Pak Habash dkk,

Iya, tulisan Pak Habash tentang sejarah supererupsi Toba memang begitulah 
seperti yang diyakini para ahli, tetapi ada beberapa hal yang ingin saya 
komentari.

Semua kaldera besar yang terjadi dalam letusan gunungapi memang berhubungan 
dengan letusan katastrofik/paroxysmal saat magmanya asam dan menghasilkan abu 
volkanik atau tuf. Kaldera Krakatau, Tambora, Rinjani atau Galunggung misalnya, 
semua terjadi saat erupsi dari magma asamnya terjadi. Dan betul bahwa kaldera 
itu di beberapa gunungapi saat kita lihat sekarang merupakan kaldera hasil 
beberapa kali letusan, baik letusan pada satu episoda erupsi, maupun hasil 
beberapa kali episoda. Misalnya, kaldera yang cukup intens saya pelajari 
melalui pekerjaan lapangan, laboratorium maupun evaluasi literatur2: Satonda, 
parasit cone Tambora. Kalderanya kini membentuk danau air asin (air laut) yang 
disebut Danau Motitoi. Danau ini berbentuk angka 8 kalau dilihat dari udara. 
Itu sebenarnya hasil erupsi 2x, kaldera kecilnya yang pertama kemudian dipotong 
kaldera yang lebih besar berikutnya.

Tetapi yang terjadi dengan Toba, berbeda dengan supervolkano Yellowstone yang 
dibentuk oleh tiga periode letusan besar yang menghasilkan tiga kaldera besar, 
maka supererupsi Toba kelihatannya hanya terjadi sekali saja dan langsung 
superdahsyat/paroxysmal/cataclysmic outburst. Dari mana tahunya? Tentu dari 
penelitian rempah2 volkaniknya (terutama ignimbrite/welded tuff) yang sangat 
masif, beberapa ratusan meter, dan tanpa menunjukkan bedding/stratifikasi, ini 
mengindikasi suatu erupsi tunggal. 

Bagaimana bisa sedahsyat itu untuk letusan Toba? Sebuah supererupsi tentu bukan 
pekerjaan singkat, meskipun dalam skala waktu geologi. Sama saja dengan 
pekerjaan kita: tak ada pekerjaan hebat yang dibangun dalam waktu singkat 
(misalnya: para pianis kelas dunia adalah orang2 terkenal yang telah berlatih 
sejak masa kanak-kanak mereka, saat umurnya 20an atau 30an terkenal, berapa 
ribu jam yang telah dihabiskan selama masa hidupnya untuk berlatih dan 
berlatih?). Begitupun dengan Toba. Kalau ia kemudian terkenal kini sebagai 
supervolcano terdahsyat di dunia, karena terjadi supererupsi pada 74.000 tahun 
yang lalu, sebenarnya sejarah ke arah letusan super tersebut itu sudah terjadi 
sejak belasan juta tahun sebelumnya, paling tidak sejak intra-Miosen, 15 juta 
tahun yang lalu. Bayangkan energi geologi yang terbangun sejak 15.000.000 - 
74.000 tahun yang lalu, wajar kalau kemudian pada akhirnya menghasilkan suatu 
supererupsi dari suatu supervolcano yang tiada
 taranya, sebagai akibaty kumulasi energi selama hampir 15 juta tahun.

Bagaimana persisnya? Sejarahnya tak bisa hanya mengacu ke Toba, tetapi harus 
lebih luas lagi, ke Sumatra Tengah maupun Aceh, dan melibatkan ratusan km 
punggung Pegunungan Barisan. Kalau kita melihat tulang punggung Sumatra ini 
(Pegunungan Barisan), ada sesuatu yang unik dalam lebarnya. Ia sangat melebar 
secara anomali di wilayah Toba, persisnya yang diapit antara Sungai Barumun di 
selatan dan Sungai Wampu di utara (teman2 Chevron ex Caltex dan Pertamina 
Sumbagut tentu hapal sungai2 ini). Apakah itu sekedar geomorfologi, tidak itu 
ada pengaruh tektono-volkanik. Pegunungan Barisan pada 15 juta tahun yang lalu 
mulai mengalami doming/arching up di wilayah Toba membuat massa kerak yang 
menggelembung karena ada mantle material yang mengangkat di bawahnya berupa 
batolit granitik. Doming ini oleh van Bemmelen (1949) disebut sebagai Batak 
Culmination (van Bemmelen, 1949), tetapi di literaturnya yang lain ia 
menyebutnya sebagai Batak Tumor (van Bemmelen, 1939).
 'Tumor' adalah istilah arching up dalam gravity tectonics.

Mengacu kepada supervolcano Yellowstone yang dibentuk dengan cara yang sama dan 
USGS menyebutnya sebagai akibat ada mantle material hotspot yang naik; maka 
sesungguhnya arching up di area Toba itu disebabkan oleh mantle material yang 
naik, yang saya sebut upwelling mantle plume; yang lalu menjadi batolit 
granitik saat berhubungan dengan kerak Si-Al dari kontinen. Begitulah, batolit 
granitik ini naik dan mengubahkan area Toba selama jutaan tahun. Kerak benua di 
atasnya lama-lama tidak kuat juga menahan tekanan diapirik batolit granitik 
ini, akhirnya terbentuklah retak-retak di puncaknya (fissures) seperti yang Pak 
Habash tulis di bawah. Begitu ada fissures terbentuk, keseimbangan tekanan 
terganggu, naiklah batolit granit ini ke permukaan dan yang terjadi selanjutnya 
adalah kisah supererupsi Toba pada sekitar 74.000 tahun yang lalu. Lepasnya 
tekanan yang sekian lama terbangun disertai dengan leburan silikat asam dari 
batolit granit.

Letusan superdahsyat terdiri atas campuran gas dan leburan magma bersama 
hancuran fragmen-fragmen batuan tua dari dinding-dinding fissures yang lalu 
segera rusak membentuk natural orifices of eruption. Abu volkanik segera 
terlempar jauh sekali ke angkasa (superPlinian/ultra Plinian eruption), 
sebagian menjadi bagian atmosfer yang kemudian mendinginkan Bumi sampai 1000 
tahun berikutnya (volcanic winter). Abu volkaniknya tertiup sampai jauh dan 
belum lama ini penelitian menunjukkan sampai ditemukan di India. Volume semua 
rempah volkaniknya diperhitungkan sampai 2000 km3, maka ia masuk ke kategori 
supereruption dari supervolcano (yang definisinya minimal mesti melemparkan 
rempah volkanik 1000 km3).

Lalu, akibat 2000 km3 massa yang dilemparkan dalam supererupsi itu, 
terbentuklah kaldera/caudron/Kesselbruch -bhs Jerman sedalam 400-500 meter, 
yang kemudian diisi air (sungai dan hujan) yang sekarang kita kenal sebagai 
Danau Toba. Pembentukan Pulau Samosir adalah seperti yang ditulis Pak Habash, 
ia merupakan bagian dari after-phase doming, atau resurgent part of the caldera 
(resurgent caldera). Pada masa-masa selanjutnya Pulau Samosir hanya mengalami 
tilting di satu arah sehingga tak sama kecuraman topografinya dari barat ke 
timur, yaitu curam di sisi timur, yang dapat dilihat dari Prapat. Itu adalah 
penyeimbangan gerak2 di kerak Bumi. Post volcanism Toba paroxysmal pindah ke 
utara (Gunung Sibayak, Sinabung) dengan magma andesitik dengan status dormant 
dan dimanfaatkan untuk panasbumi.

salam,
Awang

--- Pada Kam, 8/9/11, hse...@gmail.com <hse...@gmail.com> menulis:

> Dari: hse...@gmail.com <hse...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Supervolcano & Strike-Slip Faulting?(was: Sesar 
> Lembang)
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, 
> "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
> Tanggal: Kamis, 8 September, 2011, 2:33 PM
> Pak Awang,
> 
> Kalau lihat product2-nya supereruption itu seperti Toba
> Tuff (ada yang membentuk ignimbrite) kecenderungannya
> memperlihatkan produk magma yang mengarah ke asam
> (rhyolithic?). Seingat saya kalau magmanya basaltic
> cenderung cair dan meleleh, magma yang andesitic lebih
> kental seperti umumnya strato volcanic di Indonesia
> (Merapi). Nah yang explosive itu umumnya cenderung ke magma
> asam.  Sehubungan dengan Toba, seingat saya juga
> dikenal sebagai Tectono Volcanic Depression yang magmanya
> keluar melalui fissure (mungkin melalui 2 faults yang
> relatively parallel?) dan karena hebatnya letusan sehingga
> terjadi kekosongan dapur magma dan mengalami subsident
> membentuk danau Toba. Munculnya P. Samosir karena terjadi
> aktifitas magma lagi sehingga mengangkat dasar Caldera itu
> dan disebut sebagai resurgent caldera. Dan bukankah
> pembentukan caldera itu tidak harus terjadi karena satu kali
> letusan besar, tetapi bisa saja karena beberapa kali letusan
> seperti Danau Maninjau, Kaldera Tengger, dimana kalau kita
> lihat dari morphologic expression dari Caldera Rim-nya yang
> memperlihatkan beberapa crater besar yang saling overlap
> membentuk Caldera yang besar.
> Apakah supereruption itu juga ada kaitannya dengan
> Paroxysmal Phase dari gunung api itu?
> 
> Thanks dan maaf kalau saya kurang membaca buku seperti Pak
> Awang! 
> 
> Salam,
> Habash
> Sent via BlackBerry from Maxis
> 
> -----Original Message-----
> From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
> Date: Thu, 8 Sep 2011 13:01:15 
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Cc: Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>;
> Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>;
> Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
> Subject: [iagi-net-l] Supervolcano & Strike-Slip
> Faulting?(was: Sesar Lembang)
> Ferdi & rekan2 diskusi milis,
>  
> Saya tak yakin bahwa "supervolcano" berhubungan dengan
> strike-slip faulting. Toba, "supervolcano" terbesar di dunia
> adalah satu-satunya gunungapi di Sumatra yang justru tidak
> duduk persis di atas Sesar Sumatra, dibandingkan dengan
> gunung2 api lainnya di Sumatra. Yellowstone di Wyoming,
> AS pun memang di tengah kaldera Yellowstone ada strike-slip
> fault; tetapi melihat dimensinya yang lebih kecil dari luas
> kaldera menunjukkan bahwa strike-slip fault ini mungkin
> terjadi setelah pembentukan kaldera Yellowstone, artinya
> strike-slip fault bukan penyebab Yellowstone supereruption,
> tetapi akibatnya.
>  
> Hal lain adalah, bisa dibilang bahwa 90 % gunungapi di
> Sumatra duduk di atas Sesar Sumatra, apakah semua gunung itu
> lantas jadi supervolcano, tidak toh. Juga Gunung Muria yang
> juga duduk di sesar mendatar besar Muria-Kebumen, apakah ia
> jadi supervolcano. Tidak. Juga Semeru-Bromo atau Merapi yang
> duduk di tranversal faults Jawa, apakah mereka jadi
> supervolcanoes, tidak, tetapi menambah aktivitasnya karena
> duduk di atas sesar mungkin ada hubungannya.
>  
> Supervolcano (ini istilah media, yang pertama kali
> dipopulerkan oleh BBC tahun 2000, kalangan ahli gunungapi
> lebih suka menyebutnya sebagai supereruption) didefinisikan
> bila letusannya dapat melemparkan rempah volkaniknya (ejecta
> menta) lebih dari 1000 km3 (definisi USGS). Bandingkan:
> Tambora 1815 melemparkan 160 km3 rempah volkanik). 
>  
> Kebanyakan supervolcano terjadi atau diisi dapur magmanya
> oleh mantle hotspot yang naik ke permukaan tetapi tak dapat
> memecah kerak Bumi. Karena aliran mantle hotspot atau
> upwelling mantle plume terjadi terus, sementara kerak Bumi
> menahannya terus, maka tekanan makin membesar, magma pool
> makin melebar. Akhirnya kerak Bumi tak mampu lagi
> menahannya, lalu pecah dan terlemparlah semua materi
> magmatik yang tertahan sekian lama itu dalam sebuah
> supererupsi. Nah, kalau ada sesar mendatar/strike-slip
> bukankah ia akan menjadi konduit pelan-pelan yang akan
> membocorkan magma menjadi erupsi2 kecil atau leleran lava,
> sehingga akhirnya tak akan menjadi sebuah supervolcano/super
> eruption?
>  
> Ada dua jenis erupsi supervolcano, yaitu LIPs (large
> igneous provinces) dan massive erutions. LIPs adalah yang
> menghasilkan flood basalt dalam skala luas (yang terkenal:
> Deccan Trap atau Siberia Trap). Massive eruptions yang
> terkenal adalah supervolcano Toba dan Yellowstone. Toba
> supereruption terkenal karena diduga menyebabkan
> bottlenecking migrasi manusia modern pada 75.000 tahun yang
> lalu, memotong sekitar 60 % populasi manusia saat itu.
> Yellowstone supervolcano terkenal belakangan ini karena film
> 2012 sebab skenario kiamat 2012 adalah supererupsi
> Yellowstone. Baik LIPs, Toba supervolcano, maupun skenario
> kiamat 2012 pernah saya ulas dalam diskusi milis ---lihat
> a.l. yang saya lampirkan di bawah.
>  
> Semua supervolcano yang telah diidentifikasi terjadi
> pada saat jauh masa lalu, yang tertua adalah 27,8 juta
> tahun yl (La Garita, Colorado, AS) dan termuda 26.500 tahun
> yang lalu (Lake Taupo, New Zealand). Semakin tua umurnya,
> tentu semakin susah mengidentifikasinya, artinya nilai
> interpretasinya semakin besar). 
>  
> Letusan paling besar di dunia yang disaksikan manusia
> modern dan terjadi hampir 200 tahun yang lalu adalah letusan
> Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia pada tahun 1815,
> yang membunuh sekitar 91.000 orang karena letusan dan
> bencana kelaparan sesudahnya, yang membuat hilangnya
> peradaban2 di Sumbawa, yang membuat tahun 1816 di Eropa dan
> belahan dunia utara tanpa musim panas karena terjadi
> volcanic winter (membuat penyakit pes merajalela di Eropa
> membunuh sekian banyak orang, membuat pasukan Prancis
> Napoleon kalah oleh Jerman di Waterloo, dan akibat2
> lainnya). Erupsi Tambora menempati skala 7 pada VEI
> (volcanic explosivity index), bandingkan Krakatau 1883 VEI
> 6.
>  
> Letusan supervolcano terbesar (berdasarkan luas kalderanya,
> 2800 km2) terjadi di Toba, Sumatra, Indonesia, terjadi
> antara 77.000-69.000 (74.000/75.000 tyl yang sering muncul
> di literatur, VEI 8 /tertinggi), menyebabkan 6-10 tahun
> dunia tanpa musim panas dan 1000 tahun cooling episode,
> diperkirakan membunuh 60 % penduduk Bumi saat itu, sehingga
> hanya menyisakan antara 1000-10.000 manusia. Dari merekalah
> kita berasal, demikian kata sebuah teori.
>  
> Letusan Krakatau 1883, sudah banyak kita tahu dan bahas
> kedahsyatannya.
>  
> Toba 74.000 tyl (VEI 8), Tambora 1815 (VEI 7), Krakatau
> 1883 (VEI 6) adalah tiga gunungapi dengan letusan terdahsyat
> di dunia, dan semuanya ada di Indonesia, di Jalur Gunungapi
> Sunda yang melintang dari Sumatra, Jawa sampai Nusa
> Tenggara. Betapa pentingnya Indonesia dalam dunia gunungapi.
> Mari kita sadari dan kenalilah gunungapi-gunungapi
> Indonesia lebih dekat, mereka tak jauh dari kita. Kitalah,
> para geologist Indonesia, yang sewajarnya harus tahu lebih
> banyak tentang mereka.
>  
> salam,
> Awang
> 
> LAMPIRAN 1
> 
> [iagi-net-l] LIPs (Large Igneous Provinces) : Asal
> Delaminasi Kerak-Mantel ?
> Awang Harun Satyana
> Wed, 13 Sep 2006 22:16:46 -0700
> 
> LIP (Large Igneous Province) adalah wilayah-wilayah di
> kerak Bumi yang
> memiliki sebaran batuan beku di luar kewajaran, begitu
> luasnya. LIPs
> yang terkenal adalah Siberian Traps di wilayah Siberia,
> Ontong Java
> Plateau di Samudra Pasifik utara Papua New Guinea, dan
> Deccan Trap di
> India. Di Indonesia pun, kita punya LIPs dalam skala lebih
> kecil :
> Radjabasa Basalt Plateau di Lampung dan Toba Ignimbrit
> (welded tuff) di
> sekitar Danau Toba.
>  
> Para ahli batuan beku dan tektonik mempermasalahkan asal
> kejadian LIPs
> ini, termasuk membahasnya sebagai antipode (titik seberang)
> dari suatu
> titik benturan meteorit/komet besar di kerak Bumi dari
> seberang yang
> lain. Saat meteorit/komet besar menghantam di satu titik di
> permukaan
> Bumi, goncangannya akan menggetarkan seluruh mantel dan
> inti Bumi,
> gelombang kejutnya diteruskan ke seberang bola Bumi yang
> lain, termasuk
> membawa material mantel melalui mekanisme plume tectonics
> sehingga
> terekstrusi ke permukaan di titik seberangnya. Mekanisme
> antipodal
> igneous province ini pernah saya tulis di milis ini ketika
> membahas asal
> Deccan Traps dan Siberian Traps. Siberian Traps adalah pada
> antipodal
> position benturan meteorit Permian di Antarktika yang
> beberapa bulan
> lalu ditemukan impact craternya oleh para ahli geologi dan
> geofisika
> melalui survey gayaberat. Diyakini, bahwa benturan meteorit
> Permian ini
> berhubungan dengan kepunahan massal flora dan fauna di
> ujung Paleozoic -
> sebuah kepunahan massal yang lebih besar daripada di ujung
> Kapur.
>  
> Sekarang, jurnal-jurnal keahlian geologi ini sedang
> membahas suatu
> mekanisme baru sebagai asal LIPs, yaitu delaminasi di batas
> kerak dan
> mantel. Delaminasi adalah proses de-laminasi : tersobeknya
> urutan
> lapisan (laminasi) oleh proses geologi. Dalam hal
> delaminasi
> kerak-mantel, maka yang dimaksud adalah sobeknya/lepasnya
> lithospheric
> mantle (batas litosfer-mantel) dari kerak benua di atasnya
> karena batas
> litosfer-mantel ini lebih dingin dan lebih padat
> dibandingkan dengan
> astenosfer di bawahnya. Kecepatan delaminasi akan
> ditentukan oleh
> viskositas astenosfer, dan sobekan akan mengarah ke
> penjalaran retakan.
> Begitu, konsep delaminasi menurut pencetusnya (Bird, 1979 :
> Continental
> delaminantion and the Colorado Plateau - Journal of
> Geophysical
> Research, v. 84, p. 7561-7571). 
>  
> Apa hubungan delaminasi dengan LIPs ? Bird (1979) pun
> menyebutkan bahwa
> kehilangan massa karena delaminasi ini akan segera diikuti
> oleh
> kompensasi isostatik berupa pengangkatan, sehingga
> terbentuklah Colorado
> Plateau dan semua gejala magmatik ikutannya. Colorado
> Plateau ini adalah
> salah satu LIPs juga. Don Anderson, seorang experimental
> petrologist
> dari Seismological Laboratory Caltech, yang banyak
> publikasinya soal
> mantel Bumi, dalam jurnal "Elements" vol. 1 p. 271-275
> (Desember 2005)
> menulis bahwa ketika kerak benua terlalu tebal, bagian
> bawah kerak ini
> yang disusun oleh eklogit akan terlepas (delaminasi),
> menyebabkan
> uplift, asthenospheric upwelling, dan pressure-release
> melting. Proses
> delaminasi ini akan menyebabkan segmen kerak bagian bawah
> yang punya
> titik lebur rendah terintroduksi ke mantel; kemudian segmen
> ini
> terpanaskan, naik, dekompres, dan lebur. Eklogit hasil
> delaminasi akan
> lebih panas dan kurang padat dibandingkan dengan kerak
> samudra yang
> tertunjam di zone subduksi.
>  
> Beberapa wilayah LIPs mungkin diakibatkan passive upwelling
> astenosfer
> yang tidak homogen ketika fragmen-fragmen benua saling
> memisah (McHone,
> 2000 : Non-plumemagmatism and rifting during the opening of
> the central
> atlantic Ocean - Tectonophysics, 316, p. 287-296). Beberapa
> LIPs yang
> lain mungkin akibat suture zone yang tereaktivasi atau
> zone2 lemah kerak
> Bumi, yang berasosiasi dengan peleburan mantel di bawahnya
> (Foulger et
> al., 2005 : A source for Icelandic magmas in remelted
> Iapetus crust -
> Journal of Volcanological and Geothermal research, v. 141,
> p. 23-44).
>  
> Back-arc magmatism/volcanism seperti di Sumatra dan Jawa
> yang berpotensi
> membentuk LIPs mungkin perlu dikaji lagi asal-muasalnya,
> apalagi kalau
> sekarang kita punya teknologi mantle seimic tomography yang
> bisa melihat
> sampai ke mantel. LIPs akan punya ciri low-velocity zones
> (LVZ) di
> kedalaman sekitar 200-350 km, jarang terdapat lebih dalam,
> daripada
> mantel di bawahnya. Atau, LIPs seperti di Radjabasa Flood
> Basalt juga
> perlu dicari asal kejadiannya dengan penipisan kerak benua
> di wilayah
> ini melalui poros Sumatra-Jawa via rifting dan pemisahan
> Jawa-Sumatra di
> Selat Sunda.
>  
> Crustal delamination, variable mantle fertility model,
> dikombinasikan
> dengan passive asthenospheric upwelling, bisa menjadi
> mekanisme2 untuk
> menjelaskan tektonik dan komposisi LIPs, termasuk histori
> uplift dan
> karakter heatflow-nya.
>  
> Salam,
> awang
> 
> LAMPIRAN 2
> 
> [iagi-net-l] Population Bottlenecking by Volcanic Eruption
> Awang Satyana
> Thu, 04 Nov 2010 01:06:04 -0700
> 
> Tadi pagi ada laporan dari seorang pendengar radio bahwa
> abu Merapi sudah 
> sampai ke Cibitung, Bekasi. Pak Surono, Kepala PVMBG (Pusat
> Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) yang saat itu
> sedang diwawancarai mengatakan bahwa hal itu mungkin saja
> setelah mengetahui bahwa abunya sangat halus (efek
> transportasi ratusan km dari sumbernya). Di Purwokerto,
> kemarin sore-malam hujan abu, dan baru pagi tadi abu sampai
> di Bekasi. Semua abu volkanik itu sebagai akibat erupsi
> Merapi kemarin siang yang ditaksir punya ketinggian sekitar
> 5 km. Semakin tinggi kolom erupsi semakin luas kemungkinan
> penyebaran abu volkanik.
> 
> Saya tiba-tiba jadi ingat salah satu dari dua erupsi
> terbesar di dunia, 
> meskipun terjadi bukan dalam masa sejarah manusia modern,
> yaitu erupsi Toba pada sekitar 74.000 tahun yang lalu (Toba
> supervolcano eruption) - yang satunya lagi Yellowstone
> supervolcano eruption pada 2,1 Ma (juta tahun yang lalu);
> 1,3 Ma dan 640 Ka (ribu tahun yang lalu). Mari kita lihat
> Toba supervolcano eruption untuk mengetahui bagaimana
> besarnya erupsi saat itu, meskipun disusun atas hasil
> rekonstruksi geologi, paleoantropologi dan genetika.
> 
> Para ahli merekonstruksi erupsi supervolcano Toba
> berdasarkan penyebaran 
> material letusannya berupa ignimbrit (welded tuff) yang
> saat itu terutama 
> menyebar sampai ke India. Berdasarkan itu, kaldera karena
> letusan 74.000 tahun yl (ini didasarkan dating umur endapan
> ignimbrit Toba)luasnya diperhitungkan 3000 km2 - tentu ini
> sangat luas dan tinggi kolom letusannya 50-80 km sampai
> mempengaruhi penyerapan sinar Matahari di stratosfer.
> 
> Erupsi mega-kolosal Toba tentu telah menyebabkan suatu
> katastrofi yang dahsyat. Erupsi ini telah menurunkan
> temperatur permukaan Bumi 3-3.5 derajat Celsius selama
> beberapa tahun. Tentu lingkungan permukaan Bumi berubah
> secara signifikan akibat erupsi megakolosal ini. 
> 
> Kalau sekarang Merapi meletus mengakibatkan radius 15 km
> dari puncak Merapi mesti dibebaskan dari penduduk, maka pada
> 74.000 tahun yang lalu diyakini oleh para ahli
> paleoantropologi, genetika dan geologi bahwa supervolcano
> ini telah memunahkan banyak manusia saat itu yang dalam
> genetika disebut sebagai "population bottlenecking".
> 
> Dengan menggunakan teknik ”average rates of genetic
> mutation”, beberapa ahli genetika melihat penciutan jumlah
> populasi manusia di dunia yang sangat signifikan itu terjadi
> pada sekitar 74.000 tahun yang lalu dan hanya menyisakan
> sekitar 10.000 individu yang yang hidup terisolasi. Manusia
> sekarang diperkirakan berkembang dari 10.000 individu ini
> melalui beberapa adaptasi dan diferensiasi spesies. 
> 
> Kesamaan temporal antara population bottlenecking dan umur
> erupsi Toba 
> supervolcano berdasarkan umur ignimbrit membangun jembatan
> geologi dan genetika bahwa penurunan jumlah spesies manusia
> terjadi karena supervolcano eruption. Secara spatial jalur
> erupsi super Toba itu merupakan jalur utama migrasi manusia
> modern dari Afrika (out of Africa) ke banyak tempat di
> dunia. Karena secara temporal and spatial match, maka
> supervolcano Toba eruption 74 Ka dianggap sebagai penyebab
> population bottlenecking.
> 
> Erupsi supervolcano Toba 74.000 tahun yl itu juga ada yang
> menghubungkannya dengan dengan mulainya zaman glasiasi di
> belahan utara Bumi, tentu ini karena terhalangnya sinar
> Matahari oleh piroklastika Toba. Glasiasi yang mungkin di
> luar siklus ini dapat saja berhubungan dengan population
> bottlenecking. Hanya, angka ini kebetulan cocok juga dengan
> siklus Milankovitch untuk decline summer solar radiation
> yang jatuh pada 75.000 tahun yl. Seperti biasanya, siklus
> uniformitarianisme karena planetary movement bisa saja
> kebetulan bersamaan dengan terjadinya katastrofi karena
> eruption supervolcano. Kedua efek ini tentu 
> sangat signifikan bila harus menyebabkan population
> bottlenecking. 
> 
> salam,
> Awang
> 
>  
> 
> --- Pada Rab, 7/9/11, kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com>
> menulis:
> 
> 
> Dari: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Sesar Lembang Bergerak: IAGI/HAGI
> Jangan Diam Saja!
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Rabu, 7 September, 2011, 8:44 AM
> 
> 
> 
> Mungkin untuk studi bisa dilihat juga apakah pergerakan
> sesar lembang ini ada hubungannya dengan pergerakan zona
> patahan strike slip sukabumi - padalarang di sebelah
> baratnya  atau patahan strike slip cilacap - kuningan di
> timurnya.
>  
> mungkin juga perlu diamati aktivitas gunung burangrang,
> tangkuban perahu , bukit nunggal yang tepat berada di jalur
> patahan lembang dan di antara zona patahan strike slip
> sukabumi padalarang dan patahan cilacap kuningan ...apakah
> ada peningkatan aktivitas ?
>  
> kalau melihat supervolcano toba / yellowstone...sepertinya
> gunung api besar banyak berhubungan dengan strike slip 
>  
> 2011/9/7 <andangbacht...@yahoo.com>
> 
> Gempa Bandung Barat alias Gempa cisarua 28 Agustus 2011 yg
> lalu (3hari sebelum hari raya) telah mengakibatkan 103 rumah
> rusak (retak2, genteng somplak dsb) khususnya di sekitar
> daerah Jambudwipa, dan bahkan sampai akhir minggu lalu
> beberapa keluarga masih tidak berani kembali tidur di rumah
> malam hari karena takut masih akan terjadi gempa susulan
> (dan karena rumahnya masih belum diperbaiki: takut
> keambrukan atap/genteng dsb).
> 
> Sbg orang Bekasi (Arema yg tinggal di Bekasi, tepatnya)
> saya ingatkan kawan2 Bandung: inilah saatnya mitigasi sesar
> lembang untuk diangkat dan terus dikobarkan dg melibatkan
> multi-kelompok: ada KRCB, MBI, MPPBI, IAGI/HAGI dsb. Mari
> kita seriusi sesar lembang spt kita serius dg Padang. Pakar2
> gempa &atektoniknya khan tinggalnya juga disekitar garis
> sesar Lembang, ..dan aba2 sdh diberikan lwt gempa
>  Bandung Barat akhir Agustus lalu. Jadi sgt wajar
> mitigasi& sosialisasi diprioritaskan u/Lembang!!
> 
> Informasi dr kawan2 ITB menyebutkan bahwa a‎​da 2 riset
> yg sdg jalan di S2 GREAT (Graduate Research for Earthquake
> and Tectonics) u/sesar Lembang: Didik dg peta hazard-risk
> & Pretty dg riset patahannya. ‎​Plus GPS-surveynya
> Dr Irwan Meilano, ‎​plus paleoseismologi trenchingnya Dr
> Eko & juga geolistrik-georadar Dr Dany Hilman &
> puluhan studi S1-S2 kawan2 kebumian ITB sblmnya. (Rencana)
> mikroiseismik dr grupnya Dr. Surono (mbah Rono) juga sdh
> in-place. Basic ingridient mitigasi u/sesar Lembang sdh
> ideal. Tinggal konduktor yg meramunya dg aspek infrastruktur
> - sosial-ekonomi - kebijakan di lapangan. Ayo sama2 hadapi
> sesar Lembang, jgn sampai kecolongan spt sesar Opak di gempa
> Yogja 2006!!!
> 
> Dalam rangka mewaspadai terus sesar Lembang, ada 2
> kemungkinan implikasi dr kejadian gempa Cikalong Wetan Juni
> & gempa Bandung
>  Barat akhir Agustus lalu: 1) pelepasan energi bertahap
> sampai akhirnya hilang potensi kuncian geraknya, tapi bsa jg
> 2) itu smua merupakan precursor/pendahulu dr gempa yg lebih
> besar. Kalau kwn2 ahli bisa bikin analisis time-series dr
> sifat dan besaran gempa2 di daerah tsb 5 tahun terakhir,
> mungkin bisa keliatan polanya! Apapun yg terjadi, sbnarnya
> kita bisa menghindari dr nasib kecolongan spt di kasus Gempa
> yogja 2006 dg: 1)memobilisasi tenaga2 penyuluh pelatih
> u/earthquake drill berkala di daerah tsb, 2)membantu masy
> memeriksa kesiapan bangunan2 mrk thdp kmungkinan goyangan
> gempa dan memberi bantuan konsultasi bgmn menguatkan
> strukturnya atau ke arah / zona mana mrk hrs berlindung
> apabila terjadi gempa (kalau blm sempat selesai penguatan
> struktur rumahnya, dsb,...). Silakan, IAGI/HAGI!
> 
> ADB
> Arema di Bekasi
> IAGI-0800
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> 
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak
> biro...
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI,
> Sulawesi, 26-29
> September 2011
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> 
> For topics not directly related to Geology, users are
> advised to post the email to: o...@iagi.or.id
> 
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> information posted on its mailing lists, whether posted by
> IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be
> liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting from loss of use, data or profits, arising out of
> or in connection with the use of any information posted on
> IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
> 
>

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke