Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Ilmu Dunia, Ilmu Akhirat.

Wah…tambah menarik pembahasan mengenai menuntut ilmu
di DN dan LN ini. Di negeri kafir atau dinegeri Islam.

Dalam hadist «  Tuntutlah Ilmu walau kenegeri China
sekalipun “. Hadist ini di riwayatkan oleh Anas bin
malik dari rasulullah SAW.

Ibnu Hibban mengatakan : “ Hadist ini bathil, tidak
mempunyai asal sama sekali. Hasan bin ‘Atiah Dha’if “.

Imam As Syhuyuti membantah perkataan ini dalam
kitabnya  : “ Allaai almasnuu’ah fil Ahaadist Al
Maudhuu’ah “. Bab 1 hal 175.

Hasan yang dikatakan dha’if oleh ibnu Hibban itu,
Bukhari mengambil riwayat darinya di dalam kitab
Bukhari “ Attarikh “ ( sejarah ).

Kemudian beliau menambahkan  : “ Hadist ini juga di
riwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitabnya : “ Sya’bul
Imaan “, Cabang-cabang Iman “. Dalam bab “ Ilmu “.

Juga hadist ini mempunyai jalan yang lain, selain dari
yang tersebut yaitu dari Sufyan bin uyayyinah. 

‘ala kulli hal menurut Imam Assyuyuti ( Imam
assyuyuthi adalah pakar ilmu hadist dan tafsir ).
Hadist ini ada yang mendha’ifkan ada yang
menguatkannya. 

Namun menurut saya  ( kata Imam As Syuyuthi lagi )
perawi hadist ini baik ( shalih ), dan boleh dipakai.

Okay,.kita ngak usah mempermasalahkan hadist ini.
Karena sebahagian ulama ada yang membolehkan memakai
hadist lemah dengan beberapa syarat, antara lain, jika
memang tidak ada lagi hadist lain kedua lemahnya tidak
keterlaluan, jika ada hadist lain yang mendukung
persoalan tersebut, maka hadist lemah bisa di angkat
derajatnya dari jalan yang lain itu,  ada yang tidak
membolehkan sama sekali

Oh yah,.dulu ada yang tanya contoh hadist-hadist lemah
dalam satu jalan, kemudian diangkat derajatnya karena
jalan yang lain lebih kuat. Saya ingin memberikan
contoh2nya, tapi bukan disini, moga2 sembari jalan,
saya bisa memberitahukannya, karena bidang ini betul
yang sedang saya tulis.

 Sekarang  bukan itu pembicaraan kita. 

Kalau saya pribadi, sebagaimana yang saya sebutkan
sebelumnya, bahwa memang bila ingin menuntut ilmu, ke
negara yang kapitalis itu,  hendaklah di bekali dulu
ilmu bela diri itu ( ilmu agama,…dst..)

Dalam Al Quran sebagaimana yang disebutkan tidak ada
dibedakan dalam hal menuntut ilmu itu. Silahkan tuntut
apa saja asalkan yang bermanfaat dan di mulai dengan
Bismillahirrahmaanirrahim.
Ilmu apa saja, ( karena lafaz Iqra, bacalah itu
lafaznya umum ), asalkan dengan syarat “ Dengan nama
Allah “.

Namun di dalam hadist ada disebutkan : “ Sebaik-baik
kamu adalah orang yang mempelajari Al Quran dan yang
mengajarkannya “.

Dalam ayat Al Quran surah Al taubah 122 juga
disebutkan : “  tidak sepatutnya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya ( kemedan perang ), mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan dari pada mereka
beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan
tentang agama dan untuk memebri penringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya “..

Jadi dalam hal ini, Allah menganjurkan pada setiap
satu golongan masing-masing hendaklah mengirim
beberapa orang bermusafir untuk menuntut ilmu agama,
yang mana kelaknya orang tersebut akan memperingati
kaumnya kelak, bila ia kembali.

Dalam hal ini dapat kita lihat, bahwa tidak semua
anggota dari suatu golongan itu di suruh untuk “
MEMPERDALAM “, agama, cukup beberapa orang saja,
sementara yang lain, mempelajari ilmu-ilmu yang lain.


Coba bayangkan kalau semua ummat islam itu pergi
memperdalamani ilmu agama tok,.siapa lagi yang akan
mendalami ilmu-ilmu yang lain ( ilmu kedokteran, ilmu
bintang, antropologi ), ilmu geologi, ilmu antariksa,
fhisika, biologi dan lain-lainnya itu. Bisa hancur
Islam, karena inilah yang di harapkan oleh musuh
Islam, agar ummat islam itu cuman bisanya beribadah
doank, tak mempelajari ilmu sains yang lain.



Bagi saya memang ilmu itu “ Bebas nilai “. Silahkan
pelajari ilmu apa saja yang bermanfaat, asalkan
syaratnya «  berbekal ilmu bela diri dulu, yah itu
dianya ilmu agama , itu ilmu bela diri maksud saya « 



Ilmu nujum ( ilmu perbintangan ) Antropologi , ini
boleh di pelajari.  Dalam Al Quran disebutkan, : “
Allah lah yang menjadikan matahari bersinar, bulan
bercahaya,  dan menentukan kadar masing-masing, semua
ini agar kamu bisa mengetahui ( dari bulan dan
matahari ), bilangan tahun dan hisab,dan Allah
menjadikan bulan dan matahari itu bukan main-main.

Dalam masalah nujum ( nujum itu jamak dari najm = 
bintang-bintang ). Allah berfirman : «  Dan Allahlah
yang menjadikan bintang-bintang untuk menjadi petunjuk
pada kegelapan daratan dan lautan «  ( Q. S Al An’am
97 ).

Jadi mempelajari ilmu perbintangan ( ilmu nujum ), ini
di perbolehkan. Nelayan, atau pelaut, biasanya melihat
dulu sisi bintang-bintang di langit untuk menentukan
boleh ngak berlayar sekarang, banyak ngak ikannya saat
itu,..yah..zaman dahulu kala melihatnya dengan bintang
dilangit.

 Hanya sayangnya kita salah kaprah. Kebanyakan kita
mempercayai ilmu nujum dalam bidang lain, seperti
bintang dalam bulan kelahiran kita. Walau semua itu
banyak benarnya, namun dari segi akidah kita tidak
boleh mempercayainya sama sekali. 

Wah..jadi lari nih persoalannya.

Yang pada dasarnya saya pribadi , karena dalam hal
ilmu ini Al Quran lebih banyak bercerita, ayat-ayat
kauniyah ( alam )lebih besar ketimbang ayat-ayat
mengenai lainnya, keimanan dan sebagainya itu. ( saya
sudah sampaikan hal ini dulunya dalam topik kalau saya
tidak salah “ ayat-ayat Ilmiyah dalam Al Quran”  )

Ini menandakan bahwa Ilmu itu sangat penting. Ilmu apa
saja, pelajarilah asal dengan syarat bermanfaat pada
yang baik, dan dengan dimulai nama Allah. Itu pasti
selamat. Karena Allah sudah firmankan hal ini dalam
ayat pertama sekali turun dalam «  IQRA «  ( bacalah
). Pelajarilah, fahamilah, dalamilah. Itu maksudnya.

Para sahabat zaman dahulu kala, mensyaratkan
anak-anaknya untuk belajar ilmu hadist haruslah
membekali dulu dengan ilmu Al Quran ( hafal Quran 
dulu ).

Setelah hafal Quran baru anak-anaknya disuruh
mempelajari ( menghafal ) hadist.

Setelah keduanya itu baru anak-anak mereka di
persilahkan mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Silahkan
sajalah baca sejarah para sahabat dan ulama zaman
dahulu kala. Akan di temui ilmu bidang ini. Agama
mereka mantap dulu. Umur masih kecil2 orang zaman dulu
sudah hafal Quran. Tapi apakah ulama dulu bodoh dalam
ilmu umum,, ? saya kira tidak !.

Lantas kenapa zaman sekarang koq ada pemisahan ilmu
umum dan agama ? Orang agama banyak yang  bodoh umum,
orang umum banyak bodoh agama..?

Ini salah satu keberhasilan yahudi untuk menghancurkan
ummat islam. Mereka memisahkan kedua ilmu itu. Dan
kalau saya tidak salah dimulainya pemisahan ini
semenjak kejatuhan ummat islam di Turki oleh kamal At
Tarturk, yang orang tersebut di pengaruhi pemikirannya
oleh Barat. Kemudian Thaha Husain yang tammatan Al
Azhar belajar ke Prancis melakukan hal yang sama di
Mesir. Dan masih banyak yang lain lagi.

Tujuan-tujuan musuh Islam itu semakin berkembang pesat
dari tahun ke tahun, abad ke abad. Mereka tahu sekali,
ummat islam akan hancur bila mereka meninggalkan
agamanya, dan bila ummat islam tidak pandai dalam ilmu
umum.

Yang tahu agama, kerjanya cuman beribadah
doank…ceramah sana-sini, ilmu umum ia buta sama
sekali. Ini ulama parah menurut saya.

Sebagaimana parahnya kaum Ilmuwan dari segi lainnya,
tapi tak mengetahui ilmu agama , lebih gawat..lagi ! 

Jadi kedua-duanya itu sejalan, dalam ilmu agama,
setahu saya, memang sumbernya ada di Timteng ini,
dinegara Arab ini, di Al Azhar, Medinah, damascus dan
sebaginya itu, kalau yang akar-akarnya betul lho.

 Lantas bagaimana yang tak punya kesempatan keluar
negeri, ngak bisa ke Arab,.yah..belajar dari
orang-orang yang belajar kesana itu. Ngak harus pergi
kan,.. ? baca buku yang bersumber dari sana, tanya
ulama yang berasal dari sana. Itu saja, gampang koq,
ngak harus sulit-sulit. Bukankah sudah dikatakan dalam
Surah At Taubah 122 itu ?



Sementara ilmu umum, kita harus akui, ini tersebar di
berbagai negara. Dalam hal ini tentu yang berkompoten
yang lebih bisa membicarakannya. Tapi bukan berarti di
mesir, atau Arab cuman adanya ilmu agama tok, kagak,
ada ilmu umum juga, kedokteran, pertanian dan
sebagainya itu, namun saya banyak melihat pada umumnya
mereka melanjutkan studynya ke negara lain, seperti
negara Amerika, German itu. Tetapi bekal ilmu agama
mereka, milieu keluarga, masyarakat mendukung agama
mereka.


Saya pribadi, pada dasarnya kelak, besar kemungkinan
punya kesempatan untuk belajar di canada ( depag
selalu mengirim pertukaran mahasiswa antar dua negara
yang berbeda itu, timur dan barat ).

Lihat pak Quraish Shihab, beliau 6 bulan di kirim ke
Canada, untuk mempelajari ilmu metodologi, teman-teman
kakak kelas  saya yang lain, seperti Ida sayuti, (
doktor di bidang hadist juga, dosen di IAIN Ciputat ),
kak hannah MA, keduanya diberangkatkan ke canada sana.
Tidak mustahil saya akan mendapat giliran juga kelak.

Tapi kalau saya pribadi sangat senang malah dikirim
kenegara itu buat 6 bulan, untuk memepelajari apa yang
ada disana, kenapa koq sampai orang bilang banyak
orang yang belajar disana : “ Di cuci otaknya “ .
kenapa..ada apa..? saya ingin tahu, apa yang di
ajarkan pada mereka.

Saya yakin, insyaAllah , dan mudah-mudahan  ngak
sampai pula tercuci otak saya, toh..pak Quraish shihab
ngak apa-apa, kak Ida sayuti, nur shamad, kak hannah
dan lain2nya itu banyak juga koq yang tidak
terpengaruh, biasa saja.

Semua ini karena apa.. ? karena dasar mereka Al Quran
hadist sudah kuat. Jadi dicampakkan pun kenegara
semacam itu insyaAllah ngak terpengaruh.

Tapi kalau disuruh tinggal di Amrik sana, atau Jepang
sono, saya ngak mau, bukan takut atau apa-2, karena
disana jarang ada mesjid, beda dengan negara malaysia,
Indonesia, apalagi negara Arab, mesjidnya banyak, jadi
dengan adanya mesjid masa muda dan tua saya kelak,
bisa beribadah dan mengembangkan ilmu dengan jamaah
mesjid itu. 

Coba kalau saya di Amrik sana, apa yang dapat saya
lakukan buat persiapan hari akhirat kelak..? Jangan2
saya terpengaruh gaya hidup kebarat-baratan itu. Dan
itu saya ngak mau, kalau cuman sebentar 6 bulan sampai
-2 tahun untuk belajar, ngak apa bagi saya pribadi.

 Belajar koq, kenapa takut..? kalau punya dasar agama
yang kuat, ngak ada yang harus di takutkan untuk
belajar ilmu dinegara mana saja.

Tapi kalau ngak punya dasar agama yang kuat, saya
sarankan janganlah coba-coba kenegara semacam itu.
Ngeri saya membayangkannya ! Lebih baik berhati-hati
sajalah , sedia  payung sebelum turun hujan. 

Jangan sok bergaya kuat, tapi ilmu dan keimanan kita
pada Allah tak memadai. Bisa-bisa hancur badan kelak.
Buat apa kejar dunia, kalau di akhirat kelak kita
menderita..? Bukankah akhirat itu jauh lebih baik dari
kehidupan dunia ini..?

Kalau menderita didunia, bahagia di akhirat mendingan.
Ketimbang kaya didunia melarat di akhirat, binasa
badan.

Tapi kalau saya maunya bahagia kedua-duanya. Dunia
kahirat. Makanya itu yang dicari. Bukankah Umar Ra
berkata : Hiduplah kamu untuk dunia mu seakan-akan
engkau hidup selamanya, dan hiduplah untuk akhiratmu
seakan-akan engkau akan mati besok « 

Kedua kebahagiaan ini yang seharusnya kita cari. yang
terpenting jangan menderita di akhirat itu saja.
Akhirat itu kehidupan yang kekal, sementara dunia,
percayalah fana. Kita semua akan mati. Harta, pangkat
jabatan, tidak akan kita bawa ke kubur, yang kita bawa
cuman amal, ilmu dan sedeqah kita. Itu saja.

Saya mau jadi orang kaya, tapi kaya yang dermawan dan
berilmu, saya menghindari untuk menjadi fakir, karena
seringnya kefakiran membawa kekafiran. Karena apa,.. ?
karena ia selalu menyesali hidupnya dan menyalahkan
Allah karena nasibnya jadi begitu. Miskin ilmu buat
orang linglung, ngak tahu apa yang akan dilakukannya
buat masa depannya.

Tapi jangan sampai lupa kalau orang-orang miskin yang
sabar dan baik, shalih, lebih dahulu masuk syorga
lho.. ? jangan sedih jadi orang miskin harta !. Tapi
menangislah kalau kita miskin ilmu.

Saya tidak mau munafik, saya mau jadi orang kaya, kaya
ilmu, bisa memberikannya pada masyarakat saya, kaya
harta, saya bisa lebih banyak bersedeqah, berinfak.
Tapi kalau saya jadi orang kaya, pelit, lebih baik
janganlah. Jangan sampai saya jadi orang kaya yang 
pelit, karena kelak harta itu akan saya
pertanggungjawabkan, orang pelit tak mau bersedeqah,
tak mau berzakat, maka punggungnya kelak akan di gosok
di api neraka  ( Naudzubillahi mindzalik ).

Yah..jadi lari pembicaraan, tapi pada dasarnya
bersangkut paut koq. Karena dunia dan akhirat. Ilmu
itu juga ada buat ilmu akhirat, ada buat ilmu dunia.
Semoga kedua-duanya kita miliki. Ilmu umum dan agama.
Itu maksud saya. Percayalah Akhirat itu jauh lebih
baik.


Wassalam. Rahima. Sikumbang  ( 35 )  Cairo penghujung
ramadhan 





                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Check out the new Yahoo! Front Page. 
www.yahoo.com 
 


____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke