[wanita-muslimah] Rebellion is normal. This result is not

2007-12-13 Terurut Topik Sunny
http://www.theglobeandmail.com/servlet/story/RTGAM.20071213.wltimson13/BNStory/lifeMain/home


Rebellion is normal. This result is not
JUDITH TIMSON 

From Thursday's Globe and Mail

December 13, 2007 at 9:28 AM EST

Aqsa Parvez was not the first 16-year-old girl to leave the house in one outfit 
and change into another bolder, more revealing set of clothes on her way to 
school: Teenaged girls have done it for years, defying their dismayed parents 
to make a statement about their burgeoning sexuality and independence.

They disappear around the corner and hike their skirts up, apply full-tilt 
lipstick while they're still on the bus, and lose the turtleneck in favour of 
the revealing tank top in an effort to be cool, to be noticed, and above all to 
morph into the object of desire they so desperately want to be.

You could see that poignantly in Ms. Parvez's pictures on Facebook, where she 
was in full pouty throttle.

But this relatively normal phase of teenage rebellion may well have cost the 
Mississauga, Ont., teenager her life.

 
Sixteen-year-old Aqsa Parvez died Tuesday after she returned to her family home 
in Mississauga on Monday to collect her belongings. 

Related Articles
Recent

  a.. A teenage Muslim girl: Why was she killed?  
  b.. Aqsa's slaying and the clash between religion and culture  
  c.. Teen tried to leave strict family  
  d.. Father denied bail in daughter's death  
  e.. Teen death highlights cultural tensions  
  f.. Police arrest father after daughter critically hurt  
 
On Monday, Ms. Parvez was rushed to hospital after a man phoned police to say 
he had killed his daughter. A few hours later, she was taken off life support, 
and yesterday her father, Muhammad, a 57-year-old taxi driver, appeared in 
court charged with second-degree murder. His 26-year-old son, Waqas, has been 
charged with obstructing police.

If reports from her distraught school chums are true, Ms. Parvez, the daughter 
of a devout Muslim family, had chosen the hijab - the traditional Muslim 
headscarf for women - as her area of rebellion.

Friends say that in an effort to be who she truly was - that familiar battle 
cry of adolescence - Ms. Parvez constantly removed her hijab, and then 
nervously walked around without it, half-expecting her older brother or her 
father to find her out.

Friends also said she had come to school before with bruises, evidence of a 
family life in deep disarray.

Despite the sketchy details, it seemed relatively easy for us to know what to 
make of this wrenching story - it is about, as one television announcer said, 
a girl caught in a culture clash.

While some in the Canadian Muslim community plead for restraint, there is 
growing outrage everywhere (including within some Muslim communities) about 
what is seen to be the slaying of a young girl for not embracing the modesty of 
the hijab.

Aqsa Parvez's death once again stokes our fear of the kind of intolerance and 
abuse toward women that in some countries means a family's honour can be more 
important than a woman's life.

But isn't this story also about adolescence itself? The controversial Mohamed 
Elmasry of the Canadian Islamic Congress, one of the more conservative Muslim 
leaders, definitely wants us to think so: I don't want the public to think 
that this is really an Islamic issue or an immigrant issue, he said. It is a 
teenager issue.

Yes, it is about the crucible of adolescence, but in a very specific context.

Teen-parent clashes are exhausting in any household - most of us spend several 
years foaming at the mouth as our kids challenge us on every level. But the 
teen years, replete with rebellion, lies and questionable social choices, can 
be doubly torturous in strict religious households, where parents are desperate 
to hold onto their moral authority, and used to being the ultimate arbiter of 
their children's lives.

Ms. Parvez's tragic story appears to be about being a teenager in an ethnic 
community that often doesn't seek the help it needs in dealing with teen 
issues, according to Shahina Siddiqui, the Winnipeg-based president of the 
Islamic Social Services Assocation.

Ms. Siddiqui thinks we've all run away with this hijab thing when we don't 
know all the facts. Ironically, Ms. Siddiqui says, the hijab thing can cut 
both ways - her mother did not wear a hijab, so when Ms. Siddiqui decided to 
put on a headscarf, my mother was most upset.

Ms. Siddiqui says she has talked to young women who want to wear the hijab but 
whose parents are resisting letting them. (One way or another, kids are going 
to assert their otherness from their parents.)

But this is also about one family's pathology. And one girl's adolescence.

We will only really come to know what led to the devastation when the case 
comes to trial. We need to know as much as we can about the Parvez family and 
why one teenaged girl did not survive it.

If we don't learn from this case, says Ms. Siddiqui, how are we going to 
help

[wanita-muslimah] Lamb Fillet with Tomato Mint Yoghurt-'RAìTA'

2007-12-13 Terurut Topik Sunny
http://weekly.ahram.org.eg/2007/875/li4.htm

Sufra Dayma:
Lamb Fillet with Tomato Mint Yoghurt-'RAìTA'
By Moushira Abdel-Malek



Serves 4-6 

Ingredients:

750 gms lamb fillets

1/2 cup fresh onion juice

2 tbsp lemon juice 

2 small firm tomatoes (seeded + finely chopped)

1 1/2 cups yoghurt

1 clove garlic (crushed finely)

1 tbsp mint leaves (finely shredded)

2 tsp ground cumin

2 tsp ground coriander

1 tbsp olive oil

Salt + Pepper

Method:

Marinate fillets in onion juice, salt, pepper and olive oil in a glass airtight 
container, and refrigerate over- night. Combine cumin, coriander and half of 
the yoghurt in a large bowl. Add lamb after removing from marinade, and coat 
with mixture. Grill or barbecue lamb until browned all over and cooked as 
desired, brushing occasionally with yoghurt mixture. Meanwhile, combine 
remaining yoghurt, tomato, mint, garlic and lemon juice in a small bowl. Slice 
lamb and serve topped with tomato mint raïta. Prepare for next week, and... 

Happy Eid


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Nabi Itu Monogami

2007-12-13 Terurut Topik Sunny
http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321


Nabi Itu Monogami


BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI
Penulis: Cahyadi Takariawan
Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman

Terbitnya buku ini tak kalah kontroversialnya dari poligami Aa Gym, beberapa 
waktu lalu, yang berakibat pesantren dan bisnisnya makin sepi. Konon, saking 
kontroversialnya, buku ini sempat ditarik dari peredaran karena membuat gerah 
aktivis dan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal, pengantar buku 
ini ditulis istri pertama presiden partai itu, Sri Rahayu Tifatul Sembiring.

Membuat gerah, lumrah saja, karena buku ini ditulis Ustad Cahyadi Takariawan, 
anggota Majelis Syuro PKS. Sementara itu, sudah jadi rahasia umum bahwa ikhwan 
partai ini lazim melaksanakan praktek poligami dengan tujuan perluasan dakwah 
Islam.

Di sinilah menarik dan beraninya buku ini. Meski gaya penulisannya populer dan 
santun, isinya memang benar-benar menelanjangi praktek poligami yang banyak 
menyengsarakan kaum istri dan anak. Lebih khusus lagi, kata penulis, berakibat 
buruk pada dakwah Islam. Artinya, Cahyadi mendekonstruksi pemahaman dan 
keyakinan sebagian besar koleganya di partai dan umat Islam tentang poligami.

Sedari awal Cahyadi menekankan, ia menulis buku ini bukan dalam rangka menolak 
hukum atau ajaran Islam tentang poligami. Yang ia tolak adalah praktek poligami 
itu sendiri. Sebab banyak fakta dan kasus poligami yang menghancurkan institusi 
keluarga, khususnya perempuan dan anak.

Cahyadi tetap mengakui, pada kasus-kasus tertentu, seperti menolong janda dan 
anak korban konflik, poligami tetaplah menjadi solusi. Tapi jarang sekali suami 
berpoligami karena alasan tersebut. Alasannya lebih karena perempuan yang akan 
dijadikan istri selanjutnya itu lebih muda, lebih menarik, lebih pintar, dan 
lebih segalanya dibandingkan dengan istri sebelumnya.

Seperti diketahui, biasanya para pelaku poligami membenarkan perbuatannya itu 
berdasarkan dua hal: Al-Quran surat An-Nisa ayat 3 dan mengikuti sunah Nabi. 
Padahal, bila merujuk pada kehidupan Nabi secara cermat, sesungguhnya Nabi 
melakukan monogami. Dalam kurun waktu kehidupan rumah tangganya, Nabi sangat 
monogami.

Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. Sedangkan 
poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. Itu pun setelah 
Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih karena menolong 
janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang membela Islam (halaman 
xviii).

Sementara itu, ayat Al-Quran yang menjadi acuan poligami itu pun titik tekannya 
pada sikap suami yang bisa berlaku adil. Sikap ini sulit sekali ditentukan 
ukurannya karena sangat melibatkan perasaan, tidak hanya kecukupan materi dan 
kepuasan seksual. Seperti diulas dengan baik oleh Bintu Syathi dalam bukunya, 
Istri-istri Nabi, kehidupan istri-istri Nabi saja tak sepenuhnya harmonis, 
malah cenderung saling cemburu.

Untuk lelaki setingkat Nabi saja, yang banyak diberi kelebihan oleh Allah, 
mengelola perasaan dan menghadapi istri-istrinya itu cukup merepotkan. Apalagi 
untuk lelaki biasa. Cahyadi pun menyimpulkan, karena kita bukan Nabi, istri 
kita pun bukan Aisyah, maka jangan coba-coba berpoligami (halaman 238).

Ada juga yang berargumen, poligami dilakukan untuk menghindari zina. Cahyadi 
mengkritik, kok bisa poligami disejajarkan dengan zina (selingkuh). 
Penyejajaran seperti ini adalah cara berpikir yang tak nyambung. Ia menyodorkan 
beberapa pilihan selain poligami. Misalnya, daripada suami berpoligami, lebih 
baik berpuasa untuk menjaga diri atau berkonsentrasi dan fokus pada istri atau 
onani dan masturbasi atau banyak pilihan perbuatan yang lebih baik dan positif 
(halaman 99).

Di tengah komunitas yang menjadikan poligami sebagai praktek yang lazim, banyak 
yang bertanya, kenapa Cahyadi tak berpoligami. Dengan memarodikan lagu Aa Gym, 
ia menjawab, ''Jagalah istri, jangan kau sakiti. Sayangi istri, amanah Ilahi. 
Bila diri kian bersih, satu istri terasa lebih. Bila bisa jaga diri, tidak 
perlu menikah lagi. Bila suami berpoligami, dakwah akan terbebani. Demarketing 
menjadi-jadi, dakwah bisa dibenci''

Tentu saja buku ini tak hanya layak dibaca para lelaki. Bagi perempuan pun, 
buku ini sangat bermanfaat, karena banyak kiat dan nasihat agar para istri 
tidak dimadu. Sayang sekali, sekarang buku ini sangat sulit didapat.

Nong Darol Mahmada
Manajer program di Freedom Institute, Jakarta
[Buku, Gatra Nomor 4 Beredar Kamis, 6 Desember 2007] 



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami

2007-12-13 Terurut Topik rsa
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:

 http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321
 
 
 Nabi Itu Monogami
 
 
 BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI
 Penulis: Cahyadi Takariawan
 Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman
 
...
 
 Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun. 
Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun. 
Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih 
karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang 
membela Islam (halaman xviii).
 

== Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 th 
setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau 
menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya 
terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami sebagai 
nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama 
pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa. 
Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan segi 
sepele untuk konteks ini.

...
 
 Nong Darol Mahmada
 Manajer program di Freedom Institute, Jakarta
 [Buku, Gatra Nomor 4 Beredar Kamis, 6 Desember 2007] 
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[wanita-muslimah] Re: Rebellion is normal. This result is not

2007-12-13 Terurut Topik rsa
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
http://www.theglobeandmail.com/servlet/story/RTGAM.20071213.wltimson13
/BNStory/lifeMain/home
 
 
 Rebellion is normal. This result is not
 JUDITH TIMSON 
 
 From Thursday's Globe and Mail
 
 December 13, 2007 at 9:28 AM EST
 
...
 In the meantime, we might remember the words of Tolstoy: Happy 
families are all alike, he wrote. But every unhappy family is 
unhappy in its own way.
 
 [EMAIL PROTECTED]
 
== Tolstoy? Really? And what happened to Tolstoy, dear Judith? He 
got divorced from the first wife he unhappily married and lived 
misserably with his much younger second wife who initially adored 
Tolstoy for his 'intelligence' and which Tolstoy then abandoned to 
live a hermit like life ... and you mention Tolstoy for this 
circumstance?! 
Wow ... it just went past me! 
Maybe Gandhi is a better option or stand in for your choice of 
character ... :-)

satriyo




Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami

2007-12-13 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
yang perlu diperhatikan juga bahwa Nabi menikah lagi setelah istri
pertamanya, Khadijah meninggal dunia
dan Nabi juga tidak langsung mengambil istri lagi, tapi butuh waktu
sebelum mengambil istri

salam,
--
wikan


On Dec 14, 2007 8:39 AM, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:






 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321
  
  
   Nabi Itu Monogami
  
  
   BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI
   Penulis: Cahyadi Takariawan
   Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman
  
  ...

  
   Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 tahun.
  Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 tahun.
  Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih
  karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat perang
  membela Islam (halaman xviii).
  

  == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 th
  setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau
  menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya
  terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami sebagai
  nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama
  pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa.
  Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan segi
  sepele untuk konteks ini.


[wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami

2007-12-13 Terurut Topik rsa
Benar, dah bahkan lebih rinci lagi, bahwa sedemikian mendalam cinta 
kasih baginda Rasul pada ibunda Khadijah--bahkan setelah 
Allah 'menghibur' Rasul dengan 'tamasya' ke langit, periode 'kosong' 
ini berlalu sekitar 2,5 th, sebelum atas desakan para shahabat senior 
beliau memutuskan untuk menikahi seorang shahabiyah janda perang, 
Saodah ra, yang sudah lanjut usia, lalu diikuti atas wahyu Allah 
untuk menikahi gadis belia dan cerdas dan jelita, Aisyah ra ... lalu 
berturut-turut, sebagian istri2 beliau adalah janda berumur, dan 
lainnya yang lebih muda ...

[intermezzo: dan untuk ini baginda Rasul dituduh sex-maniac?!?! ...]

Maaf kalo saya tertukar urutan istri ke-2 dan ke-3 Rasul ...

salam,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 yang perlu diperhatikan juga bahwa Nabi menikah lagi setelah istri
 pertamanya, Khadijah meninggal dunia
 dan Nabi juga tidak langsung mengambil istri lagi, tapi butuh waktu
 sebelum mengambil istri
 
 salam,
 --
 wikan
 
 
 On Dec 14, 2007 8:39 AM, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny ambon@ wrote:
   
http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321
   
   
Nabi Itu Monogami
   
   
BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI
Penulis: Cahyadi Takariawan
Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman
   
   ...
 
   
Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 
tahun.
   Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 
tahun.
   Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu 
lebih
   karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat 
perang
   membela Islam (halaman xviii).
   
 
   == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 
th
   setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau
   menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya
   terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami 
sebagai
   nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama
   pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa.
   Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan 
segi
   sepele untuk konteks ini.





[wanita-muslimah] Re: Nabi Itu Monogami

2007-12-13 Terurut Topik rsa
Benar, dah bahkan lebih rinci lagi, bahwa sedemikian mendalam cinta 
kasih baginda Rasul pada ibunda Khadijah--bahkan setelah 
Allah 'menghibur' Rasul dengan 'tamasya' ke langit, periode 'kosong' 
ini berlalu sekitar 2,5 th, sebelum atas desakan para shahabat senior 
beliau memutuskan untuk menikahi seorang shahabiyah janda perang, 
Saodah ra, yang sudah lanjut usia, lalu diikuti atas wahyu Allah 
untuk menikahi gadis belia dan cerdas dan jelita, Aisyah ra ... lalu 
berturut-turut, sebagian istri2 beliau adalah janda berumur, dan 
lainnya yang lebih muda ...

[intermezzo: dan untuk ini baginda Rasul dituduh sex-maniac?!?! ...]

Maaf kalo saya tertukar urutan istri ke-2 dan ke-3 Rasul ...

salam,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 yang perlu diperhatikan juga bahwa Nabi menikah lagi setelah istri
 pertamanya, Khadijah meninggal dunia
 dan Nabi juga tidak langsung mengambil istri lagi, tapi butuh waktu
 sebelum mengambil istri
 
 salam,
 --
 wikan
 
 
 On Dec 14, 2007 8:39 AM, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny ambon@ wrote:
   
http://www.gatra.com/artikel.php?id=110321
   
   
Nabi Itu Monogami
   
   
BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI
Penulis: Cahyadi Takariawan
Penerbit: Era Intermedia, 2007, xxxi + 278 halaman
   
   ...
 
   
Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah berlangsung 25 
tahun.
   Sedangkan poligami yang dilakukan Nabi hanya berlangsung 10 
tahun.
   Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu 
lebih
   karena menolong janda-janda sahabat beliau yang wafat akibat 
perang
   membela Islam (halaman xviii).
   
 
   == Jika teliti, Nabi itu baru jadi nabi di saat usia 40 th, 15 
th
   setelah menikah dengan ibunda Khadijah ra. Jadi di saat beliau
   menjadi nabi dan tetap beristrikan Khadijah ra, usia monogaminya
   terhitung hanya 10 th! Jadi imbang, antara kehidupan monogami 
sebagai
   nabi dan poligaminya, sama-sama 10 th. Sedangkan 15 th pertama
   pernikahan beliau degan Khadijah, statusnya masih manusia biasa.
   Sayang hal ini tidak diperhatikan sama sekali padahal ini bukan 
segi
   sepele untuk konteks ini.





[wanita-muslimah] Mengikat janji sang politisi

2007-12-13 Terurut Topik arish04
Mengikat janji sang politisi
Dinamika Buruh Migran menjelang Pemilu 2009

Buruh migran Indonesia saat ini jumlahnya diperkirakan sudah mencapai
di atas angka 4 juta orang. Bila buruh migran ini mempunyai anggota
keluarga rata-rata 4 orang saja, maka akan ada 16 juta orang yang 
merupakan komunitas buruh migran. Jumlah yang tentunya sangat
menggiurkan bagi para politisi di negeri ini. Menggiurkan untuk
pendulangan suara dalam pemenangan pemilu 2009 nantinya.

Beberapa partai besar sudah mempunyai program khusus untuk meraih
simpati para buruh migran dan keluarganya. Mulai dari yang bersifat
keagamaan, ideologi politik sampai usaha kecil menengah di tawarkan
para politisi melalui program kerja partai politik. Gerilya para
politisi ini tidak hanya ke kantong-kantong keluarga buruh migran
saja, namun juga pro aktif dengan mengunjungi komunitas-komunitas
buruh migran di luar negeri. 

selengkapnya di :
http://www.iwork-id.org/index.php?action=news.detailid_news=80



[wanita-muslimah] Kiat-Kiat memaknai Haji ke dalam Kehidupan

2007-12-13 Terurut Topik syamsuri149
Kiat-Kiat memaknai Haji ke dalam Kehidupan
Oleh: Syamsuri Rifai

Semua ibadah di dalam Islam memiliki tujuan untuk menciptakan 
perubahan yang positif dalam kehidupanan manusia. Misalnya shalat 
memiliki tujuan sebagaimana yang dikumandangkan di TVRI setiap 
bakdah adzan Maghrib, yaitu Aqimish shalâta, innash shalâta 
tanhâ `anil fakhsyâi wal-munkar: Dirikan shalat sesungguhnya shalat 
itu dapat mencegah yang yang keji dan yang mungkar. (Al-Ankabut: 
45). 

Tentu timbul pertanyaan: Mengapa shalat tidak merubah kehidupan 
sebagian kita?
Jawabannya: Karena kita tidak khusuk, tidak melakukan adab-adabnya, 
dan tidak memahami rahasia-rahasia shalat. Sehingga shalat kita 
jadikan sebagai ibadah wajib rutinitas, yang tidak memiliki makna 
dalam kehidupan kita.

Puasa memiliki tujuan agar orang-orang yang beriman menjadi orang-
orang yang takwa.
Takwa berasal dari kata Wiqayah yang artinya menjaga. Jadi, takwa 
adalah menjaga dan mengaktualisasikan serta menciptakan keseimbangan 
potensi diri: potensi pikir, potensi syahwat, dan potensi marah. 
Dengan puasa dimaksudkan agar kita dapat merasakan penderitaan dan 
kesengsaraan orang lain.

Tidaklah dapat dipungkiri bahwa suasana puasa di bulan cukup memberi 
perubahan kehidupan ruhani kita. Ramadhan dapat mengalirkan suasana 
dan nuansa baru dalam kehidupan kita dan itu bisa kita rasakan di 
bulan Ramadhan. Menjelang Idul Fitri, suasana itu semakin meningkat 
persiapan2 ruhaniah. Yang mampu membantu yang lemah, yang kaya 
mengeluarkan zakat dan sedekah untuk yang fakir dan miskin. Selain 
itu, terjadi peningkatan yang segnifikan keinginan untuk 
bersilaturrahmi. Dan keinginan ini diwujudkan di malam dan hari Idul 
Fitri. Tapi sayang, suasana ini hilang bersama berlalunya bulan 
Ramadhan dan Idul Fitri.  

Zakat memiliki tujuan yang fitri dan manusiawi, mensucikan diri dan 
harta. Dengan kesucian diri dan harta, manusia dapat menjadi orang 
yang dermawan, membantu yang membutuhkan dan meringankan penderitaan 
saudaranya.

Mengapa tujuan-tujuan ibadah belum terwujud dalam kehidupan sebagian 
kita? Mungkin di antara penyebab-penyebabnya kita belum memaknai 
tujuan ibadah. Mengapa demikian? Semua ini dikarena methode 
penyampaian materi dengan sistem pengajaran, bukan dengan methode 
pendidikan dan motivasi. 

Sekiranya pengenalan itu disampaikan dengan methode pendidikan, dan 
methode training motivasi, saya yakin methode ini akan berpengaruh 
lebih segnifikan ke dalam kehidupan kita. Sebagaimana materi2 
training motivasi yang banyak dilakukan oleh lembaga2 motivasi, yang 
telah berhasil merubah mental para pesertanya.

Dan ini tak kalah pentingnya dalam hal memaknai ibadah haji. Mengapa 
ibadah haji tidak merubah mental sebagian kita? Mungkin jawabannya 
karena kebanyakan kita masih memfokuskan pada pelatihan manasik haji 
dengan methode pengajaran. Tidak menggunakan methode pendidikan dan 
motivasi.

Sekiranya materi haji, adab-adabnya dan rahasianya disampaikan 
dengan methode pendidikan dan training motivasi, kemudian materi2 
tertentu dilakukan pada even2 penting dalam ibadah haji misalnya di 
Madinah, Arafah, Mina, dan lainnya, saya yakin ibadah haji itu akan 
berpengaruh secara segnifikan pada jema'ah haji. Dan insya Allah 
pengaruh haji itu tidak hanya dirasakan oleh jema'ah, tetapi juga 
oleh kita bahkan bangsa dan negara. Karena tujuan haji lebih luas 
dan mencakup tujuan shalat, puasa dan zakat. 
Kapankah kita akan memulai methode ini, methode training motivasi? 
Yakni, menjadikan materi-materi ibadah haji ke dalam  materi 
training motovasi. Dalam methode ini tidak membedakan antara mereka 
yang cerdas IQnya dan yang tidak cerdas. Karena methode ini tidak 
melatih pikiran, tetapi melatih dan membimbing ruhani, yang sekarang 
dikenal dengan melatih otak kanan. Mengapa methode ini tidak 
segera dimulai? Pahahal methode ini telah terbukti  keunggulan dan 
kesuksesannya.

Bukankah belakangan ini kita saksikan banyak lembaga kemersial dan 
perusahan membuktikan methode ini, untuk merubah mental para 
karyawannya, yang akhirnya juga menguntungkan secara materi. Methode 
ini telah diakui keunggulannya di dunia Islam dan dunia barat.

Haji memiliki tujuan yang jauh lebih utama dari tujuan lembaga2 
komersial. Jika lembaga-lembaga komerrsial, ukuran kesuksesaannya 
merubah mental para karyawannya selain keuntungan material, tentu 
haji memiliki tujuan yang jauh lebih mulia dari semua ini. Jika 
lembaga-lembaga komersial bisa mencapai tujuannya, mengapa lembaga2 
haji belum mencapai tujuan utama haji? Mari kita diskusikan, kita 
sharing ilmu dan informasi untuk tujuan yang utama dan mulia ini. 

Di antara rahasia-rahasia haji adalah:

Pertama: Ka'bah sebagai power energi Kesucian
Mengapa energi kesucian Ka'bah tidak merubah mental manusia. Padahal 
hampir semua jema'ah haji sudah mulai merasa getaran hatinya saat 
memandang pertama Ka'bah. Ini menunjukan bahwa Allah swt dengan 
rumah-Nya yang mulai sudah mulai menggetarkan menggerakkan hati 
jema'ah haji, dan 

[wanita-muslimah] Presiden Sama Terus

2007-12-13 Terurut Topik agussyafii
Presiden Sama Terus

Seorang murid TK Kecil kecewa pada ayahnya. Karena saat sang anak
tanya, Waktu ayah kelas nol, siapa presiden kita? Jawab ayahnya,
Soeharto.

Pertanyaan meningkat waktu ayah SD, SMP, SMA, kuliah, siapa
presidennya - jawabannya tetap: Soeharto.

Si anak menyergah, Ah, ayah payah dah, Apa nggak ada nama lain? 


(dikutip dari:
http://www.geocities.com/capitolHill/senate/9577/pressa.html)

Wassalam,
agussyafii

===
Silahkan kirimkan komentar anda tentang tulisan ini di
http://agussyafii.blogspot.com Atau di sms 0888 176 48 72






[wanita-muslimah] Maulid Barzanji (terjemah alm. Sayid Thaha Suhimi) (1)

2007-12-13 Terurut Topik Mohammad Rizal
  Alhamdulillah, mari kita membaca tentang Rasulullah saw. melalui maulid yang 
disusun oleh Sayid Syeikh Ja'far Al Barzanji yang diterjemah ke dalam Bahasa 
Melayu oleh alm. Sayid Syeikh Thaha bin Fadhlullah As Suhaimi, Ketua Mufti 
Negara Singapura. 

==



DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG
   
  Aku mulakan riwayat Maulid ini dengan nama Allah yang Maha Tinggi  
derajatNya, dengan hal keadaanku mengharapkan limpah berkat pada  segala apa 
yang dikurniakan kepada ku olehNya, dan juga aku  mengucapkan sepenuh penuh 
kepujian dengan segala senang hatiku  kepadaNya, ialah karena aku syukur 
kepadaNya dengan syukur yang  seelok-eloknya.
   
  Dan lagi aku memohon kepadaNya muga-muga la mengurniakan  
kesejahteraan dan rahmatNya, kepada Nur yang la telah jadikan terdahulu  
daripada segala makhluk yang lainnya, yaitulah Nur yang telah  berpindah-pindah 
daripada satu dahi kepada satu dahi yang mulia  keadaannya, yaitulah dahi 
moyang-moyang Nabi kita Muhammad  Sall-Allahu alaihi-wa-sallam sehingga kepada 
dahi Abdullah ayahandanya.
   
  Dan aku memohon lagi kepada Allah muga-muga Ia mengurniakan  
keredhaanNya, kepada keluarga Nabi kita itu khasnya, dan kepada  
sahabat-sahabatnya dan sekalian orang-orang Islam amnya.
   
  Dan pula aku memohon kepada Allah yang maha sempurna zatNya  dan 
segala sifat-sifatNya, muga-muga la mengurniakan kepada kita sekalian  petunjuk 
kepada jslan yang terang lagi nyata benarnya. Dan lagi aku  memohon kepadaNya 
muga-muga la memelihara kita daripada kesesatan  pada langkah-langkah kita 
kesemuanya.
   
  Setelah apa yang tersebut itu maka sekarang aku bentangkan kisah  
sejarah hidup Nabi kita Muhammad s.a.w. dengan ringkasnya, dan aku  susunnya 
dengan menyatakan mula-mula sekali nasab keturunannya yang  menyenangkan siapa 
yang mendengarnya, dan aku meminta tolong kepada  Allah Ta'ala yang Maha Kuasa 
dan Maha Kuat sifatNya karena bahwasanya  tiada daya dan tiada upaya melainkan 
semata-mata pada Allah jua  letaknya.
   
  YA ALLAH, HARUMKANLAH KUBURNYA YANG MULIA
  DENGAN BAU-BAUAN YANG SEMERBAK DARI RAHMAT DAN SEJAHTERA
   
  Aku nyatakan bahwa Nur yang tersebut tadi itu akhirnya telah 
menjadilah Penghulu kita Saiyidina Muhammad muga-muga Allah kurniakan 
kesejahteraan  kepadanya. Saiyidina Muhammad itu ialah anak Abdullah, dan 
Abdullah itu anak Abdul Muttalib maka Abdul Muttalib itu juga  digelarkan oleh 
orang sebagai Syaibatul Hamd namanya. Dan Abdul  Muttalib itu anak Hasyim yang 
digelarkan Amr anak Abdi Manaf yang juga  dinamakan AI mughirah anak Qusai dan 
Qusai ini Mujamma' gelarannya.  Perkataan Qusai ini asal maknanya ialah 
Kejauhan karena ia tinggal di  Mekah pada mula-mulanya. Tetapi ketika kecilnya 
lagi ia telah dibawa  pindah oleh ibunya ke negeri Qudhaa'ah yang jauh 
letaknya. Tetapi  akhirnya ia telah dikembalikan oleh Allah ke negeri Mekah 
yang dimuliakan  tanahnya. Lalu ia pun telah menjaga negeri Mekah itu dengan  
seteguh-teguhnya.
   
  Maka Qusai itu ialah anak Kilab yang juga dinamakan Hakim anak  
Murrah anak Ka'ab anak Lu-ai anak Ghalib anak Fihir yang juga disebutkan  
Quraish namanya. Dan nama Quraish inilah dipakai bagi kaum Quraish itu  yang 
mengandungi anak cucunya. Tetapi sebelum kaum itu dinamakan  Quraish maka 
Kinanilah namanya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh  banyak pakar- pakar 
nasab yang luas pengetahuannya. Dan mereka itu  telah tetap berkepercayaan dan 
berpuas hati bahwa begitulah  keadaannya. Dan Fihir atau Quraisy itu pula anak 
Malik yang ialah pula anak  Nadhar anak Kinaanah anak Khuzaimah anak Mudrikah 
anak Ilyas  seterusnya.
   
  Dan Ilyas inilah orang yang mula-mula sekali menghadiahkan  
unta-unta kepada Tanah Haram Mekah untuk ia membuat kurban akannya.  Dan telah 
didengar oleh orang dari dalam tulang sulbi Ilyas itu akan suara Nabi kita 
Muhammad s.a.w. menyebut-nyebut dan memuji-muji Allah Ta'ala dan mengucap 
talbiah kepadaNya. Ilyas itu pula anak Nizar anak Ma'ad anak Adnan dan 
begitulah nasab itu susunannya.
   
  Maka susunan keturunan atau nasab Rasulullah s.a.w. ini mengikut 
sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadith Nabi kita s.a.w. yang  benar 
keadaannya. Dan Adnan itu nasabnya bersambung hingga kepada  seorang kekasih 
Allah yaitulah Nabi Ibrahim moga-moga Allah cucurkan  rahmat keatasnya. Tetapi 
Nabi kita telah melarang dan menahan supaya  jangan disebutkan satu persatu 
nama ninda-nindanya yang daripada  Adnan hingga kepada Nabi Ibrahim moyangnya. 
Tetapi tidak syak lagi di sisi  ahli-ahli yang mahir berkenaan keturunan Nabi 
kita itu atau nasabnya,  bahwa Adnan itu ialah keturunan dari Nabi Ismail 
moga-moga Allah kurniakan kesejahteraan kepadanya.
   
  Dan Nabi Ismail itu pula ialah seorang putera Nabi Ibrahim yang  
terkenal kelebihannya. Maka sungguh cemerlang keturunan itu seolah-olah 
bagaikan seutas