) akan memberi tanggapan serupa. Dengan sendirinya proyek ini adalah juga sebuah studi identifikasi-diri orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda-beda terhadap sebuah karakter imajiner di luar si penciptanya. Proyek IMME di Jakarta—sebagai bagian dari keseluruhan proyek yang berlangsung di sejumlah negara—terdiri dari lokakarya, kegiatan melukis dan berinteraksi dengan khalayak di ruang publik, serta pembuatan film dokumenter. Produksi ini ditutup dengan sebuah pertunjukan multimedia yang diselenggarakan pada hari Kamis 23 April 2009 pukul 20:00 WIB di Serambi Salihara. Pada tanggal 14-15 April 2009 pukul 20:00 WIB di Teater Salihara, tampil dua nomor tari karya Andara
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Pembukaan Pameran Seni Rupa, Pembacaan Sastra dan Diskusi Centhini
Salam, Teman-teman yang budiman, Mengingatkan kembali, Komunitas Salihara mengharap kehadiran anda untuk hadir dalam acara Enam Pekan Perempuan di Salihara, yang akan dilanjutkan besok dan lusa dengan acara: (1) Pembukaan Pameran Seni Rupa, Jumat 3 April pukul 19.00 WIB karya-karya yang akan dipamerankan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah dan Titarubi. (2) Acara akan dilanjutkan pukul 20.00 WIB dengan Pembacaan Karya Sastra, mereka adalah Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A, Nukila Amal, dan Oka Rusmini dan dilanjutkan keesokan harinya Sabtu 4 April dengan jam yang sama. (3) Sabtu 4 April pukul 16.00 di Serambi Salihara akan ada diskusi Serat Centhini dengan pembicara Elisabeth Inandiak (sastrawan Prancis dan pengarang Centhini Kekasih yang Tersembunyi) dan Junannah MS (Dosen bahasa Arab UII Jogja) moderator Nong Darol Mahmada Jangan lewatkan acara Enam Pekan Perempuan di Salihara ini. Sekian dan terima kasih Rama Thaharani Public Relations Komunitas Salihara http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=655 Memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) 8 Maret dan Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan. Diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing oleh Kelompok Sahita di akhir Maret lalu. Rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini dilanjutkan di bulan April ini dengan Pameran Seni Rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pembuka. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 3 hingga 17 April 2009 di Galeri Salihara. Pameran ini menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi karya-karya sepuluh perupa perempuan: Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Mella Jaarsma, Theresia Agustina, Titarubi, Wara Anindyah dan Yani Mariani, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan, seperti: Alia Swastika, Avianti Armand, Ayu Utami, Farah Wardani, Isma Sawitri, Kurie Suditomo, Laksmi Pamuntjak, Linda Christanty dan Nukila Amal. Dan anda kami undang untuk menghadiri pembukaannya yang akan digelar pada hari Jumat 3 April pukul 19:00 WIB di Galeri Salihara. Di hari yang sama, pukul 20:00 WIB, (dan keesokan harinya, Sabtu 4 April 2009) kami mengadakan pentas 10 Perempuan-Sastrawan Baca Karya di Teater Salihara. Mereka adalah: Abidah El-Khalieqy, Ayu Utami, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Helvy Tiana Rosa, Inggit Putria Marga, Linda Christanty, Nenden Lilis A., Nukila Amal, dan Oka Rusmini. Dengan kecenderungan dan pencapaian masing-masing, para sastrawan ini membuktikan bahwa karya mereka telah berbicara dengan fasih dan nafas yang panjang kepada khalayak pembaca sastra kita. Pada hari Sabtu tanggal 4 April 2009 pukul 16:00 WIB di Serambi Salihara kami akan mengadakan diskusi “Mengkaji Serat Centhini”. Serat ini merupakan sebuah mahakarya sastra Jawa abad ke-19, Centhini dalam cetakan aslinya memiliki 4.200 halaman, 722 tembang, 2.000 bait dalam 12 jilid. Kitab ini memuat dongeng, kearifan lokal, sejarah, doktrin agama, erotisme, seksualitas, dan kesenian yang tersebar luas dan diyakini masyarakat pada waktu itu yang kemudian dikumpulkan oleh para sastrawan Keraton. Namun, karya agung ini lebih banyak dicurigai daripada dikaji, disebut buku cabul yang merekam praktik dan moral tak luhur. Tak banyak diketahui, seorang tokoh Masyumi dan cendekiawan muslim H. M. Rasjidi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne Prancis dengan disertasinya tentang Centhini, Considerations Critique du Livre de Centhini (Pertimbangan Kritis tentang Centhini). Melalui H.M. Rasjidi-lah Elizabeth D. Inandiak mengenal Serat Centhini dan mempelajarinya selama bertahun-tahun. Inandiak kemudian menyadur Serat Centhini—menafsir, meringkas, dan menerbitkannya sebagai Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang ia sebut “Centhini abad ke-21”. Ikuti diskusinya dengan Elizabeth D. Inandiak—ahli sastra asal Prancis, penyusun buku Centhini, Kekasih yang Tersembunyi—yang akan mengulas Serat Centhini sebagai warisan karya sastra, dan Dra. Junanah, MIS, dosen bahasa Arab Fakultas Ilmu Agama Islam di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang akan mengulas relasi Islam dan Kejawen dalam Serat Centhini dengan moderator Nong Darol Mahmada. Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pembukaan V Film Festival di Komunitas salihara
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=15id=197item_id=671 V Film Festival yang merupakan ajang festival film perempuan internasional pertama di Indonesia akan dibuka besok Selasa 21 April di Komunitas Salihara, Jalan Salihara No 16 Pasar Minggu Jakarta Selatan. Rangkaian acara pembukaan akan dimulai dengan Peluncuran Komik 'Cerita Si Lala' dan pertunjukan menggambar oleh Tita Larasati pada pukul 16.00 WIB. Pada malam harinya pukul 18.00 akan ada pertunukan musik akustik bersama Mian Tiara. Sedangkan sebagai film pembuka akan diputar sebuah film dari Perancis berjudul Water Lilies karya Celine Sciamma yang berdurasi 83 menit. Pemutaran film akan dimulai pukul 20.20 WIB Water Lilies bercerita seorang gadis menuju proses pendewasaannya lengkap dengan situasi lingkungan di mana semua orang sibuk berkompetisi. Tokoh protagonis dalam film ini adalah tiga orang perempuan berusia 15 tahun yang mengalami cinta pertama mereka dengan tiga cara yang berbeda. Water Lilies merupakan debut sutradara Céline Sciamma (27 tahun) dan dibintangi oleh para pendatang baru; Pauline Acquart, Louise Blachère, Adèle Haenel dan Warren Jacquin. Setelah pemutaran perdana di Cannes Film Festival 2007, Sciamma dan pemain-pemain filmnya dipuji sebagai para pendatang baru yang paling menjanjikan dalam festival tersebut. Acara Festival ini akan berlangsung sampai tanggal 26 April, beberapa film Indonesia dan luar negeri akan diputar, dan akan digelar juga, diskusi dan workshop. Mengikuti tiap acara Festival ini tidak dipungut biaya sedikit pun dan terbuka untuk umum (kecuali acara pembukaan pukul 18.00 khusus undangan) JADWAL ACARA VFILMFEST 2009 Selasa 21 April 2009 16.00 Launching Komik 'Cerita Si Lala' Drawing Performance by Tita Larasati 18.00 Pembukaan V Film Festival, Festival Film Perempuan Internasional Musik akustik oleh Mian Tiara 20.20 Opening Film Water Lilies (Celine Sciamma, Perancis, 2007, 83') (khusus undangan) Rabu 22 April 2009 17.00 Film Pendek Maya, Raya, Daya (Nan T. Achnas, Indonesia, 2008, 10') Mereka Bilang Saya Monyet (Djenar Maesa Ayu, Indonesia, 2007, 90') 20.00 Film Pendek (Bukan) Kesempatan yang Terlewat (Lasja F.S, Indonesia, 2006, 10') The Education of Shelby Knox (Marion Lipscutz, Rose Rosenblatt,USA, 2005, 90’) Kamis 23 April 2009 17.00 Program Film PERTARUHAN 20.00 Film Pendek THe Matchmaker (Cinzia Puspitarini, Indonesia, 2006, 10’) Fiksi (Mouly Surya, Indonesia, 2008, 110') Jumat 24 April 2009 15.00 Diskusi Youth and Sexuality 17.00 Program Film GENDER MONTAGE 20.00 Film Pendek The Big Day (Keke Tumbuan, Indonesia, 2006, 10') In Mom's Head (Carine Tardieu, Perancis, 2007, 95’) Sabtu 25 April 2009 09.00 Round Table Discussion Feminist Film Theory 19.00 Program Film THE GIRLS TALK 21.00 Perempuan Girli (Rosana Yuditia Ripi, Indonesia, 2008, 19’) Sweeping Addis (Corrine Kuenzli, Switzerland, 2006, 50’) Minggu 26 April 2009 10.00 Workshop Produksi Film Berwawasan Gender 15.00 The Allround Reduced Personality-Redupers (Helke Sander, Jerman, 95') 18.00 Closing Film Mother Beast Mother Human (Helke Sander, Jerman, 1998, 63') Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: http://festivalfilm.multiply.com/ http://salihara.org Ening Nurjanah (Direktur): 0818866625 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Peluncuran JP Edisi 60
Jurnal Perempuan edisi 60 (terbit November 2008) bekerjasama dengan Kedutaan Canada mengangkat isu Perempuan dan Perda-Perda Diskriminatif di Indonesia. Para jurnalis Jurnal Perempuan mengadakan penelitian tentang Perda-perda tersebut dari Padang Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, hingga Manokwari Papua Barat. Mayoritas peraturan tersebut berbasis ajaran agama tertentu, yang jelas-jelas membatasi ruang gerak perempuan. Dalam Peraturan tersebut perempuan tak hanya dibatasi pada ruang publik saja, untuk tubuh mereka sendiri, perempuan tidak memiliki otonomi. Atas nama moralitas, agama, dan harga diri perempuan dibentuk menjadi makhluk yang terasing dari dunianya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, mendengarkan masukan dan kritik, maka kami ingin meluncurkan Jurnal Perempuan edisi 60 ini dengan diskusinya. Diskusi Publik dengan Pembicara Rocky Gerung (Dosen Filsafat UI) Happy Salma (Seniman), Dr. Rumadi (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Peneliti di Wahid Institute) Moderator : Mohamad Guntur Romli (Jurnal Perempuan) Waktu dan tempat Kamis, 18 Desember 2008, Jam 12.00 s/d 16.00 di Gedung Joeang 45 – Menteng Raya Jakarta Pusat. *Agenda Acara * 12.00 – 13.00 Registrasi Makan Siang 13.00 – 13.05 Opening 13.05 – 13.10 Kata sambutan dari Perwakilan Kedutaan Canada *) 13.10 – 13.15 Kata sambutan dari Direktur Eksekutif YJP – Mariana Amirrudin 13.15 - 13.25 Orasi Kebudayaan i Gusti Agung Ayu Ratih 13. 25 –13.30 Pembukaan Diskusi oleh moderator 13.30 - 14.30 Presentasi Narasumber 14.30 – 15.30 : Tanya Jawab 15.30 – 16.00 : Coffee break Closing / live entertainment Untuk konfirmasi hubungi : Amalia *(021) 8370-2005 atau Atau SMS ke Mobile Phone : 0815-8248230* Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Komunitas Salihara Mei 2009
Program Komunitas Salihara Mei 2009 Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG Sutradara: Edwin di Teater Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB Tari LELANGEN BEKSAN Padneçwara di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB Peluncuran dan Diskusi Buku DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru di Serambi Salihara Gratis 15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) Teater TANDA CINTA Teater Koma di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Nirwan Ahmad Arsuka di Serambi Salihara GRATIS Senin-Selasa, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON Sincronie, Italia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Reservasi dan Informasi: Natalie 0817-077-1913 Nike 0818-0730-4036 Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tel. 021-789-1202, Faks. 021-781-8849 www.salihara.org SINOPSIS Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Levi Gunardi adalah seorang pianis Indonesia ternama, kelahiran 1976. Ia bergabung dalam Junior Original Concert, sebuah kelompok yang terdiri dari para pemusik muda berbakat di bawah usia 15 tahun, dan telah menggubah karya-karyanya sendiri untuk piano dan electone, yang ia mainkan di sejumlah kota besar di Indonesia. Pada tahun 1992, ia meraih penghargaan “Most Outstanding Performance” se-Asia Tenggara mewakili Indonesia di Singapura, dan “Outstanding Performance Award” tingkat internasional (mewakili Indonesia dan benua Asia), di Kyoto, Jepang pada tahun yang sama. Setelah menyelesaikan tingkat Persiapan Konservatorium di Yayasan Pendidikan Music di bawah bimbingan Iravati Sudiarso pada tahun 1996, Levi diterima di Manhattan School of Music di New York, AS, belajar piano pada Constance Keene, dan musik kamar pada Marc Silverman, Isadore Cohen, serta Gerald Robyns. Pada tahun 1997, ia tampil di Steinway Hall dan Donell Library, keduanya di bawah Asosiasi Leschetizky. Pada awal tahun 2002, ia menyelesaikan program Bachelor of Music dan Master of Music, yang diraihnya melalui beasiswa penuh dari para petinggi Manhattan School of Music. Ia telah tampil dalam sejumlah master class oleh pianis-pianis klasik dunia: Barry Snyder, Ruth Slenckczyska, Alexis Golovin, Joaquin Soriano, Solomon Mikowsky, Midori Nohara, Eduardus Halim, Reynaldo Reyes, dan Constance Keene. Levi pernah tampil sebagai solis bersama pianis William Whipple dan Cedar Rapids Symphony Orchestra pimpinan Christian Tiemeyeer, dan bersama Twilite Orchestra pimpinan Addie MS. Ia menjadi salah satu finalis pada Bergen Philharmonic Concerto Competition di New Jersey, AS. Ia pernah diundang oleh Nanyang Academy of Fine Arts untuk memberikan resital kuliah sebagai pembuka rangkaian 2002 Commuter Concert di Singapura, dan pernah mengadakan resital di Esplanade Recital Hall, Singapura. Ia juga pernah menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam The 7th Franz Liszt International Piano Competition di Utrecht, Belanda. Ia telah merilis CD piano tunggal, yang kemudian masuk nominasi “Anugerah Musik Indonesia 2004”, dan yang salah satu lagunya menduduki peringkat pertama untuk lagu Indonesia dengan penjualan terbanyak di iTunes Indonesia. Selain sebagai pemain, ia cukup aktif memberikan master class untuk pianis-pianis muda Indonesia berbakat, serta menjadi juri pada beberapa kompetisi seperti Yamaha Electone Festival di Taipei, Taiwan, 2nd dan 3rd UPH National Piano Competition. Dalam pertunjukannya di Teater Salihara, Levi Gunardi akan membawakan karya-karya Frederich Chopin, Franz Liszt, Sergei Rachmaninov dan Johann Strauss/Grunfeld, serta karya komponis Indonesia seperti Ismail Marzuki, Mochtar Embut, dan karya Levi Gunardi sendiri. Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG '77 Menit Sutradara: Edwin Teater Salihara GRATIS Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir hantu.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG di Salihara
Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG Sutradara: Edwin di Teater Salihara GRATIS http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=15id=199item_id=683 Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jalaperasaan-perasaan yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir hantu. Dengan latar urban Indonesia masa kini, film Babi Buta yang Ingin Terbang mengikuti perjalanan gadis keturunan Cina bernama Linda dalam menemukan jatidirinya. Gambaran tentang kenyataan pahit yang mendera karakter Linda dalam film ini sekaligus memperlihatkan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Bagaikan sebentuk mosaik ajaib, film ini tersusun dari serpihan-serpihan cermin yang berwarna-warnirentan namun indah. Beberapa pemain di film ini adalah Ladya Cherryl, Carlo Genta, dan Pong Harjatmo. Film Babi Buta yang Ingin Terbang mendapat penghargaan FIPRESCI (Federasi Kritikus Film Internasional) di Festival Film Rotterdam 2009. Pemutaran film Babi Buta yang Ingin Terbang di Teater Salihara merupakan hasil kerjasama antara Komunitas Salihara, Komunitas Lensa Massa FIB UI, dan Departemen Kajian Budaya BEM FIB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia). Seusai pemutaran film akan diadakan tanya-jawab dengan sang sutradara, Edwin; sinematografer, Sidi Saleh; dan produser, Meiske Taurisia. FIPRESCI winner, 2009 International Film Festival Rotterdam. South Korea 3 October 2008 (Pusan International Film Festival) Canada 5 October 2008 (Vancouver International Film Festival) Philippines 19 October 2008 (Cinemanila International Film Festival) Netherlands 24 January 2009 (International Film Festival Rotterdam) Japan 15 March 2009 (Osaka Asian Fim Festival) Argentina 26 March 2009 (Buenos Aires Festival Internacional de Cine Independiente) Turkey 5 April 2009 (International Istanbul Film Festival) Hong Kong 10 April 2009 (Hong Kong International Film Festival) Singapore 22 April 2009 (Singapore International Film Festival) http://babibutafilm.com Date and time: RABU, MEI 06 , 2009 / 19:30 WIB GRATIS === In Blind Pig Who Wants to Fly you will find stories about disoriented identity, hesitation and anxiety, the experience of being lost. Those are the feelings of being Chinese in Indonesia. A story about a father lusting to win a green card lottery. A story about an ex-national badminton champion whose husband leaves her for a Javanese wife. A story of a boy always pelted with stones because everybody thinks that he is a Chinese. A story about a young girl who believes that firecrackers expel ghosts. Set amidst in contemporary urban Indonesia, the film will follow Linda's journey in discovering herself. Portraying her struggle and her raw emotions, it also portrays the people living around her. Like a wondrous mosaic, this film is built from the pieces of broken colorful mirrorsfragile yet beautiful. Several actors in the film are Ladya Cherryl, Carlo Genta, and Pong Harjatmo. Blind Pig Who Wants to Fly won FIPRESCI (the International Federation of Film Critics) Award in Rotterdam Film Festival 2009. The screening of Blind Pig Who Wants to Fly at Teater Salihara is a joint program of Komunitas Salihara, Komunitas Lensa Massa FIB UI, dan Departemen Kajian Budaya BEM FIB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia). After the screening, there will be a Q A session with the film director, Edwin; cinematographer, Sidi Saleh; and producer, Meiske Taurisia. Date and time: WEDNESDAY, MAY 06 TH, 2009 / 19:30 WIB FREE ADMISSION
[Forum-Pembaca-KOMPAS] PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad)
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=44 PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad) Jika benar apa yang diprediksikan pelbagai jajak pendapat, SBY akan menang dalam persaingan ke kursi kepresidenan. Berarti baik Megawati maupun Jusuf Kalla tak punya peluang -- atau memerlukan kejadian yang luar biasa.. Apalagi Prabowo dan Wiranto. Saya tidak begitu berminat tentang apa yang dapat dilakukan Golkar, Gerindra dan Hanura dalam kondisi itu. Saya lebih berminat, dan lebih prihatin, tentang pilihan langkah yang harus diambil PDI-P. Partai inilah yang saya pilih dalam pemilu untuk lembaga legislatif yang baru lalu. Tampaknya ada dua pilihan: 1. Megawati maju terus sebagai calon presiden, didampingi dengan seorang tokoh lain: Prabowo atau Sultan Hamengku Buwono X. Dengan Sri Sultan, saya belum tahu apa hambatannya. Dengan Prabowo ada persoalan pokok: mantan jenderal dan menantu Suharto ini ngin dirinyalah yang jadi calon presiden, dengan dukungan PDI-P. Koalisi agaknya sulit terbentuk karena itu. Persoalan ini terpecahkan seanndainya Prabowo bersedia hanya jadi calon wakil presiden. Ini bisa akan meramaikan pemilihan dan tak menghambat Megawati maju bertanding. Tapi dengan catatan: pasangan Mega-Prabowo juga bisa memperlemah daya saing menghadapi SBY, apalagi jika SBY jadi berpasangan dengan pakar ekonomi Budiono. Budiono memang bukan tokoh yang dikenal luas. Tapi ia akan memproyeksikan citra yang lebih bebas dari usreg-usergan parpol seperti sekarang. Budiono juga dinela bersih, setidaknya tak dikenal punya bisnis seperti Jusuf Kalla; ia juga mengesankan perhatian khusus SBY dalam menghadapi kriris ekonomi global. Sebaliknya Prabowo: diakui atau tidak, ia sejak mula tokoh yang menimbulkan kontroversi; ia punya banyak musuh di kalangan ABRI (baca buku Sintong Panjaitan) dan di kalangan pro-demokrasi. 2. Untuk menyelamatkan Megawati dari pertandingan yang tak menjanjikan kemenangan, PDI-P_membiarkan Prabowo maju sebagai calon presiden dengan didampingi Puan Maharani (puteri Megawati) sebagai wakil. Tapi akan ada pertanyaan besar. Kenapa Partai tidak menampilkan tokoh dari tubuhnya sendiri sebagai calon presiden? Mengapa harus pinjam Prabowo -- yang belum tentu bisa diatur oleh PDI-P? Mengapa harus memakai Prabowo, yang hanya dapat sekitar 5% suara (sedang PDI-P sendiri hampir 15%)? Mungkinkah Puan bisa mengimbangi kehadiran Prabowo dalam lima tahun mendatang? Bagaimana masa depan PDI-P sebagai hanya partainya Wakil Presiden? Jangan-jangan pendukung dan posisinya akan diambil-alih Gerindra. 3. Megawati tak akan ikut dalam pemilihan presiden dan PDI-P berkoalisi dengan Demokrat. PDI-P masuk ke dalam kabinet. Ini bisa menguntungkan PDI-P (tidak harus memimpin, tapi bisa berpengaruh), dan bisa menguntungkan Demokrat (akan dapat dukungan tambahan sekitar 90 kursi di parlemen). Sementara itu, PDI-P bisa terus mengadakan kaderisasi untuk 2014, masa pasca-Mega. Di luar kabinet, kaderisasi juga bisa dilakukan, tapi jika orang bisa bertaruh bahwa ekonomi Indonesia akan pulih sebelum 2014, berada di dalam kabinet lebih menguntungkan. Koalisi PDI-P dan Demokrat juga baik untuk membangun pemerintahan yang lebih punya komitmen kepada kebhinekaan. Bukan hanya komitmen kepada golongan Islam,. Tapi opsi terakhir akan punya problim: bersediakah Megawati? Juga: siapa yang akan berada dalam Oposisi? Pemerintahan SBY yang berjalan tanpa Oposisi bisa jadi complacent dan mudah menyeleweng. Maka peran Gerindra dan Hanura (dan mudah=mudahan Golkar) sebagai oposisi diperlukan. Jangan-jangan PKS juga akan mempertimbangkan koalisinya kembali. Sebab PDI-P dengan suara lebih kuat, bisa meminta SBY memberikan posisi yang lebih penting ketimbang PKS dan PAN. Hari-hari ini, apa yang akan muncul dari pilihan-pilihan itu akan penting bagi Indonesia lima tahun lagi, meskipun tak akan mengubah Republik secara radikal. Semoga kita selamat meniti ke seberang. Goenawan Mohamad Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Salihara 'Memikirkan Ulang Humanisme'
Kuliah Umum Salihara Juni 2009 Memikirkan Ulang Humanisme Komunitas Salihara menggelar kembali rangkain kuliah umum berjudul “Memikirkan Ulang Humanisme”. Tema ini menarik dan penting untuk dipercakapkan, meskipun terkesan banyak pengulangan isi ketika memperbincangkan tema ini, atau terdengar agak usang. Untuk itulah, kami ingin menghadirkan selengkap mungkin perbincangan tentang humanisme dalam sepanjang sejarah, dari klasik hingga posmodern. Sebuah buku yang berjudul “Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan” yang berasal dari bahan diskusi di Lembaga Humaniora Universitas Parahyangan Bandung (September 2008) memberi inspirasi bagi kami untuk mengulas tema penting ini. Tema “Humanisme Klasik Hingga Posmodern” diharapkan menjadi semacam peta perbincangan ini, dan mungkin yang lebih penting apa pentingnya atau relevansinya memperbincangkan tema humanisme saat ini. Bukankah tema ini, senada dengan buku tadi “isu yang silam, anakronistik, kadaluwarsa, dan ketinggalan jaman”? Bukankah ada semacam gelombang besar yang tak hanya mengkritik humanisme sebagai sebuah capaian modernitas, tapi juga melancarkan tikaman yang ingin mematikan terhadap humanisme yang dikenal sebagai “anti-humanisme”. Bagaimana refleksi kekinian terhadap perjalanan sejarah humanisme ini, dari klasik hingga posmodern? Mengapa terjadi semacam perubahan-perubahan radikal terhadap humanisme? Bagaimana menjelaskan bahwa—mengutip tulisan Bambang Sugiharto sebagai editor buku tadi—“berbagai serangan terhadap humanisme secara implisit mengandung asumsi-asumsi dasar yang sebetulnya bersifat ‘humanistik’ juga? Sementara tema “Humanisme dan Anti-Humanisme” diharapkan mengulas dua tema utama: pertama bagaimana humanisme muncul sebagai ide yang melakukan kritik terhadap agama sehingga lahir varian-varian humanisme: sekuler, ateistik, dan eksistensialis. Kedua mengapa muncul gelombang kritik terhadap humanisme yang disebut “anti-humanisme”? Tema “Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia” adalah sebuah pelacakan terhadap percakapan humanisme dalam pemikiran tokoh-tokoh Indonesia seperti: Soekarno, Hatta, Syahrir Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer. Bagaimana kelima orang ini memahami humanisme dan menuangkannya dalam karya-karya mereka, serta bagaimana mereka memandang dan menggagas Indonesia melalui perspektif humanisme. “Humanisme dalam Pemikiran Islam” ingin mengulas bagaimana perkembangan ide humanisme dalam keilmuan Islam, sejak abad pertengahan era Ibn Miskawih, Abu Hayyan al-Tauhidi hingga pemikiran Islam kontemporer, seperti Muhammad Arkoun yang mempertahankan disertasinya tentang Naz’ah al-Ansanah fi al-Fikr al-‘Arabi (Humanisme dalam Pemikiran Arab). Dan bagaimana pula mereka membaca perkembangan ide humanisme di Barat? Sabtu, 6 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme Klasik Hingga Posmodern Bambang Sugiharto Dosen Filsafat di Universitas Parahyangan Bandung Sabtu, 13 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dan Anti-Humanisme F Budi Hardiman Dosen Filsafat di STF Driyarkara Sabtu, 20 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer Goenawan Mohamad Budayawan Sabtu, 27 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Islam Luthfi Assyaukanie Koordinator Jaringan Islam Liberal Seluruh kegiatan akan dilaksanakan di Serambi Salihara, Jalan Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Anda yang tertarik mengikuti kuliah umum ini silakan daftarkan diri anda: nama lengkap, institusi, dan alamat kontak: telepon/email, kirimkan ke gun...@salihara.org, kami membatasi tempat untuk 60 orang. Mengikuti kegiatan ini tidak dipungut biasa sedikit pun. http://www.salihara.org Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya. http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Buku Kolam di Salihara akan Dihadiri Sapardi
Diskusi Buku Kolam di Salihara akan Dihadiri Sapardi Diskusi buku puisi berjudul Kolam di Salihara akan dihadiri penulisnya Sapardi Djoko Damono. Diskusi ini akan digelar hari Senin 18 Mei 2009 pukul 19.00 di Serambi Salihara, Pasar Minggu. Dalam diskusi ini Hasan Asphanani seorang seorang penyair dan blogger sastra akan menyampaikan makalah berjudul Kenapa Mesti Ada Sore Hari? Kajian Ringkas puisi Sapardi Djoko Damono Dari Buku DukaMu Abadi hingga Buku Kolam. Sedangkan Muhammad al-Fayyadl penulis buku Derrida akan membawakan sebuah esai yang mengulas puisi-puisi Sapardi dari tinjuan filsafat dengan judul Sapardi Djoko Damono dan Ekologi Puisi-puisinya Penyair Sapardi Djoko Damono baru-baru ini menerbitkan buku puisi terbarunya, Kolam –empat dasawarsa setelah kumpulan puisinya yang pertama, DukaMu Abadi (1969). Setelah bahasa dan sastra sekadar menjadi bagian dari lautan slogan dan jargon pada paruh pertama 1960-an, Sapardi merebut kembali kata sebagai milik paling asasi dalam penciptaan dan kebebasan. DukaMu Abadi bisa dilihat sebagai titik kelahiran kembali puisi lirik Indonesia. Puisi Sapardi dikenal membawakan lirisisme dan memiliki kelebihan bukan karena kerumitan makna atau keunikan bentuknya, namun karena menggunakan bahasa yang jernih dan sederhana. Kumpulan-kumpulan puisi Sapardi yang lain adalah Mata Pisau dan Aquarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Ayat-ayat Api (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Mantra Orang Jawa (2005), puitisasi mantra-mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia. Sapardi sendiri memandang karya sastra dari dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Dalam hal gaya, katanya, sudah banyak usaha pembaruan di Indonesia. Tetapi dari segi tema, tak banyak sastrawan mampu menghadirkan hal-hal baru. Bagaimana puisi-puisi mutakhir Sapardi mengolah tema dan bentuk pengucapannya sendiri? Adakah ihwal baru yang ditawarkan oleh Sapardi dalam Kolam ini? Ataukah Kolam sekadar reproduksi dan repetisi Sapardi terhadap puisi-puisinya yang dulu? http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=707 Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Memperingati Hari Kebangkitan Nasional
Dengan Hormat Dalam rangka peringatan hari Kebangkitan Nasional, Teater Utan Kayu (TUK) mengundang Anda untuk ikut serta memperingati hari bersejarah ini bersama-sama. Rencananya akan hadir Boediono (calon wakil presiden) dan akan diisi renungan hari Kebangkitan Nasional oleh Laksmi Pamuntjak (Budayawan) dan berdoa bersama Musdah Mulia (ketua umum Indonesia Conference on Religion and Peace, ICRP) serta musik lagu perjuangan oleh Jamaica Cafe. Acara akan diselenggarakan pada, Hari, tanggal : Rabu, 20 Mei 2009 Jam : 10.30 – 12.30 (diakhiri makan siang bersama) Tempat : Gedung STOVIA Museum Kebangkitan Nasional Jalan Abdul Rachman Saleh No. 26 Jakarta Pusat (samping Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto) Kami tunggu kehadiran anda. Terima kasih. Teater Utan Kayu Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Salihara bulan Juni 2009
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=16id=202item_id=709 Workshop, Masterclass dan Konser Musik Kontemporer POW Ensemble, Belanda Selasa-Kamis, 2-4 Juni 2009, 09:00-17:00 WIB WORKSHOP KOMPOSISI dan MASTERCLASS GITAR di Serambi Salihara dan Teater Salihara GRATIS Untuk pendaftaran, hubungi Cantus di 021-750-3161 Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB Konser STRANGE ATTRACTORS di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB CERPENIS+… Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto, Veven Sp. Wardhana di Teater Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 19-20 Juni 2009, 20:00 WIB Teater ARUK GUGAT Teater Satu, Lampung di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Seri Kuliah Umum MEMIKIRKAN ULANG HUMANISME di Serambi Salihara GRATIS Sabtu, 6 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme Klasik Hingga Posmodern Pembicara: Bambang Sugiharto (dosen filsafat di Universitas Parahyangan, Bandung) Sabtu, 13 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dan Anti-Humanisme Pembicara: F. Budi Hardiman (dosen filsafat di STF Driyarkara) Sabtu, 20 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia: Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer Pembicara: Goenawan Mohamad (esais dan peminat filsafat) Sabtu, 27 Juni 2009, 16:00 WIB Humanisme dalam Pemikiran Islam Pembicara: Luthfi Assyaukanie (koordinator Jaringan Islam Liberal) Sinopsis Konser STRANGE ATTRACTORS POW Ensemble, Belanda Teater Salihara Jumat-Minggu, 5-7 Juni 2009, 20:00 WIB HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Dua buah komputer dan sebuah gitar elektrik, dimainkan oleh musisi-musisi berkelas vituoso, menciptakan sebuah dimensi bunyi unik yang merangkai kejernihan musikal dengan kekayaan bebunyian dan tekstur. Gitar elektrik merupakan suatu intrumen hibrida yang memiliki sifat setengah akustik, setengah elektronik. Sebagai penyeimbang kedua dunia, gitar menjadi pasangan yang cocok untuk seluruh rangkaian komputer. Komputer, sebagai pengolah efek yang kompleks dan canggih, mampu memanipulasi dan mengubah bunyi gitar, jauh lebih baik dari efek-efek biasa yang dihasilkan seperti distorsi. Komputer-komputer yang ada juga dapat berfungsi sebagai suatu ansambel yang menghasilkan bebunyian yang kaya. Tiap komputer yang digunakan memiliki satu set speaker, begitu pula dengan gitar elektriknya. Dengan demikian, tercipta atmosfer semi-akustik yang memberikan seluruh instrumen kualitas jernih dan intim khas musik kamar. Sebuah suatu terobosan baru dalam cakupan musik kamar abad 21! POW Ensemble, dibentuk pada tahun 2001 oleh komponis/saksofonis asal Belanda Luc Houtkamp, merupakan sebuah ansambel kamar abad 21, yang menggunakan perangkat elektronik dan komputer sebagai intrumen musik. Musik elektronik dan musik komputer bukan merupakan suatu gaya musik, tetapi memiliki potensi untuk bergerak di antara banyak gaya dan tradisi musik, dan dapat melompati batas-batasnya. Para musisi mempergunakan improvisasi, pemrosesan langsung, dan interaksi dengan instrumen musik lain, baik elektronik maupun akustik. Dengan menghubungkan komputer kedalam suatu jaringan interaktif, para musisi dan instrumen saling berinteraksi satu sama lain. Selain Luc Houtkamp (komputer, elektronik), anggota lain adalah Guy Harries (komputer, elektronik) dan Wiek Hijmans (gitar elektrik). Dalam pementasan Strange Attractors, POW Ensemble akan membawakan karya-karya Alwynne Pritchard, Gabriel Provokiev, Chad Langford, Tomohisa Hashimoto, serta karya Luc Houtkamp dan Guy Harries. Sebelum pementasan, akan diadakan lokakarya komposisi dan kursus gitar oleh POW Ensemble, selama tiga hari berturut-turut di Serambi Salihara dan Teater Salihara. Gratis dan terbuka untuk umum! Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Cantus di 021-750-3161. Program ini didukung oleh Netherlands Funds for Performing Arts+ (NFPK+). CERPENIS+… Bondan Winarno, Bre Redana, Debra H. Yatim, Jujur Prananto, Veven Sp. Wardhana Teater Salihara Jumat, 12 Juni 2009, 20:00 WIB GRATIS Acara pembacaan karya sastra di Komunitas Salihara kali ini menampilkan sejumlah penulis cerita pendek yang juga dikenal sebagai figur publik di luar lapangan sastra. Mereka sudah lama berkarya, sembari mengerjakan pekerjaan sehari-hari di bidang masing-masing. Bondan Winarno tersohor sebagai seorang gourmet yang aktif mengadakan perjalanan kuliner; Bre Redana bekerja sebagai redaktur seni dan budaya; Debra H. Yatim aktif menggerakkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat; Jujur Prananto berkiprah sebagai penulis skenario film; dan Veven Sp. Wardhana banyak bergiat sebagai pengamat media dan gaya hidup urban. Adakah pengaruh dari bidang pekerjaan yang mereka geluti terhadap karya sastra mereka? Bagaimana para sastrawan itu menemukan kekhasan “suara” masing-masing lewat
[Forum Pembaca KOMPAS] Pak Sjafe'i, wartawan yang nyentrik
Setiap melihat tempar bersejarah di Jakarta saat ini, saya selalu teringan tulisan alm. Sjafe'i Hassanbasari (Iie) ini, tulisan yang kritis dan menggugah kesadaran kita untuk menelusuri tempat2 yang benar-benar bersejarah. Pak Sjafe'i, wartawan yang nyentrik, kalau bicara suaranya keras, merokok tidak pernah berhenti. Saya pernah ke ruang tunggu di redaksi Kompas di Palmerah, waktu itu diajak Mustofa Abd Rahman wartawan Kompas di Cairo bertemu dengan Pak Sjafe'i. Di ruangan ber-AC, yang tentu saja tidak boleh merokok, Pak Sjafe'i merokok Dji Sam Soe. Sikapnya cair, dan penuh humor. Waktu itu, Mas Tommi (Suryopratomo) yang masih menjabat pemred Kompas ikut bergabung. Pak Sjafe'i bercanda Mi.. ini vitamin sambil menyodorkan rokok ke Suryopratomo sambil tertawa terbahak-bahak. Pak Sjafe'i cerita pengalamannya sebagai wartawan, dari meliput NU--yang menjadi keahliannya--Senayan, hingga pameran pesawat, termasuk Sukhoi yang zaman itu sedang menjadi berita. Ketika keluar kantor Kompas, saya tanya Mas Mustofa, Mas itu Pak Sjafe'i kok berani banget merokok di ruangan ber-AC dan ada Pemrednya, apa tidak ada yang melarang? Mas Mustofa menjawab, siapa yang mau larang dia Semoga Pak Sjafe'i damai di alam sana. alfatihah.. Guntur
[Forum Pembaca KOMPAS] Acara Ramadhan Salihara Diundur
Salam, Pemberitahuan, Acara Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan Seni dan Islam yang rencananya akan dimulai hari ini Jumat 5 September, diundur ke hari Kamis 11 September 2008. Agenda kegiatan, waktu, dan lain-lain yang telah diumumkan tidak ada perubahan. Berikut jadwal perubahannya: Komunitas Salihara Menyambut Ramadhan SENI DAN ISLAM Diskusi, Pemutaran Film, Pertunjukan Musik ISLAM DAN SENI RUPA Kamis, 11 September 2008 Pemutaran Film, pukul 16.00 WIB, “Persepolis” Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis) Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa) ISLAM DAN FILM Jumat, 12 September 2008 Pemutaran Film Pukul 14.00 WIB, “Le Grand Voyage” Pukul. 16.00 WIB, “Cafe Transit” Diskusi, pukul 19.00 – 21.00 WIB Nia Dinata (Sutradara Film) Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org) ISLAM DAN SENI PERTUNJUKAN Jumat, 19 September 2008 Pukul 16.00 WIB, Pemutaran Film-Film Dokumenter tentang Pertujukan Seni di Nusantara Diskusi, pukul 19.00 WIB Endo Suanda (Direktur Eksekutif Pertunjukan Seni Nusantara) Hendy Supandi (Pimpinan Gambus Ar-Rominia, Jakarta) PERTUNJUKAN MUSIK Sabtu, 20 September 2008, pukul 19.00 WIB Teumeumeung Rafly – Dwiki Dharmawan Kontak Rama: 0816-1308-350 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Kongkow Bareng Gus Dur, Adnan Buyung dan Gus Nuril
Undangan Acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H, Kedai Tempo edisi hari Sabtu 6 September 2008 akan lebih spesial, karena tidak hanya Gus Dur yang akan berbicara, Adnan Buyung Nasution, advokat senior, aktivis HAM dan anggota Dewan Penasehat Presiden akan bergabung dalam kongkow-kongkow ini, serta Gus Nuril Arifin (Panglima Pasukan Berani Mati). Tema Kongkow edisi ini akan mengulas soal ancaman terhadap Konstitusi Indonesia, khususnya jaminan hukum terhadap keberagaman, kebebasan, dan hak kelompok minoritas. Peristiwa yang terakhir adalah Surat Keputusan Gubernur Sumatra Selatan tentang Pelarangan terhadap Aliran Ahmadiyah. Datang, dan berdialog langsung dengan tiga tokoh tersebut di Kedai Tempo, pukul 10.00 WIB, bagi anda yang berada di wilayah JABODETABEK dan tidak sempat hadir, silakan simak langsung acara tersebut melalui kanal Green Radio 89.2 FM. Untuk anda yang berada di kawasan-kawasan di Nusatara, silakan cari daftar radio anda yang menyiarkan acara Kongkow Bareng Gus Dur, di www.gusdur.net. Informasi lebih lanjut: kontak: 021-914-06111 silakan sebarkan undangan ini, terima kasih Kongkow Bareng Gus Dur ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Ramadhan Salihara: Seni dan Islam (Seni Rupa dan Film)
salam, hanya ingin mengingatkan kembali, undangan komunitas salihara besok kamis dan jumat, 11 dan 12 september, ada pemutaran film, buka puasa bersama, dan diskusi. untuk topik diskusi besok kamis, islam dan seni rupa, untuk lusa, jumat islam dan film. acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. silakan anda hadir ISLAM DAN SENI RUPA Kamis, 11 September 2008 Pemutaran Film Persepolis, 16.00 WIB Persepolis adalah film animasi karya sutradara Vincent Paronnaud dan Marjane Satrapi. Film yang diangkat dari sebuah novel grafik karya Marjane Satrapi berlatar belakang pergolakan politik di Iran yang berujung Revolusi Islam tahun 1979. Di sana hidup seorang gadis kecil yang sangat cerdas dan pemberani bernama Marjane. Suhu politik yang tak menentu di dalam negerinya, yang dilanjutkan perang dengan negeri jirannya: Irak, membuat kedua orangtuanya khawatir dan mengungsikannya ke Wina, Austria. Ia sempat merasakan kebahagiaan di tempatnya yang baru, walaupun akhirnya ia harus kembali ke Iran karena dilanda kesepian. Mudik ke Iran, ia mendapati aturan baru: perempuan diharuskan memakai jilbab. Diskusi, 19.00 WIB Acep Zamzam Noor (Santri dan Pelukis) Adi Wicaksono (Pengamat Seni Rupa) Doktrin yang melarang perupaan terhadap makhluk-makhluk yang memiliki nyawa – melalui patung dan lukisan – sangat populer sebagai ajaran Islam. Akhirnya kesenian jenis ini seakan raib di masyarakat Islam, bergeser ke arsitektur dan kaligrafi. Namun, apakah seni rupa tidak pernah hidup dalam masyarakat Islam? Bagaimana pergulatan seorang santri yang memilih mewujudkan puncak keseniannya dalam seni rupa? Bagaimana ia mengatasi “hambatan teologis” dan di sini lain ia harus menelusuri tanpa henti dan mencari capaian-capaian seni? Apakah Islam pernah menjadi sumber inspirasi terhadap karya-karya seni rupa? Bila ada yang disebut “seni rupa Islam”, di mana letaknya dalam ranah dunia seni rupa secara umum? ISLAM DAN FILM Jumat, 12 September 2008 Pemutaran Film Le Grand Voyage, 14.00 WIB Film ini mengisahkan seorang anak bernama Reda diminta ayahnya untuk menemani perjalanan naik haji melalui jalur darat dengan mengendarai mobil dari Perancis ke Arab Saudi, mereka harus menempuh jarak 5.000 km. Di sepanjang perjalanan, mereka sering berbeda pendapat, hingga bertengkar. Bagi sang ayah, perjalanan ini merupakan perjalanan spiritual nan agung, sedangkan bagi anaknya, perjalanan ini adalah azab membawa sengsara. Keduanya yang tak pernah bertemu pendapat dipaksa bekerjasama menaklukkan rintangan dalam perjalanan ini, dan yang lebih penting: menaklukkan egoisme yang ada dalam diri mereka masing-masing. Sutradara: Ismael Ferroukhi (2007). Pemutaran Film Cafe Transit, 16.00 WIB Film ini menceritakan perjuangan seorang janda dengan dua anak di Iran. Ia menolak tradisi agar menikah dengan saudara mendiang suaminya. Ia pun memberontak sebagai perempuan Iran yang diwajibkan menaati ajaran agama dan kultur masyarakatnya: menjadi istri yang ruang geraknya hanya di rumah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan kedua anaknya, ia membuka sebuah kafe peninggalan mendiang suaminya. Di kafe ini ia berhadapan dengan aparat keamanan yang menjadi centeng agama dan penguasa. Apa lacur, saudara mendiang suaminya malah bekerja sama dengan aparat itu. Di kafe ini pula ia menyembunyikan seorang pelarian perempuan yang menjadi korban perang di negerinya. Bagaimana perempuan itu menghadapi serbuan yang datang dari segala penjuru? Sutradara: Kambuzia Partovi (2005) Diskusi, 19.00 WIB Nia Dinata (Sutradara Film) Eric Sasono (Kritikus Film dan Pengelola rumahfilm.org) Setelah Reformasi ’98, dunia film Indonesia mengalami peningkatan produksi yang sangat pesat. Namun, film dengan tema agama masih kalah pamor dibandingkan dengan film bertema cinta, anak muda, atau horor. Di tahun ini, film Ayat-Ayat Cinta menjadi fenomena bila dilihat dari sisi penontonnya. Film ini dipandang tidak hanya sebagai fenomena dalam industri film, namun sebuah metode dakwah Islam melalui film. Apakah film ini menunjukkan kecenderungan baru film bertema agama di masa mendatang? Sementara film-film bertema “Perempuan dan Islam” di beberapa negara mengalami perkembangan yang menakjubkan. Film-film itu menceritakan pengalaman perempuan Islam di tengah perjuangannya melawan patriarki, fundamentalisme, dan kekerasan yang sering dikaitkan dengan kultur dan ajaran Islam di negerinya. Film-film produksi Iran adalah contoh dari fenomena ini. Bagaimana citra perempuan dalam film-film itu, dan mengapa ia menjadi tema yang menarik untuk difilmkan? Dan bagaimana dengan film tentang perempuan di Indonesia? Eric Sasono akan membicarakan “Ayat-Ayat Cinta dan Film Islam di Indonesia”, sementara Nia Dinata akan mengulas soal “Islam, Perempuan, dan Sinema”. Untuk keterangan lebih lanjut, sila hubungi Rama Thaharani di 0816-130-8350, www.salihara.org ___ Bergabunglah dengan orang-orang yang
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Rangkaian Kuliah tentang Stereotipe di Salihara
RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE” Setiap Sabtu tanggal 7, 14, 21, dan 28 Maret 2009 di Komunitas Salihara Stereotipe adalah prasangka terhadap jenis atau watak orang dalam golongan tertentu. Stereotipe bisa positif dan negatif, namun keduanya bukan sebagai kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif bertingkat-tingkat, dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam “Rangkain Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Dalam tema “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. Dalam “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan erotisme. Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral: mabok, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Sabtu, 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris, Prancis dan Indonesia). Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatanwww.salihara.org, salih...@yahoogroups.com Pemerintahan yang jujur bersih? Mungkin nggak ya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK
Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra di TUK Komunitas Utan Kayu mengundang anda hadir dalam acara Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra yang akan diselenggarakan di Teater Utan Kayu (TUK), Rabu 18 Februari 2009 pukul 14.00 WIB. Acara ini diadakan untuk mendiskusikan buku Menoleh Silam Melirik Esok karya JJ Kusni (anggota Lekra) yang diterbitkan oleh Ultimus Bandung Februari 2009. Akan hadir sebagai pembicara JJ Kusni (Pengarang) dan Taufiq Ismail (Pengulas) dan Ikranegara sebagai moderator. Dalam diskusi ini nanti, kami mengundang tokoh-tokoh dari Manifes Kebudayaan dan Lekra serta organisasi-organisasi yang terlibat polemik di Indonesia tahun 60-an. Seperti Joesoef Isak, Amarzan Loebis, Goenawan Mohamad, Putu Oka Sukanta, Amrus Natalsya, dan lain-lain. Kami juga berharap sastrawan dan aktivis generasi muda hadir dalam acara ini untuk memberikan komentar dan tanggapan baik atas polemik yang pernah terjadi antara Manifes Kebudayaan dan Lekra atau dalam dialog ini nanti. Kami tunggu kehadiran anda di Teater Utan Kayu (TUK), Jalan Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Salam, Mohamad Guntur Romli === Buku ini menarik untuk dibaca bagi mereka yang ingin menilik lebih jauh perselisihan sastra di Indonesia di tahun 1960-an—yang umumnya disederhanakan sebagai “polemik antara Lekra dan Manikebu”. Ia dimulai dengan statemen Taufiq Ismail untuk menyambut “perdamaian total”, atau “rekonsiliasi” antara kedua “kubu” itu. Dengan bahasa yang santun dan jelas, Kusni menyusun jawabannya terhadap statemen Taufiq Ismail. Maka sebuah dialog tampaknya kembali dibuka—meskipun saya tak tahu pasti apakah dengan demikian kita akan bisa menyaksikan sebuah “rekonsiliasi”. Sangat mungkin yang terjadi adalah sebuah daur ulang—meskipun tak berarti hanya sia-sia. Goenawan Mohamad dalam Pengantar di buku ini. Sebuah audit dendam akan berkepanjangan dan tak jelas kesudahannya. Dan dari kuburnya Marx dan Lenin tetap saja mengulurkan rantai kesumat yang di Indonesia ujungnya masih membelit bangsa. Saya menyarankan perdamaian total, lebih maju selangkah ketimbang rekonsiliasi. PERDAMAIAN TOTAL. Rantai dendam yang membelit bangsa itu harus segera dipotong habis. Taufiq Ismail Tentang Rekonsiliasi, Tentang Perdamaian Total Dogmatisme, keusangan, kerapuhan, dan kekeroposan terjadi baik pada kalangan kiri dan maupun golongan kanan JJ. Kusni Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi: Radikalisasi di Sekolah Negeri
Diskusi Komunitas Utan Kayu-Salihara Selasa 24 Pebruari 2009, pukul 19.00 WB Di Teater Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur Radikalisasi di Sekolah Negeri Dalam acara Hari Ulang Tahun Sekolah (LUSTRUM) di SMUN ternama di Yogyakarta, di tahun 2006 dan 2007, para siswi dilarang tampil bernyanyi. Pasalnya ada anggapan yang tumbuh subur di sekolah itu “suara perempuan termasuk aurat”. Di SMUN di Sumatra Barat, ajaran intoleran dikembangkan via “ekskul” keagamaan. Salah satu doktrin yang disebarkan, “Kita harus percaya kepada saudara seiman sampai terbukti mereka tidak baik. Akan tetapi dengan lain iman, wajib berprasangka buruk dulu, sebelum terbukti mereka baik dan tulus”. Di SMUN Cianjur ditemukan Pelatihan “Tentara Tuhan” yang pekat dengan langgam beragama yang penuh kemarahan dan difasilitasi oleh pihak sekolah secara resmi. Beberapa temuan di atas adalah cuplikan hasil penelitian “Kaum Muda dan Regenerasi Gerakan Keagamaan Fundamentalis di Sekolah Umum” (2008) yang dilakukan oleh Farha Ciciek dkk. Secara umum penelitian yang diadakan di tujuh kota (Padang, Jakarta, Pandegelang, Cianjur, Cilacap, Yogyakarta dan Jember) mencatat bahwa kekuatan berbagai kelompok fundamentalis di sekolah umum negeri telah cukup mapan. Fenomena di atas tidak terlepas dari perubahan sosial politik yang terjadi di tanah air dalam beberapa dasawarsa belakangan. Di sekolah-sekolah umum negeri tersebut, pada umumnya proses “fundamentalisasi” diawali dengan kegiatan dan pendekatan informal. Dalam perkembangannya upaya “formalisasi” dilakukan. Dalam hal ini organisasi ekstra kulikuler keagamaan merupakan ujung tombak proses ini. Ikuti diskusinya dengan Farhah Ciciek (aktivis, peneliti, dan konsultan isu agama dan jender) dan Azyumardi Azra (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah dan pakar pendidikan). Farhah Ciciek, aktivis, peneliti dan konsultan isu agama dan gender. Saat ini menjadi associate pada Semarak Cerlang Nusa: Consultancy, Research and Education for Social Transformation ((SCN CREST). Selain melakukan penelitian, ia terlibat dalam advokasi masyarakat (terutama komunitas pesantren dan sekolah). Hasil penelitiannya bersama Tim bertajuk Proses “Konservatisasi Agama” di Sekolah Umum tahun 2008, akan dipresentasikan dalam diskusi ini. Pada tahun 2005, terpilih sebagai salah satu dari “1000 Peace Women” yang dinominasikan untuk NoblePeacePrize. Azyumardi Azra, pemikir islam pembaru, sejarahwan, mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah, dan sekarang menjadi direktur pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, mendapat gelar doktor dari Universitas Colombia, Amerika Serikat dengan disertasi, The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesian `Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Tidak dipungut biaya ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Kuliah Orang Islam dalam Karya Pramoedya
RANGKAIAN KULIAH TENTANG “STEREOTIPE DALAM SENI” Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, Pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) === MOHON KONFIRMASI Kawan-kawan yang budiman Kami berharap konfirmasi anda sekali lagi untuk keperluan: menyiapkan tempat (acara akan digelar di ruang serba guna salihara yang hanya memuat 70 orang) namun dari undangan melalui facebook sudah lebih 170 orang yang ingin datang, kemungkinan besar akan dipindanh ke teater salihara yang berkapasitas 230 orang. Selain itu menyiapkan penggandaan makalah nanti. Untuk itu, kami berharap anda mengirimkan konfirmasi lagi ke email gun...@salihara.org atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 Sekian dan terima kasih Mohamad Guntur Romli Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam “Rangkain Kuliah tentang Stereotipe” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Dalam tema “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” akan diteliti bagaimana Pramoedya membangun watak dan citra orang Islam, terutama dalam novel-novelnya: Arus Balik, Gadis Pantai dan Midah. Sedangkan dalam “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, akan diulas bagaimana orang China digambarkan dalam karya-karya literatur era Kolonial. Dalam “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”, akan diperiksa gambaran hingga imaji para pelukis Barat dalam merekonstruksi orang Bali, khususnya kalangan perempuannya. Orang Bali yang identik dengan eksotisme dan erotisme. Dan dalam kuliah “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia”, akan dikaji bagaimana sutradara hingga sineas Indonesia menampilkan tokoh dan karakter orang Belanda dalam film-film mereka. Orang Belanda yang sering muncul dengan tingkah polah yang amoral: mabuk, berjudi, main perempuan, dan lain-lain. Sabtu, 7 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Islam dalam Karya Pramoedya Ananta Toer” pembicara Abd Hadi WM (Penyair dan Dosen di Universitas Paramadina) Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Sabtu, 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat” pembicara Jean Couteau (Budayawan dari Prancis lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali, telah menulis lebih dari 15 judul buku dalam bahasa Inggris, Prancis dan Indonesia). Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 16.00 WIB, “Orang Belanda dalam Film-film Indonesia” pembicara Eric Sasono (Kritikus film dan pengelola situs rumahfilm.org) Komunitas Salihara Jalan Salihara No 16 (dekat Universitas Nasional) Pasar Minggu, Jakarta Selatan http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=5id=36item_id=585 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara
Kuliah tentang Stereotipe dan Konser Jazz di Salihara Sabtu, 14 Maret 2009 pukul 16:00 WIB, “Orang China dalam Sastra Hindia-Belanda”, pembicara Widjajanti Dharmowijono (Dosen di Akademi Bahasa 17 Agustus 1945 Semarang) Stereotipe adalah pemberian label secara kolektif. Stereotipe bisa positif dan negatif yang dapat memicu beragam interpretasi. Namun keduanya jauh dari kebenaran. Jenis-jenis stereotipe mudah kita jumpai dalam masyarakat yang majemuk. Stereotipe yang negatif memiliki tingkatan: dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun steotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu—kekuasaan umpamanya—bisa menyebabkan benturan hingga kekerasan. Dalam rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” ini, jenis-jenis stereotipe yang secara sengaja atau pun tidak dibangun akan diuji dan dikritik. Mulai dari sebab-musabab mengapa stereotipe itu muncul, bagaimana ia bekerja, dan untuk tujuan apa ia dibangun. Untuk konfirmasi silakan kirim ke email gun...@salihara. org atau mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057 Gratis = Konser oleh Dwiki Dharmawan dkk. Topeng Jazz mendemonstrasikan serpihan “praktik perubahan” dalam kesenian yang sedang berjalan di Indonesia. Bagaimana kesenian tradisional yang menentukan ciri khas suatu lingkungan budaya mampu—atau tak mampu—menyongsong tuntutan kebangsaan baru lewat kreativitas. Dwiki Dharmawan adalah salah satu musisi yang selalu gelisah, saat ini banyak memusatkan perhatiannya pada ragam-ragam kesenian tradisional dalam mengembangkan ide dan inovasi baru. Salah satu di antaranya: mengambil tari topeng dan meramunya dengan jazz, yang menurutnya: perpaduan nasionalisme dan internasionalisme. Dalam pementasan Topeng Jazz, Dwiki Dharmawan akan melibatkan penari topeng Uum Sumiati, serta sejumlah pemusik seperti Titi Aksan (drums), Eugen Bounti (klarinet/saksofon alto), Donny Kuswinarno (saksofon tenor/flute), Bang Sa'as (suling), serta Ade Rudiana (kendang). Dwiki Dharmawan, lahir di Bandung 19 Agustus 1966. Belajar piano klasik di usia 7 tahun, di usia 13 tahun mulai belajar musik jazz. Di usia 17 tahun mendirikan Grup Krakatau yang sampai saat ini terus berkeliling dunia dan tampil pada berbagai konser dan festival internasional, seperti Montreux Jazz, North Sea Jazz, Toronto Jazz, Vancouver Jazz, Festival Cervantino, dan Sziget Festival. Tampil juga pada berbagai tempat seni pertunjukan terkemuka seperti Lincoln Center, Chicago Cultural Center, Esplanade, Beijing Concert Hall, serta Beijing National Center for the Performing Arts. Selain seorang pemusik, Dwiki juga Direktur Lembaga Pendidikan Musik Farabi dan anggota komite musik Dewan Kesenian Jakarta. Hari/tanggal: SABTU, MARET 14 , 2009 Waktu : 20:00 WIB (Tempat parkir terbatas.) Harga tiket: Umum (Rp) 5 Mahasiswa (Rp) 25000 Reservasi dan informasi: Asty 0817-999-5057 Laly 0812-8008-9008 Nike 0818-0730-4036 Selamat berakhir pekan di Salihara :) www.salihara.org Kutipan dari makalah Widjajanti: Dari Borneo sampai Batavia Seabad imaji orang Cina dalam sastra Indis-Belanda “Tanpa orang Cina kami pasti banyak kekurangan. Kendati demikian kami menganggap rendah pemakan daging anjing itu”. Kalimat itu ditulis W. A. van Rees dalam memoarnya, yang diberi judul Novellen; levensschetsen en krijgstafereelen. Herinneringen uit de loopbaan van een Indisch Officier (Novela, memoar dan adegan perang; Kenangan dari karier seorang perwira Indis-Belanda) yang diterbitkan tahun 1881. Kali pertama saya membaca kalimat ini, saya heran dan tersinggung. Heran karena tidak mengerti, karena apa orang Cina dikatakan pemakan daging anjing? Saya sendiri masih bisa dikelompokkan orang Cina―mengenai ini, marilah kita nanti berdiskusi―tetapi tidak pernah makan daging anjing, sebaliknya saya tahu ada kelompok etnis lain yang gemar makan daging anjing, karena di pesta orang Manado saya pernah disuguhi rendang daging anjing. Orang Cina tidak suka makan daging anjing. Mereka suka daging babi. Kita sudah menyinggung berbagai stereotipe di sini! Hal kedua yang saya herankan, adalah bahwa ternyata dari ungkapan Van Rees, “kami”, yang tidak lain adalah orang Belanda, ternyata menganggap rendah orang Cina. Padahal setahu saya―stereotipe lagi!―orang Cina merupakan “anak emas” orang Belanda dan selalu diberi hak-hak istimewa. Kok bisa dianggap rendah? Yang lebih mengherankan lagi, adalah bahwa sosiolog J. A. A. van Doorn, yang memuat pernyataan Van Rees dalam bukunya De laatste eeuw van Indië. Ontwikkeling en ondergang van een koloniaal project (Abad terakhir Hindia, pertumbuhan dan keruntuhan sebuah proyek kolonial, 1994) menyatakan bahwa apa yang ditulis Van Rees “mengungkapkan dengan gamblang apa yang hanya berani dipikirkan orang lain”. Berarti bahwa secara umum, orang Belanda
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=619 Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau Jean Couteau seorang budayawan dan penulis asal Prancis yang lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali akan memberikan kuliah di Serambi Salihara Sabtu 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB. Jean Couteau akan mengulas salah satu topik dari rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” yaitu “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”. Judul ceramah yang akan dipresentasikan oleh Jean Couteau adalah “Representasi Indonesia dan Bali dalam Ikonografi Barat”. Dalam makalah tersebut akan diulas bagaimana suatu korpus gambar―yaitu lukisan yang dibuat para seniman Barat pada masa penjajahan—mencerminkan representasi-representasi sosial yang umum hadir pada waktu itu di kalangan orang Eropa/Belanda tentang Indonesia. Dengan lain kata, korpus gambar, dilihat dari sudut isi tematisnya, dianggap mengandung suatu “ideologi”, nyata maupun terselubung, sadar maupun tidak sadar, yang merefleksikan situasi sosio-politik yang berlaku pada waktu yang bersangkutan. Jean Couteau akan mengulas gambar-gambar yang dibuat oleh orang Eropa dari abad ke-17 hingga gambar-gambar yang dilukis oleh Spies, Claire Holt, Colin Mac Phee, Margaret Mead, Gregory Bateson, Bonnet, Le Mayeur, Blanco, dan lain-lain tentang Indonesia khususnya orang Bali. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Silakan konfirmasi terlebih dahulu dengan mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057. Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Butuh Kontak Arundhati Roy (the God Small Things)
salam, saya membutuhkan kontak Arundhati Roy penulis novel the God Small Things, jika anda yang memiliki email, nomer telepon, atau email yang bisa dihubungi, saya berharap bisa mengirimkan ke email saya ini terima kasih Mohamad Guntur Romli Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan moha...@guntur.name http://guntur.name/ Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Salihara Januari 2009
Salam, Setelah sukses menyelenggarakan Festival Salihara pada bulan Oktober hingga Desember 2008 lalu, Komunitas Salihara kembali menghadirkan program-program kesenian dan pemikiran. Di bulan Januari 2009 ini, kami akan mempersembahkan pementasan teater, musik, dan diskusi buku. Dari tanggal 15 hingga 17 Januari 2009 kami akan menghadirkan Teater Gandrik dari Yogyakarta yang akan mementaskan Sidang Susila, sebuah lakon karya Ayu Utami dan Agus Noor. Cerita ini mengulas sebuah Undang-Undang Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat. Dikisahkan bahwa dengan berlakunya Undang-undang Susila ini maka segala macam bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan. Penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila terjadi. Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual, ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban. Lakon ini merupakan parodi terhadap Undang-undang Pornografi yang telah disahkan oleh DPR dan Pemerintah yang hingga saat ini masih menjadi perdebatan dan kontroversi serta aksi-aksi penolakan dari beberapa daerah di negeri ini. Pada tanggal 22 Januari 2009, di Teater Utan Kayu (Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur), kami akan menggelar diskusi buku Kembalinya Politik terbitan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Seperti yang kita ketahui istilah politik di Indonesia dewasa ini telah menjadi semacam olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan uang. Buku ini berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan bagaimana politik tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan, namun juga dengan manusia sebagai makhluk politik yang terus mencari filsafat—yang mencintai kebenaran sebagai tujuan perjalanan hidupnya. Buku ini juga melancarkan kritik tajam terhadap individualisme, liberalisme dan kapitalisme yang dianggap bertentangan dengan konsep kebebasan politik. Ikuti diskusinya dengan A. Setyo Wibowo, SJ (pengajar di STF Driyarkara, Jakarta) yang akan memberikan ulasan kritis terhadap buku ini, dan Rizal Mallarangeng (Direktur Eksekutif Freedom Institute), seorang tokoh pemikiran liberal Indonesia yang akan menjawab kritik dalam Kembalinya Politik. Pada tanggal 23 Januari 2009, di Teater Salihara akan digelar sebuah pergelaran unik: Konser Musik Piano Anak Kontemporer. Konser ini akan menampilkan karya-karya musik piano untuk anak yang ditulis oleh sejumlah komponis kontemporer terkemuka dunia seperti Sofia Gubaidulina, Gyorgy Kurtag, Helmut Lachenmann, Witold Lutoslawski, Toru Takemitsu, dan Anton von Webern. Nomor-nomor musik piano yang akan dibawakan oleh para siswa Konservatorium Musik Jakarta ini mencerminkan kepedulian para komponis besar tersebut terhadap perkembangan dan pengembangan pendidikan musik. Sebagian karya itu masih menggunakan konsep-konsep klasik, dan sebagian lagi menggunakan pendekatan baru yang menarik dalam memperkenalkan estetika bunyi dan suara. Bertindak sebagai pengarah acara dan direktur artistik acara ini adalah pianis Adelaide Simbolon. Oleh karena itu, jangan lewatkan program-program menarik Komunitas Salihara pada bulan Januari 2009 ini. Untuk informasi lebih lengkap anda bisa kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau, bisa langsung hubungi Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau Nike 0818-0730-4036 untuk pemesanan tiket. Selamat Natal 2008, Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430, dan Selamat Tahun Baru Masehi 2009. Salam hangat, Rama Thaharani Public Relations Komunitas Salihara Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Kongkow Gus Dur:Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK
Salam, Kami mengundang anda untuk hadir dalam Acara Kongkow Bareng Gus Dur dalam topik Nasib Toleransi Beragama dalam Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kala. Topik ini akan berangkat dari laporan the Wahid Institute yang menemukan adanya 232 pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama sepanjang tahun 2008 di Indonesia. Angka ini sangat fantastis apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari laporan Setara Institute (2007) yang menemukan jumlah pelanggaran 'hanya' 137 kasus. Menurut penelitian itu pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama mayoritas dilakukan oleh negara, MUI, dan milis sipil. Mengapa ada peningkatan jumlah pelanggaran di tahun 2008? Bagaimana kebijakan pemerintahan SBY-JK dalam kasus ini? Dan bagaimana masa depan kebebasan beragama di Indonesia? Untuk mengetahui lengkapnya anda bisa hadir dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, Sabtu 10 Januari 2008, pukul 10.00 WIB. Narasumber tamu: KH Nuril Arifin (Pengasuh Pondok Pesantren al-Nuriyah Soko Tunggal, Semarang) dan Dr. Ahmad Rumadi (Peneliti dari the Wahid Institute). Untuk anda yang berada di wilayah Jabodetabek, bisa mengikuti acara ini secara langsung di Green Radio 89.2 FM Jakarta. Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta moha...@guntur.name http://guntur.name/ ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan: Mimbar Seribu Harapan untuk Munir dan Korban di Gaza
UNDANGAN HIDUP ADALAH HARAPAN Mimbar Seribu Harapan Doa Untuk Munir dan Korban Perang Di Gaza Penuntasan kasus pembunuhan aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) Munir semakin tidak menentu ketika Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan membebaskan Muchdi PR. Ini berarti, negara semakin toleran atas praktek impunitas, yang secara langsung mengancam jalannya roda demokrasi dan keadilan di tanah air. Sudah saatnya kita mendesak negara untuk menuntaskan kasus pembunuhan Munir. Pada saat yang sama masyarakat sipil di Jalur Gaza Palestina menjadi korban perang. Ratusan anak-anak yang tidak berdosa, sekolah, rumah sakit dan rumah ibadah menjadi sasaran perang. Pasukan pemerintah Israel dan HAMAS memilih menggunakan kekuatan senjata yang mengakibatkan kekerasan terhadap masyarakat sipil. Perang selalu membawa bencana kemanusiaan, perang tidak hanya menghasilkan korban fisik tetapi juga kehilangan harapan dan masa depan. Sementara di tanah air, kita melihat elit-elit politik mempolitisasi korban perang di Jalur Gaza untuk kepentingan pemenangan Pemilu 2009, dan politisasi agama menjadi referensi untuk menilai perang di Gaza. Puisi, orasi, dan doa akan menghiasi ”Mimbar Seribu Harapan, Doa Untuk Munir dan Korban Perang Di Gaza Palestina”. Pengisi Acara KH Abdurrahman Wahid, M. Syafii Anwar, Romo Benny Susetyo, Gumirat, Ifdhal Kasim, Nia Dinata, Goenawan Mohamad, Efek Rumah Kaca, Amir Sadewo, Asfinawaty, Muhammad Sobari, Sitok Srengenge, KH Nuril Arifin (Gus Nuril), Pdt Emmy Sahertian, Chalid Muhammad, Dawam Rahardjo, Mira Lesmana, Riri Riza, Iwan Fals, Dewi Lestari, Sr. Eugene, Kemala Chandrakirana, Wardah Hafidz, Karlina Supeli Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Minggu, 11 Januari 2009 Waktu : 15.00-selesai Tempat : Taman Menteng, Jl. HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat (ex Stadion Persija Menteng) Penyelenggara Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), Wahid Institute, Kontras, Kasum, ILRC, LBH Jakarta, ICRP, Freedom Institute, MADIA, Arus Pelangi, Jurnal Perempuan, Yayasan Paras, HuMa, ICW, Komnas Perempuan, Komnas HAM, Komunitas Utan Kayu (TUK), Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Komunitas Salihara, Green Radio, Kongkow Bareng Gus Dur, Kapal Perempuan, CC GKI Urban Poor Consortium (UPC) Contact Person: Asfinawati (0812-821-8930), Nong Darol Mahmada, Andy Panca, Uli Parulian S , John Muhammad Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta moha...@guntur.name http://guntur.name/ ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pementasan Teater Gandirik di Salihara (Sidang Susila)
TEATER GANDRIK Sidang Susila Undang-Undang Susila—yang mengatur moralitas dan susila masyarakat—ditetapkan secara sah dan meyakinkan. “Dengan berlakunya Undang-undang Susila ini, maka secara konstitusional kita telah menjadi bangsa yang bermoral dan bertata susila,” demikian ditegaskan oleh tokoh Jaksa. Maka segeralah disusun Garis-garis Besar Haluan Moral Negara, di mana segala macam bentuk pornografi dan pornoaksi akan dihapuskan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap asusila. Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu kimplah-kimplah. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual, ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban. Segera Susila disidang, diperlakukan sebagai pesakitan yang menjijikkan. Dia dianggap lebih berbahaya dari psikopat. Susila didakwa berlapis-lapis, agar masyarakat tahu betapa berbahayanya penjahat susila seperti dia. Tapi sesuatu terjadi di luar rencana. Banyak masyarakat yang kemudian menjadikan Susila sebagai ikon perlawanan. Susila dianggap pembangkang yang berani menentang Undang-undang Susila. Alih-alih menjadi pesakitan, di mata sebagian orang, Susila malah dianggap idola. Sementara itu banyak tokoh—seperti Hakim, Jaksa, Pembela, Kepala Keamanan—berusaha mencari kesempatan dari “poyek susila” itu. Bahkan sebagian dari mereka berusaha menyembunyikan perilaku amoral dan asusila mereka dengan kepura-puraan yang adil dan beradab. Lakon Sidang Susila karya Agus Noor dan Ayu Utami ini akan dibawakan oleh Teater Gandrik (Yogyakarta) yang dipimpin oleh Butet Kartaredjasa. Waktu: KAMIS, 15 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB JUM'AT, 16 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB SABTU, 17 JANUARI, 2009 / 20.00 WIB Harga tiket: Umum (Rp) 10 Mahasiswa (Rp) 5 Untuk informasi lebih lengkap anda bisa kunjungi website kami: www.salihara.org. Atau, bisa langsung hubungi Asty 0817-999-5057, Nahri 0813-165-1, atau Nike 0818-0730-4036 untuk pemesanan tiket. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=3id=26item_id=533 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Butet: Sidang Susila Lebih Segar
Pementasan Sidang Susila di Teater Salihara 15-17 Januari ini akan lebih segar. Demikian janji Butet Kartaredjasa, pimpinan sekaligus aktor Teater Gandrik saat ditemui di Kedai Salihara hari ini (14 Januari 2009). Naskah Sidang Susila yang ditulis oleh Ayu Utami dan Agus Noor ini pernah dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 21-21 Pebruari tahun lalu. Waktu itu pertunjukan tersebut menuai sukses besar. “Secara garis besar memang tidak banyak perubahan dari pementasan tahun lalu, namun pertunjukan kali ini akan disegarkan melalui celetukan, humor, sindiran dan percakapan spontan,” kata Butet. Sidang Susila adalah parodi terhadap “Undang-undang Porno” yang telah disahkan oleh Pemerintah akhir bulan Oktober 2008. Pada pementasan tahun lalu, Undang-undang yang melahirkan kontoversi dan penolakan di mana-mana ini masih berbentuk rancangan undang-undang dan mengalami perubahan besar. Versi pertama diusulkan bernama Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP), namun di tengah perjalanan istilah “pornoaksi” ditolak dan dihapus. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dari pihak Pemerintah yang sebelumnya kokoh menolak Undang-Undang ini akhirnya menerima usulan rancangan terbaru yang konon telah diperbaiki. Di DPR, pengesahan Undang-undang ini sangat alot dan diboikot oleh dua fraksi, PDI-P dan PDS. Setelah disahkan Undang-undang ditolak diterapkan di beberapa wilayah seperti Bali, Menado, Papua, dan NTT. Perjalanan dan perkembangan terakhir “Undang-undang Porno” ini memberikan bahan-bahan bagi pertunjukan Sidang Susila di Teater Salihara. “Kita kan tahu, ada yang sangat mendukung Undang-undang Porno, tapi di rumahnya menyimpan Majalah Playboy, ini sangat menarik bagi kita dan akan dimasukkan agar pertunjukan sekarang lebih segar” kata Butet. “Selain itu, ada perkembangan politik, ekonomi dan sosial di Indonesia yang bisa ditambahkan, seperti terdakwa kasus pembunuhan Munir yang justru lepas dan masih banyak lagi tema-tema lain, nah kekuatan pertunjukan ini terletak pada spontanitas, sindiran, celetukan dan humor, “ tambah Butet. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=541 Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teat er Utan Kayu
Diskusi Buku “Kembalinya Politik” di Teater Utan Kayu Komunitas Salihara-Utan Kayu akan menyelenggarakan diskusi buku Kembalinya Politik, Kamis 22 Januari 2009 pukul 19.00 WIB. A. Setyo Wibowo SJ, Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan Rizal Mallarangeng, Direktur Eksekutif Freedom Institute akan menjadi pembahas. Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang pemikiran politik kontemporer yang diterbitkan oleh Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Diskusi ini berangkat dari realitas politik di Indonesia dewasa ini yang telah menjadi semacam kata olok-olok, sepadan dengan cara mengais kekuasaan dan duit. Buku “Kembalinya Politik” berikhtiar mendiskusikan kembali apa itu politik, dan bagaimana politik tak lagi hanya identik dengan strategi mendapatkan kekuasaan saja, namun manusia sebagai “makhluk politik” yang terus mencari filsafat: yang mencintai kebenaran sebagai ujung dari pejalanan hidup manusia. Buku ini melancarkan kritik yang tajam terhadap individualisme, liberalisme dan kapitalisme yang menurutnya bertentangan dengan konsep “kebebasan politik”. Hingga konsep demokrasi yang dituding “radikal”, karena menganggap demokrasi sebagai “penanda kosong”. Romo Setyo akan memberikan ulasan secara kritis terhadap buku ini, sedangkan Rizal Mallarangeng sebagai tokoh politik liberal di Indonesia akan memberikan jawaban-jawaban terhadap kritik dari buku Kembalinya Politik ini. Sementara Robertus Robert dari Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) akan menjadi moderator. Diskusi ini akan digelar di Teater Utan Kayu, di Jalan Utan Kayu No 68H, Jakarta Timur. http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=549 ___ Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas. Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang. http://id.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Bincang-bincang dengan Theorode Friend
UNDANGAN Kepada yth. Ibu/Bapak/Saudara Dengan hormat, Komunitas Utan Kayu mengundang anda dalam acara bincang-bincang bersama Theodore Friend--penulis buku Indonesian Destinies--yang saat ini sedang melakukan studi tentang Perempuan dan Islam di beberapa negara: Indonesia, Pakistan, Iran, Saudi Arabia dan Turki. Bincang-bincang kita nanti dengannya akan mengulas pada persoalan Perempuan: Indonesia and Dunia Islam, khususnya pada kebijakan-kebijakan yang diskriminatif di negeri-negeri itu terhadap perempuan. Acara ini akan berlangsung pada: Hari/tanggal : Selasa, 21 Oktober 2008 Waktu : 19.00 WIB Tempat : Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta Kami menantikan kehadiran anda pada diskusi yang menarik ini. Mohon konfirmasi terlebih dahulu ke Guntur: [EMAIL PROTECTED] Terima kasih. Salam, Mohamad Guntur Romli Koordinator Diskusi Komunitas Utan Kayu Theodore Friend Theodore, a teacher, historian and novelist with twenty-one years' experience as president of two leading private organizations, is now a Senior Fellow of the Foreign Policy Research Institute, Philadelphia. In 2003, Harvard University Press published his latest book, Indonesian Destinies. For the educated lay reader, he tells the story of the Indonesian nation state, from revolution against the Dutch through solving of the terrorist bombing in Bali. In doing so, he conveys the anthropological and religious variety of Indonesia, and differences among its several layers of Islam. In 2004, he served as C.V. Starr Distinguished Visiting Professor of Southeast Asia Studies at Johns Hopkins University, School of Advanced International Studies, Washington, DC. Management: President, Eisenhower Exchange Fellowships, 1984-96 President, Swarthmore College, 1973-82 Theodore's other Publications: Between Two Empires: The Ordeal of the Philippines, 1929-1946, was published by Yale University Press in 1965, and won the Bancroft Prize in American History, Foreign Policy, and Diplomacy (1966). In 1988, Princeton University Press published his major comparative history: The Blue-Eyed Enemy: Japan Against the West in Java and Luzon, 1942-1945. Of it, a leading reviewer said: one of the most distinguished and literate Southeast Asian historians…seeks to understand three Asian and two Western cultures and is informed by psychological, philosophical and historical literature in half a dozen languages….[An] elegantly presented feast. Other Awards and Honors: Fulbright Scholar (Philippines 1957-59); Rockefeller Foundation Fellow in International Relations (1961-62); NDEA Post-Doctoral Fellow for study of Indonesian language (1966-67); Guggenheim Foundation Fellow (1967-68) in Indonesia, Philippines and Japan; Honorary Doctor of Laws degree, Williams College (1978); Fellow, Woodrow Wilson International Center for Scholars (1983-84); Fellow, Rockefeller Center for Artists and Scholars, Bellagio (1988); Dwight D. Eisenhower Medal for Leadership and Service (1997). Current Activities Related to International Affairs: Senior Fellow, FPRI; Board of Advisors, United States-Indonesia Society; Executive Committee, American-Indonesian Interreligious Initiative; Board of Directors, Metanexus Institute on Religion and Science; President Emeritus and Trustee, Eisenhower Fellowships; Chairman Emeritus and Member, Executive Committee, Philadelphia Committee on Foreign Relations; Member, Council on Foreign Relations (New York City). __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pementasan Teater Lungid di Teater Salihara
http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=eventmenu=childparent_id=3id=26item_id=305 JUM'AT, 24 OKTOBER 2008 - SABTU, 25 OKTOBER 2008; 20.00 WIB Pementasan Teater oleh Teater Lungid, Surakarta Tuk, karya mendiang Bambang Widoyo SP, berkisah tentang masyarakat magersaren (tempat tinggal sewa tak resmi, yang ditempati secara turun-tumurun), dengan rumah-rumah petak, reyot, sesak, dan mengelilingi sebuah sumur yang digunakan beramai-ramai. Pada sebuah sumur itulah kehidupan warga magersaren bertemu dan saling berbagi rasa. Hampir semua penghuni berpenghasilan tidak tentu. Mbah Kawit (diperankan Wahyu ‘Inonk’ Widayati), hidup dengan mengandalkan belas kasih para tetangganya. Mbah Kawit menganggap seluruh penghuni magersaren sebagai momongannya, anak-cucu atau saudaranya sendiri. Hanya merekalah yang ia miliki, penghuni tetap magersaren yang sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, beranak pinak. Konflik Tuk dimulai ketika muncul desas-desus penjualan magersaren dan diakhiri dengan meninggalnya Mbah Kawit, hanya karena kesusahannya memikirkan magersaren yang akan dijual, ke mana mereka akan tinggal, hingga mimpi-mimpi buruk tentang magersaren yang selalu hadir, yang menyusahkan, yang semakin menggerogoti usianya yang memang sudah uzur. Pertunjukan Tuk oleh Teater Lungid ini berdurasi dua setengah jam dan didukung oleh 26 personil. Tuk kali ini dipertunjukan oleh Teater Lungid, kelompok baru penerus Teater Gapit. Semua anggota lama masih terlibat, ditambah beberapa aktor/aktris muda. Sutradara: Pelog Trisno Santoso Aktor: Pelog Trisno Santoso, Jarot Budi Darsono, Budi Prasetya, Bodhod, Dwi Wahyudiarto, Santoso, Eko Supendi, Wahyu ‘Inonk’ Widayati, Sri Lestari, Yasinta, Miftakhuljannah, Atik Sulistyaning Kencana Penata Artistik: Hengky S Rivai Penata Musik: Yayat Suhiryatna Pemain Musik: Joko Winarko, Darno, Bagong Pujianto, Rumpoko Setyoaji, Machulan Baihaqi, Sriyati, Sruti, Ruspati, Heru Timbul Purwoto, Rasita Satriana, I Ketut Saba, Dwi Suryanto, Mulyadi Kru Artistik: Suroyo Sidik Parsetyo, Mulyono, Tyas Sumarah, Joko Sriyono, Sugeng, Erik, Guntur, Dwi Maryani Manajer Produksi: Blontank Poer HTM Rp 30.000 (umum) Rp. 15.000 (pelajar). RSVP Asty 0817-9995057 Nike 0818-0730-4036 ___ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Adonis: Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi
www.salihara.org Kami mengundang anda untuk hadir dalam Kuliah Umum Adonis yang bertema Kebenaran, Agama dan Sastra. Pada kesempatan ini, Adonis, seorang penyair Arab modern akan memberikan kuliah berjudul Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi. Acara tersebut akan dilaksakan nanti pada: Hari Senin, 3 November 2008, pukul 19.00 WIB Tempat, Teater Salihara, Jl Salihara No 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan = Adonis (Ali Ahmad Said Esber) adalah seorang penyair Arab kelahiran di desa al-Qassabin, dekat Kota Lakasia Syria pada tahun 1930. Meskipun ia baru bersekolah ketika berumur 13, anak seorang petani yang juga imam masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa serta telah hafal al-Quran. Pada tahun 1944, Adonis membacakan puisi-puisi heroik karyanya sendiri di depan Presiden Syria Shukri al-Kuwatli waktu itu yang membuat Presiden terpesona dan mengirimkan Adonis masuk ke sebuah sekolah Prancis di kota Tartus, saking cerdasnya Adonis sering melompat tingkat-tingkat kelas. Adonis lulus dari Universitas Damaskus tahun 1954 dengan spesifikasi filsafat. Di masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya (1955). Pada 1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di tanah jiran itu. Di negeri Cedar ini Adonis mendirikan Jurnal Syi’ir (Puisi) tahun 1957—sebuah jurnal yang memuat dan menelaah puisi-puisi Arab baik yang klasik dan modern—dan jurnal kebudayaan mawaqif (sikap) tahun 1968. Di pertengahan tahun 70-an, Lebanon perang saudara pecah dan tentara Israel memasuki Lebanon di tahun 1980-an. Di tahun 1986 Adonis pindah ke Paris. Adonis telah menulis karya: puisi dan prosa kurang lebih 30 buku dan telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa. Beberapakali namanya disebut sebagai calon terkuat peraih hadiah Nobel Sastra (2005, 2006, 2007). Ia memiliki karya baik prosa dan puisi dengan gaya bahasa yang jernih dan memukau, sekaligus rumit. Puisi-puisinya adalah simbol kemodernan syair Arab. Simbol yang terus menjadi kontroversi: dipuja sekaligus dikecam karena mendobrak pakem-pakem puisi Arab yang telah mapan selama berkurun-kurun. Inti ide Adonis memang mendobrak, dan mendorong pembaharuan..Di sinilah letak urgensi karya Adonis, menggedor-gedor yang sudah dianggap mapan, dan menguatkan pembaharuan dalam dua ranah sekaligus: sastra dan agama. Di Indonesia Adonis dikenal melalui sebuah karya yang monumental berjudul al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan Yang Berubah). Dalam buku yang terdiri empat jilid ini—LKiS Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang pertarungan dua kubu di ranah sastra, teologi, politik, dan budaya Arab-Islam. Kubu yang ingin menguatkan kemapanan dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan Teks untuk memaksakan satu versi tafsir yang sahih dan kubu yang bergairah melakukan perubahan dengan menjadikan Teks sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian, atau tak menganggap lagi Teks sebagai sumber pengetahuan karena telah berasaskan pada akal. Kubu pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ) dengan menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan, dan kedudukan sastra hanya hamba bagi agama bukan kebebasan untuk mencipta. Dan sepanjang sejarah Islam kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu perubahan. Sebagai pembaca yang berpihak sekaligus sastrawan yang mengidamkan capaian ciptaan Adonis melakukan perlawanan dan pembongkaran terhadap kubu kemapanan. Walhasil buku ini yang asalnya disertasi Adonis di Universitas St Joseph Beirut, Lebanon, dituding sebagai karya seorang “atheis khas Timur”—bukan tidak mengakui secara langsung adanya Tuhan seperti atheisme di Barat, tapi tidak meyakini perantara (wasilah) antara Tuhan dan manusia: baik manusia sempurna yang dikirim oleh Tuhan yang disebut nabi atau rasul, hingga muatan yang dibawa rasul Tuhan itu: agama atau syariat. Tiadanya wasilah itu berarti tidak adanya Tuhan. Antologi Puisi Adonis yang terkenal adalah, Aghânî Mihyâr Dimasyqî diterjemahkan ke bahasa Inggris “Songs of Mihyar the Damamscene”, Al-A'mâl al Syi'riyyah (kumpulan karya lengkap puisi-puisi Adonis, 3 jilid) diterjemahkan ke bahasa Inggris “If Only the Sea Could Sleep”. Beberapa studi Adonis tentang puisi Arab, al-Shûfiyah wal Suryâniyah diterjemahkan ke bahasa Inggris “Sufism and Surrealism”, Muqaddimah li Syi’ir Arabi diterjemahkan “An Introduction to Arab Poetics”. Dalam rangkaian Festival Salihara November 2008, Adonis akan memberikan ceramah umum berjudul “Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi”. Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Adonis di Salihara hari ini
www.salihara. org Kami mengundang anda untuk hadir pada Kuliah Umum Adonis yang bertema Kebenaran, Agama dan Sastra. Pada kesempatan ini, Adonis, seorang penyair ternama dunia Arab modern dan nomine Nobel Sastra sejak tahun 2005 sampai 2008 akan memberikan kuliah berjudul Kebenaran Agama dan Kebenaran Puisi. Acara tersebut akan dilaksakan pada : Hari Senin, 3 November 2008, pukul 19.00 WIB Tempat, Teater Salihara, Jl Salihara No 16--dekat Universitas Nasional--Pasar Minggu, Jakarta Selatan == Petikan dari makalah Adonis yang akan disampaikan nanti: ... Puisi dan kebenaran puisi sepenuhnya bertolak belakang dengan agama dan kebenaran agama. Kebenaran dalam puisi tidak tetap, tidak pernah final dan senantiasa samar. Puisi dalam makna ini berada di luar kebenaran agama dan menembus batasnya. Dalam posisi ini puisi seperti suatu karakter yang tidak lazim atau bebas. Tidak ada yang tidak berubah dalam kebenaran puisi. Puncak kreativitas dalam puisi adalah keterputusan dan kesinambungan. Artinya kreativitas tersebut berada dalam suatu proses ketegangan: persambungan dan pemutusan. Situasi puisi berbeda dengan agama. Puisi berproses dalam situasi yang terus berubah dan menjadi, sedangkan agama berada dalam situasi yang pasti, abadi, dan tanpa perubahan. Agama adalah jawaban. Sedangkan puisi adalah pertanyaan. Sebab itu agama tidak akan bisa menjadi rujukan puisi. Bahasa puisi adalah dialog antara yang terlihat dan yang tak terlihat, antara alam nyata dan alam gaib. Puisi adalah objek pertanyaan dan keraguan, bukan objek keimanan dan kepasrahan. Oleh karena itu, kita melihat kebenaran puisi dicari dalam yang tak diketahui dan non-rasional, berbeda dari kebenaran agama. ... == Adonis (Ali Ahmad Said Esber) adalah seorang penyair Arab kelahiran di desa al-Qassabin, dekat Kota Lakasia Syria pada tahun 1930. Meskipun ia baru bersekolah ketika berumur 13, anak seorang petani yang juga imam masjid ini sudah belajar menulis dan membaca dari seorang guru desa serta telah hafal al-Quran. Pada tahun 1944, Adonis membacakan puisi-puisi heroik karyanya sendiri di depan Presiden Syria Shukri al-Kuwatli waktu itu yang membuat Presiden terpesona dan mengirimkan Adonis masuk ke sebuah sekolah Prancis di kota Tartus, saking cerdasnya Adonis sering melompat tingkat-tingkat kelas. Adonis lulus dari Universitas Damaskus tahun 1954 dengan spesifikasi filsafat. Di masa muda itu kegelisahannya sudah kelihatan: ia menerbitkan kumpulan sajak pertamanya dan ia dipenjara karena pandangan politiknya (1955). Pada 1956 ia meninggalkan tanahairnya dan pindah ke Lebanon bersama istrinya. Sampai lebih 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di tanah jiran itu. Di negeri Cedar ini Adonis mendirikan Jurnal Syi’ir (Puisi) tahun 1957—sebuah jurnal yang memuat dan menelaah puisi-puisi Arab baik yang klasik dan modern—dan jurnal kebudayaan mawaqif (sikap) tahun 1968. Di pertengahan tahun 70-an, Lebanon perang saudara pecah dan tentara Israel memasuki Lebanon di tahun 1980-an. Di tahun 1986 Adonis pindah ke Paris. Adonis telah menulis karya: puisi dan prosa kurang lebih 30 buku dan telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa. Beberapakali namanya disebut sebagai calon terkuat peraih hadiah Nobel Sastra (2005, 2006, 2007). Ia memiliki karya baik prosa dan puisi dengan gaya bahasa yang jernih dan memukau, sekaligus rumit. Puisi-puisinya adalah simbol kemodernan syair Arab. Simbol yang terus menjadi kontroversi: dipuja sekaligus dikecam karena mendobrak pakem-pakem puisi Arab yang telah mapan selama berkurun-kurun. Inti ide Adonis memang mendobrak, dan mendorong pembaharuan. .Di sinilah letak urgensi karya Adonis, menggedor-gedor yang sudah dianggap mapan, dan menguatkan pembaharuan dalam dua ranah sekaligus: sastra dan agama. Di Indonesia Adonis dikenal melalui sebuah karya yang monumental berjudul al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan Yang Berubah). Dalam buku yang terdiri empat jilid ini—LKiS Yogyakarta baru menerbitkan dua jilid pertama dengan judul Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam—Adonis menyajikan pembacaan yang sangat luas tentang pertarungan dua kubu di ranah sastra, teologi, politik, dan budaya Arab-Islam. Kubu yang ingin menguatkan kemapanan dengan berlindung di balik kekudusan dan kekuasaan Teks untuk memaksakan satu versi tafsir yang sahih dan kubu yang bergairah melakukan perubahan dengan menjadikan Teks sebagai khazanah tafsir yang terus mengalami pembaharuan dan penyesuaian, atau tak menganggap lagi Teks sebagai sumber pengetahuan karena telah berasaskan pada akal. Kubu pertama menggunakan kekuasaan politik (khilâfah) dan agama (sunnah, fiqh) untuk menihilkan capaian-capaian kreativitas (ibdâ) dengan menjadikan sastra sebagai perkakas bagi kekuasaan dan agama. Teks adalah tuan, sedangkan akal jadi pelayan, dan kedudukan sastra hanya hamba bagi agama bukan kebebasan untuk mencipta. Dan sepanjang sejarah Islam kubu kemapanan merupakan golongan mayoritas yang menindas kubu perubahan.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pembacaan Puisi Adonis dan Kuliah Umum di Salihara
Salam, Senin 3 November 2008 pukul 19.00 WIB di Teater Salihara tidak hanya akan digelar kuliah umum dari Adonis, beberapa puisi Adonis juga akan dibacakan sebelum Adonis memberikan ceramah. Puisi-puisinya yang akan dibacakan diambil dari antologi puisi Adonis yang terkenal, Aghani Mihyar Dimasyqi Nyanyian Mihyar dari Damaskus. Sitok Srengenge dan Anya Rompas akan membacakan puisi-puisi Adonis dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Ahmad Mulyadi. Silakan anda hadir pada acara ini, Kuliah Umum Adonis dan pembacaan puisi-puisi Adonis. www.salihara.org Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Ulang Tahun ke-3 Kongkow Bareng Gus Dur
Ulang Tahun 3 tahun Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H Merawat Kebhinnekaan Kita Disahkannya RUU Porno membuktikan ancaman terhadap kebhinnekaan di Indonesia dalam tahap yang serius. Sebelumnya Perda-perda bernuansa Syariah di Indonesia juga diterapkan secara paksa. Seola-olah tak peduli bahwa Indonesia dibentuk dari keberagaman suku, agama, dan ras. Menyebut Indonesia tidak terbayang adanya satu ras, etnis atau agama yang mendominasi. Berbeda dari negeri Malaysia—yang akan terbayang ras Melayu—bangsa Arab yang didominasi oleh ras Arab. Indonesia adalah kebhinnekaan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kini, adanya satu kelompok atau ideologi yang merasa paling benar sendiri, membawa satu model moralitas yang ingin dipaksakan, ingin menyeragamkan Indonesia, dan menghancurkan kebhinnekaan yang menjadi karakter dan identitas Indonesia. Ikuti refleksi 3 tahun Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H, Sabtu 15 November 2008, pukul 10.00-12.00 WIB, di Jalan Utan Kayu No 68H, Jakarta, bertajuk “Merawat Kebhinnekaan Kita” dengan tokoh-tokoh yang akan bicara: KH Abdurrahman Wahid, Adnan Buyung Nasution, Wimar Witoelar, Goenawan Mohamad, KH Nuril Arifin (Gus Nuril), Romo Mudji Sutrisno, Ibu Pdt. JJ Merino-Krey (Ketua GKI di Tanah Papua), Lies Marcus-Natsir, KH Luqman Hakiem, Ayu Utami, Romo Jus F Mewengkang Moderator: Mohamad Guntur Romli Setelah acara dialog akan ada acara seni, Sdr Gresindo Sinaga dari STT Jakarta akan melagukan Mazmur, dan santri-santri Gus Nuril dari Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal II akan membaca shalawat Nabi. ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Adonis, Meretas Sekat dan Batas
”… thus I no longer hesitate to say: / ’the I and the other / are me…” Satu frasa dalam karya Adonis, ”A Desire Moving Through the Maps of the Material” (1986-1987), sudah cukup mengungkapkan pendirian penyair dan esais terkemuka dunia asal Suriah itu tentang ”liyan” (the other) dan ”yang diliyankan”. Bagi Adonis (78), nama pena Ali Ahmad Saapos;id, sejak usia 19 tahun, sang liyan dan sang diri menyatu dalam kesatuan diri; terasing dan diasingkan. Pengasingan tidak berarti secara fisik. Bahasa itu sendiri lahir dalam keterasingan. Seperti banyak intelektual Arab yang tinggal di negara lain, Adonis hidup di antara dua keterasingan; di dalam dan di luar diri. ”I live between the plague and the fire, with my language, with this speechless worlds…,” begitu tulisnya dalam ”The Fall” (dari Songs of Mihyar). selengkapnya di: http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=447 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Salihara: Catatan Tubagus P. Svarajati
Seni juga perlu buat merk sebuah kelas, bendera sebuah gengsi. — Goenawan Mohamad SAYA terkesiap, setengah tak percaya pada kenyataan di hadapan saya. Di depan saya adalah satu bangunan megah dengan karakteristik cita rasa urban perkotaan kelas menengah-atas. Itulah Komunitas Salihara. Jumat petang (17/10), setelah seharian perjalanan Semarang—Jakarta yang melelahkan, saya sampai di pekarangan Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Situs kesenian baru itu, konon, dibangun dengan biaya tiga puluh enam milyar rupiah. .. selengkapnya baca di: http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=4id=29item_id=449 ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] salihara.org: Dibangun dari Kesunyian
Dibangun dari Kesunyian Gelap. Bunyi logam jatuh di tanah. Lalu temaram cahaya merah menunjukkan seorang penari menebar uang koin dan kertas. Di sekelilingnya, dua penari lain duduk membungkuk, lalu bergerak maju-mundur perlahan, menimbulkan kesan mencekam. Itu adalah pembuka Sinjang, koreografi karya Hanny Herlina. Tari itu membuka pertunjukan empat koreografi Indonesia di Komunitas Salihara, Selasa-Rabu malam lalu. .. Selengkapnya sila klik: http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=1id=14item_id=459 ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] FPI Melakukan Pelecehan Seksual terhadap Aktivis Perempuan AKKBB (Siaran Pers AKKBB)
Siaran Pers Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) Tentang: Pemukulan dan Pelecehan Seksual terhadap Nong Darol Mahmada aktivis AKKBB Senin 15 September 2008, Nong Darol Mahmada aktivis AKKBB yang mengkoordinir saksi-saki dari AKKBB hadir dalam sidang Tragedi Monas Berdarah dengan para terdakwa Rizieq Shihab, Munarman, Mahsuni Kaloko, dan 7 orang laskar Front Pembela Islam (FPI). Sidang mereka dilaksanakan secara terpisah. Saksi-saksi dari AKKBB yang hadir waktu itu di antaranya: Ninok Graciano, Oming, Bernard, Didi, dan Edi Juwono. Pada pukul 17.00 digelar persidangan dengan terdakwa Munarman di ruang sidang Mr. R. Wirjono Projodikoro lantai 2 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Nong berada di ruang sidang menyimak keterangan saksi dari AKKBB: Bernard. Saat itu, Nong dipanggil oleh Guntur Romli, saksi korban dari AKKBB yang berada di teras ruang sidang. Guntur melihat tujuh terdakwa dari laskar FPI—yang berseragam putih-putih, bersepatu bot, dan mengenakan baret—yang pada saat itu mereka telah menyelesaikan persidangannya, namun tujuh terdakwa dari laskar FPI itu bebas berkeliaran di teras dan halaman ruang sidang. Guntur juga melihat mereka dengan bebasnya turun naik gedung persidangan. Di antara tujuh terdakwa itu tidak terlihat ada pengawalan dari aparat kepolisian ataupun kejaksaan. Mereka bebas ngobrol dan bercanda dengan massa dari FPI di teras ruang sidang. Guntur heran, mengapa tujuh terdakwa itu bisa bebas berkeliharan, semestinya setelah sidang mereka selesai, mereka dikembalikan ke ruang tahanan, bukan bebas berkeliaran apalagi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, karena di pengadilan tersebut yang hadir tidak hanya massa dari PFI, tapi juga dari AKKBB. Berkeliarannya tujuh laskar terdakwa FPI itu jelas-jelas mengancam saksi-saksi AKKBB yang pada sidang sebelumnya memberikan kesaksian untuk mereka. Melihat kejanggalan itu, Guntur mengajukan protes pada seorang polisi di tempat itu namanya Jamal Alkatiri, anggota Polres Jakarta Pusat. Guntur bilang, “Pak, itu tujuh terdakwa dari FPI kok bisa bebas berkeliaran?” Jamal, oknum polisi itu malah balik bertanya, “siapa bilang mereka terdakwa, mereka itu pendamping, kamu siapa?” tanya Jamal dengan nada yang membentak. Guntur menjawab, “saya saksi korban dari AKKBB, saya sangat tahu mereka terdakwa, bukan pendamping”. Jawaban Guntur tidak memuaskan Jamal Alkatiri, malah Jamal semakin meninggikan suaranya, “kamu mau apa!” Ucapan dengan nana tinggi itu diteriakkan berulang-ulang, sehingga memancing perhatian massa FPI dan tujuh terdakwa dari FPI. Guntur lantas minta tolong temannya untuk memanggil Nong agar menelpon pihak kejaksaan untuk menanyakan berkeliarannya tujuh terdakwa FPI itu. Nong datang, dan berusaha menjelaskan ke Jamal, namun Jamal tidak peduli, dengan wajah yang marah, dia terus mendekati Guntur sambil teriak-teriak. Untungnya ada staf Kejaksaan yang pada waktu itu lewat, dan Nong bertanya, “benarkah tujuh orang yang berseragam itu terdakwa?”, staf kejaksaan itu menjawab “iya”. Teriakan Jamal Alkatiri terus memancing perhatian, Jamal juga semakin mendekat ke Guntur, seseorang yang memakai pakaian kemeja baris-baris yang berusaha menghalang-halanginya malah didorong dengan paksa oleh Jamal. Massa FPI dan tujuh terdakwa dari laskar FPI itu terus mendekat: mengepung Guntur dan Nong yang terpojok di depan ruang saksi. Guntur dan Nong tidak bisa menghindari, massa FPI mengepung dari arah depan, kanan dan kiri, sementara di belakang Guntur dan Nong pagar batas lantai dua, mereka berdua bisa jatuh ke halaman Pengadilan Negeri. Pada saat itu, seorang laki-laki memukul kepala Nong, dan dengan cepat laki-laki itu mundur sambil merunduk, dan menghilang di kerumunan. Seorang laki-laki lain yang dikenal, menggerayangi pinggang dan perut Nong, mencakar dan mencubit. Seorang laki-laki lain memukul perutnya. Guntur dan Nong diselamatkan oleh aparat yang berpakaian safari cokelat dan dibawa ke ruang saksi, namun di ruang saksi tujuh terdakwa dari laskar FPI sudah berada di sana sambil teriak-teriak dan memaki-maki Nong, salah seorang dari mereka juga berusaha mengejar dan memukul Nong. Karena di ruang saksi lantai 2 tidak kondusif, Nong dan Guntur dibawa ke ruang saksi di lantai 1. Dari peristiwa itu ada tiga hal: Pertama, telah terjadi pemukulan dan pelecehan seksual terhadap Nong Darol Mahmada yang dilakukan oleh massa FPI. Kedua, aparat (kejaksaan dan kepolisian) telah membiarkan tujuh terdakwa dari laskar FPI bebas berkeliaran tanpa pengawalan di ruang sidang, seharusnya setelah sidang selesai, mereka dikembalikan ke ruang tahanan. Ketiga, aparat kepolisian yang seharusnya melindungi saksi korban, malah terlibat provokasi seperti yang dilakukan oleh oknum polisi bernama Jamal Alkatiri, dengan sikapnya yang arogan dia memancing massa FPI untuk melalukan kekerasan dan intimidasi terhadap massa dan saksi AKKBB maka, kami dari AKKBB mengecam dan
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Konser Dwiki Dharmawan dan Rafly di Teater Salihara
Komunitas Salihara mengundang anda dalam acara Konser Dwiki Dharmawan dan Rafly yang akan digelar di Teater Salihara, Jalan Salihara No 16, dekat Universitas Nasional (UNAS), Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Sabtu, 20 September 2008 pukul 19.00 (pukul 18 diawali dengan buka puasa bersama). Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya sedikit pun. Rama Thaharani, 0816-130-8350 TEUMEUMEUNG Rafly–Dwiki Sejak perkenalan keduanya beberapa minggu setelah tsunami melanda Aceh, Rafly dan Dwiki Dharmawan semakin akrab melalui “teumeumeung” (istilah yang diberikan Rafly untuk suatu jam session). Saat itu, di pertengahan Januari 2005, Rafly bersama grup Kande ditemani oleh Dwiki dan Ubiet berkeliling ke berbagai lokasi pengungsi tsunami, di antaranya di Seuneubok, Seulemum, Indrapuri dan Peukan Bada dalam program Ubat Ate Allah Allah, Ubat Sosah Seulaweut Beuna (Obat Hati itu Zikir Allah, Obat Susah Bershalawat pada Rasulullah). Sebelumnya, mereka berjumpa di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, ketika Dwiki Dharmawan dan teman-teman Dewan Kesenian Jakarta menggagas dan menyelenggarakan Jazz for Aceh. “Teumeumeung” kini menjadi pola komunikasi musikal antara Rafly, yang terus menjelajahi aneka corak musik vokal Aceh, dan Dwiki, yang selalu jatuh cinta pada style musik berinspirasi tradisi lokal yang dipadukan dengan jazz yang penuh spontanitas. Beberapa komposisi yang akan dimainkan di antaranya: Meukoendroe, Nurul Qolbi, Ya Nabi Salam, Istighfar, Aneuk Yatim. Bersama Ubiet, Dwiki pernah menjadi produser bagi album Rafly bersama Kande “Meukondroe” yang dirilis tahun 2007. ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Siaran Pers: Pemukulan terhadap Mohamad Guntur Romli
Siaran Pers dan Kronologi Pemukulan terhadap Mohamad Guntur Romli Kesaksian Mohamad Guntur Romli, saksi korban dari AKKBB yang dipukul di dalam ruang sidang, dalam Persidangan Kasus Tragedi Monas Berdarah, Senin 22 September 2008. Senin 22 September 2008 pukul 14.00, saya menjadi saksi kasus Tragedi Monas Berdarah 1 Juni 2008 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat lantai 3. Ini kali kedua saya menjadi saksi, setelah sebelumnya saya menjadi saksi atas terdakwa Munarman. Saya memberikan kesaksian setelah saksi yang pertama yaitu Sugiono, pemilik truk yang membawa soundsystem yang dirusak oleh massa FPI. Kesaksian saya kali ini untuk 7 orang Laskar Pembela Islam (LPI). Ruangan sidang yang sempit dipenuhi massa dari FPI. Dalam proses kesaksian saya, terdengar celetukan, hingga hujatan dari arah belakang saya, misalnya, “kesaksiannya palsu”, “keluar dari Islam dia”, “ntar tungguin di luar setelah selesai”, dll. Suara-suara itu bercampur baur dengan teriakan “hu...” dan teriakan-teriakan yang lain. Ketua Majelis Hakim Bapak Makasau berkali-kali mengetok palu untuk memperingatkan massa FPI, dan mengancam mereka kalau tidak bisa tertib akan menghentikan sidang, dan memberikan sanksi pada mereka. Setelah saya memberikan kesaksian, Majelis Hakim memberikan kesempatan pada 7 orang terdakwa untuk memberikan komentar/sanggapan terhadap kesaksian saya. Mayoritas dari mereka mengecam kesaksian saya, bahwa saya melihat ibu, orang tua, dan anak-anak dipukul di Tragedi Monas Berdarah itu. Salah seorang terdakwa malah menuding-nuding saya dengan kata-kata “elo..,elo.. gue.. gue”. Hakim Ketua langsung memperingatkan dia, agar tidak bersikap seperti preman. Setelah selesai memberikan kesaksian saya dipersilahkan oleh Hakim untuk keluar. Posisi 7 orang terdakwa itu berada di dekat pintu keluar yang biasa dipakai oleh Majelis Hakim, Jaksa, Pengacara, Terdakwa dan Saksi. Nah, ketika saya melewati mereka, seorang dari terdakwa bernama Sunarto menendang kaki saya. Langsung balik badan dan menghadap ke hakim, saya protes “Pak Hakim, kaki saya ditentang”. Tiba-tiba, Subhan yang berada di dekat Sunarto, memukul kepala belakang saya. Kepala saya benjol dan pusing-pusing. Saya terus protes ke Hakim, “Pak saya dipukul”. 7 terdakwa dari FPI langsung mengepung saya, dan massa FPI yang berada di kursi pengunjung sidang juga mendekat ke arah saya. Keadaan semakin kacau, aparat polisi mulai masuk ruang sidang, dan mengelilingi saya. Subhan dan Sunarto masih berusaha memukul saya lagi. Ketika saya dibawa keluar dari ruang sidang, massa FPI terus mendekat, berusaha menembus pertahanan aparat kepolisian. Selanjutnya aparat kepolisian mengevakuasi saya turun ke lantai 2 dan masuk ruangan saksi. Massa FPI digiring keluar arena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun mereka masih berkerumun, menunggu saya keluar dari PN Jakarta Pusat. Kami, dari AKKBB, para saksi, pengacara, dan simpatisan berkumpul di lobi lantai dasar PN Jakarta Pusat. Ternyata seorang teman kami bernama Soleh juga dipukul kepalanya karena berusaha melindungi kawan-kawan dari AKKBB yang berada di kursi pengunjung. Karena suasana kacau, sidang pengadilan ditunda, termasuk sidang dengan terdakwa Machsuni Kaloko, Komandan Laskar Pembela Islam. Menurut aparat keamanan, massa FPI masih menunggu di jalan, di depan PN Jakarta Pusat. Akhirnya kami dievakuasi dengan bis dan truk polisi yang membawa kami ke Polda Metro Jaya. Tujuh terdakwa dari FPI itu tampaknya marah pada saya karena saya menyatakan bahwa saya melihat ibu, anak-anak, dan orang tua dipukuli di Monas. Dan memang benar, ada perempuan-perempuan yang menjadi korban, namanya Oming, Suci, lina, dll. Dan mereka telah memberikan kesaksian pada sidang sebelumnya baik Rizieq maupun Munarman. Saya dipukul di dalam ruang sidang, di depan majelis hakim, jaksa, dan pengacara, setelah saya memberikan kesaksian. Saya tidak takut, dan akan terus menuntut keadilan di negeri ini. Mohamad Guntur Romli Jakarta, 22 September 2008 Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Dipukuli, Guntur Mengadu ke Wantimpres
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/24/00190233/dipukuli.guntur.mengadu.ke.wantimpres Dipukuli, Guntur Mengadu ke Wantimpres Rabu, 24 September 2008 | 00:19 WIB Jakarta, Kompas - Guntur M Romli, salah seorang saksi dari Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, yang mengaku dipukuli seusai memberikan kesaksian di persidangan tujuh anggota Laskar Pembela Islam di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (22/9), mengadu ke anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Wantimpres, Adnan Buyung Nasution. Pengaduan tindak kekerasan yang dialaminya itu disampaikan Guntur melalui telepon ke Adnan Buyung, Senin sore lalu. âJadi, tak benar kalau saya memprovokasi anggota LPI (Laskar Pembela Islam). Yang benar, ketika saya selesai menjadi saksi, saya berjalan melewati kursi persidangan. Tiba-tiba, kaki saya ditendang. Mereka tidak terima kalau dalam persidangan saya menyebutkan saat penyerangan terjadi di Monas, berkumpul orang tua dan anak-anak,â ujar Guntur seusai memberikan keterangan pers di Gedung LBH Jakarta, Selasa. Sebelumnya, sebagaimana diberitakan kantor berita Antara, persidangan tujuh anggota LPI disebutkan sempat ricuh akibat kehadiran saksi dari Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), yang dianggap telah memprovokasi massa ormas Islam itu (Kompas, 22/9). Adnan Buyung membenarkan Guntur mengadu kepadanya. âSaat memberikan kesaksian di sidang sebelumnya, Guntur juga sudah mengadu karena diteror selama menjadi saksi. Kemarin melapor lagi menjadi korban pemukulan pada saat persidangan,â ujar Buyung. Terkait itu, Buyung meminta aparat hukum, seperti Kejaksaan Agung dan Kepala Polri yang baru, Komisaris Jenderal Bambang Hendarso Danuri, memberikan pengamanan dan ketertiban selama persidangan. Dihubungi secara terpisah, penasihat hukum Front Pembela Islam (FPI), Mahendradatta, mengingatkan agar pihak AKKBB tidak membawa konflik horizontal itu ke arah konflik vertikal. âJika itu menjadi konflik politik, dampaknya akan mengancam stabilitas,â tuturnya. Ia mengatakan, awal dari pemukulan itu adalah provokasi dari Guntur Romli yang menendang kursi terdakwa. Menurut dia, lebih baik tidak saling memancing dan memprovokasi agar persoalan dapat diselesaikan dengan baik. Ia juga berharap jaksa penuntut umum dapat menghadirkan saksi yang relevan. (HAR/JOS)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pesantren Aa Gym yang Semakin Sepi
http://www.jawapos.com/index.php?act=detailid=8867 Senin, 02 Juli 2007, Ke Pesantren Daarut Tauhid saat Pamor Aa Gym Meredup Jamaah Wisata Rohani Tak Lagi Meluber ke Jalan Sejak KH Abdullah Gymnastiar menjalani pernikahan kedua dengan mantan model, Alfarini Eridani, awal Desember 2006, jumlah jamaah yang berkunjung ke pesantrennya, Daarut Tauhid, di Bandung terus menurun. PRIYO HANDOKO, Bandung SALAT magrib baru saja usai. Seperti biasa, Sabtu malam lalu (30/6) masjid di kompleks Pesantren Daarut Tauhid milik kiai yang akrab dengan sapaan Aa Gym di Jalan Gegerkalong Girang 38, Bandung, itu masih dihadiri banyak jamaah. Mereka -beberapa dari luar kota- mengikuti acara Tausyiah Wisata Rohani, salah satu program dakwah yang dibimbing langsung oleh dai kondang itu. Saat weekend Sabtu dan Minggu, acara yang berlangsung pukul 18.00- 19.00 itu biasanya menjadi favorit jamaah dari berbagai kota di tanah air. Kompleks pesantren dengan ribuan santri yang berdiri di atas lahan tiga hektare itu dikelola dengan manajemen modern. Selain memiliki cottages dengan kamar yang mampu menampung puluhan tamu, di sana berdiri gedung serbaguna, kafetaria, serta toko swalayan yang cukup lengkap. Malam itu, Aa Gym yang tampil dengan baju koko, berkopiah, dan bercelana panjang berceramah dengan bahasa dan isi yang menyejukkan. Pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962, yang terkenal dengan konsep dakwahnya, manajemen kalbu, itu masih memikat. Sekitar tiga perempat lantai masjid dengan kapasitas sekitar seribu orang itu dipenuhi jamaah. Tak seperti yang dilihat Jawa Pos sekitar setahun lalu, jamaah wanita yang datang juga tidak terlalu banyak. Meski sudah memenuhi tiga perempatnya, untuk ukuran acara akhir pekan, jamaah yang hadir malam itu tergolong menurun. Dulu peserta pengajian seperti itu meluber sampai ke luar masjid, kata Andi Febriana, salah seorang peserta setia pengajian Aa Gym, kepada Jawa Pos. Menurut Andi, pada momen akhir pekan seperti itu peserta pengajian bisa membeludak ke areal dalam kompleks Pesantren Daarut Tauhid (posisi masjid memang berseberangan dengan pesantren). Menurunnya jumlah jamaah itu juga dibenarkan Azis Muslim yang mondok di Daarut Tauhid sejak 2005. Kalau dulu, setiap salat Jumat, jamaah membeludak sampai ke jalan. Tapi, sejak Aa Gym menikah lagi, pemandangan itu menghilang, katanya. Azis memang bisa mengamati keluar masuknya jamaah di masjid. Sebab, sehari-hari dia membuka kios pulsa seluler tepat di seberang pesantren di ruas Jalan Gegerkalong Girang itu. Sebelumnya mau dagang apa saja di sini enak. Pasti laku karena pengunjungnya banyak, ujarnya saat ditemui di kiosnya yang terletak di pinggir jalan menuju ke Lembang itu. Kata Azis, dulu Daarut Tahid selalu ramai pengunjung. Puncaknya biasa terjadi pada Sabtu dan Minggu dengan rata-rata 2.000 pengunjung. Armada bus dan mobil pribadi datang dan pergi. Kendaraan itu parkir di sepanjang jalan sekitar pesantren. Tapi, sudahlah. Rezeki itu ada yang mengatur. Semua pasti ada hikmah yang bisa dipetik, katanya. Jawa Pos yang berkunjung ke Daarut Tauhid awal Desember 2006 lalu juga merasakan perubahan suasana tersebut. Saat itu masjid yang berlantai tiga selalu tidak pernah mampu menampung jamaah yang menunaikan salat lima waktu. Para pengunjung terpaksa menggelar sajadah di emperan masjid yang langsung bersisian dengan jalan. Kebanyakan yang salat berjamaah sekarang adalah para santri Daarut Tauhid sendiri dan masyarakat sekitar sini, kata seorang warga yang tak mau disebut namanya. Bukan hanya jumlah pengunjung yang menurun. Saat ini omzet sejumlah unit usaha yang dikembangkan Daarut Tauhid juga dikabarkan berkurang. Aa Gym memang dikenal sebagai kiai modern. Seperti Darul Arqom di Malaysia, pesantren itu sukses mengembangkan jaringan usaha secara mandiri. Salah satu produk yang terkenal adalah air dalam kemasan bermerek MQ (Manajamen Qalbu) Jernih, Penurunan omzetnya cukup besar, yakni hampir 70 persen. Dulu banyak ibu PKK, Bhayangkari, dan lainnya yang berlangganan MQ Jernih. Tapi, setelah Aa Gym menikah lagi, banyak yang kecewa. Maklum ibu-ibu, kata warga tersebut. Akibat omzet penurunan unit usaha itu, baru-baru ini manajemen Daarut Tauhid merumahkan hampir 40 persen karyawan untuk menekan cost pengeluaran. Ada yang bilang, mereka diposisikan freelance untuk sementara waktu sambil menunggu kondisi normal lagi, katanya. Kondisi serupa juga menimpa MQ-TV. Saluran TV lokal Kota Bandung yang dikembangkan Daarut Tauhid sebelumnya sangat aktif membuat program- program pengajian Aa Gym. Termasuk di dalamnya menawarkan program ke sejumlah televisi nasional. Tapi, kini nasib televisi itu tak lagi cerah seiring meredupnya citra Aa Gym. Saya akui MQ-TV sangat merasakan efeknya. Tapi, bantuan Allah itu selalu ada, kata Produser Promo Program MQ-TV Aji Hendrawan. Buktinya, lanjut dia, MQ-TV justru berhasil mendirikan bangunan kantor dan studio permanen di lingkungan Daarut Tauhid sehingga tidak perlu lagi mengontrak seperti sebelumnya. Saat
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pertunjukan Aruk Gugat oleh Teater Satu (Grup Teater Terbaik 2008)
http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=735 Sebuah pertujukan dari Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah Tempo. Teater Satu Lampung mempersembahkan Aruk Gugat. Catatan Proses Kreatif Aruk Gugat Lakon “Aruk Gugat” adalah sebuah eksperimen panjang yang telah dimulai Teater Satu Lampung sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah diskusi kecil yang menggagas tentang hubungan teater (pertunjukan) dengan penonton. Lalu berkembanglah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mungkinkah membuat sebuah karya pertunjukan yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua lapisan dan kelas sosial masyarakat? Apakah mungkin dicapai suatu bentuk artistik dan estetik pertunjukan yang bisa diterima dan dimengerti secara umum? Apakah esensi dari sifat-sifat universalitas di dalam karya seni (pertunjukan) itu? Mungkinkah membuat sebuah pertunjukan yang tidak terlalu sukar dilakukan namun memiliki kualitas artistik dan estetik yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua penonton? Pertanyaan itu berlanjut pada upaya memeriksa kembali seluruh pertunjukan yang pernah dipentaskan Teater Satu dan bagaimana reaksi penonton terhadapnya. Dari studi kecil-kecilan itu, diperoleh data bahwa sebuah repertoar kecil Teater Satu yang bertajuk “Warahan Aruk Gugat” yang pernah dimainkan pada tahun 1996, adalah salah satu pertunjukan yang paling mungkin bisa meladeni—bukan menjawab—pertanyaan-pertanyaan di atas. Penciptaan repertoar “Warahan Aruk Gugat” ini bersumber dari sastra lisan Lampung yang disebut “Warahan”, yakni salah satu bentuk sastra tutur yang berfungsi sama seperti dongeng. Warahan inilah yang oleh sebagian besar pelaku seni dan peneliti di Lampung disebut sebagai bentuk teater rakyat Lampung. Namun, di dalamnya belum ada kelengkapan unsur-unsur pertunjukan seperti halnya yang terdapat di dalam Ludruk, Ketoprak, Mahyong, Mamanda, dan lain-lain. Warahan masih terbatas pada ada seorang pencerita dan ada cerita yang disampaikan yang biasanya berisi nasihat, sindiran, pesan. Dalam menyampaikan ceritanya, Pewarah atau Pencerita menembangkan seluruh cerita dengan iringan musik gambus. Seorang Pewarah biasanya mampu menghafal 20 sampai 100 bait cerita. Dari sumber-sumber penciptaan seperti itulah, “Warahan Aruk Gugat” dikembangkan—bukan diposisikan dalam bentuknya sebagai dongeng—melainkan kemungkinan-kemungkinannya dikembangkan sebagai pertunjukan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Dalam proses eksplorasi oleh Tim Artistik Teater Satu, bentuk Warahan ini dipertemukan dengan bentuk-bentuk pertunjukan teater modern yang telah berkembang dan dikenal oleh Teater Satu sebelumnya. Maka, dilakukanlah upaya-upaya identifikasi peran/tokoh, karakterisasi, artistik, aktualitas cerita, untuk memperkaya bentuk pertunjukan Warahan yang telah pernah ada sebelumnya. Hingga saat ini, setelah lebih dari 10 tahun Teater Satu berupaya terus menerus memeriksa dan mengembangkan bentuk pertunjukan Warahan, telah dilakukan lebih dari 70 kali pertunjukan dengan cerita dan bentuk pertunjukan yang berbeda-beda. Namun, sampai saat ini, unsur-unsur artistik pertunjukan yang tetap dipertahankan adalah; kesederhanaan bentuk, plot, dan karakterisasi tokoh utama yakni Aruk, yang tetap setia pada ekspresinya sebgai “SANDIWARA KAMPUNG”. Kami menamakannya Sandiwara Kampung karena repertoar “Warahan Aruk Gugat” memang diniatkan menjadi pertunjukan yang bisa meladeni segala bentuk ruang dan bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja; khususnya di Indonesia. Di mana hal-hal yang naif, kampungan, dan segala kategori yang selama ini dianggap sebagai “sisi gelap” dalam perkembangan “ke-ber-adaban” masyarakat (setidaknya dalam persepsi kita yang biasa hidup di wilayah perkotaan) justru dihidangkan. Samasekali bukan untuk meraih semacam simpati atau pemakluman, melainkan untuk diperiksa kembali. Dan pertunjukan di Komunitas Salihara ini adalah bentuk garapan terbaru dari semua pertunjukan yang sudah dipentaskan sebelumnya. Aruk Gugat adalah upaya Teater Satu untuk memeriksa kembali “ke-kampungan”, yang ada dalam lingkungan sosial kami, sistem politik, budaya, dan terutama dalam diri kami sendiri, sambil terus mengupayakannya menjadi pertunjukan yang—bila mungkin—bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya. Iswadi Pratama Sutradara Sinopsis Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup. Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Segera Hadir Festival Salihara 2009
Salam, Setelah dibuka pada 8 Agustus 2008, Komunitas Salihara kini menjelang ulang tahun pertamanya. Memperingati hari jadi itu kami menyelenggarakan Festival Salihara 2009, sejak 8 Juli hingga 15 Agustus. Tahun lalu, karena kesiapan tempat memerlukan waktu beberapa bulan sejak pembukaan, Festival Salihara 2008 baru berlangsung sejak pertengahan Oktober hingga pekan pertama Desember tahun lalu, selama tujuh pekan. Festival Salihara 2008 bisa dinilai menuai sukses besar. Ribuan orang bertemu dan berbagi karya kreatif bersama di Komunitas Salihara. 22 kegiatan seni yang melibatkan 800 seniman dan tim produksinya serta dihadiri oleh sekitar 5.000 pengunjung dari beragam profesi dan strata sosial. Sebuah festival ibarat seikat bunga rampai. Ada campuran banyak rupa dan warna, mungkin juga keharuman. Rangkaian semua unsur itu membentuk suatu kombinasi yang padat. Dan sesungguhnya festival ini adalah semacam pemadatan dari kegiatan rutin bulanan Komunitas Salihara menggelar pelbagai kegiatan—mulai dari pertunjukan musik, tari, teater, sastra, maupun diskusi dan kuliah umum. Untuk membuatnya lebih istimewa, kami menampilkan pelbagai kesenian dari jenis dan latar belakang yang lebih beragam. Tahun ini, misalnya, kami mendatangkan koreografer dan penari Eiko Koma dari New York—salah satu dari grup tari terkemuka dunia yang tercantum dalam buku rujukan Fifty Contemporary Choreographers. Kami pun bekerja sama dengan Goethe-Institut Jakarta mendatangkan Selisih Ensemble pimpinan Dieter Mack dari Jerman. Aktor teater kelahiran Inggris, Jennifer Claire, akan membawakan lakon monolog Tolstoy’s Wife. Dari Indonesia, selain mengundang pemusik I Wayan Sadra bersama Ansambel SonoSeni, kami juga akan menampilkan duo gitaris Dewa Budjana dan Tohpati dan kelompok jazz rock Trio Ligro. Sedangkan acara kuliah umum akan diisi oleh Dr. Amina Wadud, yang akan membawakan tema Keindahan Feminin dari yang Ilahi. Selamat menikmati acara-acara Festival Salihara 2009. Sampai jumpa di Komunitas Salihara. Jakarta, Juni 2009 Hasif Amini Direktur Festival Salihara 2009 -- Program Festival Salihara 2009 Rabu, 08 Juli 2009, 19:00 WIB Pembukaan Festival Salihara 2009 TARI Kembang Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Laboratorium Tari Indonesia, Jakarta MUSIK JAZZ Tohpati Dewa Budjana, Jakarta Khusus Undangan Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia) Koreografer dan penari: Eiko Koma, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 14-15 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh Christian Utz ensemble on_line, Austria di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) 16 Juli – 15 Agustus 2009, 10:00-19:00 WIB Pameran Seni Rupa PERANG, KATA DAN RUPA Aminudin T. H. Siregar, Chandra Johan, Jopram, Jumaadi, Mujahidin Nurrahman, Putu Sutawijaya, R. E. Hartanto, Jompet Kuswidananto, Teguh Ostenrik, Ugo Untoro, Wayan Suja, Wilman Hermana, Yustoni Volunteero Pembukaan: Kamis, 16 Juli 2009, 19:00 WIB di Galeri Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 17-18 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh TimeTable Percussion Trio, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Selasa-Rabu, 21-22 Juli 2009, 20:00 WIB Tari SUARA NENG, koreografer: Nur Hasanah, Jakarta Tari MERAH, koreografer: Asri Mery Sidowati, Jakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2009, 20:00 WIB Jazz musikalisasi puisi oleh Denise Jannah, Belanda-Suriname di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Minggu, 26 Juli 2009, 19:00 WIB Kuliah Umum JAMAL, KEINDAHAN FEMININ DARI YANG ILAHI: JENDER, SENI DAN TASAWUF Pembicara: Amina Wadud, Kalifornia AS di Serambi Salihara GRATIS Selasa-Rabu, 28-29 Juli 2009, 20:00 WIB Musik oleh I Wayan Sadra Ansambel SonoSeni, Surakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Minggu, 02 Agustus 2009, 20:00 WIB Musik oleh Dieter Mack Selisih Ensemble, Jerman di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Jumat-Sabtu, 07-08 Agustus 2009, 20:00 WIB Teater HOLOCAUST RISING Sutradara: Rukman Rosadi | Saturday Acting Club, Yogyakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Selasa, 11 Agustus 2009, 20:00 WIB Wayang Ringkas BANJARAN KARNA Dalang: Ki Purbo Asmoro, Surakarta di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu,
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pentas Tari World-Premiere Hunger of the Land oleh Eiko Koma, New York
Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009, 20:00 WIB Tari HUNGER OF THE LAND (Perdana Dunia) Koreografer dan penari: Eiko Koma, New York AS di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- | Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Hunger of the Land (2009) adalah sebuah pertunjukan tari berdurasi kurang lebih 60 menitHunger of the Land merupakan hasil pengerjaan ulang karya Eiko Koma yang bertajuk Land, karya kolaborasi dengan musisi Native American, Robert Mirabal yang dibuat pada 1991. Land terinspirasi dari saat-saat ketika Eiko Koma berada di Taos, New Mexico, tempat di mana Mirabal dibesarkan dan tinggal. Selama 1000 tahun, Taos telah menjadi wilayah kesukuan Taos Pueblo Indians dan menjadi rumah bagi 2000 orang yang masih hidup dengan tradisi nenek moyangnya. Selain itu, daerah New Mexico ini juga merupakan lokasi percobaan nuklir, yang memungkinkan dilepaskannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Eiko Koma dan Mirabal mengunjungi Hiroshima dalam proses pembuatan Land. Dalam karya Land, Eiko Koma menciptakan sendiri bentang kuno mereka, sebuah situs yang dengan ketekunan telah diimajinasikan secara akttif dan dirasakan secara kinetis oleh para penampil dan penonton. Kini, 15 tahun kemudian, Eiko Koma menggali kembali konsep dan musik dalam Land dan menggabungkan tema kelaparan dari karya terbaru mereka, Hunger (2008). Dalam Hunger of the Land, Eiko Koma menunjukkan bahwa bukan hanya manusia yang kelaparan, bumi pun lapar akan kesuburan dan keintiman. Hunger of the Land merupakan salah satu komponen pertama dari Retrospective Project (Proyek Retrospektif) Eiko Koma setelah bertahun-tahun berkarya dan berkolaborasi dengan beragam perupa. Proyek ini akan melibatkan instalasi hidup, publikasi katalog dan kumpulan DVD, pameran fotografi dan lokakarya. Proyek kilas balik ini dapat membuat Eiko Koma merefleksikan dan mengevaluasi karya serta corak tema yang telah mereka bagi dengan para penonton selama ini. Bentuk dasar Hunger of Land ditampilkan pada musim semi 2009 di Alaska Dance Theater ketika Eiko Koma tengah menjalani residensi sebagai Alaska AIR Fellows, United States Artist Program (Program Perupa Amerika Serikat), dan sebagai bagian dari acara pengukuhan Retrospective Project di Wesleyan University. Dalam Hunger of Land, Eiko Koma akan mengevaluasi, mempertanyakan dan mengkontradiksi sejarah mereka sendiri, sembari terus tampil dan berkarya. Eiko Koma tertarik pada bagaimana bumi teguh dan tekun hidup sambil mengenang masa lalunya. Meskipun tanah Hiroshima diserang manusia, tapi ia tetap hidup – seperti manusia yang berjuang untuk tetap hidup meskipun lapar mendera mereka. Tidak ada yang terlupakan, baik penyerangan atau kelaparan. Justru hal-hal ini telah menjadi bagian penting yang membuat tanah atau manusia terus melanjutkan hidup. Dalam Hunger of the Land, Eiko Koma mempertunjukkan visual pemandangan yang hangus tapi tetap mampu mengasuh yang baru hidup. Karya ini dimulai dengan di sebuah lahan yang khas untuk berkolaborasi tapi akan terus menemukan pemaknaan baru di setiap tempat di mana ia ditampilkan. Penonton akan membawa pengetahuan masing-masing mengenai lahan dan leluhur di setiap tempat sehingga karya ini menjadi karya universal namun tetap spesifik. Hunger of the Land akan ditampilkan perdana pada musim panas 2009 di Teater Salihara 11 dan 12 Juli 2009, di Jakarta, Indonesia, dan di Arts Edge Wolfeboro di Wolfeboro, New Hampshire. Kostum dikerjakan oleh Eiko Koma. Menurut Tony Prabowo, kurator tari Festival Salihara 2009, Eiko Koma terkenal dengan karakter karya yang introspektif dan tragis, layaknya Butoh, aliran avant-garde Jepang. Eiko Koma adalah sedikit dari koreografer Timur yang tinggal di belahan dunia Barat. Karya-karya Eiko Koma bisa dikatakan sebagai bentuk inovasi koreografi Butoh, yang harus mampu bersaing dengan karya-karya modern Amerika Serikat. Pementasan world-premiere Hunger of the Land ini akan diselenggarakan di Teater Salihara pada hari Sabtu-Minggu, 11-12 Juli 2009 pukul 20:00 WIB. Tiket seharga Rp 100.000,- (dan Rp 50.000,- khusus untuk pelajar/mahasiswa) dapat diperoleh langsung di Komunitas Salihara, atau reservasi melalui Natalie 0817-077-1913, Tiko 021-9619-2632, atau secara on-line melalui www.salihara.org. Selain pementasan, Eiko Koma juga akan memberikan workshop tari pada hari Minggu 12 Juli 2009 pukul 10:00 WIB di Serambi Salihara. Gratis! Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi Melan di melan.salih...@gmail.com. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.) Menari dengan Bumi (Preview Eiko Koma Hunger of the Land) di TEMPO http://www.facebook.com/note.php?note_id=99389622938id=75670011352ref=share Jadwal Lengkap Festival Salihara di: http://www.facebook.com/event.php?eid=110279770743 Saturday-Sunday, 11-12 July 2009, 08:00 p.m. Dance HUNGER
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Jender, Seni dan Tasauf oleh Amina Wadud di Salihara
Dr. Amina Wadud menjadi muslim berdasarkan pilihan, mengikrarkan syahadat pada tahun 1972. Lahir dan besar di Maryland, Amerika Serikat, ayahnya seorang pendeta Kristen Metodis, dan ibunya merupakan keturunan kalangan budak yang beragama Islam. Selama menempuh pendidikan doktor, Amina belajar bahasa Arab dan studi Quran di Kairo. Dia meraih gelar master dan doktor dalam Studi Quran dan Bahasa Arab dari Universitas Michigan spesialisasi studi dan tafsir Quran. Amina telah menekuni karir intelektualnya selama tiga dekade di empat puluh negara; periset tamu di Harvard University's Divinity School, dosen di International Islamic University di Malaysia, sarjana tamu di Starr King School di Kementrian di Berkeley California, konsultan tamu di International Center for Islam and Pluralism (ICIP) di mana ia melakukan riset tentang Tradisi-tradisi Etik Islam dan Jender. Ia menulis tiga buku termasuk Qur'an and Woman: Re-Reading the Qur'an from a Woman's Perspective—telah diterjemahkan lebih dari setengah lusin bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia. Buku terakhirnya: Inside the Gender Jihad: Women's Reform in Islam. Dalam Festival Salihara 2009, Amina Wadud akan membawakan tema Jamal, Keindahan Feminin dari Ilahi: Jender, Seni dan Tasauf. Dia akan mengulas dua artibut Ketuhanan: yang maskulin (jalal) dan yang feminin (jamal) dalam ranah Tauhid: konsep keesaan Tuhan. Bagi Amina, tradisi Tasawuf Islam lebih menekankan pada aspek keindahan Allah atau atribut-atribut yang feminin, seperti Mahapenyayang, Mahapengasih, Mahapengampun, dan Mahaindah. Sedangkan tradisi Fiqh dan Kalam lebih fokus pada aspek keperkasaan Allah seperti Mahakuasa, Mahapemarah, Mahapenghakim. Di tengah kerumitan aspek spiritualitas dan identitas saat ini, kuliah ini akan mengajak pemeluk beragama untuk menanggalkan atribut-atribut itu dan menggantinya dengan atribut yang membuat kita aman dan memberikan manfaat bagi kemanusiaan dan planet ini. Lebih-lebih bagi kaum muslim dan agama Islam yang tengah menerima citra negatif melalui tindakan-tindakan destruktif dari “muslim-teroris”; mereka yang kehilangan ruh kasih-sayang, cinta dan ampunan dalam pemahaman dan perbuatan mereka. Dr. Amina Wadud akan menyampaikan kuliah umumnya dalam bahasa Inggris, dengan terjemahan langsung dalam Bahasa Indonesia. Acara ini akan diselenggarakan pada hari Minggu 26 Juli 2009 pukul 19:00 WIB di Serambi Salihara. Terbuka untuk umum dan gratis! Untuk keterangan lebih lanjut, silakan mengirim konfirmasi ke gun...@salihara.org atau kunjungi www.salihara.org. Apabila ingin mendapatkan detil program Festival Salihara 2009, silakan hubungi Melan di melan.salih...@gmail.com. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.) Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga! http://id.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Ramadhan Salihara 2009: Pintu-Pintu Islam
Salihara Menyambut Ramadhan 1430 H Agustus dan September 2009 Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam, Sejarah dan Konsep Waktu Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat). Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta) Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam dan Islamofobia di Eropa Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB Dua Musik Islami dari Sumatra Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of Wisconsin—Madison, Amerika Serikat). Sinopsis Menyambut Bulan Ramadhan tahun 1430 Hijriyah ini Komunitas Salihara akan menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan tema “Pintu-Pintu Islam”. Islam sebagai keyakinan memiliki manifestasi dalam budaya manusia. Tak hanya ada satu pintu menuju Islam. Keanekaragaman jalur masuk memberikan pengalaman tersendiri yang merupakan kekayaan bagi Islam. Di sinilah Islam hadir tidak dalam bentuknya yang monolitik, melainkan selalu tampak sebagai wujud yang pluralistik. Dalam rangkaian diskusi ini, akan ditemukan kemajemukan Islam itu melalui sejumlah kajian: kajian alternatif terhadap sejarah dan konsep tentang waktu, kajian terhadap praktek Islam di sejumlah kawasan Barat, serta kajian akan sifat Islami dalam musik. Selasa, 25 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam, Sejarah dan Konsep Waktu Ismail Fajrie Alatas (Mahasiswa doktoral sejarah dan antropologi di University of Michigan—Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat) dan Akhmad Sahal (Mahasiswa doktoral ilmu politik di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat dan Peneliti di Freedom Institute Jakarta) Ismail Fajrie Alatas akan meninjau ulang konsep waktu dalam kajian sejarah di ranah antropologi sejarah; ia hendak menghadirkan sebuah kajian alternatif yang terhadap apa yang disebut sebagai modernitas. Fajrie tidak melihat sejarah sebagai kesatuan-alur-waktu yang teratur-kronologis namun sebagai fragmen yang terpisah-pisah. Fajrie mengandaikan bila 11 bulan lainnya yang dominan dalam kehidupan kita sebagai modernitas, maka bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang menyimpan tawaran, alternatif dan kritik. Fajrie akan mengulas ide dari Walter Benjamin. Sementara Sahal akan membandingkan kritik Benjamin tentang sejarah dan waktu modern dengan konsep teologi politik Carl Schmitt dalam antiliberalismenya. Komparasi ini menarik bukan hanya karena Benjamin yang Yahudi adalah pengagum Schmitt yang Nazi. Tapi lebih dari itu, pemikiran Schmitt tentang decisionalism dan klaimnya bahwa konsep modern adalah teologi yang tersekulerkan—banyak mempengarudi Benjamin. Rabu, 26 Agustus 2009, 18:30 WIB Islam dan Islamofobia di Dunia Barat Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa doktoral di Harvard University, Amerika Serikat) dan Hambali Maksum (Imam masjid Indonesia di Den Haag, Belanda). Islam hadir dalam bentuknya yang majemuk karena perbedaan konteksnya. Melalui studi tentang kehidupan Islam di sejumlah kawasan akan tampak keunikan Islam itu—Islam yang ada di Timur Tengah, Asia Selatan dan Tenggara, hingga Islam yang berada di Eropa (Barat). Kehidupan Islam di wilayah-wilayah itu sering mengundang stereotipe hingga fobia. Bagaimana sesungguhnya tanggapan masyarakat non-muslim, misalnya di Belanda dan Amerika Serikat, yang sering memiliki pemahaman yang keliru terhadap Islam, seperti di Belanda dan Amerika? Rabu, 02 September 2009, 18:30 WIB Dua Musik Islami dari Sumatra Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki (penyanyi, dan Doktor dari University of Wisconsin—Madison, Amerika Serikat). Nyak ‘Ubiet’ Ina Raseuki baru saja menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Being Islamic in Music: Two Contemporary Genres from Sumatra” di bidang etnomusikologi. Ubiet meneliti dua genre musik, yang satu bersifat populer dan yang lain “tradisional”, yang disebut sebagai musik Islami baik oleh pelaku maupun lingkungan masyarakatnya. Melalui kajian musik ini, Ubiet menemukan kehadiran Islam yang lain. Musik dari Aceh dan Jambi tersebut menunjukkan kompleksitas hubungan antara sumber penciptaan, klaim keislaman dan keberlanjutan musik itu sendiri. Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi yang berpuasa akan disediakan buka puasa alakadarnya. http://www.salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=5id=34item_id=797 http://www.facebook.com/home.php#/event.php?eid=125289979312ref=ts __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Reading Discussion with Hari Kunzru @Salihara
Reading Discussion with Hari Kunzru MULTI-IDENTITY RADICALISM Moderator: Debra H. Yatim Serambi Salihara (Salihara Lounge) Thursday, 01 October 2009, 07:00 p.m. Free admission Hari Kunzru is a British novelist and journalist. He has written three novels titled The Impressionist (2002), Transmission (2004), and My Revolutions (2007), and a short story compilation, Noise (2006). Kunzru’s works are able to steal the literature world and has been translated into 21 languages, and received some awards such as Somerset Maugham Award, Betty Trask Prize of the Society of Authors, and British Book Award. In 2003, Granta magazine named him as one of 20 best British novelists. Hari Kunzru will be present in Komunitas Salihara to read quotes from his novel and answer some questions from discussion participants. The discussion will uncover the issues related to multi-identity and radicalism departing from the novel’s characters specifically (in Britain) or the multi-identity and radicalism in the world he has observed. The discussion with Hari Kunzru will be moderated by activist Debra H. Yatim. This event is a joint program of Komunitas Salihara and British Council. - Pembacaan Karya Diskusi bersama Hari Kunzru MULTI-IDENTITAS RADIKALISME Moderator: Debra H. Yatim Serambi Salihara Kamis, 01 Oktober 2009, 19:00 WIB GRATIS Hari Kunzru adalah seorang novelis dan jurnalis dari Inggris. Ia telah menulis tiga novel berjudul The Impressionist (2002), Transmission (2004) dan My Revolutions (2007), serta sebuah kumpulan cerita pendek, Noise (2006). Karya-karya Kunzru mampu mencuri perhatian sastra dunia dan telah diterjemahkan ke 21 bahasa dunia serta memperoleh beberapa penghargaan seperti Somerset Maugham Award, Betty Trask Prize of the Society of Authors dan British Book Award. Pada tahun 2003, majalah Granta menahbiskannya sebagai salah seorang dari 20 novelis muda Inggris terbaik. Hari Kunzru akan hadir di Komunitas Salihara untuk membacakan petikan-petikan dari novelnya dan menjawab beberapa pertanyaan dari peserta diskusi yang hadir. Diskusi akan mengulas persoalan yang berkaitan dengan multi-identitas dan radikalisme yang berangkat dari tokoh-tokoh novelnya secara khusus (di Inggris) atau pun problem multi-identitas dan radikalisme yang ia amati di dunia. Diskusi bersama Hari Kunzru akan dipandu oleh aktivis Debra H. Yatim. Acara ini merupakan sebuah kerja sama antara Komunitas Salihara dan British Council. http://www.facebook.com/event.php?eid=133604804549ref=mf Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Invitation to First Erasmus Lecture on Humanism, by Goenawan Mohamad
First Erasmus Lecture on Humanism “Humanism in the thoughts of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer” Wednesday, 28 October 2009, 19.30 hrs. Goenawan Mohamad, Budayawan (publicist on culture and philosophy) Erasmus Huis On this day, the birthday of the Dutch philosopher Desiderius Erasmus, more than 550 years ago, the Erasmus Huis wants to draw attention to the philosophical heritage of Erasmus and its relevance to the present time by organising a lecture and discussion: in the spirit of Erasmus’ own words ‘Civis mundi sum’ / I am a world citizen. Erasmus is often referred to as ‘the humanist’; he has given an important impulse to the development and spreading of this body of thought. The concept ‘humanism’ does not have a univocal meaning and will have different interpretations and relevance depending on time and place. For Erasmus it was foremost the conviction that the spiritual strength, that is needed to take life to its highest potential, is evoked by entering discussion with great thinkers, who have those strengths. Beside that, time and time again he pleaded for tolerance between the different beliefs. He placed common sense above dogmatic standpoints. At Erasmus Huis Mr Goenawan Mohamad will present the English version of his lecture on humanism in the thoughts of a number of prominent Indonesians: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka and Pramoedya Ananta Toer. Mr Goenawan Mohamad has for long been a key figure in the political and cultural world of Indonesia as an editor, curator and publicist, always presenting his own independent views. Erasmus Huis Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan Jakarta 12950 Erasmus Senin, 26 Oktober 2009 Ini akhir pekan Erasmus. Saya diminta bicara tentang humanisme dalam pandangan Indonesia untuk ulang tahun tokoh humanisme Eropa yang lahir 27 Oktober 1466 itu di Erasmus Huis, Jakarta. Saya tak tahu banyak tentang humanisme abad ke-15 Eropa, dan yang pertama kali saya ingat tentang Erasmus adalah apa yang dikatakan Luther tentang dia. Bagi Luther, pemula Protestantisme yang pada akhirnya mengambil posisi yang tegas keras menghadapi Gereja itu, Erasmus ibarat ”belut”. Licin, sukar ditangkap. Erasmus memang tak selamanya mudah masuk kategori, tak mudah menunjukkan di mana ia berpihak, ketika zaman penuh hempasan pertentangan keyakinan theologis. Pada mulanya ia membela Luther, ketika pembangkang ini diserang dan diancam, tapi kemudian ia menentangnya, ketika Luther dianggapnya semakin mengganas dalam menyerang Roma. Dalam sepucuk suratnya kepada Paus Adrianus VI, Erasmus sendiri mengatakan, ”Satu kelompok mengatakan hamba bersetuju dengan Luther karena hamba tak menentangnya; kelompok lain menyalahkan hamba karena hamba menentangnya….” Bagi Erasmus, sikapnya menunjukkan apa yang disebut di zamannya sebagai civilitas. Dalam kata-kata sejarawan Belanda terkemuka, Huizinga, itulah ”kelembutan, kebaikan hati, dan moderasi”. Perangai tokoh humanisme abad ke-15 ini agaknya seperti sosok tubuhnya. Kita hanya bisa melihat wajahnya melalui kanvas Holbein di Museum Louvre: kurus, pucat, wajah filosof yang meditatif dan sedikit melankolis. Tetapi ia—yang merupakan pengarang terlaris di masanya ini (seorang penjual buku di Oxford pada 1520 mengatakan, sepertiga bukunya yang terjual adalah karya-karya Erasmus)—juga seorang yang suka dipuji. Dan di balik sikapnya yang santun, ada kapasitas untuk menulis satire yang sangat berat sebelah yang menyerang Paus Julius II. Dalam satire ini, Santo Petrus bertanya kepada Julius di gerbang akhirat: ”Apa ada cara mencopot seorang Paus yang jahat?” Jawab Julius: ”Absurd!” Pada akhirnya memang tak begitu jelas bagaimana ia harus diperlakukan. Ia meninggal di Basel, Swiss, pada 1536, tanpa disertai seorang pastor, tanpa sakramen Gereja. Tapi ia dapat kubur di katedral kota itu. Agaknya itu menggambarkan posisinya: seorang yang meragukan banyak hal dalam agama Kristen, tapi setia kepada Gereja. ”Aku menanggungkan Gereja,” katanya, ”sampai pada suatu hari aku akan menyaksikan Gereja yang jadi lebih baik.” Mungkin itulah sebabnya yang selalu dikagumi orang tentang pemikir ini adalah seruannya untuk menghadapi perbedaan pikiran dengan sikap toleran dan mengutamakan perdamaian. ”Tak ada damai, biarpun yang tak adil sekalipun, yang tak lebih baik ketimbang kebanyakan perang.” Dari sini agaknya orang berbicara tentang ”humanisme Kristen” bila berbicara tentang Erasmus—atau, dalam perumusan lain, ”rasionalisme religius”. Dalam jenis ”rasionalisme” ini, skeptisisme dan rasa ingin tahu, curiositas, diolah dengan baik, tapi pada akhirnya tetap dibatasi oleh apa yang ditentukan agama. Tak mengherankan bila Ralf Dahrendorf menyebut posisi Erasmus sebagai ”leise Passion der Vernunft”, gairah yang lembut untuk akal budi. Dalam hal itu, Erasmus memang tak bisa diharapkan akan mengatasi pikiran yang umum di
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan di Salihara
Kuliah Umum Filsafat Hermeneutika Kecurigaan Paul Ricoeur, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, dan Karl Marx Setiap Sabtu, Januari 2010, 16:00 WIB/ Serambi Salihara Paul Ricoeur, seorang tokoh hermeunetika kontemporer menyebut tiga pemikir besar, yakni Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche, sebagai pendahulu metodologi hermeneutika yang disebut sebagai hermeneutika kecurigaan. Freud mencurigai terbentuknya teks sebagai berasal dari alam ketaksadaran manusia, Marx meletakkannya sebagai produk ekonomi dan politik, sementara Nietzsche merujuk sebab-musababnya pada kehendak ingin berkuasa. Apa yang dimaksud hemeneutika kecurigaan itu? Apa saja alasan-alasan Paul Ricoeur? Dan bagaimana hemeneutika bekerja dalam pandangan Sigmund Freud, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche? Selama empat minggu berturut-turut, selain mengulas pandangan tokoh-tokoh tersebut dalam lingkup hermeneutika kecurigaan, kuliah umum ini juga menggali pandangan filsafat dari masing-masing tokoh tersebut. Kuliah Umum Filsafat ini akan digelar di Serambi Salihara setiap hari Sabtu di bulan Januari 2010 pada pukul 16.00 -18.00 WIB. Kuliah ini terbatas, untuk mengikutinya silakan mengirim email pendaftaran ke me...@salihara.org atau riaud...@yahoo.co.id Sabtu 09 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Hermeneutika: Pengantar Umum dan Teori Hermeneutika Paul Ricoeur Haryatmoko / Sabtu 16 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Friedrich Nietzsche Setyo Wibowo / Sabtu 23 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Sigmund Freud Bagus Takwin / Sabtu 30 Januari 2010, pukul 16.00 WIB Tentang Karl Marx Goenawan Mohamad / Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sayembara Penulisan Lakon Realis (Hadiah Utama: Rp 20.000.000)
SAYEMBARA PENULISAN LAKON REALIS Hadiah utama: Rp 20.000.000 dan Rp 5.000.000 (dua lakon finalis) Dalam dua dekade terakhir panggung teater Indonesia mengalami kemerosotan drastis dalam kuantitas pementasan bergaya realis, seiring dengan semakin banyaknya kemunculan “teater tubuh”. Sejumlah pengamat pernah menyatakan bahwa dalam teater kita telah terjadi krisis aktor. Hal itu mengacu pada kenyataan bahwa tidak banyak aktor yang menunjukkan kepiawaian menghidupkan teks (dialog) dan membangun karakter. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kelangkaan lakon yang mengutamakan seni peran. Beberapa naskah jenis itu, yang sedikit jumlahnya, terlalu sering dipentaskan ulang tanpa menawarkan kesegaran. Sehubungan dengan itulah Komunitas Salihara menyelenggarakan Sayembara Penulisan Lakon Realis. Syarat-Syarat: 1. Tema bebas. 2. Ditulis dalam bahasa Indonesia. 3. Memperhitungkan durasi pementasan, antara 1 sampai 1,5 jam. 4. Tidak berbentuk monolog dan dibuat untuk dimainkan oleh maksimal 5 (lima) karakter/tokoh. 5. Belum pernah dipentaskan/diterbitkan sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun. 6. Naskah diterima panitia paling lambat pada tanggal 30 Juni 2010. 7. Pementasan perdana naskah pemenang menjadi hak panitia. 8. Nama dan biodata pengarang ditulis pada lembar terpisah dari naskah. 9. Naskah dikirim rangkap 4 (empat) dalam amplop yang ditulisi “Sayembara Penulisan Lakon Realis” di pojok kiri atas, ke: Komunitas Salihara Jl. Salihara 16, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520 Pemenang dan Hadiah: 1. Dewan Juri akan memilih 3 (tiga) finalis dan menentukan 1 (satu) lakon terbaik. 2. Pemenang akan diumumkan pada Festival Salihara, September 2010. 3. Lakon terbaik akan mendapatkan hadiah uang Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan dua lakon finalis lain masing-masing mendapat uang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah); pajak ditanggung penerima hadiah. 4. Lakon terbaik akan dipentaskan untuk pertama kalinya di Teater Salihara sebagai produksi Komunitas Salihara. Dewan Juri dan lain-lain: 1. Dewan Juri terdiri dari 3 orang: Iswadi Pratama (penulis lakon dan sutradara Teater Satu, Lampung), Zen Hae (penyair dan penulis cerita), dan Seno Joko Suyono (wartawan budaya Koran Tempo, pengamat seni pertunjukan). 2. Panitia (kurator dan seluruh karyawan Komunitas Salihara) dan anggota Dewan Juri dilarang mengikuti sayembara ini. 3. Keputusan Dewan Juri akan dipertanggungjawabkan pada saat pengumuman pemenang, dan tidak dapat diganggu-gugat. Jakarta, 01 Januari 2010 Komunitas Salihara, Panitia Sayembara Penulisan Lakon Realis http://salihara.org/main.php?type=detailmodule=newsmenu=childparent_id=3id=24item_id=876 http://www.facebook.com/event.php?eid=254989772749ref=mf Apa dia selingkuh? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Program Salihara April 2010
Program April 2010 FORUM MUSIK / MUSIC FORUM Menyimak Musik Klasik hingga Kontemporer (FM KlaKon) Bagian II A Guide to Listening to Classical and Contemporary Music (FM KlaKon) Part II Fasilitator/Facilitator: Slamet Abdul Sjukur Serambi Salihara/Salihara Lounge Terbuka untuk umum/Open to the public Pendaftaran selambatnya 02 April 2010, melalui dita.salih...@gmail.com Register via email: dita.salih...@gmail.com by April 02, 2010 Sabtu, 3 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 3, 2010, 04:00 PM Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (1): Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev Introduction to Musical Instruments (1st part): Peter and the Wolf – Sergei Prokofiev Sabtu, 10 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 10, 2010, 04:00 PM Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (2): Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens Introduction to Musical Instruments (2nd part): Carnaval des animaux – Camille Saint-Saens Sabtu, 17 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 17, 2010, 04:00 PM Memperkenalkan Berbagai Instrumen Musik (3, tamat): Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten Introduction to Musical Instruments (3rd and final part): Young Person’s Guide to the Orchestra – Benjamin Britten Sabtu, 24 April 2010, 16:00 WIB Saturday, April 24, 2010, 04:00 PM Musik Panjang yang Tidak Membosankan dan Mudah Diingat: Bolero – Maurice Ravel Music which is Long but Not Boring and Easy to Remember: Bolero – Maurice Ravel http://www.facebook.com/event.php?eid=101975003171411index=1 === KONSER JAZZ / JAZZ CONCERT Sabtu, 03 April 2010, 20:00 WIB Saturday, April 03, 2010, 08:00 PM SARIMANOUK QUARTET Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Mahasiswa/Palajar Rp 25.000,- (tempat terbatas) Ticket Rp 50.000,- Students Rp 25.000,- (limited seats) http://www.facebook.com/event.php?eid=103693109665324index=1 === PEMUTARAN FILM / FILM SCREENING Jumat, 09 April 2010 Friday, April 09, 2010 18.30 KODRAT KUADRAT Sutradara/Director: Krishna Murti 20.00 AT THE VERY BOTTOM OF EVERYTHING (DI DASAR SEGALANYA) Sutradara/Director: Paul Agusta Teater Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION http://www.facebook.com/event.php?eid=105325146163682index=1 PAMERAN SENI RUPA / ART EXHIBITION Jumat, 09-23 April 2010 Friday, April 09-23, 2010 PICTURING AMERICA Galeri Salihara Pembukaan: Jumat, 09 April 2010, 19:30 WIB Opening: Friday, April 09, 2010, 07:30 PM Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION http://www.facebook.com/event.php?eid=110145672331167index=1 = KONSER ROCK PROGRESIF / PROGRESSIVE ROCK CONCERT Sabtu, 17 April 2010, 20:00 WIB Saturday, April 17, 2010, 08:00 PM KEENAN NASUTION HARMONIK DISTORSI Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas) Ticket Rp 50.000,- Students Rp 25.000,- (limited seats) http://www.facebook.com/event.php?eid=101581959881151index=1 === Rabu, 21-27 April 2010 Wednesday, April 21-27, 2010 V FILM FESTIVAL Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION Kamis, 22 April Thursday, April 22 14:15 Four Wives, One Man (Serambi Salihara) 16.00 Diskusi Film, Tubuh Perempuan dan Sensor (Serambi Salihara) 19:00 Jamila dan Sang Presiden (Serambi Salihara) Jumat, 23 April Friday, April 23 14:15 Annas Sommer (Serambi Salihara) 16:30 Rough Aunties (Serambi Salihara) 19:00 The Sari Soldiers (Serambi Salihara) Sabtu, 24 April Saturday, April 24 10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara) 14:15 Cover Girl Culture (Serambi Salihara) 19:00 Elegy (Serambi Salihara) Minggu, 25 April Sunday, April 25 10:00 Youth Workshop (Galeri Salihara) 14:15 All My Failed Attempts (Serambil Salihara) 16:30 Say My Name (Serambi Salihara) 19:00 Du Ska Nog Se Att Det Gar Over - Don’t Worry It’s Just a Phase (Serambi Salihara) Senin, 26 April Tuesday, April 26 14:15 Lovely Luna (Teater Salihara) 16:30 The Gift from Beate (Teater Salihara) 19:00 International Shorts (Teater Salihara) Selasa, 27 April Tuesday, April 27 Film Penutup (khusus undangan / by invitation only) 19:00 Minggu Pagi di Victoria (Teater Salihara) http://www.facebook.com/event.php?eid=103999546298362index=1 DISKUSI / DISCUSSION Kamis, 22 April 2010, 16:00 WIB Thursday, April 22, 2010, 04:00 PM FILM, TUBUH PEREMPUAN, DAN SENSOR FILM, WOMEN’S BODIES, AND THE CENSOR Pembicara: Novi Kurnia dan Intan Paramaditha Moderator: Veronica Kusuma Serambi Salihara Terbuka untuk umum GRATIS Open to the public FREE ADMISSION http://www.facebook.com/event.php?eid=103358069698793index=1 PENTAS TEATER / THEATER PERFORMANCE Jumat-Sabtu, 23-24 April 2010, 20:00 WIB Friday-Saturday, April 23-24, 2010, 08:00 PM REQUEST CONCERT Aktor/Actor: Niniek L Karim Sutradara/Director: Manuel Lutgenhorst Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Mahasiswa/Pelajar Rp 25.000,- (tempat terbatas) Ticket Rp 50.000,- Students Rp 25.000,- (limited seats)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi Social Media untuk Revolusi di Salihara
Peluncuran Situs Web Salihara Diskusi Social Media untuk Revolusi Sabtu, 14 Agustus 2010, 19.00 WIB Pembicara: Goenawan Mohamad Roby Muhamad Moderator: Wicaksono (NdoroKakung) Serambi Salihara | Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 13 Agustus 2010, melalui d...@salihara.org Acara ini diadakan untuk peluncuran situs web salihara.org yang baru, yang akan dilanjutkan diskusi pengaruh sosial media (blog, facebook, twitter) terhadap kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Melaui perkembangan terakhir social media terbukti sangat efektif untuk membentuk opini dan simpati publik serta penggalangan massa misalnya untuk kasus Prita dan Bibit-Chandra. Melalui social media ini kita pun memperoleh rangkaian dialog, debat hingga kuliah yang bermutu—misalnya #kultwit (kuliah twitter), serta informasi dan ulasan yang sering diabaikan media kita. Sebelum acara peluncuran situs web dan diskusi akan disediakan hidangan buka puasa. Program ini didukung oleh Hivos. http://salihara.org/event/2010/08/01/sosial-media-untuk-revolusi [Non-text portions of this message have been removed]