Bung Jo,
Kalau saya baca, rupanya bukan keharusan, karena ada yang tidak kerja,
diongkosi dari Indonesia.
Sebaliknya, banyak mahasiswa Taiwan nyambi kerja.
Banyak teman yang dulu belajar di Jerman, sambil nyambi kerja.
Ada yang dapat kerjaan dai Prof.nya pelihara tikus dan kalau week-end kerja
di restaurant indonesia.
Ada juga yang kerja di kereta api, turunkan barang-barang.
Ada yang sampai jadi kuli turunkan barang dari truck. Rupanya waktu itu
belum pakai hefttruck ?
Ada yang kerja di pabrik kertas. Mertuanya cerita pada saya beratnya dorong
gulungan besar kertas
yang baru selesai diproduksi, padahal dia atleet Kung Fu.
Kalau yang ambil PhD dapat bayaran bulanan dari prof.nya yang terima
kerjaan dari perusahaan.
Yang ini bisa hidup cukup.
Ada yang pagi hari antar koran. Pulang makan, terus kuliah. Week-end kerja
di bengkel perumahan
yang terima pekerjaan dari perusahaan besar.
Hebatnya, yang saya kenal, semuanya lulus. Ada yang punya 2 PhD, fisika dan
kedokteran.
Ada yang punya Dr. Habilation.
Ada yang pindah dari Nederland ke Jerman, karena uang kuliah di Belanda
mahal, sedangkan di
jerman gratis dan asuransi kesehatan untuk mahasiswa murah sekali, apalagi
makan di Mensa
murah, dan cari pekerjaan sambilan gampang.
Salam,
KH


Pada tanggal Jum, 4 Jan 2019 pukul 08.41 b...@yahoo.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com> menulis:

> Bung Djie
>
> Kalau pekerjaan dari mahasiswa, tidak ada hubungannya dgn mata
> pelajarannya, juga mesti dicari tahu apakah mahasiswa dari penduduk Taiwan
> jugga harus bekerja begitu atau tidak. Kalau tidak begitu, baru universitas
> bisa disalahkan dgn adanya diskriminasi.
>
> Salam,
> BH Jo

Kirim email ke