[wanita-muslimah] Rebellion is normal. This result is not
http://www.theglobeandmail.com/servlet/story/RTGAM.20071213.wltimson13/BNStory/lifeMain/home Rebellion is normal. This result is not JUDITH TIMSON From Thursday's Globe and Mail December 13, 2007 at 9:28 AM EST Aqsa Parvez was not the first 16-year-old girl to leave the house in one outfit and change into another bolder, more revealing set of clothes on her way to school: Teenaged girls have done it for years, defying their dismayed parents to make a statement about their burgeoning sexuality and independence. They disappear around the corner and hike their skirts up, apply full-tilt lipstick while they're still on the bus, and lose the turtleneck in favour of the revealing tank top in an effort to be cool, to be noticed, and above all to morph into the object of desire they so desperately want to be. You could see that poignantly in Ms. Parvez's pictures on Facebook, where she was in full pouty throttle. But this relatively normal phase of teenage rebellion may well have cost the Mississauga, Ont., teenager her life. Sixteen-year-old Aqsa Parvez died Tuesday after she returned to her family home in Mississauga on Monday to collect her belongings. Related Articles Recent a.. A teenage Muslim girl: Why was she killed? b.. Aqsa's slaying and the clash between religion and culture c.. Teen tried to leave strict family d.. Father denied bail in daughter's death e.. Teen death highlights cultural tensions f.. Police arrest father after daughter critically hurt On Monday, Ms. Parvez was rushed to hospital after a man phoned police to say he had killed his daughter. A few hours later, she was taken off life support, and yesterday her father, Muhammad, a 57-year-old taxi driver, appeared in court charged with second-degree murder. His 26-year-old son, Waqas, has been charged with obstructing police. If reports from her distraught school chums are true, Ms. Parvez, the daughter of a devout Muslim family, had chosen the hijab - the traditional Muslim headscarf for women - as her area of rebellion. Friends say that in an effort to be who she truly was - that familiar battle cry of adolescence - Ms. Parvez constantly removed her hijab, and then nervously walked around without it, half-expecting her older brother or her father to find her out. Friends also said she had come to school before with bruises, evidence of a family life in deep disarray. Despite the sketchy details, it seemed relatively easy for us to know what to make of this wrenching story - it is about, as one television announcer said, a girl caught in a culture clash. While some in the Canadian Muslim community plead for restraint, there is growing outrage everywhere (including within some Muslim communities) about what is seen to be the slaying of a young girl for not embracing the modesty of the hijab. Aqsa Parvez's death once again stokes our fear of the kind of intolerance and abuse toward women that in some countries means a family's honour can be more important than a woman's life. But isn't this story also about adolescence itself? The controversial Mohamed Elmasry of the Canadian Islamic Congress, one of the more conservative Muslim leaders, definitely wants us to think so: I don't want the public to think that this is really an Islamic issue or an immigrant issue, he said. It is a teenager issue. Yes, it is about the crucible of adolescence, but in a very specific context. Teen-parent clashes are exhausting in any household - most of us spend several years foaming at the mouth as our kids challenge us on every level. But the teen years, replete with rebellion, lies and questionable social choices, can be doubly torturous in strict religious households, where parents are desperate to hold onto their moral authority, and used to being the ultimate arbiter of their children's lives. Ms. Parvez's tragic story appears to be about being a teenager in an ethnic community that often doesn't seek the help it needs in dealing with teen issues, according to Shahina Siddiqui, the Winnipeg-based president of the Islamic Social Services Assocation. Ms. Siddiqui thinks we've all run away with this hijab thing when we don't know all the facts. Ironically, Ms. Siddiqui says, the hijab thing can cut both ways - her mother did not wear a hijab, so when Ms. Siddiqui decided to put on a headscarf, my mother was most upset. Ms. Siddiqui says she has talked to young women who want to wear the hijab but whose parents are resisting letting them. (One way or another, kids are going to assert their otherness from their parents.) But this is also about one family's pathology. And one girl's adolescence. We will only really come to know what led to the devastation when the case comes to trial. We need to know as much as we can about the Parvez family and why one teenaged girl did not survive it. If we don't learn from this case, says Ms. Siddiqui, how are we going to help
[wanita-muslimah] Lamb Fillet with Tomato Mint Yoghurt-'RAìTA'
http://weekly.ahram.org.eg/2007/875/li4.htm Sufra Dayma: Lamb Fillet with Tomato Mint Yoghurt-'RAìTA' By Moushira Abdel-Malek Serves 4-6 Ingredients: 750 gms lamb fillets 1/2 cup fresh onion juice 2 tbsp lemon juice 2 small firm tomatoes (seeded + finely chopped) 1 1/2 cups yoghurt 1 clove garlic (crushed finely) 1 tbsp mint leaves (finely shredded) 2 tsp ground cumin 2 tsp ground coriander 1 tbsp olive oil Salt + Pepper Method: Marinate fillets in onion juice, salt, pepper and olive oil in a glass airtight container, and refrigerate over- night. Combine cumin, coriander and half of the yoghurt in a large bowl. Add lamb after removing from marinade, and coat with mixture. Grill or barbecue lamb until browned all over and cooked as desired, brushing occasionally with yoghurt mixture. Meanwhile, combine remaining yoghurt, tomato, mint, garlic and lemon juice in a small bowl. Slice lamb and serve topped with tomato mint raïta. Prepare for next week, and... Happy Eid [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Nabi Itu Monogami
http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321 Nabi Itu Monogami BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI Penulis: Cahyadi Takariawan Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman Terbitnya buku ini tak kalah kontroversialnya dari poligami Aa Gym, beberapa waktu lalu, yang berakibat pesantren dan bisnisnya makin sepi. Konon, saking kontroversialnya, buku ini sempat ditarik dari peredaran karena membuat gerah aktivis dan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal, pengantar buku ini ditulis istri pertama presiden partai itu, Sri Rahayu Tifatul Sembiring. Membuat gerah, lumrah saja, karena buku ini ditulis Ustad Cahyadi Takariawan, anggota Majelis Syuro PKS. Sementara itu, sudah jadi rahasia umum bahwa ikhwan partai ini lazim melaksanakan praktek poligami dengan tujuan perluasan dakwah Islam. Di sinilah menarik dan beraninya buku ini. Meski gaya penulisannya populer dan santun, isinya memang benar-benar menelanjangi praktek poligami yang banyak menyengsarakan kaum istri dan anak. Lebih khusus lagi, kata penulis, berakibat buruk pada dakwah Islam. Artinya, Cahyadi mendekonstruksi pemahaman dan keyakinan sebagian besar koleganya di partai dan umat Islam tentang poligami. Sedari awal Cahyadi menekankan, ia menulis buku ini bukan dalam rangka menolak hukum atau ajaran Islam tentang poligami. Yang ia tolak adalah praktek poligami itu sendiri. Sebab banyak fakta dan kasus poligami yang menghancurkan institusi keluarga, khususnya perempuan dan anak. Cahyadi tetap mengakui, pada kasus-kasus tertentu, seperti menolong janda dan anak korban konflik, poligami tetaplah menjadi solusi. Tapi jarang sekali suami berpoligami karena alasan tersebut. Alasannya lebih karena perempuan yang akan dijadikan istri selanjutnya itu lebih muda, lebih menarik, lebih pintar, dan lebih segalanya dibandingkan dengan istri sebelumnya. Seperti diketahui, biasanya para pelaku poligami membenarkan perbuatannya itu berdasarkan dua hal: Al-Quran surat An-Nisa ayat 3 dan mengikuti sunah Nabi. Padahal, bila merujuk pada kehidupan Nabi secara cermat, sesungguhnya Nabi melakukan monogami. Dalam kurun waktu kehidupan rumah tangganya, Nabi sangat monogami. Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang membela Islam (halaman xviii). Sementara itu, ayat Al-Quran yang menjadi acuan poligami itu pun titik tekannya pada sikap suami yang bisa berlaku adil. Sikap ini sulit sekali ditentukan ukurannya karena sangat melibatkan perasaan, tidak hanya kecukupan materi dan kepuasan seksual. Seperti diulas dengan baik oleh Bintu Syathi dalam bukunya, Istri-istri Nabi, kehidupan istri-istri Nabi saja tak sepenuhnya harmonis, malah cenderung saling cemburu. Untuk lelaki setingkat Nabi saja, yang banyak diberi kelebihan oleh Allah, mengelola perasaan dan menghadapi istri-istrinya itu cukup merepotkan. Apalagi untuk lelaki biasa. Cahyadi pun menyimpulkan, karena kita bukan Nabi, istri kita pun bukan Aisyah, maka jangan coba-coba berpoligami (halaman 238). Ada juga yang berargumen, poligami dilakukan untuk menghindari zina. Cahyadi mengkritik, kok bisa poligami disejajarkan dengan zina (selingkuh). Penyejajaran seperti ini adalah cara berpikir yang tak nyambung. Ia menyodorkan beberapa pilihan selain poligami. Misalnya, daripada suami berpoligami, lebih baik berpuasa untuk menjaga diri atau berkonsentrasi dan fokus pada istri atau onani dan masturbasi atau banyak pilihan perbuatan yang lebih baik dan positif (halaman 99). Di tengah komunitas yang menjadikan poligami sebagai praktek yang lazim, banyak yang bertanya, kenapa Cahyadi tak berpoligami. Dengan memarodikan lagu Aa Gym, ia menjawab, ''Jagalah istri, jangan kau sakiti. Sayangi istri, amanah Ilahi. Bila diri kian bersih, satu istri terasa lebih. Bila bisa jaga diri, tidak perlu menikah lagi. Bila suami berpoligami, dakwah akan terbebani. Demarketing menjadi-jadi, dakwah bisa dibenci'' Tentu saja buku ini tak hanya layak dibaca para lelaki. Bagi perempuan pun, buku ini sangat bermanfaat, karena banyak kiat dan nasihat agar para istri tidak dimadu. Sayang sekali, sekarang buku ini sangat sulit didapat. Nong Darol Mahmada Manajer program di Freedom Institute, Jakarta [Buku, Gatra Nomor 4 Beredar Kamis, 6 Desember 2007] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321 Nabi Itu Monogami BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI Penulis: Cahyadi Takariawan Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman ... Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang membela Islam (halaman xviii). == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 th setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami sebagai nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa. Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan segi sepele untuk konteks ini. ... Nong Darol Mahmada Manajer program di Freedom Institute, Jakarta [Buku, Gatra Nomor 4 Beredar Kamis, 6 Desember 2007] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Rebellion is normal. This result is not
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.theglobeandmail.com/servlet/story/RTGAM.20071213.wltimson13 /BNStory/lifeMain/home Rebellion is normal. This result is not JUDITH TIMSON From Thursday's Globe and Mail December 13, 2007 at 9:28 AM EST ... In the meantime, we might remember the words of Tolstoy: Happy families are all alike, he wrote. But every unhappy family is unhappy in its own way. [EMAIL PROTECTED] == Tolstoy? Really? And what happened to Tolstoy, dear Judith? He got divorced from the first wife he unhappily married and lived misserably with his much younger second wife who initially adored Tolstoy for his 'intelligence' and which Tolstoy then abandoned to live a hermit like life ... and you mention Tolstoy for this circumstance?! Wow ... it just went past me! Maybe Gandhi is a better option or stand in for your choice of character ... :-) satriyo
Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami
yang perlu diperhatikan juga bahwa Nabi menikah lagi setelah istri pertamanya, Khadijah meninggal dunia dan Nabi juga tidak langsung mengambil istri lagi, tapi butuh waktu sebelum mengambil istri salam, -- wikan On Dec 14, 2007 8:39 AM, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321 Nabi Itu Monogami BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI Penulis: Cahyadi Takariawan Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman ... Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang membela Islam (halaman xviii). == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 th setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami sebagai nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa. Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan segi sepele untuk konteks ini.
[wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami
Benar, dah bahkan lebih rinci lagi, bahwa sedemikian mendalam cinta kasih baginda Rasul pada ibunda Khadijah--bahkan setelah Allah 'menghibur' Rasul dengan 'tamasya' ke langit, periode 'kosong' ini berlalu sekitar 2,5 th, sebelum atas desakan para shahabat senior beliau memutuskan untuk menikahi seorang shahabiyah janda perang, Saodah ra, yang sudah lanjut usia, lalu diikuti atas wahyu Allah untuk menikahi gadis belia dan cerdas dan jelita, Aisyah ra ... lalu berturut-turut, sebagian istri2 beliau adalah janda berumur, dan lainnya yang lebih muda ... [intermezzo: dan untuk ini baginda Rasul dituduh sex-maniac?!?! ...] Maaf kalo saya tertukar urutan istri ke-2 dan ke-3 Rasul ... salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: yang perlu diperhatikan juga bahwa Nabi menikah lagi setelah istri pertamanya, Khadijah meninggal dunia dan Nabi juga tidak langsung mengambil istri lagi, tapi butuh waktu sebelum mengambil istri salam, -- wikan On Dec 14, 2007 8:39 AM, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny ambon@ wrote: http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321 Nabi Itu Monogami BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI Penulis: Cahyadi Takariawan Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman ... Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang membela Islam (halaman xviii). == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 th setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami sebagai nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa. Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan segi sepele untuk konteks ini.
[wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami
Benar, dah bahkan lebih rinci lagi, bahwa sedemikian mendalam cinta kasih baginda Rasul pada ibunda Khadijah--bahkan setelah Allah 'menghibur' Rasul dengan 'tamasya' ke langit, periode 'kosong' ini berlalu sekitar 2,5 th, sebelum atas desakan para shahabat senior beliau memutuskan untuk menikahi seorang shahabiyah janda perang, Saodah ra, yang sudah lanjut usia, lalu diikuti atas wahyu Allah untuk menikahi gadis belia dan cerdas dan jelita, Aisyah ra ... lalu berturut-turut, sebagian istri2 beliau adalah janda berumur, dan lainnya yang lebih muda ... [intermezzo: dan untuk ini baginda Rasul dituduh sex-maniac?!?! ...] Maaf kalo saya tertukar urutan istri ke-2 dan ke-3 Rasul ... salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: yang perlu diperhatikan juga bahwa Nabi menikah lagi setelah istri pertamanya, Khadijah meninggal dunia dan Nabi juga tidak langsung mengambil istri lagi, tapi butuh waktu sebelum mengambil istri salam, -- wikan On Dec 14, 2007 8:39 AM, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny ambon@ wrote: http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321 Nabi Itu Monogami BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI Penulis: Cahyadi Takariawan Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman ... Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang membela Islam (halaman xviii). == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 th setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami sebagai nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa. Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan segi sepele untuk konteks ini.
[wanita-muslimah] Mengikat janji sang politisi
Mengikat janji sang politisi Dinamika Buruh Migran menjelang Pemilu 2009 Buruh migran Indonesia saat ini jumlahnya diperkirakan sudah mencapai di atas angka 4 juta orang. Bila buruh migran ini mempunyai anggota keluarga rata-rata 4 orang saja, maka akan ada 16 juta orang yang merupakan komunitas buruh migran. Jumlah yang tentunya sangat menggiurkan bagi para politisi di negeri ini. Menggiurkan untuk pendulangan suara dalam pemenangan pemilu 2009 nantinya. Beberapa partai besar sudah mempunyai program khusus untuk meraih simpati para buruh migran dan keluarganya. Mulai dari yang bersifat keagamaan, ideologi politik sampai usaha kecil menengah di tawarkan para politisi melalui program kerja partai politik. Gerilya para politisi ini tidak hanya ke kantong-kantong keluarga buruh migran saja, namun juga pro aktif dengan mengunjungi komunitas-komunitas buruh migran di luar negeri. selengkapnya di : http://www.iwork-id.org/index.php?action=news.detailid_news=80
[wanita-muslimah] Kiat-Kiat memaknai Haji ke dalam Kehidupan
Kiat-Kiat memaknai Haji ke dalam Kehidupan Oleh: Syamsuri Rifai Semua ibadah di dalam Islam memiliki tujuan untuk menciptakan perubahan yang positif dalam kehidupanan manusia. Misalnya shalat memiliki tujuan sebagaimana yang dikumandangkan di TVRI setiap bakdah adzan Maghrib, yaitu Aqimish shalâta, innash shalâta tanhâ `anil fakhsyâi wal-munkar: Dirikan shalat sesungguhnya shalat itu dapat mencegah yang yang keji dan yang mungkar. (Al-Ankabut: 45). Tentu timbul pertanyaan: Mengapa shalat tidak merubah kehidupan sebagian kita? Jawabannya: Karena kita tidak khusuk, tidak melakukan adab-adabnya, dan tidak memahami rahasia-rahasia shalat. Sehingga shalat kita jadikan sebagai ibadah wajib rutinitas, yang tidak memiliki makna dalam kehidupan kita. Puasa memiliki tujuan agar orang-orang yang beriman menjadi orang- orang yang takwa. Takwa berasal dari kata Wiqayah yang artinya menjaga. Jadi, takwa adalah menjaga dan mengaktualisasikan serta menciptakan keseimbangan potensi diri: potensi pikir, potensi syahwat, dan potensi marah. Dengan puasa dimaksudkan agar kita dapat merasakan penderitaan dan kesengsaraan orang lain. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa suasana puasa di bulan cukup memberi perubahan kehidupan ruhani kita. Ramadhan dapat mengalirkan suasana dan nuansa baru dalam kehidupan kita dan itu bisa kita rasakan di bulan Ramadhan. Menjelang Idul Fitri, suasana itu semakin meningkat persiapan2 ruhaniah. Yang mampu membantu yang lemah, yang kaya mengeluarkan zakat dan sedekah untuk yang fakir dan miskin. Selain itu, terjadi peningkatan yang segnifikan keinginan untuk bersilaturrahmi. Dan keinginan ini diwujudkan di malam dan hari Idul Fitri. Tapi sayang, suasana ini hilang bersama berlalunya bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Zakat memiliki tujuan yang fitri dan manusiawi, mensucikan diri dan harta. Dengan kesucian diri dan harta, manusia dapat menjadi orang yang dermawan, membantu yang membutuhkan dan meringankan penderitaan saudaranya. Mengapa tujuan-tujuan ibadah belum terwujud dalam kehidupan sebagian kita? Mungkin di antara penyebab-penyebabnya kita belum memaknai tujuan ibadah. Mengapa demikian? Semua ini dikarena methode penyampaian materi dengan sistem pengajaran, bukan dengan methode pendidikan dan motivasi. Sekiranya pengenalan itu disampaikan dengan methode pendidikan, dan methode training motivasi, saya yakin methode ini akan berpengaruh lebih segnifikan ke dalam kehidupan kita. Sebagaimana materi2 training motivasi yang banyak dilakukan oleh lembaga2 motivasi, yang telah berhasil merubah mental para pesertanya. Dan ini tak kalah pentingnya dalam hal memaknai ibadah haji. Mengapa ibadah haji tidak merubah mental sebagian kita? Mungkin jawabannya karena kebanyakan kita masih memfokuskan pada pelatihan manasik haji dengan methode pengajaran. Tidak menggunakan methode pendidikan dan motivasi. Sekiranya materi haji, adab-adabnya dan rahasianya disampaikan dengan methode pendidikan dan training motivasi, kemudian materi2 tertentu dilakukan pada even2 penting dalam ibadah haji misalnya di Madinah, Arafah, Mina, dan lainnya, saya yakin ibadah haji itu akan berpengaruh secara segnifikan pada jema'ah haji. Dan insya Allah pengaruh haji itu tidak hanya dirasakan oleh jema'ah, tetapi juga oleh kita bahkan bangsa dan negara. Karena tujuan haji lebih luas dan mencakup tujuan shalat, puasa dan zakat. Kapankah kita akan memulai methode ini, methode training motivasi? Yakni, menjadikan materi-materi ibadah haji ke dalam materi training motovasi. Dalam methode ini tidak membedakan antara mereka yang cerdas IQnya dan yang tidak cerdas. Karena methode ini tidak melatih pikiran, tetapi melatih dan membimbing ruhani, yang sekarang dikenal dengan melatih otak kanan. Mengapa methode ini tidak segera dimulai? Pahahal methode ini telah terbukti keunggulan dan kesuksesannya. Bukankah belakangan ini kita saksikan banyak lembaga kemersial dan perusahan membuktikan methode ini, untuk merubah mental para karyawannya, yang akhirnya juga menguntungkan secara materi. Methode ini telah diakui keunggulannya di dunia Islam dan dunia barat. Haji memiliki tujuan yang jauh lebih utama dari tujuan lembaga2 komersial. Jika lembaga-lembaga komerrsial, ukuran kesuksesaannya merubah mental para karyawannya selain keuntungan material, tentu haji memiliki tujuan yang jauh lebih mulia dari semua ini. Jika lembaga-lembaga komersial bisa mencapai tujuannya, mengapa lembaga2 haji belum mencapai tujuan utama haji? Mari kita diskusikan, kita sharing ilmu dan informasi untuk tujuan yang utama dan mulia ini. Di antara rahasia-rahasia haji adalah: Pertama: Ka'bah sebagai power energi Kesucian Mengapa energi kesucian Ka'bah tidak merubah mental manusia. Padahal hampir semua jema'ah haji sudah mulai merasa getaran hatinya saat memandang pertama Ka'bah. Ini menunjukan bahwa Allah swt dengan rumah-Nya yang mulai sudah mulai menggetarkan menggerakkan hati jema'ah haji, dan
[wanita-muslimah] Presiden Sama Terus
Presiden Sama Terus Seorang murid TK Kecil kecewa pada ayahnya. Karena saat sang anak tanya, Waktu ayah kelas nol, siapa presiden kita? Jawab ayahnya, Soeharto. Pertanyaan meningkat waktu ayah SD, SMP, SMA, kuliah, siapa presidennya - jawabannya tetap: Soeharto. Si anak menyergah, Ah, ayah payah dah, Apa nggak ada nama lain? (dikutip dari: http://www.geocities.com/capitolHill/senate/9577/pressa.html) Wassalam, agussyafii === Silahkan kirimkan komentar anda tentang tulisan ini di http://agussyafii.blogspot.com Atau di sms 0888 176 48 72
[wanita-muslimah] Maulid Barzanji (terjemah alm. Sayid Thaha Suhimi) (1)
Alhamdulillah, mari kita membaca tentang Rasulullah saw. melalui maulid yang disusun oleh Sayid Syeikh Ja'far Al Barzanji yang diterjemah ke dalam Bahasa Melayu oleh alm. Sayid Syeikh Thaha bin Fadhlullah As Suhaimi, Ketua Mufti Negara Singapura. == DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG Aku mulakan riwayat Maulid ini dengan nama Allah yang Maha Tinggi derajatNya, dengan hal keadaanku mengharapkan limpah berkat pada segala apa yang dikurniakan kepada ku olehNya, dan juga aku mengucapkan sepenuh penuh kepujian dengan segala senang hatiku kepadaNya, ialah karena aku syukur kepadaNya dengan syukur yang seelok-eloknya. Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la mengurniakan kesejahteraan dan rahmatNya, kepada Nur yang la telah jadikan terdahulu daripada segala makhluk yang lainnya, yaitulah Nur yang telah berpindah-pindah daripada satu dahi kepada satu dahi yang mulia keadaannya, yaitulah dahi moyang-moyang Nabi kita Muhammad Sall-Allahu alaihi-wa-sallam sehingga kepada dahi Abdullah ayahandanya. Dan aku memohon lagi kepada Allah muga-muga Ia mengurniakan keredhaanNya, kepada keluarga Nabi kita itu khasnya, dan kepada sahabat-sahabatnya dan sekalian orang-orang Islam amnya. Dan pula aku memohon kepada Allah yang maha sempurna zatNya dan segala sifat-sifatNya, muga-muga la mengurniakan kepada kita sekalian petunjuk kepada jslan yang terang lagi nyata benarnya. Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la memelihara kita daripada kesesatan pada langkah-langkah kita kesemuanya. Setelah apa yang tersebut itu maka sekarang aku bentangkan kisah sejarah hidup Nabi kita Muhammad s.a.w. dengan ringkasnya, dan aku susunnya dengan menyatakan mula-mula sekali nasab keturunannya yang menyenangkan siapa yang mendengarnya, dan aku meminta tolong kepada Allah Ta'ala yang Maha Kuasa dan Maha Kuat sifatNya karena bahwasanya tiada daya dan tiada upaya melainkan semata-mata pada Allah jua letaknya. YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA Aku nyatakan bahwa Nur yang tersebut tadi itu akhirnya telah menjadilah Penghulu kita Saiyidina Muhammad muga-muga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya. Saiyidina Muhammad itu ialah anak Abdullah, dan Abdullah itu anak Abdul Muttalib maka Abdul Muttalib itu juga digelarkan oleh orang sebagai Syaibatul Hamd namanya. Dan Abdul Muttalib itu anak Hasyim yang digelarkan Amr anak Abdi Manaf yang juga dinamakan AI mughirah anak Qusai dan Qusai ini Mujamma' gelarannya. Perkataan Qusai ini asal maknanya ialah Kejauhan karena ia tinggal di Mekah pada mula-mulanya. Tetapi ketika kecilnya lagi ia telah dibawa pindah oleh ibunya ke negeri Qudhaa'ah yang jauh letaknya. Tetapi akhirnya ia telah dikembalikan oleh Allah ke negeri Mekah yang dimuliakan tanahnya. Lalu ia pun telah menjaga negeri Mekah itu dengan seteguh-teguhnya. Maka Qusai itu ialah anak Kilab yang juga dinamakan Hakim anak Murrah anak Ka'ab anak Lu-ai anak Ghalib anak Fihir yang juga disebutkan Quraish namanya. Dan nama Quraish inilah dipakai bagi kaum Quraish itu yang mengandungi anak cucunya. Tetapi sebelum kaum itu dinamakan Quraish maka Kinanilah namanya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh banyak pakar- pakar nasab yang luas pengetahuannya. Dan mereka itu telah tetap berkepercayaan dan berpuas hati bahwa begitulah keadaannya. Dan Fihir atau Quraisy itu pula anak Malik yang ialah pula anak Nadhar anak Kinaanah anak Khuzaimah anak Mudrikah anak Ilyas seterusnya. Dan Ilyas inilah orang yang mula-mula sekali menghadiahkan unta-unta kepada Tanah Haram Mekah untuk ia membuat kurban akannya. Dan telah didengar oleh orang dari dalam tulang sulbi Ilyas itu akan suara Nabi kita Muhammad s.a.w. menyebut-nyebut dan memuji-muji Allah Ta'ala dan mengucap talbiah kepadaNya. Ilyas itu pula anak Nizar anak Ma'ad anak Adnan dan begitulah nasab itu susunannya. Maka susunan keturunan atau nasab Rasulullah s.a.w. ini mengikut sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadith Nabi kita s.a.w. yang benar keadaannya. Dan Adnan itu nasabnya bersambung hingga kepada seorang kekasih Allah yaitulah Nabi Ibrahim moga-moga Allah cucurkan rahmat keatasnya. Tetapi Nabi kita telah melarang dan menahan supaya jangan disebutkan satu persatu nama ninda-nindanya yang daripada Adnan hingga kepada Nabi Ibrahim moyangnya. Tetapi tidak syak lagi di sisi ahli-ahli yang mahir berkenaan keturunan Nabi kita itu atau nasabnya, bahwa Adnan itu ialah keturunan dari Nabi Ismail moga-moga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya. Dan Nabi Ismail itu pula ialah seorang putera Nabi Ibrahim yang terkenal kelebihannya. Maka sungguh cemerlang keturunan itu seolah-olah bagaikan seutas