Betul Pak Bosman, maksud saya skala magnitude bisa skala Richter atau ML
- local magnitude scale. Agar yang terukur lebih merefleksikan energi
yang bekerja di bawah permukaan (sekitar LUSI atau gunung berapi).
Mungkin memang bapak benar, deskripsi MMI 1.5 di Tretes karena tidak
adanya kejadian
Sekarang kudu yang dicari itu apa solusinya buat korban bencana yang masih
terkatung katung itu.
Sepakat dengan Uni Yuriza.
Dari dulu (termasuk pernah saya kemukakan waktu pembahasan Lusi di BPPT), saya
berpendapat bahwa PEMERINTAH lah yang harus ambil alih tanggung jawab soal LUSI
ini
Pak Bambang,
Kebetulan saya bisa mengakses paper Harris dan Ripepe (2007) dan
membacanya sekilas. Ada beberapa hal yang saya amati:
1. Ketidaksamaan waktu antara gempa sebagai perntrigger dan hasil
berupa peningkatan aktivitas gunung berapi di beberapa tempat lain.
Misalnya untuk Merapi dan
Pak Natan,
Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan
fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan
data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang
bapak sebut lebih meng honour data,..
Salam,
Bambang
2010/3/2
Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak
asal..semuanya based on data. Great!
Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas
saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data.
Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR
Mas Bambang yang budiman,
Trimakasih atas penjelasannya, tentu ini menambah pengetahuan dan pemahaman
saya
khususnya untuk Lusi. Saya rasa ini merupakan contoh yang luar biasa, dan
menjadi
pembelajaran berharga bagi kita semua. Saya tetap tertarik karena sejak
kecil saya
banyak bekerja di
Tambahan..
Saya mohon maaf harus menyebut nama2 berikut.
Dr. Ir. Rudi Rubiandini, Ir. Kersam Sumanta, Prof. Koesoemadinata, Dr. Ir.
Andang Bachtiar, Harry Eddyarso.
Saya yakin orang2 tersebut semua bicara based on data, dan mereka adalah
real scientist/geologist (RPK dan ADB).
Akhirnya untuk
Pak Natan,
Jadi apa hasil kesimpualan dari pertemuan besar di Surabaya tsb ? Yg
dihadiri oleh pakar2 senior dibidangnya masing2 itu, dan sudah 2 tahun yll
diadakan, koq hasilnya nggak keluar ? Kalau punya hasil kesimpulan dari
pertemuan besar tsb, appreciate utk boleh di-share disini pak Natan,
Pak Nyoto..
kesimpulannya harus ditanya ke Notulennya, atau mungkin mereka yang ikut.
Saya hanya dapat itu dari Pak Sugeng, dan sepertinya itu dikutip dari
blognya RDP. Kalau saya yang publish kesimpulannya, nanti bisa dikira
'mebelokan' data. Tapi yang saya bisa copykan sedikit adalah:
Secara
Jadi kalau memang semburan2 liar tsb yg timbulnya hanya disekiatr sumur
BP-1, disebabkan murni oleh gempa, kenapa koq nggak terjadinya di tempat2
lain ?
Hal ini sungguh sangat TIDAK masuk akal/nalar kalau semburan2 liar tsb tidak
ada hubungannya dengan kegiatan pemboran sumur BP-1 disitu. Terus
Like this pisan ateuh euyyy...setubuh..sepakat..jeung rea-rea deui...
RiFa TeA
2010/3/3 oki musakti geo_musa...@yahoo.com
Sekarang kudu yang dicari itu apa solusinya buat korban bencana yang masih
terkatung katung itu.
Sepakat dengan Uni Yuriza.
Dari dulu (termasuk pernah saya
Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi
magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas
akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya.
Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua
hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;
kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar.
Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ?
Saya coba gugling kok ndak ketemu.
RDP
Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa
Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang
tidak akan panas Pak Awang.
Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR,
Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb??
dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data.
Saya berada di tengah jajak pendapat apa penyebab Lusi di pertemuan AAPG di
Capetown, Afrika Selatan. Dari mungkin sekitar 150-200 yang hadir di situ
anggaplah orang-orang GGR dan beberapa peteroleum engineer. Tetapi yang benar2
telah melihat data
Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya
terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa
dicari di google he2..
salam,
Awang
--- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:
Dari: Rovicky Dwi Putrohari
Natan,
Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm,
masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini
saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician.
Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.
On 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:
Natan,
Ah yang panas di milis
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.
On 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:
Natan,
Ah yang panas di milis
Quote:
Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa
Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak
akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah
dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian,
Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang
selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya
... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah.
wass,
nyoto
2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Panjang Pak ceritanya, nanti saya
Original Message
Subject: [Dosen_gl] BOMBANA BONANZA
From:an...@gc.itb.ac.id
Date:Wed, March 3, 2010 9:03 am
To: dosen...@gc.itb.ac.id
--
Setahun yang
Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of
elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu
pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian
berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang
Pak Nyoto,
Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan
saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas
membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan
saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin
saya tidak malas bacanya... justru yg bikin saya malas comment2 gak mutu kayak
gini
--- On Tue, 3/2/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote:
From: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tuesday,
Untuk mudah mencari kesimpulan apa yang dituliskan beliau mengenai gempa
sebagai factor utama penyebab lusi, memang akan dibutuhkan latar
belakang pemahaman pengetahuan seismotektonik, mekanika fluida, mekanika
teknik, dan mekanika batuan.
Tapi sebenarnya jika mas Nyoto membacanya pelan2 sambil
Oky,
Pertanyaan Oky dulu pernah ditanyakan rekan milis yang lain saat
diskusi-diskusi tentang Lusi baru dimulai. Jawaban pendek saya, tanpa
pengeboran BJP-1 kasus Lusi pun sangat mungkin terjadi, intensitasnya kita
tidak tahu tetapi sebesar yang sekarang sangat mungkin. Jawaban saya itu tentu
Betul pak Andri, saya lebih nyaman berkutat untuk memahami suatu penjelasan
daripada 'loncat' ke suatu kesimpulan tanpa mengerti atau paham proses yg
mendasarinya.
Wass.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-Original Message-
From: Andri Geo andri...@yahoo.com
Date: Tue, 2 Mar 2010
Pak Awang tidak salah, memang betul, kalau paper mesti panjang, yg saya
maksud tulisan di milis, kalau cara nulisnya sama kayak di paper ya bisa
jadi membosankan yg akan membacanya.
Jadi kalau nulis di milis itu memang sebaiknya jangan disamakan dengan nulis
di paper, dan yg lebih penting lagi,
Mas Andri,
Coba kasih contoh kayak apa comment2 yg bermutu itu ? saya pengin tahu
...
Wassalam,
nyoto
2010/3/3 Andri Geo andri...@yahoo.com
saya tidak malas bacanya... justru yg bikin saya malas comment2 gak mutu
kayak gini
--- On Tue, 3/2/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote:
Pak Natan,
Saya pikir tidak ada oposisi dalam kasus Lusi, malah saya sangat respect
dan menghargai para senior dan rekan2 yang pak Natan sebut, meskipun ada
perbedaan pendapat. Begitupun dengan Davies, Tingay dan Manga,.. di
panggung dan podium kami berdebat, tapi diluar,.. kami ngobrol dan
Pak Nyoto,
Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar kita
semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih daripada paper.
Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa banyak orang
yang bisa mengakses paper lengkap di
Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa
jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling
tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi
sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi
profesi,
Ndapa apa-apa panjang. Kalau bisa malah ada gambarnya untuk mengisi BLOG
IAGI.
Karena kalau sudah menjadi hukum geologi semestinya diajarkan dalam
kampus-kampus geologi. Dan saya yakin akan menjadi pegangan para dosen
sewaktu mengajar.
Salam
RDP
2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
ohh terima kasih pak, atas jawabannya, terus terang saya baru mengikuti kasus
LUSI akhir akhir ini, sekali lagi terima kasih pak, untuk perturbation of
elisional venting system;
ditunggu sekali ulasannya pak
--- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:
From: Awang Satyana
apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap
ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ...
Menurut saya, ini pertanyaan yang tricky dan susah dijawab. Mirip dengan lagi
hot sekarang: klo tidak ada bail out, apa dijamin tidak ada krisis..?
Memperhatikan
Pak Awang,
Terimakasih atas jawaban2nya.
Utk jawaban : *yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi
saja*.
Itu kan hanya interpretasinya pak Awang saja, orang lain bisa
menginterpretasikan lain. Apa ada data2nya bahwa hanya di area LUSI saja
yg dalam critical stage, apa di
Bukan maksud saya untuk memeperlebar dan memperbias masalah, yang saya
maksudkan, bila ditinjau dari faktor-faktor geologi (beberapa diantarannya
sudah disebutkan pak yoga dan diulas sedikit oleh pak awang (banyaknya ditunggu
pak)) dan drilling area sebagai pusat erupsi, apakah mungkin disana
38 matches
Mail list logo