Lah kalo secara hukum kan kontrak itu sudah berahir dari disitu ya harus di 
balikin dong, masalah keekonomian tentu akan lebih murah kalo Pertamina yg 
Operate karena Operation Cost jelas bisa di tekan, demikian juga HQ cost akan 
lebih murah, cuman ya itu willingness dari GOI yg ga brani, mestinya ya harus 
bisa neken MNC untuk tetep mengembalikan WK itu ke NKRI.

Kalo Natuna aku setuju di kasi ke Asing krn secara keekonomian sangat tidak 
menarik

Mestinya para PhD yg di angkat jadi pejabat itu membantu untuk memajukan 
kemampuan nasional bukan malah sebaliknya.

Masih tetep kuciwa dg pernyataan ini

Avi
NPA 0666

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Date: Sat, 15 Sep 2012 09:39:28 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3
Sepertinya harus dichalenge keekonomiannya bila ada nonsharable oil dalam
future productionnya.
Ide nosharable oil ini yg harus dikaji, disebandingkan dan diadu dengan
sistem kontrak yg berlaku, siapapun operatornya. Selama ini setiap
perpanjangan kontrak asset negara ikut terbawa sebagai bagian yg dibagi,
artinya negara sangat berpotensi dirugikan. Keekonomian merupakan hal yg
terpenting, mana yg terbaik buat negara. Bukan meributkan siapa yg akan
menjadi operator. Bukan hanya peningkatan jumlah barrel produksinya. Tolok
ukur bagus tidaknya bagi negara adalah income ke kas negara, bahkan
seberapa besar yg sampai ke rakyatnya
Bagi rakyat mana yg terbaik buat mereka yg penting. Operator telkom dulu
dimonopoli pt telkom, saat itu susah sekali mendapatkan nomer telepon.
Namun sekarang, operator telepon sudah banyak, mereka bersaing dan rakyat
diuntungkan, walaupun banyak opratornya asing.
Saya kira asalkan keekonomiannya lebih bagus untuk negara itulah yg harus
diperjuangkan berdasar nasionalisme.
Dari sisi bisnis, tentunya akan melihat keuntungan terbesar. Bisnis itu
ukurannya keuntungan, dollar.

Dari sisi profesi, nah ini dia, semestinya mana yang paling efisien dalam
memproduksikan dalam memberikan manfaat. Digenjot habis secara cepat untuk
meningkatkan produksi belum tentu efisien karena rusaknya formasi.
Profesional berbicara atas dasar current scientific understanding.
Barangkali saja meningkatnya produksi bukan tolok ukur utamanya.

Salam

Rdp

On Saturday, September 15, 2012, Ok Taufik wrote:

> bocoran dari milis sebelah dari RRR
>
> > *Dari:* Rudi Rubiandinil <rrratm_2...@yahoo.co.id <javascript:_e({},
> 'cvml', 'rrratm_2009%40yahoo.co.id');>>
> > *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'TM-ITB-Bandung%40yahoogroups.com');>
> > *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04
> > *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM
> > Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam
> >
> >
> > Temens,
> >
> > Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya
> tersenyum
> > sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari
> > seseorang yang dia pantas "cemburui".
> >
> > Bayangkan, variasinya :
> > 1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis.
> > 2. yang curiga RRR dapet "wani piro".
> > 3. yang menebak RRR sekolah di perancis.
> > 4. yang melihat RRR sudah main perawan.
> > 5. yang menganggap RRR sudah pro asing
> > 6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina
> > 7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya.
> > 8. yang mengira RRR ditekan G2G
> > 9. yang menilai RRR tidak nasionalis
> > 10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan.
> > 11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri.
> > 12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara.
> >
> > Tapi masih ada yang :
> > 1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara
> > 2. RRR hanya melakukan trial by the Press
> > 3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya
> > 4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif
> >
> > Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa
> > lalunya, kecenderungan untuk "melihat" SIAPA bukan APA yang dibicarakan
> > masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih
> > terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk
> > membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon.
> >
> > Saya masih percaya bahwa :
> > 1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut
> > mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan
> > yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di
> seluruh
> > dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar
> > negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya.
> > 2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat
> > predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs.
> > 3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun
> > di negeri Indonesia yang merdeka ini.
> > 4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara
> > adalah berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak
> > selalu baik pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka
> > pendek), tidak juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja
> kita
> > punya beberapa BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan
> > pertamina as it is.
> > 4. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang
> > menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak
> awal.
> > 5. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan,
> > terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir
> dan
> > data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan "data kunci"
> > dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita
> lihat
> > fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan
> Siak
> > yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana
> dengan
> > Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis
> masa
> > kontraknya dalam waktu dekat ini ?
> >
> > Maka pelajarannya :
> > 1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft
> > landing, sebelum kontrak berakhir pertamina "berkorban" masuk kedalam
> > system BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis
> tinggal
> > take off dengan enak.
> > 2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena
> > berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban
> > negara, karena produksinya turun diakhir kontrak dan lambat diawal
> kontrak.
> > 3. Kasus BOB-BSP terlalu dominan kedaerahannya mengalahkan Pertamina
> > sehingga sistem manajemennya tidak bisa lari.
> > 4. Kasus Cepu yang sudah mundur lebih dari 4 tahun dari rencana, berapa
> > banyak kesempatan negara untuk mendapatkan revenue hilang selama 4 tahun
> > tsb, karena Pertamina (BUMN) bukan sebagai operator dan bagian daerah
> > tergadaikan pada pemodal asing.
> >
> > Maka beberapa skenario yang menguntungkan negara harus diambil dalam
> kasus
> > Mahakan, antara lain pilihan :
> > 1. Bila punya uang, Lakukan seperti PHE-ONWJ saat ini, sehingga ada waktu
> > 5 tahun sebelum menjadi Operator. Setelah 2017 Pertamina pemilik 100%,
> > karena pemerintah punya kewenangan untuk memberikan kepada BUMN.
> > 2. Bila TIDAK punya uang, Kerjasama dg operator lama dengan dominasi
> share
> > di BUMN sejak kontrak habis 2017, beri waktu 5 tahun kontraktor asing
> untuk
> > mengoperasikan maka sisa kontraknya bisa BUMN yang mengoperasikan.
> >
> > Perkembangan yang saya tahu adalah :
> > 1. TEPI dengan Pertamina sudah menjalin hubungan B2B yang harmonis, dan
> > memilih versi-2, dimana Domestik dapet 51% dan asing 49%, sehingga
> > Pertamina 51%, kemudian Total 24,5% serta Inpex 24,5%.
> > 2. Karena muncul daerah harus dapet 10%, maka total/inpex beranggapan
> > termasuk dalam domestik, sehingga pertamina 41%, daerah10% karena sesama
> > domestik. sedangkan pertamina meminta yang daerah dianggap beban baru
> > sehingga harus dibagi dua, yaitu menjadi Pertamina 46%, total 22%, inpex
> > 22%, daerah 10%. permasalahan ini belum tuntas sedang dilakukan
> Negosiasi.
> > 3. Karena saat kontrak berakhir seluruh fasilitas milik negara, bisa saja
> > Negara menghibahkan kepada Pertamina dan daerah sehingga akan sangat
> ringan
> > atau malah gratis dalam permodalan, sedangkan total/inpex tentunya harus
> > memasukan modal segar.
> >
> > Tiba-tiba humas pertamina "berkoar" siap mengambil alih 100% blok mahakam
> > saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Maka wartawan bereaksi, yang
> > tentunya harus saya jawab :
> > 1. Pertamina jangan jalan sendiri, sebaiknya bergandengn dengan
> kontraktor
> > lama (kita sudah pilih versi-2 karena keterbatsan modal).
> > 2. kalau hanya mengoperasikan lapangan lama yang sekarang sudah mulai
> > terjun bebas produksinya, maka bagaimana mungkin negara bisa diuntungkan
> > dengan harapan naiknya produksi ? maka prospek lapangan baru dan lead
> baru
> > yang ada di saku KKKS harus bisa dimanfaatkan negara dengan mengawinkan
> > pertamina dengan operator lama, karena kita akan sangat sulit mendapat
> data
> > (benar-benar usefull) untuk pengembangan lead baru tersebut. Namun
> > sebaliknya bila sudah ada kepastian maka sisa 5 tahun bisa langsung
> dipakai
> > untuk memulai lead baru tersebut dikembangkan.
> > Kalau kita berbicara fakta, tinggalkan dalam fikiran kita bahwa dengan
> > peraturan dan orang di pemerintahan kita bisa"mendapatkan" data penting
> > dimaksud, mungkin jumlahnya tidak sampe 1% tapi sangat penting, yang 99%
> > nya diberikan kepada pemerintah.
> > 3. Cerita Pertamina menjadi produser ke-3 adalah topik yang berbeda, saya
> > jelaskan kepada wartawan saat KESDM raker seminggu lalu yang menampilkan
> > tabel susunan produser migas, dimana posisi pertamina adalah ketiga.
> > 4. untuk no(3) tsb, Challange diberikan kepada pertamina untuk menjadi
> > nomor SATU, karena memiliki WK yang paling luas, bisa saja setiap DOH
> (SBU)
> > adalah satu PSC sendiri sehingga punya 5-7 Pertamina yang ramping dan
> > bersaing satu sama lain, atau sesuai permen 06/2010 lepaskan lapangan
> yang
> > dianggap tidak produktif dan tidak mau dikembangkan, istilahnya " jangan
> > dikangkangi aja tapi tidak dibor, karena akan marah mertua ".
> >
> > Nah wartawan mengemasnya seperti itu, he. . he. .he. . kalau saya sih
> > sudah biasa diplintir-plintir, sejak jaman Lapindo (seperti mas Azwah dan
> > mas Rusdi perhatikan).
> >
> > Hati-hati dengan nasionalisme buta mengatasnamakan Cinta Negara.
> >
> > Salam Semangat Selalu,
> > RRR
> >
> > Rudi Rubiandini R.S.
> > Petroleum Engineering ITB
>
> 2012/9/14 <rakhmadi.avia...@gmail.com <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'rakhmadi.avia...@gmail.com');>>
>
> Sama dg ADB sangat kuciwa dg pernyataan pak DR triple R mosok kayak gitu,
> ya jelas Pertamina mampu ga perlu di ragukan, pernyataan beliau totally
> base-less yah
>
> Mestinya Bu KA fight to dead tuk dapetin, eh jangankan Pertamina, Suma
> Sarana aja bisa kelola ex-Total, caranya ya ramp-up man power as needed
>
> Secara man power kan pegawai yg pernah sama Kompeni lama kan cuma ganti
> pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional
> ga ada stagnasi dan akan berjalan mulus.
>
> Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo
> gini caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus.
>
> Cape deh Om denger yg ginian.
>
> Salam
> Avi NPA 0666
>
> Merangkap Bendahara IAGI
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * "Yanto R. Sumantri" <yrs_...@yahoo.com>
> *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
> Pertamina Cuma Nomor 3
>
> Ndang
>
> Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya ????
> Apa yang bikin dia berubah ????
> Saya sangat suudon , kalau menuduh ada "apa apa" nya ya
>
> si Abah
>
>   ------------------------------
> *From:* "abacht...@cbn.net.id" <abacht...@cbn.net.id>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
> Pertamina Cuma Nomor 3
>
> Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan
> detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
> konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg
> kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk
> BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.
>
> Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai
> pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan
> blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa
> kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
> mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.
>
> Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan
> migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw
> Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan
> migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun
> kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya
> statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu
> statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan
> produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu,
> dan juga di blok2 yg
>
>
>
>
> --
> Sent from my Computer®
>
>


-- 
*"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*

Kirim email ke