[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
On Wed, 3 Mar 2004 14:11:21 +0100 [EMAIL PROTECTED] (HC) wrote: [ maaf saya meresponse thread lama, lagi banyak kerjaan keluar kantor shg nggak sempat g] Mas Hudaya, dari tanggapan anda yang panjang lebar itu, anda menyimpulkan: Jadi...menurut saya sih , akar dari semua ini permasalahan ini adalah KEMISKINAN yang berakibatKEBODOHAN. Saya bertanya2 dalam hati, mana yang datang duluan ya? Miskin dulu lalu jadi bodoh, atau bodoh dulu, lalu jadi miskin? Kalau kita lihat sejarah peradaban umat manusia, maka rasanya kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang duluan itu adalah 'bodoh', baru kemudian 'miskin'. [] Sampai pada pencarian gua berikutnya, kami ternyata menemukan gua yang berdekatan dengan gua sebuah keluarga purba lainnya. Bentuk fisik mereka sama dengan kami. Mereka punya kepala, mata, telinga, mulut, tangan dan kaki. Tapi, baju kulit mereka lebih berbentuk baju, karena dijahit dengan serat2 tumbuhan. Mereka ternyata juga bisa membuat api untuk memanggang binatang buruan mereka sekaligus digunakan untuk penghangat dan penerangan didalam gua mereka. Karena harta benda kami tidak secanggih mereka, maka mereka mengolok-ngolok kami ketika mengetahui bahwa kami harus tidur berdempet-dempet dengan gelap didalam gua agar tidak kedinginan, dan harus menggigit serta mengunyah daging mentah dengan bersusah payah, karena dagingnya tidak dibakar. Saya merasa sedih dengan olokan mereka itu. Tiba2 saya mendapat ilham untuk mengekspresikan kesedihan saya ini. Saya menemukan kata 'bodoh'. Bukan, bukan soal bodoh ... ini masalah pencerahan, masalah kebutuhan mendasar dari manusia (lihat hukum maslow). Setiap hari buah apel jatuh dari pohonnya di banyak bagian dunia yg lain ... tp kenapa hanya Newton yg menyadarinya sehingga menimbulkan inspirasi munculnya hukum mekanika yg kita kenal sekarang. Dari cerita 'pencetus' agama2 besar itu, kita lihat bahwa munculnya agama seiring dengan adanya kebodohan, kemiskinan dan penindasan di dalam masyarakat. Tidak demikian, bukan soal bodoh atau miskin Muhammad diturunkan ke dunia melainkan soal akhlak. Jadi hanya kata penindasan diatas yg tepat. Berbeda dg pendahulunya, Muhammad membawakan aturan soal bagaimana berhubungan antar manusia disamping hubungan antara manusia dg khaliknya (spt pendahulunya juga), hablum minnallah, hablum minnanas. Itu sebabnya Islam tidak perlu sekular, mengadobsi hukum duniawi yg sdh ada (mis. hukum romawi jamannya Isa as). Tapi, manusia berkembang terus. Ilmu pengetahuan berkembang terus, apakah hal itu diinspirasi oleh agama maupun tidak. Bahkan di negara2 maju, agama (Kristen) yang tadinya memboncengi kekuasaan negara, kini berdiri terpisah dari pemerintahan. Pemisahan ini muncul semata2 karena masyarakatnya ingin merdeka dari segala sesuatu yang bersifat dogmatis, yang berbau keyakinan, yang tidak bisa dijelaskan oleh akal. Islam tidak bertentangan atau melarang Ilmu Pengetahuan, justru umat dianjurkan utk menuntut ilmu pengetahuan selama hayat dikandung badan, semakin tinggi ilmu pengetahuan umat maka dia akan makin mengerti konsep Islam, Allah menjamin tidak ada satupun ayat quran yg bertentangan dg Ilmu Pengetahuan. Umat yg tidak mau belajar Ilmu pengetahuan menjadi taqlid, dilarang oleh Islam. Disisi lain, kita melihat bahwa cukup banyak negara yang menerapkan penyatuan antara agama dengan kekuasaan pemerintahan. Ini terutama terjadi pada negara2 Islam. Keputusan pemerintah harus mengacu kepada ayat suci. Keputusan tertinggi bukanlah keputusan pemerintah akan tetapi keputusan khalifah, atau pemimpin umat. Tidak benar, itu sih pemerintahan abosolut yg berkedok Islam. Islam mengenal yg namanya Ijtihad, tidak harus mengikuti omongan khalifah apalagi kalau salah. Konsep dosa di Islam adalah utk diri sendiri, siapapun tidak bisa menanggung dosa orang lain sekalipun itu khalifah, setiap perbuatan dosa akan ditanggung oleh diri sendiri bukan orang lain. Sehari2 yang dibicarakan hanya ayat2 suci dan sejarah nabi. Manusia tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu, karena Tuhan menyuruh demikian. Akibatnya, negara2 dengan sistem pemerintahan dan sifat masyarakat yang seperti ini nggak maju2, karena yang dibicarakan hanya sekitar itu-itu saja dan kreatifitas mereka terkekang. Hukum dunia kalau perlu tidak usah diurusi, karena hukum Tuhan melalui kitab suci toch sudah sempurna. Walhasil, sekalipun mereka hanya jalan ditempat misalnya, tingkat kemajuan dan kepintaran mereka akan semakin jauh tertinggal dari hari ke hari, dibandingkan dengan negara2 sekuler yang berkembang terus itu. Pengecualian hanya ada pada Arab Saudi, yang masyarakatnya relatif 'bodoh' tapi kaya karena minyak dan Kaabah. Kalau Islam yg begitu memang tidak pernah maju dan itu menyalahi kaidah Islam yg *mengharuskan* Islam dipelajari dg hati dan akal. Tidak cukup dg hati juga tidak cukup dg akal saja; harus keduanya jalan selaras. Karena negara2 maju itu lebih
[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
agama, yang saya harapkan dapat memberikan kontribusi, walau sebesar debupun, kepada segala upaya kita semua dalam mengangkat republik ini dari derita yang berkepanjangan. Salam hangat, HermanSyah XIV. [EMAIL PROTECTED] 03/02/2004 11:04 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri Mas Yanto, Terimakasih atas responsnya, maaf agak telat soalnya nulis sambil ngantor sih. Jangan dikatakan saya akan memberikan pencerahan kepada Mas Yanto, anggap saja ini obrolan ringan sesama almamater. *Perbuatan baik dan buruk yang terus berjalan (jadi kayak ngejawab ujian sekolah aja nih) Gak usah pusing-pusing dengan grafik deh mas, biarin itu ada jaman kita kuliah aja ( Jadi ingat Pak Goenarso, dosen matematika lanjut). Pakai ilmu tukang buah aja Mas, pisahkan yang buah baik dan yang rusak/busuk. Jangan dicampur aduk semua, nanti kebolak-balik gak ketahuan mana yang baik dan mana yang busuk, kalau sudah dipisah melihatnya kan lebih jelas. Kita cari dan periksa penyebabnya utamanya kerusakan atau kebusukan, seberapa banyak jumlahnya , sebaliknya yang baik juga begitu. Kemudian kita lihat hubungan antara yang baik dan buruk, satu arah, atau bolak balik, bagaimana dampak hubungan ini. Beberapa hal yang bisa jadi penyebab yang Mas Yanto uraikan dibawah, 1).Tingkat Kemiskinan (berharta) Kesadaran apa yang kita harapkan dari orang yang sedang lapar Mas? Memikirkan makan kemarin, hari ini dan besok saja sudah menjadi tekanan bagi hidup mereka, sikap manusia yang sedang lapar akan mempengaruhi sikap mental dan emosionalnya. Orang kalau lapar sering bermasalah, contohnya barangkali ada diantara kita sendiri , pas pulang kerumah lapar berat, mau makan di meja gak ada apa-apa atau makanan gak cocok. Spaning bisa naik tuh Didalam agama Islam, kemiskinan itu sangat berbahaya mas, dikatakan Kemiskinan akan membawa kamu kepada kesesatan/kemunkaran (maaf, kata terakhir saya rubah supaya tidak terlalu sensitif) Dalam kenyataan disekitar kita, memang ada kelompok yang memanfaatkan kemiskinan masyarakat untuk kepentingan pribadi/kelompok yang berakibat burukpada kita semua. Kemarin saya mendengar di radio Pak Ahmad Syafie Ma'arif berkata bahwa peradaban Indonesia sekarang adalah peradaban Sembako, mungkin ini ada benarnya juga. 2). Tingkat Pendidikan (berilmu) Pemahaman apa yang kita harapkan dari orang yang tidak/kurang berilmu Mas? Kebodohan yang timbul karena kemiskinan 3). Pemimpin yang buruk Harapan apa yang bisa kita berikan kepada pemimpin seperti ini Mas? Manusia mempunyai sisi buruk yang namanya hawa nafsu atau nafsu jahat , nafsu harta atau kekuasaan. Nabi Muhammad bersabda: Musuhmu yang terbesar, ialah nafsujahat-mu yang berada dalam dirimu, jangan-jangan nafsu jahat inilah yang banyak bercokol dalam diri pemimpin kita Tiga hal buruk diatas berputar-putar terus dalam kehidupan masyarakat , yang membuat kita frustrasi melihat dampaknya pada pembusukan dan pengrusakan bangsa. Terus, dimana peranan agama ? Amal ibadah meningkat tapi maksiat jalan terus? 4). Kesadaran beragama (keimanan) Pemahaman generasi muda sekarang tentang agama jauh lebih baik dari kita dulu lho .Dulu ,khususnya kita yang tumbuh di kota besar beragama hanya dengan modal kul-hu doang, kalau sampai tua tidak meningkatkan diri atau mencari lagi, ya segitu-gitu aja. Tumbuhnya sekolah pendidikan dasar dan menengah umum yang berbasis agama ( misalnya Al-Azhar, Al-Izhar , Al-al lainnya), mempercepat proses pemahaman yang lebih baik tentang agama kepada generasi muda,ditambah lagi dengan banyak beredarnya buku-buku tentang Islam . Kalau sekarang banyak generasi muda yang berjilbab, termasuk selebritis , pergi haji diwaktu muda, banyak amal ibadah, dlsb,itu karena mereka paham dan sadar betul dengan apa yang mereka lakukan, mereka mencari dan memang menemukannya . Beda dengan kita, dulu atau sekarang, bisa jadi kita menjadi islam karena kultur atau tradisi orang tua, dengan pemahaman ala kadarnya. Kesadaran pemeluk agama yang terus terus meningkat di masyarakat? Peningkatan amal ibadah yang terjadi saat ini harus disyukuri , walaupun barangkali ada yang melakukan ibadah itu adalah sebagai pelarian dari sebagai orang-orang tertindas atau sebagai penindas, itu masih jauh lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Semua agama pasti menuju kebaikan, dan kebaikan dan keburukan punya jalan masing-masing pada setiap orang. Dalam suasana seperti ini , kayak apa jadinya masyarakat, sudah miskin, bodoh, dan tidak beriman pula. Agama bisa dijadikan oasis bagi orang orang yang dahaga, tempat berteduh bagi musafir yang letih (puitis aja lagi), Terus bagaimana dong kita memandang semua keruwetan /semarawutan yang terjadi ini? Kalau menurut saya sih, selama mayoritas rakyat kita masih miskin dan yang berakibat pada kebodohan, kita akan begini terus. Kalau melihat realitas sekarang, kita pakai ilmu tukang
[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
Ketertindasan. Oleh karena itu Kebodohan harus diberangus. Karena kita sekarang hidup di abad ke 21, bukan lagi diabad 7 sebelum Masehi, atau abad 1 Masehi atau 6 Masehi, maka untuk memberangus kebodohan itu (berikut kemiskinan dan ketertindasan yang dihasilkannya itu), bukan agama lagi yang dijadikan sebagai alat atau penuntun gerakan, akan tetapi kesepakatan2 manusia modernlah yang menjadi senjatanya, yang dibuat berdasarkan teori2 ilmu pengetahuan modern. Agama yang berpotensi sebagai salah satu penyebab timbulnya kebodohan itu harus dibatasi ruang geraknya, yaitu hanya diforum-forum keagamaan saja. Dalam pergaulan sehari2, kita tidak perlu lagi mengingatkan orang lain akan ayat2 suci, akan tetapi jauh lebih baik kalau kita mengingatkan mereka pada UU pasal berapa, ayat berapa, atau KUHP pasal berapa ayat berapa. Saya tidak akan kaget kalau pendapat saya ini lagi2 akan membangkitkan emosi pada orang2 yang merasa keyakinan beragamanya terusik. Untuk itu, saya mohon maaf lagi, karena lagi2 saya tidak bermaksud mendiskreditkan agama manapun juga. Saya hanya ingin mencoba berpikir dan menyumbang saran tanpa dibatasi oleh dogma2 agama, yang saya harapkan dapat memberikan kontribusi, walau sebesar debupun, kepada segala upaya kita semua dalam mengangkat republik ini dari derita yang berkepanjangan. Salam hangat, HermanSyah XIV. [EMAIL PROTECTED] 03/02/2004 11:04 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri Mas Yanto, Terimakasih atas responsnya, maaf agak telat soalnya nulis sambil ngantor sih. Jangan dikatakan saya akan memberikan pencerahan kepada Mas Yanto, anggap saja ini obrolan ringan sesama almamater. *Perbuatan baik dan buruk yang terus berjalan (jadi kayak ngejawab ujian sekolah aja nih) Gak usah pusing-pusing dengan grafik deh mas, biarin itu ada jaman kita kuliah aja ( Jadi ingat Pak Goenarso, dosen matematika lanjut). Pakai ilmu tukang buah aja Mas, pisahkan yang buah baik dan yang rusak/busuk. Jangan dicampur aduk semua, nanti kebolak-balik gak ketahuan mana yang baik dan mana yang busuk, kalau sudah dipisah melihatnya kan lebih jelas. Kita cari dan periksa penyebabnya utamanya kerusakan atau kebusukan, seberapa banyak jumlahnya , sebaliknya yang baik juga begitu. Kemudian kita lihat hubungan antara yang baik dan buruk, satu arah, atau bolak balik, bagaimana dampak hubungan ini. Beberapa hal yang bisa jadi penyebab yang Mas Yanto uraikan dibawah, 1).Tingkat Kemiskinan (berharta) Kesadaran apa yang kita harapkan dari orang yang sedang lapar Mas? Memikirkan makan kemarin, hari ini dan besok saja sudah menjadi tekanan bagi hidup mereka, sikap manusia yang sedang lapar akan mempengaruhi sikap mental dan emosionalnya. Orang kalau lapar sering bermasalah, contohnya barangkali ada diantara kita sendiri , pas pulang kerumah lapar berat, mau makan di meja gak ada apa-apa atau makanan gak cocok. Spaning bisa naik tuh Didalam agama Islam, kemiskinan itu sangat berbahaya mas, dikatakan Kemiskinan akan membawa kamu kepada kesesatan/kemunkaran (maaf, kata terakhir saya rubah supaya tidak terlalu sensitif) Dalam kenyataan disekitar kita, memang ada kelompok yang memanfaatkan kemiskinan masyarakat untuk kepentingan pribadi/kelompok yang berakibat burukpada kita semua. Kemarin saya mendengar di radio Pak Ahmad Syafie Ma'arif berkata bahwa peradaban Indonesia sekarang adalah peradaban Sembako, mungkin ini ada benarnya juga. 2). Tingkat Pendidikan (berilmu) Pemahaman apa yang kita harapkan dari orang yang tidak/kurang berilmu Mas? Kebodohan yang timbul karena kemiskinan 3). Pemimpin yang buruk Harapan apa yang bisa kita berikan kepada pemimpin seperti ini Mas? Manusia mempunyai sisi buruk yang namanya hawa nafsu atau nafsu jahat , nafsu harta atau kekuasaan. Nabi Muhammad bersabda: Musuhmu yang terbesar, ialah nafsujahat-mu yang berada dalam dirimu, jangan-jangan nafsu jahat inilah yang banyak bercokol dalam diri pemimpin kita Tiga hal buruk diatas berputar-putar terus dalam kehidupan masyarakat , yang membuat kita frustrasi melihat dampaknya pada pembusukan dan pengrusakan bangsa. Terus, dimana peranan agama ? Amal ibadah meningkat tapi maksiat jalan terus? 4). Kesadaran beragama (keimanan) Pemahaman generasi muda sekarang tentang agama jauh lebih baik dari kita dulu lho .Dulu ,khususnya kita yang tumbuh di kota besar beragama hanya dengan modal kul-hu doang, kalau sampai tua tidak meningkatkan diri atau mencari lagi, ya segitu-gitu aja. Tumbuhnya sekolah pendidikan dasar dan menengah umum yang berbasis agama ( misalnya Al-Azhar, Al-Izhar , Al-al lainnya), mempercepat proses pemahaman yang lebih baik tentang agama kepada generasi muda,ditambah lagi dengan banyak beredarnya buku-buku tentang Islam . Kalau sekarang banyak generasi muda yang berjilbab, termasuk selebritis , pergi
[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
Saya kok lebih cenderung untuk kasus Indonesia, Pemimpin Indonesialah yang membuat rakyatnya bodoh. sehingga bisa berkuasa lama, dan akibatnya bisa kita lihat bersama. Jangan jangan para pemimpin indonesia ini memang bodoh. Saya juga setuju bahwa agama tidak menjadikan masyarakat bodoh. Perintah pertama kali yang muncul adalah bacalah . Ini berarti diperintahkan untuk belajar, menganalisa, berfikir dst. Kalau manusia, nggak melakukannya yaaa sudah resikonya kalau bodoh. Menarik sekali, apakah memang benar pemimpin agama lah yang membiarkan masyarakat bodoh ?. Seberapa besar kontribusi para pemimpin agama dalam konteks mencerdaskan manusia manusia indonesia. Saya tidak yakin 2 atau 4 jam perminggu untuk pelajaran agama di sekolah dasar (SD), akan menjadikan mereka memahami dengan baik pelajaran agamanya apalagi pelajaran berhitung/matematika. Yang saya alami, anak-anak saya disekolahkan lagi / ngaji / madrasah sore dan tentu saja ibunya ikut membimbing. Mas Hermansyah, bisa lebih spesifik ... Dari cerita 'pencetus' agama2 besar itu, kita lihat bahwa munculnya agama seiring dengan adanya kebodohan, kemiskinan dan penindasan di dalam masyarakat. apakah sampeyan ingin mengatakan bahwa agama itu diciptakan manusia atau bagaimana ?. Saya mulai bisa mengerti konsep pikiran anda, kalau kalimat pencetus yang tertulis itu, memang benar-benar bahwa agama dicetuskan oleh manusia. Agama adalah pribadi, saya setuju bahwa agama tidak boleh dipaksakan (Mas Hermansyah juga pernah nulis hal ini).Karena masing-masing manusia akhirnya toh harus bertanggung jawab sendiri sendiri atas perilakunya. Bertanggung jawab kepada siapa ?, kalau yang ini tentu saja bergantung dari mana manusia itu melihat dirinya, apakah sebagai manusia yang hanya melihat dunia atau apakah dia melihat sebagai makluh dunia dan akhirat. Kebodohan memang harus segera disingkirkan dari Indonesia, Anggaran pendidikan harus dinaikkan, pemimpin harus bersih/nggak korupsi gede-gedean (heheheh kalau kecil-kecil gimana ?)/jujur. Nah kalau yang ini sihhh sudah pada paham/mengerti cuman lha susah amat sih. Saya punya pengalaman menarik, di jakarta. Kalau mau masuk jalan TOL yang di Gatot Subroto dari arah kuningan menuju pancoran, saya sering melihat mobil mobil mewah menyerobot dari sebelah kiri, terus sampai dekat mulut pintu masuk dengan gagahnya dan nekat memetong kekanan untuk masuk pintu TOL. Apa iya, mobil mewah ini pemiliknya orang bodoh (masak nggak bisa kasih tahu sopirnya). Barangkali moralnya yang memang mau menang sendiri. Yang ini hanya sebuah pengalaman yang hampir tiap jum'at sore saya alami dijakarta. Jadi nggak ada hubungannya dengan Indonesia yang Miskin dan Bodoh ?. Salam, dan selamat pagi dari jakarta. BudiNir. -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 04, 2004 8:52 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri Mas Hermansyah Wah tanggapan dan ulasan Anda menunjukan bahwa Anda mempunyai pendapat yang sangat didukung oleh suatu yang sangat mendasar , dan dapat berimajinasi sebagaimana saya seorang Geologist membayngakan sesuatu yan ada didalam perut bumi , Anda alumni dari jurusan apa ? Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan Anda mengenai bahwa agama (apapun agamanya - lah yang menjadikan masyarakat menjadi bodoh dan menjadi miskin. Lebih tepat bahwa pemimoin agama lah yang membiarkan masyarakat bodoh agar mereka dapat dan tepat menjadi peminpin dalam golongan agamanya , sehingga mereka mengharam'kan pendapat yang tidak persis dengan apa yang ada dalam Kitab kitab Suci mereka . Ingat bagaimana nasib Galeli Galileo , Syeh Siti Jenar dan banyak para pembaharu dalam agama bernasib menyedihkan . Bahwa kita mengatur kehidupan dunia dalam kaidah kaidah agama itu saya setujui , akan tetapi harap diingat bahwa seluruh kitab suciapapun dalam aplikasinya meerukan tafsir (ingat bahwa dalam hal Al Quran saja ad berbagai macam tafsir , say tidak tahu dalam Kitab Suci [EMAIL PROTECTED] wrote: Hallo mas Hudaya, Menarik sekali tanggapan anda buat mas Yanto. Sekalipun tanggapan anda itu ditujukan buat mas Yanto, boleh kan saya nimbrung memberikan reaksi? Dengan demikian saya berharap bisa belajar lebih banyak lagi dari anda, mas Yanto, dan rekan2 lain yang ingin bertukar pikiran. Mas Hudaya, dari tanggapan anda yang panjang lebar itu, anda menyimpulkan: Jadi...menurut saya sih , akar dari semua ini permasalahan ini adalah KEMISKINAN yang berakibatKEBODOHAN. Saya bertanya2 dalam hati, mana yang datang duluan ya? Miskin dulu lalu jadi bodoh, atau bodoh dulu, lalu jadi miskin? Kalau kita lihat sejarah peradaban umat manusia, maka rasanya kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang duluan itu adalah 'bodoh', baru kemudian 'miskin'. Lho kok bisa? Untuk sampai kepada kesimpulan itu, saya musti membawa diri saya masuk ke terowongan waktu menuju ke ribuan tahun sebelum masehi, untuk mencoba
[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
Mas Yanto, Terimakasih atas responsnya, maaf agak telat soalnya nulis sambil ngantor sih. Jangan dikatakan saya akan memberikan pencerahan kepada Mas Yanto, anggap saja ini obrolan ringan sesama almamater. *Perbuatan baik dan buruk yang terus berjalan (jadi kayak ngejawab ujian sekolah aja nih) Gak usah pusing-pusing dengan grafik deh mas, biarin itu ada jaman kita kuliah aja ( Jadi ingat Pak Goenarso, dosen matematika lanjut). Pakai ilmu tukang buah aja Mas, pisahkan yang buah baik dan yang rusak/busuk. Jangan dicampur aduk semua, nanti kebolak-balik gak ketahuan mana yang baik dan mana yang busuk, kalau sudah dipisah melihatnya kan lebih jelas. Kita cari dan periksa penyebabnya utamanya kerusakan atau kebusukan, seberapa banyak jumlahnya , sebaliknya yang baik juga begitu. Kemudian kita lihat hubungan antara yang baik dan buruk, satu arah, atau bolak balik, bagaimana dampak hubungan ini. Beberapa hal yang bisa jadi penyebab yang Mas Yanto uraikan dibawah, 1).Tingkat Kemiskinan (berharta) Kesadaran apa yang kita harapkan dari orang yang sedang lapar Mas? Memikirkan makan kemarin, hari ini dan besok saja sudah menjadi tekanan bagi hidup mereka, sikap manusia yang sedang lapar akan mempengaruhi sikap mental dan emosionalnya. Orang kalau lapar sering bermasalah, contohnya barangkali ada diantara kita sendiri , pas pulang kerumah lapar berat, mau makan di meja gak ada apa-apa atau makanan gak cocok. Spaning bisa naik tuh Didalam agama Islam, kemiskinan itu sangat berbahaya mas, dikatakan Kemiskinan akan membawa kamu kepada kesesatan/kemunkaran (maaf, kata terakhir saya rubah supaya tidak terlalu sensitif) Dalam kenyataan disekitar kita, memang ada kelompok yang memanfaatkan kemiskinan masyarakat untuk kepentingan pribadi/kelompok yang berakibat burukpada kita semua. Kemarin saya mendengar di radio Pak Ahmad Syafie Ma'arif berkata bahwa peradaban Indonesia sekarang adalah peradaban Sembako, mungkin ini ada benarnya juga. 2). Tingkat Pendidikan (berilmu) Pemahaman apa yang kita harapkan dari orang yang tidak/kurang berilmu Mas? Kebodohan yang timbul karena kemiskinan 3). Pemimpin yang buruk Harapan apa yang bisa kita berikan kepada pemimpin seperti ini Mas? Manusia mempunyai sisi buruk yang namanya hawa nafsu atau nafsu jahat , nafsu harta atau kekuasaan. Nabi Muhammad bersabda: Musuhmu yang terbesar, ialah nafsujahat-mu yang berada dalam dirimu, jangan-jangan nafsu jahat inilah yang banyak bercokol dalam diri pemimpin kita Tiga hal buruk diatas berputar-putar terus dalam kehidupan masyarakat , yang membuat kita frustrasi melihat dampaknya pada pembusukan dan pengrusakan bangsa. Terus, dimana peranan agama ? Amal ibadah meningkat tapi maksiat jalan terus? 4). Kesadaran beragama (keimanan) Pemahaman generasi muda sekarang tentang agama jauh lebih baik dari kita dulu lho .Dulu ,khususnya kita yang tumbuh di kota besar beragama hanya dengan modal kul-hu doang, kalau sampai tua tidak meningkatkan diri atau mencari lagi, ya segitu-gitu aja. Tumbuhnya sekolah pendidikan dasar dan menengah umum yang berbasis agama ( misalnya Al-Azhar, Al-Izhar , Al-al lainnya), mempercepat proses pemahaman yang lebih baik tentang agama kepada generasi muda,ditambah lagi dengan banyak beredarnya buku-buku tentang Islam . Kalau sekarang banyak generasi muda yang berjilbab, termasuk selebritis , pergi haji diwaktu muda, banyak amal ibadah, dlsb,itu karena mereka paham dan sadar betul dengan apa yang mereka lakukan, mereka mencari dan memang menemukannya . Beda dengan kita, dulu atau sekarang, bisa jadi kita menjadi islam karena kultur atau tradisi orang tua, dengan pemahaman ala kadarnya. Kesadaran pemeluk agama yang terus terus meningkat di masyarakat? Peningkatan amal ibadah yang terjadi saat ini harus disyukuri , walaupun barangkali ada yang melakukan ibadah itu adalah sebagai pelarian dari sebagai orang-orang tertindas atau sebagai penindas, itu masih jauh lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Semua agama pasti menuju kebaikan, dan kebaikan dan keburukan punya jalan masing-masing pada setiap orang. Dalam suasana seperti ini , kayak apa jadinya masyarakat, sudah miskin, bodoh, dan tidak beriman pula. Agama bisa dijadikan oasis bagi orang orang yang dahaga, tempat berteduh bagi musafir yang letih (puitis aja lagi), Terus bagaimana dong kita memandang semua keruwetan /semarawutan yang terjadi ini? Kalau menurut saya sih, selama mayoritas rakyat kita masih miskin dan yang berakibat pada kebodohan, kita akan begini terus. Kalau melihat realitas sekarang, kita pakai ilmu tukang buah aja lagi, yang bagus-bagus harus di elus-elus, di baek-baek-in, diusap-usap , dipelihara supaya gak jadi busuk. Yang busuk kalau memang sudah parah, ya harus disingkirkan, kalau kate tukang buah orang betawi , itu buah harus di gejik supaya hancur. * *Masalah maling yang beramal yang banyak di sekeliling kita Bingung ya mas , kok bisa kayak gini ? Ya pantas bingung mas, karena mereka sendiri