O ........ iyo dulu pernah basumbang saran ka rombangan DPRD Sumbar di Jakarta 
............ dapek jawabanno: "kirim sajolah pitih pulang, bia kami atur dikampuang"   
............. jadi dari gadang sampai ketek, dikampuang tu nan banamo bantuan adolah 
wesel titik.
Jadi kebiasaan perantau mengirim wesel ini membunuh kreativitas orang dikampung.

Pernyataan di atas terlalu mengecilkan peran orang yang berada di Sumbar dalam 
mengangkat harkat hidup mereka di di Sumbar, seolah-olah kita-kita ini yang telah 
merantau tahu segalanya tentang keadaan di Sumbar. Seolah-olah lagi, kalau bantuan 
yang dikirim ke kampung-kampung di Sumbar sangat banyak sekali. Suatu pemikiran yang 
"bakalabiahan".

Supaya tahu saja bahwa menurut data Humas Pemda Sumbar uang yang dikirim lewat wesel 
ke Sumbar itu hanya berkisar 60 - 70 milyar rupiah per tahun, suatu angka yang relatif 
kecil. Jika jumlah penduduk di Sumbar sekitar 4.000.000 berarti yang dikirim dari 
wesel itu hanya sekitar Rp. 15 per tahun. Kok bisa-bisa nya mengatakan bahwa wesel 
yang dikirim ke kampung itu menjadi penyebab matinya kreatifitas orang-orang yang 
berada di Sumbar. Suatu pernyataan yang sangat naif. Maagiah saketek tapi maraso alah 
gadang bana bantuan itu. 

Itulah makonyo urang yang ado di Sumbar mangecekkan bahwa urusan di Sumbar tatntulah 
mareka itu yang labiah tahu, karano satiok harinyo bagalimang jo masalah-masalah yang 
ado di Sumbar.

Sebaiknya kalau sadang berbicara apolagi sedang membicarakan orang lain hendaknya 
didukung oleh data-data yang akurat.

Wassalam

MII
____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke