Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--------------------------------------


--- Ahmad Ridha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> On 11/8/06, Syafrinal Syarien <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> 
> > Tatkala doa mereka dikabulkan Tuhan melalui
> > "tangan-tangan" lain spt dukun, dedemit, jin,
> pastor
> > atau apapun namanya, apakah mereka salah?
> > Apakah ketika penyakit mereka "disembuhkan" oleh
> > tangan-tangan lain itu, Tuhan sama sekali tidak
> > ikut-campur dalam proses penyembuhan itu? Kalau
> ya,
> > berarti ada satu fragmen kecil dalam tata
> kehidupan
> > ini yang luput dari kendaliNya.
> >
> 
> Coba kita terapkan pola pikir seperti itu dapat
> diterapkan pada
> masalah rizqi. Rizqi adalah sesuatu yang telah
> ditetapkan oleh Allah
> Ta'ala dan jelas dibutuhkan oleh setiap makhluq-Nya.
> Apakah ketika
> rizqi itu diperoleh melalui korupsi, penipuan,
> pencurian, perampokan
> dan kezhaliman lainnya pelakunya dapat disalahkan?
> 
Perbandingan yang diambil ini tidak apple-to-apple.
Tindakan korupsi, mencuri, merampok, dsb jelas
tindakan yang bertentangan dengan kemanusiaan. Ada hak
orang lain yang terampas di sana. Dari sudut pandang
mana pun, perbuatan seperti itu jelas salah. Namun
ketika seseorang menderita penyakit, apakah dia tidak
berhak untuk mendapatkan kesembuhan tanpa merampas hak
orang lain?
Apabila proses penyembuhan diperoleh dgn cara merampas
hak orang lain, maka jelas itu salah. Misalnya
seseorang yang gagal ginjal, lalu membunuh orang lain
utk mendapatkan ginjalnya, maka sudah jelas dia
merampas hak hidup orang lain.
Apakah dalam praktek ruqyah tsb ada terjadi perampasan
hak org lain? Adakah kezaliman terhadap manusia lain
terjadi di sana?

Tapi bicara masalah rejeki, pengalaman hidup
mengajarkan saya bahwa orang malas akan dikalahkan
oleh orang rajin, orang rajin kalah oleh orang pintar,
namun orang pintar kalah oleh orang hoki. Apakah ini
sunnatullah juga?

> Kesalahan utama dalam pola pikir tersebut adalah
> pencampuradukkan
> antara yang dikehendaki Allah dan yang dicintai
> Allah. Segala sesuatu
> hanya dapat terjadi dengan Kehendak-Nya namun tidak
> berarti
> dicintai-Nya. 

Ada ambiguitas dalam kalimat ini: dikehendaki tapi
tidak dicintai.
Sama halnya dengan statement bahwa perceraian itu
halal tapi dibenci Allah. Kalau perceraian itu
dibenci, kenapa tidak diharamkan saja?

Jadi dari semua kehendakNya itu, supaya tidak
campur-aduk, kita bisa golongkan menjadi:
1. KehendakNya yang dicintaiNya
2. KehendakNya yang dibenciNya
3. KehendakNya yang tidak dibenciNya dan tidak pula
dicintaiNya (netral-netral saja)
Bukankah seyogyanya, Ia tidak menghendaki apa yang
dibenciNya?
Bicara masalah kehendakNya kadangkala membuat kita
gampang terjebak dalam paham jabariyah.

Namun sering kali apa yang disebut orang sebagai
kehendak Tuhan, itu tak lebih dari "kehendak Tuhan
yang dirumuskan manusia".
Manusia mencoba meraba-raba lalu menyimpulkan: inilah
kehendak Tuhan.
Apakah kehendak Tuhan yang sebenarnya? Hanya Dia yang
tahu. Tak salah jika orang-orang bijak selalu
mengakhiri kalimatnya dengan Wallahu'alam.




 
____________________________________________________________________________________
Yahoo! Music Unlimited
Access over 1 million songs.
http://music.yahoo.com/unlimited

--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke