Tulisan mbak Ida sebagian baik sekali menurut Saya. Untuk point 1 di bawah ,
Saya mau menegaskan saja bahwa negara Kita masih dalam proses transisi.
Jadi, budaya timur di Indonesia kita ini "bingung", yang maksudnya belum
dapat melihat sesuatu itu secara objektif, seperti Saya, yang hanya
mengandalkan"perpanjangan lidah orang/negara lain" tidak memahami keadaan
sebenarnya.
    Perubahan kurikulum yang direkomendasikan dalam tulisan di bawah ini
memang lain ( mungkin) dengan perubahan kurikulum yang terus-menerus sejalan
dengan perubahan mendikbud selama masa orde baru. Saya mau menanyakan apa
yang dimaksud dengan melakukan perubahan kurikulum oleh tulisan di bawah
 yang membedakan dengan masa orde baru dulu)? Karena ide semacam ini ,
menurut Saya, sudah banyak dilontarkan oleh teman2 mahasiswa lainnya
khususnya mahasiswa IKIP .

KT

From: Notrida Mandica

>Dear Rekan-rekan Permias and readers,
>
>Soal memunculkan new attitudes untuk the new Indonesia sudah dibahas
>di seminar Madison. Attitudes tersebut sebenarnya tidak baru --
>menurut Mas Franki Raden, namun dapat menjadi baru karena kita
>menemukan esensi pengaplikasian yang baru, menurut Notrida Mandica.
>Nah attitudes yang baru tersebut antara lain:
>
>1.  Berpikir kritis dan bertanggung jawab.  Ketika melemparkan
>pertanyaan, mampu memberi kejelasan persoalan dan mampu bertanggung
>atas pengaplikasian solusi-solusinya. Misalnya: jangan teriak aja,
>terus dikasih jalan keluarnya, katanya tidak sesuai dengan budaya
>timur.
>Menurut kami dari Madison, bahwa memperkenalkan kembali budaya yang
>katanya dari 'leluhur' -- yang ditinggalkan oleh para pejabat negara
>selama kurang lebih dua puluh lima tahun ini--, diperlukan perbaikan
>sistem pendidikan, khususnya perubahan kurikulum nasional mulai dari
>dari TK hingga Perguruan tinggi.  PERLU DIBERITAKAN BAHWA BERAHLAK ITU
>LEBIH MULIA DARIPADA PLIN-PLAN.


SETUJU!

>Salam,
>
>ida
____________
>Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke