Assalamu'alaikum wr wb.
Seperti janji saya pada email sebelumnya  tidak akan berdebat kusir , namun satu hal mengenai  "nama "   terpaksa  saya betulkan.    Nama saya bukan  " Husna " seperti yang Rahima tuliskan tetapi " Isna " seperti  yang tertulis dengan jelas pada email tersebut.

Kepada moderator ambo batanyo pulo sarupo tanyo sdr Syahril Bakri,  baa caronyo aturan disiko.  Katiko ambo mandaftar baliak di Palantako, ambo disodori Tata Tertib baciloteh di siko. " Tata Tetib " nya sungguh bagus, jelas petunjuknya apa saja yang bisa kita sampaikan disini.  Saya rasa maksud pendirinya supaya di Palanta ko ceritanya jangan seperti di surat kabar, tapi terfokus. Tapi sebenarnya bagaimana pelaksanaannya sanak moderator ?. Atau RN ko indak pakai moderator?

Wassalam
Isna Huriati

Rahima wrote:
--- Isna Huriati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Assalamu'alaikum wr wb'
Hari ini saya melihat ada 4 posting email dari
Rahima.
Yang untuk saya pribadi, ini adalah terakhir saya
menanggapi tulisan
tulisan Rahima. Karena mencak mencak disini, malu
kita. Palanta ini
pengunjungnya bermacam macam, terus menerus
membicarakan ini dengan cara
yang bertele tele , debat kusir., kasihan orang
lain. Lebih baik
diteruskan di Pintu Koto., kalau nak Rahima udah
pulang nanti.
Disana semua orang kenal siapa kita. Sekalian
Rahima bisa memutuskan
mau memanggil saya nama aja, atau bapak atau ibu.

Waalaikumsalam.Wr.Wb.

Ibunda Husna ,sudah dari awal postingan mengenai hal
ini saya sampaikan," Saya sekedar mencopykan dan mohon
jangan di jadikan polemik,dan tujuan saya cuman
sekedar mengingatkan saja,agar ummat islam
berhati-hati dalam menanggapi apa saja yang
disampaikan orang masalah Islam,terutama kalau hal itu
jelas bertentangan dengan nash-nash yang sudah
ada.Saya mengingatkan agar setiap kita melihat Islam
itu bukan dari satu ayat,tapi disana banyak ayat-ayat
lain yang saling menjelaskannya.

Namun ibu menanggapi hal yang tidak saya duga sama
sekali ( bukan nasehat terhadap diri saya,nasehat saya
terima,kalau memang itu benar ,makanya saya ucapkan
terimakasih dan ngak mau memperpanjang nasehat itu )

Ibunda mengatakan saya kampanye,mengajak orang tidak
mengikuti pendapat,kalau saya tidak setuju.Jelas
pendapat pak masdar saya tidak setuju,karena
bertentangan dengan nash-nash lainnya,wajar saya
mengingatkan ummat islam,tapi bukan kampanye,beda
sekali kampanye dengan mengingatkan manusia agar tidak
terjerumus kedalam hal yang benar -benar itu ngak ada
dalam Islam.

Ibunda malah menyebutkan masalah Masdar dari NU,saya
sendiri ngak kepikir kesana.bagi saya tetap memegang
prinsip,tidak pernah melihat seseorang dari
partainya,tapi melihat pendapatnya.Karena bisa jadi di
partai mana sajapun pasti selalu saja ada yang
baik,ada yang jelek dari mereka.Ngak sedikit dari
orang NU yang baik,mahasiswa kairo juga banyak
penganut NU,begitupun dengan lainnya.


Dan tidak sedikit juga orang NU,atau partai lainnya,
yang pemikirannya banyak menyimpang,salah satu contoh
Islam tidak mewajibkan Shalat,Jilbab,masalah
haji,Shalat itu hanya doa saja tanpa sujud dan
rukuk,mentafsirkan laailaahaillallah dengan " Tiada
Tuhan selain Tuhan,yang pada hakikatnya terjemahan
yang tepat adalah " Tiada Tuhan selain Allah " .


Saya sebagai orang yang tahu Islam kewajiban saya
mencegah penyimpangan itu semampu saya dengan
memberikan argumen yang saya ketahui pula dari nash Al
Qur'an dan hadist.tapi sungguh saya tidak
menyamaratakan itu dari NU,itu sebabnya saya tak
menyinggung-nyinggung dari partai apa Pak Masdar
itu,untuk menghindari hal semacam itulah.Tapi justru
ibu yang pertama sekali menyebutkan hal ini.Bahkan
mengatakan saya kampanye ? Kampanye berbeda dengan
mengingatkan.Kampanye itu urusan politik,tapi
mengingatkan adalah kewajiban ummat islam semuanya.

Dan hal lain lagi yang saya merasakan ibu cepat sekali
mengambil kesimpulan,mengatakan saya emosilah,akibat
saya memanggil ibu dengan ayahanda.Wajar sekali saya
rasa,dan masih terasa sangat sopan,saya memanggil "
Ayahanda ".Soal salah benar,bagaimana saya tahu ibu
perempuan atau lelaki,karena persepsi saya sebelumnya
memang saya mengenal Husna itu adalah nama teman ju ga
nama kepala sekolah ananda dulu,wajar sekali saya
memanggil dengan sebutan ayahanda,yang saya rasa cukup
sopan,eh..malah ibunda mengatakan saya emosi.

Bukankah berulang kali ibunda mengatakan yang baik itu
adalah budi ? Salah satu baik budi itu ,kita kan harus
berprasangka baik dan tidak cepat menuduh,atau
mengatakan seseorang itu,emosi,ngak sopan,kampanye,
begini dan begitu,sebelum terbukti kebenarannya
?.Bukankah begitu ibunda ?

Tetapi memang sering terjadi,seorang ibu menasehati
anaknya agar jangan mencuri,jangan berbohong,padahal
begitu seringnya juga ,tanpa disadari sang ibu lebih
sering berbohong pada anaknya ,atau suami,serta orang
lain, tersebut.Tanpa disadari,mengatakan mama ngak ada
duitlah,mama pergi ke pasar,padahal bukan kesana,ngak
ada ini ,ngak ada itu,dan seterusnya banyak hal
terjadi semacam ini.


Makanya bagi saya hal itupun sudah terbiasa saya lihat
dan rasakan sendiri dari siapa saj a,apalagi di dunia
maya ini.Dan ini saya cukup mengerti sekali .Itu
sebabnya,saya sendiripun dalam menasehati orang selalu
mengatakan nasehat ini pada dasarnya juga buat saya
pribadi.Kita sering marah,kalau kita di kritik
orang,padahal kita juga sering mengkritik orang,dan
segala macam hal.

Dalam hal membicarakan agama secara mendetail di RN
ini,sebagimana yang ibu ungkapkan bukan disini
tempatnya ??,karena tidak sesuai dengan aturan ?

Setahu saya dari dulu yang dibicarakan masalah agama
ini sampai tuntas dan mendetail.Sangat merugi sekali
kalau belajar agama,tidak sampai detail.Soal tempatnya
dimana,saya rasa RN tidak menghalangi orang belajar
agama sampai detail disini,,karena jelas Minang itu
bersandikan Sarak,Syara' bersandikan kitabullah.kalau
tidak diketahui ( disini,disaat di diskusikan itu
secara detail,akan menambah kekaburan dan kegamangan
pemikiran kita sendiri ).


Wajar saja ,kalau begitu Kris tenisasi,lemahnya iman
seseorang,apalagi banyak terjadi kristenisasi di
Sumbar,karena kurangnya kita memahami Islam secara
mendalam ,dan men detail .Saya kurang setuju dengan
pendapat ibu mengatakan belajar agama secara detail
bukan disini tempatnya.Subnahallah,wa
masyaAllah,apalah jadinya manusia kalau tidak memahami
Islam secara baik dan mendalam serta yang
benar.Apalagi kalau memang hal itu sedang
didiskusikan.

salah satu contoh akibat mengambil agama secara
detail,mengatakan haji kapan saja boleh,asal kan di
bulan yang empat,dengan hanya mengambil ayat yang satu
saja,tidak mempelajarinya secara detail.

Mengatakan Jilbab tidak wajib,karena dalam bahasa
Arabnya Jilbab adalah pakaian jubah panjang,bukan
menutup kepala,tanpa melihat ayat yang lainnya ada
kata yang berartikan selendang yang menutupi sampai
dada,juga hadist rasulullah memberikan penjelasan
batasan yang wajib di tutupi.

Mengatakan shalat cu kup do'a saja,karena dikatakan
Do'a adalah kunci,atau isi ibadah.Ngak melihat secara
rinci dan detail ayat,dan hadist yang lain.

Dan masih banyak lagi,contoh yang hampir sama.Karena
mempelajari agama secara detail itulah ,maka diambil
suatu hukum yang tepat.Tidak sebagaimana yang
dilakukan oleh para kaum Liberal,orientalis,dan
lainnya,mencomot satu ayat,melupakan ayat
lainnya,menafsirkan kata-kata Al Qur'an,bukan diambil
dari Al Qur'an atau bahasa Arab itu sendiri,memotong
ayat,atau hadist,dan segala macamnya.


Untuk mencapai kebenaran itu haruslah dipelajari
secara detail,jangan memahami agama,hadist , ayat
secara ringkas ,atau kulit luar nya saja.Yang
dihindari adalah perdebatan yang membawa
permusuhan,dan itu selalu saya peringatkan dari awal
tulisan saya.Bukankah yang baik itu adalah budi,yang
sempurna itu adalah agama Islam ?



wassalam.Rahima


Palanta ini adalah forum urang Minang malapehkan
taragak,
bersilaturrahmi, bertukar informasi dan berdiskusi
dengan cara yang
santun Saya rasa semua yang aktif disini kembalilah
baca Tata Tertib
Rantau Net . Tinggal klik

http://groups.or.id/mailman/subscribe/rantau-net

Karena saya melihat posting email sudah tidak
kostruktif lagi. Mari
kita bicarakan topik topik yang sesuai tata tertib,
kalau tidak
mengerti tata tertib lebih baik menonton aja. Kita
mengatakan jamaah
haji kita tidak disiplin, tidak mau mengikuti
aturan, mungkin betul.
Tapi kita yang bergabung di palanta ini saja yang
saya anggap
terpelajar, ternyata juga tidak mampu
mendisiplinkan diri sesuai
dengan aturan. Di Palanta ini ada aturan yang
disebut " Tata Tertib"..
Maka mari mulai dari diri sendiri dulu, jan gan
muluk muluk berbuat
sesuatu untuk Indonesia Belajar mendisiplinkan
diri terhadap aturan
yang telah disepakati waktu bergabung di palanta
ini. . Begitu banyak
hal mengenai Minangkabau yang bisa kita bicarakan.
Daerah kita
membutuhkan buah pikiran dan kerja nyata dari warga
Minang dimanapun
mereka berada. Posting keagamaan yang detail saya
rasa bukan disini
tempatnya, sesuai tata tertib. Kalau tinggal di
Jakarta wah tidak usah
disebut , begitu banyak ceramah keagamaan, buku buku
, TV setiap pagi,
nara sumbernya juga hebat hebat, S1,S2, S3, tidak
pakai S juga banyak
contohnya Aa. Gym yang saat ini sangat kondang,
karena santun dalam
menyampaikan pendapat, rendah hati. Kata belau "
kalau orang memuji
saya, karena mereka tidak tahu kekurangan saya.
Aduuuuh enaknya
didengar, menyadarkan kita yang merasa hebat ini
semakin kecil
dihadapann Allah ". Bagi netter yang berada
ditem pat lain begitu banyak
situs situs keagamaan yang bisa dijelajahi.' nara
sumbernya juga hebat
hebat.

Saya ingin mengulangi ucapan " Dalam kerendahan
hati ada ketinggian
budi. Nan baiak iyolah budi , nan indah iyolah baso
"

Wassalam
Isna Huriati

Rahima wrote:

Waalaikumsalam.Wr.Wb.

Soal nama,banyak sekali di dunia maya ini tidak
bisa
dibedakan.Dan betapa banyaknya diantara kita yang
salah manggil.Dan itu tidak dapat di jadikan
menjadi
tolak ukur,seseorang  emosi menghadapi ibunda ?
justru
saya yang merasa aneh,orang biasa aja di bilang
emosi,kalau saya emosi saya pakai kata-kata
kasar.Alhamdulillah saya ngak emosi,bahkan sangat
tenang .Apalagi kalau nama tersebut bisa di pakai
untuk lelaki dan perempuan.Ananda punya teman
lelaki
namanya Isna.Dan  juga pernah punya guru namanya
pak
Huriati.


Sikap Pak Masdar lari,bukan karena melihat sikon
kami,tapi karena tidak mau berdiskusi dan menjawab
argument yang kami berikan sebelumnya.mereka banyak
rombongannya,bukan seorang.Kenapa harus
takut?,kalau
memang berani dan benar dengan pernyataan yang
dibuat,silahkan face to face dengan kami secara
langsung.jangankan face to face,menjawab mail atas
tanggapan kami saja,atas pernyataannya haji boleh
saja
di bulan syawal,Dzulkaedah dan empat bulan
sebelumnya,ngak mau.

Jawab terakhirnya apa..? Yah..itu cuman pemikiran
saya.Makanya kami bilang,kalau cuman
pemikiran,harus
berlandaskan argument yang tepat donk,jangan
mencomot
satu ayat,melupakan ayat lain,juga hadist lain.Kita
ajak diskusi besoknya lagi ,..eh..sudah kabur..(
hehehe..ini bukan nada sok hebat,tapi lucu rasanya
seorang tokoh,tidak menyelesaikan masalah yang ia
buat
sendiri,bendingan kita yang masih muda-muda ini,ini
pak Masdar sudah cukup berumur,yang di hadapi toh
masih muda-muda,dan ketika itu jawaban nya juga
emosi,sehingga saat diancam begituan doank
,..seharusnya dibilang donk,saya tidak takut dengan
ancaman saudara,kalau saya yakin apa yang saya
sampaikan ini benar,dan tidak akan merusak nama
bangsa
Indonesia ).

jangankan untuk menjawab itu,kita ajak berdiskusi
atas
pernyataannya itu saja malah kabur.Bagi kami hal
ini
suatu hal yang sangat aneh sekali.kalau orang biasa
yang kabur wajar2 saja,tapi ini seorang yang
katanya "
tokoh ".Akhirnya saya berfikir,wajar saja teman
saya
baik yang di Amerika sana,maupun teman saya muchlis
itu mengatakannya " Mujtahid Picisan ",Dengan arti
kata,tidak dapat mempertanggung jawabkan
pernyataannya,dan tidak berani berdiskusi langsung
menghadapi argumen yang dikemukakan oleh mahasiswa.


Dan sepanjang setahu ananda ulama dan Imam-imam
dari
Mujtahid zaman dahulu tidak seperti itu dalam
menghadapi perbedaan,mereka bahkan siap dan mampu
di
penjarakan demi mempertahankan pendapatnya
itu.kalau
ia merasa memang benar,dan benar2 sudah matang
dalam
berpendapat sebelum ia mengeluarkannya di depan
publik.


Kalau anak muda bersikap tersesa-gesa mengeluarkan
pendapat wajar saja,jiwanya masih muda,namun yang
sudah berumur ,seharusnya lebih bersikap arif dan
bijaksana lagi.


Sebagaimana yang disebutkan,kalau mau
berdiskusi,silahkan ajukan argumen
masing-masing,tapi
kalau argument itu di tolak,jangan takut,tapi
dihadapi.Kenapa harus takut hanya sekedar ancaman
yang
jelas hal itu tidak mungkin terjadi ?.Koq takut
sih,.kalau jadi tokoh itu ngak ada yang
ditakutkannya
selain yang diatas sana.Sikap larinya tersebut
menambah kurangnya simpati orang padanya.

Wassalam.Rahima.



--- Isna Huriati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 Assalamu'alaikum wr wb
1. Emosi tidak akan pernah menyelesaikan
persoalan. 
Kepiawaian dalam 
mengendalikan emosi dalam menyampaikan sesuatu,
dalam menanggapi
sesuatu, bahkan dalam menghadapi hinaan.
menunjukkan
derajad seseorang.
. Saya kira sdr. Masdar sudah mengambil keputusan
yang tepat, yaitu
setelah melihat situasi yang emosial dia pergi.
=== message truncated ===>
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda,
silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________


__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Finance: Get your refund fast by filing online.
http://taxes.yahoo.com/filing.html
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________



____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke