KORSEL Berhasil KLONING Embrio Manusia
|
MUDAH sekali menemukan mobil buatan Korea Selatan di sepanjang jalan-jalan Jakarta. Kendaraan dinas polisi Indonesia juga buatan negeri itu.
Namun, kaum cerdik pandai di sana tak hanya piawai dalam urusan permobilan. Teknologi garda depan yang bersinggungan dengan keberadaan hidup manusia, bidang ilmu yang di negeri maju semacam Amerika Serikat (AS) dan Eropa Barat masuk kategori barang mewah, pun disentuhnya. Harian The New York Times dan The Washington Post terbitan 12 Februari melaporkan, tim ilmuwan Korea Selatan (Korsel) berhasil menciptakan dua hal: embrio manusia dengan cara kloning dan sel induk embrio.
Embrio-embrio yang sudah terbentuk itu semata-mata berasal dari sel seorang perempuan. Tak satu pun sumbangan dari pihak tuan-tuan. Sang pemula kehidupan itu kini bersemi di laboratorium. Siap disemai di rahim!
Tujuan mereka, menurut Dr Woo Suk Hwang dan Dr Shin Yong Moon yang memimpin pekerjaan ilmiah ini, bukan melapangkan jalan di padang belantara bagi kloning itu sendiri, tapi mempercanggih pemahaman mengenai asal-usul suatu penyakit dan penyembuhannya.
Bisa jadi begitu tujuan semula. Namun, keberhasilan ini jelas membuka peluang besar menggandakan kembaran sejati anak manusia dengan kloning. Karena alasan itu, karya tim ilmuwan Korsel yang bermarkas di Universitas Nasional Seoul dan disiarkan jurnal berwibawa Science terbitan Jumat kemarin ini langsung mencuarkan kembali perbalahan implikasi etis kloning manusia.
"Naif sekali mengatakan prestasi ini bukan langkah yang mendekatkan manusia-manusia yang tak bertanggung jawab mengupayakan kloning untuk tujuan reproduksi," kata Dr Gerald Schatten, peneliti kloning binatang Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh yang menentang kloning manusia tapi gemar meneliti sektor ini.
Kertas kerja Hwang dan Moon memuat uraian rinci bagaimana menciptakan embrio manusia dengan kloning. Pakar- pakar di bidang ini, tapi tidak terlibat langsung dalam penelitian Hwang dan kawan-kawan, berpendapat, uraian itu cukup meyakinkan. "Kini tersedia semacam buku resep dan metodologi di ruang publik," kata Dr Robert Lanza, salah satu direktur perusahaan Advanced Cell Technology di Worcester, Massachusetts, yang pernah mencoba tapi tak berhasil.
"Wow, hebat," kata Dr Richard Rawlins, ahli embriologi Universitas Rush di Chicago, AS.
Kalangan yang bakal bersorak-sorai menyambut pekerjaan Hwang, Moon, dan kawan- kawan ini-paling tidak saat ini-adalah penderita parkinson dan diabetes.
Pemulihan kesehatan penderita parkinson dan diabetes bisa melalui penggantian sel-sel yang rusak oleh kedua penyakit itu dengan sel-sel sejenis. Keberhasilan penggantian bergantung pada sejauh mana sistem kekebalan yang bersangkutan menerima sel-sel migran dari luar tubuh. Untuk menghindari penolakan, lebih baik mendapatkan sel-sel pengganti dari tubuh yang bersangkutan. Masalahnya, bagaimana mendapatkan sel dari tubuh sendiri serupa dengan yang rusak.
Di sini teknologi kedokteran memberi jawaban. Fotokopi saja tubuh tuan dan puan supaya mendapat replikasi lengkap seluruh organ tubuh tuan dan puan. Pereteli sel-sel yang sudah rusak dari tubuh tuan dan puan, ganti dengan sel-sel sejenis dari hasil fotokopian itu.
Sel-sel lain yang tak diperlukan buang atau simpan saja. Nah, membuang sebagian dari makhluk yang sudah jadi itu kan membunuh? Menyimpan makhluk dengan sel-sel yang tak lengkap kan menyiksa makhluk yang bersangkutan? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang menggalaukan hati manusia yang manusiawi. Itulah implikasi etis teknologi ini!
Teknik membuat fotokopi lengkap fisik dan jiwa (mungkin juga roh) seorang manusia dinamakan kloning. Hasilnya adalah klon. Rangkaian proses kloning hingga mendapatkan sel-sel induk yang akan dipakai untuk mengganti sel-sel rusak itulah yang dihasilkan Hwang, Moon, dan kawan-kawan.
BUKU resep dan metodologi membuat embrio dengan kloning hingga menghasilkan sel-sel induk, seperti yang ditamsilkan Robert Lanza, sudah di depan mata. Namun, menurut perkiraan para pakar di bidang teknologi reproduksi pascamodern ini, masih tahunan lagi yang harus ditempuh untuk melanjutkan riset ini hingga ke proses terapinya.
Presiden Dewan Bioetika AS, Dr Leon R Kass, tak mau tahu dengan taksiran waktu para pakar teknologi reproduksi itu. Baginya, inilah momentum berbahaya bagi eksistensi hidup manusia yang deret selanjutnya tak dapat dibendung.
"Zaman Kloning Manusia sudah tiba. Hari ini kloning untuk riset, besok kloning untuk menciptakan bayi manusia," kata Kass dalam surat elektroniknya. "Satu-satunya cara mencegah kloning manusia di Amerika adalah meminta Kongres membuat undang-undang yang melarang atau moratorium kloning manusia."
Apa kata Hwang? Pendapat kalangan etikawan melawan kloning dan pembuatan sel induk, bagi Hwang, sangat berlebihan. "Kami sadar pekerjaan ini mengundang kontroversi. Tetapi sebagai ilmuwan, kami pikir tugas kami di situ."
Hwang adalah pakar kloning binatang. Moon dokter yang di akhir tahun 1980-an mengikuti pelatihan di klinik kesuburan AS termasyhur, Institut Jones untuk Kedokteran Reproduksi, Fakultas Kedokteran Virginia Timur di Norfolk.
Sel telur dalam penelitian tim Korsel diperoleh dari 16 perempuan yang menyumbangkan 264 telur untuk riset monumental yang dibiayai pemerintah.
Kertas kerja Hwang dan Moon memaparkan pekerjaan mereka secara rinci, mulai dari bagaimana cara menumbuhkan embrio sampai larutan apa yang terbaik untuk memelihara sang pemula kehidupan itu.
Prestasi akademis Hwang dan Moon dalam ilmu reproduksi pascamodern ini menambah daftar panjang upaya Korsel menjadi bangsa beradab yang tertata dan modern. Hampir semua sektor yang berkaitan dengan maslahat khalayak dipulihkan. Korupsi diperangi, olimpiade pun sudah digelar.
Indonesia? Jangan berkata Indonesia itu akbar! Ehem. (SALOMO SIMANUNGKALIT)
Do you Yahoo!?
Yahoo! Finance: Get your refund fast by filing online
____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________