[Forum-Pembaca-KOMPAS] Google Phone Akhirnya Keluar Juga

2010-01-05 Terurut Topik Agus Hamonangan
*JAKARTA, KOMPAS.com *- Desas-desus yang mengatakan Google akan memproduksi
ponsel sendiri ternyata bukan sekadar isapan jempol. Kenyataannya, Google
memang telah merancang ponsel sendiri.

Hal tersebut dinyatakan Mario Queiroz, Vice President, Product Management
Google dalam blog resmi perusahaan itu, Sabtu (12/12). Ia menyatakan Google
memang baru saja mengeluarkan konsep laboratorium mobile, yakni sebuah
perangkat yang menggabungkan inovasi hardware dari salah satu partner dengan
software Android buatannya.

"Kami membagikan perangkat tersebut kepada karyawan Google di seluruh dunia.
Dengan harapan mereka akan menguji teknologi baru dan membantu meningkatkan
kemampuannya," tulis Mario. Sayangnya, ia enggan menjelaskan rinci perangkat
tersebut dengan dalih uji coba ini eksklusif di kalangan internal saja.

Namun, dibagikannya perangkat tersebut tak bisa menahan karyawan Google
untuk membocorkannya. Melalui jejaring sosial Twitter, Leslie Hawthorne,
manajer program open source Google, mengaku terkejut mendapatkan pembagian
ponsel tersebut.

"ZOMG, kami semua berpesta dan semua orang mendapatkan ponsel Google baru.
Cantik sekali," tulisnya dalam posting Jumat (11/12) sore. Tentu saja
mengejutkan karena perangkat dengan teknologi dan fitur-fitur baru bakal di
genggaman tangan selama liburan Natal dan Tahun Baru 2009 nanti.

*WAH*


*Editor: wah

http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/12/14/07401623/google.phone.akhirnya.keluar.juga
*
-- 
Salam,

Agus Hamonangan
agus.hamonan...@gmail.com

Indonesia Google Technology User Group

http://groups.google.com/group/id-gtug/

Indonesia Android Community

http://groups.google.com/group/id-android/


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Besok, Letjen Sjafrie Dilantik sebagai Wamenhan

2010-01-05 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin akan menjabat sebagai 
Wakil Menteri Pertahanan. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di 
Jakarta, Selasa (5/1/2010), mengatakan, Sjafrie akan dilantik Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono, Rabu (6/1/2010) siang, bersama Sekretaris Kabinet dan empat 
wakil menteri untuk melengkapi susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.

Sjafrie Sjamsoeddin saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal 
Departemen Pertahanan. Pria kelahiran Makassar 30 Oktober 1952 itu adalah 
lulusan Akademi Militer 1974 dan mengawali karier militernya sebagai Komandan 
Peleton Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) dan kemudian dipercaya 
sebagai Komandan Nanggala X Timor Timur pada 1976.

Selanjutnya Sjafrie dipercaya sebagai Komandan Nanggala XXI Aceh pada 1987, 
Komandan Tim Maleo Irja pada 1987, dan Satgas Kopassus Timor Timur pada 1990. 
Tiga tahun kemudian, Sjafrie dipercaya sebagai Komandan Grup A Pasukan P 
engamanan Presiden (Paspampres), Danrem-061/SK Kodam III/Siliwangi pada 1995, 
Kepala Staf Garnisun Tetap (Kasgartap)-1 Ibu Kota pada 1996, Kepala Staf Kodam 
(Kasdam) Jaya pada 1996, dan Pangdam Jaya pada 1997.

Karier militernya terus melesat setelah didaulat sebagai Asisten Teritorial 
Kepala Staf Umum (Aster Kasum) TNI pada 1998, Staf Ahli Polkam Panglima TNI 
pada tahun yang sama, Koordinator Staf Ahli (Koorsahli) Panglima TNI pada 2001, 
dan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI tahun 2002-2005.

Sjafrie kemudian dilantik sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Departemen 
Pertahanan RI sejak 15 April 2005 hingga sekarang.

Sebelumnya, Presiden sudah mengangkat lima wakil menteri, yaitu Wakil Menteri 
Pertanian Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, 
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Wakil Menteri Perdagangan Mahendra 
Siregar, dan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun.

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/05/21465185/Besok.Letjen.Sjafrie.Dilantik.sebagai.Wamenhan



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Paus Benediktus Berduka untuk Gus Dur

2010-01-05 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Rasa dukacita atas wafatnya Presiden ke-4 RI KH 
Abdurrahman Wahid juga datang dari pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, 
Paus Benediktus XVI. Dalam acara tahlilan 7 hari wafatnya Gus Dur, tokoh umat 
Katolik Romo Benny Susetyo menyampaikan dan membacakan surat ucapan 
belasungkawa yang dikirimkan khusus dari Vatikan ini.

"Ya Allah yang mahakasih, kami telah kehilangan negarawan yang sangat besar, 
yang mengajarkan perbedaan. Kau panggil bapak kami Abdurrahman Wahid yang 
selalu mengajarkan perdamaian. Bangsa ini membutuhkan beliau," ujar Romo Benny 
Susetyo membacakan surat Paus Benediktus XVI.

Selain pembacaan surat dan doa dari Paus, dalam acara peringatan wafatnya Gus 
Dur ini juga dilakukan pembacaan doa dari tokoh agama lintas iman oleh 
perwakilan dari umat Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Author: C11-09
Editor: Edj

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/05/22383021/Paus.Benediktus.Berduka.untuk.Gus.Dur



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggal Meninggalnya Gus Dur Diusulkan sebagai Hari Pluralisme

2010-01-05 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Dukungan terhadap pemberian penghargaan gelar pahlawan 
nasional kepada KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terus bertambah. Komunitas 
Lintas Iman, yang terdiri dari beberapa tokoh lintas agama, Selasa (5/1/2010), 
menyatakan dukungan tersebut.

Selain itu, mereka juga memberikan usulan agar tanggal meninggalnya Gus Dur 
diperingati sebagai hari pluralisme Indonesia. "Untuk melestarikan semangat dan 
perjuangan Gus Dur, kami Komunitas Lintas Iman mengusulkan tanggal meninggalnya 
Gus Dur, 30 Desember, diperingati sebagai hari pluralisme Indonesia," ungkap 
Syafii Anwar, perwakilan tokoh lintas agama, di Kantor Wahid Institute, 
Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, pihaknya akan sangat menghargai jika pemerintah menyambut 
usulan tersebut. Kalaupun usulan tersebut tidak diterima, mereka akan mendorong 
seluruh kekuatan masyarakat untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai hari 
pluralisme.

"Yang menentukan ses eorang akan menjadi apa bukan hari lahirnya, tetapi hari 
kematiannya," ungkap Frans Magnis-Suseno, perwakilan tokoh lintas agama, saat 
menjawab alasan memilih hari meninggalnya Gus Dur sebagai hari pluralisme, 
bukan hari kelahiran Gus Dur.
Author: C14-09
Editor: Edj


http://nasional.kompas.com/read/2010/01/05/17204446/Tanggal.Meninggalnya.Gus.Dur.Diusulkan.sebagai.Hari.Pluralisme



[Forum-Pembaca-KOMPAS] JK Hadiri 7 Hari Wafatnya Gus Dur

2010-01-05 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla terlihat menghadiri 
acara tahlilan yang digelar untuk memperingati 7 hari wafatnya Presiden ke-4 RI 
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Selasa (5/1/2010). JK yang datang dengan 
ditemani istri tiba setelah shalat isya di kediaman Gus Dur, Jalan Warung Sila, 
Ciganjur, Jakarta Selatan. 

Selain Jusuf Kalla, beberapa tokoh nasional juga turut menghadiri acara ini. 
Terlihat antara lain Ketua DPR Marzuki Ali, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, 
Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saeffudin, Ketua BPK Ali Maskur Musa, hingga 
dokter kepresidenan Umar Wahid.

Saat berita ini diturunkan, JK tengah memberikan testimoni atau kesan-kesan 
atas mendiang Gus Dur. Beberapa tokoh nasional dan tokoh-tokoh lintas agama 
juga akan didaulat untuk memberikan testimoninya dalam kesempatan tersebut.

Sementara acara tahlil dan zikir pada malam ini sendiri dipimpin oleh KH Said 
Agil Siradj dengan didampingi oleh beberapa kiai sepuh lainnya. Doa dan 
lantunan shalawat pun terus berkumandang sepanjang acara ini. Ribuan jemaah 
yang hadir terlihat khusyuk mendoakan tokoh yang dianggap sebagai pejuang 
pluralisme ini.
Author: C11-09
Editor: Edj

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/05/22120792/JK.Hadiri.7.Hari.Wafatnya.Gus.Dur



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Aulia Pohan: Tutup Salah, Bailout Salah, Jadi Harus Bagaimana?

2010-01-05 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Pengawasan, 
Aulia Pohan mengatakan, jika mengikuti emosi dan gejolak keinginan pribadi, ia 
memilih akan menutup tiga bank milik Robert Tantular, yang kemudian merger 
menjadi Bank Century. Akan tetapi, menurutnya, menutup sebuah bank tak semudah 
dibayangkan. Banyak pertimbangan, terutama mengenai dampak pascapenutupan yang 
harus dipikirkan.

"Merger sudah diproses sejak 2001. Susah mengatakan harus begini begitu. Ini 
susahnya bank. Kalau emosi, saya akan tutup. Tapi tidak bisa, karena kita 
pikirkan dampaknya. Kalau main tutup salah, bailout salah, mana yang harus kita 
tempuh," kata Aulia saat memberikan kesaksian di hadapan Pansus Angket Bank 
Century, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (5/1/2010).

Aulia menjabat sebagai Deputi Gubernur BI bidang pengawasan sejak Mei 2002 
hingga November 2004. Merger tiga bank, Bank CIC International, Bank Danpac dan 
Bank Pikko menjadi Bank C
Kalau emosi, saya akan tutup.
entury dilakukan pada tahun 2004 . Ketiga bank tersebut dimiliki oleh Robert 
Tantular.

"Ketiga bank ini dimiliki oleh orang yang sama. Orang ini (Robert) kalau 
dibilang tidak ada modal, uangnya ada saja. Tetapi, untuk mengambil keputusan 
penutupan bank, ada tahapan yang harus dilalui. Misal satu bank kita tutup, 
karena ada keterkaitan, maka ada kekhawatiran. Kalau menutup satu, yang ditutup 
jadinya tiga. Ini masalah yang beberapa bank dimiliki oleh satu orang yang 
sama," katanya.

Ia juga menyampaikan, terkait keputusan terhadap ketiga bank itu ia mempercayai 
bawahannya terkait data-data yang disampaikan mereka. Ketiga bank itu akhirnya 
diputuskan untuk "dikawinkan" walaupun sepak terjang ketiganya dinilai tak 
cukup baik di dunia perbankan. Aulia dimintakan kesaksiannya terkait merger 
Bank Century.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/05/12064832/Aulia.Pohan:.Tutup.Salah..Bailout.Salah..Jadi.Harus.Bagaimana



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jelang Kongres PAN, Kampanye Hitam Makin Liar

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota panitia pengarah Kongres III PAN Agus Sarwanto 
menilai aksi kampanye hitam (black campaign) yang menyerang salah satu kandidat 
Ketua Umum PAN Hatta Rajasa makin liar menjelang dekatnya pelaksanaan Kongres 
Partai Amanat Nasional (PAN).

"Ya, aksi kampanye ini kelihatannya makin liar. Kita sudah menghadapi black 
campaign tentang Hatta Rajasa di lapangan. Mestinya kalau mau meraih dukungan, 
lakukanlah dengan fair dan jujur," katanya di Jakarta, Minggu (27/12/2009). 
Hatta Rajasa saat ini menjabat sebagai Menko Perekonomian di Kabinet Indonesia 
Bersatu (KIB) II.

Menurut dia, persaingan antarkandidat di Kongres III PAN yang rencananya akan 
digelar pada Januari 2010 harus dilakukan dengan kompetisi adu program bukan 
dengan menghalalkan segala cara. "Jadi ada indikasi tim sukses lain melakukan 
segala cara untuk merebut simpati pemilih termasuk memakai cara-cara kampanye 
hitam," tambahnya.

Namun, Agus tidak menuding siapa pelaku kampanye hitam itu. Hanya saja, dia 
menunjukkan bagaimana Tim Sukses Dradjad H Wibowo dianggap sudah masuk kategori 
melakukan hal itu terhadap kandidat lawannya.

"Ada kampanye hitam dari kelompoknya DW bahwa HR ini membiayai partai dari dana 
Bank Century," ujar kandidat Doktor Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia 
itu.

Agus mencontohkan pada saat deklarasi di beberapa wilayah, Hatta Rajasa 
disindir oleh mereka dengan mengatakan bahwa PAN tidak mau dibiayai dengan 
dana-dana Century. "Statement itu menunjukkan pernyataan yang bersayap dan 
ingin mencitrakan kepada Hatta Rajasa yang menjadi bagian dari pemerintahan 
saat ini," tegasnya.

Padahal, kata Agus lagi, itu tidak benar karena sudah ada klarifikasi dari 
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Badan Pemeriksa 
Keuangan (BPK) bahwa memang tidak ada keterlibatan Hatta Rajasa.

"Jelas, klarifikasi PPATK dan BPK menjadi bukti Hatta tak terlibat, tapi 
kampanye hitam itu menyebabkan menjadi kontraproduktif bagi semua pengurus di 
daerah maupun di pusat?" katanya.

Yang jelas, kata Agus lagi, untuk membuktikan isu tersebut harus menunggu 
keputusan Pansus. Tidak bisa kongres itu dijadikan justifikasi pendapat. "Kalau 
memang mereka kemudian merasa punya data itu silakan dibuktikan. Kita juga ada 
datanya, tetapi kami masih menunggu proses yang masih berlangsung," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Tim Sukses Dradjad Wibowo, yang juga anak kandung Amien 
Rais, Hanafi Rais, membantah statement yang telah dilontarkan oleh salah 
seorang anggota SC kongres tersebut. "Tidak benar itu ada kampanye hitam," 
tandasnya.

Menurut dia, Tim Dradjad Wibowo sama sekali tidak pernah dan tidak akan pernah 
melakukan kampanye hitam tentang hal tersebut. "Kami semua menjunjung tinggi 
fair play. Saya khawatir isu tersebut sengaja dimunculkan oleh pihak tertentu 
untuk memecah belah PAN," dalihnya.
Author: WAH
Editor: wah


http://nasional.kompas.com/read/2009/12/27/17061783/Jelang.Kongres.PAN..Kampanye.Hitam.Makin.Liar



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Garuda-Freeport Bakal BertemuGaruda-Freeport Bakal Bertemu

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Departemen Perhubungan akan memfasilitasi konflik antara 
Garuda Indonesia dan Airfast Aviation Facilities Company (AVCO)  terkait dengan 
insiden penolakan pasokan bahan bakar kepada pesawat Garuda pada 3 Januari lalu 
di Bandara Mozez Kilangin, Timika. "Kami akan mempertemukan pihak Garuda dengan 
AVCO, Kamis (7/1/2010) jam 10.00 WIB," kata Kepala Pusat Komunikasi Dephub, 
Bambang Supriyadi Ervan di Jakarta, Rabu (6/1/2010).

Meskipun pihak AVCO telah menyatakan menyediakan avtur, Garuda memutuskan tidak 
akan menerbangi bandara tersebut sampai adanya kepastian pasokan disediakan 
secara penuh. Hal ini terkait dengan ketersediaan bahan bakar pesawat agar 
mampu menerbangi rute yang dilewatinya di Papua.

Menurut Bambang, Garuda silakan melakukan pengkajian ulang penerbangannya ke 
Timika. "Namun, kita harapkan tetap melayani penerbangan ke sana, dan sebagai 
maskapai penerbangan nasional tetap melihat kepentingan masyarakat," ujar 
Bambang.

Terlepas dari permasalahan yang terjadi antara Garuda dan selaku pengelola 
bandara saat ini, perhatian Kementerian Perhubungan terfokus pada sektor 
pelayanan kepada masyarakat di Timika.

Jadi, sekalipun hasil pengkajian ulang Garuda tersebut nantinya memunculkan 
keputusan terburuk manajemen untuk menghentikan pelayanannya, pemerintah tetap 
akan mengutamakan kepentingan masyarakat. "Kita melihatnya ke depan, tidak 
hanya hari ini. Oleh sebab itu, jika Garuda memutuskan untuk menghentikan 
penerbangannya ke Timika, tentu rute itu akan kita tawarkan kepada maskapai 
lain. Karena kita tidak ingin penerbangan untuk melayani masyarakat di sana 
terhambat, mengingat pangsa pasarnya sudah terbangun. Tetapi, kita harapkan 
Garuda tidak menghentikan penerbangannya ke Timika," lanjut Bambang.

Untuk diketahui, surat pernyataan AVCO untuk melayani kembali pengisian avtur 
bagi pesawat Garuda dikirimkan kepada manajemen Garuda pada 5 Januari 2010, 
atau dua hari setelah anak perusahaan PT Freeport Indonesia tersebut memutuskan 
untuk menghentikan pelayanannya kepada Garuda di Mozez Kilangin.

VP Corporate Secretary Garuda Pujobroto mengatakan, pihaknya memang akan 
bertemu dengan AVCO di Gedung Dephub, Kamis. Garuda, menurut Pujo, tetap akan 
pada pendirian semula yaitu memberikan syarat sesuai ketentuan IATA Operational 
Safety Audit (IOSA). "Garuda juga harus memastikan tersedianya bahan bakar 
cadangan yang harus diangkut," kata Pujo saat dihubungi.

Bahan bakar cadangan ini diperlukan apabila pesawat sampai harus melakukan 
holding atau berputar dahulu sebelum melakukan pendaratan ataupun ketika 
pesawat terpaksa harus mengalihkan tempat pendaratannya (diversion). Kebutuhan 
bahan bakar yang cukup juga sangat diperlukan berkaitan dengan kondisi cuaca di 
berbagai daerah atau kota tujuan yang sering tidak menentu saat ini, di mana 
hal tersebut sangat memerlukan kepastian tersedianya bahan bakar yang cukup.
Editor: Edj


http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/06/21281860/Garuda.Freeport.Bakal.Bertemu



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ruhut: Dibawa ke Neraka Pun Aku Siap!Ruhut: Dibawa ke Neraka Pun Aku Siap!

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Pansus Angket Bank Century, Ruhut Sitompul, 
menyatakan siap dibawa ke Badan Kehormatan DPR atas sikapnya yang dinilai 
berlebihan oleh sesama anggota Pansus. Untuk kesekian kalinya, Ruhut terlibat 
perang mulut dengan Gayus Lumbuun pada rapat Pansus, Rabu (6/1/2010). Namun, 
kali ini Ruhut sempat melontarkan umpatan yang dipandang tidak etis. 

"Siapa mengumpat. Dia (Gayus) yang duluan bilang aku kurang ajar," kata Ruhut. 

Ia mengatakan, interupsi yang dilakukannya untuk meminta Gayus yang menjadi 
pimpinan rapat agar bersikap tegas. Apa yang ditanyakan anggota Pansus kepada 
tiga saksi mantan pejabat BI, yaitu Maman H Soemantri, Maulana Ibrahim, dan 
Rusi Simanjuntak, dianggapnya tidak berkembang dan hanya membuang waktu. Siap 
dibawa ke BK? 

"Jangankan dibawa ke BK, dibawa ke surga atau neraka, saya siap! Saya benar, 
saya tidak pernah keliru!" ujar Ruhut berapi-api. 

Ia membantah bahwa interupsi yang dilakukannya tidak substantif. Pria yang 
terkenal dengan nama Poltak ini berkilah, ia tak mau mengajukan pertanyaan 
secara sembarangan. Beberapa anggota Pansus menganggap, interupsi yang 
dilakukan Ruhut pada setiap rapat tidak substansial.

"Saya tanya kok. Tapi aku enggak mau asal tanya. Aku enggak mau mulutku jadi 
comberan. Biar saja, hak orang kalau merasa terganggu. Sudah ya, dah...dah...," 
ujar Ruhut santai sambil pergi dan melambaikan tangannya kepada wartawan.
Editor: ksp


http://nasional.kompas.com/read/2010/01/06/19373054/Ruhut:.Dibawa.ke.Neraka.Pun.Aku.Siap.



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Istana Negara bak "Showroom" Toyota Crown Royal Saloon

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Ada pemandangan unik pada hari pelantikan tiga wakil 
menteri dan seorang sekretaris kabinet yang berlangsung pada Rabu (6/1/2010) di 
Istana Negara, Jakarta.

Belasan mobil Toyota Crown Royal Saloon yang membawa para menteri anggota 
Kabinet Indonesia Bersatu II tampak berjejer terparkir rapi di depan Istana 
Negara.

Pelantikan tiga orang wakil menteri dan seorang sekretaris kabinet ini memang 
turut dihadiri para menteri dan pejabat tinggi negara. Di antara anggota 
Kabinet Indonesia Bersatu II, tampak Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, 
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Koordinator Kesejahteraan 
Rakyat Agung Laksono, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri 
Negara BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri 
Pendidikan M Nuh, Jaksa Agung Hendarman Supandji, dan Kepala BIN Jenderal Purn 
Sutanto.

Pemandangan ini langsung menjadi buah bibir beberapa wartawan. "Wah, kok sudah 
seperti di showroom Toyota Crown Royal Saloon aja, ya," celetuk seorang 
wartawan.

Wartawan yang lainnya pun tidak ketinggalan. "Awas, hati-hati, ketabrak mobil 
ini bisa langsung kaya raya, lho," tambahnya. Sontak saja ini membuat beberapa 
wartawan tertawa.

Kebijakan pengadaan mobil senilai Rp 1,3 miliar per unit dan 100 persen produk 
Jepang bagi para menteri dan pejabat tinggi negara ini memang menjadi sorotan 
masyarakat. Apalagi, hal ini terjadi di tengah kondisi masih banyaknya rakyat 
yang masih didera kemiskinan. Kebijakan ini dinilai tidak peka terhadap kondisi 
rakyat.

Beberapa pejabat negara telah mengembalikan mobil dengan nilai total pajak Rp 
62 miliar tersebut ke negara. Sebut saja Ketua DPD RI Laode Ida dan Menteri 
Perindustrian MS Hidayat. Sayangnya, langkah ini belum diikuti para elite di 
negara ini. Akankah pemandangan showroom Toyota di Istana terus berlangsung 
hingga lima tahun mendatang?
Author: HIN
Editor: msh

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/06/17211737/Istana.Negara.bak..quot.Showroom.quot..Toyota.Crown.Royal.Saloon



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Demokrat Tidak Berikan Sanksi ke Ruhut

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada pemeriksaan Pansus Hak Angket Kasus Bank Century 
pada Rabu (6/1/2010) sore ini, Ruhut Sitompul sempat terlibat gontok-gontokan 
dengan pimpinan sidang Gayus Lumbuun. Saat itu, Ruhut sempat melontarkan kata 
"bangsat" ke Gayus, dan disaksikan seluruh anggota Pansus. Beberapa anggota 
Pansus pun mengatakan, Ruhut pantas dibawa ke Badan Kehormatan DPR.

Lantas, bagaimana respons dari Fraksi Partai Demokrat? Apakah fraksi terbesar 
di Parlemen tersebut akan mengevaluasi dan memberi sanksi kepada Ruhut? "Belum 
ada urgensinya. Kami juga tidak berpikir soal sanksi," ujar Ketua Fraksi PD 
Anas Urbaningrum kepada para wartawan.

Sebaliknya, Anas malah mengatakan, pimpinan Pansus bisa fokus dalam memimpin 
pemeriksaan sehingga tidak ada lahan untuk melahirkan hal-hal yang tidak 
konstruktif. "Sebaiknya semua pihak berpikir bagaimana rapat-rapat bisa 
berjalan dengan efektif dan fokus. Jika fokus, konsisten dengan jatah waktu 
yang tersedia, ini akan lebih baik," ujar Anas.

Anas juga menilai, umpatan-umpatan yang telontar merupakan dinamika yang 
terkadang kerap terjadi di Pansus. Politisi Partai Demokrat ini juga meminta 
semua pihak agar menurunkan intonasi. Seperti diwartakan, perang mulut terjadi 
ketika Ruhut meminta Gayus bertindak efektif dalam memimpin pemeriksaan 
terhadap tiga mantan pejabat BI, yaitu Maman H Soemantri, Maulana Ibrahim, dan 
Rusli Simanjuntak.

"Saya minta pimpinan pertimbangkan waktu. Kita masih ada 6 fraksi lagi, 
sementara ada dua lagi saksi yang akan kita dengar. Jangan berlama-lama. Aku 
mau duduk di sini sampai pagi, asal Anda juga tetap di dalam, jangan 
keluar-keluar," kata Ruhut.

Sebelum terlibat perang mulut dengan Gayus, Selasa kemarin, Ruhut juga sempat 
bersahut-sahutan dengan anggota Pansus Agun Gunanjar dari Fraksi Partai Golkar 
ketika Pansus memeriksa mantan pejabat BI Aulia Pohan, yang juga besan Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini bermula ketika Agun mengatakan bahwa Aulia 
tak jujur dalam memberikan jawaban atas pertanyaan anggota Pansus.

Sejumlah anggota Pansus mengaku terganggu atas sikap Ruhut selama ini. "Sangat, 
sudah sangat terganggu. Interupsi itu halal, tapi interupsi untuk melempengkan 
substansi bukan mengumpat atau berceramah," ujar Ganjar Pranowo, anggota Fraksi 
PDI Perjuangan.
Author: HIN
Editor: Edj

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/06/22251694/Demokrat.Tidak.Berikan.Sanksi.ke.Ruhut



[Forum-Pembaca-KOMPAS] PAN: Kongres di Luar Batam yang Dagelan

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekjen Partai Amanat Nasional Viva Yoga Mauladi 
membantah keras tudingan salah satu pendirinya, Hatta Taliwang, yang menyebut 
bahwa kongres di Batam ilegal. Dia menegaskan, Kongres PAN yang sah dan 
konstitusional adalah di Batam. Bahkan, Viva menyebut Kongres PAN tandingan 
yang digelar oleh Hatta merupakan kongres dagelan.

"Kalau ada kongres lain, maka itu namanya kongres dagelan alias 
kongres-kongresan. Tidak usah kita menyebut kongres ilegal," ujarnya, melalui 
pesan singkatnya kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (6/1/2010) malam.

Menurut Viva, Hatta merupakan politisi senior PAN dan saat ini menjabat sebagai 
Ketua Majelis Penasihat Partai Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) PAN Nusa Tenggara 
Barat (NTB). Dia berpandangan, Hatta pernah kecewa karena gagal menjadi Ketua 
DPW PAN NTB karena kalah oleh Muhammad Zabir. "Bang Hatta Taliwang seorang 
progresif tapi suka sensasional. Saya kira Bang Hatta Taliwang hanya ingin 
meramaikan kongres saja, karena bukannya dia tidak tahu aturan main partai 
sehingga menggelar kongres dagelan," paparnya.

Viva menambahkan, sebagian besar peserta dari unsur DPW dan DPD PAN hari ini 
sudah berangkat ke Batam dan siap melaksanakan kongres. Sebelumnya, salah 
seorang pendiri PAN, Hatta Taliwang, mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PAN 
dan menyatakan akan menggelar kongres tandingan.
Author: ANI
Editor: Edj


http://nasional.kompas.com/read/2010/01/06/20545369/PAN:.Kongres.di.Luar.Batam.yang.Dagelan



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sebagian Pendiri PAN Akan Gelar Kongres Tandingan

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Sebagian pendiri Partai Amanat Nasional merencanakan untuk 
menggelar kongres tandingan, April mendatang. Mereka menganggap Kongres III 
yang akan dibuka Kamis (7/1) ini di Batam ilegal karena menggunakan Anggaran 
Dasar/Anggaran Rumah Tangga palsu, tidak sesuai dengan hasil Kongres II di 
Semarang.

Rencana pelaksanaan kongres tandingan itu disampaikan salah seorang pendiri 
Partai Amanat Nasional (PAN), M Hatta Taliwang, dalam jumpa wartawan di Gedung 
Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu siang. "Saya bersama beberapa pendiri PAN akan 
menggelar kongres tandingan," katanya.

Salah satu agenda dalam kongres tandingan tersebut adalah membentuk 
kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) serta memilih ketua umum.

Hatta mengatakan, Kongres III digelar dengan menggunakan landasan Anggaran 
Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) PAN palsu. AD/ART PAN yang terdaftar 
dalam Kementerian Hukum dan HAM dinilai tidak memiliki kekuatan hukum tetap. 
Hal itu sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 20 Januari 
2009.

Dokumen AD/ART yang diserahkan kepada Kementerian Hukum dan HAM tidak sama 
dengan AD/ART hasil Kongres II PAN di Semarang tahun 2005. Hatta menjelaskan, 
ada beberapa ayat yang isinya tidak sesuai dengan hasil Kongres II, di 
antaranya ayat yang mengatur kewenangan Badan Arbitrase Partai (BAP). 
"Kewenangan BAP itu jadi dibatasi. Hasil Kongres II mengatakan, BAP bisa 
menangani pengaduan dari siapa pun, tetapi dalam AD/ART yang mereka pakai 
sekarang, BAP menangani pengaduan atas permintaan DPP PAN," kata Hatta.

Selain itu, lanjut Hatta, aturan tentang peserta kongres pun berubah. Dalam 
Kongres II disepakati tiap-tiap DPD memiliki tiga hak suara, tetapi kini diubah 
menjadi dua hak suara.

Sementara itu, Ketua DPP PAN Asman Abnur mengatakan tidak akan mempersoalkan 
adanya rencana kongres tandingan. Pasalnya, permasalahan AD/ART sudah 
diselesaikan.

Sekretaris Jenderal DPP PAN Zulkifli Hasan di Makassar, Sulawesi Selatan, 
memperkirakan, Hatta Rajasa bakal memenangi pemilihan Ketua Umum PAN 2010-2015 
secara mutlak.

(row/fer/nta/sut)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/07/03002011/sebagian.pendiri.pan.akan.gelar.kongres.tandingan



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sutrisno Bachir Tidak Hadiri Rakernas PAN

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan


BATAM, KOMPAS.com - Rapat Kerja Nasional Partai Amanat Nasional III di Batam 
dibuka Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Amanat Nasional Amien Rais, 
Kamis (7/1/2010). Ketua Umum PAN Sutrisno Bachir tidak terlihat. Amien 
membantah ketidahadiran Sutrisno terkait konflik internal partai.

"Tadi itu pembukaan rakernas. Nanti, dia akan datang sewaktu kongres dan 
membacakan laporan pertanggungjawaban," kata Amien.

Sutrisno Bachrir dilaporkan masih dalam perjalanan. Ia dijadwalkan menutup 
Rakernas. Tapi, Tapi, sampai Rakernas ditutup Ketua Umum itu belum hadir. 
Rakernas yang merupakan rangkaian acara sebelum Kongres berlangsung akhirnya 
ditutup Sekjen PAN Zulkiefly Hasan.

Dalam kesempatan itu, Amien mengapresiasi kerja Sutrisno Bachir selama menjabat 
Ketua Umum PAN. "He's done a good job(dia bekerja dengan baik, red) ," katanya.

Meskipun Sutrisno Bachir bekerja baik , tidak ada peningkatan peraihan suara 
dalam Pemilu 2009. "Tapi, tidak drop(anjlog, red)  lah," kata dia. Sejak 
berdiri, PAN selalu mendapatkan urutan ke lima dalam Pemilu.

Amien menegaskan, ketua umum terpilih berikutnya harus meningkatkan perolehan 
suara dalam Pemilu berikutnya. "Kita memang selalu masuk lima besar, tapi nomor 
lima, yang terakhir. Kalau bisa, lima besar, tapi nomor dua atau tiga," katanya.
Editor: mbonk
Sent from Indosat BlackBerry powered by


http://nasional.kompas.com/read/2010/01/07/12510616/Sutrisno.Bachir.Tidak.Hadiri.Rakernas.PAN



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Meski Sudah Mati, Jackson Terus Ditagih Utang

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan
LOS ANGELES, KOMPAS.com - Jasad "King of Pop" Michael Jackson telah terbaring 
tenang di pemakaman di Forest Lawn Memorial Park, Glendale, Los Angeles (AS). 
Tapi berbagai persoalan belum juga usai menghampirinya.

Jacko--begitu ia disapa--belum juga bisa lepas dari masalah utang. Baru-baru 
ini, misalnya, gugatan datang dari seorang kreditor yang mengklaim bahwa 
Jackson memiliki tunggakan sebesar 328,299 dolar AS atas fee yang belum 
terbayarkan.  

Adalah Signal Hill Capital--sebuah perusahan perbankan investasi yang bermarkas 
di Baltimore, Mareland--yang melayangkan gugatan tersebut ke Pengadilan Tinggi 
Los Angeles. Perusahaan yang sempat menangani keuangan Jackson itu, mengklaim 
Jackson belum membayar uang jasa kepada mereka.

Menurut kuasa hukum perusahaan tersebut,  Jackson belum memberikan bayarannya 
untuk jasa pengurusan keuangan yang berhubungan dengan sejumlah aset penerbitan 
musik.  

Sebelumnya, gugatan serupa juga muncul dari sejumlah pihak yang merasa turut 
memberikan jasa kepada sang legenda. Sebut saja, penasehat spiritual  Revd. 
June Juliet Gatlin, mantan dokter kulitnya Arnold Klein, koreografer LaVelle 
Smith Jr., manajer  dan penasehatnya Dr. Tohme Tohme.

Di samping mereka, pihak yang berpotensial menuntut hak atas harta "warisan" 
Jackson datang dari saudara-saudaranya seperti, Janet Jackson, Jackie Jackson, 
Tito Jackson, Jermaine Jackson, Marlon Jackson  dan Randy Jackson, yang punya 
royalti atas karya-karya mereka. (EH/ACE)

http://entertainment.kompas.com/read/2010/01/07/12453291/Meski.Sudah.Mati..Jackson.Terus.Ditagih.Utang



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Idrus Marham Tolak Peci, Warga Sulsel Marah

2010-01-06 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan wilayah Jakarta 
Utara M Tahir Ratu atas nama organisasinya dan warga Sulsel umumnya 
menyampaikan protes resmi atas sikap Ketua Pansus Angket Kasus Century Idrus 
Marham yang menolak pemakaian kopiah passapu (peci adat), awal pekan ini.
 
"Secara resmi, protesnya akan kami kemukakan melalui konferensi pers siang 
nanti. Jelasnya, kami warga Sulawesi Selatan (Sulsel), terutama pimpinan 
Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) di mana-mana menyatakan rasa kecewa 
dan merasa terhina oleh penolakan Saudara Idrus Marham tersebut," katanya di 
Jakarta, Kamis (7/1/2010).
 
Ia menjelaskan, sikap tidak simpatik berupa penolakan pemakaian slayer atau 
kopiah khas Sultan Hasanuddin yang dihormati di kalangan orang Sulsel itu 
terjadi awal pekan ini di ruang rapat Pansus Angket Kasus Century, DPR RI.
 
"Ketika itu, beberapa mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) dan 
kawan-kawannya datang menyampaikan dukungan moral kepada Pansus untuk terus 
membongkar skandal kasus Bank Century tersebut. Kemudian, diadakanlah pemakaian 
passapu. Eh, karena alasan warnanya merah, Si Idrus menolaknya sehingga diambil 
oleh Saudara Maruarrar Sirait dari Fraksi PDI Perjuangan yang spontan 
memakainya," ungkapnya.
 
Sikap Idrus Marham itulah yang memicu kemarahan warga Sulsel kemudian mendorong 
organisasi KKSS mengeluarkan protes resmi. "Sebenarnya banyak cabang KKSS sudah 
saling berkomunikasi tentang masalah ini. Tetapi saya tentu mendukung KKSS 
Jakarta Utara yang memprakarsai upaya mencari solusinya," kata Wakil Ketua Umum 
DPP KKSS Zainal Bintang secara terpisah.   
Editor: mbonk

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/07/10400113/Idrus.Marham.Tolak.Peci.Warga.Sulsel.Marah



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Izin ke Kapolri Dikirim Lewat Blackberry

2010-01-10 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Kehadiran mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Komjen 
Susno Duadji di sidang Antasari Azhar di PN Jakarta Selatan, Rabu (7/1/2010) 
lalu, menuai kritik. Baik jaksa penuntut umum maupun pihak Mabes Polri 
mengatakan, Susno hadir di sidang tanpa izin dari Mabes Polri.

Dalam perbincangan dengan wartawan di rumahnya, Jumat (8/1/2010) siang tadi, 
Susno meluruskan hal ini. Jenderal bintang tiga yang sekarang tak punya jabatan 
itu membantah anggapan itu. Sebab, ia merasa sudah mendapat izin dari Kepala 
Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri.

Beginilah kronologinya: "Sekitar pukul 10.00, saya dihubungi kuasa hukum 
Antasari. Kuasa hukum mengatakan, sidang Antasari sudah dimulai. Saya lupa 
bahwa saya hari ini harus menjadi saksi di sidang Antasari," katanya memulai 
cerita.

Saat menerima telepon tersebut, Susno mengaku tengah menuju Mabes Polri. 
Akhirnya, Susno pun berputar arah menuju PN Jakarta Selatan. "Setelah itu, saya 
langsung mengirimkan surat elektronik via Blackberry ke Asisten Kapolri Kombes 
Pol Arief Sulistyo," kata Susno.

Berikut petikannya. "Kepada YTH Pak Kapolri. Dilaporkan hari ini jam 10.00 kami 
jadi saksi dalam persidangan Antasari Azhar di PN Jaksel. Kesaksian kami 
diperlukan untuk menilai kesaksian Kombes Pol Wiliardi Wizar. Hal ini terkait 
dengan sejauh mana hak-hak Wiliardi diberikan/tidak saat ditahan di Bareskrim 
Polri. Hal ini jg utk menilai kesaksian KBP Iwan Bule dan Irjen Pol Hadiatmoko. 
Tolong segera dilaporkan ke Bapak TB 1 (Kapolri)."

Susno pun menunjukkan ponsel Blackberry miliknya kepada wartawan. Di sana 
tertulis bahwa Susno mengirimkan pesan pukul 10.36, dan diterima Kombes Arief 
pukul 10.46.

Tidak hanya itu, Susno juga mengirimkan surat elektronik Blackberry ke Asisten 
Kabareskrim Kompol M Zulkarnaen. Berikut petikannya. "Zul, cek ke Kombes Pol 
Arief, sepri kapolri. SMS BBM saya tsb di atas agar dilaporkan pada 
kapolri/wakapolri, sgera."

Pada Blackberry, tertulis Zulkarnaen menerima pesan tersebut pukul 10.37. 
"Jadi, tidak benar bahwa saya tidak mendapat izin," tegas Susno.

Susno beranggapan, tidak adanya balasan dari Kapolri bisa diartikan bahwa 
Kapolri sudah mengizinkan. Sebab, kalau Kapolri tidak mengizinkan pasti akan 
membalas.
Editor: msh


http://nasional.kompas.com/read/2010/01/08/1913525/Izin.ke.Kapolri.Dikirim.Lewat.Blackberry



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dijajaki, Universitas Abdurrahman Wahid

2010-01-10 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://edukasi.kompas.com/read/2010/01/08/06285486/Dijajaki..Universitas.Abdurrahman.Wahid

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan 
Mahasiswa Islam Indonesia atau PB IKA PMII menjajaki pendirian Universitas 
Internasional Abdurrahman Wahid. Universitas itu diharapkan jadi wadah 
pengembangan pemikiran mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid tentang pluralisme 
dan Islam inklusif.

Rencana pendirian perguruan tinggi tersebut dikemukakan Sekretaris Jenderal PB 
IKA PMII Effendy Choirie, Ketua PB IKA PMII Muchtar Effendi, dan Wakil Sekjen 
PB IKA PMII A Malik Haramain di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/1/2010). "Ada 
ide, pemikiran Gus Dur menjadi mata kuliah dua semester di setiap jurusan," 
ujar Muchtar.

Effendy Choirie menambahkan, universitas itu akan menggunakan konsep asrama. 
"Dalam satu kamar, mahasiswa Muslim bercampur dengan non-Muslim," kata Effendy.

Sementara, kemarin, Bupati Jombang Suyanto, di Surabaya, mengatakan akan 
mengganti nama Jalan Merdeka di Jombang jadi Jalan Abdurrahman Wahid.

Selain membuat nama Jalan Abdurrahman Wahid, Pemerintah Kabupaten Jombang akan 
membangun fasilitas umum di makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, 
Jombang.

Di Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam, H Yusuf Chudlori, pengasuh Pondok 
Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, Kabupaten Magelang, mengatakan, 
penghargaan terhadap Gus Dur yang cukup penting adalah meneruskan semangat dan 
perjuangan Gus Dur dengan berani berkata jujur sekalipun menyakitkan, 
melindungi kaum minoritas, dan menerima, toleran menyikapi segala perbedaan.

Acara doa bersama untuk Gus Dur sampai kemarin terus berlangsung di sejumlah 
tempat, seperti di Magelang, Tegal, Cirebon, dan Denpasar (Bali). Mereka juga 
menyerukan agar Gus Dur segera diangkat sebagai pahlawan nasional. 
(ABK/EGI/AYS/NIT/BUR)
Editor: jimbon




[Forum-Pembaca-KOMPAS] Anjing (2)

2010-01-10 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Samuel Mulia

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/10/03203584/anjing.2


Soal anjing pernah saya tulis. Sekarang "kesetrum" lagi. Jadi, saya menulis 
dengan judul sama sekali lagi. Seri kedua. Katakanlah begitu. Kesetrumnya 
gara-gara dua hal. Pertama, waktu menyimak tayangan Mbak Oprah soal anjing yang 
membuat beberapa manusia terpidana di dalam penjara memiliki kualitas hidup 
lebih baik. Terutama mengatasi kesepian dan tekanan batin.

Kedua, saya teringat sebuah kejadian tepat tanggal 31 Desember tahun lalu. Saya 
sedang berada di dalam taksi dan berhenti di lampu merah. Ketika saya menoleh 
ke kiri, pada mobil yang berdampingan dengan taksi, saya terpana dengan tulisan 
di pintu mobil Jeep itu. K9 Protection yang masih dibubuhi lambang bergambar 
kepala anjing dan bodycopy-nya yang mengelilingi gambar itu berbunyi: loyal, 
tough, dependable.

Lebih rendah

"Anjing," demikian saya mengucap, nyaris tak ada suaranya diikuti helaan napas 
yang panjang dan kemudian timbullah beberapa pertanyaan, Sederhana, tetapi 
menikam. Mencoba menghilangkan, tetapi susahnya setengah mati.

Begini pertanyaan itu. Mengapa anjing yang binatang malah dipakai sebagai 
"teman", bukan saya yang manusia? Kok bisa manusia digantikan binatang? 
Perlukah saya malu kalau ternyata anjing itu lebih berkualitas ketimbang saya, 
kualitas seperti yang ditunjukkan kata-kata di pintu mobil Jeep itu?

"Ya iyaaalaaahhh…. So, pasti, anjing lebih baik dari kamu," nurani saya 
mengambil kesempatan emas menghabisi saya yang sudah kesetrum. Kemudian nurani 
yang berteriak pagi hari itu langsung membuka borok sehingga ngeh ternyata saya 
memang lebih rendah dari anjing. Maka, tak salah kalau anjinglah yang menuntun, 
sementara saya ini cuma bisanya menuntut. Menuntun juga bisa, sih. Menuntun ke 
jurang, maksudnya.

"Pertama, mulut lo itu banyak omongnya." Demikian menurut nurani saya. Anjing 
punya mulut untuk menggonggong. Saya kalau sudah menggonggong tak bisa berhenti 
dan merasa gonggongan saya paling benar. Sebagai manusia saya lupa dan sering 
lupa atau pura-pura lupa manusia itu kadang hanya mau didengar, tak mau diberi 
petuah, meski nyata-nyata tindakannya salah.

"Kamu itu," kata nurani saya. "Makin orang salah, makin merasa itu kesempatan 
emas untuk menggonggong. Apalagi kalau satu tangan membawa kitab suci, tangan 
lain nunjuk-nunjuk. Kamu itu belajar jadi pendengar yang baik, bukan 
pengkhotbah yang menghakimi," lanjut dia lagi.

Saya membalas sambil berbisik. "Namanya juga pengkhotbah, bukankah tujuan 
akhirnya menghakimi meski caranya sehalus sutra?" Nurani saya langsung 
membentak, "Syaaa… appp."

Tetap masih rendah

Nah, anjing tak bisa berbahasa manusia, tetapi sangat mampu berbicara dengan 
manusia. Ketika berbicara, anjing tak bisa membawa kitab apa pun dan tak bisa 
menggerakkan telunjuknya untuk menuding. Dia hanya bisa menatap dengan nurani. 
Biasanya ditandai dengan air mata sedih, kepala tertunduk, yang menyiratkan ia 
mengerti pemiliknya sedang bersedih hati.

Atau ia akan mengibaskan ekornya tanda bersenang hati. Kibasannya tak bisa 
diatur, tetapi otomatis, karena sukacita dari dalam. Loyalitasnya tak bisa 
dibuat-buat, itu sudah dari sononya. Tidak seperti saya yang selalu jeli dan 
penuh siasat mengatur kapan perlu mengibas dan kapan perlu loyal.

Tak seperti anjing yang senang setiap kali pemiliknya pulang ke rumah setelah 
seharian ditinggal, saya tak selalu bisa senang saat pasangan saya pulang, dan 
kadang berharap ia tak pulang-pulang. Itu mengapa saya mengibas di tempat lain, 
yang lebih membahagiakan. Itu karena sifat loyal saya lebih rendah dari anjing. 
"Hi-hi-hi… mungkin jij juga enggak punya loyalitas." Suara dari dalam itu susah 
sekali dibungkam.

Kedua, kata nurani saya, mulut saya seperti air sungai yang mengalir alias 
tukang gosip. Anjing menyalak, menggonggong, tetapi tak bisa menggosip. Saya 
membalas sambil berbisik lagi, "Siapa bilang? Kita aja yang enggak tahu. Kalau 
anjing menggonggong, artinya doi lagi ngomongin manusia. Eh… tuan gue ternyata 
cong, bo" Nurani saya tak bisa terima, "Bisa diem enggak?"

Ketiga, yang namanya anjing itu tak pilih bulu. Ia menuntun orang buta dan 
orang melek, dipelihara manusia bawel atau yang rendah hati, rendah diri atau 
bahkan yang tak punya harga diri. Miskin atau kaya, jelek atau cantik, 
retardasi mental atau kelewat pandai, no problemo.

Kalau saya ini milih-milih bulu. Yang kaya saya tolong, yang miskin nanti dulu. 
Saya malas dan tidak sabar menuntun orang buta. Saya tak setangguh anjing. 
Enggak sabaran, mudah menyerah, mudah rapuh, makanya tak bisa menjadi tempat 
bergantung.

Kalau saya mengendus dan menemukan sesuatu yang tidak benar dan kebetulan yang 
saya endus manusia VVIP, saya bisa memanipulasi endusan saya karena tangan saya 
sudah keburu ditempeli sesuatu dan di garasi mobil sudah ada kendaraan roda 
empat baru. Saya tidak tough.

Anjing tak mungkin pilih bulu dan sangat tangguh. Mau dikasih mobil la wong 
enggak bisa ny

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Saya Belum Pernah "Ngomong"

2010-01-10 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo membantah pernah 
menyatakan tarif bus transjakarta akan segera dinaikkan.
Saya belum pernah ngomong tarif transjakarta akan dinaikkan.

"Saya belum pernah ngomong tarif busway (transjakarta) akan dinaikkan," katanya 
di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (7/1/2010).

Fauzi menegaskan, pihaknya belum memikirkan rencana kenaikan tarif 
transjakarta. "Saya pikir dulu, baru nanti ngomong," ujarnya.

Kalangan DPRD DKI menilai tarif transjakarta belum pantas naik mengingat 
pelayanan moda transportasi itu belum optimal terutama dalam keamanan dan 
kenyamanan penumpang.

Dinas Perhubungan (Dishub) DKI masih mempertimbangkan untuk menaikkan tarif 
transjakarta. Banyak desakan yang mengharuskan pengelolanya melakukan perbaikan 
yang optimal sebelum tarifnya dinaikan. Tarif transjakarta Rp 3.500 yang saat 
ini berlaku dinilai pengelola masih sangat rendah dan memberatkan biaya 
operasional.

Sejumlah kalangan menilai, usulan menaikkan tarif transjakarta itu untuk 
kepentingan operator yang sebagian dikerjakan konsorsium, yakni gabungan 
perusahaan angkutan umum di Jakarta. Di tengah belum membaiknya pelayanan 
transjakarta, usulan kenaikan tarif tersebut ditolak masyarakat.

Ketua Komunitas Pengguna Busway Hendrawan mengatakan, usulan kenaikan tarif 
busway (transjakarta) sangat merugikan masyarakat.

"Naik busway itu mahal kalau dihitung dari berapa biaya yang dikeluarkan 
masyarakat karena tidak jalannya sarana penunjang. Pasalnya, sesuai kajian 
proyek sebelum busway dilaksanakan, tansportasi ini adalah terintegrasi dengan 
feeder, monorel, water way, MRT (mass rapid transit), dan kereta api," katanya.

Berdasarkan kajian yang dia lakukan, seorang penumpang busway akan mengeluarkan 
ongkos tidak sedikit.

"Setelah naik busway, mereka harus naik ojek untuk sampai ke tempat tujuan 
dengan membayar Rp 5.000-Rp 10.000 sekali jalan. Jadi, biayanya cukup mahal 
padahal katanya sarana transportasi publik itu harus murah. Busway bisa murah 
kalau programnya di 15 koridor sudah jalan dan dilengkapi feeder serta sarana 
transportasi lainnya," ucapnya.

Pemprov DKI selama ini dinilai sebagai pihak yang dirugikan karena harus 
membayar lebih beban tarif per km Rp 12.200 di luar tarif hasil tender Rp 9.500 
per km. Jika ditotal, biaya operasional transjakarta menembus angka Rp 1 
triliun setahun.

"Apa dasarnya memberikan dana tanpa tender. Ini dana dari APBD, seharusnya 
setiap tahun ditender," ujar Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin.

Menurut Nurdin, berkali-kali pemprov ditelikung operator. "Jika pemprov 
bermaksud mengakomodasi operator angkutan umum, maka seharusnya tidak dengan 
melanggar aturan (tidak melakukan tender) padahal nilainya di atas Rp 50 juta," 
katanya.

Anggota Komisi D DPRD DKI, Prya Ramadani, menyatakan bahwa seharusnya pemprov 
tak hanya fokus pada busway, tetapi sejumlah angkutan umum harus segera 
dibenahi sehingga bisa berfungsi sebagai feeder.

"Kini sekitar 80 persen atau 19.000 angkutan dari 22.666 bus kota (bus besar, 
sedang, dan kecil) kondisinya sudah tidak laik jalan dan harus dihapus untuk 
mengurangi kerugian lebih besar," ucapnya.

Di sisi lain, Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta diharapkan berkomitmen 
mengatur kembali soal jarak kendaraan yang berdampak pada penumpukan penumpang 
di sejumlah selter. (Gede Moenanto)
Editor: hertanto


http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/08/0948496/Saya.Belum.Pernah.Ngomong



[Forum-Pembaca-KOMPAS] DPR: Keterangan Susno Janggal

2010-01-10 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/08/08311853/DPR.Keterangan.Susno.Janggal


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi III DPR Azis Syamsuddin menilai 
janggal keterangan mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Susno Duadji, yang 
mengaku tidak tahu-menahu dan tidak dilibatkan dalam tim yang mengusut pelaku 
teror terhadap mantan Ketua KPK Antasari Azhar.

"Masa ada tim yang bekerja tanpa sepengetahuan Kabareskrim. Ini aneh," kata 
Azis kepada pers di Gedung DPR/MPR Jakarta, Kamis (7/1/2010).

Azis mengatakan, pengakuan Susno di PN Jakarta Selatan bahwa dirinya tidak ikut 
serta secara langsung ataupun tidak langsung dan tidak bertanggung jawab karena 
tidak pernah dilibatkan sama sekali dan justru ada tim lain di luar kendali 
Kabareskrim adalah satu hal yang seharusnya tidak perlu terjadi di institusi 
seperti Polri.

Susno Duadji mengaku sama sekali tidak mengetahui adanya pembentukan tim yang 
dibentuk Kapolri untuk mencari pelaku teror terhadap Antasari Azhar.

"Saya tidak tahu tim itu. Saya juga tahunya terakhir. Saya tidak tahu siapa 
pembentuk tim itu," katanya dalam kesaksian di dalam persidangan mantan Ketua 
KPK Antasari Azhar dalam perkara dugaan pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali 
Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis.

Susno menambahkan, dia mengetahui pembentukan tim itu setelah ramai diberitakan 
media massa dan persidangan.

"Pembentukannya saya tidak tahu. Setelah persidangan, baru tahu, menurut 
khalayak ramai," katanya.

Dia mengatakan, yang punya otoritas dalam penanganan kasus itu yakni Irjen Pol 
Hadiatmoko—saat itu Wakabareskrim Mabes Polri—dengan langsung melapor ke 
Kapolri.

"Karena dia (Hadiatmoko) sudah punya otoritas. Jadi tidak perlu lapor ke saya. 
Dia lapor ke Kapolri. Saya tidak mengerti," katanya.

Disebutkan, Irjen (Pol) Hadiatmoko menjabat sebagai ketua tim pengawas 
penyidikan.

Dia menjelaskan, kasus Antasari Azhar ditangani Polda Metro Jaya, dan pengawas 
penyidiknya ditunjuk Hadiatmoko. "Hadiatmoko langsung melapor ke Kapolri," 
katanya.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Cirus Sinaga dalam dakwaannya menyebutkan adanya 
pembentukan tim pencari pelaku teror terhadap Antasari Azhar yang dipimpin oleh 
Kapolres Jaksel dan merupakan bentukan dari Kapolri.

Pembentukan tim itu setelah sebelumnya Antasari Azhar melaporkan adanya tindak 
teror terhadap dia dan istrinya melalui pesan singkat (SMS). Tim kemudian 
mendapatkan Nasruddin Zulkarnaen dan istri sirinya, Rani Juliani, di salah satu 
hotel di Kendari, Sulawesi Tenggara, dalam operasi penggerebekan narkoba.

Kemudian tim menyatakan tidak mendapatkan bukti bahwa almarhum Nasruddin 
melakukan teror terhadap Antasari Azhar. 



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Susno: Saya Sempat Marah dengan Kapolri

2010-01-10 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen 
Susno Duadji membantah dirinya tengah bersitegang dengan Kapolri Jenderal (Pol) 
Bambang Hendarso Danuri. Namun, jenderal bintang tiga ini memang mengaku sempat 
marah kepada Kapolri ketika pemutasian dirinya diumumkan kepada khalayak ramai 
melalui media massa.

"Kok seolah-olah dipertontonkan. Ini kan aneh. Padahal, informasi mutasi di 
Mabes Polri tidak disebarluaskan," kata Susno dalam perbincangan dengan 
Kompas.com, Jumat (8/1/2010) sore.

Ditambahkan Susno, masalah ini kini telah selesai. Susno memang sempat 
mengutarakan hal ini ke Kapolri. Saat itu Kapolri meminta maaf dan mengakui 
adanya kekhilafan.

Seperti diberitakan, Kapolri mengganti posisi Kepala Bareskrim dari Komisaris 
Jenderal Susno Suadji kepada Inspektur Jenderal Ito Sumardi pada tanggal 24 
November silam. Susno sendiri saat ini menjadi perwira tinggi non-job.

Susno mengatakan, dirinya mendukung Kapolri sepenuhnya. Bahkan, mantan Kepala 
Kepolisian Daerah Jawa Barat ini menyebut dirinya sebagai perwira tinggi yang 
sangat setia kepada Kapolri. "Jangankan pasang badan, nyawa pun bisa saya 
korbankan," ujar Susno.

Terkait kabar yang beredar bahwa Kapolri marah besar kepada Susno setelah 
dirinya hadir di sidang Antasari Azhar di PN Jakarta Selatan, kemarin, Susno 
menepisnya. "Beliau seorang reformis. Saya yakin Kapolri tidak marah. Kode etik 
Kepolisian tidak melarang anggota Kepolisian hadir di sidang. Saya yakin beliau 
sebagai mantan Kabareskrim tahu hal itu," ujarnya.
Editor: msh

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/08/2221475/Susno:.Saya.Sempat.Marah.dengan.Kapolri



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jakob Oetama: Kompas Gramedia Menuju Perusahaan Kelas Dunia

2010-01-12 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS.com — Menyambut 2010, Kompas Gramedia akan menuju tahapan 
menjadi perusahaan kelas dunia. "Tetaplah bersyukur, berterima kasih, berdoa, 
bekerja keras, dan memelihara persaudaraan di antara sesama," pesan dari 
perintis Kompas Gramedia, Jakob Oetama, dalam acara Syukuran Kompas Gramedia 
2010 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (12/1/2010).

Acara syukuran berlangsung meriah, dihadiri ribuan karyawan Kompas Gramedia 
yang memadati Istora Senayan, Jakarta.

Meskipun pada 2009 rata-rata pendapatan Kompas Gramedia menurun 6 persen, para 
karyawan dipesan agar tidak bersedih. "Usaha kita tetap diberkati, jangan 
mengeluh," kata Jakob Oetama memberi semangat kepada para karyawan.

Setelah sambutan Jakob Oetama, acara dilanjutkan dengan pemberian penghargaan 
The Best Performance Company 2009, The Best Improvement Company 2009, dan The 
Best Employer 2009.

Untuk The Best Performance Company unit besar dimenangi oleh Group of 
Publishing Kompas Gramedia, unit menengah dimenangi Graha Kerindo Utama, dan 
Kompas.com untuk unit usaha kecil.

Sekitar 101 orang The Best Employer menerima penghargaan satu per satu. 
Terdengar sorak sorai karyawan lainnya saat nama teman kerja mereka dipanggil 
sebagai The Best Employer.

Acara syukuran tersebut juga dimeriahkan dengan acara hiburan, seperti 
penampilan lawak, paduan suara, penampilan bintang Kompas Gramedia, 
tari-tarian, dan penampilan artis Ibu Kota, pedangdut Dewi Perssik.

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/12/14152715/Jakob.Oetama.Kompas.Gramedia.Menuju.Perusahaan.Kelas.Dunia



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Catatan (Pernah) Jadi Ketua Partai

2010-01-13 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Soetrisno Bachir

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/09/03192260/catatan..pernah.jadi.ketua.partai



Lima tahun bukanlah waktu yang pendek, bukan juga waktu yang lama untuk 
dijalani. Tak terasa lima tahun terakhir ini saya pernah menjadi ketua sebuah 
partai. Energi kehidupan saya secara total larut dalam hiruk-pikuk kehidupan 
yang bernama politik.

Sebelumnya, saya orang biasa, tiba-tiba memimpin sebuah Partai Amanat Nasional 
yang sebelumnya dipimpin oleh tokoh Reformasi. Banyak cibiran datang menanyakan 
kualitas saya. Bahkan, ada yang meramal PAN akan habis di bawah kepemimpinan 
saya. Saya tak peduli dan justru cibiran tersebut memacu saya bekerja lebih 
serius mengabdikan diri untuk membesarkan partai.

Saya tidak menyangka sebelumnya kalau ketua partai politik mempunyai kekuasaan 
dan daya tawar. Sejak saat itu, saya jadi mengerti dan paham kenapa jabatan 
ketua partai diperebutkan. Saya pun menjadi mafhum mengapa banyak orang 
berlomba-lomba membuat partai dan bertarung memperebutkan kursi kepemimpinannya.

Saya sudah berkomitmen sampai lima tahun menjalankan peran sebagai ketua umum 
partai karena ingin berkontribusi memperbaiki keadaan. Kenyataannya tak mudah. 
Kegamangan sempat menyelimuti hati saya, apakah ijtihad saya ini benar? Namun, 
saya tetap mempertahankan sampai jabatan tersebut selesai. Bukan untuk 
kejumawaan, hanya ingin meninggalkan rekam jejak ketika seseorang memilih 
menjadi ketua partai sebaiknya mempunyai komitmen penuh menjalankan amanah 
sampai selesai.

Partai politik yang semestinya dimaknai sebagai ladang tanggung jawab sosial 
menjadi lebih sempit dimaknai sebagai bagian dari partisan sehingga menolak 
pihak atau kelompok lain yang bukan partisannya. Adalah wajar apabila selalu 
ada kasak-kusuk dan permusuhan. Dalam satu partai pun saya harus menyelesaikan 
masalah yang menurut kami bisa diselesaikan dengan pembicaraan, tetapi 
diselesaikan dengan amoral, melanggar etika, dan kekerasan.

Pentingnya pencitraan

Saya baru sadar ketika terjun ke dunia politik pentingnya dunia pencitraan bagi 
politisi. Itulah keputusan saya waktu itu. Belakangan saya lebih senang 
mengistilahkan dunia pencitraan dengan dunia seolah-olah. Semua dibalut dengan 
topeng. Dunia yang sebenarnya bukan dunia saya.

Inilah salah satu episode hidup saya. Saya tidak menyesal ketika membuat 
keputusan untuk menyudahi dan tidak berminat untuk mencalonkan kembali menjadi 
Ketua Umum PAN. Bukan karena sakit hati atau kecewa, melainkan waktu lima tahun 
memang sudah cukup untuk mengabdikan diri di partai. Inilah saat yang tepat 
bagi saya untuk mencerabutkan diri dari hiruk-pikuk kepartaian dan kembali ke 
habitat sebelumnya di dunia wirausaha dan sosial kemasyarakatan.

Ini merupakan salah satu keputusan saya memasuki episode baru dalam kehidupan 
saya, yaitu babak spiritualitas. Babak tempat banyak menjumpai kebahagiaan, 
kehidupan yang harmonis, dan ketenangan. Ini sebagai sebuah perjalanan (suluk) 
untuk menemukan hakikat yang selama ini mungkin saya biarkan tak terawat 
sehingga hati sebagai sebuah cermin menjadi kotor dan kusam, yang akhirnya 
tidak mampu merefleksikan nilai-nilai ketuhanan. Menekuni dunia spiritualitas 
bukan lari dari tanggung jawab, melainkan upaya untuk melihat segala 
permasalahan dengan pandangan yang jernih tanpa tendensi apa pun selain nilai 
kebenaran itu sendiri.

Untuk berkontribusi terhadap bangsa, tidak selalu melalui partai. Ketika 
seseorang sudah memutuskan mengabdikan diri di partai, hendaknya itu merupakan 
keputusan yang diambil secara sadar. Bukan karena kepepet, karena memang sudah 
tidak ada pekerjaan lain, sehingga partai dijadikan pelarian, bahkan untuk 
penghidupan. Pasalnya, memang di partai banyak tersedia jalan pintas untuk 
menuju ke kekuasaan.

Kontribusi sosial

Berkhidmat di dunia kepartaian lebih baik apabila diniatkan sebagai kontribusi 
sosial; merasa sebagai sekrup kecil dari sebuah mesin besar yang akan membawa 
bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Di partai bukan untuk membangun 
dinasti turun-temurun yang "ujug-ujug" dan perkoncoan yang seolah-olah hanya 
dari golongan atau keturunan mereka saja yang berhak mengelola negara ini dan 
menafikan yang lain.

Alangkah eloknya apabila pribadi yang berasal dari partai ketika menjadi 
penjabat publik rela meninggalkan sikap partisan dan total melayani masyarakat. 
Tidak mencampuradukkan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan diri dan 
partainya.

Saya ingin mengakhiri peran saya sebagai ketua umum dengan khusnul qotimah 
sehingga saya hanya berharap permohonan maaf apabila selama kepemimpinan saya 
ada hal-hal yang mengecewakan, mencederai perasaan, dan tidak bisa memuaskan 
keinginan banyak orang; terutama buat masyarakat yang dalam Pemilu 2009 telah 
memilih PAN sebagai harapan perubahan bangsa.

Doa saya, siapa pun ketua umum yang terpilih, semoga mampu membawa Partai 
Amanat Nasional ke arah yang lebih baik.

Soetrisno Bachir Ketua Umum Partai Amanat Nasional Periode 2005-20

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kehangatan yang Tersisih

2010-01-13 Terurut Topik Agus Hamonangan
"Aku beku dalam matahari."

Demikian cuplikan puisi yang dibacakan Ketua Umum Partai Amanat Nasional 
periode 2005-2010 Soetrisno Bachir dalam pembukaan Kongres III PAN di Batam, 
Kamis (7/1) malam.

Puisi yang disusun kelompok pengajian Tasawuf Soetrisno itu menggambarkan 
berbagai paradoks di partai berlambang matahari itu secara filosofis.

"Awan gelap berarak mengepung angkasa yang terkoyak. Cahaya matahari memang 
masih bersinar. Tapi, semua ngumpet dan bersembunyi di balik dinding. Semua 
merasa lebih nyaman menggunakan payung dan berlindung di dalam istana agar 
terhindar dari cahaya matahari. Aneh, aneh," ucapnya.

Pembukaan Kongres PAN dikemas apik dan modern serta menghadirkan banyak artis. 
Sayangnya, saat Soetrisno membacakan puisinya, suasana kurang dipersiapkan 
matang sehingga tak menunjang penghayatan secara mendalam. Padahal, apa yang 
diungkapkan Soetrisno bukan sekadar kata.

Mencermati sekilas pembukaan kongres, memang tak tampak ada permasalahan, 
bahkan memberikan harapan. Hubungan antara Ketua Majelis Pertimbangan Partai 
(MPP) PAN Amien Rais dan Soetrisno yang dikabarkan retak sejak Pemilu Presiden 
(Pilpres) 2009 terlihat merekat kembali.

Dalam pilpres lalu, Amien mendukung Hatta Rajasa dan mendorong koalisi dengan 
Susilo Bambang Yudhoyono. Soetrisno memilih tidak berkoalisi dan cenderung 
bergandengan dengan Prabowo Subianto dari Partai Gerakan Indonesia Raya.

Soetrisno dengan rendah hati menyebut Amien sebagai imam dan meminta maaf. 
Sebaliknya, Amien yang membangun PAN sejak awal juga memuji Soetrisno yang 
mengorbankan banyak hal untuk membesarkan partai itu lima tahun terakhir.

"Kalau pemimpin PAN nanti bisa membuat PAN lebih besar, jangan pernah melupakan 
Amien Rais dan Soetrisno Bachir. Sebab, Anda menaiki pundak Amien Rais dan 
Soetrisno Bachir," kata Amien yang disambut tepuk tangan.

Siap kecewa

Namun, melihat apa yang terjadi pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN yang 
berlangsung beberapa jam sebelum pembukaan kongres, terasa mengiris hati. Puisi 
Soetrisno terasa menjadi nyata.

Dalam rakernas, kehadiran Soetrisno seakan tidak diperhitungkan lagi. Rakernas 
dijalankan tanpa menunggu kedatangannya di Batam. Padahal, ia masih menjadi 
Ketua Umum PAN.

Menurut keterangan Sekretaris Jenderal PAN Zulkifli Hasan, pesawat yang 
ditumpangi Soetrisno baru mendarat di Batam sekitar pukul 12.30. Sekitar pukul 
10.00, rakernas dibuka Amien. Zulkifli yang memimpin rapat.

Ketika rakernas akan ditutup pukul 11.35, Soetrisno kembali ditinggalkan. 
Zulkifli, selaku pemimpin rapat, menanyakan kepada peserta apakah penutupan 
menunggu Ketua Umum atau ditutup sekarang. Sejumlah peserta rakernas spontan 
berteriak meminta rapat segera ditutup. Amien, yang duduk di baris depan, pun 
menggerakkan tangannya memberikan isyarat kepada Zulkifli agar segera menutup 
rapat.

Saat ditanya soal itu, Soetrisno mengaku tak merasa ditelikung. "Saya memang 
dijadwalkan membuka rakernas, tetapi karena pesawat pukul 10.00, tak bisa 
membuka kalau pukul 09.00. Disepakati tutup acara pukul 13.00. Saya datang 
pukul 12.00-an, tapi diberi tahu panitia, acara sudah selesai. Jadi, tidak 
perlu tutup lagi. Ya, enggak apa-apa," ucapnya.

Soetrisno bercerita, sebelum masuk ke partai politik, dirinya sempat bertemu KH 
Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibien, Rembang, Jawa 
Tengah. Saat itu, Mustofa atau Gus Mus sempat berpesan supaya dia siap 
menghadapi dan mengalami kekecewaan tersebut.

"Untuk itu bagaimana me- manage kekecewaan itu. Kalau tak di-manage dengan 
baik, bisa stroke, frustrasi. Bahkan, gila. Lihat pemilihan kepala daerah 
(pilkada). Jika ter-manage, akan jadi inspirasi baru. Orang bilang saya 
dizalimi. Saya tidak merasa seperti itu," ucapnya.

Dalam pembukaan Kongres III PAN, Soetrisno pamit. Ia kini memilih memberikan 
tenaga, waktu, dan uangnya untuk membantu rakyat miskin melalui lembaga 
keuangan mikro, semacam Grameen Bank yang digagas peraih Nobel Muhammad Yunus.

Apa yang terjadi pada Soetrisno menunjukkan praktik politik di negeri ini 
terkadang mengabaikan rasa kemanusiaan, humanisme, dan kehangatan sebagai 
sesama. Ini terjadi tak hanya pada PAN, tetapi juga pada partai lain.

Apabila biasanya Soetrisno disambut dari bandara dengan iring-iringan mobil, 
kemarin dia dibiarkan sendirian. Bisa jadi ini menunjukkan, penghormatan 
sebelumnya itu diberikan hanya karena kekuasaan, bukan karena dasar ketulusan.

Sebagai partai yang memelopori reformasi dan demokratisasi, PAN memiliki tugas 
memperbaiki budaya politik di negeri ini. (sutta dharmasaputra)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/09/03241791/kehangatan.yang.tersisih



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Terima Kasih Ayin dan Anggodo

2010-01-13 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Effendi Gazali

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/14/03033265/terima.kasih.ayin.dan.anggodo



Semua program 100 hari kabinet yang direncanakan sudah hampir 100 persen. "Dari 
implementasi di lapangan, tidak ada yang terhambat," ujar Menko Perekonomian 
Hatta Rajasa (Newslinksmc, 12/1).

Pesan singkat yang disebar ke berbagai nomor telepon seluler ini terasa begitu 
"mewah" ketika sampai ke tangan para aktivis. Betapa tidak, angka yang dipakai 
adalah bilangan sempurna: 100 persen! Kalau benar demikian, berbagai sektor 
sudah harus sangat terasa meningkat kualitasnya. Terutama karena kesempurnaan 
100 persen ini adalah kesempurnaan lanjut(k)an dari lima tahun pemerintahan 
sebelumnya.

Untunglah masih ada Arthalyta Suryani (Ayin) dan Anggodo! Eksistensi dan 
kata-kata kedua orang ini mampu menunjukkan sesuatu yang melenceng dalam 
menilai kinerja pemerintahan selama ini, paling tidak dalam hal penegakan 
hukum. Ternyata pencitraan lebih penting ketimbang implementasi niat.

Amat konyol

Dalam berbagai hal terdapat kesamaan antara Ayin dan Anggodo. Keduanya terkenal 
karena rekaman percakapan mereka dengan aneka aparat penegak hukum yang 
diperdengarkan kepada publik. Percakapan Ayin ditampilkan di persidangannya, 
sedangkan Anggodo di Mahkamah Konstitusi (MK) tanggal 3 November 2009.

Setelah dijatuhi hukuman, Ayin melanjutkan eksistensinya dengan "hidup mewah di 
hotel prodeo bintang lima" (begitu judul berita Kompas, 12/1). Ayin eksis dan 
diistimewakan dalam hampir semua hal. Ayin bisa mengundang bawahan untuk rapat 
bisnis, punya "asisten pribadi", dan dapat menikmati perawatan kulit. 
Barangkali masih banyak kemewahan lain yang kalau terus disebutkan pasti 
menyayat hati sesama penghuni yang harus berdesakan 20 sampai 30 orang di 
ruangan yang kurang lebih sama luasnya!

Sudah rahasia umum bahwa fenomena pengistimewaan di penjara (rutan ataupun 
lapas) sudah berjalan begitu lama. Menyusul dibukanya rekaman pembicaraan 
Anggodo di MK, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus mencanangkan 
program ganyang mafia hukum, bahkan kemudian membentuk satuan tugas khusus. 
Namun, amat konyolnya, hingga hari Minggu (10/1) tekad Presiden Yudhoyono 
seolah diingkari sendiri oleh bawahannya, mulai dari Menteri Hukum dan HAM, 
Dirjen Pemasyarakatan, Kepala Kanwil Kemhukham, hingga Kepala Rutan Pondok 
Bambu (dan pasti beberapa lapas dan rutan lain di Indonesia) yang memberi 
perlakuan istimewa kepada Ayin dan para tahanan superkaya atau VIP lainnya.

Padahal, penegakan hukum serta ganyang makelar kasus sudah ditonjolkan sebagai 
bagian amat penting dari Program 100 Hari Yudhoyono-Boediono. Terbukti tekad 
besar memberantas mafia peradilan hanya dicitrakan "seolah-olah serius" dengan 
membentuk Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang diketuai Kuntoro, tetapi 
disambut dingin dan business as usual di lapangan. Ini benar-benar tamparan 
bagi wibawa seorang presiden! Orang lalu berspekulasi, jangan-jangan karena 
Ayin dekat dengan Presiden Yudhoyono yang memang pernah menghadiri acara 
pernikahan anak Ayin.

Begitu pula dengan Anggodo, hingga kasusnya diserahkan dari kepolisian kepada 
KPK, aparat belum menemukan tuduhan yang layak dikenakan kepadanya. Anggodo 
pasti bisa saja diduga memiliki "keistimewaan" tertentu di mata Presiden. 
Terbukti, Presiden tidak melaporkan Anggodo ke kepolisian atas pencatutan 
namanya (sebagai simbol negara ini) dalam rekaman percakapan Anggodo. 
Kebijaksanaan itu terbukti menunda Anggodo dari ancaman penjara.

Aktivis terpenjara

Fenomena Ayin dan Anggodo barangkali juga terjadi di berbagai sektor yang telah 
dipukul rata hasil evaluasi kinerjanya. Salah satu kemungkinan terlahirnya 
hasil evaluasi yang begitu sempurna adalah "terpenjaranya" pemerintah ini pada 
pernyataan atau kemasan pencitraan. Bahkan, Presiden mungkin saja "terpenjara" 
oleh laporan-laporan bawahannya yang terus menyatakan semua sudah berjalan 
mantap. Sebelumnya, dari berbagai media terdengar angka rata-rata 92 persen dan 
kini malah makin memuaskan.

Dengan kenyataan ini, sekarang semakin diperlukan sebuah evaluasi ilmiah yang 
jernih oleh kalangan aktivis yang kabarnya akan melakukan aksi seputar 100 Hari 
Yudhoyono-Boediono, 28 dan 29 Januari. Sayangnya, elemen aktivis terlihat makin 
terpolarisasi atau mulai terlihat tidak fokus. Sebagian tanpa reservasi membela 
Sri Mulyani dan Boediono karena mereka yakin bahwa keduanya tidak menerima 
aliran dana Century. Sebagian lainnya mencoba lebih berpikir luas. Mereka 
menyadari "orang pintar" tetap saja bisa tertipu (dalam proses rapat-rapat 
ataupun tanggal dan jumlah pencairan dana talangan); atau mungkin tak kuasa 
menahan "tekanan". Bagi aktivis kelompok ini, yang penting tak boleh ada 
bawahan yang dijadikan tumbal.

Sebagian lagi memasang rasa curiga. Antara lain dugaan bahwa ada penumpang 
gelap dalam berbagai demo karena ingin membalas dendam pada gebrakan Sri 
Mulyani sebagai ikon reformasi. Buktinya, ada alat-alat demo yang seragam dan 
terse

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kantor Google China Dipenuhi Karangan Bunga

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan


*BEIJING, KOMPAS.com* - Keputusan Google untuk menghentikan sensor pada
layanan search engine-nya di China menuai dukungan dari warga China.
Karangan bunga dan kartu ucapan terus mengalir ke kantor Google sebagai
penghargaan atas keberanian Google tersebut.

"Saya bukanlah fans berat Google, namun saya ingin menunjukkan penghargaan
atas fakta bahwa Google menolak sensor," ujar warga Kota Beijing sambil
meletakkan rangkaian bunga di depan kantor Google, seperti dilansir blog *Wall
Street Journal*, Rabu (13/1/2010).

Warga yang membawa karangan bungan umumnya mendukung langkah Google melawan
pemaksaan sensor yang diterapkan pemerintah China terutama terhadap isu
politik dan hak asasi manusia. Salah satu kartu yang diselipkan di karangan
bunga menyebut dalam Bahasa China yang kira-kira berarti "Google: lelaki
sejati". Namun, tak sedikit yang juga mengekspresikan kekecewaannya. Mereka
kecewa karena layanan Google terancam tutup jika kemudian tidak diizinkan
pemerintah China beroperasi tanpa sensor.

Saking banyaknya karangan bunga yang mengalir, pihak keamanan sampai
kewalahan untuk menyingkirkannya. Namun, antrian warga yang ingin
menunjukkan simpati kepada Google terus mengalir. Petugas keamanan di
Science Park yang menjadi kantor Google di Beijing sampai menyebut hal
tersebut sebagai kampanye "Donasi Bunga Ilegal".

Sebelumnya, pada Selasa (12/1/2010) Google secara resmi menghentikan sensor
pada hasil pencarian Google.cn. Ini merupakan bentuk protes kepada
pemerintah China yang dituduh selama ini telah memprakarsai serangan
terkoordinasi terhadap infrastruktur Google dan perusahaan lainnya di AS
sebagai upaya melakukan pencurian informasi dan hak cipta. Pemerintah China
juga dituduh memata-matai email para aktivis HAM dan melakukan pemantauan
rutin secara ilegal.

Google tetap akan mendiskusikan keinginannya beroperasi tanpa sensor kepada
Pemerintah China. Jika tidak diperbolehkan, bukan mustahil Google terpaksa
menutup layanannya termasuk kantornya di China.

*WAH*


*Editor: wah

http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/01/14/22473732/kantor.google.china.dipenuhi.karangan.bunga
*
-- 
Salam,

Agus Hamonangan
agus.hamonan...@gmail.com

Indonesia Google Technology User Group

http://groups.google.com/group/id-gtug/

Indonesia Android Community

http://groups.google.com/group/id-android/


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mantan Loper Koran Raih Gelar Doktor di UI

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
DEPOK, KOMPAS - Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Indonesia, yang
dipimpin Prof Dr Ilya Revianti Sudjono Sunarwinadi, Kamis (14/1) di kampus
FISIP UI, Depok, menarik perhatian banyak kalangan intelektual. Seorang yang
dikenal dulunya sebagai loper koran, Basuki Agus Suparno (39), berhasil
meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Komunikasi.

”Setelah mempertimbangkan disertasi berjudul Kontestasi Makna dan Dramatisme
(Studi Komunikasi Politik tentang Reformasi di Indonesia) dan jawaban yang
diberikan saat sidang, Basuki Agus Suparno lulus dengan nilai sangat
memuaskan,” kata Ilya Revianti Sudjono Sunarwinadi setelah berapat selama 15
menit dan sidang selama 2 jam.

Promotor Prof M Alwi Dahlan, PhD mengatakan, Basuki Agus Suparno adalah
doktor ke-42 lulusan program Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia.

”Yang membedakannya dari lulusan doktor yang lain, Basuki adalah tamatan
pertama yang memulai karier komunikasi dari bawah, yakni dari loper koran.
Juga dari keluarga besar, anak ke delapan dari sembilan bersaudara,”
katanya.

Alwi yang menguji Basuki ketika masuk program S-3 di UI, seperti tak percaya
dengan semangat belajar Basuki, yang juga pernah menjadi pengasong di
gerbong kereta api.

Basuki Agus Suparno dalam disertasinya mengkaji tentang kontestasi makna
reformasi dalam drama politik pada tahun 1997 sampai 1998 di Indonesia dan
bagaimana aktor-aktor politik berkomunikasi tentang reformasi dalam drama
politik itu.



Tiga dari lima hasil penelitian, yaitu, pertama, situasi pencalonan presiden
untuk masa bakti 1998-2003 yang memperlihatkan adanya kompetisi dan saling
bersaing antara mereka yang menginginkan Presiden Soeharto tidak dicalonkan
dan yang mencalonkan kembali. Kedua, aksi dan demonstrasi mahasiswa yang
memperlihatkan persaingan antara mereka yang menghentikan gerakan dan yang
berkeinginan memperluas gerakan, serta tingkat partisipasi guna menjatuhkan
Presiden Soeharto. Ketiga, kerusuhan massa yang memperlihatkan persaingan
pemikiran antara yang melihat sebagai akibat kesenjangan sosial dan
pembangkangan sipil.

”Hasilnya, Presiden Soeharto menyatakan berhenti, rezim Orde Baru diganti,
dwi fungsi ABRI dicabut, amandemen UUD 1945,” kata Basuki. (NAL)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/15/04030228/mantan.loper.koran.raih.gelar.doktor.di.ui

-- 
Salam,

Agus Hamonangan
agus.hamonan...@gmail.com

Indonesia Google Technology User Group

http://groups.google.com/group/id-gtug/

Indonesia Android Community

http://groups.google.com/group/id-android/


[Non-text portions of this message have been removed]





=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Heboh Google di China

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Beijing, kamis - Perang dingin China-AS di dunia maya memuncak lewat kasus
Google.cn, raksasa mesin pencari di internet di China. Pemerintah menyensor
situs internet, termasuk membobol akun Gmail, yang membuat manajemen Google
geram dan mengancam hengkang dari negeri itu.

Ancaman Google terjadi menyusul serangan yang mengarah kepada akun-akun
Gmail milik pegiat hak asasi manusia (HAM) di China di Google.cn. Pihak
Google, Kamis (14/1), mengungkapkan, mereka juga menemukan lusinan akun
Gmail di AS, China, dan Eropa, milik aktivis HAM China, secara rutin diakses
pihak lain, umumnya dari China.

Manajemen Google menjelaskan, telah terjadi serangan canggih yang
menyebabkan pencurian hak intelektual Google. Para eksekutif Google lalu
merespons berbagai kejadian itu dengan mengkaji kembali bisnis mereka di
China, seperti disampaikan David Drummond, Corporate Development and Chief
Legal Officer Google, Kamis.

Google sebenarnya sudah meminta kepada China agar membiarkan Google.cn
beroperasi secara independen tanpa harus menyensor hasil pencariannya.
Namun, China bersikeras, beberapa kata kunci dan hasil pencarian harus
diblokir, seperti kata kunci yang berhubungan dengan pornografi dan juga
gerakan politik.

Perang dingin di dunia maya antara AS dan China ini sebenarnya telah
berlangsung sejak 2001. Tepatnya pada saat hacker China sukses mengakses
secara leluasa server milik lembaga mata-mata FBI, NASA, dan CIA. Sejak saat
itu, hacker China terus bergerilya membobol internet yang dikelola oleh
perusahaan- perusahaan AS. Bahkan, sampai memata-matai, mengganggu, dan bila
perlu merusak akun-akun Gmail milik aktivis HAM China.

*Mengejutkan*

Ketatnya sensor konten internet oleh otoritas China membuat situs atau mesin
pencari raksasa Google kesulitan berbisnis di negara itu. Ancaman manajemen
Google pusat di AS, pengelola Google.cn di China, untuk hengkang dari China
memang mengejutkan berbagai kalangan, termasuk Pemerintah China sendiri.

Pengguna internet di China mencapai 360 juta, merupakan yang terbanyak di
dunia. Pasar situs pencari pun memiliki nilai hingga satu miliar dollar AS
pada 2009. Google tetap memiliki pangsa pasar luar biasa besar meski harus
bersaing dengan situs pencari lokal, Baidu Inc. Namun, Google.cn kesal
dengan pembatasan akses internet oleh China.

American Chamber of Commerce di China (AmCham) menyebutkan, 30 perusahaan
internet sejenis menjadi sasaran hacker China. Menurut Menteri Informasi
China Wang Chen, pihaknya tetap menyensor untuk melindungi 360 juta pengguna
dari pornografi dan propaganda politik yang menyesatkan.

Kasus Google adalah rangkaian ketegangan AS-China sejak lama dalam
perdagangan, jual-beli senjata AS ke Taiwan, dan dalam hal kebijakan
perubahan iklim. (AFP/AP/REUTERS/CAL)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/15/03524096/heboh.google.di.china

-- 
Salam,

Agus Hamonangan
agus.hamonan...@gmail.com

Indonesia Google Technology User Group

http://groups.google.com/group/id-gtug/

Indonesia Android Community

http://groups.google.com/group/id-android/


[Non-text portions of this message have been removed]



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kabinet Parkinson

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh EEP SAEFULLOH FATAH

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/02504316/kabinet.parkinson



Pertambunlah kabinet, Rabu. Ini "peribahasa" baru yang diperkenalkan Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono. Rabu, 6 Januari, Presiden melantik tiga wakil 
menteri. Rabu, 11 November 2009, lima wakil menteri sudah dilantik terlebih 
dahulu.

Kabinet Indonesia Bersatu II sekarang beranggotakan 34 menteri, tujuh pejabat 
setingkat menteri, dan delapan wakil menteri. Alih-alih perampingan, Presiden 
melakukan penggemukan dibandingkan dengan kabinet sebelumnya yang "hanya" 
terdiri atas 34 menteri, tujuh pejabat setingkat menteri, dan seorang wakil 
menteri. Kabinet saat ini adalah kabinet tergemuk dibandingkan dengan semua 
kabinet yang pernah bekerja selama era Reformasi.

Penggemukan kabinet adalah kecenderungan aneh di tengah usulan perampingan 
kabinet yang mengemuka seusai Pemilu Presiden 2009. Jika Presiden gagal 
menjelaskan urgensinya dan gagal membuktikan efektivitas manajemen 
pemerintahan, kita bisa menyimpulkan, sang kabinet terkena "penyakit parkinson".

Parkinson

Nama "penyakit" itu diambil dari C Northcote Parkinson, sang pencipta "Hukum 
Parkinson". Parkinson menggambarkan kecenderungan yang umum terjadi dalam kerja 
organisasi atau birokrasi. Salah satunya yang terpokok adalah kecenderungan 
untuk memperbanyak orang yang terlibat di dalamnya, bukan lantaran kebutuhan 
fungsional, melainkan karena hasrat untuk melipatgandakan jumlah bawahan.

Hans-Dieter Ever dan Tilman Schiel (1990) lalu menggunakan terminologi 
"parkinsonisasi" untuk menggambarkan kecenderungan buruk birokrasi mempertambun 
diri dengan tujuan politik. Hasil akhirnya adalah birokrasi yang kian menjauhi 
praktik kerja profesional, efisien, dan melayani. Ever dan Schiel menyebut era 
Orde Baru sebagai contoh proyek parkinsonisasi seperti itu.

Saya khawatir dengan proyek penggemukan, tanpa penjelasan publik yang memadai, 
yang sedang dilakukan Presiden saat ini, Kabinet Susilo Bambang 
Yudhoyono-Boediono berpotensi terserang penyakit parkinson. Beberapa alasan 
masuk akal melatari kekhawatiran ini.

Patut dikhawatirkan, penggemukan kabinet ala Yudhoyono tidak dilakukan 
pertama-tama dan terutama atas nama kebutuhan efisiensi dan efektivitas kerja 
pemerintahan, melainkan lantaran kebutuhan akomodasi politik. Sejak awal 
Presiden menunjukkan hasrat sungguh besar untuk membuat partai politik merasa 
dirangkul masuk dalam pemerintahan sambil mempertahankan retorika tentang 
pentingnya pertimbangan profesionalisme dan kompetensi dalam perekrutan kabinet.

Hasilnya lumayan mengecewakan. Kabinet sangat menimbang akomodasi partai, 
tetapi sekaligus tak mampu memenuhi tuntutan akomodasi profesionalisme dan 
kompetensi. Mengingat ini termin kedua kepemimpinan Presiden, ini kekeliruan 
yang tak perlu. Saya khawatir pengangkatan wakil menteri dimaksudkan oleh 
Presiden sebagai upaya lebih mendengar tuntutan itu, tetapi dengan melakukan 
kekeliruan berikutnya.

Pengangkatan wakil menteri diniatkan sebagai upaya memperbaiki kekeliruan dalam 
perekrutan di awal pembentukan kabinet. Hasilnya adalah penggemukan kabinet 
dengan segenap komplikasinya. Sebuah kekeliruan melahirkan kekeliruan 
berikutnya.

Lebih lanjut, pertemuan antara dua kekeliruan yang berurutan itu memfasilitasi 
komplikasi cukup serius. Ada kesan sebagian besar dari wakil menteri itu 
diangkat untuk menutupi ketidakmampuan menterinya dalam menunaikan tugas 
profesional di kementeriannya. Jika tak dikelola dengan baik, beberapa 
kementerian akan terlanda stigma sebagai tempat kongsi menteri kurang kompeten 
dengan wakil menteri kompeten. Suka atau tidak, stigma berbahaya ini, dengan 
segenap kesalahpahaman di dalamnya, terfasilitasi oleh pengangkatan wakil 
menteri.

Sebagian besar dari wakil menteri yang diangkat bukan saja dikenal sebagai 
orang-orang yang kompeten di bidangnya, tetapi juga memiliki sejarah kedekatan 
hubungan kerja dengan kementerian yang menjadi arena tanggung jawabnya 
sekarang. Ketika sang menteri berjarak lebih jauh dengan kalangan birokrasi di 
dalam kementerian itu, lahirlah potensi masalah. Sang wakil menteri bisa "lebih 
berkaki" dalam kementerian itu.

Komplikasi semacam itu bisa semakin serius manakala tidak ada klarifikasi 
memadai kepada publik mengenai alasan pengangkatan wakil menteri itu serta 
bagaimana pembagian tugas antara menteri dengan mereka. Dalam keadaan ini, mau 
tidak mau, satu-satunya jalan yang tersedia bagi setiap kementerian itu adalah 
melakukan pembuktian bahwa kehadiran dua pejabat tinggi negara itu memang 
berkorelasi dengan peningkatan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.

Jika pembuktian ini gagal dilakukan, sahihlah kesimpulan bahwa kehadiran wakil 
menteri itu sekadar menggemukkan kabinet. Sahih pula anggapan bahwa ia menandai 
kegagalan manajemen pemerintahan dan kebijakan. Dalam lima tahun ke depan, 
Presiden ditantang untuk membuktikan apakah kesimpulan dan anggapan ini keliru 
belaka.

 

EEP SAEFULLOH FATAH

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Penyerangan terhadap Gereja Masih Terus Terjadi

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Kuala Lumpur, Senin - Pemerintah Malaysia, Senin (11/1), mempertahankan 
keputusannya melarang warga non-Muslim menggunakan kata "Allah". Kontroversi 
mengenai penggunaan kata itu terus menyulut konflik berbau agama, dengan 
dibakarnya lagi sebuah gereja di Negeri Sembilan.

Selama empat hari pecahnya kontroversi mengenai penggunaan kata "Allah" itu, 
sembilan gereja telah dibakar di Malaysia.

Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, Senin (11/1), mengecam penyerangan 
terhadap gereja-gereja dan warga Kristen di negerinya. Dia menegaskan, 
penyerangan terhadap gereja tertua di Malaysia, Gereja All Saints di Taiping, 
merupakan serangan terhadap warisan budaya bangsa Malaysia secara keseluruhan.

Anwar mengingatkan, Malaysia harus bersatu melawan mereka yang mengeksploitasi 
ras dan agama untuk membakar kebencian demi keuntungan politik. "Kita harus 
memperbarui komitmen terhadap pemahaman keagamaan dan kebebasan beragama," 
katanya.

Gereja Sidang Injil Borneo di Negara Bagian Negeri Sembilan, di pusat Malaysia, 
merupakan korban serangan terbaru dari kemarahan sekelompok warga negara itu 
atas keputusan sebuah pengadilan yang membatalkan pelarangan pemerintah 
terhadap minoritas Kristen untuk menggunakan kata "Allah" sebagai terjemahan 
dari "God".

Penyerangan terhadap gereja yang mulai meletus hari Jumat (8/1) menjalarkan 
ketegangan kepada warga Kristen Malaysia. Warga Kristen Malaysia mengatakan, 
mereka telah menggunakan kata itu tanpa masalah selama berabad-abad.

 

Dikatakan bahwa penggunaan kata "Allah" oleh umat Kristen bisa mengakibatkan 
kebingungan di kalangan Muslim dan mendorong perpindahan agama yang ilegal di 
Malaysia.

Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Malaysia Mahmood Adam secara 
khusus memberikan penjelasan kepada diplomat-diplomat asing mengenai krisis 
berbau agama itu. Para diplomat itu mempertanyakan mengapa kata itu dilarang, 
padahal kata yang sama digunakan secara meluas oleh umat Kristen di Indonesia 
dan Timur Tengah.

"Mereka tidak memahami situasi di sini. Mereka hanya ingin tahu kenapa itu bisa 
diizinkan di negara-negara lain dan tidak di sini," tuturnya kepada wartawan, 
sambil menambahkan bahwa Muslim di Malaysia berbeda dengan di negara-negara 
lain.

Ketegangan rasial di Malaysia ini merupakan pukulan besar bagi persatuan yang 
didorong Perdana Menteri Najib Razak dengan slogan "Satu Malaysia".(AP/AFP/OKI)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/03280718/penyerangan.terhadap.gereja.masih.terus.terjadi



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Gereja Terus Diserang

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan


Kuala Lumpur, Minggu - Beberapa orang yang merupakan bagian dari kelompok 
radikal Malaysia memperluas aksi terornya. Minggu (10/1), mereka menyerang 
Gereja All Saints, gereja Anglikan tertua di Taiping, Perak. Sudah delapan 
bangunan gereja dirusak sejak kerusuhan pertama Jumat (7/1).

Selain menjadikan bangunan gereja sasaran teror bom molotov, hari Minggu mereka 
juga melampiaskan aksinya ke sebuah biara Katolik di Taiping. Sekelompok kecil 
orang itu melempari biara dengan bom molotov dan mengumpat umat Kristen di 
Malaysia. Aksi itu membuat para biarawan khawatir.

Aksi kelompok ini sebenarnya sebagai reaksi atas putusan Pengadilan Tinggi (PT) 
Malaysia pada 31 Desember 2009 yang mengizinkan Kristen dan bukan Islam memakai 
kata "Allah" untuk merujuk kepada Allah (God). Pengadilan menetapkan kata 
"Allah" bukan monopoli Islam karena sudah muncul sebelum Islam lahir dan bahkan 
sudah lebih dulu digunakan Kristen di Timur Tengah.

Kelompok radikal itu dipelopori, antara lain, oleh Gerakan Pemuda Muslim Abim. 
Mereka bersikukuh kata "Allah" hanya boleh digunakan Islam. Jika agama lain, 
termasuk Kristen menggunakan kata itu, sama artinya menghasut pemeluk Islam 
untuk meninggalkan agamanya.

Keputusan PT Malaysia tersebut sekaligus membatalkan larangan pemerintah kepada 
umat Kristen untuk menggunakan kata "Allah" menyusul unjuk rasa tahun lalu 
setelah adanya publikasi kata "Allah" dalam majalah Katolik, The Herald, edisi 
Melayu. Pemerintah berpendapat, kata "Allah" membingungkan dan menyesatkan umat 
Islam.

Atas larangan pemerintah, pihak gereja Katolik pun menggugat ke pengadilan. 
Ketika muncul kerusuhan yang cenderung meluas, kalangan pemerintah sepakat 
untuk mencegah tindakan anarki terhadap kalangan minoritas di Malaysia.

Tidak terpengaruh

Beberapa organisasi massa Islam, termasuk partai oposisi PAS yang bergaris 
keras, juga sepakat dengan keputusan pengadilan. Mereka menyatakan setuju, 
semua agama Samawi, di mana saja di seluruh dunia, termasuk Kristen dan Yahudi, 
berhak menggunakan kata "Allah". Mereka mengecam keras aksi itu. Islam tidak 
menyarankan umatnya menyerang rumah ibadah, termasuk gereja dan pengikutnya. 
Aksi kekerasan itu, menurut PAS, tak mewakili Islam.

Meski aksi teror terus dilancarkan sekelompok kecil orang itu, umat Kristen di 
Malaysia tetap membanjiri gereja di seluruh negeri pada hari Minggu. Tak 
terkecuali di delapan gereja yang telah dirusak atau terbakar oleh bom molotov, 
antara lain di Gereja God Shepherd Lutheran di Petaling Jaya, Selangor, atau 
gereja Protestan, Metro Tabernakel, di Kuala Lumpur.

Dalam berbagai khotbah di gereja, pendeta dan pastor menyerukan perdamaian di 
seluruh Malaysia, negeri yang dihuni oleh multi-etnis itu. Sebanyak 60 persen 
penduduk Malaysia yang mayoritas dari etnis Melayu memeluk Islam. Selebihnya 
adalah kelompok minoritas China, India, dan pemeluk bukan Islam.

Khusus untuk umat Kristen di Malaysia, kata pemimpin gereja, mereka sudah 
menggunakan kata "Allah" sejak berpuluh-puluh tahun bersamaan dengan masuknya 
Kristen ke negeri itu. Di pedalaman Serawak dan Sabah misalnya, kata "Allah" 
sejak awal digunakan setiap kelompok doa.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengecam tindakan sekelompok orang itu. 
Pemerintah akan mengambil tindakan tegas karena aksi itu merusak keharmonisan 
masyarakat multi-etnis Malaysia. Najib bahkan sempat mengunjungi gereja yang 
menjadi sasaran perusakan, gereja Kemah Suci Metro. Dia menyumbang sebesar 
500.000 ringgit atau sekitar 147.000 dollar AS. (AP/AFP/REUTERS/CAL)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/11/04183339/gereja.terus.diserang



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Di Penjara, Sakit Pun Mewah

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Arswendo Atmowiloto

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/13/02595434/di.penjara.sakit.pun.mewah

Arthalyta Suryani terancam dipindah ke Nusakambangan. Benarkah? Entahlah. 
Kalaupun berita itu dilaksanakan, tak usah khawatir. Selama masih di Indonesia 
dan bukan di Guantanamo, penjara bukan menjadi penjera.

Di Nusakambangan juga ada peninggalan Tommy Soeharto atau Bob Hasan, yang 
kamarnya juga sudah apik. Tinggal menambah aksesori, termasuk ruangan untuk 
perawatan payudara, misalnya, atau penambahan helipad. Lebih aman karena jauh 
dari Jakarta dan rencana sidak ke sana biasanya bocor duluan. Bisa dipastikan, 
pesan tempat dapat dilakukan jauh sebelumnya.

Perpindahan napi, yang dalam bahasa bui disebut "berlayar", adalah peristiwa 
biasa, tetapi juga bernilai ekonomi. Ayin, yang sudah jelas status hukumnya, 
harusnya "dilayarkan" ke penjara wanita di Tangerang atau Malang. Bahwa bisa 
bertahan, atau dipertahankan, tetap di rutan, pasti ada manfaatnya. Misalnya, 
alasan klasik, ia banyak membantu napi lain. Alasan yang sudah ada jauh 
sebelumnya.

Urusan "pelayaran" inilah sebenarnya salah satu sebab adanya over capacity 
karena semua napi atau orang tahanan berjubel di tempat yang jelas bagaimana 
bertransaksi. Sebagaimana keberadaan Ayin di ruang bimbingan kerja atau ruang 
di rumah sakit. Dua tempat itu yang paling ideal bagi yang "berdasi"—istilah 
bagi napi berduit—untuk beraktivitas meskipun selalu ada kamar biasa untuk 
jaga-jaga kalau ada kunjungan mendadak seperti yang dilakukan Satuan Tugas 
Pemberantasan Mafia Peradilan.

Remisi

Kasus fasilitas mewah, sama salahnya dengan, misalnya, bagaimana mendapatkan 
remisi—setiap 17 Agustus atau hari besar keagamaan—atau juga tambahan remisi 
sebesar sepertiga remisi yang diterima atau tambahan lagi ketika donor darah. 
Ini tata krama yang ada dan, untuk itu, ada syarat-syarat yang bisa menjadi 
luwes. Belum lagi kemudian berobat keluar penjara karena di penjara tak ada 
dokter jantung, paru-paru, ginjal, atau penyakit dalam atau yang lebih parah.

Napi yang sehat pun nyakit—pura-pura sakit atau dinyatakan sakit—lalu diantar 
ke luar penjara. Bahwa yang diperiksa sopirnya, bahwa pergi pagi pulang sore 
(sebelum pergantian regu jaga), itu soal kepintaran mengatur waktu dan 
membengkokkan aturan yang lurus, asal jangan patah. Yang terakhir inilah yang 
dilakukan Eddy Tanzil dengan kabur. Bahwa untuk nyakit pun termasuk kemewahan 
karena tak semua napi punya duit untuk melengkapi administrasi.

Dengan kata lain, yang bisa dimafiakan bukan hanya fasilitas, melainkan juga 
segala apa yang bisa ditafsirkan ganda. Bukan juga hanya di lapas atau rutan 
yang mudah disidaki. Namun, cobalah nanti-nanti ke rutan di Mabes Polri atau di 
kejaksaan, atau yang ada di Brimob Kelapa Dua. Ini supaya adil dan menyeluruh. 
Arti yang lain, ini semua masalah lama yang sudah ada sejak kelahirannya ketika 
kebutuhan bebas dan penyediaan kelonggaran menemukan nilai nominalnya.

Tak perlu kaget, kecuali pura-pura, tetapi juga tak perlu mengkeret atau 
kendur. Pak Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya tak perlu kebakaran 
jenggot karena memang tak berjenggot. Lebih penting menindaklanjuti, mengurai 
asal-usul pelanggaran, dan menindaki dengan tegas, jangan lemas di tengah 
jalan, juga jangan terlalu keras. Menindaklanjuti dalam artian terus 
dilaksanakan. Sebab, bukan baru kali ini saja tingkat menteri mengurusi penjara 
dan biasanya berhenti di tengah jalan.

Juga jangan lemas kalau seolah ini kesalahan dari satu kementerian yang 
mencanangkan program 100 hari karena kehi- dupan penjara sudah berlangsung 
selama 100 tahun. Jangan terlalu keras, dalam artian tak semuanya bisa dipilah 
hitam-putih. Asal tak sesuai peraturan disikat.

Seingat saya, yang sebenarnya pendek, penertiban yang keras hanya akan 
menimbulkan perla- wanan. Baik dengan diam-diam, atau program tidak jalan. 
Dalam bahasa sederhana, setelah ada perubahan prasarana dan sarana ke arah yang 
lebih baik, bisalah dituntut untuk ciamik. Atau dalam soal fasilitas mewah, 
setelah kasus ini terbongkar, masih ada yang nekat, baru disikat. Kalau yang 
lama, sudah terjadi, tak perlu terlalu diusut-usut. Ujung-ujungnya malah jadi 
kusut dan semua wajah yang berurusan dengan ini akan cemberut.

Contoh lain lagi, misalnya mengadakan razia total, habis-habisan untuk 
menggeledah adanya narkoba atau senjata. Ini baik dilakukan, tetapi jangan 
heran kalau misalnya kemudian masih diketemukan barang terlarang semacam ini. 
Sepandai-pandai sipir—apalagi kalau tidak pandai—para napi yang residivis sudah 
mempunyai pola. Mereka tahu pendahulunya menyimpan apa di balik batu apa, atau 
lantai mana untuk menyembunyikan apa. Kebiasaan ini sudah mekanis sifatnya atau 
bahkan terjadi sistemisasi di dunia "warga binaan" dan bukan hanya terjadi di 
negeri ini.

Meskipun demikian, sesungguhnyalah napi jauh lebih mudah diatur dibandingkan 
yang seharusnya jadi napi, tetapi masih berkuasa. Dan, kalau upaya ini untuk 
kebaikan bersam

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Fenomena PAN dan Amien Rais

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Syamsuddin Haris

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/02430517/fenomena.pan.dan.amien.rais
 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa akhirnya terpilih secara 
aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional dalam kongres di Batam. 
Amien Rais ditengarai berada di balik terpilihnya Hatta, mundurnya Dradjad 
Wibowo, dan suasana kongres yang berjalan mulus tersebut. Apa dampaknya bagi 
PAN ke depan?

Sulit dibantah bahwa keberadaan PAN hampir tidak bisa dipisahkan dari Amien 
Rais. Sebagai deklarator utama PAN, Amien bahkan merasa perlu mengawal arah 
politik parpol yang pernah dipimpinnya pada periode 1999-2005 ini. Munculnya 
duet Hatta Rajasa dan Dradjad Wibowo merupakan keberhasilan Amien sebagai play 
maker tunggal Kongres PAN di Batam. Termasuk di dalamnya mendesak Dradjad 
mundur dari pencalonan dan kemudian memintanya menjadi wakil ketua mendampingi 
Hatta.

Yang tak kalah menarik, di usia yang semakin menua, Amien Rais ternyata masih 
bersedia pula menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PAN, padahal sebelumnya 
dia memberi sinyal untuk mundur dari struktur partai. Lalu, ke mana geliat dan 
semangat reformasi yang pernah menjadi ciri PAN?

Fenomena PAN

Bayang-bayang Amien Rais dalam politik PAN sebenarnya sudah tampak sejak awal 
kelahiran partai bergambar matahari biru ini. Meski demikian, pada periode 
pertama PAN, kolektivitas dan kolegialitas kepemimpinan relatif masih tampak. 
Ide-ide perubahan juga masih beredar kencang di dalam partai. Karena itu, tak 
sedikit tokoh reformis turut bergabung di partai ini.

Namun, ketika muncul kecenderungan Amien Rais "menyetir" arah partai, 
kolegialitas ditanggalkan, eksklusivitas mengemuka, dan konservatisme 
melembaga, tokoh-tokoh reformis seperti Faisal Basri, Bara Hasibuan, dan yang 
lain meninggalkan PAN. Seperti kecenderungan partai-partai lain, PAN akhirnya 
memilih merapatkan diri dengan kekuasaan ketimbang menjadi diri sendiri sebagai 
ikon reformasi.

Tidak mengherankan jika dalam Pemilu 2004 dan 2009, PAN tampil tanpa visi 
perubahan yang jelas. Meskipun dukungan terhadap Amien Rais (dan Siswono Yudo 
Husodo) dalam Pemilu Presiden 2004 sedikit lebih besar dari perolehan suara PAN 
dalam pemilu legislatif tahun yang sama, PAN dan Amien telah kehilangan 
pamornya. Yang tersisa kemudian adalah para politisi yang menjadikan PAN 
sekadar sebagai kendaraan politik untuk meraih kursi legislatif atau jabatan 
publik di pemerintahan.

Fenomena Amien Rais

Kesediaan mantan Ketua MPR Amien Rais untuk memimpin kembali Dewan Pertimbangan 
PAN jelas merupakan hak politik yang bersangkutan. Namun, sulit dimungkiri 
bahwa kesediaan tersebut tidak hanya membatasi pergiliran kesempatan bagi 
tampilnya tokoh senior PAN lainnya. Lebih dari itu, Amien Rais sesungguhnya 
memilih tetap "memperkecil" dirinya sendiri, yakni sekadar sebagai "tokoh 
partai" ketimbang menjadi "besar" sebagai tokoh bangsa kita.

Sebagai mantan calon presiden dan Ketua MPR, PAN semestinya sudah terlalu kecil 
untuk seorang Amien Rais. Namun, guru besar UGM ini tampaknya memilih tunduk 
pada kehendak kongres ketimbang secara cerdas membaca nurani publik dan 
kebutuhan obyektif bangsa kita. Persoalannya, bangsa ini membutuhkan 
tokoh-tokoh yang tidak sekadar berbaju partai, tetapi mereka yang bisa 
melampaui batas-batas kepentingan sempit partai yang acapkali terkontaminasi 
kepentingan jangka pendek kelompok dan perorangan politisi partai.

Konsekuensi logis pilihan politik Amien Rais adalah bahwa gagasan apa pun yang 
muncul dari mantan Ketua PP Muhammadiyah ini akan cenderung dipandang publik 
sebagai ide partisan tokoh partai. Itu artinya, semakin terbatas ruang bagi 
Amien untuk memberikan pencerahan dan pencerdasan politik bagi negerinya. Juga 
semakin terbatas ruang bagi Amien untuk mengoreksi jalannya pemerintahan 
Presiden Yudhoyono karena itu berarti akan menyulitkan posisi Hatta Rajasa 
sebagai Ketua Umum PAN sekaligus Menko Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia 
Bersatu II.

Nomor tiga

Barangkali itulah dilema memilih ketua umum partai yang tengah menjabat menteri 
seperti Hatta Rajasa. Sebagai menteri, posisi Hatta bisa jadi memang 
menguntungkan PAN dari segi konsolidasi sumber daya bagi partai. Namun, yang 
dilupakan Amien Rais dan peserta kongres Batam adalah semakin minornya suara 
PAN selama lima tahun ke depan. Sebagai tangan kanan Presiden yang loyal, Hatta 
jelas akan lebih banyak tampil sebagai "juru bicara" Yudhoyono ketimbang 
sebagai juru bicara PAN.

Seperti telah dialami Jusuf Kalla yang didaulat menjadi Ketua Umum Golkar 
ketika menjabat wapres, kredit kinerja Hatta Rajasa sebagai Menko Bidang 
Perekonomian akan cenderung dipandang publik sebagai kerja dan kesuksesan 
Partai Demokrat ketimbang keberhasilan PAN. Parpol bergambar matahari biru ini 
bakal menghadapi kegamangan yang sama seperti dialami partai beringin menjelang 
Pemilu 2009. Risiko politik semacam ini tampaknya kurang diperhitungkan Amien 
Rais dan kalangan PAN.

Kini perso

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bangunan Bersejarah Akan Tetap Dibongkar

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
SALATIGA, KOMPAS - Bangunan bekas Markas Kodim 0714 Salatiga, Jawa Tengah, yang 
berusia lebih dari 100 tahun tetap akan dibongkar walaupun menuai kecaman dari 
masyarakat. Sejumlah pekerja mulai memasang seng di sekeliling bangunan bergaya 
arsitektur Belanda yang terletak di Jalan Diponegoro 40 Salatiga itu, Senin 
(11/1).

Sembilan pekerja juga membongkar kayu-kayu yang tergeletak di sebagian gedung 
tua itu. Gedung bersejarah itu luasnya sekitar 1.300 meter persegi dan berdiri 
pada areal tanah seluas kira-kira 6.000 meter persegi.

Semua pintu, jendela, dan kusen di bangunan itu sudah lenyap hanya beberapa 
saat setelah Markas Kodim pindah sekitar tiga bulan lalu. Sebagian sisi tembok 
juga terlihat sempal. Rencananya bangunan yang masuk dalam inventarisasi cagar 
budaya Kota Salatiga itu akan dijadikan pusat perbelanjaan.

 

Bangunan bekas Markas Kodim itu dahulu merupakan Hotel Blommestein. Meskipun 
sebagian bangunan itu sudah tidak persis dengan aslinya, beberapa ciri 
arsitektur Belanda masih tampak, seperti lengkung tembok di pintu utama bagian 
belakang. Jajaran Kodim 0714 Salatiga berkali-kali menegaskan, bangunan itu 
bukan milik TNI dan merupakan hak pemiliknya untuk memanfaatkan lahan itu.

Wali Kota Salatiga John Manoppo, saat ditemui terpisah, mengatakan, tidak 
mempersoalkan pembongkaran itu. Menurut dia, izin pembongkaran itu tidak 
terlalu penting. Baginya yang lebih penting adalah akan dibangun apa di lokasi 
itu.

Pemerhati sejarah dan penulis buku Salatiga: Sketsa Kota Lama, Eddy Supangkat, 
mengatakan, kecewa melihat kondisi tersebut.

"Saya promosi keindahan Salatiga, tetapi bangunan bersejarahnya tidak dihargai. 
Pemerintah bermain kata-kata dengan menganggap bangunan itu baru masuk 
inventarisasi, belum berkekuatan hukum," ujarnya.

Ketua DPRD Kota Salatiga Teddy Sulistio menyayangkan proses pemagaran dan 
rencana pembongkaran dalam waktu dekat itu. Menurut dia, pihaknya baru menerima 
surat dari Pemerintah Kota Salatiga yang isinya meminta restu pembongkaran. 
Surat itu rencananya akan dibahas oleh Komisi I dan II DPRD. (GAL)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/03053534/bangunan.bersejarah.akan.tetap.dibongkar



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Gerakan Dunia Maya Tidak Boleh Diremehkan

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2009 lalu, Indonesia diwarnai oleh karut-marutnya 
masalah penegakan hukum. Kasus-kasus hukum yang disalahgunakan oleh oknum 
aparat, ketidakadilan penerapan hukum di masyarakat, sampai masalah hukum yang 
dimanipulasi untuk sekadar memenuhi keadilan prosedural muncul sepanjang tahun 
itu. 

Masih hangat dalam ingatan kita, kasus-kasus seperti penahanan Bibit-Candra 
(pimpinan KPK) yang tidak sesuai dengan prosedur hukum karena ditengarai ada 
penyalahgunaan kewenangan pihak kepolisian untuk melemahkan KPK. Kasus Prita 
Mulyasari yang tidak mendapat keadilan hukum, atau bahkan kasus Nenek Minah 
yang menjadi korban aparat sekaligus penerapan hukum itu sendiri. 

Menariknya, seiring munculnya kasus-kasus hukum tersebut, muncul pula 
gerakan-gerakan masyarakat sipil yang memprotes bahkan menentang ketidakadilan 
dalam penegakan hukum. Gerakan masyarakat sipil ini pun semakin berkembang 
sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi. Jika sebelumnya masyarakat 
cenderung melakukan gerakan-gerakan nyata dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi, 
saat ini, dengan memanfaatkan kemudahan akses internet yang ada, masyarakat 
menyuarakan aspirasinya melalui situs-situs jejaring sosial yang ada seperti 
Facebook dan Twitter. 

Fenomena "gerakan lewat dunia maya" ini pun ternyata tak bisa diremehkan karena 
justru terbukti efektif memberikan pencerahan dalam berbagai kasus hukum yang 
ada. Contohnya saja dalam kasus Prita Mulyasari. Gerakan mendukung Prita 
Mulyasari yang sempat ramai disuarakan dalam situs jejaring Facebook ternyata 
mampu mendorong terwujudnya gerakan nyata berupa aksi pengumpulan koin untuk 
Prita hingga pada akhirnya sedikit banyak berpengaruh pada proses penyelesaian 
kasusnya. 

Terkait fenomena baru gerakan masyarakat dalam penegakan hukum ini, Peneliti 
Hukum The Habibie Center Lilis Mulyani berpendapat bahwa fenomena 
gerakan-gerakan masyarakat melalui dunia maya seperti itu saat ini justru 
terbukti efektif sebagai alat kontrol penegakan hukum di Indonesia. 

"Gerakan-gerakan masyarakat melalui dunia maya seperti itu memang luar biasa 
efeknya kalau kita lihat pada kasus-kasus yang ada. Cara ini memang baru, namun 
cara ini membuktikan bahwa di Indonesia masyarakat masih menjadi alat kontrol 
penegakan hukum yang paling ampuh," katanya saat ditemui Kompas.com di Kantor 
The Habibie Center, Jakarta, Kamis (14/1/2010).

Intinya, kata Lilis, para penegak hukum harus mulai sadar bahwa gerakan di 
dunia maya tidak boleh diremehkan, apalagi jika sudah terkoneksi dengan dunia 
nyata.

C20-09

http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/01/14/18101626/gerakan.dunia.maya.tidak.boleh.diremehkan



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Boediono: Century Dirampok

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono yang sekarang menjadi 
wakil presiden menyatakan, penyebab Bank Century menjadi bank gagal pada tahun 
2008 adalah karena dirampok oleh pemiliknya dan krisis global.

"Masalah perampokan (kalau dikatakan Bank Century dirampok), saya dukung 1.000 
persen. Namun, menangani suasana krisis pada saat itu adalah masalah lain dan 
membutuhkan tindakan cepat," kata Boediono saat bersaksi di depan Rapat Panitia 
Khusus (Pansus) Hak Angket DPR untuk Kasus Bank Century, Selasa (12/1), di 
Jakarta.

Kemarin adalah kedua kalinya Boediono bersaksi di depan Pansus, setelah 
kesaksian pertama pada 22 Desember 2009. Seusai mendengarkan kesaksian Boediono 
mulai dari sekitar pukul 14.20 hingga pukul 20.45, dengan istirahat pada pukul 
17.00 hingga 19.00, Pansus lalu mendengarkan kesaksian Deputi Gubernur Bank 
Indonesia (BI) Budi Rochadi.

Rapat Pansus itu juga diwarnai kegaduhan. Dari balkon yang ditempati pengunjung 
dan wartawan, seorang pengunjung meneriaki dan memaki Boediono. Pengunjung 
bernama Laode Kamaludin itu dibawa keluar oleh petugas keamanan Gedung DPR.

Ketika Boediono memberikan keterangan di Semarang, Jawa Tengah, puluhan 
mahasiswa yang berasal dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) 
Semarang, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro, dan BEM 
Universitas Negeri Semarang berunjuk rasa lagi. Mereka menuntut penuntasan 
kasus Bank Century.

Menteri Keuangan

Dalam kesaksiannya, Boediono mengatakan, ia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani 
Indrawati sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) adalah yang 
bertanggung jawab pada penentuan status dan pemberian dana talangan (bailout) 
terhadap Bank Century.

Boediono juga mengata-kan, keputusan bailout juga diberitahukan kepada Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 November 2008 pagi. "Apakah Presiden sama 
sekali tidak mengetahui proses ini dari bailout sampai pemberian fasilitas 
pinjaman jangka pendek untuk Bank Century?" tanya Akbar Faizal, anggota Pansus 
dari Partai Hati Nurani Rakyat.

"Mohon dicek ke Menteri Keuangan," kata Boediono.

"Setahu Bapak bagaimana? Saat itu Presiden ada di luar negeri. Mengapa Bapak 
saat itu tidak menyampaikannya kepada pelaksana kepala negara, yaitu Wakil 
Presiden?" ucap Akbar. "Karena tak wajib," ujar Boediono.

Menurut Boediono, menyelamatkan Bank Century merupakan langkah tepat. Dampak 
kebijakan itu, Indonesia dapat melewati krisis global tahun 2008 dengan dampak 
yang tidak terlalu besar. "Jika kita tak melakukan langkah preventif (dengan 
menyelamatkan Bank Century), barangkali laporannya berbeda," kata Boediono 
ketika ditanya tentang laporan BI pada Januari 2009 bahwa ekonomi Indonesia 
pada 2008 cukup baik.

Boediono menjelaskan pula, dalam membuat analisa dampak sistemik, BI 
mengadaptasi kriteria yang terdapat dalam nota kesepahaman (MOU) Uni Eropa yang 
menjadi acuan untuk diterapkan Otoritas Pengawasan dan Bank Sentral anggota Uni 
Eropa. MOU mempertimbangkan beberapa aspek kuantitatif dan kualitatif serta 
unsur penilaian subyektif. BI mengadaptasi kerangka kerja MOU itu dengan 
menambahkan satu aspek, yaitu psikologi pasar yang merupakan ciri khas 
masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilepaskan dari pengalaman krisis tahun 
1997-1998.

Penutupan 16 bank yang pangsa pasarnya hanya 2,3 persen pada tahun 1997 
ternyata memengaruhi psikologis pasar keuangan. Kondisi itu juga berdampak 
lanjutan pada bank umum lain sehingga menyebabkan krisis.

Uang negara?

Boediono juga menjelaskan, dana yang dipakai untuk bailout Bank Century berasal 
dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Modal LPS berasal dari uang pemerintah 
sebesar Rp 4 triliun, yang ditambah premi dari bank.

"Uang LPS itu uang negara?" tanya Ahmad Muzani, anggota Pansus dari Partai 
Gerakan Indonesia Raya. "Itu saya serahkan ke ahli hukum," ujar Boediono.

"Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan uang itu uang negara. Anda setuju atau 
punya pandangan lain?" ujar Maruarar Sirait dari Fraksi Partai Demokrasi 
Indonesia Perjuangan (F-PDIP). Namun, Boediono kembali menjawab dengan 
menyerahkannya ke ahli hukum.

Dalam rapat ini, anggota Fraksi Partai Demokrat, Achsanul Qosasi, juga 
menyesalkan adanya nada tinggi dalam pertanyaan Maurarar dan rekannya dari 
F-PDIP, Ganjar Pranowo. Saat itu, Ganjar menanyakan tentang kehadiran Marsilam 
Simandjuntak dalam rapat KSSK pada 13 November 2008.

Boediono berpendapat, rapat itu adalah rapat konsultasi dan Marsilam hadir 
sebagai narasumber. Namun, Ganjar membawa notulen rapat bertulis "rapat KSSK" 
dan mempertanyakan kepentingan Marsilam yang diduga hadir sebagai Kepala Unit 
Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi. "Saya hanya bisa menjawab 
itu rapat konsultasi KSSK," kata Boediono. Mendengar jawaban Boediono yang 
mengakui banyak lupa, Ganjar sempat menyindir, jika duduk di kursi itu, lalu 
sering lupa.

Maruarar juga mempertanyakan masukan BI dalam penyusunan Peraturan Pemerintah 
Pengganti Undang-Undang

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ada Istana di dalam Penjara?

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Achmad Ali 

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/13/02561918/ada.istana.di.dalam.penjara


Temuan adanya "istana" di dalam penjara sungguh-sungguh merupakan realitas yang 
teramat sangat menyakitkan perasaan keadilan rakyat kecil. Segelintir 
narapidana berduit miliaran atau mungkin triliunan rupiah mendapat fasilitas 
yang superkontras berupa fasilitas "istana" dalam penjara ketimbang narapidana 
umumnya yang kurang duit atau tidak berduit sama sekali, yang harus 
berdesak-desakan hingga puluhan orang di dalam satu sel, jam besuk yang 
diperketat, dan sebagainya.

Tentu saja diskriminasi yang sangat tidak proporsional ini bukan hanya untuk 
di-talkshow-kan, tetapi harus ada penindakan tegas terhadap semua aparat yang 
terkait dalam penyimpangan superdahsyat dan fantastis itu. Komisi Pemberantasan 
Korupsi (KPK) juga harus tanggap menyelidiki kemungkinan (sangat besar) 
terjadinya praktik suap dalam berbagai kasus "istana dalam penjara" itu.

Saya bisa membayangkan betapa geramnya almarhum Baharuddin Lopa yang pernah 
menjadi Menteri Hukum dan HAM andai menyaksikan fenomena "istana dalam penjara" 
ini. Lantas pertanyaannya: siapa yang bersalah sehingga muncul fenomena 
diskriminasi superdahsyat itu?

Mohon maaf, saya tidak ingin hanya terpaku pada kesalahan sosok-sosok di 
lembaga pemasyarakatan ataupun mungkin hingga ke tingkat tertentu atasannya, 
melainkan, menurut saya, kita pun harus memandang masalah ini secara holos 
(wholeness) menurut istilah almarhum Prof Satjipto Rahardjo.

Yang saya maksudkan secara holos adalah bahwa terjadi berbagai praktik suap 
yang melahirkan lembaga-lembaga pemasyarakatan tertentu menjadi pusat bandar 
narkoba, menjadi "istana dalam penjara", pemberian remisi yang juga 
diskriminatif, dan penyimpangan lain harus kita soroti tidak sekadar dengan 
"kacamata kuda", melainkan mengkaji bagaimana keseluruhan sistem pemidanaan 
kita dalam sistem peradilan kriminal di Indonesia sekarang. Apakah realistis 
atau malah kontras dengan realitas bangsa kita yang sebagian besar masih berada 
di bawah garis kemiskinan, dengan kemampuan keuangan pemerintah kita yang 
sangat terbatas?

Niat baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Menteri Keuangan 
menyisihkan dana sekitar Rp 1 triliun untuk lebih memanusiakan para tahanan dan 
narapidana patut kita hargai dan acungi jempol. Namun, niat baik saja tidak 
cukup apabila sistem pemidanaan kita sendiri tidak direformasi secara drastis.

Kultur pemenjaraan

Hukum yang baik, kata Brian Z Tamanaha, adalah hukum yang merupakan cerminan 
dari masyarakatnya (law is a mirror of society). Dan, hukum yang mampu menjadi 
cerminan masyarakatnya hanyalah hukum yang sesuai realitas masyarakatnya; bukan 
hukum yang lahir dari kekuatan asing. Dengan kata lain, dalam menghadapi kasus 
hukum, harus diperhatikan: the felt necessities of the time, jadi fakta empiris 
yang menjadi kebutuhan pada masanya.

Jumlah dan fasilitas lembaga-lembaga pemasyarakatan di Indonesia sangat tidak 
berimbang dengan jumlah narapidana dan tahanan yang setiap saat bertambah. 
Pasalnya, sistem pemidanaan di Indonesia, yang didasarkan pada berbagai 
perundang-undangan yang ada, baik yang peninggalan kolonial Belanda (dan 
paradigma kolonialnya) maupun perundangan yang dilahirkan DPR di era 
kemerdekaan, bahkan di era reformasi, masih menganut keras paradigma dan kultur 
pemenjaraan.

Anak kecil usia tujuh tahun yang mencuri telepon seluler karena harus makan pun 
dipidana penjara sekian lama dan sebagian besar kultur bangsa kita sekarang 
memang masih "kultur pengalgojoan". Kalau ada terdakwa yang dibebaskan oleh 
pengadilan, diumpatilah pengadilan yang membebaskan. Alasannya sangat normatif 
dan, maaf, primitif: "tidak ada perdamaian dalam perkara pidana". Padahal, di 
negara hukum lain yang bahkan sudah jauh lebih maju hukumnya dibandingkan 
dengan Indonesia, contohnya Jepang, banyak perkara pidana ringan (bukan 
pembunuhan, misalnya) yang didamaikan secara formal, antara pelaku kejahatan 
dan korban kejahatan.

Pengguna narkoba jangan dipenjarakan, tetapi dimasukkan ke pusat-pusat 
rehabilitasi. Sebaliknya, pengedar besar dan bandarnyalah yang wajib dipidana 
seberat-beratnya. Penerapan pidana percobaan bagi koruptor yang mengembalikan 
kerugian negara juga dapat menjadi alternatif untuk mengurangi beban jumlah 
narapidana.

Jadi, "sistem pemidanaan" kita pun "turut bersalah" sehingga lahir diskriminasi 
di dalam lembaga pemasyarakatan. Seyogianya undang-undang kita revisi. 
Dimungkinkan mediasi untuk perkara-perkara pidana ringan, didamaikan dan 
dituntaskan di kepolisian saja, tidak perlu diteruskan ke pengadilan yang 
akhirnya muara semuanya adalah lagi-lagi lembaga pemasyarakatan. Seyogianya 
undang-undang kita revisi sehingga diterapkan "sistem jaminan" sehingga seorang 
terpidana tidak wajib masuk berdesak-desakan ke sel lembaga pemasyarakatan.

Tentu saja fasilitas semua lembaga pemasyarakatan di Indonesia ditingkatkan 
sehingga satu sel yang memang han

[Forum-Pembaca-KOMPAS] "Brain Gain" Ilmuwan China dan Nasib Eijkman

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
tahun 1998 membuat Eijkman sempat mengalami brain drain dan tahun 2004
nyaris ditutup karena minimnya anggaran. Syukurlah bom di depan Kedubes
Australia, Jakarta, tahun 2004 menyelamatkan Eijkman karena terbukti para
ilmuwannya mampu dalam tempo 13 hari mengidentifikasi Heri Golun sebagai
pelaku.

Kini jumlah peneliti di Lembaga Eijkman kembali mencapai di atas 100 orang.
Riset yang digeluti Eijkman berpusat di bidang malaria, demam berdarah, flu
burung, hepatitis, forensik, penyakit genetik talasemia, dan pemetaan
genetika populasi untuk kepentingan metabolisme obat dan merunut asal-usul
penduduk Nusantara.

Akan ideal jika seandainya lembaga riset dasar seperti Eijkman menyatukan
upaya bersama industri, seperti Biofarma atau Kimia Farma, untuk memproduksi
vaksin flu burung, vaksin hepatitis B, dan lain-lain.

Kalau Kuba saja bisa, mengapa kita tidak? Jika China menguasai hardware dan
India software, kita tentu tak ingin hanya bisanya nowhere


-- 
Salam,

Agus Hamonangan
agus.hamonan...@gmail.com

Indonesia Google Technology User Group

http://groups.google.com/group/id-gtug/

Indonesia Android Community

http://groups.google.com/group/id-android/


[Non-text portions of this message have been removed]





=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jalan Panjang ke Saintifikasi

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
 dr Lily
Kresnowaty menuturkan, selain sebagai dokter konvensional, dokter ini
nantinya juga memiliki keahlian menjadi dokter herbal.

Setelah dianggap kompeten, dokter tersebut dapat mengeluarkan resep
jamu sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. ”Pedoman tersebut memuat
jamu mana saja yang dapat digunakan untuk mendampingi obat
konvensional,” katanya.

Saintifikasi jamu, kata Leonardus, menjadi penting di tengah pasar
terbuka. Jangan sampai jamu Indonesia kalah pamor di tanahnya sendiri.

--
Salam,

Agus Hamonangan
agus.hamonan...@gmail.com

Indonesia Google Technology User Group

http://groups.google.com/group/id-gtug/

Indonesia Android Community

http://groups.google.com/group/id-android/




=
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menelepon Saat Mengemudi > Mabuk?

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Reza Fikri Febriansyah 

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/02355879/menelepon.saat.mengemudi.mabuk



Situasi dan kondisi lalu lintas di suatu wilayah dianggap mencerminkan budaya 
(hukum) masyarakatnya. Pameo ini tampaknya sesuai dengan kondisi di Indonesia, 
khususnya di kota-kota besar di mana situasi dan kondisi lalu lintas yang ada 
sangat mencerminkan kompleksitas permasalahan sosial di kota tersebut, mulai 
dari kesemrawutan tata ruang, sistem transportasi yang amburadul, hingga 
rendahnya kesadaran hukum masyarakat.

Dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu 
Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ), maka diharapkan dimulailah suatu era baru 
dalam rangka mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran 
berlalu lintas di Indonesia. Lalu lintas diartikan sebagai gerak kendaraan dan 
orang di ruang lalu lintas jalan.

Dengan adanya gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, maka mutlak 
diperlukan adanya suatu sistem yang harmonis guna mengatur para pengguna lalu 
lintas, baik kendaraan maupun orang.

Salah satu pengaturan yang ada saat ini berdasarkan Pasal 106 Ayat (1) UU LLAJ 
adalah "Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib 
mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi". Dalam 
penjelasannya disebutkan bahwa "Yang dimaksud dengan 'penuh konsentrasi' adalah 
setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dengan penuh perhatian dan 
tidak terganggu perhatiannya karena sakit, lelah, mengantuk, menggunakan 
telepon, atau menonton televisi atau video yang terpasang di kendaraan, atau 
meminum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sehingga memengaruhi 
kemampuan dalam mengemudikan kendaraan."

Ketentuan inilah yang sedang ramai dibicarakan masyarakat, terutama mengenai 
larangan menggunakan telepon pada saat mengemudi, karena pelanggaran terhadap 
ketentuan tersebut dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan 
atau denda paling banyak Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) 
berdasarkan Pasal 283 UU LLAJ.

Mengganggu konsentrasi

Jika ditelaah, maka ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam Pasal 283 UU LLAJ, 
yakni mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar, melakukan 
kegiatan lain, dan dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan 
konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 Ayat 
(1) UU LLAJ. "Menggunakan telepon pada saat mengemudi" dianggap masuk dalam 
kategori perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi 
pengemudi kendaraan bermotor sehingga dalam perspektif UU LLAJ, menggunakan 
telepon pada saat mengemudi adalah sama dengan mengemudi dalam kondisi lelah, 
dan bahkan mabuk akibat pengaruh alkohol dan obat-obatan.

Padahal, delik "mengemudi dalam keadaan mabuk" sejatinya telah diatur sebagai 
pelanggaran terhadap Pasal 492 KUHP, sedangkan "kondisi lelah" dalam Penjelasan 
Pasal 106 Ayat (1) UU LLAJ juga belum jelas tolok ukurnya sehingga mungkin saja 
akan muncul pertanyaan apakah jika kita lelah setelah seharian bekerja di 
kantor, lalu tidak boleh mengemudi?

Meskipun penulis sangat meyakini bahwa tujuan pengaturan larangan menggunakan 
telepon pada saat mengemudi bertujuan sangat baik, pola perumusan norma yang 
ada di dalam UU LLAJ tersebut dapat menimbulkan permasalahan di kemudian hari. 
Oleh karena itu, diperlukan adanya revisi terhadap UU LLAJ dengan memasukkan 
larangan "menggunakan telepon pada saat mengemudi" dan "perbuatan-perbuatan 
lain yang dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi pengemudi kendaraan 
bermotor" ke dalam batang tubuh UU LLAJ (bukan di penjelasan pasal) dan hal itu 
seyogianya juga diatur sebagai delik materiil, yakni delik yang baru dianggap 
sempurna (voltooid) jika akibatnya sudah nyata (Sianturi, 1989: 125). Dengan 
demikian, pengemudi kendaraan bermotor yang menggunakan telepon baru dapat 
dipidana jika telah terjadi akibat dari perbuatannya, misalnya mencelakakan 
orang lain.

Jika hal itu telah dilakukan, aparat kepolisian seharusnya dengan percaya diri 
dapat langsung menerapkan ketentuan tersebut sebab Pasal 326 UU LLAJ yang ada 
saat ini pun menyatakan bahwa UU LLAJ mulai berlaku pada tanggal diundangkan, 
yakni 22 Juni 2009. Adanya toleransi waktu dalam penegakan hukum di satu sisi 
diperlukan untuk kepentingan sosialisasi terhadap masyarakat, tetapi dalam 
banyak praktik selama ini toleransi waktu dalam penegakan hukum justru hanya 
menyebabkan semakin besarnya penolakan masyarakat terhadap ketentuan hukum yang 
baru tersebut.

Reza Fikri Febriansyah "Legal Drafter"; Pendapat Pribadi




[Forum-Pembaca-KOMPAS] Demokrasi Tak Hormat Kata

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Triyono Lukmantoro 

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/02483317/demokrasi.tak.hormat.kata



Hormat terhadap kata merupakan hukum pertama yang menjadikan seseorang matang, 
baik secara intelektual, emosional, maupun moral.

Dag Hammarskjold (1905-1961), sebagaimana dikutip James A Jaksa dan Michael S 
Pritchard (Communication Ethics, 1994), menyatakan betapa kata-kata mampu 
mengikat masyarakat bersama-sama, hingga terjaga kualitasnya.

Pernyataan mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) periode 
1953-1961 tersebut sungguh signifikan jika dikaitkan dengan pelaksanaan 
demokrasi di negeri ini. Tanpa dapat disangkal, demokrasi kita berjalan cepat 
pada keleluasaan untuk berbicara. Perdebatan dan demonstrasi menjadi fenomena 
harian. Namun, persoalan yang acap diabaikan adalah kalangan aktor demokrasi 
tidak pernah menghiraukan arti penting kata-kata.

Kata-kata sekadar dimaknai sebagai instrumen bahasa. Kata-kata pun meluap 
menjadi sebentuk ekspresi kemarahan. Bahkan, kata-kata bukan saja tidak 
dihormati, melainkan telah dilecehkan. Akibatnya, umpatan dan caci-maki 
menggerus kejernihan argumentasi. Boleh saja fenomena itu dianggap sebagai 
sebuah fragmen dalam teater politik, tetapi capaian yang mampu direngkuh tidak 
lebih dari retorika intrik yang sama sekali tidak mendidik, bahkan 
menghancurkan makna substansial demokrasi sendiri.

Kenyataan itu terjadi pada saat beberapa anggota Panitia Khusus DPR tentang Hak 
Angket Bank Century mengemukakan aneka pertanyaan kepada pihak-pihak yang 
diposisikan sebagai saksi. Nada berbicara yang tinggi, intonasi yang terkesan 
penuh gertakan, dan pilihan kata yang cenderung menyudutkan sering berhamburan. 
Bukan pada persoalan para saksi yang diajukan itu adalah pejabat tinggi negara; 
sehingga kata-kata yang dikemukakan harus menunjukkan watak ketertundukan dan 
penuh nilai rasa penjilatan. Namun, saksi-saksi tetaplah pihak yang 
mengemukakan testimoni, bukan sekumpulan pesakitan yang sengaja dipasang 
sebagai obyek caci-maki. Hal yang lebih buruk lagi adalah di antara para 
anggota Pansus sendiri terlibat dalam saling sanggah sehingga mereka 
menampilkan diri sebagai kerumunan politisi yang pongah.

Sebenarnya tidak perlu diterapkan kode etik khusus bagi para anggota Pansus 
jika mereka mampu menyadari kata-kata selalu lekat dengan derajat 
intelektualitas dan moralitas. Kata-kata yang diucapkan para aktor demokrasi 
kalau hanya mampu menunjukkan kadar emosi yang tinggi secara otomatis 
mendegradasikan etika dan kecerdasan. Benar pernyataan Isokrates, seorang 
filsuf Yunani yang hidup pada abad kelima Sebelum Masehi, pembicaraan yang 
dilakukan manusia menunjukkan level peradaban. Ketika demokrasi dilumuri 
kata-kata penuh cacian dan gertakan, maka tersembul karakter perpolitikan yang 
dikendalikan daya barbarian.

 

Dramaturgi kata-kata

Sangat masuk akal jika dikemukakan bahwa Pansus yang digulirkan di gedung wakil 
rakyat dan demonstrasi yang digelar di jalanan merupakan sebentuk panggung 
drama. Di ruang-ruang itulah kalangan aktor menampilkan diri sesuai dengan 
status yang disandang. Kalangan anggota Pansus dituntut untuk mengemukakan 
berbagai pertanyaan yang kritis dan tajam. Para demonstran juga didorong 
menampilkan aksi-aksi teatrikal semenarik mungkin untuk menarik perhatian. 
Adapun kalangan saksi, terlebih lagi yang telah dicurigai mencuri uang negara, 
sekadar diposisikan sebagai sekelompok orang yang menjadi sasaran kata-kata 
garang.

Namun, setiap pentas drama, terlebih lagi drama politik, tidak lebih memuat 
kepura-puraan. Sebab, kalangan aktor—merujuk pemikiran Erving Goffman 
(1922-1982)—harus melakukan manajemen kesan (impression management). Mereka 
yang memihak ataupun menentang saksi-saksi tertentu berupaya menampilkan diri 
sebagai pembela dan penghujat. Kata-kata sengaja diatur, ekspresi wajah 
dikendalikan, gestur tubuh dikontrol, dan intonasi berbicara terus diubah-ubah 
supaya menyajikan kesan yang baik dan memberikan kepuasan bagi khalayak yang 
menyaksikan.

Tanpa bisa dihindarkan, maka kejujuran pun lenyap. Inilah risiko dramaturgi 
kata-kata yang mendorong para aktor melakukan estetisisasi ucapan, yang 
melibatkan dua teknik yang saling berlawanan. Pertama, eufemisme yang bermaksud 
mengemas kata-kata penuh kesantunan untuk mendapat efek simpati dan memberi 
kehormatan bagi saksi-saksi yang didukung. Kedua, diseufemisme yang diniatkan 
untuk membuat kata-kata yang serba menggertak dan penuh cemo- ohan untuk 
mengundang dampak kebencian dan melenyapkan kehormatan untuk saksi-saksi yang 
sengaja ditentang.

Eufemisme dan diseufemisme adalah sebentuk topeng kata-kata. Eufemisme lebih 
menekankan pada kesantunan palsu untuk memberikan sanjungan yang tidak perlu. 
Diseufemisme lebih memberikan penekanan pada kevulgaran berbahasa untuk 
merontokkan martabat seseorang. Eufemisme dan diseufemisme memperlihatkan 
pemakaian kata-kata yang sama-sama pantas dipertanyakan kejujurannya.

Kompetensi berbahasa


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hikmah Pembangunan Masa Lalu untuk Masa Kini

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Emil Salim

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/15/03013999/hikmah.pembangunan.masa.lalu.untuk.masa.kini



Hari Kamis (14/1), Penerbit Buku Kompas meluncurkan buku Pengalaman Pembangunan 
Indonesia- Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro dari tahun 1963 
hingga 1996 menggambarkan pengalamannya dalam membangun Indonesia di masa Orde 
Baru. Jika masa ini sudah lewat, timbul pertanyaan masih relevankah isi buku 
ini bagi generasi masa kini dan nanti? Hikmah apakah yang bisa ditarik dari 
buku ini?

 

Buku ini ditulis oleh seorang profesor ekonomi sehingga segera tampak betapa 
inner logic ekonomi memengaruhi cara pandang dan berpikir sang penulis. Ilmu 
ekonomi bertumpu pada logika bahwa harga keseimbangan terbentuk bila penawaran 
bertemu dengan permintaan. Sifat pasar bisa berbeda, serbaliberal, monopoli, 
berencana atau lain- lain. Namun, akhirnya yang dituju adalah harga 
keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

Ketika pada tahun 1972 meledak krisis pangan yang parah dan harga melonjak 
tinggi, terdapat laporan produksi beras yang cukup tinggi dari pejabat 
pertanian daerah, sedangkan Biro Pusat Statistik mengungkapkan produksi beras 
lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Selaku Ketua Bappenas, Widjojo 
Nitisastro menginstruksikan agar yang dijadikan patokan adalah "harga beras 
pada musim panen" dan bukan perkiraan jumlah produksi yang simpang siur. Inner 
logic ekonomi berkata, pada musim panen pasokan beras naik sehingga harga beras 
mestinya tidak naik. Bila ada kenaikan, produksi pada musim panen lebih rendah 
dengan sebelumnya.

Asas efisiensi

 

 

Pelajaran kedua yang bisa ditarik adalah penerapan asas efisiensi yang secara 
sederhana terungkap dalam lima pertanyaan Menteri Sekretaris Negara Sudharmono 
ketika berhadapan dengan tuntutan departemen mengajukan anggaran proyek, yakni: 
pertama "apakah perlu membangun proyek itu?" Kalau ini dijawab positif, 
pertanyaan berikut adalah "apakah perlu sebesar itu ukuran proyeknya?" 
Kemudian, menyusul pertanyaan "apa perlu sekarang, apa betul urgen mendesak?" 
Lalu "apakah biaya bisa diturunkan?" Akhirnya masih menyusul permintaan untuk 
mengajukan studi kelayakan untuk dikaji oleh para ahli.

Tersimpul dalam pertanyaan sederhana Sudharmono ini prinsip efisiensi kegunaan, 
pertimbangan ukuran besar, faktor urgensi waktu dan faktor biaya. Untuk dicek 
dengan studi kelayakan proyek. Setelah terjawab ini semua barulah proyek ini 
bisa lolos.

 

Hikmah ketiga, diterapkannya dalil "berpegang teguh pada sasaran yang 
ditetapkan" dalam bahasa manajemen maintenance of the objectives. Ketika pada 
Januari 1986 Presiden Soeharto menyatakan tidak akan mendevaluasi rupiah, maka 
komitmen pemerintah ini harus dilaksanakan. Akan tetapi, harga minyak bumi 
kemudian jatuh sehingga penerimaan devisa berkurang dengan tajam dan nilai 
tukar rupiah merosot turun. Dan orang menukar rupiah yang overvalued dengan 
mata uang asing.

Tujuan kebijakan pembangunan adalah mengusahakan stabilisasi ekonomi dan ini 
memerlukan nilai tukar yang stabil pada tingkat keseimbangan yang bisa dipikul 
anggaran. Jika nilai tukar rupiah overvalued, maka devisa akan dikuras sehingga 
membahayakan stabilitas rupiah. Maka, demi maintenance of the objective 
mencapai ekonomi stabil, Presiden "menarik janjinya" dan mendevaluasi rupiah 
pada tahun 1986.

Kerja "all-out"

 

Pelajaran keempat adalah semangat kerja habis-habisan, all out to get things 
done. Untuk mencapai sasaran swasembada pangan, segala keperluan petani harus 
sampai ke tangan di lapangan. Bibit unggul PB-5, pupuk, dan saluran irigasi 
harus tersedia pada waktunya. Dan peranan Bulog membeli padi pada waktu harga 
turun dan menjual pada waktu harga naik. Jalan kabupaten, jalan provinsi, dan 
jalan nasional direhabilitasi untuk kelancaran arus pasokan input ke petani dan 
pembelian output dari petani. Untuk potong lajur birokrasi, jalan pintas 
diambil untuk menurunkan anggaran langsung dari pusat ke lapangan dengan pola 
"Proyek Inpres, Instruksi Presiden". Irigasi sekunder dan primer perlu semen, 
maka pabrik semen dibangun. Pupuk dibutuhkan banyak, maka pabrik pupuk 
dibangun. Tak banyak seminar di masa itu, pertemuan lebih banyak dengan petani 
di tingkat desa. All out to get things done adalah suasana yang hidup mengejar 
sasaran swasembada pangan yang dicapai pada tahun 1984.

 

Pelajaran kelima adalah posisi seorang intelektual yang dibedakan dengan 
"pekerja intelek" (intellectual worker). Seorang "pekerja intelek" adalah 
seorang "tukang intelek" yang "menjual otaknya" kepada pembeli tanpa 
memedulikan "untuk apa hasil otaknya dipakai". Seorang "pekerja intelek" 
semata-mata mengembangkan ilmu dan menghasilkan karya hasil otaknya dengan 
imbalan, titik. Sesudah itu, tanggung jawab pembeli hasil otak.

Berbeda halnya dengan seorang "intelektual" yang pada asasnya adalah seorang 
"pengkritik sosial" (social critic) dan bekerja mengidentifikasi, menganalisis, 
dan memecahkan masalah untuk men

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kekerasan Kembali Terjadi di Aceh

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/04253987/kekerasan.kembali.terjadi.di.aceh


Perempuan Aceh kembali mengalami kekerasan, kali ini korbannya mahasiswi (20) 
di Langsa. Mahasiswi itu diduga diperkosa tiga polisi syariah (Wilayatul 
Hisbah/WH) di kantor WH di Kota Langsa.

Kepala Kepolisian Resor Langsa Ajun Komisaris Besar Yosi Muhammartha 
mengatakan, polisi sudah menangkap dua anggota WH yang diduga kuat melakukan 
pemerkosaan dan masih mengejar satu tersangka lain (Jakarta Post, 12/1).

Sebelumnya Serambi Indonesia (www.serambinews.com) pada Minggu (10/1) 
melaporkan, petugas WH menangkap mahasiswi tersebut bersama teman laki-lakinya, 
Kamis (7/1) siang, di tepi jalan lingkar luar PTPN-1 Langsa. Keduanya diduga 
melanggar qanun tentang berkhalwat (berdua-dua di tempat sunyi yang mengarah 
pada zina). Sementara si laki-laki dilepas, mahasiswi tersebut tetap ditahan di 
kantor WH. Jumat (8/1) pagi seorang anggota WH melihat mahasiswi tersebut terus 
menangis. Saat ditanya, mahasiswi itu mengatakan diperkosa tiga anggota WH yang 
bertugas pada Jumat dini hari.

Reaksi

Kekerasan seksual itu mengundang reaksi keras masyarakat. Aliansi Masyarakat 
Pemerhati Hak Perempuan yang terdiri dari 24 organisasi masyarakat sipil dan 
perguruan tinggi di Aceh menuntut kekerasan itu diusut tuntas. Reaksi keras 
tersebut menyangkut pemerkosaan itu sendiri dan wewenang WH.

Qanun No 11/2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah, dan 
Syi'ar Islam Bab VI tentang pengawasan, penyidikan, dan penuntutan Pasal 14 
Ayat 3 dan 4 menyebutkan, WH berwenang menegur dan menasihati pelanggar. Jika 
pelanggar tak berubah, WH menyerahkan kasus itu kepada penyidik (polisi). 
Dengan kata lain, WH tidak berwewenang menahan dan memeriksa. Karena itu, 
penahanan oleh WH melanggar ketentuan hukum dan melampaui batas kewenangannya.

Aliansi menuntut agar kepolisian dan kejaksaan Langsa menyelesaikan kasus ini 
ke pengadilan, bukan melalui cara kekeluargaan karena pemerkosaan adalah 
perbuatan kriminal yang merusak martabat kemanusiaan dan harga diri korban. 
Qanun No 6/2009 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan Pasal 20 Ayat 1 
menyebutkan, semua perempuan Aceh yang menghadapi masalah hukum wajib 
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.

Formalisasi

"Definisi berkhalwat multitafsir. Sebelumnya disebutkan berkhalwat adalah 
keadaan di mana perempuan dan laki-laki berdua-dua di tempat sunyi yang 
mengarah ke zina. Dalam perkembangannya, berkhalwat hanya diartikan berdua-dua 
di tempat sunyi," kata Ketua Dewan Pengurus LBH APIK Aceh Samsidar.

Selain ketidakjelasan definisi "mengarah ke zina" dan "bersunyi-sunyi", pun 
qanun memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi mengatur sehingga 
memperbesar kemungkinan beda penafsiran.

Menurut Samsidar, pada tahun 2005 ketika masih menjadi pelapor khusus situasi 
perempuan Aceh untuk Komnas Perempuan, dia sudah mengajukan desakan agar qanun 
berkhalwat direvisi atau dihilangkan.

Aktivis perempuan Lies Marcoes Natsir yang dua tahun terakhir terlibat dalam 
pemberdayaan hakim-hakim di Aceh, terutama menyangkut hak-hak perempuan dan 
keadilan jender, melihat kekerasan seksual adalah masalah mendasar 
ketidaksetaraan relasi jender dan relasi kekuasaan.

Pemerkosaan terjadi juga karena WH merasa punya kekuasaan lebih besar dari 
polisi sebab mendapat mandat menjaga moral masyarakat.

"Yang paling berbahaya dari hukum yang berakar dari agama adalah subyek hukum 
tidak setara dan penguasa cenderung sewenang-wenang. Hukum nasional berasal 
dari hukum adat atau adaptasi dari hukum Barat (Belanda) yang buatan manusia 
sehingga bisa didiskusikan, sementara yang berasal dari agama menjadi mutlak 
(menurut penafsir), lebih tinggi posisinya karena dianggap berasal dari agama," 
kata Lies.

Reaksi pejabat pemerintah, antara lain Ketua DPRD yang mengatakan kesalahan 
adalah pada perekrutan anggota WH, menurut Lies, mengecewakan. Pemerkosaan 
adalah masalah sistemik dan menjadi ancaman terus-menerus karena relasi jender 
dan relasi kekuasaan yang tak setara.

Lebih jauh lagi, menurut pekerja hak-hak perempuan dan mantan komisioner Komnas 
Perempuan, Ita F Nadia, pemerkosaan ini memperlihatkan kontrol terhadap tubuh 
dan seksualitas perempuan melalui formalisasi agama untuk kepentingan 
"keteraturan sosial".

Perkembangan ini memperlihatkan di Aceh tengah terjadi formalisasi agama 
melalui pelaksanaan syariah. Yang menjadi fokus dalam pembuatan aturan formal 
untuk mengatur tata kehidupan masyarakat adalah pengaturan cara berpakaian, 
simbol-simbol perempuan saleh, pengaturan moralitas hingga ruang publik yang 
lebih patut bagi perempuan.

"Tidak pernah diungkap esensi syariah untuk kemaslahatan umat, misalnya 
bagaimana memerangi kemiskinan, menerapkan keadilan," ujar Ita.

Di balik formalisasi agama lewat pengaturan tubuh dan moralitas perempuan 
adalah politik kekuasaan yang menjadikan tubuh dan seksualitas perempuan 
sebagai yang bertanggung jawab dalam 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Candu Kekuasaan

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Musa Asy'arie 

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/02431630/candu.kekuasaan



Hiruk pikuk politik yang menguasai jagat perpolitikan kita selama ini masih 
terfokus pada sengitnya perebutan kekuasaan antarelite politik. Perebutan 
kekuasaan terus berlangsung setiap saat, dan setiap ada momen politik yang 
dapat dimanfaatkan untuk menjatuhkan seorang penguasa, maka akan segera 
dimanfaatkan untuk membuka peluang bagi dirinya masuk dalam ranah kekuasaan 
politik yang ada.

Dan ini semua terjadi dalam setiap bidang kehidupan politik, baik legislatif, 
yudikatif, maupun eksekutif, dan terjadi dalam segala tingkatannya, baik di 
daerah maupun di pusat. Bahkan, terjadi dalam berbagai aspek kehidupan kita, 
baik sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun agama.

Nafsu politik untuk menjatuhkan lawan politik terus berkembang biak dan 
berkecamuk dalam pikiran seseorang yang terus-menerus bekerja, dan akibatnya 
kekuatan pikiran politik yang ada hanya tertuju bagaimana caranya menjatuhkan 
lawan itu, tidak peduli bagaimana proses dan akibatnya. Nafsu politik yang tak 
terkontrol oleh etika politik kemanusiaan akan berakibat destruksi sosial yang 
masif.

Sakralisasi kekuasaan

Kekuasaan memberikan peluang bagi seseorang yang memegang kekuasaan untuk 
mendapatkan segala-galanya dalam kehidupannya; kehormatan, status sosial, uang, 
dan juga kenikmatan hidup. Mungkin karena begitu sentralnya kekuasaan dalam 
kehidupan masyarakat kita, muncul anggapan bahwa kekuasaan itu pulung, anugerah 
gaib yang datang dari langit, yang diberikan hanya kepada orang-orang tertentu, 
dan karenanya bersifat sakral.

Sakralisasi kekuasaan berakibat bahwa kekuasaan itu cenderung tidak pernah 
salah sehingga kekuasaan bisa melakukan segala-galanya. Kekuasaan menjadi 
absolut. Akan tetapi, kekuasaan itu akan jatuh pada saatnya, melalui suatu 
krisis politik yang destruktif yang mengacaukan kehidupan masyarakat, dan pada 
saat itulah si pulung dari langit itu terlepas, dan akan jatuh pada seseorang 
yang ditunjuk secara gaib untuk mendapatkannya, dan begitu seterusnya. Terjadi 
perputaran jatuh bangun kekuasaan, yang semuanya tak terlepas dari campur 
tangan gaib.

Dalam masyarakat yang percaya adanya pulung, tanda-tanda memudarnya kekuasaan 
dari langit yang ada pada diri seseorang yang sedang berkuasa biasanya adalah 
jatuhnya wibawa penguasa yang digerogoti oleh kerusakan lingkungan hidup di 
sekitarnya, melalui berbagai musibah dan bencana.

Setiap bencana dan musibah yang terjadi selalu akan dikaitkan dengan suara 
langit yang mulai memberikan peringatan kepada seorang penguasa, untuk 
melakukan introspeksi diri dan kekuasaannya, ia harus menyadari ada sesuatu 
yang salah yang terjadi dalam kekuasaannya dan segera ambil tindakan untuk 
mengubah kebijakan dan tindakannya.

Seorang penguasa tak perlu menepis habis-habisan anggapan bahwa musibah dan 
bencana yang terjadi tak ada kaitan sama sekali dengan kekuasaannya, apalagi 
mengatakan musibah itu bencana alam yang bisa terjadi karena mekanisme alamiah. 
Faktanya, bencana dan musibah tidak pernah bisa dilepaskan dari perbuatan 
tangan manusia. Secara spiritual, alam pun akan murka jika bencana dan musibah 
selalu dituduhkan pada dirinya.

Kecanduan kekuasaan

Kekuasaan itu nyandu. Seorang penguasa yang terus-menerus berkuasa akan 
kecanduan kekuasaan, yang membuat hidupnya menjadi tidak normal jika tidak 
menggenggam kekuasaan. Ketergantungan pada kekuasaan membuat seorang penguasa 
menjadi terlalu sensitif pada kekuasaannya. Kritik dan sikap yang berlawanan 
dengan kekuasaannya yang datang dari sebagian kelompok masyarakat akan 
dipandangnya sebagai usaha menjatuhkan kekuasaannya. Seorang penguasa jadi 
paranoid.

Kecenderungan nyandu kekuasaan bisa terjadi pada siapa pun dan terjadi dalam 
setiap jenjang kehidupan, dan dalam berbagai aspek kehidupan, baik di tingkat 
nasional maupun lokal, bahkan internasional. Seorang tokoh organisasi yang 
telah kecanduan kekuasaan tidak legowo digantikan oleh orang lain, dan kalau- 
pun harus digantikan, selalu ingin yang menggantikan masih berkaitan, untuk 
menjaga kepentingannya. Hal yang sama juga terjadi dalam birokrasi pemerintahan 
sehingga pergantian pejabat dalam jajaran birokrasi akan memunculkan berbagai 
rumor politik, baik bagi yang digantikan maupun bagi yang menggantikannya.

Nyandu kekuasaan ini berbahaya, bahkan mungkin lebih berbahaya daripada nyandu 
narkoba karena nyandu kekuasaan akan berdampak "sistemik" bagi kehidupan 
masyarakat. Seorang penguasa atau pejabat yang nyandu kekuasaan akan melahirkan 
kebijakan dan tindakan yang korup, yang hanya menguntungkan dirinya dan 
kelompoknya, dan merugikan orang lain dan kelompok lainnya, dan dapat 
mengganggu dinamika kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Demokrasi politik sesungguhnya merupakan suatu terapi untuk mengatasi kecanduan 
kekuasaan karena dalam demokrasi politik kekuasaan harus selalu dikontrol 
secara ketat agar seorang penguasa tidak kecanduan keku

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Keterpinggiran dan Kewenangan Perempuan

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Soffa Ihsan

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/03284670/keterpinggiran.dan.kewenangan.perempuan


Bicara mengenai aborsi di Indonesia memang tidak ada habisnya. Meskipun sudah 
diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama 
Pasal 75, 76 dan 77, persoalan aborsi tetap menimbulkan pro dan kontra. Dari 
sisi etika, persoalan aborsi juga menjadi bahan diskusi menarik.

Etika merupakan pembahasan filsafat moral. Etika selalu mengajukan 
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut cara bertindak benar dan salah, hakikat 
kewajiban moral dan apa yang disebut kebaikan hidup. Pertanyaan mendasar dari 
Aristoteles dalam etika adalah "kehidupan baik yang bagaimanakah yang harus 
saya jalani?"

Kaum feminis menganggap bahwa pertanyaan dasar Aristoteles itu dijawab oleh 
teori etika melalui sudut pandang laki-laki (male stream philosophy), yang 
tidak memasukkan persoalan perempuan di dalamnya. Maksudnya, perempuan selalu 
ditolak untuk menjadi agen moral yang otonom. Perempuan tidak pernah dibiarkan 
untuk "memilih kehidupan yang baik untuk dirinya sendiri".

Pertanyaannya kini, apakah yang baik untuk perempuan? Etika ini melakukan 
revisi terhadap filsafat moral dan menantang hegemoni teori etika patriarkat. 
Persoalan ini adalah refleksi dari penuntutan perempuan terhadap hak mereka 
untuk melakukan kontrol terhadap tubuhnya sendiri, her bodies, herselves.

 

Moralitas aborsi

 

Pandangan anti aborsi didasarkan pada pemahaman bahwa sebuah janin adalah 
manusia sejak saat terkonsepsi. Pandangan anti aborsi ini sama sekali tidak 
mengikuti penjelasan-penjelasan medis tentang perkembangan janin yang 
menunjukkan bahwa saat terkonsepsi, janin tersebut masih berupa kumpulan 
sel-sel. Menurut ilmu kedokteran, baru pada minggu ke-4 denyut jantung berdetak 
dan pada minggu ke-10 janin tersebut mempunyai bentuk muka, tangan, kaki, jari, 
dan sebagainya. Karena itu, bila kita mengatakan bahwa sejak terkonsepsi janin 
sudah menjadi manusia adalah keliru. Dalam Undang-Undang Kesehatan, aborsi 
hanya dapat dilakukan sebelum kehamilan berumur enam minggu, dihitung dari hari 
pertama haid terakhir.

 

Mary Anne Warren menegaskan bahwa memang benar persoalan kapan manusia dianggap 
manusia (personhood) merupakan pertanyaan yang penting dalam persoalan aborsi. 
Warren mengajak kita untuk mendefinisikan dua hal, yaitu definisi "manusia" dan 
definisi "moral kemanusiaan". Dalam mendefinisikan "kapan manusia disebut 
manusia" sepanjang masa selalu ada perbedaan pendapat antara anti aborsi yang 
mendefinisikan manusia sejak awal konsepsi dan yang pro-choice aborsi sejak 
jantung manusia berdetak (empat minggu).

Argumen kelompok pro-choice aborsi adalah bahwa di bawah empat minggu aborsi 
masih dapat dilakukan. Argumen Warren lainnya yang cukup menarik adalah bahwa 
bila janin dianggap sebagai manusia, apakah ia dapat dikatakan memiliki 
moralitas kemanusiaan? Apakah moralitas kemanusiaan dibentuk saat terkonsepsi 
ataukah saat "manusia" tersebut mempunyai konsep kesadaran diri, aktivitas, dan 
komunikasi?

 

Isu jender

 

 

Alasan-alasan yang sering diutarakan mengapa aborsi dilakukan adalah karena 
kegagalan alat kontrasepsi, kehamilan yang tidak diinginkan (baca: kasus 
pemerkosaan), ketakutan akan hukuman orangtua, kehamilan remaja, dan 
ketidakmampuan secara ekonomi dan psikologis.

 

Dimensi isu jender dalam kasus-kasus aborsi adalah bahwa laki-laki sering kali 
tidak bertanggung jawab dalam menanggung beban persoalan kehamilan yang tidak 
diinginkan.

 

 

Berbagai kajian juga menunjukkan bahwa perempuan miskin merupakan kelompok yang 
paling dirugikan. Status hukum yang mengilegalkan praktik aborsi mengakibatkan 
banyak praktik gelap aborsi yang meminta bayaran tinggi sehingga hanya 
perempuan yang "mampu" yang mendapatkan pelayanan aborsi dengan aman. 
Selebihnya, perempuan miskin mendapatkan pelayanan yang sama sekali tidak aman.

 

 

Di dunia di mana individu ditindas oleh kelas, jender, atau ras dan dibentuk 
lewat struktur-struktur sosial dan diskursus bahasa, maka perangkat 
kerasionalan yang harus dimiliki untuk mendapatkan keadilan tidak dimiliki oleh 
perempuan.

 

Thomas Aquinas mengatakan bahwa "pribadi" adalah makhluk individual yang 
mempunyai kodrat rasional. Immanuel Kant memahami "pribadi" sebagai "sesuatu 
yang sadar akan identitas numerik mengenai dirinya sendiri". Jadi, biarlah soal 
aborsi dikembalikan kepada perempuan sebab perempuanlah yang mempunyai tubuhnya 
sendiri.

 

Soffa Ihsan Alumnus Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan Penulis Sejumlah 
Buku



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dari Rp 632 Miliar Menjadi Rp 6,7 Triliun

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/04262865/dari.rp.632.miliar.menjadi.rp.67.triliun


Kunci skandal Bank Century ditemukan. Kuncinya ketika mantan Wakil Presiden 
Jusuf Kalla menyatakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengaku tertipu 
oleh Bank Indonesia terkait biaya talangan untuk Bank Century.

Demikian dikatakan pengajar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia, 
Effendi Ghazali, Jumat (15/1) di Jakarta.

Pernyataan tertipu dari Sri Mulyani menjadi salah satu kesaksian Kalla di depan 
Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century, Kamis lalu. Pernyataan ini, 
kata Kalla, disampaikan Sri Mulyani saat bertemu dengannya pada 30 September 
2009.

Ketika memutuskan memberikan dana talangan (bail out) Bank Century pada 21 
November 2008, Sri Mulyani mengaku mendapatkan informasi dari BI, biaya yang 
dibutuhkan Rp 632 miliar. Namun, belakangan menjadi Rp 6,7 triliun.

 

Kalla juga mengaku heran atas biaya bail out yang ternyata melonjak lebih dari 
1.000 persen. "Bagaimana cara mengukurnya? Kok, meleset sampai 10 kali lipat," 
tanyanya.

Ketika bersaksi di depan Pansus, Rabu lalu, Sri Mulyani tidak menyatakan 
perasan tertipu ini. Namun, dia mengaku tidak puas dengan data yang diberikan 
BI terkait biaya bail out. Dia juga menegaskan hanya bertanggung jawab atas 
biaya bail out Rp 632 miliar.

 

Mantan Gubernur BI Boediono, di depan Pansus, Selasa, menuturkan, perubahan 
biaya bail out dikarenakan adanya perubahan dan ditemukannya data baru di Bank 
Century.

Pertanyaannya, data apa yang ditemukan dan berubah di Bank Century dan apa 
sebabnya? Juga apakah BI tak curiga dengan perubahan itu karena membuat biaya 
bail out meleset jauh dari perkiraan awal? Juga mengapa bank itu terus 
digelontor dana oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga 24 Juli 2009.

Padahal, seperti disampaikan mantan Deputi Gubernur BI Aulia T Pohan ketika 
bersaksi di Pansus pada 5 Januari 2010, pemilik Bank Century, Robert Tantular, 
dikenal sebagai bankir nakal, bandel, dan juga lihai.

Menurut Sri Mulyani, lonjakan biaya bail out, antara lain, karena ada surat 
berharga yang macet di bank itu. Temuan itu baru diterima Sri Mulyani mulai 24 
November 2008 atau sesudah ada putusan bail out.

Padahal, kata Kalla, menyimpan surat berharga bodong adalah salah satu cara 
merampok bank. Cara lain, seperti memiliki kredit fiktif atau melarikan uang 
bail out ke luar negeri.

Effendi menilai, Pansus tinggal mencari penyebab lonjakan biaya bail out secara 
lebih detail. Sebab, itu disinyalir bagian dari cara merampok Bank Century.

"Pansus juga tinggal mencari, ke mana aliran dana bail out dari Bank Century? 
Siapa yang menerima uang itu," kata Effendi lagi. Langkah itu akan menjawab 
berbagai pertanyaan, seperti apakah bail out itu terkait dengan pembiayaan 
politik di Indonesia?

 

Yang jelas, seperti disampaikan Boni Hargens, pengajar Ilmu Politik Universitas 
Indonesia, sekarang korupsi tak hanya dilakukan dengan mengambil uang secara 
langsung. Namun, juga dengan memainkan kebijakan dan aturan. (m hernowo) 



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Repotnya Urus Sampah

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/04040193/repotnya.urus.sampah


Tangerang Selatan, Kompas - Pemerintah Kota Tangerang Selatan kewalahan 
menangani sampah rumah tangga dan pasar yang terus menumpuk. Pekan kedua 
setelah dihentikannya armada pengangkut sampah oleh Pemerintah Kabupaten 
Tangerang, sampah menumpuk di sejumlah titik.

Pengamatan Kompas pada Jumat (15/1), sampah masih menumpuk di Jalan Buaran, 
Serpong, tepatnya sebelum Perumahan Serpong Terrace. Tumpukan sampah juga 
terlihat di Jalan Pahlawan sebelum Perumahan Sinar Pamulang Indah dan Jalan 
Pamulang Raya.

Di Ciputat, sampah menumpuk di beberapa titik, terutama di pinggir jalan dan 
pasar. Tumpukan sampah terlihat di Jalan Otto Iskandardinata, Dewi Sartika, 
Juanda, dan KH Dewantara. Sampah juga terlihat menumpuk di Pasar Cimanggis, 
baik di sisi kiri maupun kanan jalan di pasar itu, serta lahan pembuangan 
sampah (LPS) Pasar Ciputat di Jalan Aria Putra.

Tak ada TPA

Salah satu pengelola sampah Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman 
Pemerintah Kota Tangerang Selatan membenarkan kewalahan membuang sampah. 
"Memang, armada pengangkutan sampah kami sangat terbatas. Namun, 
pengangkutannya masih bisa diupayakan untuk mengangkut sampah. Masalahnya, 
tempat pembuangan itu tidak ada," papar petugas itu.

Nardi, penjual buah dan koran di sekitar lahan LPS dekat Giant Pamulang, 
membenarkan sampah di tempat itu baru diangkut dua hari lalu. Sebelumnya, 
sampah sempat menumpuk karena tak terangkut sehingga memunculkan bau tak sedap.

Hal ini terjadi karena sejak ada persoalan tempat pembuangan akhir (TPA) 
sampah, LPS ini hanya melayani sampah yang dibawa armada pengangkut sampah 
milik pemerintah kota. "Kendaraan lain tidak diperkenankan membuang sampah di 
sini," kata petugas LPS Pamulang.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan hanya memiliki lahan TPA Cipeucang, Serpong. 
Kini kondisi TPA itu tidak terawat sehingga tidak bisa digunakan dengan 
maksimal.

Catatan Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Pemerintah Kota Tangerang 
Selatan, volume sampah yang bisa diangkut di wilayah pemekaran itu hanya 600 
meter kubik per hari dari total sampah yang diperkirakan mencapai 3.000 meter 
kubik. Namun, truk pengangkut sampah yang tersedia hanya sembilan unit.

Asisten Daerah II Bidang Pembangunan dan Perekonomian Pemerintah Kota Tangerang 
Selatan Sudrajat menjelaskan, pihaknya sedang membuat surat permohonan kerja 
sama pembuangan sampah dengan Kabupaten Tangerang. "Suratnya sudah dibuat dan 
tinggal ditandatangani," ujarnya. (PIN/TRI)



[Forum-Pembaca-KOMPAS] China-Google Masih Alot

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/03152732/china-google.masih.alot


Beijing, Jumat - China menyatakan ancaman Google untuk hengkang dari China tak 
akan memengaruhi hubungan dagang China-Amerika Serikat. Namun, China terus 
mendesak Google agar menuruti hukum yang berlaku di China setelah Google 
menyatakan tidak akan tunduk pada badan sensor yang selama ini gencar menyensor.

Perusahaan AS yang menggunakan moto tidak resmi "Jangan Jahat" ini menyatakan 
dapat menghentikan operasi mesin pencari di China dan mungkin akan menutup 
kantornya di pasar terbesar dunia menurut jumlah pengguna internet tersebut.

"Apa pun keputusan dari Google, hal itu tidak akan memengaruhi hubungan dagang 
dan ekonomi antara China dan AS. Kedua negara memiliki saluran hubungan 
komunikasi beragam. Kami yakin akan ada perkembangan hubungan yang sehat antara 
China dan AS," kata juru bicara Kementerian Perdagangan, Yao Jian, di Beijing, 
Jumat (15/1). Belakangan, AS dan China terus bersaing dalam perdagangan. Banjir 
ekspor China ke AS membuat defisit perdagangan AS semakin dalam.

Pada reaksi perdana Beijing, Kamis lalu, seorang juru bicara dari Kementerian 
Luar Negeri menegaskan, internet China terbuka, tetapi dia juga membela sistem 
sensor dan mengatakan bahwa perusahaan asing harus tunduk pada hukum. Yao 
sekali lagi menegaskan pernyataan itu, dan mengatakan bahwa perusahaan asing 
yang beroperasi di China harus menghormati hukum, kepentingan umum, kultur, 
serta tradisi di negara tempat mereka beroperasi. Selain itu, mereka juga harus 
turut ambil bagian dalam tanggung jawab sosial.

"China tengah beralih dari ekonomi terencana menjadi ekonomi pasar sosialis. 
Stabilitas dan pembangunan merupakan prioritas utama kami pada tahapan sekarang 
ini. Google harus membuat pilihan tepat mengenai masa depannya. Pembangunan 
China akan membawa keuntungan bagi negara dan perusahaan yang beroperasi di 
situ," ujar Yao lagi.

AS mendukung keputusan Google yang tidak lagi sepaham dengan sistem sensor 
China. Pemerintah AS menyatakan, isu itu berkaitan dengan kepentingan ekonomi 
dan arus informasi. Washington meminta penjelasan dari Beijing.

Washington telah lama khawatir tentang program mata-mata cyber.

Berkembang pesat

Populasi pengguna internet di China merupakan nomor satu di dunia. Naik hampir 
30 persen tahun lalu menjadi 384 juta orang. Kenaikan itu terjadi karena 
melonjaknya orang yang berselancar di dunia maya dengan telepon seluler, naik 
dua kali lipat.

Pertumbuhan sebanyak 28,9 persen tahun lalu memang di bawah pertumbuhan sebesar 
41 persen pada tahun 2008. Akan tetapi, tetap saja terjadi pertumbuhan pengguna 
internet yang sangat cepat di China walaupun pemerintah melakukan sensor.

Jumlah orang yang online melalui telepon seluler naik 106 persen menjadi 233 
juta. Kenaikan tersebut dimotori oleh keluarnya jasa 3G yang mendukung produk 
video dan produk web lainnya. Perdagangan online pada tahun 2009 total senilai 
250 miliar yuan atau 37 miliar dollar AS.

Walaupun Google sedang bertarung dengan China, rivalnya, Microsoft, mengatakan 
tidak merencanakan menarik diri dari pasar China. "Saya tidak mengerti 
bagaimana hal itu (keluar dari China) membantu kami, membantu China," ujar 
Steve Ballmer, CEO dari produsen perangkat lunak terbesar di dunia itu.

Microsoft berharap pada mesin pencarinya, Bing, di China. Bing hanya memiliki 
pangsa pasar kecil saja di China, tetapi akan mendapat banyak keuntungan jika 
Google keluar dari China. Pesaing berat Bing lainnya adalah Baidu. 
(AP/AFP/Reuters/joe)



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Belajar dari India

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh IVAN A HADAR

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/02434358/belajar.dari.india



Menjelang tahun 2010, setiap pejabat negara setingkat menteri serta pemimpin 
lembaga tinggi negara diberi mobil mewah Toyota Crown Royal Saloon 3.000 cc. 
Terasa ironis sebab waktu pemberian mobil bertenaga besar dan boros BBM itu 
nyaris bersamaan dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa 
Indonesia bertekad mereduksi emisi karbon hingga 26 persen pada 2020. Juga 
ironis mengingat tekad pemerintah untuk berhemat.

Menurut Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, penggantian mobil dinas 
seharga 1,3 miliar rupiah per unit itu dianggarkan dalam APBN 2009 sesuai 
dengan program pemerintah yang telah disetujui DPR periode lalu. Ada dugaan, 
anggaran mobil dinas itu mungkin diambil dari subsidi pemerintah bagi rakyat 
miskin. Ya, semacam pelimpahan anggaran, berupa pengurangan subsidi untuk 
dianggarkan menjadi fasilitas pejabat negara (Kompas, 30/12/2009).

Banyak yang menyesali dan merasa "kado akhir tahun" untuk para menteri dan 
pejabat tinggi negara ini melukai rasa keadilan, terutama bagi mereka yang 
selama ini berkubang dalam kemiskinan. Kenyataannya, masih lebih dari 35 juta 
rakyat negeri ini tergolong miskin. Penganggur pun masih sangat banyak. 
Kesenjangan melebar pula, terlihat dari kemerosotan indeks pembangunan manusia 
(IPM), dari posisi ke-109 (dari 179 negara) pada 2008 menjadi ke-111 pada 2009. 
Anjloknya IPM menunjukkan bahwa kualitas kesehatan, pendidikan, dan pendapatan 
per kapita sebuah negara memburuk.

Berbarengan dengan berita itu, wartawan Kompas dalam "Laporan dari India" 
menulis keteladanan pemimpin India yang menjadi perekat harmoni sosial. Para 
pemimpin negeri Mahatma Ghandi ini, termasuk presidennya, tetap menggunakan 
mobil buatan dalam negeri. Juga tak ada kemegahan kantor-kantor pemerintahan 
karena yang dipentingkan adalah fungsi (Kompas, 29/12/2009).

Kelompok miskin pedesaan

Pada Pemilu 2009, Partai Kongres India meraih suara terbanyak berkat sebuah 
program jaminan pekerjaan bagi kelompok miskin pedesaan. Program yang dimulai 
pada tahun 2005 dengan nama National Rural Employment Guarantee Act 2005 
(NREGA) ini memberikan jamin pekerjaan (fisik) kepada semua rumah tangga di 
daerah pedesaan selama 100 hari per tahun.

Di mancanegara memang terdapat cukup banyak contoh program sejenis. Bedanya, 
NREGA berangkat dari tingginya kemauan politik pemerintah—berupa jaminan 
hukum—serta didasari pada kebutuhan riil masyarakat. Panchayat, lembaga 
pedesaan yang anggotanya dipilih secara demokratis, mengembangkan kerangka 
pengadaan kerja sehingga dananya tidak jatuh ke tangan pengusaha. Gaji pun 
diberikan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata tingkat 
gaji di pasar tenaga kerja.

Manfaat program ini sangat dirasakan rakyat miskin pedesaan, yang biasanya 
terpaksa menerima pekerjaan apa saja dengan tingkat gaji di bawah standar. 
Dampak positif lain: perbaikan mendasar infrastruktur pedesaan dan berkurangnya 
arus urbanisasi. Di Negara Bagian Bihar, NREGA berhasil memobilisasi sekitar 44 
persen penduduknya (3 juta jiwa) yang berasal dari 7.500 desa untuk menanam 
lebih dari satu miliar pohon dalam waktu tiga tahun. Sebuah pencapaian puncak 
yang menjadi rekor dunia.

Program ini mendahulukan mereka yang berada pada strata terbawah orang miskin, 
terutama lansia, mereka yang cacat, dan janda. Satu kelompok terdiri atas empat 
keluarga; mereka diwajibkan menanam 200 pohon, termasuk pohon buah-buahan, dan 
merawatnya selama tiga tahun. Mereka memperoleh gaji ketika pada akhir tahun 
ketiga 90 persen pohon bertahan hidup. Dalam aturan NREGA, setiap pekerja 
dibayar 2 dollar AS per hari selama 100 hari dalam satu tahun.

Keberhasilan NREGA adalah membuat Komnas Pengusaha Informal India melakukan 
penelitian dan mengajukan rekomendasi kepada pemerintah federal untuk 
menerapkan program sejenis di daerah perkotaan.

Permulaan

Harus diakui, NREGA barulah sebuah permulaan dalam upaya memberantas 
kemiskinan. Bagi sebuah negara besar seperti India, dan juga Indonesia, 
persoalan yang dihadapi terbilang kompleks. Namun, arah kebijakan yang jelas 
adalah sebuah keharusan. Beberapa dasawarsa lalu pembagian pemilikan tanah 
secara merata menjadi salah satu pekerjaan rumah besar dalam upaya memberantas 
kemiskinan di pedesaan. Kini persoalannya semakin menjelimet mencakup penerapan 
jaring pengaman sosial, pemberian akses ke pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Pendidikan dan keterampilan menjadi sangat penting untuk membuka akses bagi 
penghasilan orang miskin. Menurut Amartya Sen, daripada memacu pertumbuhan 
makroekonomi, pemerintah sebaiknya memerhatikan persyaratan yang lebih adil 
terkait pembukaan lapangan kerja dan gaji bagi orang miskin yang dijamin oleh 
undang-undang.

Seruan penanaman satu miliar pohon per tahun yang disampaikan Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono baru-baru ini ditanggapi skeptis oleh banyak kalangan. 
Pengalaman selama ini: imba

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tsunami Peradaban

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Zubaidah Djohar

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/04245573/tsunami.peradaban


Aceh kembali dihantam tsunami. Bukan ombak yang menyapu seluruh kota dan 
penduduknya, tetapi tsunami peradaban. Tsunami yang menghancurkan martabat Aceh 
sekaligus pembuktian telah terjadi kejahatan kemanusiaan di Aceh.

Tiga oknum Wilayatul Hisbah (WH) diduga memerkosa seorang perempuan yang diduga 
berkhalwat di Langsa pada Jumat (8/1) dini hari (Serambi Indonesia/SI, 10/1). 
Dugaan itu pun mendapat jawabannya dua hari kemudian. Dalam proses penyidikan 
Kepolisian Resor Langsa, salah seorang pelaku mengakuinya.

Kasus-kasus pun kembali nyata membentang di depan kita dan mempertanyakan 
kualitas WH, bahkan makna hadirnya lembaga ini. Masih di kota yang sama, pada 
pertengahan 2009 seorang anggota WH diduga melakukan tindakan asusila. Sebagai 
bentuk protes warga, baju dinasnya dipajang berhari-hari di pinggir jalan 
protokol kota itu (SI, 12/1/2010). Seorang anggota WH di Nagan Raya terancam 
dipecat karena terlibat kasus sabu (SI, 14/1/2009).

 

Simbolisasi akut

Realitas di atas begitu kontras dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam 
ajaran Islam yang lantang berbicara keadilan, persamaan, kemaslahatan, 
perdamaian, kesejahteraan, kebijaksanaan, dan inspirasi kehidupan. Nyatanya, 
pemerkosaan justru dilakukan oleh orang yang seharusnya menjaga kemaslahatan 
dan keamanan umat.

Keadaan yang kontras di antara realitas dari prinsip-prinsip Islam sesungguhnya 
menunjukkan syariat Islam di Aceh tengah memasuki tahap hanya sebagai simbol.

Sejak sembilan tahun penerapan syariat Islam di Aceh, yang lebih kental adalah 
nuansa razia daripada peningkatan kesejahteraan dan keamanan warga. Razia itu 
pun berlaku untuk kalangan rentan, dan kelompok rentan itu adalah perempuan. 
Penertiban tubuh perempuan seolah menjadi simbol tengah berlakunya syariat 
Islam di Aceh.

Contohnya, Januari ini diberlakukan hukum potong celana bagi perempuan 
bercelana ketat di Aceh Barat. Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat semakin 
turun. Kematian ibu melahirkan tertinggi di Indonesia adalah Aceh (SI, 
15/11/2009), rumah korban konflik dan tsunami belum terealisasi dengan baik 
(SI, 11/1/2010), korupsi semakin mengakar hingga ke pelosok kampung (SI, 
29/12/2009), banjir hampir di seluruh wilayah Aceh akibat pembangunan tidak 
bersahabat dengan alam (SI, 3/1/2010), kekerasan seksual terhadap perempuan dan 
anak meningkat (SI, 15/7/2009), begitu juga dengan kekerasan dalam rumah tangga 
(SI, 3/11/2009).

Temuan penelitian Aceh Institute (2008) menunjukkan, perempuan korban kekerasan 
seksual semasa konflik masih belum tertangani pemulihan kesejahteraan dan 
martabatnya serta mengalami kesehatan reproduksi yang buruk. Mereka tetap hidup 
dalam kemiskinan materi dan pengetahuan-keterampilan.

 

Lima dimensi

Tentu kita semua tidak ingin menjadi orang yang ahli dalam mengingkari indahnya 
Islam. Karena itu, untuk menjadikan syariat Islam di Aceh sebagai rahmatan 
lil'alamin, perlu upaya sungguh-sungguh dari semua elemen sipil dan pemerintah 
di Aceh, terutama kalangan ulama dan tokoh adat, untuk mengkaji ulang dan 
merefleksikan penerapan syariat di Aceh.

Dalam salah satu diskusi rutin Aceh Institute yang saya hadiri pada pengujung 
2009, pakar hukum Islam Aceh, Prof Dr Syahrizal, menawarkan refleksi dengan 
memerhatikan lima dimensi.

Pertama, apakah produk undang-undang atau qanun yang dilahirkan sampai ke 
kabupaten-desa? Kedua, kualitas; apakah qanun sudah menjamin kepastian hukum, 
keamanan, dan kenyamanan masyarakat? Ketiga, implementasi qanun, apakah 
masyarakat sudah mapan secara kognitif? Keempat, aspek aparat penegak hukum, 
apakah sudah memiliki kesadaran hukum dan sumber daya manusia andal dan 
berperspektif adil-setara? Begitu pula dengan sarana dan prasarana pendukung 
kinerja aparat. Kelima, aspek partisipasi masyarakat. Hal terakhir ini cukup 
mampu memengaruhi kualitas produk hukum yang dihasilkan kemudian.

Memerhatikan kelima aspek itu dan menyadari realitas yang ada, dapat 
disimpulkan keberadaan lembaga WH dan kualitas produk hukum perlu dikaji ulang. 
Proses kajian yang dimulai dengan perencanaannya perlu melibatkan perempuan dan 
memerhatikan aspek kemanusiaan perempuan. Ini bukan persoalan hafal Al Quran 
dan lulus pesantren, tetapi bagaimana makna ajaran Islam mampu menjadi rahmat 
bagi seluruh alam, termasuk bagi perempuan.

Bersyariatlah kita dengan makna dan kualitas, bukan polesan dan simbolisasi 
belaka. Saatnya Aceh berbenah karena sudah terlalu lama tenggelam dalam konflik 
dan bencana tsunami.

Mengambil momentum perubahan dan kebangkitan Aceh melalui penghargaan terhadap 
tubuh perempuan dalam bersyariat adalah rahmat. Sebuah pelajaran berharga bagi 
daerah dan negara mana pun yang tidak atau yang tengah dan akan "bersyar'i".

Zubaidah Djohar Peneliti Aceh Institute dan Fasilitator Training Tema 
Kebudayaan dan Perdamaian di Aceh



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Lebih Cepat, Lebih Baik, Lebih Murah

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Andi Suruji

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/16/0253373/lebih.cepat.lebih.baik.lebih.murah



Judul tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mengingatkan Anda tentang slogan 
kampanye dalam pemilu presiden tahun lalu. Namun, slogan "lebih cepat, lebih 
baik, dan lebih murah" saya yakin semua sepakat bahwa itulah prinsip dan kunci 
keunggulan China sehingga produk-produknya menjadi yang ditakuti semua orang 
dan perekonomiannya semakin meraksasa.

Baru saja kita baca, China sudah menempati urutan pertama di dunia ini sebagai 
negara eksportir terbesar, mengalahkan Jerman. Kita di sini pun banyak 
pontang-panting, terbirit-birit, bahkan seperti lari tunggang-langgang 
menghadapi serbuan produk China. Ketika berbagai regulasi penghambat masuknya 
barang China saja para pengusaha sudah kelabakan menghadapinya, apalagi kalau 
semua hambatan tarif sudah dihapuskan.

Ketika bertemu dengan pejabat-pejabat Kedutaan Besar China di Jakarta beberapa 
waktu lalu, mereka mengatakan janganlah melihat satu sisi saja dari perdagangan 
bebas itu. Perdagangan bebas selalu bermata dua, di satu sisi membuka peluang 
untuk masuk pasar mereka, di sisi lain memang memberi tantangan agar kita 
meningkatkan kapasitas, kemampuan, dan daya saing.

Begitu banyak potensi pasar yang juga bisa digarap Indonesia di China. "Contoh 
sederhana, berapa banyak penduduk China yang kian meningkat kemampuannya 
berwisata ke Indonesia. Persoalannya, hanya sedikit di antara mereka itu yang 
mengenal Indonesia," kata mereka.

Di sinilah titik krusial persoalan perdagangan bebas tersebut. Perdagangan 
bebas itu tentu tidak datang tiba-tiba seperti banjir bandang, tanah longsor, 
gempa bumi yang sering kita alami. Langkah itu sudah diproses begitu lama, 
sejak sekitar 10 tahun silam. Permasalahannya, China mengerjakan semua 
pekerjaan rumahnya, bergerak lebih cepat, sementara kita tenang-tenang saja. 
Memang sering diomongkan, tetapi sebatas diomongkan.

Sementara China bergerak lebih gesit, melaju lebih cepat untuk menyediakan 
infrastruktur secara masif sehingga mobilitas penduduk dan distribusi barang di 
dalam negeri menjadi lebih lancar dan lebih cepat. Tentu saja hal itu juga 
berlaku bagi lalu lintas barang yang mereka impor dan ekspor.

Ketika kita, misalnya, masih berkutat berdebat soal energi sebagai salah satu 
penyebab mahalnya biaya berbisnis dan memproduksi barang, China sudah maju 
beribu langkah menyiapkan antisipasi sumber-sumber energi alternatif untuk masa 
depan yang sangat jauh. China kini sudah memasuki tahap menyiapkan energi 
nuklir, misalnya, sehingga suatu saat nanti China tidak akan tergantung pada 
impor batu bara, semisal dari Indonesia.

China juga lebih cepat menggenjot kapasitas produksi domestiknya. Seorang 
pengusaha yang baru saja berkunjung dan bertemu eksekutif-eksekutif bisnis 
ataupun pengambil kebijakan publik di China tak henti-hentinya memuji 
langkah-langkah China. Uang negara digelontorkan ke daerah untuk membangun 
infrastrukturnya. Daerah bertanggung jawab dan berlomba mengembangkan 
infrastrukturnya, berpacu menarik investasi.

Badan usaha milik negara juga disuntik modal untuk membangun kapasitasnya, 
memproduksi barang semaksimal mungkin. Badan usaha swasta yang memproduksi 
produk strategis juga didukung penuh dengan berbagai fasilitas untuk 
meningkatkan kapasitas dan mutu produknya.

Belum lagi soal buruh yang kompetitif, baik produktivitasnya maupun tingkat 
upahnya, seperti banyak diceritakan pengusaha. Birokrasi di China, terutama di 
kawasan-kawasan pengembangan bisnis, sungguh menyenangkan. Untuk melayani 
investor asing, tenaga-tenaga pelayanan adiministratif level paling bawah pun 
bahkan dilatih di luar negeri, atau pelatih dari luar negeri didatangkan untuk 
melatih mereka agar memahami sikap, kultur, dan kebutuhan investor. Pendeknya, 
investor yang masuk ke suatu kawasan pengembangan bisnis dibuat sedemikian 
nyaman karena diberi jaminan keamanan dan kepastian berusaha. Masuknya investor 
juga membawa teknologi, yang kemudian dikembangkan sendiri oleh China.

Di level makro, Pemerintah China dan bank sentralnya bekerja sama erat untuk 
mempertahankan tingkat inflasi yang wajar, mempertahankan kurs atau nilai tukar 
mata uangnya agar tidak berfluktuasi bebas seperti kurs rupiah yang sering kali 
tak ubahnya roller coaster. Tingkat suku bunga perbankan di negara itu juga 
sangat rendah, hampir dua kali lipat lebih murah ketimbang suku bunga di 
Indonesia.

Semua itu membuat ekonomi China termasuk produknya menjadi semakin kompetitif. 
Akhirnya, produk China menjadi lebih baik mutunya dan lebih murah harganya.

Lantas kita melihat semua itu dengan " rasa iri" dan bertanya mengapa tidak ada 
gerakan demikian di negara kita. Setelah itu, seperti biasa, cepat-cepat kita 
mencari kambing hitam atas kekalahan dan kelemahan kita. Ya, salah satunya 
kambing hitam itu adalah barang China banyak diselundupkan masuk.

Lha, bukan salah barang China itu kalau diselundupkan oleh para penyelundup.

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dropadi... Oh... Dropa di

2010-01-16 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Samuel Mulia

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/17/03501163/dropadiohdropa.di



Saya bukan ahli pewayangan, sama sekali tidak. Pernah sekali waktu saya menulis 
tentang tokoh pewayangan yang diasumsikan jahat, seorang teman mengirim SMS dan 
mengatakan saya mesti lebih banyak membaca tentang pewayangan. Saya tidak 
mengerti maksud nasihat itu. Apa artikel itu salah, apa kurang dalam, sama 
sekali saya tak tahu.

Sekarang saya terinspirasi lagi seorang tokoh bernama Dropadi, Drupadi, atau 
Draupadi. Semoga kali ini tak ada yang mengirimkan SMS seperti itu. Tentang 
Dropadi, ada hal yang menarik dari kacamata saya yang bukan ahli pewayangan, 
bukan ahli ini dan ahli itu, tetapi manusia biasa dengan IQ biasa-biasa saja 
yang mampu membuat manusia bernama kepala sekolah menghina tingkat intelektual 
saya di depan umum.

Menghina I

Sebuah sayembara dibuat Dewi Dropadi. Sasaran di tengah arena dan harus dipanah 
dengan tepat peserta sayembara, yaitu para ksatria terkemuka di seluruh penjuru 
daratan Bharatawarsha (India Kuno), termasuk Karna dan Salya. Hadiahnya? Dewi 
Dropadi akan menjadi istri sang juara. Luar biasa, saya belum pernah melihat 
lomba hadiah utamanya seperti itu. Saya pun tak pernah melihat orang cari jodoh 
dengan cara itu. Sang Dewi sudah berpikir out of the box.

Singkat cerita, yang berhasil jadi pemenang Karna. Namun, sejuta sayang, 
Dropadi menolak dengan alasan tidak mau menikah dengan putra seorang kusir. 
Nah, itu yang membuat saya bingung.

Seingat saya soal status peserta tak pernah dimasukkan sebagai persyaratan 
sayembara, kok tiba-tiba bisa membuat persyaratan dadakan. Mungkin saya tak 
membaca cermat atau memang tak mengerti karena IQ saya pas. Pas untuk dihina, 
maksudnya.

Sayembara ini hanya ditujukan bagi para ksatria. Nah, ksatria itu ada yang 
miskin, ada yang kaya, atau yang kelihatan miskin seperti Arjuna yang saat 
mengikuti sayembara tidak berpakaian sebagai ksatria, malah keluar jadi 
pemenang dan mendapat Sang Dewi.

Saya tertarik pada pelecehan yang dilakukan Dropadi, manusia terpandang dari 
kalangan papan atas. Pertama, melanggar aturan main sendiri; kedua, 
mempermalukan orang di depan umum yang membuat Bung Karna naik pitam.

Jadi, memang benar kalau sampai sekarang aturan dibuat untuk dilanggar, 
termasuk oleh mereka yang di papan atas, ningrat dan terpandang, dan yang 
berpendidikan tinggi. Ternyata pendidikan dan "jenis golongan darah" tak 
menjamin apa-apa.

Lanjut ke menghina II

Saat Yudistira menyelenggarakan upacara Rajasuya di Indraprastha, seluruh 
ksatria di penjuru Bharatawarsha diundang hadir, termasuk Duryodana dan 
Dursasana. Keduanya terkagum-kagum dengan suasana balairung Istana 
Indraprastha. Mereka tidak menyadari di tengah istana terdapat kolam yang 
airnya begitu jernih sehingga tidak tampak seperti kolam. Saat menikmati 
indahnya istana, Duryodana dan Dursasana tercebur ke dalam kolam itu.

Kejadian itu membuat Dropadi tertawa terbahak-bahak. Manusia yang ditertawai 
malunya setengah mati dan tak bisa melupakan penghinaan itu. Cerita ini membuat 
saya merenung lagi. Setelah menghina Karna, sekarang menghina dua orang lagi. 
Saya sampai berpikir, apakah perempuan ini memang hobinya menghina sesama?

Dari kejadian macam itu saya berpikir, apa hebatnya kalau orang masih punya 
kekurangan dan kelebihan? Kalau begitu adanya, mengapa di dunia perlu ada 
istilah winner dan looser? Lha wong kalau mau dicek dan ricek, yang winner juga 
menjadi looser pada waktu bersamaan.

Tak terbayangkan, Arjuna mau menikahi perempuan yang melihat status, ketampanan 
fisik, hobi menghina, dan sak enak udelnya sendiri. "Itu bedanya Arjuna dan 
kamu," kata nurani saya. Saya langsung membalas. "Saya ini tak tertarik pada 
perempuan." Eh… nurani saya masih cerewet. "Memang lo kate laki kagak gitu 
juga?" Saya langsung menyambar, "Memang lo pikir gue suka laki?"

Kalau dicermati, TKP dari penghinaan-penghinaan Dropadi bukan di tempat 
tertutup, tetapi justru di depan umum. Tidakkah itu perilaku yang jauh dari 
santun? Dilakukan pribadi terpandang pula. Apakah menghina itu pantasnya 
dilakukan di ruang publik?

Puluhan tahun lalu, semasa duduk di SMP, saya trenyuh melihat film India 
mengenai penelanjangan Dropadi. Waktu itu saya belum membaca kisah penghinaan 
yang dilakukan perempuan ini, jadi saya membenci Dursasana, instead of nyukurin 
Dropadi.

Apakah tindakan tak senonoh yang diterima Dropadi di depan umum sebetulnya 
tuaian atas apa yang dia tabur selama ini? Bisakah Dropadi juga merasakan 
bagaimana tak enaknya dihina dan dipermalukan plus ditertawai sebelum mengumbar 
sumpah emosional? Apakah penghinaan terhadap perempuan oleh pria akan menjadi 
lebih nelongso, mentrenyuhkan batin dan butuh pengertian, ketimbang perempuan 
yang menghina pria?

Sosok Dropadi sukses mengingatkan saya untuk tidak menilai dan mengagumi orang 
berlebihan. Siapa pun mereka, selalu memiliki sisi gelap dan terang. Pahlawan 
kek, looser kek, pelacur, presiden, Kumba

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Din Syamsudin Enggan Komentari Fatwa Haram "Rebonding"

2010-01-17 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin enggan 
mengomentari hasil batsul mastail Forum Santri Putri Se-Jawa Timur yang digelar 
di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur pekan lalu. 

Seperti diketahui, hasil forum tersebut telah menyimpulkan pelurusan rambut 
(rebonding), foto pranikah (pre wedding), dan wanita menjadi tukang ojek telah 
dikeluarkan Forum Santri Putri se-Jawa Timur. Forum yang mengharamkan dan 
melarang beberapa hal itu dihadiri 258 peserta yang berasal dari 46 pondok 
pesantren besar di Jawa Timur. Forum juga diikuti dua pondok pesantren besar di 
Jawa Tengah. 

"Tidak usahlah," elak Din Syamsuddin menolak berkomentar saat ditemui di forum 
Silaturahim Nasional Keluarga Besar Pondok Modern Gontor, Jakarta, Minggu 
(17/1/2010) di Jakarta Convention Center. Din Syamsudin yang enggan 
mengomentari hal tersebut memilih diam dan langsung masuk ruangan. 

Tidak hanya Din, tokoh-tokoh Islam dan dari partai Islam enggan mengomentari 
soal keputusan itu. Misalnya, Tifatul Sembiring yang menjabat sebagai 
Menkominfo juga mengelak untuk mengomentari hal tersebut. Ia menyarankan agar 
tanggapan soal kontroversi tiga hal itu sebaiknya jangan berasal dari dirinya. 
"Jangan tanya saya. Tanya saja ke ulama-ulama yang ada di dalam," ujar mantan 
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu. (Persda Network/YON)

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/17/17383674/Din.Syamsudin.Enggan.Komentari.Fatwa.Haram..quot.Rebonding.quot.



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Alibaba Kecam Yahoo soal Perselisihan Google

2010-01-18 Terurut Topik Agus Hamonangan
Shanghai, Sabtu - Yahoo akhirnya tersangkut dengan perseteruan antara China dan 
Google. Mitra usahanya di China, penjual online terbesar Alibaba, mengecam 
dukungan Yahoo terhadap Google.

Alibaba Group mengatakan, Yahoo telah ceroboh karena berkomentar dan mendukung 
Google. Yahoo memiliki 40 persen saham Alibaba. Sementara itu, juru bicara 
Google menyangkal telah memutuskan menutup situs google.cn.

"Alibaba Group telah berkomunikasi dengan Yahoo. Bahwa pernyataan Yahoo yang 
memihak Google pekan lalu merupakan hal yang ceroboh," demikian pernyataan 
Alibaba Group, Sabtu (16/1). Sebelumnya, Yahoo menyatakan sepakat dan mendukung 
posisi Google bahwa serangan terhadap jaringan perusahaan tersebut benar-benar 
sangat mengganggu. Selain itu, kekerasan terhadap privasi para pengguna 
internet juga merupakan sesuatu yang harus dihindari. Hal itu terjadi satu hari 
setelah Google mengumumkan kemungkinan mereka akan keluar dari pasar China 
setelah mengalami serangan cyber besar- besaran pada jaringannya yang akhirnya 
menyebabkan pencurian hak intelektualnya. Google mengatakan juga tidak akan 
menyensor lagi isi pada mesin pencari berbahasa China, google.cn, dan akan 
berupaya untuk bernegosiasi menciptakan mesin pencari yang tidak disensor atau 
keluar dari pasar China.

Juru bicara Google, Sabtu lalu, menyanggah laporan China yang menyatakan Google 
telah memutuskan untuk keluar. Mereka juga menyangkal para karyawannya telah 
diminta untuk meninggalkan perusahaan tersebut.

Dikatakan juga, tidak tahu apakah anggota stafnya yang berasal dari China telah 
ditolak kode aksesnya, seperti diungkapkan beberapa blogger. Ia hanya katakan, 
Google masih memindai sistemnya setelah penyerangan itu.

Hubungan renggang

Alibaba yang memiliki Taobao, peritel online terbesar China dan situs 
e-commerce terbesar Alibaba.com, memiliki hubungan kurang baik dengan Yahoo 
sejak CEO Yahoo Jerry Yang lengser.

Yahoo menginvestasikan 1 miliar dollar AS di Alibaba Group pada 2005 dan 
mendapatkan 40 persen saham Alibaba. Yahoo lalu menjual sebagian sahamnya akhir 
tahun lalu dan membuat para eksekutif Alibaba yang hendak merayakan hari 
jadinya yang ke-10 terkejut. Diyakini, Alibaba menginginkan Yahoo menjual 
sahamnya kepada grup yang lebih besar, tetapi Yahoo mengatakan Alibaba 
merupakan investasi pentingnya di China.

Satu sumber mengatakan, Yahoo mengetahui mereka akan menjadi target serangan 
cyber China terhadap korporasi Amerika Serikat sebelum Google memperingatkan. 
Namun, Yahoo memilih tetap diam hingga Google, lawan terbesarnya, mengungkapkan 
hal itu kepada publik.

(AFP/joe)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/18/03274518/alibaba.kecam.yahoo.soal.perselisihan.google



[Forum-Pembaca-KOMPAS] MUI: Foto "Pre Wedding" Masih Boleh

2010-01-18 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum 
mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Hal tersebut 
ditegaskan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni'am Sholeh, ketika 
dihubungi Kompas.com di Jakarta, Minggu (17/1/2010).

"Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa 
selama tidak melanggar ketentuan syar'i," ujar Ni'am. Dengan demikian, dia 
mengatakan bahwa pengambilan foto untuk pre wedding tidak dilarang. "Foto pre 
wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali 
jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak boleh," tandasnya.

Seperti diberitakan, Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3), dari hasil 
bahtsul masail beberapa waktu lalu, menetapkan hukum haram terhadap pemotretan 
pre wedding. Hal ini berlaku bagi pasangan calon mempelai yang akan menikah dan 
fotografer yang mengambil gambarnya. Fatwa tersebut juga mengharamkan rebonding 
rambut karena dianggap dapat memicu timbulnya kemaksiatan.

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/17/12181070/MUI:.Foto..quot.Pre.Wedding.quot..Masih.Boleh.



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hotma Marbun Pangdam Cenderawasih Papua

2010-01-18 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAYAPURA, KOMPAS.com - Mayor Jenderal Hotma Marbun, Senin (18/1/2010), resmi 
menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Papua 
menggantikan Mayjen Azmyn Yusri Nasution. Serah terima jabatan dipimpin Kepala 
Staf Angkatan Darat Jenderal George Toisutta. 

Dalam upacara militer itu juga Gubernur Papua Barnabas Suebu, Gubernur Papua 
Barat Abraham O Atururi, Ketua Majelis Rakyat Papua Agus Alua, serta sejumlah 
muspida di tanah Papua. 

Kepala Staf TNI AD, Jenderal George Toisutta mengatakan wilayah Kodam 
Cenderawasih memiliki karakteristik yang khas. Ia merinci kondisi geografis 
berupa hutan luas dan lebat serta garis pantai yang panjang dengan 
sarana-prasarana perhubungan yang terbatas merupakan faktor kerawanan 
tersendiri. Wilayah Kodam Cenderawasih juga memiliki daerah perbatasan dengan 
Negara Papua Niugini yang kerap dimanfaatkan pelintas batas dan oknum untuk 
mencuri kekayaan Papua. Dirinci, aksi itu di antaranya illegal logging dan 
illegal fishing. 

George Toisutta mengetahui betul karakter Papua karena pernah menjabat sebagai 
Pangdam Cenderawasih beberapa tahun lalu. Karenanya, ia berpesan agar Pangdam 
Hotma Marbun yang sebelumnya menjabat Asisten Operasi KASAD, menciptakan 
kondisi Papua yang kondusif bagi masyarakat. 

"Kemanunggalan TNI-masyarakat jangan sebatas slogan.Harus konkrit agar 
masyarakat merasa terbantu dan terlindungi oleh TNI," ucap Toisutta yang sempat 
ikut menari-nari bersama penari usai upacara. Sekadar informasi, Mayjen Azmyn 
Yusri Nasution akan menjabat Komandan Pusat Teritorial TNI AD.

http://regional.kompas.com/read/2010/01/18/07071662/Hotma.Marbun.Pangdam.Cenderawasih.Papua



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Penculikan Bayi Meningkat

2010-01-18 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Bayi pasangan Murtanti dan Edi Sugianto sudah kembali setelah 
seminggu diculik dari Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Namun, Dwi Setyowati 
dan Muhammad Yahron masih harus menunggu entah sampai kapan. Kasus penculikan 
bayi meningkat tajam.

Sampai kini, penculik bayi Dwi-Yahron dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota 
Semarang, Jawa Tengah, masih raib. Bayi itu diculik tiga bulan lalu.

Seperti pasangan Dwi-Yahron, banyak orangtua lain berharap-harap cemas dalam 
penantian. Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak mencatat, kecenderungan 
penculikan bayi di tempat bersalin meningkat dua tahun terakhir.

Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, pekan lalu, 
mengungkapkan, apabila pada 2008 dilaporkan 72 kasus penculikan bayi di 
Jabodetabek—12 di antaranya terjadi di tempat persalinan—tahun 2009 terjadi 102 
kasus dengan 26 penculikan berlangsung di tempat persalinan. "Kebanyakan karena 
ada keterlibatan orang dalam," kata dia.

Dari total 38 kasus penculikan bayi di tempat bersalin, yang dapat ditemukan 
baru delapan bayi. Umumnya kasus terungkap lewat keterangan saksi atau dari 
warga yang curiga ada bayi tiba-tiba muncul di lingkungan mereka.

Pada penculikan di Puskesmas Kembangan, kasus terkuak berkat laporan bidan Khul 
Yatun dan Sri Lestari, karyawan puskesmas itu. Polisi telah menangkap bidan 
honorer sebagai tersangka penculik, pekan lalu. Namun, 30 kasus sisanya masih 
gelap sampai sekarang. Kasus-kasus ini sulit dilacak karena ketiadaan informasi 
awal.

Kepolisian Resor Semarang Selatan juga menemui jalan buntu karena minimnya 
saksi dan petunjuk. Kepala Polres Semarang Selatan Ajun Komisaris Besar 
Nurcholis, Jumat (15/1), mengatakan, satu-satunya saksi adalah Eka (18). Siswa 
sekolah perawat yang sedang magang itu menyerahkan bayi kepada pelaku yang 
mengaku saudara Dwi. Eka sempat depresi sehingga sulit bersaksi.

Pada awal Desember, polisi telah menemukan bayi laki-laki dengan ciri-ciri 
mirip bayi Dwi di Banjarnegara, tetapi uji DNA dan cek darah menunjukkan bayi 
itu bukan anak Dwi-Yahron.

Berdasarkan data dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah, dari 15 kasus penculikan 
bayi, anak, dan dewasa tahun 2007, 10 kasus dapat diselesaikan. Pada 
Januari-Oktober 2008, dari 17 kasus hanya 10 yang selesai.

Direktur Reserse Kriminal Polda Jateng Komisaris Besar Edy Mulyono menjamin, 
polisi terus menindaklanjuti kasus-kasus yang belum terungkap.

Banyak motif

Menurut Afrinaldi, pengungkap beberapa kasus sindikat perdagangan bayi dan 
bekerja di Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 
penculikan sama saja dengan trafficking: memindahkan paksa kekuasaan sah 
terhadap anak kepada pihak lain. Yang berbeda motifnya, bisa pribadi atau 
sindikasi.

"Disebut trafficking bila akhirnya korban dieksploitasi, misalnya dijadikan 
buruh atau pekerja seks. Disebut adopsi ilegal bila bayi diangkat dan diasuh 
sebagai anak," kata dia.

Pemicunya bisa beragam, mulai dari sosial hingga ekonomi. Pada kasus Kembangan, 
sebagai contoh, motifnya adalah pribadi karena ketakutan terhadap sanksi 
sosial. "Dalam budaya kita, perempuan sering dituduh sebagai penyebab 
ketidakhadiran anak sehingga dilakukanlah hal-hal di luar batas agar diakui 
sebagai perempuan normal," ujar Afrinaldi.

Meski undang-undang memungkinkan adopsi secara legal, banyak orang yang tak 
paham atau tak siap mengikuti persyaratannya. "Misalnya, alasan mengangkat anak 
harus demi kepentingan anak, bukan untuk membahagiakan suami atau mengelola 
warisan," tutur dia.

Sindikasi biasanya bermotif ekonomi dengan perempuan miskin sebagai korban. 
Mereka ditipu dan diancam sehingga terpaksa menyerahkan anaknya. Pada kasus 
Rosdiana yang dibongkar Afrinaldi, pelaku tak hanya bekerja sama dengan petugas 
tempat bersalin, tetapi juga mengintimidasi perempuan yang tak punya biaya 
bersalin dan mengasuh anak.

Bayi dijual hingga Rp 20 juta, sementara ibunya hanya mendapat biaya pemulihan 
paling banyak Rp 1,5 juta.

Sindikat perdagangan anak terus ada walau sebagian sudah tertangkap. 
Pemberitaan Kompas sepanjang tahun 2000-2010 menunjukkan, sindikat banyak 
beroperasi di daerah perbatasan dengan Malaysia, misalnya di Tanjung Balai 
Karimun, Batam, dan Medan. Sindikat di Sarawak mencari korban di Pontianak dan 
sekitarnya. Yang beroperasi di Jakarta, Semarang, dan Surabaya juga tak kurang. 
Mereka berkedok tempat bersalin atau penampungan anak.

"Pemahaman jender serta pemenuhan hak dan kewajiban, baik konsumen, lembaga 
pelayanan kesehatan, maupun pemerintah, adalah kunci untuk memerangi kejahatan 
ini," tutur Afrinaldi.

Pembelajaran

Setelah kejadian penculikan, Puskesmas Kembangan dan RSUD Semarang berupaya 
memperketat pengamanan. Puskesmas Kembangan menempatkan petugas keamanan di 
pintu masuk dan para perawatnya sekarang berseragam lengkap.

Di RSUD Semarang, pengunjung masih bebas masuk-keluar di luar jam besuk meski 
ada penjaga. Di bangsal bersalin, pengunjung dapat langsung menuj

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mubarok: Ucapan Buyung Tak Etis

2010-01-18 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/18/03163357/mubarok.ucapan.buyung.tak.etis


Jakarta, Kompas - Keinginan dari sejumlah tokoh agar Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono mengambil alih tanggung jawab atas pengucuran dana talangan senilai 
Rp 6,7 triliun ke Bank Century mendapat tanggapan pro dan kontra dari beberapa 
tokoh, Minggu (17/1).

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Achmad Mubarok menilai ucapan 
advokat Adnan Buyung Nasution yang mengharuskan Yudhoyono mengambil tanggung 
jawab kebijakan penalangan (bail out) Bank Century sebagai kebijakan pemerintah 
tidak etis.

"Sebagai gagasan boleh saja. Namun, gagasan yang dikemukakan Pak Buyung kepada 
media itu tidak etis meskipun katanya beliau baru saja selesai menjadi anggota 
Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden). Kalau langsung (disampaikan), tidak 
akan ada distorsi dari substansi yang dikemukakannya," ujar Mubarok yang 
dihubungi di Jakarta, Minggu.

Mubarok mengemukakan, belakangan ini banyak sekali orang yang mengharuskan 
Yudhoyono melakukan "ini dan itu" terkait dengan Bank Century. "SBY itu 
pemimpin yang hati-hati dan mengutamakan harmoni. Yakinlah SBY akan mengambil 
keputusan setelah permasalahan menjadi jelas. Sekarang ini belum," tutur 
Mubarok.

Menurut dia, apa saja yang dilakukan Yudhoyono saat ini terkait Bank Century 
dikritik, termasuk ungkapan keprihatinannya atas jalannya Panitia Khusus DPR 
tentang Hak Angket Bank Century. "Ini terjadi karena kepentingan politisi di 
DPR berbeda-beda. Ada yang berpikiran panjang, lima tahunan, dan ada yang 
berpikiran hari ini," ujarnya.

Mubarok menduga apa yang dilakukan politisi di DPR merupakan upaya untuk 
menurunkan Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Terkait dengan Bank Century, Mubarok minta agar tidak banyak lagi ditengok 
karena sudah menjadi bagian dari masa lalu Indonesia. Kalau masih kerap 
menengok masa lalu, perlu juga ditengok masalah pengucuran dana BLBI dan 
Soeharto.

Sementara Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Anas Urbaningrum berharap 
Yudhoyono tidak didesak untuk berbuat di luar kewenangannya dalam kasus Bank 
Century.

Presiden harus mendengarkan aspirasi masyarakat madani yang menginginkan 
Presiden menindak tegas pelaku, baik pelaku utama maupun pembantu, yang membuat 
kasus Bank Century terjadi (Kompas, 17/1).

Menurut Anas, sikap Yudhoyono dalam kasus ini dapat dilihat dari sejumlah 
pernyataannya. Misalnya, Yudhoyono sudah menyatakan, kebijakan menetapkan Bank 
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan kemudian menyuntikkan 
penyertaan modal sementara adalah untuk mencegah krisis perbankan, bahkan 
krisis ekonomi. Sebab, saat itu ada krisis ekonomi global.

Yudhoyono, lanjut Anas, juga sudah menegaskan, proses hukum harus berjalan jika 
ditemukan tindak pidana dalam pemberian dana talangan kepada Bank Century. 
Yudhoyono juga menyambut baik angket kasus Bank Century agar dapat dituntaskan 
secara transparan dan akuntabel.

Perlu klarifikasi Presiden

Sementara itu pengajar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Zainal Arifin 
Mochtar, menilai, Pansus perlu meminta keterangan dari Yudhoyono karena ada 
sejumlah persoalan yang perlu diklarifikasi dari Presiden. Misalnya tentang 
kehadiran Marsillam Simandjuntak, Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan 
Program Reformasi, dan pernyataan Sri Mulyani jika dia mengirimkan 
pemberitahuan soal penalangan Bank Century kepada Presiden.

Sementara itu anggota Pansus dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, 
menyatakan, partainya tetap akan membongkar kasus ini. Menurut dia, siapa pun 
pengambil kebijakan, kalau bersalah, harus lengser dari jabatannya.

Ketua Pansus Idrus Marham menegaskan, "Apakah Presiden akan melakukan itu 
(mengambil alih tanggung jawab) atau tidak, Pansus harus tetap ada dan 
berjalan. Terima kasih atas saran Bang Buyung. Ini artinya kerja Pansus DPR 
dipantau dan memberikan hasil yang penting."

Menurut Idrus lagi, Pansus sudah menjadwalkan rencana mempertemukan tiga pihak, 
yaitu mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, mantan Gubernur Bank 
Indonesia yang juga Wakil Presiden RI Boediono, dan Menteri Keuangan Sri 
Mulyani Indrawati pada pekan pertama Februari.

Dilanjutkan

Proses meminta keterangan oleh Pansus dilanjutkan hari ini, Senin. Pagi hari, 
Pansus mengundang Deputi Gubernur Senior BI Darmin Nasution dan Kepala Badan 
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Keuangan Fuad Rahmany. 
Sore harinya hingga malam, Pansus mengundang Marsillam.

Selasa (19/1) siang, Pansus mengundang Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin 
Simpanan (LPS) Firdaus Djaelani dan Komisioner LPS Roedjito. Rabu (20/1), 
Pansus mengundang mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris 
Jenderal Susno Duadji.

Mantan Ketua MPR Amien Rais mengingatkan, jangan sampai Pansus terpecah 
memperdebatkan soal etika bertanya.

Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso kemarin mengatakan, Golkar tidak 
akan mencopot Bambang Soesatyo dari Pansus.


[Forum-Pembaca-KOMPAS] Berbagi Tugas, Presiden ke Madiun, Wapres di Jakarta

2010-01-18 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com  - Kunjungan kerja ke daerah sepertinya diatur bergantian 
dan saling melengkapi antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil 
Presiden Boediono.  

Kalau Jumat-Sabtu, akhir pekan lalu, Wapres Boediono baru saja melakukan 
kunjungan selama dua hari ke Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) dan Kalimantan 
Selatan (Kalsel), kali ini, Senin (18/1/2010) hingga Selasa (19/1/2010) besok, 
Presiden Yudhoyono melakukan berkunjung ke Madiun, Jawa Timur.

Pukul 08.00 pagi ini, rombongan Presiden Yudhoyono meninggalkan Bandar Udara 
Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.  

Kemudian, jika kemarin Boediono melakukan sejumlah kegiatan seperti menemui 
siswa-siswi beserta guru Sekolah Menengah Umum (SMU), meninjau dan menyaksikan 
penyerahan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri serta 
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan berdialog dengan para pimpinan daerah Se-Provinsi 
Kaltim dan Kalsel, kini Presiden Yudhoyono berbeda.  

Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan meninjau mobil dan rumah pintar yang 
menjadi program Solidaritas Istri-istri Kabinet Indonesia Bersatu (Sikib), 
serta meresmikan sejumlah proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan bertemu dengan 
Asosiasi Pimpinan Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia (Apkasi).

Terkait dengan hal itu, sejumlah menteri seperti Menko Kesra Agung Laksono, 
Menteri PU Djoko Kirmanto dan menteri Dalam Negeri diperkirakan tidak akan ada 
di Jakarta karena akan menemani Presiden.  

Boediono hari ini dijadwalkan akan membuka pelatihan calon notaris di sebuah 
hotel berbintang di belakang Polda Metro Jaya. Selanjutnya, Bordiono memimpin 
rapat terbatas soal pembangunan receiving terminal gas alam cari (LNG) di 
Istana Wapres serta rapat tentang PLTA Asahan III di tempat yang sama.

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/18/08024291/Berbagi.Tugas..Presiden.ke.Madiun..Wapres.di.Jakarta.



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mengejar Pasar sampai ke China

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Djisman Simandjuntak

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/18/03211762/mengejar.pasar.sampai.ke.china


Dalam kontras dengan keraguan atau bahkan perlawanan terhadap Kawasan 
Perdagangan Bebas ASEAN-China di antara aneka kalangan di Indonesia, pesta 
meriah digelar, 7-9 Januari 2010 di Nanning, Guangxi, oleh Pemerintah China 
dengan menghadirkan tamu-tamu pejabat dan pengamat dari Asia Tenggara.

Dukungan terhadap Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN- China (ACFTA) menggema di 
acara itu. Eric Mashkin, pemenang Nobel Ekonomi 2007, memang menekankan 
perdagangan bebas bukan obat mujarab. Keberhasilannya bagi setiap negara dan 
kelompok ditentukan reformasi domestik. Namun, pesta itu memancarkan suasana 
optimistik. Tak henti-henti para pembicara menyebut, ACFTA adalah kawasan 
perdagangan regional terbesar di dunia dengan penduduk 1,9 miliar dan 
pertumbuhan pendapatan tertinggi.

Perdagangan Indonesia-China, yang tahun 1998 ditandai surplus Indonesia, 
mengalami pembalikan memprihatinkan. Tahun 2008 ekspor China ke Indonesia sudah 
melebihi impornya dengan 20 persen. Dalam barang-barang yang mendominasi 
perdagangan dunia ekspor China ke Indonesia sebagai kelipatan impor tidak 
kurang dari 2,35 untuk barang kimia, 3,9 untuk hasil industri pengolahan dasar, 
3,4 untuk mesin dan alat pengangkutan dan telekomunikasi, serta 6,9 untuk 
hasil-hasil aneka industri.

Bahwa kelipatan itu 0,04 dalam bahan mentah nonpangan, 0,35 dalam bahan bakar 
fosil, dan 0,001 dalam minyak nabati, adalah hiburan kecil saja. Kebangkitan 
China menjadi negara niaga kedua terbesar dunia setelah hibernasi sekitar 550 
tahun menimbulkan ombak dan riak yang menghempas kuat di Indonesia. Namun, 
angka itu tidak membenarkan strategi burung unta.

Impor ”murah” bukanlah kerugian berbobot mati. Bagi konsumen ia 
mendatangkan keuntungan kesejahteraan, terutama konsumen pendapatan rendah. 
Bahwa rakyat miskin Indonesia mampu membeli pesawat seluler, komputer, dan 
permainan komputer, untuk sebagian adalah karena impor ”murah” dari China.

Bahwa impor itu tidak dapat dibayar terus-menerus dengan devisa asal pengurasan 
alam, utang luar negeri, dan investasi asing di Indonesia, adalah pengetahuan 
umum. Cepat atau lambat ekspor adalah imperatif bagi ekonomi yang mengimpor. 
Masalah perdagangan Indonesia-China terletak tidak dalam lonjakan impor 
Indonesia, tetapi kemandekan ekspor.

Jika lonjakan impor dipandang sebagai masalah, ACFTA tak serta-merta harus 
dikambinghitamkan. Margin preferensi yang disediakan Indonesia dalam ACFTA 
tipis, yaitu selisih tarif most favored nation (MFN) dengan tarif ACFTA. Tarif 
MFN terapan Indonesia sudah turun menjadi 8,5 persen untuk hasil pertanian dan 
6,7 persen untuk nonpertanian berkat maraton deregulasi sejak 1986.

Hanya 2,7 persen posisi tarif Indonesia yang masih dilindungi dengan bea masuk 
di atas 15 persen. Bebas bea MFN bahkan berlaku bagi hampir 24 persen posisi. 
Lagi pula, margin tipis belum tentu dimanfaatkan pengimpor karena tingkatnya 
kecil, tak terpenuhinya persyaratan kandungan lokal bagi sertifikasi keterangan 
asal barang, dan biaya sertifikat jika persyaratan kandungan lokal dipenuhi. 
Pemacu ekspor China ke Indonesia adalah biaya rendah yang sulit ditandingi, 
pengalihan ekspor beberapa negara, seperti Jepang, Korsel, dan Taiwan ke China.

Sekitar setengah ekspor China adalah ”ekspor pengolahan” yang pada 
gilirannya sekitar 80 persen dikuasai perusahaan asing. Di pihak lain impor 
Indonesia dari China dihela juga pertumbuhan ekonomi yang lumayan kuat dan 
persaingan yang menajam di pasar Indonesia di buritan krisis 1998 yang memaksa 
produsen, distributor, dan pengecer memburu harga rendah.

Sekali lagi patut ditekankan, defisit Indonesia dalam perdagangan dengan China 
adalah bagian dari mukjizat perniagaan China yang berskala global daripada 
regional seperti ACFTA. Mukjizat itulah yang sering disebut sebagai peristiwa 
terpenting pada ujung abad ke-20 dan awal abad ke-21. Dua tahun sejak 
pengumuman ”Empat Modernisasi RRC” 1978 pangsa China dalam ekspor dunia 
hanya 0,89 persen, sementara Indonesia 1,1 persen.

Sejak itu pangsa Indonesia turun terus menjadi 0,86 persen pada 2008 meskipun 
membaik jadi 0,97 persen dalam sembilan bulan pertama 2009, sementara pangsa 
China naik terus jadi 8,9 persen dan 9,2 persen. Pertanyaan besar yang harus 
dijawab Indonesia adalah replikasi mukjizat perniagaan China. Kebijakan 
perdagangan yang bertolak dari pembatasan impor seperti tersirat dalam kritik 
terhadap ACFTA cepat atau lambat akan bermuara dalam implosi.

Pelajaran penting

Memenangi hati konsumen China sudah menjadi ramuan wajib bagi terpeliharanya 
kemakmuran banyak bangsa. Dengan pangsa dalam impor dunia yang naik dari 0,89 
persen pada 1980 menjadi 6,9 persen pada 2008 dan 7,5 persen dalam sembilan 
bulan pertama 2009, China adalah pasar yang lukratif dan tidak tergantikan, 
terutama bagi negara yang berikhtiar melomba seperti Indonesia.

Dalam sejarah perdag

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pahlawan dan Visi Kemanusiaan

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Otto Gusti

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/18/0237306/pahlawan.dan.visi.kemanusiaan



”Weh dem Land, das Helden noetig hat”â€"”Kasihan bangsa yang membutuhkan 
para pahlawan.” (Bertolt Brecht)

Peringatan sastrawan Jerman ini merupakan awasan kritis bagi bangsa Indonesia 
di tengah euforia diskursus seputar kriteria penetapan pahlawan nasional 
pascakematian mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pertanyaan 
yang perlu direfleksikan secara mendalam, siapa membutuhkan para pahlawan dan 
mengapa.

Setelah beberapa partai politik dan organisasi kemasyarakatan menganjurkan agar 
Gus Dur lekas dinobatkan menjadi pahlawan nasional, muncul wacana lanjutan 
supaya mantan Presiden Soeharto pun diberi gelar pahlawan nasional (Lukman 
Hakim Saifuddin, Kompas, 13/01/2010).

Rekonsiliasi

Saifuddin menyetujui usulan pengangkatan Soeharto menjadi pahlawan nasional 
atas pertimbangan yuridis formal dan rekon- siliasi terhadap persoalan masa 
lalu. Secara yuridis, Gus Dur memiliki cacat karena pernah diberhentikan dari 
jabatan presiden berdasarkan Ketetapan (TAP) MPR NO II/MPR/2001. Dalihnya, Gus 
Dur yang memiliki beban hukum masa lalu saja layak menjadi pahlawan nasional, 
tentu Soeharto dalam posisi bebas dari segala cacat hukum tak memiliki ganjalan 
apa pun untuk memperoleh gelar kehormatan tersebut.

Selain alasan yuridis formal, rekonsiliasi bangsa dipandang sebagai argumentasi 
fundamental penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Bangsa yang besar 
adalah bangsa yang tahu menghormati perjuangan para pahlawannya. Namun, 
karakter bangsa besar juga perlu dibangun atas dasar kejujuran dan nilai-nilai 
kemanusiaan universal. Karena itu, tidak kuat dalih Saifuddin, ”terhadap 
tokoh-tokoh yang sudah meninggal itu, kita cukup mengingat jasa-jasanya sebagai 
sumber inspirasi ke depan”, dan tidak mempersoalkan ”khilaf yang sempat 
mereka lakukan”.

Khilaf yang sempat dilakukan oleh Soeharto bukan sekadar dosa pribadi, tetapi 
sebuah kejahatan sistematis negara atas warganya. Untuk itu, pengungkapan 
kejahatan kemanusiaan masa lalu yang melibatkan orang nomor satu Orde Baru ini 
perlu dilakukan secara fair dan terbuka sebelum dinobatkan menjadi pahlawan 
nasional. Bangsa Indonesia secara moral juga bertanggung jawab menegakkan 
keadilan bagi para korban kekerasan terhadap kemanusiaan, seperti dalam 
peristiwa G30S/PKI, pendudukan Timor Timur, peristiwa Tanjung Priok, hingga 
pembantaian dan pemerkosaan warga Indonesia keturunan Tionghoa pada Oktober 
1998.

Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa besar yang belajar dari kekhilafan masa 
silamnya jika berani membongkar kekelaman masa lalu itu dan menemukan kebenaran 
historis di dalamnya. Rekonsiliasi hanya mungkin kalau kebenaran sejarah 
terkuak dan keadilan bagi para korban kejahatan kemanusiaan ditegakkan.

Untuk mengetahui apakah mantan Presiden Soeharto memang secara yuridis formal 
sungguh tanpa cacat, itu perlu diuji pada produk hukum yang tidak bertentangan 
dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. Hukum dengan roh Orde Baru tidak 
dapat dijadikan patokan karena rezim Orba dibangun atas kekuasaan represif dan 
doktrin Hobbesian, yaitu auctoritas non veritas facit legem (kekuasaanlah, 
bukan kebenaran, menciptakan hukum).

Visi Brecht

Awasan Bertolt Brecht tersebut adalah catatan kritis bagi bangsa Indonesia 
dalam membaca konsep kepahlawanan dan segala bentuk heroisme. Brecht hidup 
ketika Jerman berada di bawah cengkeraman rezim totalitarian Nazi pimpinan 
Adolf Hitler. Brecht menyaksikan bagaimana setiap warga Jerman diwajibkan 
membela dan mempertahankan kebesaran negaranya. Banyak anak muda lantaran 
keluguan dan kepolosan dengan suka rela ikut berperang mempertahankan kebesaran 
negaranya.

Pada tataran etis terjadi apa yang oleh filsuf Friedrich Nietzsche disebutkan 
sebagai ”penjungkirbalikkan nilai-nilai” (Umwertung aller Werte). Bagi 
keba- nyakan orang, perbedaan antara kebaikan dan kejahatan menjadi kabur. 
Orang tidak sanggup merasa prihatin atau bahkan tidak merasa aneh sedikit pun 
jika tetangganya yang hanya karena keturunan Yahudi dikejar, ditahan, disiksa 
sebelum akhirnya dibinasakan di kamp konsentrasi. Dalam sistem politik 
totalitarian Nazi, seorang Eichman tidak dapat dikatakan penjahat perang, 
tetapi pahlawan bangsa.

Usulan menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional tidak dapat diajukan hanya 
atas dasar pertimbangan nasionalisme dan heroisme sempit. Validitasnya perlu 
diuji di hadapan nilai-nilai kemanusiaan universal. Jika tidak, kasihan bangsa 
Indonesia yang membutuhkan para pahlawan yang selalu mengorbankan anak 
bangsanya sendiri!

Otto Gusti Doktor Filsafat Lulusan Hochschule fuer Philosophie Muenchen, 
Jerman; Dosen di STFK Ledalero, Maumere



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden: Politik Tidak Sehat

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/02462424/presiden.politik.tidak.sehat


MADIUN, KOMPAS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai suasana politik yang 
berkembang sekarang cenderung tidak sehat, yang bisa berdampak pada 
ketidakstabilan sektor ekonomi.

Presiden mengungkap penilaian ini menyusul beredarnya isu pergantian Menteri 
Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait dengan kasus Bank Century.

Presiden menyatakan hal ini dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional Ke-IV 
Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Madiun, Jawa Timur, 
Selasa (19/1).

”Suasana politik menjadi aneh dan cenderung tidak sehat, misalnya munculnya 
kembali intrik, politik adu domba, fitnah, dan fiksi dalam artian yang tidak 
ada menjadi ada,” tutur Presiden.

Tiga kali Presiden menyebut kata ”yang tidak ada menjadi ada”. Ini sebagai 
penegasan atas berkembangnya suasana politik fiksi.

Politik fiksi dan politik adu domba yang disebutkan Presiden ini mengacu pada 
isu pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani.

”Isu itu mengadu domba Menteri Keuangan dengan Presiden. Selain itu mengadu 
domba Menteri Keuangan dengan seseorang bernama AA, saya tidak tahu siapa AA 
itu, yang disebut akan menggantikannya. Kemudian isu itu katanya berasal dari 
sumber di Partai Golkar, artinya mengadu domba juga Presiden dengan Ketua Umum 
Partai Golkar Aburizal Bakrie. Luar biasa, kreatif, tetapi kreativitas yang 
buruk,” paparnya.

Presiden menyatakan kaget karena isu itu sudah sampai ke luar negeri. Isu yang 
menurut Presiden bisa mengganggu stabilitas ekonomi. ”Yang terjadi dengan 
adanya isu itu, sudah muncul sekarang kemungkinan spekulan bekerja yang 
mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah. Sebelum saya ke sini (Pendapa 
Kabupaten Madiun), sudah masuk SMS ke saya yang isinya diminta mewaspadai 
dinamika di tingkat pasar ini,” kata Presiden.

Sementara itu, kemarin sejumlah menteri menanggapi tentang pergantian menteri 
dalam kabinet pada hari ke-100 masa pemerintahan Yudhoyono. Menteri Pertanian 
Suswono, dari Partai Keadilan Sejahtera, mengaku siap jika memang Presiden 
melakukan perubahan.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengaku tidak yakin ada 
pergantian menteri.

Koalisi tidak efisien

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Taufiq Kurniawan 
menegaskan, PAN tetap akan memperkuat koalisinya dengan Partai Demokrat.

Peneliti Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta kemarin 
mengatakan, baru menjelang 100 hari koalisi partai politik pendukung pemerintah 
berjalan, gejala tidak efisien dan tidak solidnya koalisi sudah sangat terasa, 
seperti yang terlihat dalam kasus Bank Century. Masing-masing partai anggota 
koalisi berjalan sesuai kepentingan rasionalnya yang berbeda-beda. 
(apa/mzw/nwo/har)



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sulit Menertibkan Rumah Sakit

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Direktur Jenderal Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan Farid 
Wadji Husein mengakui masih longgarnya keamanan di rumah sakit, Senin (18/1). 
Pihaknya mengimbau rumah sakit agar meningkatkan kehati-hatian. ”Kami segera 
mengirim surat kepada para pimpinan rumah sakit agar berhati-hati dan waspada 
terhadap kasus-kasus penculikan itu dan meningkatkan keamanan,” ujarnya.

Kelonggaran tersebut terjadi, biasanya, karena pihak rumah sakit kadang 
khawatir dikatakan kurang manusiawi dan tidak ingin pasien mengeluhkan hal itu. 
Sebagai contoh, terkadang rumah sakit tidak disiplin menerapkan peraturan 
seputar pembesukan pasien.

Padahal, peraturan tersebut dibuat guna mengontrol masuk-keluarnya pengunjung 
dengan tujuan agar pasien dapat beristirahat. Farid mengaku menemui kesulitan 
menertibkan semua rumah sakit agar berdisiplin menegakkan aturan. Untuk itu 
dibutuhkan kerja sama yang baik antara rumah sakit dan pasien.

Didesain rumah sakit

Terkait keamanan, pemerintah memang memberikan panduan, tetapi sistem keamanan 
di setiap rumah sakit didesain dan dikembangkan oleh rumah sakit sendiri sesuai 
kebutuhan serta kondisi masing-masing.

Kapasitas dan status kepemilikan rumah sakit saat ini amat beragam sehingga 
peraturan tersebut tidak dapat diseragamkan.

Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) sekaligus Direktur 
RS Kanker Dharmais Sutoto mengatakan, pada masa mendatang diperlukan standar 
minimal keamanan di rumah sakit.

Untuk persalinan, misalnya, perlu ada standar operasional minimal mulai dari 
pengambilan hingga perawatan bayi selama di rumah sakit.

Terlebih lagi, ada saran model pelayanan rawat gabung ibu dan anak. Di tengah 
kondisi lelah dan lemah pascamelahirkan, kewaspadaan ibu tentu menurun sehingga 
diperlukan prosedur pengamanan yang lebih baik.

Berseragam lengkap

Sementara itu, rumah sakit harus konsekuen menerapkan prosedurnya, termasuk 
kedisiplinan agar staf yang bertugas berseragam lengkap dan mengenakan tanda 
identitas.

Rumah sakit juga harus lebih disiplin dalam menerima kunjungan ke pasien. 
Disiplin jam besuk dan hubungan pengunjung dengan pasien harus jelas.

Beberapa kasus yang terjadi, pengunjung berkeras menengok pasien dengan 
berbagai alasan. Akibat khawatir dituding melanggar hak dan tidak 
berperikemanusiaan, akhirnya pengunjung dibolehkan masuk di luar jam besuk yang 
ditetapkan.

Dalam waktu dekat, Persi akan mengadakan seminar dan workshop mengenai keamanan 
pasien di rumah sakit. Lewat kegiatan tersebut diharapkan rumah sakit yang 
selama ini secara sendiri-sendiri mengembangkan sistem keamanannya dapat 
berbagi pengalaman dengan yang lainnya sehingga bisa didapatkan praktik 
terbaik. Hasilnya, dapat dikembangkan menjadi standar minimal yang bisa 
diadopsi semua rumah sakit. (INE)


http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/02520819/sulit.menertibkan.rumah.sakit



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mabes Polri: Soal Susno Selesai

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Markas Besar Kepolisian Negara RI menyatakan, persoalan 
kesaksian Komisaris Jenderal Susno Duadji dalam persidangan perkara pembunuhan 
Nasrudin Zulkarnaen dengan terdakwa Antasari Azhar sudah dianggap selesai. 
Namun, model penyelesaian yang diambil hanya untuk konsumsi internal polisi.

Hal itu ditegaskan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Eduard 
Aritonang, Senin (18/1) petang, seusai rapat dengan Kepala Polri Jenderal (Pol) 
Bambang Hendarso Danuri.

”Soal kehadiran Susno, Polri bentuk tim, satu tim yang terdiri dari sub-sub 
tim, ada yang klarifikasi, dan ada yang rumuskan pemeriksaan saksi-saksi,” 
kata Eduard.

Ia membantah bahwa kedua tim itu cermin dari perpecahan di kepolisian. Oleh 
karena itu, tambah Eduard, untuk menjaga soliditas kepolisian, hasil kedua tim 
itu hanya untuk konsumsi internal kepolisian.

”Kedua tim ini sudah melaporkan hasilnya kepada Pak Kapolri. Dari pembahasan 
laporan masing-masing tim, kami informasikan bahwa terhadap peristiwa ini 
(kesaksian Susno) telah diambil langkah-langkah secara internal Polri. Untuk 
kepentingan soliditas, langkah yang dimaksud tidak kami beberkan, cukup untuk 
konsumsi internal Polri,” kata Eduard.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional, Novel Ali, mengatakan, pengumuman Mabes 
Polri itu wajar jika kemudian mengundang kontroversi baru sebab keterbukaan 
adalah tuntutan demokrasi pada umumnya. Terlebih, masyarakat saat ini menuntut 
kepolisian yang demokratik. ”Kapolri perlu mengambil alih tanggung jawab atas 
semua risiko akibat pengumuman hasil tim penyelesaian kasus Susno,” kata 
Novel.

Eduard mengatakan, setelah ini, Polri akan menyosialisasikan hasil itu kepada 
semua jajaran Polri dalam rangka menjaga soliditas itu. Dengan demikian, Polri 
hanya menyosialisasikan hasil penyelesaian itu kepada jajaran polisi, bukan 
kepada publik.

Hal ini berbeda ketika di awal persoalan tersebut mengemuka. Ketika Susno hadir 
di persidangan Antasari, Kamis (7/1) siang, pada petang harinya, Divisi Humas 
Polri langsung menggelar jumpa pers. Dalam jumpa pers itu, dengan gamblang 
disebutkan, Susno diindikasikan meninggalkan jam dinas tanpa izin. (SF)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/0428061/mabes.polri.soal.susno.selesai



[Forum-Pembaca-KOMPAS] 1,9 Persen Penduduk Indonesia Pakai Narkoba

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Sebanyak 1,9 persen atau sekitar 3,1 hingga 3,6 juta penduduk 
Indonesia diperkirakan menjadi pengguna narkoba. Adapun di DKI Jakarta 
diperkirakan 278.449 jiwa hingga 294.539 jiwa dari seluruh penduduk DKI Jakarta 
atau 4,1 persen penduduk pada tahun 2008 menggunakan narkoba.

Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam edaran pers, Senin (18/1), menjelaskan, 
pada tahun 2010, diperkirakan ada 316.000 hingga 335.000 jiwa pengguna 
narkotika. Dari jumlah ini, pengguna sabu mencapai 24,6 persen. Dengan kata 
lain, satu dari empat penyalahguna narkotika di DKI Jakarta adalah pengguna 
sabu.

Jika angka prevalensi tersebut (24,6 persen) dikonversikan ke populasi penduduk 
di DKI Jakarta, 8.513.385 jiwa pada Maret 2009, diperkirakan jumlah 
penyalahguna narkotika sabu di Jakarta mencapai 0,81 hingga 0,85 persen dari 
penduduk DKI Jakarta. Itu berarti dari 1.000 penduduk Jakarta, 8 orang adalah 
pencandu narkotika jenis sabu.

Angka prevalensi mencerminkan besaran penyalahgunaan narkotika di satu wilayah 
atau risiko seseorang yang tinggal di satu wilayah untuk terpapar menjadi 
penyalahguna narkotika. Semakin tinggi prevalensinya, semakin banyak penduduk 
yang menggunakan narkotika.

Edaran pers itu diberikan untuk meralat berita Kompas (16/1) dari Kepala Bagian 
Represif Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Ajun Komisaris Besar Sigit 
Gumantyo, yang mengutip data dari Badan Narkotika Nasional, tentang jumlah 
pencandu sabu di DKI Jakarta saat ini sekitar tujuh juta orang.

Dalam berita disimpulkan dari 100 warga Jakarta, 6 orang di antaranya 
mengonsumsi narkoba. ”Jakarta masih yang tertinggi di Indonesia, diikuti 
Yogyakarta sekitar 2,6 juta orang, dan Maluku sekitar 1 juta orang,” tutur 
Sigit Gumantyo.

Perhitungan polisi, jika tiap pembeli mengonsumsi 1 gram sabu, sabu sebanyak 12 
kg akan mengancam 12.000 orang.

(ONG)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/03200345/19.persen.penduduk.indonesia.pakai.narkoba



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Polisi Harus Tindak Perusak Rumah Ibadah

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia meminta polisi menindak 
tegas pelaku perusakan rumah ibadah yang terjadi di berbagai daerah di 
Indonesia. Selama ini polisi terkesan membiarkan terjadinya perusakan rumah 
ibadah itu.

Ketua Komnas HAM Ifdal Kasim, Senin (18/1), saat diskusi dengan Koalisi 
Masyarakat Sipil, mengatakan, tindakan tegas polisi dibutuhkan untuk 
menghentikan perusakan rumah ibadah yang masih terjadi hingga saat ini. 
”Polisi harus tegas menyikapi perusakan rumah ibadah. Kalau dibiarkan, tentu 
perusakan akan terus berlanjut,” ucap Ifdal.

Data yang dikeluarkan The Wahid Institute menunjukkan ada 25 kasus pembatasan 
rumah ibadah oleh masyarakat sepanjang tahun 2009. Pembatasan rumah ibadah itu 
antara lain perusakan rumah ibadah dan tempat yang diduga dipakai untuk 
beribadah. Ada pula kejadian penyerangan terhadap umat yang beribadah.

The Wahid Institute juga mencatat pelarangan ibadah serta desakan pencabutan 
izin rumah ibadah. Selain itu, ada pula izin rumah ibadah dicabut birokrat 
setempat serta rumah ibadah dibongkar atau disegel karena tidak punya izin.

Komnas HAM, menurut Ifdal, akan meminta audiensi dengan Kepala Polri untuk 
membicarakan persoalan ini. Selain itu, permohonan audiensi juga dilayangkan 
kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Komnas HAM dan Koalisi Masyarakat Sipil juga mendesak persoalan kebebasan 
beragama ini dimasukkan dalam agenda 100 hari pertama kepemimpinan Susilo 
Bambang Yudhoyono-Boediono.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Eduard Aritonang mengatakan, 
polisi tetap konsisten menindak pelaku perusakan tempat ibadah di seluruh 
Indonesia. Di sejumlah tempat, ada pelaku perusakan yang sudah dibawa ke 
pengadilan. (ART)


http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/04133236/polisi.harus.tindak..perusak.rumah.ibadah



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Visi Mangkubumi Untungkan Perkembangan Ekonomi

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh BAMBANG SIGAP SUMANTRI

Pangeran Mangkubumi bagi penduduk Yogyakarta umumnya mungkin lebih banyak 
dikenal sebagai jalan besar yang merupakan ujung utara kawasan Malioboro. Jalan 
itu juga penghubung utama menuju Keraton Yogyakarta. Nama itu memang merupakan 
pendiri kota budaya, sebuah daerah istimewa di negeri ini.

Dari Mangkubumi itulah, ruh keistimewaan dimulai. Pangeran Mataram ini dikenal 
sebagai pemberani, kreatif, dan memiliki jiwa yang ingin bebas. Raden Mas 
Sujana, nama lain Mangkubumi, merupakan satu-satunya pangeran yang sanggup 
menuntaskan pemberontakan Mas Said. Karena Raja Mataram saat itu, Susuhunan 
Paku Buwono II, mengingkari janji memberinya hadiah, Mangkubumi pun lalu 
memberontak.

Terjadi peperangan antara Mangkubumi dan Paku Buwono II yang dibantu Belanda 
selama bertahun-tahun. Akhirnya, untuk meredakan perang, diadakan Perjanjian 
Giyanti yang membelah Mataram menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan 
Yogyakarta. Mangkubumi kemudian bertakhta sebagai Sultan di Yogyakarta dengan 
gelar Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I.

Mungkin bukan sebuah kebetulan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri 
Sultan HB X, Raja Keraton Yogyakarta sekarang ini, sebelumnya juga bernama 
Pangeran Mangkubumi.

Kompas pernah menanyakan secara khusus kepada Sultan HB X ketika akhir tahun 
2003 sedang bersiap untuk mencalonkan diri menjadi presiden melalui konvensi 
Partai Golkar. Dalam suatu kunjungan di Merauke tahun itu, ia mengungkapkan 
angka Jawa yang paling besar itu sembilan, tidak ada 10 (maksudnya gelar HB X).

”Begitu 10, ya, nol kembali. Ya, mungkin maknanya tanggung jawab babat-babat 
(memotong pohon penghalang). Mungkin itu saja. Orang babat-babat itu, ya, 
tantangannya besar, gedhe. Apalagi, kalau kita bicara mukti, mungkin perjalanan 
saya sampai saya nanti mati pun adanya hanya tantangan terus, wong jenenge 
dandan (namanya juga berbenah). Mungkin anak cucuku yang menikmati,” papar 
Sultan HB X.

Tampaknya, begitulah yang dihadapi Sultan HB X saat ini dalam upaya 
merampungkan Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan DIY (RUU Keistimewaan 
DIY). Terus menemui hambatan kendati sudah lebih dari 10 tahun ”babat alas” 
mencari bentuk keistimewaan bagi Yogyakarta.

Dari segi sejarah, politik, dan sosial, masyarakat atau ilmuwan sosial sudah 
lama mengakui Yogyakarta mampu menunjukkan kekhususan dibandingkan dengan 
daerah lain. Sejarah Yogyakarta tak terlepas dari terbentuknya Negara Kesatuan 
Republik Indonesia (NKRI). Yogyakarta sudah lama menjadi negara mandiri 
(kerajaan). Namun, ketika kemerdekaan tahun 1945, Yogyakarta langsung 
menyatakan diri sebagai bagian NKRI. Itu salah satu contohnya.

Di bidang ekonomi, Yogyakarta juga mempunyai keistimewaan sejak awal. Ketika 
menjelang perjanjian Giyanti tahun 1755, Gubernur Jenderal Belanda Hartingh 
sebenarnya menawari Mangkubumi menjadi raja di Surabaya, tetapi ia dengan tegas 
menolaknya. Ia lebih memilih Yogyakarta.

Mudah dicapai

Pilihan yang dilakukan Mangkubumi terbukti visioner. Dengan letaknya yang 
strategis, Yogyakarta jauh sebelum kemerdekaan sudah dipakai sebagai ajang 
kegiatan meeting, incentive, conference and exhibition (MICE). Kegiatan semacam 
ini kian meningkat sejalan dengan makin banyaknya sekolah dan perguruan tinggi 
yang bertumbuhan di Yogyakarta.

Misalnya, Yogyakarta dipilih menjadi tempat Kongres I Boedi Oetomo tahun 1908 
karena beberapa pertimbangan. Alasan yang mengemuka, Yogyakarta dengan 
pemerintahan swapraja dinilai sebagai tempat ”jantung Pulau Jawa 
berdenyut”. Kotanya mudah dicapai dengan kereta api ataupun angkutan darat 
lain.

Tahun 1916, RMA Woerjaningrat, seorang Bupati Nayaka di Surakarta, terpilih 
sebagai Ketua Pengurus Besar Boedi Oetomo. Walaupun tiga kali ketua pengurus 
besarnya berada di Surakarta, pengurus besar mengadakan rapat di Yogyakarta. 
Dalam laporan tahunan 1917-1918, dari 17 rapat pengurus besar, tercatat hanya 
dua kali rapat diadakan di Surakarta, selebihnya diadakan di Yogyakarta.

Dalam istilah guru besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 
Gadjah Mada Prof Dr Mudrajad Kuncoro, Yogyakarta memiliki potensi menjadi pusat 
kegiatan ekonomi bagi daerah sekitarnya.

Dengan posisi yang menjadi sentral (hub) penghubung aktivitas ekonomi di 
pesisir selatan ini, Mudrajad mengusulkan agar RUU Keistimewaan DIY memasukkan 
pula DIY sebagai kawasan khusus karena miskin sumber daya alam, tetapi 
mempunyai peluang menjadi international hub bagi kabupaten dan kota pesisir 
selatan Jawa.

Hal ini sejalan dengan rencana jangka panjang pemerintah yang hendak 
memindahkan Bandara Adisutjipto yang berada di kawasan padat penduduk dan tak 
bisa dikembangkan ke Kabupaten Kulon Progo. Setiap tahun, jumlah penumpang yang 
melalui bandara itu meningkat. Tahun 2004, bandara itu kedatangan penumpang 
sebanyak 1.187.464 orang dan tahun 2008 sudah meningkat menjadi 1.339.504 orang.

Maskapai penerbangan yang membuka jalur melalui Yogyakarta juga terus 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kepak Sayap Sang Raja Jawa

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh THOMAS PUDJOWIDIJANTO

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/02553141/kepak.sayap.sang.raja.jawa



Beberapa waktu lalu muncul surat edaran dari Sekretaris Daerah Provinsi Daerah 
Istimewa Yogyakarta Tri Harjun yang intinya meminta agar setiap pegawai negeri 
sipil menjadi abdi dalem keraton Yogyakarta. Edaran yang sifatnya imbauan tidak 
mengikat itu bertujuan melestarikan kebudayaan dan melestarikan kelembagaan 
Kesultanan Yogyakarta.

Meski Keraton tidak enak hati dengan imbauan itu, Gusti Bendoro Pangeran Haryo 
(GBPH) Joyokusumo selaku Pengageng Kawedanan Ageng Panitipura Keraton 
Yogyakarta menyatakan, dalam sejarahnya sampai pemerintahan Sultan Hamengku 
Buwono (HB) IX, sistem pemerintahan Keraton Yogyakarta terbagi dua, eksekutif 
dan kebudayaan. Pemerintahan eksekutif yang dikelola Patih Dalem disebut abdi 
dalem kaprajan. Adapun abdi dalem yang bekerja di lingkungan keraton disebut 
abdi dalem punokawan,

”Sejak pemerintahan Sultan HB X memang tak ada keharusan lagi pegawai negeri 
sipil (PNS) menjadi abdi dalem. Tidak usah ada imbauan saja, sekarang ini 
sekitar 1.400 PNS yang menjadi abdi dalem. PNS yang menjadi abdi dalem keraton 
harus memiliki kualitas kultural tertentu,” kata Joyokusumo.

Jika surat edaran itu mengundang pro-kontra, bagi Tri Harjun, semata-mata hanya 
ingin mengembalikan kekhasan Yogyakarta. Bahkan, sekaligus akan dijadikan salah 
satu ciri dari keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menggali berbagai kekayaan budaya semacam itu senantiasa dilakukan masyarakat 
atau Pemerintah DIY. Ini menunjukkan soal keistimewaan DI Yogyakarta hal mutlak 
bagi warga. Ini senada dengan apa yang muncul dalam diskusi tentang RUU 
Keistimewaan (RUUK) DIY, semua panelis menyatakan, DIY memang memiliki 
keistimewaan yang harus dipertahankan.

Kekuatan kebudayaan banyak ditekankan panelis sebagai kekuatan untuk 
keistimewaan Yogyakarta. Nilai kebersamaan, gotong royong, saling menghormati, 
penuh kepedulian, pemufakatan, dan musyawarah adalah roh yang mendasari 
terbentuknya sebuah kerajaan Ngayogyakartahadiningrat. Bahkan, pemerintahan di 
Yogyakarta disebut sebagai artifact, socifact, dan mentifact dari kebudayaan 
Nusantara yang berkelanjutan menjadi kebudayaan Indonesia yang mampu 
beradaptasi dengan perubahan zaman dari masa kolonial sampai masa Indonesia 
modern.

Kekuatan budaya yang melahirkan demokrasi yang diilhami kearifan lokal itulah 
basis keistimewaan DIY, di bawah pimpinan Kesultanan Yogyakarta. Itu terbukti 
dari sistem pemerintahan yang mampu melangsungkan kehidupannya dalam pergeseran 
dari bentuk vosten landen (praja kejawen-zaman kolonial) menjadi daerah 
istimewa sejak masa kemerdekaan Indonesia.

Beberapa panelis juga berharap, jangan sampai kekayaan dan kekhasan budaya 
Yogyakarta terhapuskan oleh konsep politik. Artinya, biarlah struktur 
pemerintahan di bawah kepemimpinan keraton. Kekhasan pemerintahan di Yogyakarta 
adalah kerajaan. Otonomi dengan keraton sebagai pusatnya jangan sampai 
terperangkap dalam konsep otonomi yang seragam. Dengan memandang otonomi tak 
hanya dari konsep politik, tetapi juga dari sisi budaya, kekhasan, atau 
keistimewaan, Yogyakarta akan terselamatkan. Keraton adalah kekayaan dan 
keindahan sejarah.

Bahkan, keberadaan Keraton Yogyakarta sudah ada sebelum pemerintahan Indonesia 
ada. Kehadiran pemerintahan Keraton Yogyakarta diakui dunia. Karena itu, 
pernyataan Keraton Yogyakarta sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik 
Indonesia (NKRI) adalah pernyataan cerdas dan pemahaman kenegarawanan Sultan HB 
IX waktu itu. Ini menunjukkan pula Keraton bukanlah feodal. Namun, punya sikap 
demokratis dengan visi ke depan.

Pengakuan tentang kemerdekaan Indonesia oleh Keraton memiliki makna historis 
yang besar dalam memberikan jaminan konkret berupa legitimasi terhadap 
eksistensi republik yang saat itu masih bayi. Tanpa itu, Belanda pasti akan 
mengklaim kembali atas wilayah Nusantara setelah berakhirnya pendudukan Jepang.

Kepak sayap raja Jawa itu semakin teruji ketika bersama Paku Alam VIII menjadi 
jaminan bagi Republik Indonesia ketika Ibu Kota harus pindah ke Yogyakarta pada 
4 Januari 1946.

Jiwa demokratis Sultan HB IX tecermin dalam pemerintahan Yogyakarta, yang sudah 
memiliki lembaga perwakilan daerah. Visi ke depan ditunjukkan secara konkret 
dengan menyediakan Keraton Yogyakarta sebagai tempat pendidikan tinggi. Dari 
Pagelaran Keraton Yogyakarta lahirlah Universitas Gadjah Mada, yang menjadikan 
wilayah Yogyakarta sebagai wilayah multikultural dengan hadirnya mahasiswa dari 
berbagai daerah di Tanah Air.

Kebudayaan

Sampai saat ini keberadaan Keraton Yogyakarta tetap kokoh sebagai artefak yang 
hidup di tengah arus zaman. Keraton masih menyimpan kekayaan budaya yang unik. 
Di dalamnya ada empat museum yang mencatat perjalanan sejarah kerajaan trah 
Mataram itu. Buku kuno, serat, babad, dan tembang tersimpan di sana. Berbagai 
jenis tari, bedaya, srimpi, golek, Maeso Lawung adalah bukti suara kebudayaan 
Kerat

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden, Ilmuwan, dan Iptek

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh NINOK LEKSONO

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/02453651/presiden.ilmuwan.dan.iptek



Hari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan bertemu dengan para 
ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia 
(AIPI), Dewan Riset Nasional (DRN), dan Tim Inovasi 2025 di Puspiptek, Serpong. 
Di tengah hiruk-pikuk permasalahan yang melilit, boleh jadi ini bisa menjadi 
momen langka yang penting karena betapa pun menyerapnya urusan politik, di luar 
itu bangsa masih punya urusan lain yang tidak kalah penting, yang harus 
dipikirkan pula oleh pimpinan nasional.

Seyogianya, momen langka ini bisa menjadi forum dialog antara Presiden dan 
komunitas ilmiah dari beragam latar belakang keahlian. Pertama-tama tentu 
komunitas ilmiah Tanah Air ingin mendengar apa visi Presiden tentang 
pengembangan sains dan teknologi, apa strategi yang ditempuh pemerintah untuk 
menerapkan sains dan teknologi bagi kemajuan bangsa dan peningkatan 
kesejahteraan rakyat.

Soal-soal di atas sebenarnya bukan saja ingin didengar oleh para ilmuwan, 
tetapi juga oleh rakyat Indonesia pada umumnya. Maklum saja, di tengah 
ingar-bingar isu politik dan ekonomi, sains dan teknologi, atau untuk 
ringkasnya Iptek, seperti jatuh dalam skala nonprioritas. Dicerminkan oleh 
rendahnya dana riset, yang masih di bawah 0,1 persen pendapatan domestik bruto 
pada 2009, dunia ilmiah Indonesia masih belum bisa bersinar terang di kancah 
dunia.

Padahal, di sisi lain, kalau mau, Indonesia bisa menghasilkan penelitian top.

Dalam kendala, dalam keterbelakangan, Indonesia hanya bisa melihat 
negara-negara tetangganya melesat jauh. Jangan berbicara tentang China yang 
sudah punya riset ambisius ruang angkasa, Singapura pun mencatat kemajuan besar 
dalam riset tentang genome.

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia sempat memiliki program 
Iptek yang tersosialisasikan dengan luas dan gencar. Selain ada program yang 
jadi sorotan masyarakatâ€"lepas dari penilaian atas hasil dan 
efisiensinyaâ€"era itu juga ditandai dengan tampilnya sosok pembawa bendera, 
baik presidennya maupun menteri risteknya.

Selain sosok pembawa bendera yang perlu kita kembangkan sekarang ini, 
perangkat-perangkat kelembagaan yang memang menurut fungsinya membantu 
Presiden/pemerintah dalam penetapan prioritas riset juga sudah semestinya 
proaktif. Dimengerti, bahwa untuk ini Presiden pun perlu meluangkan lebih 
banyak waktu untuk berkomunikasi dengan badan-badan ilmiah, baik AIPI, DRN, 
Komite Inovasi 2025, maupun lembaga-lembaga penelitian nonkementerian, seperti 
LAPAN.

Bagaimanapun juga, di tengah kompleksnya permasalahan dan tantangan yang ada di 
bidang Iptek dan isu-isu terkait, Presiden membutuhkan dewan penasihat, 
sebagaimana presiden AS memiliki President’s Council of Advisors on Science 
and Technology (PCAST).

Selain PCAST, di AS juga ada Office of Science and Technology Policy (OSTP), 
yang merupakan badan di luar pemerintahan, tetapi di sini boleh jadi punya 
fungsi seperti Kementerian Ristek. OSTP inilah yang membantu menggerakkan 
pembuatan kebijakan Iptek Amerika. Kantor ini membantu mendorong inovasi AS 
dengan menciptakan kebijakan praktis yang ditujukan untuk memperkuat perusahaan 
Iptek Amerika.

Bersama Presiden Obama, OSTP bertekad memulihkan sains ke kedudukan yang benar 
di AS, sebagai alat untuk menciptakan kebijakan cerdas yang bisa memperkuat 
negara. Tekad itu diwujudkan dengan mendapatkan materi terbaik bagi pembuat 
keputusan dan bekerja sama sepenuhnya dengan PCAST.

Agenda penting

Di Amerika, dan semestinya juga di Indonesia, kemajuan Iptek memainkan peran 
yang semakin penting dalam kehidupan bangsa. Ia membantu menumbuhkan ekonomi 
dan meningkatkan daya saing. Kemajuan Iptek juga membantu rakyat hidup lebih 
panjang dan lebih sehat, memberi kemampuan untuk merespons tantangan iklim dan 
energi, serta bisa melindungi bangsa dari ancaman alam dan ancaman buatan 
manusia.

Sebagaimana terjadi di Indonesia, di AS pun visi presiden menjadi panduan 
utama. Dalam sidang paripurna DRN di Serpong, Desember lalu, penetapan agenda 
riset nasional masih didasarkan pada panduan umum, seperti arahan Presiden di 
depan peserta Lemhanas atau visi Kabinet Indonesia Bersatu II. Adapun Visi 
Iptek 2010-2014 baru disebut sebagai ”Iptek untuk Kesejahteraan dan 
Peradaban”. Sumber lain diperoleh dari daftar prioritas nasional, di mana 
kreativitas dan inovasi teknologi terbaca pada urutan ke-11 atau yang terakhir.

Apabila mengikuti AS, sekarang ini kita bisa mengetahui visi Presiden Obama 
mengenai sains di AS di antaranya adalah peningkatan pendanaan secara dramatik 
untuk riset biomedik, juga untuk sains fisikal dan rekayasa. Dukungan bagi 
riset berisiko tinggi yang punya potensi menghasilkan terobosan juga diberikan, 
demikian pula insentif perpajakan bagi litbang. Dukungan juga diberikan kepada 
perusahaan UKM dan perusahaan pemula (start-up). Semua ditempuh agar investasi 
terus mengalir; karena itu krus

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ada Mafia Kasus di Tubuh KPK?

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Ahmad Arif dan Susana Rita kumalasanti

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/02593560/ada.mafia.kasus.di.tubuh.kpk



Laporan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD tentang mafia kasus di Komisi 
Pemberantasan Korupsi menggelitik kesadaran publik tentang kualitas penegakan 
hukum di negeri ini. Setelah Kejaksaan Agung dan Kepolisian Negara Republik 
Indonesia terjerat makelar, benarkah KPK juga tak lepas dari jeratan itu?

KPK bereaksi serius dengan laporan Mahfud yang juga disampaikan kepada Satuan 
Tugas Pemberantasan Mafia Hukum itu. Pelaksana Tugas Ketua KPK Tumpak 
Hatorangan Panggabean mengatakan, setelah melakukan penyelidikan internal 
memang ditemukan adanya penipuan pada calon tersangka KPK. ”Kami belum 
berhenti memeriksa, tetapi sampai saat ini belum pernah ditemukan hubungan 
antara mereka dan internal KPK,” ujarnya.

Rapor KPK dalam menjaga integritas stafnya memang hampir sempurna jika 
dibandingkan dengan Polri dan Kejaksaan. Sejauh ini, hanya ada satu kasus 
penyidik KPK yang dipidanakan karena terbukti memeras, yaitu Ajun Komisaris 
Suparman pada 2006. Suparman akhirnya dihukum delapan tahun penjara.

Tahun yang sama, penyidik KPK lainnya, Ajun Komisaris Besar Oha Napitupulu, 
juga dilaporkan mantan Gubernur Kalimantan Timur Suwarna Abdul Fatah telah 
memeras. Napitulu dikembalikan oleh KPK ke Polri. Dia juga dilaporkan ke Divisi 
Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, tetapi kasusnya tak jelas kabarnya.

Selain dua kasus itu, KPK relatif senyap dari citra negatif terkait dengan 
proses perkara yang mereka tangani. KPK seolah-olah tidak tersentuh oleh mafia 
perkara, hingga baru-baru ini Ketua MK menyatakan tentang adanya mafia kasus di 
tubuh KPK.

Dalam beberapa kesempatan, Mahfud menyatakan, MK sudah menyerahkan sembilan 
nama orang yang diduga terlibat dalam penanganan kasus dugaan korupsi PT PLN 
Jawa Timur ke KPK dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Dari sembilan nama itu, 
hingga saat ini baru empat orang yang diproses oleh KPK, yaitu General Manager 
PLN Jatim, komisaris utama perusahaan yang memenangi tender, dan kontraktor. 
Padahal, lima nama lainnya, termasuk di dalamnya yang diduga pegawai KPK, belum 
ditindak.

Mahfud mengatakan, MK banyak mendapat pengaduan masyarakat mengenai dugaan 
adanya mafia perkara di KPK setelah pemutaran rekaman pembicaraan telepon 
Anggodo Widjojo, adik tersangka korupsi proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu 
(SKRT) di Departemen Kehutanan, Anggoro Widjojo, dengan sejumlah pejabat Polri 
dan Kejaksaan. Ada yang melaporkan pimpinan KPK yang meminta sejumlah uang, 
tetapi ada pula yang melaporkan pegawai KPK di level deputi ke bawah (Kompas, 
17/1).

Perantara kasus

Beberapa pengacara yang mendampingi tersangka di KPK mengaku pernah mendapatkan 
tawaran bantuan dari orang yang mengatasnamakan diri dari KPK. Mereka mengaku 
bisa menahan laju kasus yang masih berada dalam tahap penyelidikan masuk ke 
tingkat penyidikan.

Petrus Bala Pattyona, penasihat hukum mantan Wakil Wali Kota Medan Ramli, dan 
Sugeng Teguh Santoso, penasihat hukum Suwarna Abdul Fatah dan mantan Kepala 
Badan Koordinasi Penanaman Modal Theo F Toemion, setidaknya pernah mengalami 
hal ini. Klien mereka pernah ditawari bantuan oleh orang yang mengaku dari KPK.

Petrus menjelaskan, kliennya memutuskan tidak meladeni tawaran itu. ”Orang 
itu membawa identitas KPK, entah sebagai wartawan yang biasa meliput di KPK 
atau apa sajalah. Yang jelas dia tahu sekali perkembangan kasus yang dialami 
klien saya,” paparnya.

Hal yang hampir mirip diceritakan Sugeng. Kliennya, Theo Toemion, pernah 
mendapatkan telepon dari orang yang mengaku sebagai Iswan Elmi, Direktur 
Penyelidikan KPK pada masa itu. Orang itu meminta uang senilai Rp 500 juta agar 
dikirimkan ke nomor rekening tertentu.

”Kami tidak percaya begitu saja dengan telepon itu. Kami melaporkan hal ini 
kepada tim penyelidik yang memeriksa klien kami. Tetapi, kami tidak tahu 
bagaimana kelanjutan laporan kami,” ujar Sugeng.

Sugeng pernah bertemu dengan oknum yang mengaku dari KPK, yang mengaku bernama 
Iwan Suwondo, sewaktu menjenguk Theo di Rumah Tahanan Polda Metro Jaya. 
Kasusnya serupa, Iwan pun mengaku dapat membantu Theo. Dia juga menunjukkan 
kartu nama KPK. Hal ini dilaporkan ke KPK sampai akhirnya Iwan ditangkap dan 
diadili. ”Iwan ternyata bukan anggota staf KPK,” kata Sugeng.

Namun, untuk perkara lain, yaitu mantan Gubernur Kaltim, kliennya justru pernah 
mendapat permintaan dari Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penyidikan untuk kasus 
Suwarna, Oha Napitupulu. Saat diperiksa Napitupulu, Suwarna diberi memo berupa 
kertas kecil berwarna kuning yang menyebutkan permintaan dibantu memperoleh 
rumah dinas Dinas Pendidikan (Disdik) untuk orang lain. Suwarna sempat 
mengemukakan hal ini dalam pledoi (nota pembelaan) di Pengadilan Tindak Pidana 
Korupsi (Tipikor) dan melaporkannya ke Propam Mabes Polri.

Namun, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, memo yang dibuat Napitupulu waktu 
itu bukan dibuatnya se

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Belajar Elegan dalam Pemeriksaan Pansus DPR

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Kami ini kalah jam terbang kalau berdebat.” Demikian kata Bambang Soesatyo, 
anggota Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century dari Fraksi Partai 
Golkar, saat bertanya kepada Marsillam Simandjuntak, Senin (18/1) malam. 
Marsillam malam itu tampil sebagai saksi dalam penyelidikan kasus Bank Century 
di DPR.

Malam itu, Marsillam, mantan Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan 
Program Reformasi (UKP3R), tampil sendiri. Ia dipanggil terutama terkait 
kehadirannya di sejumlah rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang 
dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Bambang menyatakan, pernyataannya di atas merupakan pengakuan terhadap 
kapasitas Marsillam. Bahkan, mantan Jaksa Agung serta Menteri Kehakiman dan Hak 
Asasi Manusia (HAM) pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini, 
diakui Bambang, sebagai guru dan tokoh idolanya saat mahasiswa. ”Saat menulis 
buku berjudul Mahasiswa, Gerakan, dan Pemikiran, saya meminta Pak Marsillam 
menulis kata pengantar,” ucap Bambang.

Selama bersaksi yang dimulai sekitar pukul 20.00, Marsillam yang mengenakan 
baju batik lengan panjang ini beberapa kali memang seperti ”mengajar” 
anggota Pansus.

”Ditengarai itu dari bahasa Jawa. Ditenger. Jadi, menurut saya, lebih tepat 
dipakai kata disinyalir,” kata Marsillam saat ditanya pemahamannya tentang 
bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik.

Terhadap Aziz Syamsudin, anggota Fraksi Partai Golkar (F-PG) yang memintanya 
tanda tangan atau paraf untuk dicocokkan dengan yang ada di daftar hadir rapat 
KSSK 24 November 2008 dan 3 Desember 2008, Marsillam mengakui jika tanda tangan 
atau paraf di rapat KSSK adalah miliknya.

”Dengan pengakuan tanda tangan itu benar milik saya, maka contoh dari saya 
sebenarnya tidak perlu lagi,” kata Marsillam, layaknya guru Ilmu Hukum.

Namun, melihat Aziz, anggota Pansus, terus memintanya memberikan contoh tanda 
tangan atau paraf, Marsillam kemudian berkata lagi, ”Butuh tanda tangan 
berapa? Tetapi jangan disalahgunakan, ya!”

Saat anggota Pansus dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) bertanya, 
juga berkata bahwa dia dari Yogyakarta, sama seperti Marsillam yang dilahirkan 
di kota itu pada 23 Februari 1943, ia menjawab, ”Saya tahu Anda dari PKB.”

Sikap Marsillam itu membuat hanya pada awal kesaksian dia dicecar pertanyaan. 
Khususnya saat Partai Golkar, yang mendapat giliran bertanya pertama, mencecar 
soal kehadirannya dalam sejumlah rapat KSSK.

Namun, ketika Marsillam menjelaskan, dia datang sebagai narasumber dengan 
atribut Kepala UKP3R, dan tidak pernah melaporkan kegiatan itu kepada Presiden, 
semuanya seperti sudah menjadi jelas.

Setelah penjelasan Marsillam itu, rapat Pansus menjadi ”landai”. Praktis 
tidak ada lagi pertanyaan dengan intonasi tinggi kepadanya. Sejumlah anggota 
Pansus bahkan meminta pendapat darinya.

Maruarar Sirait, anggota Pansus dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia 
Perjuangan (F-PDIP), mengatakan, hal itu terjadi karena tidak banyak informasi 
yang dapat digali dari Marsillam.

Namun, pengajar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, 
Selasa di Jakarta, mengatakan, dalam komunikasi politik seperti di Pansus 
Century, kemenangan akan diraih oleh mereka yang dapat bersikap elegan. Sikap 
elegan berarti dapat bicara dengan keyakinan tinggi bahwa yang dilakukannya 
benar dan berani mengambil tanggung jawabnya. Tak berbicara dengan nada tinggi 
atau marah-marah.

”Kata-kata seperti ’jadi Anda bawa pendukung’ atau ’sebentar lagi orang 
di atas akan diam’ adalah jauh dari elegan,” ujar Effendi.

Menurut Effendi, Marsillam bersikap amat elegan hingga dia ”menang” saat 
tampil di Pansus. ”Nilai Marsillam 8-9,” kata Effendi lagi.

Kemenangan dalam teater politik Pansus Century, kata Effendi, juga diraih, 
antara lain, oleh Sri Mulyani, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan anggota 
Pansus dari Partai Keadilan Sejahtera, Andi Rahmat. Namun, ia mengingatkan, 
makna kemenangan dalam bersikap ini tidak selalu sama dengan kebenaran dan 
persepsi orang atas kasus tersebut. (NWO)

 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/03331871/belajar.elegan.dalam.pemeriksaan.pansus.dpr



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pansus dan Keadaban Publik

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Azyumardi Azra

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/04272460/pansus..dan.keadaban.publik


Hiruk-pikuk politik yang muncul dari kiprah dan polah Pansus Hak Angket DPR 
untuk skandal Bank Century telah menimbulkan sikap ambigu di kalangan publik.

Pada satu pihak, ada masyarakat yang senang dengan pengungkapan berbagai 
pengakuan para saksi. Namun, pada saat yang sama terdapat kalangan publik yang 
prihatin dan kritis terhadap tingkah polah anggota-anggota tertentu Pansus yang 
mereka pandang sudah melanggar kepatutan, atau ”kesantunan politik”, dalam 
istilah Tajuk Rencana Kompas (14/1/10).

Memang, banyak hal yang, menurut kalangan publik, tidak patut dilakukan oleh 
kalangan anggota Pansus DPR. Mulai dari pertanyaan bernada interogatif dan 
menghardik, tidak memberikan kesempatan kepada para saksi menyelesaikan 
kalimatnya, atau penyebutan saksi dengan gelar budaya yang tidak pada 
tempatnya, sampai kepada adu mulut dengan kata- kata kasar dan makian di antara 
anggota Pansus sendiri.

Semua tingkah polah yang tidak patut ini secara instan ditonton publik, yang 
memperlihatkan tidak hanya kekisruhan dalam proses bail out Bank Century, 
tetapi juga sekaligus kualitas pribadi dan moral anggota DPR bersangkutan. 
Padahal, seperti ditulis dalam Tajuk Rencana Kompas, ”kesantunan politik” 
sangat penting untuk kehormatan anggota DPR sendiri ataupun untuk pembelajaran 
bagi masyarakat.

Meski demikian, dalam batas tertentu sikap keras, lugas bernada interogatif 
beberapa anggota Pansus agaknya bisa dipahami. Sebab, jika dalam bertanya 
datar-datar saja, mereka bisa dianggap sebagian kalangan sebagai ”melempem” 
atau bahkan telah melakukan ”dagang sapi”. Akibatnya, mereka dapat 
kehilangan simpati dan popularitas pada konstituen dan masyarakat. Di sini, 
para anggota Pansus berada dalam posisi dilematis.

Keadaban publik demokratis

Bagaimanapun dilematisnya, tetap saja ada kesan kuat tentang terjadinya 
pelanggaran ”kesantunan politik” oleh sejumlah anggota Pansus. Dan ini, 
hemat saya, hanya bagian kecil kemerosotan keadaban publik (public civility) 
dalam masyarakat kita secara keseluruhanâ€"sebuah gejala yang terus meningkat 
dalam masa kebebasan demokratis pasca-Soeharto.

Gejala dan indikasi kemerosotan keadaban publik juga bisa dilihat, misalnya, 
dari aksi politik semacam demo yang dilakukan mahasiswa, LSM, dan bagian 
masyarakat lain yang tak jarang melibatkan kekerasan dan brutalisme, penistaan 
figur-figur tertentu, dan seterusnya.

Apakah sebenarnya keadaban publik itu? Secara historis penekanan tentang 
pentingnya public civility dalam kehidupan sosial-politik telah muncul di masa 
awal modern, dan lebih khusus lagi di masa Revolusi Perancis dan Revolusi 
Amerika (Serikat). Civility dalam konteks masa ini biasanya mengacu secara 
tipikal kepada cara seseorang berbicara dan bahasa tubuh yang menampilkan sikap 
sopan, berbudi, dan berbudaya. Orang yang tak menjalankan ini dipandang sebagai 
kasar, keras, tak beradab, barbarik, dan bahkan buas.

Konsep dan praksis public civility semacam itu kian mendapatkan momentumnya 
dengan pertumbuhan dan penguatan demokrasi modern dan kontemporer. Alasannya 
sederhana, adanya kebebasan berbicara dan bersikap pada lembaga-lembaga 
publikâ€"semacam DPRâ€" mestilah disertai dengan keadaban publik. Sebab, jika 
tidak, yang bakal terjadi adalah kekacauan, penistaan, dan berbagai bentuk 
tindakan uncivilized lainnya.

Dalam konteks ini, pengertian keadaban publik kian meluas, tidak hanya sekadar 
perilaku seperti di atas, tetapi juga sikap damai (non-violent), baik secara 
fisik maupun psikologis, tidak melakukan kekerasan verbal (verbal abuse), 
misalnya. Pada saat yang sama, keadaban publik juga berarti ”menghormati” 
orang lain, toleran, dan bahkan ”bermurah hati” (generous) kepada sesama 
meski lawan sekalipun.

Konsep dan praksis seperti inilah yang kini juga dikenal sebagai democratic 
civility yang pada dasarnya berusaha menyeimbangkan antara hak-hak demokratis 
dengan kesediaan menghormati dan toleran kepada pihak lain. Hanya dengan 
keadaban demokratis, proses politik yang berbudaya dapat berlangsung baik; 
tidak terjerumus ke dalam proses politik yang ”tidak berbudaya”. Jika 
tidak, yang terjadi selanjutnya adalah delegitimasi terhadap lembaga demokrasi 
seperti DPR, dan bahkan terhadap demokrasi itu sendiri.

Dengan penekanan itu tak serta-merta berarti mengorbankan hal esensial seperti 
kebenaran, seperti tengah dilacak Pansus. Namun, sekali lagi, tanpa keadaban 
publik berdasarkan democratic civility, upaya menemukan kebenaran dapat jadi 
kian sulit karena bisa terkesampingkan isu tentang telah terlanggarnya keadaban 
publik.

Politik keadaban

Kita bangsa Indonesia hampir selalu mengklaim sebagai bangsa yang toleran, 
menghargai orang lain, dan berbudi luhur. Akan tetapi, masih pantaskah kita 
mengklaim demikian ketika kian banyak kalangan kita telah kehilangan keadaban 
publiknya? Tak kurang ironisnya, kemeros

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Keterbukaan dan Kekakuan Birokrasi

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh BUSTANUL ARIFIN

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/18/03050611/keterbukaan.dan.kekakuan.birokrasi



Sebagaimana siklus tahunan, pada Desember-Januari harga beras pasti naik, 
kadang sangat signifikan karena volume suplai yang berkurang. Musim panen beras 
diperkirakan baru mulai bulan Maret karena hujan agak terlambat sehingga waktu 
tanam pun terlambat. Pemerintah pasti paham betul siklus tahunan ini sehingga 
keseimbangan penawaran dan permintaan beras di seluruh Indonesia sangat 
ditentukan oleh pengelolaan stok beras.

Inpres Nomor 7 Tahun 2010 tentang Kebijakan Perberasan telah memberi mandat 
kepada segenap instansi pusat dan daerah melalui Kantor Menteri Koordinator 
Bidang Perekonomian untuk menetapkan kebijakan stabilisasi harga beras domestik.

Dengan demikian, diskusi publik bisa lebih produktif, dengan tidak terlalu 
mempersoalkan angka batas besaran kenaikan beras; apakah di atas 25 persen atau 
kurang, yang sering dijadikan basis pengambilan keputusan untuk operasi pasar. 
Diskusi bisa diarahkan pada peningkatan konfidensi pemerintah sehingga mampu 
menenangkan rakyat, menjaga psikologi pasar beras, atau mengurangi spekulasi 
para pemburu rente.

Pemerintah menggunakan argumen, kenaikan harga beras hanya 7,41 persen selama 
sebulan terakhir walaupun mengakui terjadi kenaikan 12,36 persen dibandingkan 
Januari 2009. Beberapa media nasional memberitakan telah terjadi kenaikan harga 
beras kualitas medium (IR 64 dan sejenisnya) sekitar Rp 1.000 rupiah per 
kilogram atau di atas 25 persen dibandingkan dengan harga bulan September 2009 
(Kompas 14/1/2010).

Jika argumen terlalu terpaku pada persoalan teknis penghitungan tingkat 
kenaikan, perdebatan akan melebar sampai pada metodologi pengambilan data, 
jumlah sampel observasi, penghitungan rata-rata kenaikan, batas simpangan baku 
yang dibenarkan, dan seterusnya. Sementara harga beras terus naik dan 
mempersulit akses masyarakat terhadap pangan, terutama masyarakat miskin.

Berikut dibahas beberapa faktor strategis dalam fenomena kenaikan harga beras 
tahun ini serta jalan keluar yang seharusnya diambil pemerintah. Pertama, 
keterbukaan informasi stok beras yang dikelola pemerintah melalui Bulog yang 
kini mencapai 1,6 juta ton. Jumlah tersebut termasuk cadangan beras pemerintah 
sebanyak 526.000 ton, yang seharusnya selalu siap dimobilisasi untuk 
menstabilkan harga beras.

Saat ini pedagang dan spekulan beras tengah mencermati akurasi informasi stok 
sambil menunggu informasi lain yang relevan untuk menyesuaikan perencanaan stok 
dan volume perdagangan beras yang dikehendaki.

Ketika harga beras dunia amat liar pada 2008 dan 2009, Indonesia mampu meredam 
kenaikan harga beras di dalam negeri karena ”keberhasilan” Bulog mengelola 
stok beras domestik, kekuatan jaringan Bulog dengan pedagang swasta, dan faktor 
dukungan produksi padi yang memadai.

Tindakan spekulasi dan penimbunan beras dapat dihindari karena harga di pasar 
internasional sangat tinggi. Apabila pada musim tanam (paceklik) tahun ini 
pemerintah dan Bulog mampu melakukan minimal sama dengan 2009, kenaikan harga 
yang lebih tinggi pasti dapat dihindari.

Persoalannya, saat ini produksi padi yang diperkirakan 63,8 juta ton gabah 
kering giling atau 38 juta ton beras mungkin akan turun. Laporan dari 
Departemen Pertanian AS, 13 Januari 2010, memuat estimasi produksi beras dunia 
2009/2010 mencapai 434,7 juta ton atau sekitar 3 persen dari produksi 
2008/2009. Penyebabnya, penurunan produksi di Brasil, India, Indonesia, dan 
Filipina karena iklim ekstrem pada pertengahan 2009. Adapun produksi beras AS 
meningkat sampai 7 juta ton karena pertambahan produktivitas yang cukup pesat.

Produksi beras Indonesia diperkirakan turun 600.000 ton, atau maksimum mencapai 
37,4 juta ton, karena dampak musim kering 2009. Estimasi ini tidak jauh beda 
dari perkiraan penulis (Kompas, 27/7/2009).

Masalah manajemen

Apabila pemerintah dan Bulog sengaja menyimpan informasi stok beras yang 
sebenarnya untuk tujuan mengurangi kepanikan pasar, mungkin tindakan itu masih 
dapat dibenarkan. Taruhannya adalah ketika volume beras yang diperdagangkan di 
pasar semakin tipis dan stok beras yang dikuasai Bulog semakin habis, kenaikan 
harga beras dapat lebih dahsyat.

Pada bulan Januari ini, Bulog nyaris tidak melakukan pengadaan beras dari gabah 
petani sehingga harga beras sangat ditentukan oleh volume keseimbangan 
penawaran dan permintaan di lapangan. Pada kondisi ini, pemerintah harus mampu 
meyakinkan masyarakat dengan segera menyampaikan informasi yang sebenarnya 
tentang estimasi produksi sebagai gambaran kemampuannya mengelola stok beras di 
dalam negeri.

Kedua, harga keseimbangan beras di dalam negeri sangat terkait dengan tekanan 
permintaan beras dari kelompok rumah tangga miskin dan menengah. Jika 
penyaluran beras kepada kelompok miskin normal, mereka cukup mengandalkan 
pasokan beras dari program beras untuk rakyat miskin (raskin).

Namun, ketika penyaluran raskin terhambat karen

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Susno Tegaskan Diperintah Kalla

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/02485041/susno.tegaskan.diperintah.kalla


Jakarta, Kompas - Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara RI 
Komisaris Jenderal Susno Duadji menegaskan, penangkapan mantan pemegang saham 
Bank Century, Robert Tantular, dilakukan oleh Bareskrim Polri berdasarkan 
perintah dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, bukan berdasarkan permintaan 
Bank Indonesia.

”Kan, sudah saya katakan, yang perintahkan saya itu JK. Itu juga sudah saya 
sampaikan kepada Kapolri,” ujar Susno di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/1).

Susno memastikan dirinya akan memenuhi panggilan Panitia Khusus (Pansus) Dewan 
Perwakilan Rakyat tentang Hak Angket Bank Century pada Rabu ini. ”Warga 
negara yang baik masa tidak memenuhi panggilan Pansus. Saya ke Mabes untuk 
lihat surat pemanggilan Pansus itu,” ujar Susno.

Tidak memprediksi

Sementara itu, menurut kesaksian yang diterima Pansus Bank Century dari Kepala 
Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Firdaus Djaelani dan komisioner LPS, 
Rudjito, kemarin di Jakarta, LPS tidak memprediksi dana penyelamatan Bank 
Century mencapai Rp 6,7 triliun. LPS juga beberapa kali melaporkan penanganan 
bank tersebut kepada Menteri Keuangan sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem 
Keuangan (KSSK).

Rudjito menyatakan, LPS tidak pernah memprediksikan jumlah eksak untuk 
menyelamatkan Bank Century Rp 6,7 triliun. ”Hanya saja, ada pertimbangan, 
kalau masuk pengawasan khusus sudah diperkirakan semuanya. Kalau diselamatkan 
biayanya berapa, kalau tidak diselamatkan berapa,” katanya.

Saat rapat KSSK yang memutuskan penyelamatan Bank Century pada 21 November 
2008, biaya penyelamatan bank tersebut diperkirakan Rp 632 miliar.

Namun, Firdaus sebelumnya mengatakan, LPS hanya melaksanakan undang-undang, 
yaitu jika ada bank yang gagal dan ditengarai berdampak sistemik, LPS harus 
turun tangan.

Firdaus juga menjelaskan, LPS secara resmi bertanggung jawab kepada Presiden. 
Namun, laporan kepada Presiden dilakukan setahun sekali pada bulan April.

”Bagaimana untuk kasus Century?” kata Eva Kusuma Sundari, anggota Pansus 
dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP).

”Kami beberapa kali melapor ke Menteri Keuangan sebagai Ketua KSSK dan Komite 
Koordinasi (KK). Menteri Keuangan yang selanjutnya melapor ke Presiden,” ujar 
Firdaus.

”Di ketentuan mana yang mengharuskan LPS melapor ke KK dan KSSK?” kata Eva.

”Ini etika saja sebagai bentuk pertanggungjawaban kami,” ucap Firdaus.

Eva lalu minta pimpinan Pansus mencatat keterangan itu. Sebab, Ketua KSSK Sri 
Mulyani Indrawati pernah menyatakan hanya bertanggung jawab atas penggelontoran 
dana ke Bank Century sebesar Rp 632 miliar. Pemberian dana selanjutnya menjadi 
tanggung jawab LPS. ”Mohon dicatat, KSSK tidak bertanggung jawab setelah 
penggelontoran Rp 632 miliar, tetapi ternyata masih ada pelaporan ke komisi 
itu,” ujar Eva.

Firdaus juga menjelaskan, saham LPS di Bank Century yang sekarang berganti nama 
menjadi Bank Mutiara mencapai 99,996 persen. Tiga tahun setelah diambil alih 
oleh LPS, bank itu dapat dijual.

Menurut Firdaus, ekuitas Bank Century saat ini Rp 565 miliar. ”Kami berharap 
dalam dua tahun ke depan ekuitas terus bertambah. Kami berharap ada aset yang 
dibawa pemegang saham lama di luar negeri yang dapat kembali,” tuturnya.

”Jika melihat ekuitasnya, masih 10 tahun lagi (penjualan Bank Century kembali 
modal)” kata Asman Abnun, anggota Pansus dari Fraksi PAN.

Adapun Hendrawan Supratikno, anggota Pansus dari F-PDIP, mengingatkan, juga 
harus ada penghitungan opportunity cost saat menilai kapan uang yang telah 
dikeluarkan untuk menyelamatkan Bank Century itu dapat kembali saat menjual 
bank itu.

Dalam proses menyelamatkan Bank Century, Firdaus mengaku tidak mengetahui 
secara detail pemilik simpanan di bank tersebut, termasuk siapa pemilik 
simpanan di atas Rp 2 miliar. ”Saat itu hanya disebut beberapa dana BUMN dan 
dana Budi Sampoerna (di Bank Century),” kata Firdaus.

Firdaus melanjutkan, simpanan Budi Sampoerna di Bank Century yang pernah 
dipecah dalam 247 rekening, yang antara lain atas karyawan Budi dan calon 
karyawan Bank Century, sekarang sudah dikembalikan menjadi satu rekening, yaitu 
atas nama Budi Sampoerna. Pemecahan, di mana tiap rekening besarnya Rp 2 miliar 
itu, dimaksudkan agar simpanan tersebut dijamin oleh LPS.

Rekomendasi BAKN

Kemarin, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR menyerahkan rekomendasi 
atas telaah terhadap audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Bank 
Century kepada pimpinan DPR.

BAKN, yang diketuai Ahmad Muzani, dalam rekomendasinya, menilai, Bank Indonesia 
tidak tegas dan tidak hati-hati dalam proses merger dan pengawasan kasus Bank 
Century.

BAKN juga merekomendasikan kepolisian dan Kejaksaan Agung untuk mengusut dugaan 
pelanggaran dalam pemanfaatan dana fasilitas pinjaman jangak pendek (FPJP) 
untuk Bank Century. Sebab, diduga ada pelanggaran dalam pemanfaatan dana 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tahun Biodiversitas

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh FIDELISREGI WATON

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/03242047/tahun.biodiversitas



Fidelis Regi Waton PBB menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Biodiversitas 
(keanekaragaman hayati) Internasional dengan semboyan ”Biodiversity is 
life” â€"hidup memerlukan keanekaragaman. Biodiversitas merupakan salah satu 
landasan kesejahteraan dan kelestarian hidup manusia dan penghuni Bumi lainnya. 
Dengan ini, PBB secara spesifik hendak membangkitkan kesadaran publik dan 
menggalakkan aliansi global agar aktif bergiat dalam mengupayakan keberlanjutan 
dan meredam bahaya punahnya populasi tumbuhan dan hewan di alam, baik di darat, 
laut, maupun udara.

Istilah biodiversitas atau biological diversity menembusi zona diskusi 
ilmiah-politik dan ruang publik sejak tahun 1980-an. Gebrakan ini cukup kuat 
dipengaruhi oleh ahli biologi Amerika Serikat, Edward Osborne Wilson, dengan 
karyanya Biodiversity and Diversity of life. Konferensi tingkat tinggi iklim 
sedunia di Rio de Janeiro tahun 1992 juga menyepakati perlindungan 
keanekaragaman hayati (convention on biological diverstiy/CBD). Salah satu 
kesepakatan penting Konferensi Rio ini ditandatangani oleh 167 negara, 
diratifikasi oleh 30 negara, dan mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 29 
Desember 1993. Kelak ditetapkan tanggal 22 Mei sebagai Hari Biodiversitas 
Internasional.

Ancaman kolosal

Biodiversitas pada prinsipnya berkaitan dengan keseluruhan hidup dan 
keanekaragamannya dalam segala bentuknya di planet ini. Yang dimaksudkan adalah 
keragaman semua organisme hidup dengan hewan, tumbuhan, mikro-organisme 
(bakteri, virus, jamur), juga keanekaragaman genetis intern setiap jenis dan 
perbedaan lingkup hidup (ekosistem dan biosfer).

Sejak Aristoteles (384-322 SM), proses kategorisasi dunia flora dan fauna telah 
dimulai. Menariknya, para ilmuwan mengetahui lebih banyak tentang jumlah 
bintang di galaksi ketimbang jenis hewan dan tumbuhan di Bumi.

Memang hingga kini belum diketahui secara pasti berapa banyak makhluk hidup 
yang ada di Bumi ini; diperkirakan sekitar 15 miliar jenis. Yang telah 
diklasifikasi oleh taksonom sekitar 1,8 miliar dan dari hasil itu sekitar 
40.000 jenis yang terancam punah serta 150 jenis yang punah setiap hari. Kisah 
sedih ini berjalan kontinu. Lebih dari 70 persen aneka ragam hayati berhabitat 
di negara-negara tropis dan subtropis.

Salah satu ancaman kolosal terhadap kelanggengan biodiversitas adalah 
kehilangan ruang hidup. Lingkup hidup yang harmonis bukan hanya berubah secara 
drastis, tetapi begitu gigantis dirusakkan oleh pemanasan global, pencemaran, 
kontaminasi, pemupukan dengan dosis tinggi, pembasmian hutan, penangkapan ikan 
dan berburu secara liar, eksploitasi sumber-sumber alam secara serakah dan 
struggle of life antarspesies.

Laju perusakan lingkungan hidup yang kian gencar terjadi di negara-negara 
industri baru dan negara-negara berkembang yang dipacu oleh politik pembangunan 
dengan sasaran mengejar ketertinggalan. Di sini saya tergoda untuk mengutip 
Aristoteles: ”Banyak ketidakadilan besar dilakukan oleh pihak yang secara 
serakah mengatasi ketertinggalan, bukan berasal dari mereka yang didorong oleh 
kemiskinan.”

Bapak biodiversitas, EO Wilson, beragumentasi bahwa ”dengan merusak 
lingkungan, pada prinsipnya manusia sedang mempersiapkan kematian massal”. 
Yang memegang tanggung jawab untuk cerita sedih ini adalah Homo sapiens. 
Segalanya ada di tangan manusia, entah kita menjaga atau manghancurkan 
biodiversitas.

Sangat eksistensial

Hidup manusia tak bisa dipisahkan dari keragaman alam. Dari alam kita mendapat 
makanan, minuman, tempat berlindung, obat-obatan, oksigen, dan seterusnya. 
Biodiversitas dengan ini sangat eksistensial. Keanekaragaman hayati merupakan 
asuransi hidup dalam dunia yang selalu berubah. Untuk itu, perlu dijaga bukan 
saja keberlangsungan, tetapi juga keseimbangan hidup segala spesies. Jika satu 
spesies punah, spesies yang lainnya juga terancam raib.

Alam ini begitu kaya, tetapi kekayaan itu perlu dimanfaatkan secara bertanggung 
jawab. Dalam konteks ini, CBD mengimbau kebijakan politik praktis dan kerja 
sama internasional di bidang finansial dan teknologi demi melestarikan 
lingkungan hidup.

Tahun Biodiversitas merupakan kesempatan emas bagi kita untuk merenungkan 
kembali apa yang telah kita lakukan dalam rangka langgengnya biodiversitas, di 
mana letak tantangan masa depan dan di mana serta bagaimana kita seharusnya 
bertindak. Tahun Biodiversitas juga mengingatkan kita terhadap kiat sustainable 
development dan mengeliminasi gaya hidup konsumtif-parasit serentak mengajak 
kita untuk berpikir regeneratif.

Slogan lama yang diuar-uarkan oleh TVRI dengan sasaran pelestarian lingkungan 
hidup semasa Kabinet Pembangunan kembali terasa relevan: ”Dunia ini bukanlah 
milik kita, tetapi pinjaman generasi mendatang”.

Penulis Swiss, Friedrich Duerrenmatt, menulis: ”Was die Zukunft bringt, 
wissen wir nicht, aber dass wir handeln muessen, wissen wir”

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Dilema Indonesia dalam ACFTA

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Alexander C Chandra

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/18/02352497/dilema.indonesia.dalam.acfta


Mulai awal tahun ini Indonesia secara resmi terkunci dalam pelaksanaan 
kesepakatan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China. Sejak ide ACFTA mulai 
dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri China Zhu Rongji pada Pertemuan Puncak 
ASEAN Keenam tahun 2000, berbagai tanggapan mulai bermunculan dari para pembuat 
kebijakan, pelaku usaha, ataupun kaum cendekiawan di Asia Tenggara.

Di Indonesia, para pendukung Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) 
melihat pelaksanaan kesepakatan perdagangan itu akan bermakna besar bagi 
kepentingan geostrategis dan ekonomis Indonesia dan Asia Tenggara secara 
keseluruhan. Pertumbuhan perekonomian China yang relatif pesat waktu itu 
menjadikan Negara Tirai Bambu itu salah satu aktor politik dan ekonomi yang 
patut diperhitungkan Indonesia dan ASEAN.

Sebaliknya, mereka yang berpendapat kritis terhadap kesepakatan perdagangan ini 
melihat potensi ambruknya industri domestik di Indonesia yang akan kesulitan 
menghadapi tantangan dari membanjirnya impor produk murah dari China.

Kekhawatiran tersebut memang cukup beralasan. Data statistik Kementerian 
Perdagangan RI, misalnya, menunjukkan, walaupun jumlah total perdagangan RI dan 
China meningkat cukup drastis dari 8,7 miliar dollar AS pada 2004 menjadi 26,8 
miliar dollar AS pada 2008, Indonesia yang biasanya mencatat surplus dalam 
perdagangan dengan China, belakangan ini mulai menunjukkan defisit. Tahun 2008, 
Indonesia mencatat defisit sebesar 3,6 miliar AS.

Partisipasi Indonesia dalam kesepakatan perdagangan bebas ini sebenarnya juga 
patut dipertanyakan. ACFTA, yang merupakan warisan pemerintahan Presiden 
Megawati Soekarnoputri, tak pernah diratifikasi melalui lembaga perwakilan 
rakyat, tetapi hanya melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004. Waktu itu 
pemerintah melihat bahwa kesepakatan perdagangan bebas bilateral hanya akan 
memberikan dampak pada sebagian sektor ekonomi sehingga ratifikasi DPR tidak 
diperlukan.

Kurang beralasan

Masyarakat di berbagai negara berkembang dan miskin yang sudah terlibat dalam 
perdagangan bebas bilateral sudah dapat melihat bahwa kesepakatan ini dapat 
berdampak cukup serius terhadap kelangsungan kehidupan ekonomi, sosial, dan 
politik di negara-negara tersebut.

Permintaan sejumlah aktor negara dan pengusaha lokal Indonesia untuk menunda 
pelaksanaan penuh ACFTA sebenarnya kurang beralasan. Ada beberapa alasan. 
Pertama, Indonesia, seperti negara Asia Tenggara lain, telah diberikan tenggat 
lima tahun untuk mempersiapkan diri.

Peringatan yang diberikan oleh Kementerian Perindustrian, Agustus 2009, 
mengenai potensi dampak negatif sebenarnya bisa dikatakan cukup terlambat. 
Antara masa akhir pemerintahan Megawati dan akhir pemerintahan pertama Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah malah semakin aktif mendorong terbentuknya 
kesepakatan perdagangan bebas bilateral dengan negara-negara mitra dagang utama 
lain, seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Intinya, dalam jangka waktu lima tahun sebenarnya pemerintah dan pelaku usaha 
dapat mengembangkan strategi konkret untuk menghadapi pelaksanaan penuh ACFTA. 
Bahkan, jika kita kaji lebih jauh, pemerintah dan pelaku usaha sebenarnya harus 
dapat belajar dari kesepakatan perdagangan regional ASEAN (AFTA) yang sudah 
berjalan penuh sejak 2003.

Kedua, Pemerintah China sebenarnya telah memberikan konsesi ekonomi cukup besar 
terhadap ASEAN dalam proses pelaksanaan menuju ACFTA. Guna menanggapi 
kekhawatiran para pelaku usaha di Asia Tenggara, Pemerintah China sepakat 
memberikan satu fasilitas yang dikenal sebagai Early Harvest Programme. Dalam 
skema program tersebut, Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lain dapat 
mengekspor sejumlah hasil pertanian mereka tanpa dikenakan tarif apa pun di 
China mulai tahun 2004 hingga awal 2010. Sayangnya skema ini tak terlalu 
dieksploitasi oleh pemerintah dan pelaku usaha.

Ketiga, walaupun kita harus berhati-hati terhadap kesepakatan perdagangan bebas 
apa pun, kebijakan proteksionis berlebihan, khususnya saat dunia mengalami 
resesi global, tak akan menguntungkan Indonesia. Indonesia sebenarnya harus 
dapat mengambil kesempatan sebagai satu dari dari segelintir negara di dunia 
yang mampu bertahan selama krisis global.

Selain itu, karena kecenderungan kebijakan pemerintah yang sudah cenderung 
bergeser pada sistem pasar, kebijakan proteksionis berlebih juga akan 
menghambat laju reformasi ekonomi negara ini. Satu hal yang perlu diambil oleh 
pemerintah saat ini adalah kebijakan yang dapat mengakomodasi kepentingan 
berbagai aktor di dalam negeri dan berbagai kesepakatan perdagangan 
internasional yang diambil.

Keempat, keseriusan Indonesia untuk menjadi aktor regional dan global akan 
dipertanyakan jika pemerintah bersedia mengakomodasi desakan populis untuk 
menunda pelaksanaan ACFTA. Kelima, Indonesia dapat memainkan peranan penting di 
antara ne

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden Temui Paspampres, Wapres Temui Harimau

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
pemerintahan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil 
Presiden Boediono pada hari keenam pekan ini, Jumat (22/1/2010), ditandai 
dengan kegiatan yang sedikit agak berbeda. Demikian info yang diterima Kompas, 
pagi ini.

Presiden Yudhoyono pada Jumat pukul 09.00 WIB akan menemui Pasukan Pengamanan 
Presiden (Paspampres) di markas komandonya di Jalan Tanah Abang II Nomor 6, 
Jakarta, yang tak jauh dari rumah dinasnya di Istana Negara. Kedatangan 
Presiden Yudhoyono bersama Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono dikaitkan dengan ulang 
tahun "pasukan pengawal 24 jam" presiden dan wapres ini.

Ulang tahun pasukan ini dikenal dengan nama Hari Bhakti Ke-64 Paspampres. 
Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan memberikan pengarahan di hadapan prajurit 
dan perwira dengan didampingi Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Menko 
Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menhan Purnomo Yusgiantoro, dan 
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Tentu tak ketinggalan hadir di acara 
itu Komandan Paspampres Mayjen TNI Marciano Norman.

Sebaliknya, Wapres Boediono dijadwalkan, salah satu acaranya, menghadiri 
Deklarasi Hari Konservasi Alam Nasional di mana ia akan menerima anak harimau 
sumatera yang akan dilepas kembali ke habitatnya di hutan Sumatera.

Sidang Kabinet Paripurna

Setelah itu, masih ada lima acara lagi menunggu Boediono. Sebelumnya, Boediono 
pukul 08.00 menerima Wakil Presiden PT ExxonMobil Mark Walbert. Selanjutnya, 
Boediono akan menerima kunjungan Konsuler Negara Republik Rakyat China Dai 
Bingguo di Istana Wapres setelah shalat Jumat di masjid di Istana Wapres, serta 
menghadiri Penganugerahan Penghargaan Wirausaha Mandiri dan Penyerahan Modul 
kepada 6 perguruan tinggi di Jakarta Convention Center.

Namun, yang agak berbeda, meskipun jadwal acara Presiden Yudhoyono kosong, pada 
pukul 16.00 Boediono mendapat tugas khusus Presiden untuk memimpin Sidang 
Kabinet Paripurna di Istana Wapres yang membahas Program Sosialisasi 100 Hari 
Pemerintah. Presiden sendiri pada pukul 15.00 dijadwalkan akan menerima 
Konsuler Negara asal China tadi. Selebihnya, acara Presiden kosong.

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/22/08254990/Presiden.Temui.Paspampres..Wapres.Temui.Harimau



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Wah! LP Banyuwangi Dapat ISO 9001:2008

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
SIDOARJO, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengunjungi 
Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Porong, Sidoarjo, Jumat (22/1/2010). Patrialis 
akan mencanangkan standar manajemen ISO 9001:2008

Selain mencanangkan standar manajemen, Patrialis juga melihat kegiatan sejumlah 
narapidana di Lapas Porong. Sebagian narapidana terlihat bekerja di bengkel 
bubut kayu. "Bagus mereka ada kegiatan positif dan menjadi bekal saat keluar 
nanti," ujarnya.

Meski berkunjung ke Porong, ISO 9001:2008 diberikan untuk Lapas Banyuwangi dan 
Rumah Tahanan Kraksaan. Lapas lain diharapkan ikut memenuhi standar manajemen 
itu. Dalam kunjungannya, Patrialis antara lain didampingi anggota Komisi III 
DPR RI dari Fraksi PAN Ahmad Rubai dan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifulah Yusuf.

http://regional.kompas.com/read/2010/01/22/10171359/Wah..LP.Banyuwangi.Dapat.ISO.9001:2008



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Wah, Banyak Ekspatriat Jadi Pelaku Sodomi?

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Munculnya nama-nama seperti Robot Gedek dan Babeh sebagai 
pelaku sodomi sekaligus mutilasi anak-anak jalanan sempat memunculkan stigma di 
masyarakat bahwa pelaku sodomi dan mutilasi, sebagaimana korbannya, adalah 
mereka yang berasal dari golongan masyarakat kelas bawah. Namun, realitas di 
lapangan menunjukkan, kejahatan sodomi ataupun mutilasi rupanya tak mengenal 
kelas.

Siapa pun, baik dari golongan masyarakat kelas atas maupun dari golongan 
masyarakat yang dikatakan kelas bawah, bisa saja menjadi korban dari tindak 
kriminal sodomi ataupun mutilasi. Demikian pula pelakunya ternyata tak melulu 
datang dari kalangan masyarakat miskin kota.

Yang mengejutkan, berdasarkan pantauan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Sahabat 
Anak di Indonesia beberapa tahun terakhir, ternyata banyak tindak sodomi atau 
pedofilia terhadap anak dilakukan oleh kalangan masyarakat ekspatriat atau 
warga negara asing yang tinggal di Indonesia. Sayangnya, sebagian besar dari 
aksi sodomi yang dilakukan oleh para ekspatriat itu tidak sempat terungkap ke 
area publik, seperti kasus Robot Gedek ataupun Babeh yang hingga detik ini 
masih menghebohkan masyarakat.

Menurut aktivis Sahabat Anak, Benny Lummy, berdasarkan pantauan para 
sukarelawan Sahabat Anak di berbagai kawasan vital di Jabodetabek, ditemukan 
sejumlah kasus sodomi atau pedofilia terhadap anak-anak yang pelakunya adalah 
ekspatriat. Beberapa di antara kasus tersebut korbannya adalah anak-anak 
jalanan.

"Jadi, tidak menjamin masyarakat kelas atas tidak akan melakukan tindakan 
seperti itu juga. Buktinya, dari pantauan kami di Jabodetabek saja banyak 
ekspatriat yang melakukan sodomi itu. Cuma tidak terekspos ke publik saja," 
papar Benny saat ditemui Kompas.com di Kantor LBH Jakarta, Kamis (21/1/2010).

Benny menambahkan, modus yang digunakan para ekspatriat tersebut dalam 
melakukan aksi sangat variatif. Ada yang sengaja mengumpulkan anak-anak jalanan 
di rumahnya untuk diajarkan bahasa Inggris.

Seusai pelajaran berakhir, mereka melakukan aksi bejatnya. Bahkan, ada juga di 
antara mereka yang sudah memiliki kurir sendiri yang sengaja dikirim ke 
jalan-jalan untuk mencari "mangsa" setiap saat.

"Pernah juga ada satu kasus, seorang anak jalanan datang ke kami karena 
ketakutan dikejar-kejar warga asing gara-gara dia lari waktu dipaksa melakukan 
sodomi. Menariknya, dia lari membawa sebuah kamera dan di dalam kamera tersebut 
kami menemukan rekaman adegan si ekspatriat itu sedang memaksa dua anak 
melakukan hubungan seks. Tapi, kejadiannya bukan di Indonesia," ujar Benny.

Diakui Benny, hingga saat ini, di Jabodetabek saja masih banyak kasus serupa 
yang belum terungkap dan tertangani secara serius oleh pihak-pihak yang 
berwenang. Sementara itu, berdasarkan data dari Jakarta Centre for Street 
Children, pada tahun 2000 saja ada sekitar 60 kasus sodomi atau pedofilia yang 
dilakukan oleh warga asing dan itu merupakan kasus-kasus yang berhasil 
diungkap. Diperkirakan masih ada puluhan, bahkan ratusan, kasus lainnya yang 
tidak berhasil diangkat ke area publik.

Ironisnya, dari 60 kasus tersebut pun hanya 3 yang berhasil ditindaklanjuti 
hingga ke tingkat pengadilan.

http://nasional.kompas.com/read/2010/01/22/0644528/Wah..Banyak.Ekspatriat.Jadi.Pelaku.Sodomi



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sri, Kesalahan atau Kejahatan

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Rhenald Kasali

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/04262490/sri.kesalahan.atau.kejahatan



Sebagai rakyat biasa, belakangan ini saya sering sakit kepala menyaksikan 
siaran tentang "pengadilan". Apalagi "pengadilan" yang mengusik nurani. 
"Pengadilan" itu mencari "kesalahan" dan setiap menemukan kesalahan, mereka 
minta dicatat dan ditindaklanjuti. Yang "bersalah" agar dihukum.

Vonis hukuman pun memiliki beragam motif. Tidak melulu untuk menimbulkan efek 
jera atau memberi rasa keadilan. Ada vonis yang bertujuan sekadar menjalankan 
tugas, menyenangkan atasan, menjalankan aspek-aspek legalistik-formal, balas 
dendam, dan mempermalukan orang.

Kalau penjara semakin penuh, dan penjahat negara makin banyak ditangkap dan tak 
pernah berhenti, jangan-jangan kita telah lebih banyak menangkap orang yang 
"bersalah" ketimbang yang jahat. Kita semua tentu menginginkan, dengan 
demokrasi, Indonesia bisa berubah menjadi bangsa yang besar. Namun, untuk 
menjadi bangsa yang besar, para elite dan pemimpinnya harus bisa membedakan 
antara kesalahan dan kejahatan.

Perubahan dan kesalahan

Setiap kali menghadapi perubahan, seorang pemimpin selalu menghadapi suasana 
yang dilematis. Mengambil langkah A dan B, menolong atau membiarkan mati, 
mengambil langkah berani yang berisiko atau mendiamkan saja.

Lord Erlington mengatakan, pemimpin yang tak melakukan kesalahan adalah 
pemimpin yang tak melakukan apa-apa. Karena itu, di era perubahan ini banyak 
ditemui pemimpin dan birokrat yang tak melakukan apa-apa. Serapan dana APBN 
rendah, proyek yang dikerjakan yang gampang- gampang saja dan rutin. Tak ada 
yang baru, apalagi terobosan (breakthrough). Hasilnya menjadi bagus: posisi 
aman, jabatan terus diperpanjang atasan.

Sebaliknya, mereka yang melakukan breakthrough menghadapi risiko tinggi sebab 
perubahan sering kali harus dimulai dengan penghancuran belenggu-belenggu dan 
kekuasaan-kekuasaan lama. Risiko mengalami benturan, perlawanan dan kemungkinan 
"salah" atau dipersalahkan sangat besar.

Mereka justru dipecat, diganti, atau diadili. Menghadapi krisis atau perubahan 
kalau tidak direspons bisa mati, tetapi kalau dihadapi dan keputusan yang 
diambil salah, mati juga. Karena itu, pemimpin yang menghadapi perubahan dan 
mau mengatasinya berpotensi melakukan kesalahan. Namun, apakah kesalahan 
otomatis sebuah kejahatan?

Herbert Simon, ahli ekonomi-politik, penerima hadiah Nobel Ekonomi 1978, 
menandaskan, "Percuma 'mengadili' keputusan yang sudah diambil. Apalagi bila 
digunakan 'rasionalitas', karena dalam setiap pengadilan keputusan strategis 
setiap pemimpin selalu ditengarai oleh suasana keterbatasan."

Keterbatasan itulah yang mungkin dihadapi oleh mantan Wakil Presiden M Jusuf 
Kalla, mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono, atau Menkeu Sri Mulyani 
Indrawati. Keterbatasan atau ketidaklengkapan informasi, terbatasnya waktu, 
banyak celah hukum, kecerdikan penjahat yang memanfaatkan situasi, lemahnya 
sistem komunikasi, kesibukan para atasan, dan tentu saja keterbatasan otak 
manusia.

Dengan demikian, percuma mencari-cari kesalahan pengambilan keputusan yang 
diambil Sri Mulyani. Percuma mempersoalkan efek sistemik atau tidak, atau 
kebijakan-kebijakan yang diambil, sementara penjahat yang melakukan kejahatan 
dibiarkan menari-nari dan menikmati keuntungan. Dalam teori 
bounded-rationality, Herbert Simon menegaskan, secara psikologi, manusia 
pengambil keputusan hanyalah partly rational.

Bersyukurlah

Selain harus mampu membedakan antara kesalahan dengan kejahatan, bangsa 
Indonesia juga harus belajar melihat jauh ke depan. Seligman, Bapak Psikologi 
Positif, mengatakan, "Sumber kebahagiaan suatu bangsa sangat erat hubungannya 
dengan rasa syukur dan motivasi membalas."

Kita patut bersyukur kesalahan yang diambil Sri tidak merembet ke mana-mana. 
Ini dapat berarti dari 100 keputusan yang diambilnya, 99 persen di antaranya 
berujung pada hasil yang baik. Rasa syukur ini bukanlah sebuah pembenaran 
terhadap sebuah kesalahan, tetapi merupakan alat untuk bertindak dan berani 
menghadapi perubahan.

Rasa syukur adalah modal penting untuk mendorong optimisme. Seperti kata 
Seligman, "Manusia selalu memiliki dua jenis harapan, yaitu harapan bagus dan 
harapan buruk." Saya khawatir kalau para elite terus memperbesar 
"harapan-harapan buruk", segala optimisme yang melahirkan "harapan-harapan 
bagus" habis ditelan "harapan-harapan buruk".

Sebagai bangsa yang belum benar-benar kaya, kita hendaklah jangan gegabah 
membuang baju hanya gara-gara sehelai benangnya lepas sehingga seakan-akan 
seluruh jalinannya terburai.

Kita juga harus mulai menghentikan efek dendam keris Empu Gandring dan bukan 
memelihara dendam. Kalau semua pemimpin yang salah mengambil keputusan 
diidentikkan dengan penjahat, maka tersenyumlah semua penjahat.

Rhenald Kasali Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Suara Rakyat Membuat Obama Ubah Kebijakan

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
WASHINGTON, KAMIS - Presiden AS Barack Obama dan Partai Demokrat berpacu untuk 
mengevaluasi kembali rencana sistem perawatan kesehatan dan strategi menghadapi 
pemilihan-pemilihan di negara-negara bagian.

Hal itu dilakukan menyusul kekalahan mengejutkan mereka dalam perebutan kursi 
senat Massachusetts yang sejak lama diduduki mendiang Edward M Kennedy.

Kekalahan memalukan di basis Demokrat dari calon Republik, Scott Brown, itu 
merupakan akhir yang pahit pada tahun pertama kepresidenan Obama.

Kalangan Demokrat yang frustrasi karena kekalahan itu mendesak Gedung Putih 
untuk fokus pada lapangan kerja dan ekonomi, bukan pada perombakan perawatan 
kesehatan yang saat ini dalam bahaya. Selain itu, juga mendesak Obama lebih 
serius menyiapkan diri menghadapi kalangan Republik, khususnya menjelang 
pemilihan anggota Kongres pada musim gugur 2010 (antara September-November).

"Kita membutuhkan undang- undang mengenai lapangan kerja. Kita perlu strategi 
jangka pendek dan fokus pada penciptaan lapangan kerja, segera," kata Senator 
Bob Casey,

Dia berkeyakinan, jika pesan dominan yang disampaikan bukan mengenai lapangan 
kerja dan pengeluaran, maka hal itu akan menyulitkan para kandidat Demokrat 
dalam menghadapi tantangan Republik.

Akui kesalahan

Obama sendiri mengakui kesalahannya dalam berkomunikasi. Kepada ABC News, Obama 
mengungkapkan, dalam setahun berharap, dari krisis satu ke krisis lain, dirinya 
kehilangan dorongan untuk berbicara langsung kepada rakyat AS mengenai apa 
nilai-nilai inti mereka dan mengapa penting untuk memastikan bahwa 
institusi-institusi yang ada bisa menyesuaikan diri dengan nilai-nilai itu.

Obama mulai menunjukkan perbedaan tajamnya dengan kalangan Republik, dengan 
menyerang mereka karena menentang usulan untuk menalangi pajak perbankan. Dia 
berusaha menggambarkan Demokrat berada di pihak para pembayar pajak dan 
Republik di pihak orang-orang berkepentingan khusus dan Wall Street.

Kemenangan Brown di Massachusetts mengakhiri mayoritas super 60 suara Demokrat 
di Senat (beranggotakan 100) yang diperlukan untuk meloloskan suatu legislasi.

Mulai menguatnya dukungan kepada Republik, dan berkurangnya kursi Demokrat, 
akan membuat Obama sulit menjalankan agenda-agendanya.

Demokrat memang masih suara mayoritas, baik di DPR maupun Senat AS. Akan 
tetapi, kemenangan Republik dalam perebutan dua kursi gubernur merupakan 
peringatan keras bagi Demokrat.

Di kalangan Demokrat pun muncul perasaan khawatir. Jika Republik bisa menang di 
negara bagian liberal seperti Massachusetts, mereka kemungkinan besar bisa 
menang di tempat lain yang menjadi basis Demokrat.

Beberapa kalangan di Demokrat merasa Obama dan timnya lebih fokus pada 
terpilihnya kembali Obama untuk kedua kalinya, dan melupakan terpilihnya 
calon-calon Demokrat pada pemilihan di berbagai negara bagian. (AP/Reuters/OKI)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/03411171/suara.rakyat.membuat.obama.ubah.kebijakan..



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Presiden: Tidak Ada Mosi Tidak Percaya

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Bogor, Kompas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, tujuh pemimpin 
lembaga negara bersama sepakat dengan pilihan sistem ketatanegaraan di 
Indonesia yang berdasarkan UUD 1945, yaitu saling mengimbangi dan mengawasi di 
antara lembaga-lembaga. Karena itu, sistem atau kultur mosi tidak percaya 
(impeachment) terhadap presiden dan wakil presiden, sebagaimana dalam sistem 
parlementer, tidak berlaku.

Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers bersama seusai 
melakukan komunikasi politik dengan tujuh pemimpin dan wakil lembaga negara 
dalam rapat konsultasi di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Kamis (21/1).

Dalam jumpa pers, Presiden didampingi Wakil Presiden Boediono beserta tiga 
menteri koordinator dan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi.

Hadir pula Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPR Marzukie Ali, Ketua Dewan 
Perwakilan Daerah (DPD) Irman Guzman, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi 
Poernomo, Ketua Mahkamah Agung Harifin Tumpa, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud 
MD, dan Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas.

Menurut Presiden, sistem saling mengimbangi dan mengawasi itu bukan untuk 
saling menjatuhkan atau saling mengintip. Seperti pada sistem parlementer, yang 
setiap saat bisa dilaksanakan mosi tidak percaya sehingga kabinet bisa jatuh 
bangun dan menterinya berguguran.

"Presiden tidak bisa membubarkan MPR, DPR, dan DPD. Sebaliknya, juga tidak 
berlaku semacam sistem atau kultur mosi tidak percaya," tutur Presiden.

Sebelumnya, Presiden Yudhoyono mengatakan, prakarsa acara ini atas permintaan 
pimpinan lembaga negara karena ada dinamika dalam kenegaraan, demokrasi dan 
politik. Selanjutnya, Presiden mengundang para pemimpin lembaga negara.

Tak bahas Century

Ketika ditanya apakah ada kesepakatan bersama dengan para pemimpin lembaga 
terhadap kemungkinan hasil Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century, 
Presiden membantah. Pertemuan itu disebutkan Presiden tidak secara khusus 
membahas masalah Bank Century, tetapi membahas masalah-masalah fundamental 
kebangsaan yang meliputi belasan soal.

"Tidak ada mencocok-cocokkan sikap, tidak ada membangun kesepakatan di antara 
kami untuk sebuah solusi (Bank Century) harus seperti ini atau hasilnya harus 
seperti ini," tutur Presiden.

Presiden mengingatkan, "Yang jelas, ini dari saya, dari Presiden, bahwa hak 
angket Bank Century harus dijaga arah, tujuan, dan konteksnya yang benar."

Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas yang dihubungi semalam mengatakan, 
pertemuan tujuh pemimpin lembaga negara tersebut tidak politis. Pertemuan itu 
guna menyinergikan agenda kerja nasional bersama untuk dilakukan sesuai dengan 
tugas dan kewenangan masing-masing.

(ANA/DAY/HAR)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/03310552/presiden.tidak.ada.mosi.tidak.percaya



[Forum-Pembaca-KOMPAS] TV dan Internet Tak Akan Matikan Koran

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan


JAKARTA, KOMPAS - Gencarnya pemberitaan di televisi dan kuatnya penetrasi 
internet di Indonesia tak akan mematikan koran atau media cetak lainnya. Di 
daerah, koran berkembang pesat, jauh lebih banyak dibandingkan dengan koran 
yang tutup—karena masalah internal. Peluang iklan di media cetak tetap tumbuh 
dan persentasenya cenderung meningkat.

Demikian benang merah Seminar Media Industry Outlook 2010 yang digelar Serikat 
Penerbit Surat Kabar (SPS), Rabu (20/1) di Jakarta. Narasumber yang tampil dari 
Media Trac, Andy Sjarif, Direktur Radar Lampung Ardiansyah, Managing Director 
Pikiran Rakyat Bandung Januar P Ruswita, Pemimpin Umum Tabloid Pulsa Legiman 
Misdiyono, Business Development Manager Nielsen Media Research Maika Randini, 
General Manager Promosi PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, dan Vice President 
Public and Marketing Communications PT Telkom Indonesia Tbk Eddy Kurnia.

Ardiansyah mengatakan, 10 tahun terakhir media cetak yang terbit jauh lebih 
banyak dari media yang mati. Sebagai gambaran, di Lampung awalnya ada empat 
koran harian, sekarang ada 11 koran harian. Di Bengkulu sekarang ada 7 koran 
harian dan di Jambi ada 12 koran harian.

"Kalaupun ada koran yang mati, itu karena persoalan internal. Bukan karena 
kalah bersaing dari media online atau kuatnya penetrasi internet dan gencarnya 
gempuran televisi," katanya.

Seminar SPS sebelumnya membuktikan, media cetak tetap eksis karena memiliki 
karakter yang unik. Hal itu karena media cetak mampu menjaga nilai-nilai 
demokrasi, memiliki kedalaman informasi yang sulit ditemui pada media massa 
lainnya, dan dikelola secara profesional.

Survei SPS bekerja sama dengan LP3ES di 15 kota menunjukkan bahwa peluang dan 
potensi media cetak tetap terbuka lebar. Itu terlihat dari waktu rata-rata 
membaca koran orang di Indonesia per hari berkisar 34 menit. Hal ini juga 
dimungkinkan dari belanja iklan pada tahun 2009 sebesar Rp 36 triliun 
(Januari-September), media cetak mendapat pangsa pasar sebesar Rp 13,85 triliun 
atau setara dengan 39 persen, sementara televisi 61 persen.

Fenomena luar negeri yang diungkap Andy Sjarif menyebutkan, salah satu penyebab 
bangkrutnya koran-koran di Amerika Serikat bukan karena internet, melainkan 
kemampuan Google mendatangkan revenue dari iklan melalui sistemnya di internet.

"Google.com di Amerika sekarang mendominasi secara web traffic dan secara 
revenues/sales. Di Indonesia, sudah mendominasi secara web traffic karena 34,42 
persen web traffic dari top 100 situs di Indonesia sudah dimiliki oleh Google 
dan afiliasi mereka. Secara iklan, Google di Indonesia sudah mulai 
beraktivitas, tapi belum mendominasi," ungkap Andy Sjarif. (NAL)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/03073044/tv.dan.internet.tak.akan.matikan.koran



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Gerhana Legitimasi

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Tamrin Amal Tomagola

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/04484154/gerhana.legitimasi.



Gerhana Matahari pada 15 Januari 2010 agaknya mirip gerhana kredibilitas 
kepemimpinan presidensial Susilo Bambang Yudhoyono dalam 100 hari 
kepemimpinannya.

Gerhana Matahari, pekan lalu, tercatat sebagai yang terlama dalam milenium 
ketiga (Kompas, 16/1/10), sedangkan gerhana kredibilitas kepemimpinan 
presidensial SBY juga terlama sejak tahun 2004 dan kebetulan terjadi pada masa 
pemerintahan keduanya.

Selama ini, ada yang menilai SBY sebagai berdisposisi karakter "staff'", bukan 
posisi "commander". Padahal, sejak akhir 2004 ia dipilih rakyat untuk memegang 
kendali memimpin suatu negeri yang begini luas dan berpenduduk terbanyak 
keempat dunia.

Berbeda dengan psychological properties seseorang, yang selalu teramati setiap 
saat, seperti senyuman yang selalu tersungging, psychological dispositions 
pribadi tertentu hanya muncul, secara terpola, bila mendapat rangsangan pada 
waktu dan konteks tertentu (Morris Rosenberg, The Logic of Survey Analysis, 
1968).

Seorang pekerja staf akan menampilkan respons yang berbeda dengan pemimpin yang 
berkarakter commander (komandan). Seorang pemimpin berdisposisi komandan, 
dengan tegas menunjuk arah yang dituju, memilih dengan cermat para pembantu 
yang mumpuni di bidang masing- masing, dan memberi kebebasan penuh kepada 
mereka untuk berkiprah maksimal menuju arah yang telah ditunjuk.

Sebaliknya, respons lumrah seorang yang terbiasa menjadi staf, termasuk pada 
saat krisis, adalah menelaah dulu rambu- rambu birokrasi secara njelimet. 
Pencermatan rambu-rambu aturan birokrasi itu bila perlu ditandai warna-warna 
tinta berbeda untuk menunjukkan derajat dan status yang berbeda dari berbagai 
pasal dan ayat perundang- undangan. Karena itu, kecenderungan normatif sangat 
menonjol pada pekerja staf. Mereka cenderung lambat mengambil keputusan, 
apalagi tindakan konkret.

Pekerja staf selalu dibayangi perhitungan safety first. Mereka baru berani 
bertindak bila benar- benar terjamin aman. Karena itulah, sama sekali tidak 
mengherankan bila seseorang yang berdisposisi staf selalu membutuhkan waktu 
lama sekali sebelum akhirnya bertindak. Di pihak lain, para komandan tidak 
pernah enggan mengambil risiko yang sudah diperhitungkan (calculated 
risk-takers) dengan timing yang tepat dan terukur.

Kredibilitas mendung

Pada periode pertama pemerintahannya, kredibilitas SBY banyak tertolong gerak 
cepat Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dengan berbagai program penyelamatan 
rakyat kecil, serta kebijakan keuangan yang cerdas, lugas, dan bersih oleh 
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Begitu peran kunci kedua bintang pendongkrak kredibilitas SBY ini absen atau 
goyah dalam masa pemerintahan kedua karena JK berpisah jalan dengan SBY dan Sri 
Mulyani ikut tercemar karena "tertipu" oleh otoritas Bank Indonesia dalam 
skandal Bank Century, tak pelak lagi kredibilitas SBY mulai menurun perlahan 
tetapi pasti. Berbagai survei pendapat publik menunjukkan penurunan popularitas 
SBY secara signifikan.

Paling kurang ada tiga faktor kunci penyebab kian mendungnya kredibilitas 
presidensial SBY. Pertama, ditempatkannya orang- orang yang kredibilitas moral 
dan profesionalitasnya diragukan publik. Sedikitnya ada empat pejabat kunci 
kabinet yang kredibilitas moralnya dipertanyakan. Keempatnya, sebelumnya adalah 
pemimpin kolektif sebuah yayasan yang menerima sumbangan senilai 1 miliar 
dollar AS dari seorang buron koruptor. Publik cenderung menyamakan harkat 
integritas moral mereka dengan Jaksa Urip yang disuap oleh Ayin. Ironisnya, 
Jaksa Urip masuk penjara, sedangkan keempat orang itu malah masuk kabinet pada 
posisi kunci pula.

Kedua, tumpulnya kepekaan dan tiadanya prioritas dalam penggunaan dana negara. 
Salah satu yang paling ironis adalah dianggarkannya pembelian mobil super mewah 
bagi para menteri seharga hampir tiga kali lipat harga mobil dinas kabinet 
sebelumnya. Ini bukan contoh baik bagi asketisme yang menjadi tradisi para 
founding fathers republik ini, selain juga contoh tak sedap bagi tekad 
menurunkan emisi karbon yang dicanangkan SBY sendiri di KTT Perubahan Iklim 
Kopenhagen, Desember.

Belum lagi penyediaan pesawat kepresidenan serta renovasi pagar istana. 
Anehnya, biaya setara beribu-ribu sekolah dasar dan puskesmas itu disetujui 
oleh seorang Menkeu yang terkenal hati-hati dan lugas dalam pembelanjaan uang 
negara. Bantahan Juru Bicara Presiden bahwa SBY tak tahu-menahu dengan pos-pos 
belanja mewah tersebut justru semakin memendungkan kredibilitas presidensial 
SBY.

Akhirnya, yang tak kurang penting adalah kurang terlihatnya sikap untuk berdiri 
di depan. Dalam hampir 100 hari terakhir, alih-alih melindungi bawahan dan 
mengambil alih tanggung jawab sebagai komandan tertinggi RI, Presiden malah 
cenderung membantah keterlibatannya dalam kasus dan heboh Bank Century. Ia 
justru terkesan mengorbankan bawahannya.

Tamrin A Tomagola Sosiolog

 





[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kerugian Talangan Bank Century

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Iman Sugema

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/04243627/kerugian.talangan..bank.century



Sejauh ini belum ada penghitungan resmi yang dikeluarkan pemerintah tentang 
kerugian finansial sebagai akibat dari penyelamatan Bank Century. Dalam tulisan 
ini, saya akan mencoba menampilkan salah satu metode penghitungan kerugian 
tersebut, hanya sekadar untuk membangunkan kesadaran publik bahwa kerugian 
memang telah terjadi.

Metode yang diterapkan adalah penghitungan kerugian "aktual" atau kerugian yang 
sudah betul-betul terjadi pada tanggal tertentu. Sebagai basis penghitungan, 
kita akan menggunakan neraca Bank Century pada bulan Juli 2009 sebagaimana 
tercantum pada hasil audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan.

Penggunaan laporan keuangan per 31 Juli 2009 didasari atas kenyataan bahwa 
penyertaan modal sementara (PMS) yang diinjeksikan ke Bank Century sampai 
tanggal 24 Juli 2009 adalah sebesar Rp 6.762,4 miliar. Kedua tanggal tersebut 
berdekatan sehingga penghitungan tidak terlalu berbeda jika menggunakan salah 
satu tanggal tersebut.

Ekuitas Bank Century pada Juli 2009 ternyata hanya memiliki nilai buku sebesar 
Rp 678,5 miliar. Dengan demikian, dana PMS hanya memiliki nilai buku 
sepersepuluhnya. Kerugian yang harus ditanggung Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 
adalah Rp 6,08 triliun atau 90 persen dari total dana talangan.

Dalam bahasa pasar modal, LPS membeli Bank Century dengan harga 10 kali lipat 
nilai bukunya. Kalau saat itu LPS tidak mau menanggung kerugian, Bank Century 
harus bisa dijual kepada investor dengan price to book value (PBV) sebesar 10 
kali. Sangat sulit untuk menjual sebuah bank semahal itu. Catatan historis 
akuisisi bank di Indonesia, harga jual berada di kisaran PBV tiga kali. Itu pun 
kalau ada yang mau beli.

Rencananya, LPS akan menjual Bank Century lima tahun yang akan datang. Berapa 
nilai Bank Century seharusnya lima tahun yang akan datang bila LPS tidak ingin 
rugi? Tentu nilainya bukan lagi Rp 6,76 triliun karena kita harus 
memperhitungkan biaya imbangan (opportunity cost). Kita bisa mengasumsikan uang 
sebesar itu diinvestasikan LPS dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang 
memberikan tingkat bunga tertentu setiap bulan.

Untuk menentukan nilai lima tahun mendatang, harus disimulasikan dengan tingkat 
suku bunga tertentu. Dari data historis, tingkat bunga SBI berada di rentang 6 
persen sampai 14 persen. Mari kita simulasikan dengan suku bunga 6, 10, dan 14 
persen.

Dengan asumsi suku bunga 6 persen, uang sebesar Rp 6,76 triliun lima tahun 
mendatang harus sama dengan Rp 9,05 triliun. Kalau suku bunga adalah 10 dan 14 
persen, nilainya akan sama dengan Rp 10,89 triliun dan Rp 13,02 triliun. Agar 
LPS tidak rugi, nilai jual Bank Century lima tahun yang akan datang harus 
berada di rentang Rp 9 triliun sampai dengan Rp 13 triliun.

Kerja ekstra keras

Apakah nilai jual sebesar itu bisa diwujudkan? Tentu harus disimulasikan dengan 
suatu angka angan-angan. Contohnya, kalau target PBV yang realistis adalah 3 
kali, nilai buku ekuitas Bank Century untuk bisa dijual Rp 9 triliun adalah Rp 
3 triliun (Rp 9 triliun dibagi PBV). Untuk mencapai angka ekuitas Rp 3 triliun, 
akumulasi nilai buku harus tumbuh sebesar 35 persen per tahun. Sebuah tingkat 
pertumbuhan yang teramat tinggi walaupun tidak mustahil.

Apalagi kalau titik impasnya adalah Rp 13 triliun, nilai buku ekuitas lima 
tahun mendatang adalah Rp 4,3 triliun. Itu berarti nilai ekuitas harus tumbuh 
sebesar 45 persen per tahun. Kalau saja keuntungan Bank Century tidak dibagikan 
dalam bentuk dividen dan dengan demikian diakumulasikan sebagai tambahan modal 
setiap tahun, kisaran target return on equity (ROE) yang harus dicapai adalah 
35 sampai 45 persen per tahun. Sebuah target tingkat keuntungan yang jauh 
berada di atas normal. Sebagai catatan, ROE untuk bank sekelas Bank Century 
normalnya adalah sekitar 12 persen.

Kesimpulannya, kalau kerugian hanya diupayakan untuk ditutup dengan cara 
mengembangkan nilai jual, hampir bisa dipastikan sulit untuk dicapai. 
Dibutuhkan kerja ekstra keras selama lima tahun berturut-turut untuk 
menciptakan laba yang jauh di atas normal. Itu pun kalau setiap tahun terjadi 
keuntungan. Bagaimana kalau ternyata dalam kurun tertentu malah yang tercetak 
adalah kerugian operasional? Pasti lebih sulit lagi untuk menutupi kerugian.

Mengingat ketidakmungkinan tersebut, menutup kerugian talangan Bank Century 
jelas harus dibarengi dengan cara lain. Salah satunya adalah dengan mengejar 
aset yang dilarikan ke luar negeri oleh trio pemilik Bank Century, yakni RT, 
RAR, dan HAW. Data-data yang dilansir oleh Badan Reserse Kriminal Polri 
menunjukkan harta ketiga orang ini di luar negeri mencapai puluhan triliun 
rupiah. Masalahnya adalah kita belum bisa memastikan berapa harta mereka yang 
bisa disita.

Biasanya, semakin lamban aparat kita bertindak, semakin besar kemungkinan harta 
itu dipindahtangankan atau disembunyikan di negara-negara yang merupakan safe 
heaven. Kit

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggung Jawab Presiden

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Malang, Kompas - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan, semua 
persoalan negara, termasuk kasus Bank Century, merupakan tanggung jawab kepala 
negara. Ini dikatakan Kalla menjawab pers seusai seminar kewirausahaan di 
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Rabu (20/1).

"Semua masalah negeri ini tanggung jawab kepala negara. Tetapi, hal-hal terkait 
detail tentu ada pelaksananya," ujar Kalla.

Yang jelas, menurut Kalla, kasus Bank Century harus segera diselesaikan oleh 
DPR. "Saya rasa untuk pemanggilan-pemanggilan seperti yang terjadi selama ini 
sudah tidak perlu lagi. Jangan terlalu lama prosesnya agar kasus cepat 
selesai," tuturnya.

Menurut Kalla, percepatan penyelesaian kasus Bank Century penting bagi DPR, 
mengingat wakil rakyat diberi tenggat waktu dua bulan untuk mencari akar 
persoalan yang merugikan keuangan negara hingga triliunan rupiah tersebut.

Mengenai desakan untuk menonaktifkan Wakil Presiden Boediono akibat dugaan 
tersangkut kasus Bank Century, Kalla menyerahkan sepenuhnya kepada DPR. "Itu 
semua bergantung pada DPR. Kita serahkan saja kepada mereka," ujarnya.

Prerogatif Presiden

Sementara itu, ketika dicecar wartawan soal reshuffle kabinet terkait rumor 
yang menyebutkan kesepakatan antara dirinya dan Presiden untuk mengganti 
Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau 
Ical, kemarin di Bekasi, menyatakan, "Itu hak prerogatif Presiden."

Sebelumnya, saat membacakan pidato sambutannya, Ical menegaskan, isu 
kesepakatan antara dirinya dan Presiden untuk mengganti Sri Mulyani tidak 
benar. Menurut Ical, kasus Bank Century merupakan kecenderungan untuk melakukan 
personifikasi kasus besar dengan orang-orang tertentu.

Ical mengatakan, awalnya kasus Bank Century dipersonifikasikan sebagai 
perseteruan antara dirinya dan Sri Mulyani, lalu berubah menjadi isu 
kesepakatan antara dirinya dan Presiden untuk mengganti Sri Mulyani. "Ini tidak 
sehat dan isunya tidak benar," katanya.

Menurut Ical, Sri Mulyani dan Wakil Presiden Boediono adalah tokoh-tokoh 
terhormat. Ia mengatakan, jika memang keduanya memiliki kesalahan dalam kasus 
Bank Century, hal tersebut tidak didasari atas motif korupsi atau sengaja 
menghancurkan negara.

"Saya pribadi melihat Profesor Boediono dan Dr Sri Mulyani sebagai kolega dan 
tokoh-tokoh terhormat," kata Ical. (ink/dia)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/04352894/tanggung.jawab.presiden



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bank Harus Bayar Nasabah

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Bank Indonesia memerintahkan bank mengganti kerugian nasabah 
segera setelah proses verifikasi kerugian dilakukan. Kerugian nasabah 
diperkirakan Rp 5 miliar dari empat bank yang ada. Indikasi bank mampu atasi 
masalah adalah masyarakat aman memakai ATM.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia (BI) Difi A Johansyah, kemarin, mengatakan, 
laporan terakhir bank, sampai Kamis (21/1), menyebutkan, laporan dari perbankan 
ke BI, modus operandi pembobolan kartu anjungan tunai mandiri (ATM) adalah 
skimming data, yaitu pencurian data nasabah yang tersimpan di dalam kartu dan 
pencurian atau pengintipan nomor identitas personal (PIN) di mesin ATM melalui 
kamera yang dipasang pembobol.

Menurut dia, bank saat ini sudah melakukan investigasi mengenai modus operandi, 
data potensial yang dicuri, mitigasi risiko terhadap data yang kemungkinan 
sudah dicuri, dan sudah melaporkan kepada pihak kepolisian untuk investigasi 
lebih lanjut.

"Untuk mencegah kerugian akibat skimming data, nasabah diimbau mengganti PIN 
secara berkala, melindungi kerahasiaan PIN, memerhatikan kondisi fisik ATM dan 
sekelilingnya, serta saat bertransaksi menggunakan kartu ATM pada merchant toko 
yang bekerja sama dengan pihak perbankan, nasabah diharapkan memerhatikan 
kondisi alat EDC (electronic data capture) pada setiap merchant tersebut," 
papar Difi.

Ia menjelaskan, Bank Indonesia telah mengimbau bank untuk tetap memerhatikan 
prinsip perlindungan nasabah. Dalam hal ini, apabila nasabah merasa ada 
transaksi yang mencurigakan pada rekeningnya, nasabah dapat segera menghubungi 
bank. Selanjutnya, bank akan melakukan investigasi terhadap laporan yang masuk 
berdasarkan bukti yang ada sesuai dengan prosedur.

Dalam menghadapi persoalan ini, menurut Difi, BI sudah berkoordinasi dengan 
bank untuk menginvestigasi masalah, mengidentifikasi risiko, dan merumuskan 
langkah yang segera dapat dilakukan dalam jangka pendek dan menengah. BI juga 
akan memonitor upaya yang dilakukan bank untuk mengatasi hal ini dan melindungi 
nasabah.

"Bank Indonesia mendorong perbankan segera mengimplementasikan penggunaan 
teknologi chip pada kartu dan mesin ATM sehingga dapat meningkatkan keamanan 
dan mengurangi risiko skimming data," ungkap Difi.

BI wilayah Bali mengalkulasi nilai pembobolan rekening nasabah beberapa bank 
swasta yang diduga melalui ATM di wilayah Denpasar mencapai Rp 2 miliar. Jumlah 
nasabah yang kebobolan diperkirakan 200 orang.

Bank swasta yang kebobolan, antara lain, adalah Bank BCA (korban terbanyak), 
BRI, Mandiri, BNI, Permata, dan BII. Sementara Kepolisian Kota Besar Denpasar 
tengah memeriksa 20 saksi terkait dengan kasus ini.

Cara lama

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi mengatakan, 
sejauh ini polisi mencurigai modus yang digunakan pelaku sebenarnya masih 
menggunakan cara-cara lama. Salah satunya adalah menyadap data PIN nasabah 
dengan memasang alat penyadap data ATM di mesin-mesin ATM.

"Bisa mesin-mesin ATM atau mesin pendebet di toko-toko. Karena itu, kami 
pelajari lagi file catatan kriminal lama, sekitar tahun 2008," kata Ito.

Ito belum dapat memastikan ada tidaknya keterlibatan orang asing atau jaringan 
internasional dalam kejahatan tersebut. Namun, polisi akan menelusuri 
kemungkinan keterlibatan orang dalam dari bank.

Korban

Grace Simon, penyanyi yang populer pada tahun 1970-an, sudah melapor kepada 
polisi sebagai salah satu korban pembobolan ATM ini. Grace kehilangan Rp 20 
juta dari rekeningnya di Bank BCA. Akan tetapi, dia bersyukur, uangnya sudah 
dikembalikan oleh pihak bank.

Rekening Grace Simon di Bank Mandiri juga kebobolan Rp 5 juta. Dia berharap 
pembobolan uangnya di Bank Mandiri sebesar Rp 5 juta dengan modus sama juga 
segera mendapat penggantian.

Korban pembobolan ATM tak hanya menimpa warga di Bali, tetapi juga warga DKI 
Jakarta. Korban mempertanyakan sistem keamanan perbankan yang memungkinkan 
kejahatan semacam itu terjadi.

Salah satu warga Jakarta yang menjadi korban pembobolan ATM adalah Djodi 
Soebardjo (57), nasabah di kantor cabang BCA di kawasan Kuningan, Jakarta 
Selatan. Tabungan Djodi yang dibobol pada hari Se- nin (18/1) mencapai Rp 70 
juta. Padahal, Djodi menggunakan kartu ATM Paspor BCA berjenis Gold.

"Padahal, kartu ATM Paspor BCA jenis Gold jumlah uang yang bisa ditransfer 
sehari maksimum hanya Rp 25 juta. Kenapa dalam sehari uang saya bisa ditransfer 
hingga melebihi batas maksimum?" ujar Djodi.

Sebagian besar uang korban, termasuk warga negara Amerika Serikat dan Rusia, 
dibobol melalui sejumlah ATM di kawasan wisata internasional Kuta.

Sementara itu, untuk mencegah penggandaan kartu ATM, Sekretaris Perusahaan PT 
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Muhamad Ali mengimbau nasabah BRI agar 
mengganti PIN.

Tak perlu panik

Pemimpin Bank Indonesia wilayah Denpasar Jeffrey Kairupan mengimbau masyarakat, 
khususnya warga Denpasar, tidak panik ke bank. Ia mengungkapkan, beberapa bank 
yang kebobolan akan segera mengganti dana nasabah korba

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menunggu Giliran SBY

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh SALDI ISRA

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/04473081/menunggu.giliran.sby.


Sejak terbentuk pada awal Desember 2009, Pansus Bank Century telah memanggil 
sejumlah tokoh penting yang dinilai berperan dalam pengucuran dana talangan 
senilai Rp 6,7 triliun ke Bank Century.

Di antara figur sentral itu adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, 
mantan Gubernur Bank Indonesia (saat ini Wakil Presiden) Boediono, mantan 
Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Darmin Nasution, dan Marsillam Simanjuntak.

Selama pemanggilan tokoh sentral tersebut, suasana riuh rendah benar-benar 
menyelimuti Pansus. Selain karena posisi politik mereka, terdapat 
pertentangansejumlah keterangan yang dikemukakan. Bahkan ada keterangan yang 
menunjukkan pergeseran drastis. Ada kecurigaan, pergeseran keterangan sengaja 
dilakukan untuk menyulitkan Pansus dalam pena- rikan kesimpulan akhir.

Salah satu contoh pergeseran itu terkait peran Marsillam Simanjuntak dalam 
skandal pengucuran dana talangan kepada Bank Century. Keterangan Marsillam pada 
13 Desember 2009 menyatakan, kehadirannya dalam rapat-rapat Komite Stabilitas 
Sektor Keuangan (KSSK) sesuai tugas yang diberikan Presiden kepada Unit Kerja 
Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R). Marsillam secara tegas 
menyatakan, Presiden meminta dirinya bekerja sama dengan KSSK dalam kapasitas 
sebagai Kepala UKP3R. Penegasan Marsillam dibenarkan Sekretaris KSSK Raden 
Pardede (Republika, 19/1).

Namun, dalam perkembangannya, Istana membantah keterangan Marsillam dan Raden 
Pardede. Bantahan disampaikan Juru Bicara Presiden. Tegasnya, kehadiran 
Marsillam adalah dalam kapasitas penasihat Menteri Keuangan dan bukan perintah 
Presiden. "Suara sumbang" Istana itu menyulut perdebatan luas di kalangan 
masyarakat. Apalagi, pascabantahan istana, sejumlah aktor yang dinilai berperan 
penting dalam skandal Century "memperbaiki" keterangan mereka.

Berdasarkan perkembangan ini, beberapa anggota Pansus mengusulkan agar Presiden 
juga dihadirkan untuk memberikan keterangan. Dalam berbagai perspektif, usul 
menghadirkan Presiden jadi masuk akal. Paling tidak, usul ini sejalan dengan 
pernyataan Presiden untuk menyelesaikan kasus ini sampai ke akarnya. Apalagi, 
mantan Wapres Jusuf Kalla juga telah hadir memberikan kesaksian.

Posisi Presiden

Sebetulnya, jika semua anggota Pansus mau dan mampu menempatkan secara benar 
posisi presiden dalam sistem presidensial, seharusnya sejak awal sudah 
disepakati dan diagendakan kehadiran Presiden. Dalam sistem presidensial, 
presiden tidak hanya sebagai pusat kekuasaan eksekutif, tetapi juga pusat 
kekuasaan negara. Itulah sebabnya rentang kekuasaan presiden tidak hanya 
menyentuh wilayah kekuasaan eksekutif, tetapi juga merambah ke kekuasaan lain 
di luar eksekutif.

Dengan rentang kekuasaan yang begitu luas, jika dalam sistem parlementer obyek 
utama yang diperebutkan adalah parlemen, dalam sistem presidensial obyek 
utamanya adalah presiden (Hendarmin D, 2007). Bahkan, Douglas Verney (1992) 
menyatakan, meski dalam sistem presi- densial tak satu pun lembaga negara yang 
menjadi fokus kekuasaan, peran dan karakter individu presiden lebih menonjol 
dibandingkan

peran kelompok, organisasi, atau parpol yang ada dalam negara.

Dalam kekuasaan eksekutif, sebagai kepala pemerintah, presiden adalah pemegang 
kekuasaan tunggal dan tertinggi. Presiden tak hanya sekadar memilih anggota 
kabinet, tetapi juga punya peran sentral dalam pengambilan keputusan di 
kabinet. Terkait hal tersebut, Arend Lijphart (1999) menyatakan, 
keputusan-keputusan penting dalam sistem presidensial dapat saja dibuat oleh 
presiden dengan atau tanpa pertimbangan anggota kabinet.

Merujuk pendapat itu, dalam sistem presidensial menjadi tidak masuk akal jika 
anggota kabinet dapat mengambil keputusan sendiri di luar pengetahuan presiden. 
Apalagi kalau keputusan yang diambil sangat strategis serta punya implikasi 
politik dan memberikan dampak luas bagi masyarakat. Jika diletakkan dalam 
kerangka sistem pemerintahan, posisi presiden berbeda dengan perdana menteri 
dalam sistem parlementer yang tidak memungkinkan perdana menteri membuat semua 
keputusan penting tanpa melibatkan anggota kabinet.

Kehadiran SBY

Sesuai dengan sistem pemerintahan yang dianut, UUD 1945 menempatkan presiden 
sebagai figur sentral. Setidaknya, posisi sentral itu dapat dibaca dari 
ketentuan Pasal 4 Ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Presiden RI memegang 
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Konsekuensi logis ketentuan 
Pasal 4 Ayat (1) tersebut, UUD 1945 menempatkan wakil presiden dan 
menteri-menteri negara hanya sebagai pembantu presiden.

Jika dikaitkan dengan skandal Century, sebagai figur sentral, bangunan logika 
yang menolak kehadiran Presiden SBY sangat lemah. Pernyataan Sri Mulyani pada 
minggu-minggu pertama terbentuknya Pansus sebangun dengan logika posisi 
presiden dalam sistem presidensial. Secara substantif, Sri Mulyani menegaskan, 
semua tindakan Menk

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Risiko Sistemik Perekonomian Kita

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh A Prasetyantoko

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/04434137/risiko.sistemik.perekonomian.kita



Perdebatan sengit di ruang Pansus DPR masih saja berfokus soal status Bank 
Century sebagai bank gagal berisiko sistemik. Debat ini nyaris tak akan ada 
hasilnya. Sementara risiko sistemik lain tengah merangkak ke permukaan. 
Pertama, ancaman penerapan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China. Kedua, 
potensi risiko pengetatan ekonomi China.

Nyaris tak berguna mencecar dampak sistemik Bank Century (BC). Pertama, tak ada 
satu metode ilmiah apa pun mampu memprediksi masa depan, terutama di saat 
krisis. Kedua, terlalu banyak variasi teori dan pengalaman pengambilan 
keputusan yang bisa menjadi referensi pemberian talangan. Salah atau benar 
menjadi sangat relatif.

Singkat kata, meski dianggap lemah sekalipun, tetap saja keputusan penalangan 
(bail out) memiliki argumentasi. Karena itu, diskusi tak akan selesai. Sangat 
mungkin letak persoalan sebenarnya memang bukan di situ.

Hal serupa mengadang di depan kita. Apakah penandatanganan kesepakatan Kawasan 
Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) akan menimbulkan "dampak sistemik"? 
Faktanya, akan ada ancaman pemutusan hubungan kerja massal serta pengerutan 
sektor-sektor industri manufaktur (deindustrialisasi). Tentu saja, kerugian 
bagi perekonomian kita tak terbantahkan.

Ancaman bukan saja datang dari sektor industri, tetapi juga dari sektor 
keuangan. China mulai keluar dari rezim stimulus ekonomi. Penggelontoran uang 
dalam ekonomi mulai dihentikan dan suku bunga mulai dinaikkan. Kebijakan ini 
memberi sinyal pada perekonomian global bahwa fase pengetatan ekonomi segera 
akan dimulai.

Ketidakpastian

Dunia memang selalu dilanda ketidakpastian. Skenario pemulihan krisis masih 
terus diperdebatkan. Jika banyak negara terlalu cepat keluar dari skema 
stimulus ekonomi, perekonomian dunia bisa tergelincir kembali dalam krisis. 
Nouriel Roubini meramalkan, krisis akan membentuk formasi W: krisis, pulih 
sebentar, kembali krisis.

Selama ini, pemulihan semu perekonomian dunia banyak ditopang oleh kebijakan 
suku bunga rendah dan kebijakan stimulus fiskal. Jika keduanya dicabut, 
perekonomian global akan kembali mengalami kekeringan likuiditas. Benarkah?

Tak seorang pun tahu pasti. Sudah sejak krisis global 2007/2008, 
perangkat-perangkat ekonomi yang selama ini dianggap solid menjadi usang. 
Banyak ekonom mengatakan: "kita semua Keynesian sekarang". Bagi Keynes, 
ketidakpastian adalah ciri alamiah perekonomian. Melawan ketidakpastian sama 
saja melawan kodrat.

Pada saat krisis, sulit menebak arah ekonomi. Prinsip dasarnya, manusia 
cenderung memilih uang kas menghadapi ketidakpastian. Sayangnya, teori 
preferensi pada likuiditas ini tak mampu memprediksi kapan persisnya orang 
memilih uang kas ketimbang surat berharga. Pasalnya, itu akan sangat bergantung 
pada kondisi psikologis masing-masing orang. Ada aktor yang sangat resisten 
terhadap ketidakpastian, ada yang cepat panik.

Konon kabarnya, pasar di negara sedang berkembang salah satu cirinya cenderung 
mudah panik ketika muncul ketidakpastian. Jadi, selain karena alasan-alasan 
fundamental, beberapa faktor perilaku juga turut memperparah krisis.

Andaikan ramalan Roubini benar, perekonomian global akan mengalami resesi kedua 
karena rezim stimulus terlalu cepat dicabut, tentu menjadi malapetaka untuk 
kita. Pertama, perekonomian kita memang tak pernah punya fondasi kuat sehingga 
selalu dengan mudah tertular. Kedua, pemerintah enggan memerangi krisis.

Suka tidak suka, perekonomian sangat memerlukan pemerintah di saat krisis. 
Keynes mengakui, pemerintah harus menjadi penjaga gawang terakhir perekonomian 
(lender of last resort). Apalagi jika terjadi krisis. Salahkah apabila 
pemerintah berinisiatif melakukan penyelamatan? Paling tidak bagi Keynes, 
justru pemerintah harus proaktif.

Perdagangan bebas

Transmisi ancaman sektor keuangan bukanlah satu-satunya risiko sistemik yang 
sedang mengancam kita. Daya saing produk-produk China nyaris tak terkalahkan, 
bahkan di level global. Amerika Serikat (AS) sekalipun neraca perdagangannya 
makin hari makin kedodoran menghadapi serbuan produk China.

Peran produk China dalam pasar dunia justru meningkat pada saat krisis (the 
Economist, 9/01/2010). Pada tahun 1999, kontribusi ekspor China terhadap total 
ekspor dunia berkisar 3 persen dan melonjak drastis pada 2010 menjadi sekitar 
10 persen. Pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 13 persen. Kini China 
menggeser Jerman sebagai negara pengekspor terbesar dunia.

Kesepakatan dagang ASEAN-China hanya memudahkan China menyalurkan 
produk-produknya. Jika China terus mempertahankan pertumbuhan ekonomi sekitar 8 
persen, perluasan pasar ekspor menjadi salah satu prasyaratnya. Menurut 
prediksi IMF, untuk mempertahankan rezim pertumbuhan tinggi, China harus 
meningkatkan ekspornya menjadi 17 persen pada 2020.

Meningkatnya proporsi ekspor China sebenarnya menimbulkan komplikasi persoalan 
lainnya karena ket

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Berakhirnya "Era TNI"

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Roch Basoeki Mangoenpoerojo

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/04460755/berakhirnya.era.tni



Berakhirnya tahun 2009, berakhir pula aroma TNI dalam Kabinet Indonesia Bersatu 
II. Sekalipun masih ada nama-nama purnawirawan TNI, tetapi tidak terasa 
kaitannya dengan keperkasaan TNI. Presiden SBY telah menuntaskan reformasi TNI, 
dan TNI tidak lagi berada di depan.

Mewakili aspirasi rakyat tentang kondisi ini, benarkah TNI tak dibutuhkan lagi 
oleh masyarakat? Bagi yang merasa masih perlu, harus meninjau ulang kemampuan 
TNI.

Dua TNI

TNI wadag (tampil fisik) yang bersenjata berbeda dengan TNI nurani (sarat 
nilai). Era 1945- 1965, TNI unjuk prestasi dengan nilai dan karya. Mereka 
dihormati rakyat, dibutuhkan pemuka masyarakat kendati dibenci politisi. 
Sementara pada era 1968- 1998, TNI unjuk kekuasaan ikut Soeharto. Mereka 
ditakuti rakyat, dibutuhkan cukong dan membikin iri hati para politisi. Di era 
Reformasi, peranannya menurun dan berakhir pada tahun 2009.

Kemenangan Palagan Ambarawa, 15 Desember 1945, mengantar Kolonel Sudirman 
(pimpinannya) menjadi Panglima Besar TNI. Anggota Laskar Muhamadiyah Purwokerto 
mampu menyatukan laskar lain ke dalam tubuh TNI untuk berkarya bagi bangsanya. 
Ia pernah tercemari saat berhubungan dengan insan politik (Tan Malaka) dan 
berhadapan dengan Soekarno, tetapi dari situ muncullah semboyan "Politik TNI 
adalah politik Negara (Soekarno-Hatta)".

Ketangguhan TNI sangat bermanfaat untuk meningkatkan percaya diri bangsa dalam 
menghadapi Belanda yang memakai kekuatan teknologi, dan didukung Sekutu. Bukan 
cuma itu, dikembangkannya kesisteman berdasarkan kemampuan senyatanya sebagai 
bangsa, disebut sishankamrata. Sistem tersebut dikawal seperangkat santi-aji 
made in Indonesia, seperti Dharma Pusaka dan Pinaka Baladika, antara lain 
berisi Sapta-Marga, 11 Kepemimpinan, dan banyak lagi (bandingkan dengan 
sekarang, yang semua serbabuatan asing). Di sisi teknik lahir "ilmu gerilya" 
beserta antinya, yang kemudian digunakan oleh Vietnam untuk mengusir Amerika 
Serikat.

Karya itu membuat TNI dicintai rakyat, tetapi dianggap "setan desa" oleh para 
politisi. Sampai pada saatnya, TNI (AD) menolak adanya Angkatan V yang membuat 
PKI marah besar, berujung pada pembunuhan tujuh pahlawan revolusi.

Sejak 1968, mereka menjadi ABRI. Dari sekadar stabilisator dan dinamisator di 
tengah rakyat menjadi penguasa di atas rakyat. Masuk gelanggang kekuasaan 
menjadi Muspika, Muspida, dan seterusnya. Titah Presiden, satu- satunya 
software yang harus dipatuhi. Hardware, digunakan- nya Babinsa sampai Kodam 
(aparat teritorial) yang telah terlembaga. Akibatnya, Sapta Marga tidak efektif 
ketika UUD 1945 (marga kesatu) diamandemen pun TNI tidak merasa dipecundangi.

Komandan koramil mendua pribadinya ketika harus menjabat Muspika. Dulu, 
dinamisator masyarakat, menjadi agen untuk perubahan sistem (konteks ruang, 
alat, dan kondisi juang), tetapi dijadikan agen intelijen untuk abadinya 
kekuasaan. Setelah 30 tahun, budaya memenangkan hati rakyat (teritorial) 
ternyata kalah oleh konsep "agen kekuasaan yang memata-matai rakyat".

Masihkah diperlukan?

Akibat menduanya kepribadian tersebut terlihat ketika pensiun. Predikat 
"pejuang tak kenal menyerah" sulit direalisasikan, apalagi saat era-Reformasi 
berjalan dan Soeharto telah tiada. Ajakan kalangan pemuda kepada purnawirawan 
untuk mengatasi kezaliman kekuasaan parpol yang mengatasnamakan demokrasi, 
ditolaknya. Mereka sulit menunjukkan kecintaannya kepada rakyat.

Kini, di tengah hangatnya kemelut politik cicak-buaya sampai skandal Bank 
Century, mungkinkah TNI aktif come back? Perlu waktu panjang untuk itu. Ada 
tiga masalah. Satu, TNI tidak nyaman dengan pendekatan hukum yang sekarang 
harus diikuti. Dua, manajemen tidak match antara software dan hardware. Tiga, 
kecintaannya kepada rakyat diragukan.

Ketiga hal tersebut terlihat dalam satu kasus, penggusuran "kompleks militer" 
yang terjadi di mana-mana. Purnawirawan tetap digusur kendati urusan berada di 
tangan pengadilan. Penggusuran itu jelas menunjukkan tidak disiplinnya 
"manajemen perumahan" di kalangan TNI. Seolah tanpa perencanaan dan nilai-nilai 
kemanusiaan. Bila terhadap purnawirawan saja sulit menghargainya (apalagi 
menghormati), rasionalkah rakyat mengharapkan untuk dicintai oleh TNI?

Tanpa dicintai rakyat, tentara itu mungkin ABRI yang tidak peduli pada rakyat 
dari mana ia berasal. Pak Dirman pernah berucap "Saya lebih suka berjuang 
bersama rakyat di desa dan hutan" (1948). Peluang untuk dibutuhkan masih 
terbuka luas, misalnya lewat penanggulangan bencana dan menjauhi kekuasaan.

S Roch Basoeki M Ketua M-3, Masyarakat Musyawarah Mufakat



[Forum-Pembaca-KOMPAS] 9 Anggota Baru Wantimpres

2010-01-21 Terurut Topik Agus Hamonangan
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Keputusan 
Presiden Nomor 13-P Tahun 2010 tentang Pengangkatan Sembilan Anggota Dewan 
Pertimbangan Presiden, Rabu (20/1) malam lalu.

"Sudah (diteken) kemarin, tetapi nanti akan diumumkan oleh Menteri Sekretaris 
Negara siapa-siapa saja mereka," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Penegakan 
Hukum, Korupsi, Nepotisme, dan HAM Denny Indrayana serta Juru Bicara 
Kepresidenan Julian Aldrin Pasha kepada Kompas di Istana Kepresidenan, Bogor, 
Jawa Barat, Kamis (21/1).

Informasi yang beredar, kesembilan anggota baru Dewan Pertimbangan Presiden 
(Wantimpres) itu adalah Emil Salim, KH Ma'ruf Amin, Meutia Farida Hatta, 
Ginandjar Kartasasmita, Jimly Asshiddiqie, Hassan Wirajuda, M Ryaas Rasyid, 
Siti Fadilah Supari, dan Widodo AS. Pelantikan kesembilan anggota Wantimpres 
periode 2010-2014 itu direncanakan pada Senin (25/1) mendatang di Istana 
Negara, Jakarta.

Kesembilan anggota Wantimpers baru tersebut menggantikan sembilan anggota 
periode sebelumnya yang dilantik pada 1 April 2007. Sembilan anggota Wantimpres 
yang dilantik waktu itu adalah Ali Alatas, Adnan Buyung Nasution, Emil Salim, 
Subur Budhisantoso, TB Silalahi, Rachmawati Soekarnoputri, Sjahrir, KH Ma'ruf 
Amin, dan Abdul Gani Ilahude.

Dasar pembentukan Wantimpres ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2006 
tentang Dewan Pertimbangan Presiden. Dalam Pasal 3 Ayat (1) UU itu disebutkan 
Wantimpres bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dalam 
menjalankan kekuasaan pemerintahan negara. (HAR/DAY)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/03274680/9.anggota.baru.wantimpres.



[Forum-Pembaca-KOMPAS] Impian, Tekad dan Kebanggaan Anak Negeri

2010-01-22 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Kusmayanto Kadiman

http://teknologi.kompasiana.com/2010/01/22/impian-tekad-dan-kebanggaan-anak-negeri/



Artikel ini disalin dari sebuah email yang beredar di milis (mail-list). Saya 
tampilkan email ini di Kompasiana dengan niat untuk membangunkan semangat anak 
negeri : imuwan, teknolog, ekonom, sosiolog, politikus, pelaku bisnis (industri 
dan dagang) besar sampai UMKM dan tidak kalah pentingnya sobat-sobat 
Kompasiana. Ini bukan sekedar mimpi disiang bolong, bukan pula isapan jempol, 
bukan proyek mercu suar dan bukan pula niat mencemooh. Mari kita kaitkan 
artikel dan foto impian dibawah ini dengan penggalan pidato Bapak Bangsa cum 
Orator Ulung yang kita banggakan.

"Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera 
agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2.5 sen sehari. Bangsa yang kerja 
keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi 
pembelian cita-cita" Presiden Soekarno

——

MEGA PROYEK INDONESIA YANG SIAP DAN AKAN MENAKJUBKAN DUNIA

Indonesia merupakan anggota G-20 yang merupakan kelompok 19 negara dengan 
perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan 
salah satu negara besar di dunia dengan jumlah penduduk yang besar dan kekayaan 
alam melimpah. Walau didera krisis ekonomi, Indonesia mulai bangkit. Kini 
pembangunan di Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain. Indonesia 
bahkan memiliki mega proyek kelas dunia. Beberapa mega proyek yang sudah jadi 
adalah jembatan Suramadu dan Indoor Theme Park terbesar di dunia, Trans studio. 
Beberapa proyek akan menyusul. Ada yang masih dalam perencanaan dan ada juga 
yang sudah dalam tahap penyelesaian. Diantara mega proyek tersebut, yaitu:



Surabaya Sport Center (SSC)



Surabaya segera akan memiliki kompleks olahraga supermegah dengan fasilitas 
superlengkap. Proyek bernama Surabaya Sport Center (SSC), yang memakan dana Rp 
440,2 miliar, dijadwalkan selesai paling lambat Desember 2009 ini. Berlokasi di 
kawasan Benowo, Surabaya Barat, kompleks itu terdiri atas sebuah stadion utama 
berkapasitas 50 ribu penonton, sebuah stadion indoor berkapasitas 10 ribu 
penonton, dan sebuah masjid. Nanti kompleks tersebut juga direncanakan memiliki 
stadion atletik dan sirkuit.



Perpustakaan Universitas Indonesia (UI)


Indonesia akan memiliki perpustakaan termodern, terbesar dan terindah di dunia 
yang akan berlokasi Universitas Indonesia (UI) Depok di areal seluas 2,5 
hektar. Lokasi bangunan berada di tepi danau Kenanga Universitas Indonesia dan 
berjarak sekitar 100 meter dari gedung rektorat. Gedung perpustakaan ini akan 
memiliki luas bangunan 30.000 m2 serta terdiri atas delapan lantai. Gedung 
berlantai delapan ini dirancang tahan gempa dan ramah lingkungan. Kebutuhan 
energi menggunakan sumber terbarukan yakni energi matahari (solar energy) 
selain itu di dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik. Pembangunan 
gedung delapan lantai ini ditargetkan selesai Desember 2009 dengan anggaran 
sekitar Rp 100 miliar. Januari tahun depan diharapkan perpustakaan ini sudah 
bisa dibuka untuk civitas UI dan juga masyarakat umum. Pembangunan perpustakaan 
ini merupakan salah satu upaya UI menuju World Class University dan masuk 
ranking 100 besar perguruan tinggi terbaik di dunia.



Menara Jakarta

Jakarta akan segera memiliki salah satu menara tertinggi di dunia yang 
dinamakan "menara Jakarta ". Proyek Menara Jakarta yang sebelumnya terhenti 
akibat badai krisis moneter, akan kembali dilanjutkan kembali. Proyek Menara 
Jakarta akan kembali dibangun pengerjaan konstruksi pada Januari 2010. 
Pembangunan Menara Jakarta yang menelan anggaran Rp 5 triliun ini ditargetkan 
rampung 2012 mendatang. Menara Jakarta setinggi 558 meter ini nantinya akan 
mengalahkan Oriental Pearl Tower, Shanghai, setinggi 460 meter, KL Tower di 
Malaysia 421 meter, dan CN Tower di Kanada setinggi 533 meter. Dan tak kalah 
penting, Menara Jakarta akan dijadikan sebagai pusat jaringan telekomunikasi 
dan multimedia dengan data center dan disaster recovery center. Menara Jakarta 
juga akan dijadikan sebagai traffic control dan pusat jaringan fiber optik di 
Jakarta . Menara ini juga akan memiliki restoran berputar, yang menarik lagi 
dari Menara Jakarta adalah bentuk kaki tiang menara yang memiliki bentuk tiga 
kaki yang menopang hingga ke atas. Bentuk semacam ini hanya satu-satunya di 
dunia untuk gedung-gedung pencakar langit. Jika telah selesai dibangun, Menara 
Jakarta ini akan menjadi icon kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi menara 
telekomunikasi dan broadcasting tertinggi di dunia.



Jembatan Selat Sunda

Jembatan Selat Sunda adalah salah satu proyek besar pembuatan jembatan yang 
melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera
Jembatan Selat Sunda ini akan menjadi jembatan terpanjang pertama di dunia yang 
dibangun dengan bentang tengah sampai 2.200 meter. Perkiraan biaya investasi 
yang dibutuhkan untuk pembangunan JSS sekitar R

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Manusia Biasa

2010-01-22 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Budiarto Shambazy

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/23/02523780/manusia.biasa


Persis setahun yang lalu, 20 Januari, saya berangkat sekitar pukul 06.00 dari 
rumah dinas Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Pak Sudjadnan Parnohadiningrat 
menuju Kongres dengan kereta api bawah tanah. Lalu lintas di The Mall, yang 
luasnya sekitar 3 x 1,8 kilometer, ditutup untuk acara pelantikan Presiden 
Barack Obama yang digelar di halaman Kongres.

Subway penuh sesak karena merupakan satu-satunya transportasi yang dapat 
digunakan mencapai beberapa stasiun di The Mall. Suhu hari itu mencapai minus 
17 derajat celsius. Dari stasiun ke Kongres, makan waktu sekitar satu jam 
berjalan kaki.

Total sekitar 1,4 juta manusia menyemut di The Mall menyaksikan pelantikan. 
Antrean masuk ke tempat pelantikan di gerbang-gerbang yang dijaga ketat aparat 
keamanan mencapai berpuluh-puluh meter. Rapatnya barisan manusia yang 
menghangatkan badan tak mampu mengusir rasa dingin yang menusuk tulang.

Beda dengan pesta kemenangan Obama di Chicago, 4 November 2008, yang gegap 
gempita dan dihadiri sekitar 700.000 orang, pelantikan berjalan khidmat. Saking 
dinginnya, konser Yo Yo Ma dan kawan-kawan terpaksa disajikan lewat rekaman 
karena senar selo, biola, dan tuts piano sumbang akibat cuaca.

Beda dengan di Chicago, Obama menjalani transformasi dari orang Demokrat 
menjadi presiden negara demokrasi kedua terbesar di dunia. Jika selama kampanye 
ia bersenjatakan slogan "Change, We Can Believe In", dalam pelantikan ia yakin 
slogan "Yes We Can" tercapai dalam 100 hari.

Obama memang "The Phenomenon". Tidak bosan menyaksikan kegembiraan 1,4 juta 
manusia di The Mall sejak pagi sampai malam, sejak upacara pengambilan sumpah 
sampai pawai. Obama bersama Michelle bahkan turun dari mobil saat pawai di 
dekat Gedung Putih. Semua berharap Obama memperbaiki wajah AS di mata dunia 
agar lebih manusiawi, pluralistis, dan damai.

Selama setahun memerintah, kehadiran Obama terasa di mana-mana. Rakyat dan 
media dunia tak bosan mencumbu Obama, istrinya, kedua putrinya, bahkan anjing 
peliharaan mereka.

Namun, selama dua bulan terakhir 2009, honeymoon mulai membosankan. Slogan "Yes 
We Can" dicemooh menjadi "No You Can't". Approval rate Obama melorot dari di 
atas 70 persen ke kisaran 50 persen.

Pukulan telak terjadi pekan ini. Citra Obama dan Demokrat yang menang telak 
dalam pemilihan presiden, senator, anggota DPR, dan gubernur, pada November 
2008, tercoreng hanya oleh sebuah "pemilu khusus". Salah satu akibatnya, 
mayoritas 60-40 Demokrat di Senat, majelis tinggi yang peranannya amat 
menentukan dalam legislasi, terancam bahaya dalam pemilu sela, November 2010.

Pemilihan khusus terjadi di Massachusetts. Setelah Senator Ted Kennedy wafat, 
kursi Senat di negara bagian itu kosong sehingga perlu segera diisi. Ternyata 
calon Demokrat, Martha Coackley, dikalahkan Scott Brown (Republik).

Ini bukan kekalahan biasa. Ted Kennedy sudah lebih dari 40 tahun menjadi 
senator di sana.

Kedua, Massachusetts adalah daerah pemilihan "yang paling biru" (biru warna 
Demokrat) yang tak terbayangkan akan direbut Republik. Apalagi dari negara 
bagian itu lahir "darah biru" Demokrat yang tersohor, seperti klan Kennedy atau 
Senator John Kerry. Wajar kubu Demokrat menggugat diri mengapa bisa begini?

Tentu tidak semua terjadi karena kesalahan Obama. Toh, ia terpilih menjadi 
presiden justru karena dukungan mayoritas rakyat. Ia tahu rakyat lelah dengan 
kultur perang Presiden George W Bush, oleh sebab itu menambah pasukan ke 
Afganistan untuk membekuk Osama bin Laden.

Ia bertekad menutup Guantanamo untuk mengembalikan hak asasi manusia sebagai 
salah satu core values Demokrat. Jangan lupa, Obama terpilih juga karena dari 
jauh hari sudah memprediksi bakal terjadinya krisis moneter yang dipicu oleh 
kekeliruan subprime mortgage.

Tentu Obama melakukan sejumlah kesalahan pemula. Pertama, ia keburu menjual 
program jaminan kesehatan yang sesungguhnya bertujuan mulia. Ia tidak belajar 
dari kegagalan eksperimentasi serupa yang dilakukan Presiden Bill Clinton dan 
Ibu Negara Hillary Clinton.

Singkat kata, program jaminan kesehatan itu malah membebani rakyat dengan pajak 
baru dan mengundang ekspansi pemerintah (big government).

Kedua, ia terjebak ke dalam perjudian penggelontoran paket stimulus dan bail 
out yang memanjakan eksekutif, bankir, dan industrialis. Di kala penganggur 
bertambah dalam bilangan 100.000- 200.000 per bulan sejak tahun 2008 yang 
mencapai total sekitar tujuh juta sampai kini, perjudian itu pasti sukar 
dimenangi Obama.

Oleh karena itu, pidato Obama dua hari lalu mulai memosisikan bankir, 
industrialis, dan eksekutif sebagai "musuh" dan lebih fokus ke job creation. 
Ini solusi ampuh, tinggal bagaimana ia menerjemahkan rencana menjadi program 
riil yang diamini rakyat biasa.

Obama berpolitik sejak usia muda yang jadi modal kuat menghadapi serbuan kritik 
Republik ataupun 30-40 persen rakyat independen. Ia pemimpin yang memiliki 
kred

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menembus Batas Hukum

2010-01-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh SAIFUR ROHMAN

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/05233675/.menembus.batas.hukum



Dalam pertemuan penulis Kompas, akhir Ramadan tahun lalu, Satjipto Rahardjo 
berpesan bahwa penciptaan karya tulis yang mengendap, jernih, dan tajam tidak 
bisa dilakukan dalam waktu singkat.

Memang, hingga tutup usia dalam umur 79 tahun, bila kita bersetia membaca 
tulisan-tulisannya, analisis terhadap kasus hukum yang terjadi di Indonesia 
diungkapkan dengan bahasa sederhana, tetapi mengentak. Boleh dikata, kecuali 
Satjipto, tak ada ilmuwan hukum mana pun yang mampu memberikan pengaruh besar 
terhadap keputusan-keputusan publik untuk masalah gawat dalam dua dekade 
terakhir di republik ini.

Kini dia telah berpulang, meninggalkan warisan intelektual tak ternilai. Buku 
terakhirnya, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia (2009), merupakan 
sebagian kecil dari serpihan pemikiran yang dipresentasikan dalam pelbagai 
kesempatan. Melalui bahasanya sendiri, hukum progresif dimaknai sebagai 
"prinsip-prinsip dasar yang menjadikan hukum sebagai perangkat menegakkan 
kemanusiaan (2009: 4)". Hukum adalah alat, bukan tujuan.

Dia memberikan orientasi hukum kepada kita tentang apa yang seharusnya. Karena 
sebagai prinsip dasar, pemikirannya tentang hukum positif di Indonesia tak 
semata-mata merujuk pada UU dan pasal tertentu. Asas-asas pokok itulah yang 
membuat pemikiran-pemikirannya tak berhenti pada sosiologi hukum yang menguji 
korelasi praktik individu maupun institusi vice versa. Dia masuk ke wacana 
filsafat hukum dan mengusung humanisme baru dalam praktik hukum di Indonesia. 
Dia menjawab kebuntuan hukum selama ini yang berkubang dalam permainan 
kata-kata untuk mempertahankan kepentingan pribadi/ kelompok.

Humanisme hukum itu jelas mengingatkan pada buah pikir Protagoras (500 SM) 
dalam buku bertajuk Aletheia (kebenaran). Dikatakan, manusia adalah ukuran 
segala-galanya. Untuk mencapai itu, segala-galanya bisa digunakan untuk 
meneguhkan nilai kemanusiaan. Dalam pemikiran kontemporer, humanisme hukum 
mengkritik pragmatisme hukum Amerika Serikat yang berakar pada nilai praktis 
dan semangat pencerahan Jerman yang berakar pada akal sehat.

Kaitannya dengan pemikiran humanisme Satjipto, hukum merupakan bagian dari 
karya cipta manusia yang dimanfaatkan untuk menegakkan martabat kemanusiaan. 
Manusia tidak menghamba pada abjad dan titik koma yang terdapat dalam UU 
sebagai buah perwujudan nalar, tetapi hukum yang menghamba pada kepentingan 
manusia untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Hukum tidak hanya produk 
rasio, tetapi bagian dari intuisi.

Relevansi dengan nilai dasar kebangsaan, humanisme hukum model Satjipto 
berbicara tentang mewujudkan konsepsi adil sekaligus beradab, seperti sila 
kedua Pancasila. Keadilan bukan verifikasi saklek atas maksud umum kalimat 
implikatif yang dirumuskan dalam pasal-pasal UU.

Keadilan bukan tugas rutin mengetukkan palu di gedung pengadilan. Keadilan juga 
tak butuh hakim pemalas dan tumpul rasa kemanusiaannya. Yang dibutuhkan 
bahwasanya keadilan adalah keberanian tafsir atas UU untuk mengangkat harkat 
dan martabat manusia Indonesia.

Mengkritik liberalisme

Gagasan ini sekaligus melampaui liberalisme hukum model John Rawls dalam Theory 
of Justice (1971: 65). Keadilan hukum menurut Rawls harus dibatasi oleh 
mekanisme institusional yang telah disepakati oleh masyarakat untuk mengikat 
kebebasan masing-masing individu.

Ukuran itu disebut nalar umum. Artinya, norma yang termaktub dalam UU cukup 
dijadikan landasan utama mengatur perilaku masyarakat yang sedang dan akan 
terjadi. Alhasil, perilaku diprediksi di dalam pasal-pasal yang diasumsikan 
berlaku melampaui ruang dan waktu.

Kelemahannya, asumsi-asumsi ini menyatukan antara nilai keadilan dan institusi 
keadilan. Keadilan hanya diserahkan pada rutinitas polisi, jaksa, dan hakim 
sebagai mata pencarian di dalam sebuah gedung. Sebab, bagi aparat, menjadi PNS 
atau polisi bertujuan untuk bekerja. Karena itu, hukum hanya bagian dari 
tumpukan file di meja penegak hukum yang harus diselesaikan.

Isu umum yang terjadi di Indonesia, penuntasan masalah hukum mengacu pada 
prinsip pekerjaan yang diukur dengan nilai-nilai nominal yang dicapai. Pola 
pikir itu sejalan dengan makna dari istilah-istilah yang populer dalam dunia 
hukum. Seperti mafia hukum, UUD (ujung- ujungnya duit), pasal karet, 86, dan 
penyelesaian di balik meja. Keadilan dihayati sebagai pekerjaan mencari uang di 
dalam institusi pengadilan.

Humanisme hukum Satjipto memecahkan kebuntuan itu. Dia menuntut keberanian 
aparat hukum menafsirkan pasal untuk memperadabkan bangsa. Apabila proposisi 
tersebut benar, idealitas yang dibangun dalam penegakan hukum di Indonesia 
sejajar dengan upaya bangsa mencapai tujuan bersama. Idealitas itu akan 
menjauhkan dari praktik ketimpangan hukum yang tak terkendali seperti sekarang 
ini.

Satjipto membayangkan Indonesia di masa depan tidak ada lagi diskriminasi hukum 
bagi kaum papa karena hukum tak hanya m

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Panggil Saja Kami Orang Sawang

2010-01-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
"Di kampung kami, Belitung, ada sebuah suku (yang) kami namai Sekak. Istilah 
umumnya suku laut. Sekak selalu berdiam di tepi laut, di sekitar pantai, 
sungai, dan muara. Bertempat tinggal dalam perahu. Kalaupun punya rumah, 
biasanya rumah panggung yang tinggi di atas air"

Begitulah cara Sobron Aidit (1934-2007), pengarang eksil yang sejak huru-hara 
politik di Tanah Air pada 1965 hingga akhir hayatnya menetap di Paris, 
Perancis, melukiskan sisi lain kehidupan masa kecilnya di tanah kelahirannya di 
Pulau Belitung. Persentuhannya dengan orang- orang suku laut yang kerap ia 
jumpai di sekitar Tanjung Pandan, pada masa-masa awal kemerdekaan, tampak 
begitu membekas dalam ingatan Sobron. Beberapa di antara anak suku laut itu 
bahkan menjadi temannya semasa SD.

"Dulu dinas sosial bagian suku-bangsa pernah ada ide buat 'merumahkan secara 
tetap' suku laut ini. Dibuatkan(-lah) rumah secara tetap. Tetapi mereka tidak 
betah, akhirnya tetap saja berumah dengan perahunya, ke sana kemari antara 
pulau-pulau sepanjang pesisir Bangka-Belitung dan Tanjung Pinang-Riau," tulis 
Sobron dalam "Kisah Serba-serbi"-nya, yang dalam edisi 281-281 secara khusus 
menyoroti keseharian orang-orang suku laut di sekitar Pulau Bangka dan Belitung.

Sekak! Sebutan ini sepintas mengingatkan pada sebuah langkah menentukan dalam 
permainan catur, "skak-mat", yang membuat lawan harus berpikir keras untuk 
menghindar dari "kematian". Namun, terkait istilah Sekak oleh orang luar 
terhadap komunitas suku laut yang ada di wilayah perairan Provinsi Kepulauan 
Bangka Belitung, kemunculannya menjadi semacam bentuk lain dari intervensi 
kultural yang cenderung semakin memarjinalkan posisi mereka.

Sebutan Sekak atau Orang Sekak sesungguhnya bersifat sangat merendahkan. 
Inheren dengan istilah suku terasing dan atau suku terpencil yang sempat 
dilekatkan oleh pemerintah pada masa-masa awal Orde Baru untuk menyebut 
kelompok-kelompok masyarakat marjinal di negeri ini. Bahkan pada era reformasi 
ini pun sebutan resmi versi pemerintah (baca: Kementerian Sosial) masih tak 
beranjak jauh, sebagaimana bisa disimak dari serangkaian laporan tentang 
"Profil Komunitas Adat Terpencil" di sejumlah daerah di Tanah Air.

Seperti halnya pelabelan Kubu atau suku Anak Dalam untuk Orang Rimba yang 
tinggal di pedalaman Jambi dan sebagian "bermukim" di wilayah Kabupaten Musi 
Rawas, Sumatera Selatan, sebutan Sekak menunjukkan adanya prasangka sosial. 
Meski orang-orang di Pulau Bangka dan Belitung sendiri tidak tahu persis makna 
dan asal usul sebutan Sekak, dalam interaksi sosial sehari-hari istilah ini 
hampir selalu mengacu ke hal-hal negatif.

Kuat kesan pihak pemberi label memosisikan diri lebih superior, lebih 
bermartabat, dan lebih berbudaya dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang 
dilabelinya. Sekak lebih dimaknai dan diposisikan sebagai masyarakat primitif 
atau terbelakang. Bahkan, dalam banyak hal, perlakuan terhadap mereka pun 
cenderung diskriminatif dan rasialis.

Segala perilaku yang dianggap kurang baik—tentu saja menurut pandangan orang 
luar, seperti hidup mereka yang dinilai boros dan suka berutang—serta-merta 
diasosiasikan pada orang-orang suku laut. Apa yang buruk dan jelek selalu 
disamakan dengan Sekak.

Ungkapan yang sudah menjadi semacam pemeo "seperti Sekaklah kau ini" untuk 
menyebut individu-individu yang berperilaku negatif, semakin mengukuhkan sikap 
diskriminatif dan rasialis terhadap keberadaan orang- orang suku laut di daerah 
ini. Kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja tinggi dan dikenal jujur ini 
malah tak jarang disebut juga lanun atau ilanun, yang secara harfiah berarti 
(keturunan) bajak laut alias perompak.

Sebaliknya, sikap dan perilaku positif yang tertanam dalam hidup mereka 
sehari-hari justru tidak dihargai, apalagi dijadikan acuan dalam bermasyarakat. 
Selain memiliki etos kerja tinggi dan jujur, orang-orang suku laut adalah 
pribadi-pribadi yang mandiri dan cinta damai. Meski tidak bisa dikatakan 
dermawan, mereka bukanlah orang-orang yang pelit untuk membantu sesama. Sifat 
suka menolong di kalangan orang-orang suku laut cukup menonjol.

Walaupun suka berutang, mereka bukan tipikal orang-orang yang ingkar akan 
kewajibannya. Tidak ada kamus "mengemplang" utang dalam hidup mereka. Sejauh 
yang terberitakan ke khalayak, juga belum ada kasus pencurian yang melibatkan 
orang-orang suku laut sebagai pelakunya.

Ironisnya, semua sifat dan perilaku positif orang-orang suku laut tersebut 
seperti tak berjejak dalam interaksi sosial di mata kebanyakan anggota 
masyarakat luar, terkikis oleh label Sekak yang telah telanjur berkonotasi 
negatif. Tidak mengherankan bila sebutan Sekak atau Orang Sekak sesungguhnya 
tidak disukai oleh orang-orang suku laut. Apalagi lanun atau ilanun.

Kalau boleh memilih, mereka sendiri lebih suka menyebut dirinya Orang Laut. 
"Kami lebih suka lagi disebut Orang Sawang. Jadi, panggil saja kami Orang 
Sawang," kata Batman (72), salah satu tetua adat Orang Sawang dari Pulau 
Lepa

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bagaimana SBY Mau Peringatkan Aku?

2010-01-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/04213774/bagaimana.sby..mau.peringatkan.aku


Rapat diskors lima menit," ujar Gayus Lumbuun, Wakil Ketua Panitia Khusus Dewan 
Perwakilan Rakyat tentang Hak Angket Bank Century, sambil memukul palu tanda 
dimulainya skors, Kamis (21/1) sekitar pukul 14.30.

Ketegangan terlihat jelas di wajah politisi dari Fraksi Partai Demokrasi 
Indonesia Perjuangan ini yang saat itu memimpin rapat kasus Bank Century. Saat 
itu, rapat sedang mendengarkan keterangan dari tiga ahli, yaitu Chatib Basri, 
Ichsanuddin Noorsy, dan Hendri Saparini.

Melihat hal ini, sejumlah anggota Pansus, seperti Agun Gunandjar dari Fraksi 
Partai Golkar, Ruhut Sitompul (F-Partai Demokrat), Ahmad Yani (F-Partai 
Persatuan Pembangunan), dan Ganjar Pranowo (F-PDIP), segera mendatangi meja 
Gayus. Kurang dari satu menit kemudian Gayus membuka kembali rapat.

Sikap Gayus itu merupakan bagian dari "perdebatannya" dengan Benny Kabur 
Harman, anggota Pansus dari Fraksi Partai Demokrat. "Perdebatan" dimulai oleh 
Benny yang mempertanyakan keahlian Noorsy, Hendri, dan Chatib. Ketegangan kian 
terasa saat Benny memanggil Noorsy dengan "Saksi yang mengaku-aku ahli ekonomi 
politik". Gayus memperingatkan pernyataan itu tidak sopan dan mengatakan, 
Rektor Universitas Gadjah Mada menyebut Noorsy sebagai ahli ekonomi politik.

"Kita sudah putuskan secara pleno (tentang kehadiran para ahli). Jadi, saya 
juga keberatan kalau kemudian keahlian atau reputasi pihak-pihak yang 
dihadirkan Pansus ditanyakan kembali. Kalau ada kesalahan, kita semua yang 
salah," kata Eva Kusuma Sundari, anggota Pansus dari F-PDIP.

Namun, perdebatan belum juga usai saat Benny menyebut Noorsy dan rekannya 
sebagai saksi ahli. "Bukan saksi ahli, tetapi saksi dan ahli. Ini sesuai 
undang-undang," kata Gayus sambil mengutip UU tentang Angket. "Saya dapat 
mengesampingkan peraturan itu," jawab Benny, Ketua Komisi III DPR yang antara 
lain membidangi hukum.

Sehari sebelumnya, Rabu, Ruhut Sitompul, anggota Pansus dari Fraksi Partai 
Demokrat, juga "berdebat" sengit dengan Maruarar Sirait dari F-PDIP. Hal itu 
karena Ruhut menyebut nama Ara saat dia bertanya kepada mantan Kabareskrim 
Komisaris Jenderal Susno Duadji. Ara minta pimpinan rapat, yaitu Yahya 
Sacawiria (Fraksi Partai Demokrat), konsekuen dengan keputusan rapat internal 
untuk tidak menyebut nama sesama anggota atau fraksi di Pansus.

Ruhut juga sempat berkata di depan Pansus, "Jangan ajari ikan berenang, jangan 
ajari burung terbang. Jika ada burung yang tidak dapat terbang, itu burung 
kita-kita."

Ruhut juga berdebat dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kamis pekan lalu.

Kata "bangsat"

Ketika berdebat dengan Gayus Lumbuun, Ruhut mengucapkan kata "bangsat". Dalam 
kasus yang sempat membuat F-PDIP keberatan ini, akhirnya Ruhut mencabut 
pernyataannya tersebut pada hari lain.

Ditanya, apakah yang dilakukan di Pansus merupakan watak aslinya, Ruhut 
menjawab, "Ini DPR". Ruhut juga mengatakan, sebagai anggota partai yang sedang 
berkuasa, wajib hukumnya membela pejabat pemerintah yang bersaksi di Pansus, 
seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Gubernur Bank Indonesia 
Boediono yang kini menjadi Wakil Presiden.

Ruhut juga menegaskan, Partai Demokrat, termasuk Ketua Dewan Pembinanya, yaitu 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tidak pernah memberikan peringatan 
atas sikapnya. "Bagaimana SBY, Hadi Utomo (Ketua Umum Partai Demokrat) mau 
peringatkan aku? Apa salah aku? Apa SBY pernah minta maaf karena Ruhut? Enggak, 
kan? Itu karena aku enggak salah," ujarnya.

Kata "bangsat" dan "burung" itu diucapkan lantang oleh anggota Dewan terhormat 
dan didengar banyak orang di seluruh negeri ini. (M Hernowo)



[Forum-Pembaca-KOMPAS] ACFTA Sudah Telanjur

2010-01-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
Oleh Lepi T Tarmidi

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/05274719/acfta.sudah.telanjur



Prinsip dasar dari dibuatnya setiap persetujuan perdagangan internasional 
adalah bahwa semua pihak yang terlibat mendapatkan keuntungan. Dengan 
dihapuskannya semua atau sebagian dari rintangan perdagangan, maka 
negara-negara yang terlibat akan mendapatkan keuntungan yang sama besarnya. 
Artinya, ada keseimbangan antara kemudahan yang diberikan dan yang diterima.

Di dalam proses negosiasi ada offer and request. Misalnya, dengan adanya 
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA), ASEAN diperkirakan akan mendapat 
keuntungan tambahan 5 miliar dollar AS, begitu pun China. Tak ada pihak yang 
dirugikan. Kalau ada pihak yang sudah diperkirakan akan dirugikan, yang salah 
adalah perundingnya. Mengapa begitu bodoh mau menerima. Ini, kan negosiasi, 
jadi kita bisa minta.

Bagi suatu negara yang terlibat dalam suatu persetujuan perdagangan bebas 
(FTA), tentunya dengan membuat persetujuan ini diperkirakan akan mendapat 
keuntungan. Kalau merugikan, untuk apa menandatangani suatu persetujuan? Dengan 
membuka pasar seluas-luasnya kepada negara lain, berarti impor barang dan jasa 
dari negara lain mengalir dengan bebas dan deras. Ini bisa mengancam 
sektor-sektor ekonomi tertentu di dalam negeri.

Tentunya akan selalu ada sektor-sektor yang dikorbankan karena tidak mampu 
bersaing. Hal ini juga tidak berarti bahwa sektor tersebut kalah total karena 
ini memberikan petunjuk bahwa sektor bersangkutan memang lemah dan perlu 
pembenahan. Jadi, kerugian ini bisa diminimalisasi dengan meningkatkan 
efisiensi serta daya saing, dan sektor tersebut tidak perlu kalah total.

Kebalikannya, perhitungan setiap negara yang terlibat adalah bahwa keuntungan 
dari kemungkinan peningkatan ekspor karena keterbukaan pasar negara lain akan 
masih lebih besar daripada jumlah kerugian yang mungkin diderita. Jadi harus 
ada studi kelayakan lebih dulu mengenai untung-ruginya sehingga hasil akhirnya 
adalah saling menguntungkan (win-win solution).

Dalam perundingan suatu kawasan perdagangan bebas, tidak berarti bahwa semua 
sektor barang dan jasa harus dibuka. Biasanya ada sejumlah sektor di mana kita 
bisa meminta waktu pembebasan lebih panjang asal didukung alasan kuat. 
Misalnya, AFTA mengenal sektor-sektor sensitif. Akan tetapi, FTA antara ASEAN-6 
dengan China mencakup semua sektor tanpa kecuali, begitu pun di pihak China.

Kalau persetujuannya juga mencakup bidang investasi, mungkin bisa disepakati 
bahwa kita menutup atau menunda sektor tertentu dengan imbalan membuka lebih 
luas izin investasi, terutama kalau pihak lawan sangat berminat di suatu bidang 
tertentu. Di samping ACFTA, Thailand bahkan begitu berani untuk menandatangani 
FTA bilateral dengan China. Ini perlu dipelajari pelaksanaannya, cakupannya, 
dan apa saja isi dari persetujuan tersebut secara detail untuk mengetahui 
dampaknya terhadap Thailand.

Sebagai bagian integral dari ACFTA, ada persetujuan mengenai Early Harvest 
Program, yakni perdagangan bebas di bidang pertanian. Di sini, Indonesia 
mengajukan 14 item produk yang dikecualikan dari perdagangan bebas dan telah 
disetujui China. Dalam setiap persetujuan selalu ada safety guard mechanism. 
Meskipun dalam ACFTA tercantum klausul ini, penerapannya sulit karena harus 
dibuktikan dulu apakah terjadi kerugian (injury) pada sektor-sektor tertentu 
atau tidak. Ini sudah kita alami di Kementerian Perdagangan.

Di bawah tekanan

ACFTA ditandatangani karena negara ASEAN lain menghendakinya sehingga ketika 
berunding Indonesia berada di bawah tekanan untuk ikut menyetujui. Setelah 
persetujuan mulai berlaku awal 2010, perlu diteliti perkembangannya di 
negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Kalau mereka 
mampu bersaing dengan China, maka yang menjadi pertanyaan mengapa Indonesia 
tidak?

Kalau perhitungan awal kita memang akan rugi, kita bisa lebih keras dalam 
negosiasi atau negosiasi akan berlangsung lama dan alot. Dalam ASEAN-Korea FTA, 
satu negara anggota ASEAN, yakni Thailand, dengan tegas menolak dan tidak ikut 
menandatangani persetujuan tersebut, karena merasa dirugikan, sebab Korea 
menolak membuka pasar beras mereka. Jadi kalau dalam suatu perundingan 
perdagangan bebas Indonesia merasa akan dirugikan, Indonesia bisa bersikap 
lebih keras, bahkan menolak.

Daya tarik China adalah pasar yang luar biasa besar, apalagi kemakmuran 
rakyatnya meningkat terus. Ini memberi peluang yang besar bagi negara-negara 
lain untuk mengekspor ke sana. Apalagi kalau segala macam hambatan terhadap 
negara-negara tertentu (ASEAN, misalnya) dihapus, dan terhadap negara lain 
tidak. Kebaikan lain ACFTA adalah bahwa dengan adanya perdagangan bebas, arus 
penyelundupan barang dari China ke Indonesia secara otomatis akan hilang.

Tak tertandingi

China adalah suatu fenomena yang bukan saja dihadapi oleh Indonesia, tetapi 
juga oleh seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang, yang 
negaran

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Bukan (Suku) Bangsa Maling

2010-01-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/0556114/bukan.suku.bangsa.maling


Entah sejak kapan kebiasaan berutang di kalangan orang-orang suku laut di 
wilayah Kepulauan Bangka Belitung muncul. Jauh sebelum mengenal kata "bermukim" 
di darat, ketika mereka masih hidup sebagai pengembara laut sejati, ketika 
model "imbal-beli" dengan orang darat masih didominasi sistem barter, kebiasaan 
berutang belum ada dalam kamus hidup mereka.

Tidak bisa lain, persentuhan dengan orang- orang daratlah yang ikut membentuk 
kebiasaan "buruk" tersebut. Setelah sebuah perusahaan swasta Belanda 
mengeksploitasi timah di Belitung pada awal abad ke-20, dan mulai mempekerjakan 
orang- orang suku laut, interaksi sosial antara orang-orang suku laut dan orang 
darat (baca: etnis Melayu dan China) diperkirakan mulai berlangsung lebih 
intens.

Pada saat bersamaan, Belanda melakukan semacam penataan permukiman, terutama di 
distrik-distrik baru yang berada tak jauh dari lokasi tambang. Studi yang 
dilakukan Erwiza Erman (Menguak Sejarah Timah Bangka-Belitung, 2009:15-16) 
menunjukkan, penataan permukiman itu tidak hanya bagi orang-orang darat, tetapi 
juga untuk "kepentingan" orang-orang suku laut.

"Suku laut ini menjadi tulang punggung perusahaan pada tahun-tahun awal 
eksploitasi timah di Belitung. Peranan mereka sangat penting, khususnya dalam 
mentransportasikan timah dari daerah pedalaman ke Tanjung Pandan melalui sungai 
atau laut," kata Erwiza, peneliti dari Pusat Penelitian Sumber Daya Regional, 
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Meski upaya memukimkan orang-orang suku laut—kerap disebut Sekak atau Sekah 
oleh Belanda dan etnis lain yang ada di Bangka dan Belitung, sementara mereka 
sendiri lebih suka dipanggil Orang Sawang—tidak sepenuhnya berhasil, pola 
hubungan dengan orang darat diperkirakan sudah mulai bergeser. 
Kebiasaan-kebiasaan baru pun muncul di kalangan Orang Sawang, termasuk berutang.

Sejak itu pula, di sela-sela tradisi mengembara di laut dan pantai sepanjang 
perairan Bangka dan Belitung; paling jauh ke wilayah sekitar Lampung, 
Kalimantan Barat, atau ke Kepulauan Riau, tidak jarang terlihat Orang Sawang 
bekerja sebagai buruh atau kuli di pelabuhan dan galangan kapal. Di era 
kemerdekaan, setelah perusahaan timah Belanda diambil alih oleh Pemerintah 
Indonesia, Orang Sawang dipekerjakan sebagai buruh kasar dengan upah mingguan.

"Mereka dikenal sebagai pekerja ulet, terutama di gudang timah untuk menjahit 
karung timah," kata Salim Yan Albert Hoogstad, pemerhati budaya dan tradisi 
Belitung yang kerap berhubungan dengan orang-orang suku laut di daerah ini.

Buah dari interaksi sosial yang kian intens tersebut ternyata ibarat pisau 
bermata dua. Di satu sisi mereka mulai mengenal kebiasaan hidup menetap, dan 
sampai batas tertentu menyerap kebudayaan Melayu-Belitung, tetapi di sisi lain 
kemampuan beradaptasi dengan budaya baru itu tidak sepenuhnya berhasil.

Kebiasaan berutang adalah contoh kecil ketidakmampuan mereka mentransformasikan 
pola dan perilaku hidup sebagai orang laut dengan tantangan baru sebagai bagian 
dari orang darat. Jika sebelumnya sebagai orang laut kebutuhan hidup 
sehari-hari langsung bisa didapat dari alam, lalu dimakan atau terlebih dahulu 
ditukar dengan berbagai kebutuhan lain, kini sebagai bagian dari orang darat 
mereka harus menunggu hasil kerjanya dengan sistem upah mingguan.

Di sinilah persoalan baru itu muncul. Begitu upah diterima, uang langsung 
dibelanjakan hingga habis. Guna mencukupi kebutuhan hidup hingga terima upah 
pada minggu berikutnya, berutang di toko dan kedai-kedai tak jauh dari tempat 
mereka bekerja akhirnya jadi pilihan.

"Kalau masa terima gaji, mereka ramai-ramai beli bir, minum- minum dan 
makan-makan," begitulah cara Sobron Aidit (1934- 2007), pengarang eksil asal 
Belitung—yang sejak huru-hara politik di Tanah Air pada 1965 hingga akhir 
hayatnya menetap di Paris, Perancis—menggambarkan kebiasaan orang-orang suku 
laut di daerah kelahirannya itu.

Alhasil, di mata masyarakat etnis lain, muncul stereotip buruk bahwa Orang 
Sawang identik dengan hidup royal alias boros, serta suka berutang. Sementara 
bagi Orang Sawang sendiri, apa yang mereka lakukan itu adalah bagian dari 
kebiasaan lama sebagai orang laut, yakni ketika rezeki didapat dari "pemberian" 
alam yang masih gampang dipetik hasilnya. Kebiasaan berutang hanya dampak 
ikutannya.

Fenomena sosial

Fenomena sosial-budaya ini, sayangnya, cenderung lebih dilihat dari sisi 
negatif semata. Pemahaman terhadap keberadaan Orang Sawang hanya sebatas apa 
yang dianggap buruk dan jelek, sebagaimana tersembunyi di balik pemeo "seperti 
Sekaklah kau ini", untuk menabalkan sifat dan perilaku orang yang tidak hemat 
atau suka berutang. Seolah tak ada kebaikan pada mereka.

Padahal, tidak sedikit perilaku positif yang bisa diteladani dari orang-orang 
suku laut ini. Selain dikenal sebagai pekerja keras dan ulet, Orang Sawang 
adalah tipologi masyarakat cinta damai dan jujur. Dalam hal kejujuran, 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ide-ide Keberagaman

2010-01-24 Terurut Topik Agus Hamonangan
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/04590479/ide-ide.keberagaman..


Jakarta, Kompas - Pascameninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, semangat 
keberagaman dalam menjalankan agama dan kepercayaan tidak boleh berhenti. 
Masyarakat, juga kalangan media massa, harus terus mendorong keberagaman dengan 
mengembangkan ide-ide toleransi untuk kebebasan menjalankan agama dan 
kepercayaan.

Hal itu dikemukakan tokoh muda Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla, Kamis 
(21/1), pada diskusi "Prospek Demokrasi dan Kebebasan 2010" menandai peluncuran 
Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) di Jakarta Media Center.

Diskusi ini juga menghadirkan pembicara Direktur Indonesian Conference on 
Religion and Peace Siti Musdah Mulia dan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Endy 
M Bayuni.

Ulil Abshar Abdalla menyatakan, Gus Dur sebagai bapak pluralisme di Indonesia 
tentu tidak ingin keberagaman yang dirintisnya itu kandas. Kepergian Gus Dur 
justru harus menjadi tantangan bagi pejuang keberagaman tetap menghidupkan 
semangat tersebut.

Pascafatwa haram Majelis Ulama Indonesia mengenai pluralisme (termasuk 
liberalisme dan sekularisme agama) pada 2005, perjuangan keberagaman itu 
terkesan meredup. Kalangan pengelola media massa juga cenderung melakukan 
sensor internal setiap kali melansir pemberitaan soal keberagaman.

Terkait upaya untuk terus menghidupkan ide-ide keberagaman, lanjut Ulil, apakah 
mungkin di masyarakat juga dibentuk semacam otoritas yang melegitimasi perlunya 
keberagaman. Nurcholish Madjid, misalnya, adalah tokoh yang memiliki otoritas 
yang perkataannya bisa semacam fatwa.

Siti Musdah Mulia mengemukakan, aspek penting bagi komunitas keagamaan adalah 
berorganisasi atau berserikat sebagai komunitas. Oleh karena itu, komunitas 
keagamaan mempunyai kebebasan dalam beragama, termasuk di dalamnya hak 
kemandirian mengatur organisasi.

Kebebasan menjalankan agama seseorang hanya dapat dibatasi oleh undang-undang 
dan itu pun demi kepentingan melindungi keselamatan dan ketertiban publik. 
"Negara berkewajiban menghormati dan menjamin kebebasan beragama tanpa 
membedakan suku, bahasa, agama, keyakinan, politik, ataupun asal- usulnya," 
kata Siti Musdah Mulia.

Bagi Endy M Bayuni, dalam 11 tahun reformasi ini, diakui, banyak memberikan 
kemajuan terhadap kebebasan seiring dengan berkembangnya revolusi teknologi 
informasi. (WHO)



  1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   >