Wah, sayang email anda ilang nih Bung Blucer.....

Anda kok bisa menilai saya rasialis itu berdasarkan apa?
* Apakah karena masalah tauke?
* Ataukah karena saya menulis pendapat saya tentang perjuangan
  untuk mengurangi kesenjangan sosial dengan jalan memberi perlindungan
  kepada pengusaha bumiputra dan perluasan kesempatan pendidikan
  kepada bumiputra?

Anda terlihat mencampur-adukan hal-hal di atas, lalu mengolahnya dengan
asumsi anda sendiri. Sejak kapan perjuangan untuk bumiputra adalah salah
satu bentuk diskriminasi? Anda berusaha memaksakan pendapat anda kepada
saya bahwa pendapat saya tidak betul dan menggolongkannya sebagai bentuk
diskriminasi (yg negatif), atau meminjam istilah keren dari Bung Moko mempunyai
'racist's remark'.

Anda juga memaksakan kehendak anda agar saya introspeksi tanpa alasan yang
jelas. Silakan dong diserang bahwa usaha penghilangan kesenjangan sosial
dapat dilakukan tanpa prioritas kesempatan kepada bumiputra, bukan dengan
mencap si punya pendapat sebagai racist atau apapun juga. Silakan ulas posting
Bung Rasyad yang jelas-jelas ilmiah, dan jelas-jelas untuk point (1) eh, point (3)
berseberangan dengan pendapat saya itu. Bukannya ngotot nggak karuan lalu
hantam sana hantam sini. Bila anda tidak punya argumen yang tepat ya silakan
anda yang mawas diri dan belajar bagaimana mesti menjawab pendapat saya,
tanpa berusaha menjudge apakah si pemilik pendapat seorang racist atau bukan.
Itu kalau anda mau dan mampu. Bukan cuman berlindung di balik perlambang
anti-diskriminasi lalu menjadikannya sebagai senjata kepada setiap orang yang
tidak sependapat.

Tentang bagaimana Bung Moko yang tidak sabar, itu hak Bung Moko. Sejumlah
berapapun orang yang menilai saya sebagai racist berdasarkan pendapat saya,
berarti sejumlah itu pula yang belum memahami bagaimana menghargai pendapat
orang lain. Bila judgement yang dilakukan oleh sejumlah rekan berdasarkan
ucapan 'tauke' (point 1 di atas), silakan juga dilihat jumlah rekan yang memosting
pendapat yang sebaliknya.

Bung Blucer, saya sih sudah tidak pada level pemosting 'panasan'.... Perjalanan
waktu yg saya tempuh dalam berdiskusi di milis ini mengajari saya untuk sabar.
Tentu saja letupan-letupan masih ada, tetapi jelas sudah jauh di bawah jumlah
letupan anda tho.... Saya masih menganggap reply-reply anda sebagai bagian
dari adu argumentasi, dan ternyata anda sudah memakainya sebagai persoalan
ego. Ini yang repot....

Nah, silakan kalau anda sanggup memberikan pandangan anda bagaimana
mengurangi kesenjangan sosial, atau apapun faktor-faktor yang paling penting
untuk memperbaiki perekonomian sekaligus kondisi sosial di Indonesia yang
compang-camping. Tentu saja tanpa perlu menjudge si empu pendapat. Bila
anda masih tidak mampu memilah hal ini, berarti anda juga belum mampu
hidup berdemokrasi dengan baik. Lalu bagaimana pula anda akan men-judge
sekelompok orang yang mempunyai pandangan untuk mengangkat
nasib buruh seperti aliran komunis? Juga pandangan sosialis, pandangan marhaen?
(belum saya sebutkan yg punya paham militerism). Mereka jelas mempunyai
pandangan yang jauh lebih ekstrim dari saya yang hanya ingin pemberian
prioritas temporer pada suatu kelompok tertentu karena kelemahan mereka.
Anda kan punya pendapat bahwa free competition perlu dilakukan tanpa melihat
apapun. Nurut saya, ini dapat diidentifikasikan sebagai pandangan yang condong
ke paham liberalism atau capitalism (sebetulnya saya ingin menuliskan sebagai
capitalism ekstrim). Nggak tahu juga kalau anda tidak bisa mengidentifikasikan
pandangan anda sendiri. (Sorry.....).

Nah, dengan resmi saya tantang anda untuk menformulasikan pandangan anda.
Bila anda tidak mampu silakan anda yang mawas diri. Selama ini anda cuma
mutar-mutar di hal-hal yang bersifat sangat umum dan tidak terpola sama sekali.
Setelah ndak sabar lalu sibuk cari celah untuk memojokkan orang....kepriben.....

Buat Bung Rasyad. Saya juga mengikuti milis ekonomi-indonesia yang anda asuh.
Sayang buat saya terlalu terfokus, sehingga meminjam istilah AR, bajunya terlalu
sesak buat saya (ndak bisa diskusi panas..hehe....). Makanya saya lebih senang
memonitor. Buat rekan-rekan yang lain yang tertarik dengan perekonomian, mungkin
milis yang diasuh Bung Rasyad dapat memenuhi harapan. Dulu sangat ramai, karena
alasan teknis, sempat ditutup, dan baru beberapa waktu yg lalu Bung Rasyad
membukanya kembali.

Nah, Bung Rasyad. Saya tidak yakin anda membaca pendapat saya yang memang
tidak terstruktur. Namun demikian, intinya saya berlawanan pendapat dengan anda
pada point 3 (?) yaitu free capitalism. Banyak negara-negara yang mengadopsi
paham ini malah jatuh tersungkur. Mungkin anda dapat menajamkan pendapat
anda tersebut? Oya, tolong posting anda diberi subjek baru / judul baru, jangan pakai
header ini.... Terus terang, kalaupun anda mereply, saya tidak akan mereply kembali
supaya tidak ada kisruh-kisruh hasil rembesan masalah sebelumnya. Mungkin rekan
yg lain saja yg mendiskusikan. Thanks....

--
Salam,
Jaya


--> I disapprove of what you say, but I will
    defend to death your right to say it. - Voltaire

               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Kirim email ke