Frank Bicaranya kok melawan "ARUS" ............kan lagi anti "outsourcing" hahahaha ,apa perus minyak siap di demo ?
si Abah ________________________________ From: Franciscus B Sinartio <fbsinar...@yahoo.com> To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Sunday, April 7, 2013 2:47 PM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Ikutan ya.... mumpung weekend.... saya kali ini mau bahas dari segi UUD (Ujung-Ujung nya Duit) kalau dilihat dari biaya operasi nya. gaji pegawai itu kecil sekali pengaruhnya(persentase nya) dari total biaya. justru itu ada perusahaan yang berani pakai "expat beneran" dan "expat nasional" yang penting operation jalan lancar. (catatan: operation maksudnya semua kegiatan opearsional di perusahaan). tetapi kalau dilihat lagi dari segi biaya sektor tenaga kerja nya, mungkin lebih efisien(maksudnya murah?) kalau tidak ada expat sama sekali. (beneran atau nasional). dengan catatan qualitas dan quantitas kerjaan tetap sama kalau pake expat. jadi study cost/benefit harus ada. tentu saja selalu benefit nya sangat relatif. kalau mau lebih efisien lagi di outsource saja yang bukan core business (VICO pernah study BPR(business process reengineering) dan hasilnya bia mengidentifikasikan core business nya tetapi hanya melaksanakan sebagian dan tidak semua outsourcing sesuai dengan kesimpulan BPR study nya mereka. Waktu opening remark nya sebelum mulai tugasnya satgas, Kepala SatGas BPR waktu itu bilang kalau misalnya harus zero employee kenapa tidak, dan berarti termasuk posisi beliau sebagai VP juga harus hilang ngak apa2. jadi waktu itu satgas nya dikasih kebebasan sebebas bebas nya dalam membahas yang mana yang bisa di outsource yang mana tidak). catatan: mungkin cara BPR seperti ini bisa dipakai untuk membahas apakah suatu unit di perusahaan perlu expat(beneran atau nasional) atau tidak. nah sekarang saya mau tambahin pendapat pribadi lagi yang mungkin tidak begitu populer: kalau WNI yang ada diluar negeri diundang untuk balik ke Indonesia dan dibayar seperti expat, dimana efisiensi nya di biaya? ini dengan catatan akan mengerjakan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama dalam kurun waktu yang sama. salam, frank sekarang harus bersihkan lantai halaman samping rumah dulu karena pembantu ngak kerja pada weekend, dan kemarin habis hujan deras, dan lantai kotor sekali. dan anak2 mau bermain dihalaman. jadi expat juga ada kenyamanan yang di sacrafice. apalagi kawan2 yang kerja ditempat yang local helper nya susah didapatkan. ini hanya salah satu contoh. ________________________________ From: "nugraha...@yahoo.com" <nugraha...@yahoo.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, April 7, 2013 5:21 AM Subject: Re: [iagi-net] MASALAH KLASIK: EXPAT vs NATIONAL Sepengetahuanku, SKK Migas (atau BPMIGAS atau Pertamina BPPKA) enggak punya aturan soal nasional gajinya segini atau yg expat gajinya segitu. CMMIW. Yg membuat peraturan tsb adalah Pemerintah (Bappenas ?? Dept. Tenaga Kerja ?). Jadi mestinya enggak merujuk ke peraturan SKK Migas, melainkan ke peraturan Pemerintah RI (bila memang ada). Sesuai namanya, hanya Badan Pelaksana atau sekarang Satuan Kerja Khusus, yg bukan regulator / pembuat regulasi (itu tugasnya Pemerintah). SKK Migas hanya mengevaluasi usulan KKKS, menyelaraskan dgn Peraturan Pemerintah. Jadi betul, itu tergantung pada niat baik oil company-nya saja. Sepengetahuan saya (setidaknya saat saya menjadi Ketua Tim WPnB) tidak pernah kami menolak ataupun mengurangi usulan gaji dari para pekerja nasional. Pd beberapa KKKS malahan kami yg mendorong si KKKS utk menaikkan level gaji pegawai nasionalnya. Dan kami juga acapkali meminta mengurangi jumlah ekspat dan juga gajinya, meski kadang kala tidak berhasil, dgn berbagai alasan. Secara umum, sepengetahuan saya, jumlah expat maupun alokasi biayanya menurun dari tahun ke tahun. Ini bukan isu lagi, kecuali di beberapa gelintir KKKS. Btw, bila Pertamina punya Blok di luar negeri, kayaknya Pertamina pun berkepentingan utk menempatkan para pegawainya (Indonesian) di posisi tertentu, di negara tsb (sbg Expat). Salam, Nuning