oke pak, demokrasi memang tidak hanya sekedar pemilu atau voting 50% +
1. tapi itu juga kan yang digembar-gemborkan oleh barat selama ini?
pemilu presiden di Amerika Serikat saja sebelumnya (tahun 2000)
akhirnya hasilnya ditentukan oleh Makhamah Agung, gara2 suara yang
seimbang antara George W Bush dan Al Gore. Pada Pemilu 2004 diduga ada
kecurangan dengan pengabaian suara2 golongan minoritas seperti suku
asli Amerika, Afro-Amerika, Hispanik dll. Lihat ... negara yang
demokrasinya maju saja bermain2 dengan pemilunya dan tidak benar-benar
fair melaksanakan pemilu. Wajar kalau banyak rakyat Amerika saat ini
yang merasa kecolongan dalam memilih presiden. Ternyata presiden yang
dipilih bukanlah "sebenar-benar" atau "sejujur-jujur" presiden dalam
pemilihan yang jujur dan adil.

Lalu apa? Demokrasi mensyaratkan keterwakilan dari semua golongan,
termasuk golongan minoritas. Demokrasi juga mensyaratkan pemilu yang
jujur dan adil, yang kalau Pak Dana baca, pasti banyak pula
kontroversinya di Amerika Serikat (soal pemilu yang sebenarnya lebih
didukung oleh calon yang "punya duit" ketimbang kandidat yang benar2
berprestasi dan mempunyai kinerja yang bagus. tanpa duit dan dukungan
dari kapitalis termasuk perusahaan minyak, industri senjata, dan
lobby-lobby yahudi, seorang calon presiden AS tidak bisa meraup suara
banyak).

AS sendiri banyak berkoar-koar soal pelaksanaan demokrasi di Timur
Tengah. Makanya dia menyerbu Irak karena menganggap pemimpinnya
diktator dan tidak demokratis. Well, okelah. Tapi saat partai Hamas
menang dalam pemilu di Palestina apa yang dilakukan AS? Berusaha
memboikot hasil pemilu dan tidak mendukung pemerintahan partai Hamas
dengan menghentikan bantuan yang selama ini mengalir pada pemerintah
Palestina. Lelucon macam apa yang dimainkan Amerika, Pak Dana? Ini
adalah bukti kebijakan standard ganda yang dilakukan oleh pemerintah
demokratis AS. Tatkala pemerintah demokratis yang tidak sesuai
kehendaknya yang menang dan berkuasa, maka ia tidak mendukungnya. Tapi
pemerintahan yang diktator seperti di Arab Saudi atau Pakistan bisa
didukung oleh AS karena ia sesuai dengan kehendaknya.

Soal Hitler, itu hal yang lain. Bagaimanapun ia lahir dari pemilu yang
demokratis dan didukung rakyatnya. Kalau Pak Dana percaya pada
demokrasi, termasuk mekanisme pemilu di dalamnya, tentu percaya bahwa
Hitler adalah pemimpin yang didukung oleh rakyatnya. Ambisinya untuk
menjadikan negara Jerman negara yang maju bukanlah ambisinya pribadi,
melainkan keinginan sebagian besar rakyat jerman saat itu.

Sekarang bandingkan Hitler dengan GW Bush. Keduanya sama2 lahir dari
pemilu yang demokratis. Dan keduanya sama2 berambisi menjadikan
negaranya sebagai negara yang maju dan terkemuka. Keduanya sama2
didukung oleh rakyatnya. Penentangnya tentu saja bukan orang yang
patriotis dari sisi negara. Oke, keduanya juga melakukan penyerangan
kepada negara lain, pembunuhan dan pembasmian secara massal. Bedanya
cuman, saat ini Hitler kalah perang dan sudah mati bunuh diri,
sementara GW Bush belum. Mungkin suatu saat kelak, sejarah juga akan
mencatat bahwa GW Bush adalah seorang penjahat perang yang menyerang
negara Irak & Afganishtan tanpa alasan.

... dan keduanya lahir dari sistem pemerintahan yang demokratis.

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 3/6/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>
> Jelas memang ini pelanggaran thd demokrasi.  Saya sendiri enggak tahu
>  persis apa latar belakang militansi di Aljazair dan terimakasih sudah
>  diberikan di sini.  Saya hanya melihat hasil akhirnya saja bahwa
>  Aljazair tidak aman karena militansi dari kelompok Islam radikal.
>
>  Ada suatu pertimbangan: pemilu sendiri adalah mekanisme demokrasi
>  tetapi bukan demokrasi itu sendiri.  Seperti Hitler dan partai
>  Nazi-nya dipilih secara demokratis tetapi setelah itu mereka menjadi
>  totalitarianisme dan melanggar segala macam HAM.  Demokrasi memerlukan
>  lebih dari pemilu. Topik ini pernah saya bahas dg pak HMNA.  Memang
>  sering demokrasi disalahtafsirkan hanya sbg voting dimana 50%+1 adalah
>  si pemenang.
>
>  Demokrasi memerlukan juga kelembagaan moderen yg berjalan baik.  Tanpa
>  itu semua belum demokrasi namanya.  Dan akan menjurus ke sana.  Contoh
>  aja jaman Orba, diktator yg di angkat oleh pemilu yg 'demokratis'.

Kirim email ke