Tujuan melokalisir, artinya ya memang melokasir kegiatan itu. Dalam setiap kegiatan manusia ada kelompok 'hard core' nya. Dunia prostitusi juga gitu, akan selalu ada 'die-hard' nya dari sisi supply maupun demand. Itulah yang mesti dilokalisir, dalam arti dimenej dalam batas lokasi itu.
Ekses prostitusi jangan sampai merebak kemana-mana, seperti sekarang ini, sehingga mempengaruhi kehidupan sehari2 kebanyakan orang dimana- mana, dengan kata lain ada exploitasi terhadap ketidakberdayaan sebagian orang maupun exploitasi nafsu sebagian orang lain, dan ini mempengaruhi tatanan sosial kita dengan cara yang nggak baik. Dan yang seperti ini nggak bisa dicarikan solusinya hanya dengan lokalisasi saja - melainkan dengan solusi yang dijabarkan temen2. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "h.s nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ini penjelasan yg lebih komprehensif. > soalnya, kalau sokusi cuma lokalisasi aja, hati2... > itu solusi yg dilematis juga, menurut saya... > > tujuannya apa? mereduksi atau melegalisasi pekerjaannya? beda2 tipis.. > kalau yg terakhir, apa tidak akan mengstimulasi pertumbuhan bisnis itu? > sama halnya ketika ngatur pornografi... dng melegalkan ini (maksudnya > mengatur) > apa nantinya tidak mengstimulus industri pornografi lokal? > sekarang kan sebagian besar barang pornografi adl produk luar.. > > ada yg nyinggung2 soal "pilhan bebas" baik buat si PSK dan konsumennya.. > tapi, sampai level mana kita bisa bilang kalau pilihan mereka bebas? :-) > di feminis sendiri kan pendapatnya beda2 juga.. > ada yg memperjuangkan pengakuan profesi PSKnya.. > ada yg menganggap pekerjaan ini adalah pekerjaan yg terburuk bagi > perempuan... > implementasinya beda2 tipis sih... > gak bisa cuma dng lokalisasi aja.. > kalaupun ada "pembinaan" dan alternatif pekerjaan.. > banyak yg sudah melakukan dan itu bukan hal yg mudah.. > ya tetap berlaku hukum pasar.. > Sejauh mana alternatif pekerjaan tadi lebih baik? > Bukan persoalan "moral" perempuannya, tapi hukum pasar. > Sejauh mana tenaga perempuan dihargai di dunia pekerjaan. > Belum lagi merehabilitasi kondisi tubuh yg sudah terlanjur pernah jadi > barang komersial.. > aku kok kebayang laptop yg kebobolan kena virus akibat dicolok berbagai > macam usb orang yg minta file.. > laptop sih gampang, paling banter install ulang.. > > > 2008/12/1 Ary Setijadi Prihatmanto <[EMAIL PROTECTED]> > > > mas wikan, > > > > saya kira maksudnya itu: > > > > 1. sedikit saja ada syarat2 yang "merugikan", maka bisa jadi arti > > lokalisasi dalam konteks manajemen resiko dan pengendalian dampak pelacuran > > akan hilang. > > memangnya orang terang-terangan dan mau dipublikasikan masuk ke lokalisasi? > > lha begitu masuk harus nulis buku tamu saja, orang bisa jadi mending milih > > pasar gelap. > > lha wong spy nggak sakit dan menularkan penyakit dikasih kondom, lalu > > kondom itu bener2 dipake saja sudah untung, ini mau diceramahi segala... > > ;-) > > > > 2. Tentu saja perlu cara "preventif", tp. IMHO cara yang "benar" biasanya > > luar biasa berat . > > Pertanyaan dasarnya bagaimana caranya "demand" dan supply" bisa berkurang > > dengan sendirinya. > > > > "Demand" bisa dikurangi dengan berbagai cara dari yang sederhana, lingkung > > keluarga hingga yang kompleks di lingkup negara. Contohnya: bagaimana > > caranya membuat semua orang memiliki kesibukan yang cukup banyak namun tetap > > menyenangkan, supaya nggak punya pikiran "ngeres". Karyawan harus dibuat > > sibuk bekerja , mahasiswa harus banyak tugas dan kesibukan yang menantang, > > Jg. sampai ada orang menganggur, semua rajin ber-olahraga dan olah batin > > termasuk dengan yoga dan puasa, negara punya target yang membawa excitement > > bagi warganya. > > "Supply" bisa dikurangi utamanya dengan memikirkan nasib para pelacur dan > > keluarga yang terkait. > > Semuanya terkait dengan pendidikan bangsa. > > > > Belum lagi urusan pendidikan sex, mulai dari "early intro" buat anak-anak, > > "introduction to" bg remaja, hingga "advanced.." bagi orang dewasa... > > lha ada keponakan TK nanya, "perkosaan itu apa sih om", bingung lah orang > > tuanya... dijawab, "pokoknya itu kerjaan orang jahat"... ;-) > > > > Pada akhirnya memang terlihat sbg urusan yang luar biasa berat yang tidak > > dapat diurus dengan sederhana dan instan. Selain urusan negara, hal itu juga > > merupakan urusan kita semua. > > Pertanyaan mendasarnya, seberapa peduli kita dengan orang-orang itu? > > Atau hanya untuk kepuasan batin kita, kita hanya ingin orang- orang itu > > TIDAK ADA seperti kita menyingkirkan sampah? Jika begitu, silahkan sutress > > terus, karena sayangnya mereka itu ADA. > > Makanya mas Donnie mengumpamakan orang yang membubarkan lokalisasi bagai > > orang yang menyapu sampah ke bawah karpet. > > > > ----- Original Message ----- > > From: Wikan Danar Sunindyo > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah% 40yahoogroups.com> > > Sent: Monday, December 01, 2008 4:04 AM > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Pandangan lain Re: larangan yoga? > > > > saya setuju aja mas dwi ... > > pokoknya dibikin prostitusi yang legal dengan syarat2 yang sudah saya > > sebutkan dan mas dwi tambahkan > > selain itu ya nggak boleh ada prostitusi lain, termasuk black market > > harus dimusnahkan > > > > salam, > > -- > > wikan > > > > 2008/11/30 Dwi Soegardi <[EMAIL PROTECTED] <soegardi%40gmail.com>>: > > > gimana kalo ditambahi syarat-syarat: > > > - dengan sepengetahuan istri bagi yang sudah menikah .... > > > - memahami resiko-resiko kesehatan, bukan sekedar ikutan kultum agama, > > > tapi denger kuliah kedokteran, minimal videonya, telah konsultasi dokter > > dll > > > - menandatangani pernyataan tidak menuntut pihak lokalisasi > > > kalau ada efek samping: kesehatan, rumah tangga berantakan, digerebek > > FPI, > > > .... > > > > > > wah kebanyakan syarat ya? hehehe > > > bisa-bisa batal ke lokalisasi tapi malah ke "black market" prostitusi > > lagi > > > ..... > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >