mas wikan,

saya kira maksudnya itu:

1. sedikit saja ada syarat2 yang "merugikan", maka bisa jadi arti lokalisasi 
dalam konteks manajemen resiko dan pengendalian dampak pelacuran akan hilang.
memangnya orang terang-terangan dan mau dipublikasikan masuk ke lokalisasi?
lha begitu masuk harus nulis buku tamu saja, orang bisa jadi mending milih 
pasar gelap.
lha wong spy nggak sakit dan menularkan penyakit dikasih kondom, lalu kondom 
itu bener2 dipake saja sudah untung, ini mau diceramahi segala...
;-)

2. Tentu saja perlu cara "preventif", tp. IMHO cara yang "benar" biasanya luar 
biasa berat .
Pertanyaan dasarnya bagaimana caranya "demand" dan supply" bisa berkurang 
dengan sendirinya.

"Demand" bisa dikurangi dengan berbagai cara dari yang sederhana, lingkung 
keluarga hingga yang kompleks di lingkup negara. Contohnya: bagaimana caranya 
membuat semua orang memiliki kesibukan yang cukup banyak namun tetap 
menyenangkan, supaya nggak punya pikiran "ngeres". Karyawan harus dibuat sibuk 
bekerja , mahasiswa harus banyak tugas dan kesibukan yang menantang, 
Jg. sampai ada orang menganggur, semua rajin ber-olahraga dan olah batin 
termasuk dengan yoga dan puasa, negara punya target yang membawa excitement 
bagi warganya.
"Supply" bisa dikurangi utamanya dengan memikirkan nasib para pelacur dan 
keluarga yang terkait.
Semuanya terkait dengan pendidikan bangsa.

Belum lagi urusan pendidikan sex, mulai dari "early intro" buat anak-anak, 
"introduction to" bg remaja, hingga "advanced.." bagi orang dewasa... 
lha ada keponakan TK nanya, "perkosaan itu apa sih om", bingung lah orang 
tuanya... dijawab, "pokoknya itu kerjaan orang jahat"... ;-)

Pada akhirnya memang terlihat sbg urusan yang luar biasa berat yang tidak dapat 
diurus dengan sederhana dan instan. Selain urusan negara, hal itu juga 
merupakan urusan kita semua. 
Pertanyaan mendasarnya, seberapa peduli kita dengan orang-orang itu?
Atau hanya untuk kepuasan batin kita, kita hanya ingin orang-orang itu TIDAK 
ADA seperti kita menyingkirkan sampah? Jika begitu, silahkan sutress terus, 
karena sayangnya mereka itu ADA.
Makanya mas Donnie mengumpamakan orang yang membubarkan lokalisasi bagai orang 
yang menyapu sampah ke bawah karpet.


  ----- Original Message ----- 
  From: Wikan Danar Sunindyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, December 01, 2008 4:04 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Pandangan lain Re: larangan yoga?


  saya setuju aja mas dwi ...
  pokoknya dibikin prostitusi yang legal dengan syarat2 yang sudah saya
  sebutkan dan mas dwi tambahkan
  selain itu ya nggak boleh ada prostitusi lain, termasuk black market
  harus dimusnahkan

  salam,
  --
  wikan

  2008/11/30 Dwi Soegardi <[EMAIL PROTECTED]>:
  > gimana kalo ditambahi syarat-syarat:
  > - dengan sepengetahuan istri bagi yang sudah menikah ....
  > - memahami resiko-resiko kesehatan, bukan sekedar ikutan kultum agama,
  > tapi denger kuliah kedokteran, minimal videonya, telah konsultasi dokter dll
  > - menandatangani pernyataan tidak menuntut pihak lokalisasi
  > kalau ada efek samping: kesehatan, rumah tangga berantakan, digerebek FPI,
  > ....
  >
  > wah kebanyakan syarat ya? hehehe
  > bisa-bisa batal ke lokalisasi tapi malah ke "black market" prostitusi lagi
  > .....


   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke