Awang
Jadi seperti kata-nya NIKE "just do it". Si Abah (ndak punya sepatu Nike) > "Perasaan" bahwa poster kelas dua harus dihapuskan baik dari panitia > konvensi maupun peserta konvensi, juga penulisnya. Tidak bisa dinafikan > bahwa perasaan kelas dua itu masih ada. IPA dalam lima tahun terakhir ini > boleh dikatakan tak menganut pembedaan itu, sekali paper lengkapnya dimuat > dalam proceedings, maka hilanglah mana paper oral mana paper poster. > > Menyiapkan poster lebih susah daripada sekedar menyiapkan presentasi > oral. Menyiapkan poster lebih makan waktu, tenaga, dan biaya. Dulu saat > presentasi oral masih menggunakan slide 35 mm menyiapkan presentasi oral > sama susahnya dengan menyiapkan poster. Sekarang, dengan menggunakan > power point presentation, 10 menit sebelum presentasi pun kita masih > bisa melakukan perubahan atas bahan presentasi bila diperlukan. > > Presentasi oral hanya 15-20 menit, lalu diskusi 5-10 menit; habis itu > orang melupakannya. Pembicara hanya cukup membawa flash disk dan > memberikan bahannya ke panitia untuk di-copy. Nah, poster : booth-nya > dijagai pembuatnya bisa setengah hari-sehari. Lalu ia/mereka juga mesti > siap sedia menjawab pertanyaan pengunjung selama posternya digantung. > Membawanya ke tempat konvensi pun tak sederhana, tak hanya disakui > seperti flash disk; tapi mesti dibawa menggunakan tabung pipa, dibawa > terbang, jauh melintasi benua2 (kalau mengikuti konvensi internasional), > merepotkan. Dan, biaya membuat poster dengan kualitas cetak yang prima > sungguh tak murah biayanya. Maka, sungguh tak adil kalau poster > dikelasduakan sebab dalam banyak hal menyiapkannya lebih susah daripada > presentasi oral. > > Hanya, dalam pengamatan saya, orang2 lebih senang menonton presentasi > oral daripada presentasi poster. Mengapa ? Sebagian karena kesalahan > panitia juga yang menempatkan abstrak2 yang menurutnya menarik menjadi > presentasi oral; sedangkan yang ditaruh di poster yang menurutnya biasa2 > saja; atau bila tak tertampung di oral, maka ditaruh di poster saja. > Sebagian lagi karena penonton umumnya pasif, mereka merasa lebih nyaman > duduk di ruang yang enak, setengah gelap, dan mengikuti presentasi oral > dengan nyaman. Coba kalau melihat poster, mereka mesti berdiri, > berhadapan dengan penulisnya, dan merasa canggung bila diam saja tak > bertanya. Jadi, para pengunjung poster hanya berjalan-jalan cepat > melihat poster2 dari jauh. Unrtuk mendekatinya agak enggan, apalagi > kalau di booth poster itu gak ada orang lain hanya penulisnya. Umumnya > si pengunjung tak akan mampir untuk berdiskusi dengan penulisnya. Maka, > begitu juga alasan mengapa booth poster sering juga tak dijagai > penulisnya -yang > lihat aja gak ada kok... > > Kalau booth poster bersebelahan dengan booth pameran industri, nah > celakalah,sebab booth pameran industri selalu menjadi magnet yang paling > kuat di setiap konvensi. > > Maka,kalau poster terasa sebagai kelas dua, ya kesalahannya ada di kita > juga. Semuanya harus berubah sebab presentasi poster harus dihargai > setinggi presentasi oral, penghargaannya juga harus sebanyak kategori2 > penghargaan di oral, jangan dibedakan. Penulis poster harus menyerahkan > full paper seperti juga oral. > > Tentang nilai cum untuk penulisan makalah, mestinya saat ini sudah > direvisi. IPA tak mencetak prosiding-nya secara langsung, tetapi > berdasarkan pesanan. Alasannya, biaya mencetak prosiding IPA itu semakin > mahal,sehingga satu volume harganya bisa sekitar Rp 1 juta. Memang di > penilaian cum ada kategori2 tertentu apakah makalahnya dimuat di jurnal > nasional, internasional, di publikasi yang punya ISBN, atau ISSN, dll. > Dalam era digital seperti sekarang mestinya aturan2 itu ditinjau lagi. > > Menulis paper untuk mengejar nilai cum guna mencapai posisi2 tertentu di > akademik memang pendorong semangat berkarya; hanya setelah posisi itu > tercapai, diharapkan jangan berkurang berkaryanya. Menulis memang bisa > berkorelasi dengan mengejar jabatan, sebab begitu memang rangsangan > aturannya; tetapi menulis paper sejatinya adalah untuk kemajuan sains > yang pada akhirnya berguna juga untuk kemajuan bangsa. > > Pengalaman pribadi saja, belasan tahun saya telah menulis paper dan > berbagai publikasi lainnya, sampai saat ini ada 130 publikasi, > setengahnya adalah paper2 ilmiah di berbagai pertemuan atau jurnal2 > nasional dan internasional yang ada makalah lengkapnya. Tidak ada nilai > cum, tidak ada posisi jabatan tertentu yang diberikan karena karya2 > tulis itu. Yang ada hanyalah perasaan cinta kepada geologi yang semakin > mendalam. Tetapi begitulah bila orang jatuh cinta, tentu banyak ia > menulis surat. > > salam, > awang > > > > Eddy Subroto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mas Syaiful, > > He he enggak, saya di Bandung saja (di kantor). Lho kan ITB mempergunakan > jasa AI3 (jangan tanya singkatannya karena saya lupa) dari Jepang. Jadi > kalau saya kirim email, maka setelah melalui servernya ITB, email saya > jalan-jalan dulu ke Jepang dan baru dikirim ke server IAGI. Mungkin di > perjalanan itu jam saya diganti dengan GMT. Jadi kalau ingin tahu saat > saya mengirim, ya GMT + 7. > > Hal lain, sampai saat ini masih sulit seseorang mengklaim makalah di > prosidings yang diterbitkan dalam bentuk CD, padahal kecenderungan > sekarang organisasi besar seperti AAPG menerbitkan prosidingsnya dalam > bentuk CD yang praktis. Nah, beberapa teman yang mengajukan permohonan > kenaikan jabatan banyak yang terganggu (terhambat) karena tidak memiliki > prosidings yang dalam bentuk buku. Pak Zaim (kalau baca) akan dapat > mengomentari juga masalah ini. > > Semoga saja milis ini dibaca oleh pejabat yang berwenang mengganti > kebijakan sehingga presentasi dalam bentuk oral atau poster nilainya sama. > Kalau seperti di IPA yang menerbitkan makalah baik poster maupun oral di > prosidings tidak masalah. Kita dapat saja menyebutnya sebagai makalah oral > toh tidak diminta bukti daftar acara. Yang diminta hanya prosidingsnya > saja. Jadi walau saya sudah mendapat CD dari Konvensi IPA, misalnya, kalau > saya mau menggunakan makalah di dalam CD itu untuk naik jabatan dan tidak > mau bermasalah, maka saya harus beli bukunya. Karena itu saya terus tanya > terbitnya Proceedings IPA tahun sebelumnya karena makalah saya ada di > dalamnya. Untuk IPA yang akan datang ini tampaknya saya tidak perlu beli > buku prosidingsnya, lha makalah saya tidak diterima. > > Wsalam, > EAS > > >> Abah Yanto, pak Eddy, dkk lainnya, >> >> Terimakasih atas masukan dari pak Eddy. Sebelumnya mohon maaf, apakah > pak Eddy sedang berada di luar negeri? Catatan waktu di komputer yg pak > Eddy gunakan berbeda jauh dengan wib, sehingga ada 2 kemungkinan: > komputernya salah setting utk waktu, atau ya itu tadi, pak Eddy sedang > jalan2 ke luar negeri. >> >> Mengenai tindakan dari 'panitia' (iagi, ipa, dll), sudah dilakukan kok. > Tidak hanya sekedar abstrak, bahkan full paper atau >> extended-abstract utk makalah yg dipresentasikan sbg poster, juga sudah > dimasukkan proceedings (entah dalam format digital atau pun hardcopy). > Artinya, utk kedua jenis presentasi tsb, sudah diperlakukan hal yg sama: > penulis/presenter sama2 diminta mengirimkan makalah lengkapnya. >> >> Nah, mungkin sekarang mesti dihimbau agar yg dikemukakan oleh pak Eddy > tentang perbedaan kredit yg didapat, utk dihapuskan alias kreditnya > mesti sama. >> >> Jaman dulu, paling tidak hingga akhir abad 20, memang utk ikut >> presentasi oral atau poster sangat jauh berbeda, sbb: >> >> Makalah utk PRESENTASI ORAL (jadul): >> * setelah membuat abstrak dan diterima, harus mengirimkan makalah > lengkap; >> * harus mempersiapkan materi presentasi (yg sangat sederhana ya dengan > plastik murahan utk ditulisi spidol, atau yg agak mahal dikit dg plastik > khusus dan tulisan atau gambar dicetak: ini kalo mau >> menggunakan overhead projector alias OHP; nah, yg lebih canggih waktu > dulu, menggunakan slide projector, bisa satu projector dan satu layar, > atau dua projector dan dua layar: mesti ribet utk mempersiapkan gambar > di draftsman, terus difoto dulu dg kamera positif, dst, dst) --> yg > jelas, rumit, repot, makan banyak waktu, tenaga, dan biaya. >> >> Makalah utk PRESENTASI POSTER (jadul): >> * cukup mengirimkan abstrak saja; >> * tinggal menentukan media (kertas, karton, dll) dan tulisan serta > gambar tinggal ditempelkan saja. >> >> JAMAN KINI, semua persiapan sama (abstrak, makalah lengkap), bedanya > hanya cara presentasi. >> >> Nah, kembali kepada pak Eddy dan rekan2 di lembaga yg memberikan kredit > utk karyawan yg memberikan presentasi, apakah kedua jenis presentasi tsb > dapat dihargai sama? Sekarang, dalam beberapa kasus, membuat poster > lebih syusyahhh lho dibandingkan mempersiapkan >> presentasi oral (seperti disitir oleh pak Eddy). >> >> Bagaimana? >> >> salam, >> syaiful > > > > -------------------------------------------------------------------------------- > PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) > * acara utama: 27-28 Agustus 2008 > * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 > * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 > * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 > * abstrak / makalah dikirimkan ke: > www.grdc.esdm.go.id/aplod > username: iagi2008 > password: masukdanaplod > > -------------------------------------------------------------------------------- > PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: > * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 > * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung > AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! > > ----------------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of any information posted on IAGI mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > > > > > --------------------------------- > Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it > now. -- _______________________________________________ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.