Butuh 1 tahun mendaftarkan merek kita. Nggak tau yaa kalu hak paten..
Saya nggak keluar uang, meskipun ada sinyal - sinyal dari para pegawai HAKI untuk itu. Hasilnya ya itu tadi, 1 tahun boook

HB
On Oct 6, 2007, at 12:22 PM, socio.pathos wrote:

Apa saja kerja pelayan publik kita ya?
Padahal anggaran negara tiap tahun bertambah terus, tapi 'woro wiri
seminar seluruh dunia' tanpa kejelasan hasil konkret. Kagak 'jejek'
kakinya di dalam negeri dan tahu mana yang harus menjadi prioritas
rakyat, ya bagaimana mau kita percaya mereka jadi pemimpin negeri ini.
Kagak pernah nonton infotainment 'kali mereka ya? Hehehe

Inilah orang yang paling bertanggungjawab atas proses paten dan HaKI
milik orang Indonesia:

Dr. Ir. Andy Noorsaman Sommeng, D.E.A
Dirjen HaKI Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia
Kantor: Jl Daan Mogot km 24 Tangerang 15119
Telp. 557966587, 552 5388
www.dgip.go.id
[EMAIL PROTECTED]

Hasimah

MOD:
Hasimah, kalau dilihat namanya yang bermarga Sommeng, mustinya Andi? Bangsawan asal Sulsel? Orangnya Jusuf Kalla-kah?

--- In mediacare@yahoogroups.com, "mediacare" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya baru dengar kabar dari seorang teman di Kuala Lumpur, Malaysia.
Di sana para pembuat tempe, tahu, dan juga batik kebanyakan pendatang
dari Indonesia, tepatnya dari Pekalongan. Walau berskala UKM (Usaha
Kecil Menengah), namun produk mereka ramai dibeli orang Malay,
termasuk komunitas Indonesia yang mukim di sana.
>
> Di Malaysia, tiap produk yang dikemas wajib dipatenkan. Dan untuk
mendapatkan hak paten tersebut, amatlah mudah dengan birokrasi yang
tak berbelit-belit. Semua online. Misal Anda mau mematenkan Tempe Merk
"Java", lalu dicek di database ternyata belum ada yang mengklaim, Anda
bisa langsung dapat hak paten atas merk tersebut. Tentu saja database
tsb tidak bisa me-link data dari Indonesia yang birokrasinya serba
tertutup dan amburadul. Mungkin juga data paten belum di-on-line-kan.
>
>




Hardi Baktiantoro
COP I Centre for Orangutan Protection
COP hadir karena orangutan harus dilindungi, terutama dari kekejaman dan kejahatan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tidak seharusnya orangutan sebagai kerabat dekat manusia hanya dibantai untuk memenuhi target keuntungan bisnis.
Mari kita selamatkan satwa kebanggaan bangsa Indonesia.





Kirim email ke