Betul Pak, dalam mendiskripsi proses geologi mestinya dalam konteks time and 
space. Lah kalau pada space yang sama tapi jauh berbeda timingnya jadi gak 
konek ya Pak.. Kita bicara bencana purba dalam konteks time scale peradaban 
manusia,  tapi bicara siklus geologi jaman es terakhir, konteks geologic  
timingnya gak pas.. Bisa dianalogikan, di pantai utara banyak struktur sesar, 
antiklin/sesar besar mestinya terbentuk dg magnitude gempa skala SR 10. Menjadi 
tidak konek kalau kita sebut pantura berbahaya karena dulu jaman 
plio-pliestosin terjadi banyak terjadi gempa bersekala SR 10. 
Ini thought proses saya lho Pak.
RUS   
-----Original Message-----
From: "Bandono Salim" <bandon...@gmail.com>
Date: Thu, 13 Sep 2012 23:49:53 
To: Iagi<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA

Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan penuturan 
Proff. RPK dan Proff.Adjad S.

Waktu main ke Melak Kaltim bag barat, sungai di sana ada yang punya kedalaman 
sampai 50mtr pada musim kemarau. Jadi wajar saja lha muka airlaut pernah 
mencapai kedalam -200 mtr dari sekarang.
Dapat dimengerti kenapa dataran aluvial sangat luas di kalimantan timur maupun 
selatan sebagai akibat perubahan base level sejak 170.000 tahun lalu.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "yahdi zaim" <z...@gc.itb.ac.id>
Date: Thu, 13 Sep 2012 20:12:42 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Benar Pak Awang,sungai2 purba tersebut sudah dikenal sejak zaman Belanda. 
Disamping dinyatakan oleh Molengraaff dan Weber,sungai2 tenggelam tsb juga 
dinyatakan oleh Ph.Kuenen thn 1950 dlm bukunya "Marine Geology". Dalam berbagai 
paper Alm.Prof.Sartono thn '70an ttg migrasi hominid dan vertebrata pada zaman 
Kuarter juga menggambarkan sungai2 purba tsb. Dalam materi kuliah Geologi 
Kuarter yg saya berikan sejak thn '80an juga saya ungkapkan adanya sungai2 
tenggelam tsb. Jadi adanya sungai2 tenggelam tsb.bukan hal baru,juga bukan 
ditemukan oleh Tim Bencana Katastrofi Purba, juga bukan ditemukan oleh Dr. 
Wahyu Triyoso. Plintiran wartawan memang menyesatkan,tapi lebih menyesatkan 
jika hal tsb sekiranya memang merupakan klaim dari Tim Bencana Katastrofi Purba.
Wslm,
Y.Zaim 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Date: Fri, 14 Sep 2012 00:20:50 
To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo 
Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi 
BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa
Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam 
ini.  Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi 
Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya...

Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. 
Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai Selat 
Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana Katastrofi Purba 
dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Sungai-sungai purba 
di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir 100 tahun lalu dan 
sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber pada tahun 1919 dalam 
makalah berjudul "Het verband tusschen den plistoceenen ijstijd en het ontstaan 
der Soenda-Zee en de invloed daarvan op de verspreiding der koraalriffen en on 
de land- en zoetwater fauna" (Wis- en Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., 
Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). Molengraaff adalah seorang ahli geologi 
dan Weber adalah seorang ahli biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis 
Weber, garis kesetimbangan fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian 
tengah adalah berasal dari namanya.

Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah 
memetakan alur-alur sungai yang tenggelam  (drowning river system) yang terbagi 
menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di bawah 
Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain kedua alur 
utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai Molengraaff, 
mengikuti nama penemunya. 

Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, dan 
bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di 
Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. Lembah-lembah 
sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. Tetapi penelitian 
geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa ekspedisi kelautan bekerja 
sama dengan pihak asing telah dapat mengenal keberadaan sungai2 besar ini. Dua 
lembah sungai besar di selatan Kalimantan Selatan, sebelah selatan Sampit, 
misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang oseanografi Indonesia tulisan 
Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini 
antara 400-500 meter, dasar sungai purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada 
dasar laut sekitarnya, dan terisi oleh endapan setebal 8-15 meter.

Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini dibuktikan 
oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir timur Sumatra 
dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara Kalimantan Barat dan 
Kalimantan Timur tidak ada persamaan.

Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah Paparan 
Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu menyingkapkan 
paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke kutub2 Bumi 
menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 Bumi lalu air 
laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi Paparan Sunda 
(Sunda Shelf).

Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan 
Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter 
lebih rendah dari sekarang, tersingkaplah Sundaland. Lalu dalam 125.000 tahun 
terakhir, air laut ini secara bertahap naik, tetapi belum mencapai posisi 
seperti sekarang. Pada sekitar 7000 tahun yang lalu, posisinya seperti 
sekarang, 4000 tahun yang lampau 5 m melampaui posisi sekarang, lalu turun lagi 
dan sejak 1000 tahun yang lalu posisinya sudah seperti sekarang.

Yang namanya siklus glasiasi dan deglasiasi tak pernah terjadi mendadak turun 
atau naik, apalagi terjadi dalam semalam seperti banjir dalam dongeng Atlantis 
yang dituturkan Plato. Dan yang namanya sistem sungai2 Sunda tak berhubungan 
dengan peradaban tinggi ala dongeng Atlantis. Kecuali  kalau submarine 
archaeology kelak menemukan banyak bukti2 kebudayaan tinggi terkubur di lembah2 
sungai2 Sunda itu tetapi bukan berasal dari kapal karam modern, bolehlah kita 
mendiskusikannya lagi soal kaitan lembah sungai tenggelam ini dengan peradaban 
tinggi itu.

Salam,
Awang

Kirim email ke