Benar begitu, kurang lebih kalau kontrak karya-nya 20 tahun depresiasi pertahun sekitar 1/20 shg nilai buku jadi NOL pada waktu berakhir. Biasanya kontraktor disuruh beresin sendiri peralatan tersisa itu dikasih kesempatan jual dipasar, jadinya merupakan keuntungan tambahan/extra. Itulah, alasan mengganti nilai buku kok seperti di-buat2, kemudian biar bagaimanapun biarpun mungkin tidak jadi nol nilai buku sdh susut banyak sekali.. Menurut saya sih memang pemerintah tetap menginginkan Freeport, dengan berbagai alasan apapun.
---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote : Di kebanyakan industri kimia Nederland, afschrijving untuk reaktor2 kebanyakan untuk 15 tahun.Setelah 15 tahun, dianggap harganya nul, padahal reaktor itu masih bisa dipakai misalnya untuk10 tahun lagi. Jadi tiap tahun nilai bukunya reaktor tersebut turun 1/15 nya.Tidak tahu bagaimana perjanjian international di bidang pertambangan, penyusutan hingga harga nol setelah berapa tahun.Kalau banyak mesin2 baru di Free Port, ya harganya masih tinggi. Ada negeri yang memilih penyusutan lebih cepat, agar mesin2nya dapat cepat diperbarui. 2018-03-06 1:49 GMT+01:00 jonathangoeij@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>: Alasan yg seperti di-buat2, apakah benar ada klausul seperti ini? Dalam investasi pertambangan seperti ini umumnya depresiasi yg diterapkan sepanjang perkiraan waktu operasi, dalam kontrak karya tentu selama jangka waktu kontrak, yg artinya nilai buku jadi nol pada akhir masa kontrak kerja. kutipan: "Memang pertanyaan ini wajar sih kalau ditanyakan. Jawabannya satu bahwa kalau misalnya ditunggu 2021 ambil alih harus bayar sekurangnya nilai buku dari semua investasi Freeport dilakukan di situ," ujar Jonan di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (5/3/2018). ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote : From: 'j.gedearka' j.gedearka@... [GELORA45]Sent: Tuesday, March 6, 2018 3:31 AM https://finance.detik.com/ energi/d-3900074/ini-alasan- ri-tak-caplok-freeport-saat- kontrak-habis-2021?_ga=2. 165066559.1654485037. 1520277749-99006399.1520277749 Senin 05 Mar 2018, 22:35 WIB Ini Alasan RI Tak Caplok Freeport Saat Kontrak Habis 2021 Ardan Adhi Chandra – detikFinance Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan membeberkan alasan pemerintah tidak mencaplok PT Freeport Indonesia saat kontraknya berakhir di 2021 mendatang. Pertanyaan ini seringkali ditanyakan kepadanya. Jonan mengatakan, jika pemerintah Indonesia mencaplok Freeport saat kontraknya habis di 2021 , maka harus bayar seluruh investasi yang sudah dikeluarkan Freeport Indonesia. "Memang pertanyaan ini wajar sih kalau ditanyakan. Jawabannya satu bahwa kalau misalnya ditunggu 2021 ambil alih harus bayar sekurangnya nilai buku dari semua investasi Freeport dilakukan di situ," ujar Jonan di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (5/3/2018). | Baca juga: Jonan: Divestasi Saham Freeport Selesai April | "Kedua, Freeport akan tetap upaya arbitrase dan sebagainya. Nanti kalau penilaiannya, pengambilalihan dan sebagainya juga. Bukan saya bilang tidak mudah, makan waktu dan harus bayar karena di kontrak karya (KK) gitu," lanjut Jonan Dia menambahkan, proses divestasi saham Freeport hingga 51% dilakukan dengan harga yang sewajar mungkin. Proses divestasi dilakukan dengan mengambil alih 40% participating interest (PI) Rio Tinto dan 9,36% saham Indocopper Investama. "Ketiga, kita akan beli dengan harga sewajar mungkin sampai saham pemerintah 51%. Mengambil participating interest Rio Tinto 40% dikonversi saham dan lainnya kepemilikan saham Freeport Mcmoran di PT Indocopper. Arahan Bapak Presiden kalau bisa April sudah selesai," kata Jonan. | Baca juga: Jonan: Freeport Harus Jual 51% Saham ke Pemerintah Sebelum 2021 | Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menambahkan, pemerintah berupaya agar 40% participating interest Rio Tinto di tambang Grasberg persentasenya tidak berubah setelah dikonversi ke saham. Selanjutnya, ditambah dengan 9,36% saham Indocopper Investama di Freeport Indonesia. "Upayanya 40% dikonversi. Diupayakan, harus diupayakan," tutur Bambang. (ara/hns)