[iagi-net-l] DESDM Susun Kerangka Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM

2006-02-05 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Banyak hal yg dapat dilakukan oleh IAGI-HAGI-IATMI untuk membantu
ESDM dalam penyusunan kerangka legislasi ini terutama bidang
kegeologian serta sisi supply sumberdaya energi. Dari 25 item lebih
dibawah sana, tentunya lebih dari separo menyangkut ilmu geologi.

Kerangka yg dibuat dalam web ini ini sangat-sangat bagus untuk melihat
sampai dimana kondisi perundangan saat ini, banyak aturan yg sudah
dperbaharui, banyak aturan yg masih dalam RUU. Saya rasa perlu
didonlod utk dimiliki PP-IAGI.

Ini menunjukkan keterbukaan ESDM juga terlihat pada item paling bawah
--  Berikan saran Anda atas rancangan ini ke alamat :[EMAIL PROTECTED] 
mari kita serbu rame-rame undangan ini  supaya
perudangan/legislasi ini cepat selesei dan kita dapat memulai
bermain-main dibidang yg kita geluti.

salam
RDP
are we there yet ?
-- Forwarded message --
Jumat, 13 Januari 2006 - 14:43 WIB
DESDM Susun Kerangka Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM

Partisipasi para pemangku kepentingan (stakeholder) sektor ESDM dalam
penyusunan legislasi dan regulasi yang terkait dengan sektor ESDM
sangat penting dan sangat diharapkan dalam rangka menghasilkan rumusan
legislasi dan regulasi yang mengakomodasi kepentingan para pemangku
kepentingan sebagai upaya bersama untuk lebih mengembangkan sektor
ESDM di Indonesia.
Demikian dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal DESDM, Dr. Ir. Luluk
Sumiarso menyusul disusunnya dokumen Kerangka Legislasi dan Regulasi
(KLR) Sektor ESDM. Menurut Luluk Sumiarso, para pemangku kepentingan
dapat mengakses secara online seluruh dokumen KLR tersebut dalam situs
portal DESDM (dapat diklik pada =banner= dengan judul Kerangka
Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM di bagian atas halaman situs portal
ini). Pada dokumen KLR ini dapat dilihat berbagai legislasi
(Undang-Undang atau RUU) dan regulasi (Peraturan atau Rancangan
Peraturan Pemerintah, Peraturan/Keputusan Presiden,
Peraturan/Keputusan Menteri hingga Petunjuk Teknis yang dikeluarkan
oleh Direktur Jenderal di lingkungan DESDM) baik yang sudah tidak
berlaku, yang sedang berlaku maupun yang akan berlaku.

Dalam dokumen KLR ini terdapat 3 legislasi yang sedang dalam tahap
penyelesaian yaitu RUU Mineral dan Batubara, RUU Ketenagalistrikan dan
RUU Tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi.

Penyusunan RUU-RUU tersebut sesungguhnya telah pula melibatkan para
stakeholder namun Pemerintah, dalam hal ini DESDM sebagai pemegang
portofolio sektor ESDM, tetap mengharapkan agar para stakeholder
lainnya dapat memberikan masukan-masukan secara langsung bagi
penyempurnaan legislasi tersebut sebelum difinalisasi.

Pemuatan KLR juga merupakan bagian dari transparansi dalam penyusunan
kebijakan pembangunan sektor ESDM di Indonesia sehingga apabila suatu
legislasi sudah diterbitkan dan disosialisasikan maka diharapkan
legislasi dan regulasi tersebut dapat segera diimplementasikan dan
tidak terjadi lagi legislasi yang digugat atau dibatalkan dikemudian
hari. Dengan demikian maka para investor dapat lebih mendapatkan
kepastian hukum dalam berusaha di Indonesia yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kontribusi sektor ESDM dalam pembangunan nasional.

===
note : untuk melihat kerangka regulasi ini bisa dilihat di
http://www.esdm.go.id/

1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

- KERANGKA LEGISLASI DAN REGULASI
- SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

2 KERANGKA LEGISLASI
SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
3 KERANGKA REGULASI
SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN
4 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN
5 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN
6 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN
7 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN
8 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN
9 KERANGKA REGULASI
SUBSEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
10 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
11 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
12 KERANGKA REGULASI
SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS BUMI
13 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
1. Iuran Pertambangan
14 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
2. Jasa Pertambangan
15 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
3. Tata Cara Perizinan KP, KK dan PKP2B
16 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
4. Pembuatan Peta dan Pencadangan Wilayah
17 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
5. Pembuktian Kesanggupan/ Kemampuan Modal Teknis
18 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
6. Pengawasan Produksi Pertambangan
19 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
7. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
20 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
8. Lindungan Lingkungan
21 KERANGKA REGULASI SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS BUMI
22 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
23 PERATURAN PELAKSANAAN BIDANG AIR TANAH
24 KERANGKA REGULASI 

Re: [iagi-net-l] korelasi menggunakan 'Greend-Sand'..??

2006-02-05 Terurut Topik Billy G. Adhiperdana
Sdr. Anton, mungkin beberapa hal berikut dapat membantu:

korelasi serupa itu pernah dan dapat dilakukan atas dasar lithologic based
observation, misalnya dengan core .

Pada suatu tract system yang agak longstanding di shallow marine, glaucony
facies biasanya terjadi dalam multiple bed, alternating dengan siliciclast
atau mixed keduanya dalam satu bed, atau suatu composite bed yang sifatnya
couplet berlapis tipis dengan shale atau siltstone. Dengan demikian
kelimpahannya secara vertikal dapat bervariasi, contoh seperti itu common
seperti misalnya di beberapa lokasi pada section Telisa (eq.) Fm. di Sumatra
Selatan.

Karena ada banyak kemungkinan glaucony facies secara vertikal, maka supaya
korelasinya lebih confident, dapat diestimasi kelimpahannya secara vertikal,
dan dilihat asosiasinya, misalnya dengan intensitas trace fossil/biogenic
structure, atau jika ada dengan data biohorizon tertentu., atau peak
abundant dari assemblage benthic (atau spesies tertentu). Apabila dikaitkan
dengan genetic sedimentasi, prominent glaucony facies biasanya ada disekitar
omission surface sedimen, pada late atau onset dari TST, atau di sekitar
MFS.

Untuk tracing di seismic, saya tidak tahu persis apakah pernah atau bisa
dilakukan, tetapi sdr. dapat mempertimbangkan informasi berikut (AAPG ann.
Meeting 2002, abstract w/ program), bahwa semenjak sekitar tahun 2002-an,
team rock physic laboratory-stanford univ. pernah melakukan serangkaian
pengujian lab. terhadap glaucony sediment yang diproyeksikan spesifik untuk
tujuan itu (identifikasi, tracking, dan karakterisasi glaucony sand dari
seismic), kegiatan ini disponsori ecopetrol dan petrobras. Diantara
diskriminator atribut yang dianggap signifikan untuk mengenali glaucony
facies dan membedakannya dengan siliciclast halus/kasar maupun carbonate,
adalah acoustic impedance (ultrasonic velocity), elastic moduli, perm/pore.
Sebagai contoh, mereka lakukan crossplot P-impedance dengan pore,
didiskriminasi oleh nilai perm., hasilnya bahwa glaucony facies memberikan
korelasi negative yang lebih kuat dan persistent ketimbang lithofacies
lainnya.

Demikian



PS: Constraint datum korelasi pada glaucony facies ini, secara lebih lengkap
dapat sdr. rujuk pada serial publikasi berikut:



STEPHEN P. HESSELBO AND JENNY M. HUGGETT,

GLAUCONY IN OCEAN-MARGIN SEQUENCE STRATIGRAPHY (OLIGOCENE-PLIOCENE, OFFSHORE
NEW JERSEY, U.S.A.; ODP LEG 174A),

JOURNAL OF SEDIMENTARY RESEARCH, VOL. 71, NO. 4, JULY, 2001, P. 599-607



STEPHEN F. PEKAR, NICHOLAS CHRISTIE-BLICK, KENNETH G. MILLER, AND MICHELLE
A., KOMINZ, QUANTITATIVE CONSTRAINTS ON THE ORIGIN OF STRATIGRAPHIC
ARCHITECTURE AT PASSIVE CONTINENTAL MARGINS: OLIGOCENE SEDIMENTATION IN NEW
JERSEY, U.S.A.,

JOURNAL OF SEDIMENTARY RESEARCH, VOL. 73, NO. 2, MARCH, 2003, P. 227-245



salam

Billy





- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, February 03, 2006 5:26 PM
Subject: [iagi-net-l] korelasi menggunakan 'Greend-Sand'..??


 Rekan iaginet,

 Apakah ada Bapak/Ibu/Saudara yang pernah melakukan korelasi digantung di
 Green-Sand, Batupasir yang mengandung mineral glaukonit berlimpah..??
 Kalau boleh tau juga apakah Green-Sand ini bisa juga di-trace di
 seismik...?? Lalu bagaimanakah cirinya...

 terima kasih banyak sebelumnya...


 rgrds,


 anprax
 This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
 recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
 privileged information and should not be copied or disclosed to, or
 otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
 please contact the sender and delete the e-mail from your system.


 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
 Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
 -




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 

Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik basuki puspoputro
Di perpustakaan BPM/Shell/Pertamina Pladjoe dan Pangkalan Brandan sewaktu tahun 
70-an saya baca tulisan almarhum diantaranya geologische undersoechk(?) van 
Boekit Mas, (laporan perusahaan). Kalau yang public dan ilmiah saya belum 
pernah baca.
  BTW gelar profesor beliau itu pemberian sipa  kapan, sewaktu saya masuk 
geologi UGM tahun 1962 beliau sudah profesor.
   
  B. Puspoputro

R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya sangat kagum atas prestasi Prof Suroso, dan pernah bertemu, namun 
tidak sempat berdiskusi dengan beliau mengenai geologi.
Barangkali Pak Rovicki mengetahui keberadaan tulisan-tulisan beliau? Saya 
ingin mengkoleksinya, paling tidak fotocopy-nya.
Terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
- Original Message - 
From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: ; 
Sent: Friday, February 03, 2006 7:33 PM
Subject: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK


 Setelah kemarin berdiskusi tentang sebutan profesor di IAGI-net
 ternyata dekat dengan kita (geologi) ada seorang profesor yg bukan
 sarjana.

 PROFESOR OTODIDAK

 Dikutip dari majalah Gelora Mahasiswa, no.8, thn 3, edisi Desember 1978.
 http://geologi_ugm.tripod.com/


 Anakmuda harus punyakeberanian bereksperimen, ketangguhan ousdour
 atau ketahanan diri dalam menghadapi cobaan hidup. Percaya kepada
 kemampuan diri dan jangan hanya menggantungkan input dari pendidikan
 formil, tapi belajarlah otodidak, demikian petuah Profesor Soeroso
 Notohadiprawiro, 72 tahun, Gurubesar matakuliah Geologi di Fakultas
 Teknik UGM. Dia bukan sarjana, tidak punya diploma perguruan tinggi
 selain ijazah STM jaman Belanda Princees Yulianna School jurusan
 Sipil dan mengecap pendidikan arsitek 1,5 tahun. Namun bukan omong
 kosong bahwa mbah Roso - nama panggilan dari para mahasiswa, adalah
 orang Indonesia pertama yang punya reputasi di bidang ilmu geologi
 secara gemilang, lagipula tanpa lewat bangku kuliah.

 Kecemerlangan otaknya dibuktikan sejak kecil. Sekolah Dasar (Mulo)
 yang 7 tahun hanya diikuti kelas-kelas 1, 2, 4 dan 7, kemudian masuk
 STM PYS, 4 tahun. Sebenarnya rintisan pengalamannya di bidang bangunan
 sipilpun cukup cerah. Ketika usia 18 tahun - menurut Undang-Undang
 Perburuhan Belanda belum boleh bekerja, dia sudah menjadi pelaksana
 bangunan dari perusahaan pemborong Sitzen  Lozauda Yogyakarta, yang
 mengerjakan gedung BNI 1946, kantor berita Antara, PLN Magelang dan
 rumah-rumah di Kotabaru. Tetapi kebosanan dan keinginannya untuk hidup
 berdikari mendorong dia meninggalkan pekerjaannya dan menerima anjuran
 bekas gurunya Van Der Houven mendaftarkan sebagai pegawai perusahaan
 minyak Inggris dan Belanda Shell dan BPM. Atas bantuan insinyur
 Houven pula, pemuda Soeroso merupakan satu-satunya orang pribumi dari
 80 pemuda yang diterima. Waktu itu Belanda memang menutup kemungkinan
 orang pribumi belajar geologi dan pertambangan, sehingga pengembangan
 ilmu geologi disini agak lamban, ujar Profesor.

 Selama 3,5 tahun putra dokter jawa Soekardi mengikuti pendidikan
 pegawai perminyakan di Den Haag, sebelum diangkat jadi ajun geoloog.
 Kerja pertamanya di daerah Rantau, Aceh, mengawali prestasi-prestasi
 Soeroso sebagai ahli eksplorasi geologi dan minyak bumi. Dia berhasil
 menjatuhkan 17 orang penyelidik pendahulunya - termasuk beberapa
 sarjana, yang telah menyatakan Rantau sebagai daerah 'non minyak',
 tetapi ternyata merupakan sumber minyak yang menghasilkan jutaan
 gulden bagi BPM dan Shell. Kemudian berturut-turut dijelajahi hampir
 seluruh Sumatera untuk mencari ladang minyak baru atau eksplorasi
 ilmiah. Di Pangkalan Susu, Teluk Aru, ladang minyak yang saya temukan
 ketika di bor menyembur deras dengan debit 1 juta ton sehari telah
 menggenangi laut dan terbakar. Apinya menjulang dan kelihatan dari
 jarak 90 km di kota Medan, sebulan baru dapat dipadamkan dengan
 bantuan tenaga dari Amerika. Peristiwa itu membeawa beberapa korban
 jiwa manusia ..., nampak suara Profesor sendu menceritakan kisahnya
 kepada GEMA.

 Jaman perang memang mampu menyulam pengalaman orang dengan aneka cara
 hidup. Tatkala Jepang masuk, Soeroso yang masih punya gelar bangsawan
 : Raden, terpaksa sembunyi di Gunung Sawal, Jawa Barat, takut jika
 dipaksa jadi romusha oleh 'saudara tua'. Hampir dua tahun saya jadi
 petani karet dan kelapa serta mendirikan perusahaan dagang Banyu
 Asih, sebelum saya diminta menjadi Wakil Direktur STM Jakarta oleh
 kerabat saya Ki Hadjar Dewantara dan mulai saat itu saya melakukan
 profesi sebagai pendidik dan berkenalan dengan Pak Johannes Roeseno,
 Soewandi dari Bandung. Katili masih jadi mahasiswa, katanya. Tetapi
 kerja baru sebagai pendidikpun kiranya Soeroso tidak mengalami
 hambatan. Setelah ikut hijrah mendahului pindahnya pusat pemerintahan
 RI ke Yogya, bersama sejumlah Profesor dan bangsawan kraton, Soeroso
 ikut mendirikan Universitas Gadjah Mada serta menjadi dosen 

Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sayang sekali sayapun tidak memiliki tulisan alm mBah Roso, yang ada
hanya tulisan tentang almarhum mBah Roso saja seperti yg dituliskan
oleh Pak Wartono Rahardjo, 1989.

RDP
===
Prof.Soeroso Notohadiprawiro (1904-1977)
Oleh: Wartono Rahardjo (majalah Nebula, 1989).

  Tepat bagi kita semua untuk mengenang kembali seorang tokoh
pendiri, Founding father dari Jurusan ini. Tokoh yang dulu oleh para
mahasiswanya  secara akrab dipanggil dengan sebutan Pak Roso atau
bahkan Mbah Roso, adalah tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan
Jurusan Teknik Geologi FT UGM. Memperingati ulang tahun berdirinya
jurusan  tanpa menyinggung nama, peran dan jasa beliau sama saja
dengan secara sengaja melupakan sejarah. Prof Soeroso dilahirkan pada
tanggal 24 April 1904 di Kutoardjo, Jawa Tengah. Beliau adalah putera
ketiga dari keluarga dr.Sukadi. Selepas pendidikan dasar dan menengah
pertama, beliau memasuki pendidikan keteknikan Prinses Yuliana School
di Yogyakarta. Setelah lulus, atas rekomendasi penuh  dari direktur
sekolah tersebut, beliau diterima di pendidikan asisten geolog di
Batavia (Jakarta) yang diselenggarakan oleh  Bataafsche Petroleum
Maatscapij (BPM) setelah mengalahkan 4 calon lain, yang semuanya
bangsa Belanda. Dengan dasar pendidikan inilah kemudian beliau
bertugas sebagai geolog lapangan untuk BPM menjelajah hutan di
Sumatera Utara dan Sumatera Selatan

Prof Soeroso memberikan kuliah pengantar kepada mahasiswa baru, di
kampus Jetis tahun 1973

Pada tahun 1929, beliau menikah dengan R.Ay.Sri Sutengsun. Dari
perkawinan ini lahir dua orang putera. Salah seorang diantaranya,
yaitu Prof. Dr. Ir.K.R.M.T. Tejoyuwono melanjutkan naluri kecintaan
beliau terhadap bumi, namun tidak lewat geologi melainkan melalui ilmu
tanah (pedologi), dan kini sebagai guru besar di Fakultas Pertanian
UGM. Sedangkan  dua dari 5 cucu  beliau melanjutkan tradisi geologi
ini. Mereka saat ini telah menyelesaikan pasca sarjananya dalam
geologi di luar negeri. Kelihatannya tradisi  ilmu kebumian telah
mendarah daging pada keluarga Notohadiprawiro ini

Ketekunan beliau dalam melakukan pekerjaan mengantar beliau ke jenjang
karir yang lebih tinggi, Beberapa ladang minyak yang dioperasikan 
oleh BPM, proses penemuannya boleh dikatakan sebagai hasil langsung
maupun tidak langsung dari interpretasi beliau.

Pada beberapa kuliah yang sempat penulis ikuti, beliau pernah
menceriterakan bagaimana suatu persoalan struktur sempat membuat
beliau pusing. Beberapa hari beliau berfikir keras tentang persoalan
tersebut. Dari hasil pemikiran keras tersebut akhirnya  beliau
menemukan suatu cara rekonstruksi struktur, yang merupakan modifikasi
dari cara rekonstruksi yang dikembangkan  oleh Dr.Molengraaf, seorang
ahli geologi Belanda yang kenamaan. Hasil modifikasi tersebut beliau
namakan sebagai metode SRS. Beliau tidak pernah menjelaskan apa arti
singkatan SRS tersebut. Namun kita yang selalu melihat beliau begitu
antusias kalau menerangkan metode SRS tersebut, menduga bahwa  SRS
adalah singkatan dari nama beliau Soeroso.  Dengan menggunakan metode
SRS tersebut beliau mencoba memecahkan problema struktur. Namun
setelah beberapa hari bekerja, beliau masih memelukan data tambahan,
yang merupakan suatu perlapisan kunci yang seharusnya ditemukan,
tetapi sampai saat itu belum pernah ditemukan singkapannya. Namun
akhirnya persoalan tersebut dapat dipecahkan melalui suatu peristiwa
yang unik.

Sudah menjadi kebiasaan pada waktu itu bahwa bagi para geolog lapangan
bahwa sungai merupakan sahabat yang baik. Lintasan pemetaan umumnya
sangat efisien kalau dilakukan dengan  menyusuri sungai. Demikian pula
air untuk mandi dan mencucipun diambil dari sungai. Tak ketinggalan
tentunya buang airpun di sungai. Nah pada suatu pagi, geolog muda
Soeroso memisahkan diri dari kru pemetaan yang dipimpinnya untuk
nongkrong buang air di tepi sungai. Benak beliau masih sarat terisi 
oleh problematik yang belum terselesaikan . Ketika buang air tersebut,
beliau keras berfikir, sambil sekali-sekali memandang ke arah sungai
untuk  melihat barangkali ada buaya ganas yang sedang berjemur. Pada
waktu mata beliau mengamati sungai, pandangannya tertumbuk  pada
sesuatu yang mencuat dari dalam air sungai, yang kebetulan tidak
seberapa keruh. Semula beliau menganggap itu sebagai kayu hanyut yang
mencuat dari dalam sungai saja. Namun naluri geologi beliau mengatakan
tidak, barangkali suatu singkapan perlapisan batuan.Secara bergegas
beliau membersihkan diri lalu menghampiri  tempat yang mencurikgakan
tersebut. Apa yang ditemui beliau? Tak lain adalah perlapisan kunci
yang selama itu dicari-carinya. Dengan penuh kegirangan diukur dan
dicatatnya singkapan yang sangat berharga ini. Selanjutnya
rekonstruksi struktur dilakukan kembali dan akhirnya persoalan
struktur di daerah tersebut dapat dipecahkan. Selesainya persoalan
struktur itu kemudian secara langsung diikuti dengan ditemukannya
ladang minyak di  Sumatera Selatan.

Dari contoh peristiwa tersebut jelas sekali 

[iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-05 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Salam

Mau menanyakan apa saja sebenarnya kendala , jika kita hendak melakukan
biostratigraphi di shelf/ delta.
Beberapa rekan menyangsikan kualitas hasil dari biostratigraphi di shelf
dan delta (reworked dsb )...
Kalau kita tidak bisa menggunakan biostratigraphi lalu bagaimana kita bisa
mengetahui umur dari formasi / lithologi kita?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



[iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-05 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Salam

Mau menanyakan apa saja sebenarnya kendala , jika kita hendak melakukan
biostratigraphi di shelf/ delta.
Beberapa rekan menyangsikan kualitas hasil dari biostratigraphi di shelf
dan delta (reworked dsb )...
Kalau kita tidak bisa menggunakan biostratigraphi lalu bagaimana kita bisa
mengetahui umur dari formasi / lithologi kita?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Bas,
   
  Mungkin yang dimaksud Geologische Onderzoek van Boekit Mas ? (Penyelidikan 
Geologi Bukit Mas). Sebenarnya, tahun-tahun itu ada juga jurnal Ilmu Alam 
(Natuurkundige), untuk konsumsi umum, yang bisa memuat tulisan-tulisan botani, 
zoologi, astronomi, dan geologi di Indonesia. Arie Frederick Lasut, geologist 
Indonesia di zaman Belanda, Jepang, dan awal2 kemerdekaan beberapa tulisannya 
muncul di jurnal tsb. J.H.F. Umbgrove, geologist Belanda yang pernah bekerja di 
Indonesia,  yang banyak menulis di situ, (buku populernya : Symphony of the 
Earth, yang digambari dengan sangat bagus).
   
  salam,
  awang

basuki puspoputro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Di perpustakaan BPM/Shell/Pertamina Pladjoe dan Pangkalan Brandan sewaktu 
tahun 70-an saya baca tulisan almarhum diantaranya geologische undersoechk(?) 
van Boekit Mas, (laporan perusahaan). Kalau yang public dan ilmiah saya 
belum pernah baca.
BTW gelar profesor beliau itu pemberian sipa  kapan, sewaktu saya masuk 
geologi UGM tahun 1962 beliau sudah profesor.

B. Puspoputro

R.P. Koesoemadinata wrote:
Saya sangat kagum atas prestasi Prof Suroso, dan pernah bertemu, namun 
tidak sempat berdiskusi dengan beliau mengenai geologi.
Barangkali Pak Rovicki mengetahui keberadaan tulisan-tulisan beliau? Saya 
ingin mengkoleksinya, paling tidak fotocopy-nya.
Terima kasih
PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
- Original Message - 
From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: ; 
Sent: Friday, February 03, 2006 7:33 PM
Subject: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK


 Setelah kemarin berdiskusi tentang sebutan profesor di IAGI-net
 ternyata dekat dengan kita (geologi) ada seorang profesor yg bukan
 sarjana.

 PROFESOR OTODIDAK

 Dikutip dari majalah Gelora Mahasiswa, no.8, thn 3, edisi Desember 1978.
 http://geologi_ugm.tripod.com/


 Anakmuda harus punyakeberanian bereksperimen, ketangguhan ousdour
 atau ketahanan diri dalam menghadapi cobaan hidup. Percaya kepada
 kemampuan diri dan jangan hanya menggantungkan input dari pendidikan
 formil, tapi belajarlah otodidak, demikian petuah Profesor Soeroso
 Notohadiprawiro, 72 tahun, Gurubesar matakuliah Geologi di Fakultas
 Teknik UGM. Dia bukan sarjana, tidak punya diploma perguruan tinggi
 selain ijazah STM jaman Belanda Princees Yulianna School jurusan
 Sipil dan mengecap pendidikan arsitek 1,5 tahun. Namun bukan omong
 kosong bahwa mbah Roso - nama panggilan dari para mahasiswa, adalah
 orang Indonesia pertama yang punya reputasi di bidang ilmu geologi
 secara gemilang, lagipula tanpa lewat bangku kuliah.

 Kecemerlangan otaknya dibuktikan sejak kecil. Sekolah Dasar (Mulo)
 yang 7 tahun hanya diikuti kelas-kelas 1, 2, 4 dan 7, kemudian masuk
 STM PYS, 4 tahun. Sebenarnya rintisan pengalamannya di bidang bangunan
 sipilpun cukup cerah. Ketika usia 18 tahun - menurut Undang-Undang
 Perburuhan Belanda belum boleh bekerja, dia sudah menjadi pelaksana
 bangunan dari perusahaan pemborong Sitzen  Lozauda Yogyakarta, yang
 mengerjakan gedung BNI 1946, kantor berita Antara, PLN Magelang dan
 rumah-rumah di Kotabaru. Tetapi kebosanan dan keinginannya untuk hidup
 berdikari mendorong dia meninggalkan pekerjaannya dan menerima anjuran
 bekas gurunya Van Der Houven mendaftarkan sebagai pegawai perusahaan
 minyak Inggris dan Belanda Shell dan BPM. Atas bantuan insinyur
 Houven pula, pemuda Soeroso merupakan satu-satunya orang pribumi dari
 80 pemuda yang diterima. Waktu itu Belanda memang menutup kemungkinan
 orang pribumi belajar geologi dan pertambangan, sehingga pengembangan
 ilmu geologi disini agak lamban, ujar Profesor.

 Selama 3,5 tahun putra dokter jawa Soekardi mengikuti pendidikan
 pegawai perminyakan di Den Haag, sebelum diangkat jadi ajun geoloog.
 Kerja pertamanya di daerah Rantau, Aceh, mengawali prestasi-prestasi
 Soeroso sebagai ahli eksplorasi geologi dan minyak bumi. Dia berhasil
 menjatuhkan 17 orang penyelidik pendahulunya - termasuk beberapa
 sarjana, yang telah menyatakan Rantau sebagai daerah 'non minyak',
 tetapi ternyata merupakan sumber minyak yang menghasilkan jutaan
 gulden bagi BPM dan Shell. Kemudian berturut-turut dijelajahi hampir
 seluruh Sumatera untuk mencari ladang minyak baru atau eksplorasi
 ilmiah. Di Pangkalan Susu, Teluk Aru, ladang minyak yang saya temukan
 ketika di bor menyembur deras dengan debit 1 juta ton sehari telah
 menggenangi laut dan terbakar. Apinya menjulang dan kelihatan dari
 jarak 90 km di kota Medan, sebulan baru dapat dipadamkan dengan
 bantuan tenaga dari Amerika. Peristiwa itu membeawa beberapa korban
 jiwa manusia ..., nampak suara Profesor sendu menceritakan kisahnya
 kepada GEMA.

 Jaman perang memang mampu menyulam pengalaman orang dengan aneka cara
 hidup. Tatkala Jepang masuk, Soeroso yang masih punya gelar bangsawan
 : Raden, terpaksa sembunyi di Gunung Sawal, Jawa Barat, takut jika
 dipaksa jadi romusha oleh 

Re: [iagi-net-l] Patahan Madura : Left or Right or just Thrust inversion ?

2006-02-05 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Franc,
   
  Betul yang diuraikan Pak Franc, memang sistem wrench selalu punya empat 
strike slip faults : master fault, sintetik pertama (P shear), sintetik kedua 
(Riedel shear),  dan antitetik (conjugate Riedel -R' shear (mengacu ke sistem 
Wilcox atau Harding) atau sistem2 ordo (mengacu ke Moody  Hill).
   
  Hanya, yang saya diskusikan dengan Pak Rovicky adalah master fault-nya, yaitu 
RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) Fault Zone, apakah ia sinistral atau 
dextral. Antitetik terhadap RMKS, baik ia sinistral maupun dextral, akan 
memotong sekitar 70 deg sistem RMKS sehingga ia utara-selatan; nah yang 
antitetik ini tidak ada dalam diskusi kami.
   
  Jadi, masalahnya jelas bukan antara sintetik atau antitetik, tetapi antara 
sinistral vs. dextral untuk RMKS master fault.

Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang mau ikutan nanya,
dalam suatu system strike slip,sering terjadi synthetic dan antithetic strike 
slip fault. nah pertanyaan saya apakah mungkin yang di amati Pak RDP ini adalah 
antithetic dari fault yang diamati Pak Awang?
Nah Pak Awang dan Pak RDP apakah sudah men plot pengamatan masing2 ? mungkin 
aja bisa saling mengisi satu sama lain, apalagi kalau yang dibicarakan ada nya 
didarat sekarang. mungkin bisa di plot dan di check di lapangan apakah yang 
dicari tsb ada di lapangan.

saya pernah baca suatu artikel mengenai fault yang disuatu tempat adalah left 
lateral, kemudian disebelah barat laut nya fault tsb jadi right lateral.
kebetulan saya punya akses beberapa seismic data daerah tsb. setelah saya 
periksa ternyata, kedua fault tsb adalah berbeda dan merupakan konyugasi satu 
sama lain. Jadi satu adalah synthetic fault dari strike slip yang utama dan 
satu nya antithetic fault nya.
setelah email2an dengan beberapa orang, maka saya baru sadar bahwa kekeliruan 
seperti ini lumrah terjadi, terutama kalau hanya memakai data outcrop yang 
terbatas.

dan hal yang sering dilupakan adalah synthetic strike slip fault dan antithetic 
strike slip fault nya berpotongan di suatu titik.
jadi sebagai contoh kalau lihat dipermukaan (atau di seismic 3D), suatu left 
lateral fault berada di sebelah barat dari suatu right lateral fault, maka 
setelah melewati titik pepotongannya maka left lateral fault nya ada disebelah 
timur right lateral faultnya. dan jangan left lateral faultnya di anggap 
menjadi right lateral fault.
sayang tidak bisa kirim attachment, saya punya beberapa artikel mengenai strike 
slip fault yang bisa memberikan ilustrasi mengenai strike slip fault system 
ini. atau kalau sempat silahkan search strike slip fault di google akan muncul 
banyak sekali pilihan, pilih yang dari universitas, banyak yang punya deskripsi 
lengkap. (kalau yang eks Repsol-YPF-Maxus, dan kenal Andy Wight, pasti ingat 
gambar strike slip system yang selalu di bawa beliau ke peer review, untuk men 
check fault system dari interpretasi.) yang paling gampang adalah gambarkan 
suatu normal fault system yang saling berpotongan lalu balik sehingga Thau 
dominant nya ada di lateral bukan ke bawah.

tambahan dari ulasannya Pak Awang, sering di 3D seismic data, malahan strike 
slip fault utama nya malah susah melihat nya, apalagi kalau fault ini hampir 
tegak lurus atau malah tegak lurus terhadap lateral. jangan lupa pakai 
timeslice untuk interpretasi. dan interpretasi dari synthetic fault dan 
antithetic faultnya mungkin akan sangat membantu. yang kerja di Sumatra  Jawa 
(yang ber jibun 3D seismic nya) pasti banyak yang tersenyum ingat pengalaman 
interpretasi masing2. 
seperti yang Pak Awang sebutkan strike slip system ini sangat kompleks, dalam 
satu strike slip system bisa ada normal fault, reverse fault, dan tentu saja 
strike slip fault (left lateral dan right lateral), folding, mungkin erosion. 
apalagi kalau ada structural inversion, reactivation dari fault, dst...
belum lagi kalau ada growth fault yang ter aktifkan kembali (ini sangat umum di 
Jawa dan Sumatra). atau fault yang ada sebelumnya di potong oleh en-echelon 
fault. 
dan yang tidak boleh dilupakan bahwa ada (paling tidak) tiga masa compression 
yang dialami Jawa dan Sumatra, dan masing2 bisa menghasilkan suatu sistem 
strike slip sendiri2. atau ada yang teraktif kan lagi

dari seseorang yang mabuk berusaha solve strike slip system suatu daerah,(belum 
nanti berusaha meyakinkan orang lain) 
fbs
nb: saya pernah menanyakan disalah satu email, apakah fracture reservoir yang 
ekonomis umumnya ditemukan di strike slip system ?. kalau iya mungkin kita 
bisa lebih terarah cari fracture reservoir yang ekonomis. 



- Original Message 
From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 02, 2006 5:10:36 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Patahan Madura : Left or Right or just Thrust 
inversion ?


Pak Rovicky, RMKS adalah : left lateral fault sekaligus inverted zone.

Kita pernah diskusikan ini beberapa tahun lalu, saat itu saya belum masuk 
detail ke mempelajari RMKS, saat itu pun saya bilang 

Re: [iagi-net-l] Kontroversi Pucangan-Kabuh dan Homo mojokertensis

2006-02-05 Terurut Topik Soerya Adhi
Terima kasih Pak Awang atas kiriman papernya.


Seorang rekan expat yang seorang carbonate sedimentologist  pernah memberi
saya gambar paleogeografi Oligocene-Miocene daerah Jawa Timur ini. Dan
memang hasil interpretasinya mirip2 dengan paper Pak Awang, hanya ada
sedikit perbedaan dimana batas shelf edgenya agak melengkung ke utara di
sekitar Central Trough. Alasannya saya kurang tahu.



Yang menarik bagi saya adalah keberadaan mud mound di sekitar Tuban/Bawean
Trough, bahkan disebutkan ada field yang dikembangkan disitu yaitu Poleng
Field. Bagaimana reservoir character dan kualitasnya ya ? Proses diagenesa
apa yang menyebabkan mud mound ini bisa menjadi reservoir ? Dolomitisasi ?
atau subaerial exposure atau yang lain ? Mungkin rekan geologist yang
bekerja di Poleng bisa memberi sedikit penjelasan ? Ini penting sekali,
mengingat mud mound yang ada di peta Pak Awang cuma 1, mungkin ada mud
mound2 lain yang belum terdeteksi. Bayangkan jika mud mound saja bisa
menjadi reservoir, tentu akan banyak carbonate reservoir play yang bisa
dikembangkan di daerah ini.



-soerya-



On 03/02/06, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Rovicky,

 Wah, jangan mengeplot shelf edge line di selatan isolated platform.
 Ceritanya akan lain dan gak cocok dengan geologic setting East Java.
 Isolated platform itu adalah segmented basement, jadi tak ada hubungannya
 dengan labilitas lereng untuk pertumbuhan karbonat.

 Kemudian, jelas bahwa BD, Banyu Urip, Mudi, Sukowati reefs dll itu adalah
 pinnacle reefs yang tumbuh di tinggian basement yang terangkat. Dan, Pangkah
 itu jelas sekali sebagai barrier reef baik dari segi geometri maupun
 biotanya.

 Ada model bagus dari Sun dan Esteban (1994) tentang hubungan land-attached
 platform dan isolated platform untuk SE Asia. Kalau tak lupa, nanti saya
 scan dulu gambarnya dan kirimkan.

 Kalau Pucangan dan Kabuh, itu sudah membalikkan sedimentasi - sebab mereka
 terutama disuplai sedimennya dari volcanic arc di selatan Jawa, dan saat
 paparan Laut Jawa tetap sebagai paparan. Shelf -edge saat itu ada di selatan
 Kangean, juga sampai sekarang.

 Kalau paper dari Art Saller (kebetulan Desember 2006 lalu saya berdiskusi
 langsung dengannya di Unocal Sugarland, TX untuk semua karbonat di Kerendan
 dan Kutei), itu hanyalah shelf ridges di paparan, maka karbonatnya pun
 patchy bukan pinnacle karena masih di dalam shelf edge. Model dari Art
 Saller dkk itu untuk shelf ridges di seberang Mahakam Delta tak bisa
 dipakai; tetapi untuk model Kerendan reef di Teweh sedikit bisa, hanya
 basement di situ tak segmented. Kembali ke model Sun dan Mateu Esteban
 (1994) yang cocok untuk Jawa Timur.

 Senin diteruskan lagi diskusinya ya.., terburu2 pulang nih..

 salam,
 awang

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Awang,

 Ada sedikit pertanyaan,
 Apakah berarti carbonate yg termasuk isolated platform ini berada
 diluar shelf masuk daerah slope ?
 Setahu saya slope seringkali labil (mudah longsor) sehingga daerah
 ini mungkin sukar untuk pembentukan carbonate karena carbonate akan
 tmbuh di daerah yg merupakan daerah stabil. Tetapi memang carbonate
 ini terususun oleh binatang sehingga akan mungkin kalau binatang
 penyusunnya sangat specific. Saya sendiri kurang paham tentang
 species2 penyusun carbonates.

 Karena pertimbangan diatas maka saya lebih cenderung menempatkan shelf
 edge diluar dari isolated platform. Jadi shelf edge pada saat itu
 bukan diantara land attached dan platform carbonate. Tapi di sebelah
 selatan dari isolated platform.

 Kalau melihat dimensi atau ukuran dari ridges2 di Jawa Timur ini
 termasuk kemandung Ridge, BD ridges juga XX Ridge. Sepertinya
 geometrical sizenya tidak jauh berbeda dengan presentday carbonates
 rigdes yg ada di depan Delta Mahakam deket dengan slope. Arah dari
 ridges ini sangat mungkin akan sejajar dengan shelf edge.
 http://www.searchanddiscovery.com/documents/2003/saller/images/saller.pdf
 Paper dari Unocal ini aku pakai sebagai recent analoque.

 Kalau kembali ke Pucangan Kabuh, apakah Pucangan Kabuh ini masih
 termasuk di antara land attach dengan isolated carbonates, ataukah
 sudah lebih ke luar lagi. Jadi teradi mundurnya garis Shelf Edge ke
 utara ?

 Thx

 RDP




Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik M Untung
Sungguh luar biasa karya Prof Soeroso (mbah Roso) ini. Sepertinya tidak
akan terjadi di zaman yang serba ada seperti sekarang ini. Apakah IAGI dapat
memuat riwayat hidup mbah Roso dalam majalah IAGI?. Saya kira ini perlu
untuk memberikan motivasi kepada teman-teman muda dalam meniti kariernya.
Apakah mungkin IAGI dapat memberi tanda penghargaan kepada mereka yang
berjasa seperti mbah Roso ini?
M. Untung
- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, February 06, 2006 7:49 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK


 Sayang sekali sayapun tidak memiliki tulisan alm mBah Roso, yang ada
 hanya tulisan tentang almarhum mBah Roso saja seperti yg dituliskan
 oleh Pak Wartono Rahardjo, 1989.

 RDP
 ===
 Prof.Soeroso Notohadiprawiro (1904-1977)
 Oleh: Wartono Rahardjo (majalah Nebula, 1989).

   Tepat bagi kita semua untuk mengenang kembali seorang tokoh
 pendiri, Founding father dari Jurusan ini. Tokoh yang dulu oleh para
 mahasiswanya  secara akrab dipanggil dengan sebutan Pak Roso atau
 bahkan Mbah Roso, adalah tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan
 Jurusan Teknik Geologi FT UGM. Memperingati ulang tahun berdirinya
 jurusan  tanpa menyinggung nama, peran dan jasa beliau sama saja
 dengan secara sengaja melupakan sejarah. Prof Soeroso dilahirkan pada
 tanggal 24 April 1904 di Kutoardjo, Jawa Tengah. Beliau adalah putera
 ketiga dari keluarga dr.Sukadi. Selepas pendidikan dasar dan menengah
 pertama, beliau memasuki pendidikan keteknikan Prinses Yuliana School
 di Yogyakarta. Setelah lulus, atas rekomendasi penuh  dari direktur
 sekolah tersebut, beliau diterima di pendidikan asisten geolog di
 Batavia (Jakarta) yang diselenggarakan oleh  Bataafsche Petroleum
 Maatscapij (BPM) setelah mengalahkan 4 calon lain, yang semuanya
 bangsa Belanda. Dengan dasar pendidikan inilah kemudian beliau
 bertugas sebagai geolog lapangan untuk BPM menjelajah hutan di
 Sumatera Utara dan Sumatera Selatan

 Prof Soeroso memberikan kuliah pengantar kepada mahasiswa baru, di
 kampus Jetis tahun 1973

 Pada tahun 1929, beliau menikah dengan R.Ay.Sri Sutengsun. Dari
 perkawinan ini lahir dua orang putera. Salah seorang diantaranya,
 yaitu Prof. Dr. Ir.K.R.M.T. Tejoyuwono melanjutkan naluri kecintaan
 beliau terhadap bumi, namun tidak lewat geologi melainkan melalui ilmu
 tanah (pedologi), dan kini sebagai guru besar di Fakultas Pertanian
 UGM. Sedangkan  dua dari 5 cucu  beliau melanjutkan tradisi geologi
 ini. Mereka saat ini telah menyelesaikan pasca sarjananya dalam
 geologi di luar negeri. Kelihatannya tradisi  ilmu kebumian telah
 mendarah daging pada keluarga Notohadiprawiro ini

 Ketekunan beliau dalam melakukan pekerjaan mengantar beliau ke jenjang
 karir yang lebih tinggi, Beberapa ladang minyak yang dioperasikan
 oleh BPM, proses penemuannya boleh dikatakan sebagai hasil langsung
 maupun tidak langsung dari interpretasi beliau.

 Pada beberapa kuliah yang sempat penulis ikuti, beliau pernah
 menceriterakan bagaimana suatu persoalan struktur sempat membuat
 beliau pusing. Beberapa hari beliau berfikir keras tentang persoalan
 tersebut. Dari hasil pemikiran keras tersebut akhirnya  beliau
 menemukan suatu cara rekonstruksi struktur, yang merupakan modifikasi
 dari cara rekonstruksi yang dikembangkan  oleh Dr.Molengraaf, seorang
 ahli geologi Belanda yang kenamaan. Hasil modifikasi tersebut beliau
 namakan sebagai metode SRS. Beliau tidak pernah menjelaskan apa arti
 singkatan SRS tersebut. Namun kita yang selalu melihat beliau begitu
 antusias kalau menerangkan metode SRS tersebut, menduga bahwa  SRS
 adalah singkatan dari nama beliau Soeroso.  Dengan menggunakan metode
 SRS tersebut beliau mencoba memecahkan problema struktur. Namun
 setelah beberapa hari bekerja, beliau masih memelukan data tambahan,
 yang merupakan suatu perlapisan kunci yang seharusnya ditemukan,
 tetapi sampai saat itu belum pernah ditemukan singkapannya. Namun
 akhirnya persoalan tersebut dapat dipecahkan melalui suatu peristiwa
 yang unik.

 Sudah menjadi kebiasaan pada waktu itu bahwa bagi para geolog lapangan
 bahwa sungai merupakan sahabat yang baik. Lintasan pemetaan umumnya
 sangat efisien kalau dilakukan dengan  menyusuri sungai. Demikian pula
 air untuk mandi dan mencucipun diambil dari sungai. Tak ketinggalan
 tentunya buang airpun di sungai. Nah pada suatu pagi, geolog muda
 Soeroso memisahkan diri dari kru pemetaan yang dipimpinnya untuk
 nongkrong buang air di tepi sungai. Benak beliau masih sarat terisi
 oleh problematik yang belum terselesaikan . Ketika buang air tersebut,
 beliau keras berfikir, sambil sekali-sekali memandang ke arah sungai
 untuk  melihat barangkali ada buaya ganas yang sedang berjemur. Pada
 waktu mata beliau mengamati sungai, pandangannya tertumbuk  pada
 sesuatu yang mencuat dari dalam air sungai, yang kebetulan tidak
 seberapa keruh. Semula beliau menganggap itu sebagai kayu hanyut yang
 mencuat dari dalam sungai saja. Namun naluri geologi beliau 

Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik mohammad syaiful
setahu saya, dulu, di shell indonesia, juga ada ahli geologi yg pada awalnya
berkarir sbg seorang 'draftsman' saja. tidak punya latar-belakang pendidikan
geologi, kerja sbg 'tukang gambar', mungkin sambil bantu2 ahli geologi yg
beneran, terus katanya ikut beberapa kursus (ttg geologi tentunya). dan,
akhirnya jadi ahli geologi beneran.

mungkin pak herman yg sekarang di brunei dapat meng-konfirmasikan hal ini.

salam,
syaiful


On 2/5/06, ismail [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mungkin masalah tulisan / karya tulis  ini , merupakan perbedaan antara
 Profesor jaman itu dg jaman sekarang. jaman dulu mungkin tidak diukur
 seberapa banyak dia menulis , namun untuk ukuran sekarang menjadi sangat
 pokok / utama . paling tidak untuk Profesor yang di hasilkan dari APU
 dimana harus mengumpulkan tulisan tulisan ilmiah dan dipublikasikan untuk
 memperoleh angka kredit tertentu . dan juga menjadi sarat pokok tingkat
 pendidikan formalnya, (Jangan harap bisa jadi Profesor kalau hanya lulusan
 STM seperti Mbah Roso tsb untuk jaman sekarang)
 Saya sangat salut dengan Mbah Roso ini, bayangkan dg pendidikan formalnya
 hanyaSTM itupun bukan Geologi ( Sipil) bisa menjadi Ahli Geologi yang
 hebat. Dan saya sangat beruntung pernah merasakan kuliah dg Mbah Roso ini
 ,
 Mungkin sebetulnya Geologi itu bisa juga kita pelajari tanpa harus
 menjalani
 pendidikan formal dan dapat menjadi Ahli Geologi.

 Ism
 -




RE: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik Darman, Herman H BSP-TSX/4
Pul,

Bukan draftsman, tapi dia pernah sekolah filosofi. Terus jadi sample man, 
akhirnya jadi geologist.
Kita juga punya secretary dulu, background-nya S1-IT, akhirnya jadi 
geophysicist, karena dia in charge untuk semua data seismic.

Herman

-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 06 February 2006 11:42
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK


setahu saya, dulu, di shell indonesia, juga ada ahli geologi yg pada awalnya
berkarir sbg seorang 'draftsman' saja. tidak punya latar-belakang pendidikan
geologi, kerja sbg 'tukang gambar', mungkin sambil bantu2 ahli geologi yg
beneran, terus katanya ikut beberapa kursus (ttg geologi tentunya). dan,
akhirnya jadi ahli geologi beneran.

mungkin pak herman yg sekarang di brunei dapat meng-konfirmasikan hal ini.

salam,
syaiful


On 2/5/06, ismail [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mungkin masalah tulisan / karya tulis  ini , merupakan perbedaan antara
 Profesor jaman itu dg jaman sekarang. jaman dulu mungkin tidak diukur
 seberapa banyak dia menulis , namun untuk ukuran sekarang menjadi sangat
 pokok / utama . paling tidak untuk Profesor yang di hasilkan dari APU
 dimana harus mengumpulkan tulisan tulisan ilmiah dan dipublikasikan untuk
 memperoleh angka kredit tertentu . dan juga menjadi sarat pokok tingkat
 pendidikan formalnya, (Jangan harap bisa jadi Profesor kalau hanya lulusan
 STM seperti Mbah Roso tsb untuk jaman sekarang)
 Saya sangat salut dengan Mbah Roso ini, bayangkan dg pendidikan formalnya
 hanyaSTM itupun bukan Geologi ( Sipil) bisa menjadi Ahli Geologi yang
 hebat. Dan saya sangat beruntung pernah merasakan kuliah dg Mbah Roso ini
 ,
 Mungkin sebetulnya Geologi itu bisa juga kita pelajari tanpa harus
 menjalani
 pendidikan formal dan dapat menjadi Ahli Geologi.

 Ism
 -




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-05 Terurut Topik Awang Satyana
Kendala2 yang menyebabkan in-akurasi penafsiran biostratigrafi (khususnya dalam 
industri perminyakan) bisa berhubungan dengan : 1. konklusi yang dibangun dari 
pengamatan yang tidak lengkap, 2. fosil yang berasal dari lingkungan lain 
(reworked), 3. assemblage fosil yang ditemui tidak lengkap atau bukan kumpulan 
khas dari suatu lingkungan, dan 4. determinasi fosil yang tidak tepat/tidak 
lengkap. Saya pikir, ini bukan kendala di lingkungan delta-paparan (shelf) 
saja, tetapi semua lingkungan pengendapan.
   
  Penentuan metode biostratigrafi apakah dengan planktonic foram, benthonic 
foram, foram besar, calcareous nannofossils, palinologi, dinoflagelata, 
radiolaria, atau diatom juga akan mempengaruhi kesuksesan biostratigrafi. 
Misalnya, kita kirim sampel2 yang berasal dari lingkungan deltaic plain dan 
kita mintakan untuk dianalisis menggunakan foram planktonik, tentu ini bukan 
metode yang tepat sebab untuk delta yang terbaik menggunakan palinologi 
misalnya, atau untuk deep marine yang terbaik menggunakan foram planktonik. 
Penyebaran microfauna dan flora di lingkungan pengendapan modern pun punya 
zonasi-zonasinya sendiri, maka selayaknya penentuan fossil assemblage ancient 
depo environment pun mengikuti kelimpahan maksimumnya untuk pemilihan metode 
yang tepat.
   
  Kesulitan2 seperti reworked fossils memang dapat menyebabkan penafsiran umur 
dan fasies keliru. Tetapi, reworked fossils umumnya tak banyak, tak semelimpah 
insitu fosulnya. Lagipula fosil2 reworked dapat dikenali dari ciri fisiknya 
seperti cangkang2 yang tergerus, warnanya lebih gelap, umur lebih tua dibanding 
dominasi fosil yang diamati, dan jenis2 spesies lunak tak ditemukan. 
   
  Dalam melakukan pentarikhan absolut dengan isotop Sr (strontium) pun jamak 
ditemukan reworked fossils, terutama dicirikan dengan umur absolut yang lebih 
tua dibandingkan sekitarnya. 
   
  Sebenarnya, reworked fossils tak selalu jadi kendala, ia bisa jadi data 
penting untuk sejarah pengangkatan suatu wilayah, dan juga wilayah provenance 
sedimen klastik. Contohnya, kembali ke Formasi Pucangan dan Kabuh yang berumur 
Plistosen yang berlingkungan lakustrin-fluvial. Di dalamnya banyak ditemukan 
fosil Globigerina dari laut dalam. Fosil2 ini semula ada di napal Globigerina 
di wilayah Kendeng yang berumur Miosen Akhir-Pliosen. Cangkang2 berdinding 
tebal seperti Globorotalia dan Pulleniatina biasa juga ditemukan di dalamnya. 
Dengan demikian, kita bisa tahu bahwa pengangkatan Kendeng terjadi 
Plio-Plistosen.
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Salam

Mau menanyakan apa saja sebenarnya kendala , jika kita hendak melakukan
biostratigraphi di shelf/ delta.
Beberapa rekan menyangsikan kualitas hasil dari biostratigraphi di shelf
dan delta (reworked dsb )...
Kalau kita tidak bisa menggunakan biostratigraphi lalu bagaimana kita bisa
mengetahui umur dari formasi / lithologi kita?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above. It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!

[iagi-net-l] East Java O-M carbonates (was : Kontroversi Pucangan-Kabuh...)

2006-02-05 Terurut Topik Awang Satyana
Soerya,
   
  Saat saya mengaudit studi-studi karbonat yang dilakukan oleh beberapa KPS di 
utara Jawa Timur (a.l. Hess Pangkah dan COPI Ketapang) memang digambarkan 
begitu untuk shelf-edge line-nya, tertarik ke utara di selatan Central Deep. 
Saya pikir penyebabnya bukan karena deepening Central Deep yang terjadi 
post-Miosen Tengah, tetapi karena efek lama (sejak Paleogen) saat Central Deep 
mendalam ke BD dan mendangkal ke TL (efek ini otomatis akan membuat shelf-edge 
line belok ke utara mendelineasi Central Deep yang dangkal). Efek tersebut tak 
muncul di sisi barat (Bawean) dan sisi timur (North Madura Platform) karena tak 
ada dalaman sedalam Central Deep. 

  Saya, saat bekerja untuk Pertamina-Santa Fe Salawati (1997-2000), banyak 
mengevaluasi dan mengusulkan struktur2 karbonatan mud mound. Istilah ini 
resmi dipakai terutama sejak paper Mark Longman - SE Asia carbonate 
sedimentologist terbit di 1980an membahas Air Serdang Field (Baturaja 
carbonate). Mark juga menulis buku bagus tentang SE Asia Carbonates dan 
memasukkan mud mound sebagai salah satu grup di klasifikasi terumbu. Mud mound 
adalah bentukan build-up yang low relief dengan material reefal. 
   
  Di Salawati Basin, terutama di Pulau Salawati, banyak mud mound tumbuh pada 
Early-Middle Miocene sebagai stage I pertumbuhan karbonat. Mereka spesifik 
tumbuh di lingkungan laguna yang low energy dengan material halus karbonatan 
cukup dominan (wackestones-packstones, kadang2 mud mound). Ini struktur yang 
bagus dari segi reservoir characteristics. Field2 yang asal mud mound, punya 
performance produksi yang bagus dibandingkan dengan lapangan2 yang lebih 
reefal. Porositasnya kebanyakan mouldic, tetapi primary juga ada, dan lebih 
seragam, mirip-mirip reservoir klastik.
   
  Di utara Jawa Timur, mud mounds akan tumbuh di wilayah2 laguna yang dibatasi 
tinggian2 JS-1 ridge dan Bawean High. Banyak struktur2 yang dipetakan oleh 
Kodeco itu sebagian besar bermula sebagai mud mound.
   
  salam,
  awang
  
Soerya Adhi [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Terima kasih Pak Awang atas kiriman papernya.


Seorang rekan expat yang seorang carbonate sedimentologist pernah memberi
saya gambar paleogeografi Oligocene-Miocene daerah Jawa Timur ini. Dan
memang hasil interpretasinya mirip2 dengan paper Pak Awang, hanya ada
sedikit perbedaan dimana batas shelf edgenya agak melengkung ke utara di
sekitar Central Trough. Alasannya saya kurang tahu.



Yang menarik bagi saya adalah keberadaan mud mound di sekitar Tuban/Bawean
Trough, bahkan disebutkan ada field yang dikembangkan disitu yaitu Poleng
Field. Bagaimana reservoir character dan kualitasnya ya ? Proses diagenesa
apa yang menyebabkan mud mound ini bisa menjadi reservoir ? Dolomitisasi ?
atau subaerial exposure atau yang lain ? Mungkin rekan geologist yang
bekerja di Poleng bisa memberi sedikit penjelasan ? Ini penting sekali,
mengingat mud mound yang ada di peta Pak Awang cuma 1, mungkin ada mud
mound2 lain yang belum terdeteksi. Bayangkan jika mud mound saja bisa
menjadi reservoir, tentu akan banyak carbonate reservoir play yang bisa
dikembangkan di daerah ini.



-soerya-



On 03/02/06, Awang Satyana wrote:

 Pak Rovicky,

 Wah, jangan mengeplot shelf edge line di selatan isolated platform.
 Ceritanya akan lain dan gak cocok dengan geologic setting East Java.
 Isolated platform itu adalah segmented basement, jadi tak ada hubungannya
 dengan labilitas lereng untuk pertumbuhan karbonat.

 Kemudian, jelas bahwa BD, Banyu Urip, Mudi, Sukowati reefs dll itu adalah
 pinnacle reefs yang tumbuh di tinggian basement yang terangkat. Dan, Pangkah
 itu jelas sekali sebagai barrier reef baik dari segi geometri maupun
 biotanya.

 Ada model bagus dari Sun dan Esteban (1994) tentang hubungan land-attached
 platform dan isolated platform untuk SE Asia. Kalau tak lupa, nanti saya
 scan dulu gambarnya dan kirimkan.

 Kalau Pucangan dan Kabuh, itu sudah membalikkan sedimentasi - sebab mereka
 terutama disuplai sedimennya dari volcanic arc di selatan Jawa, dan saat
 paparan Laut Jawa tetap sebagai paparan. Shelf -edge saat itu ada di selatan
 Kangean, juga sampai sekarang.

 Kalau paper dari Art Saller (kebetulan Desember 2006 lalu saya berdiskusi
 langsung dengannya di Unocal Sugarland, TX untuk semua karbonat di Kerendan
 dan Kutei), itu hanyalah shelf ridges di paparan, maka karbonatnya pun
 patchy bukan pinnacle karena masih di dalam shelf edge. Model dari Art
 Saller dkk itu untuk shelf ridges di seberang Mahakam Delta tak bisa
 dipakai; tetapi untuk model Kerendan reef di Teweh sedikit bisa, hanya
 basement di situ tak segmented. Kembali ke model Sun dan Mateu Esteban
 (1994) yang cocok untuk Jawa Timur.

 Senin diteruskan lagi diskusinya ya.., terburu2 pulang nih..

 salam,
 awang

 Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 Pak Awang,

 Ada sedikit pertanyaan,
 Apakah berarti carbonate yg termasuk isolated platform ini berada
 diluar shelf masuk daerah slope ?
 Setahu saya slope seringkali labil (mudah longsor) sehingga daerah
 

RE: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

2006-02-05 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 
Profesor Soeroso adalah mantu GPH (Gusti Pangeran Haryo) Tedjo Koesoemo.
GPH Tejo adalah anak bungsu Hamongku Buwono VII, raja Mataram. Profesor
Indonesia di hasilkan banyak dari UGM (berdiri 1949, sekitar 300 prof
?), UI (1950), Unair (1954), ITB (1959 resmi nama ITB dari lahir THS
1920), IPB (1963), dst.

Sejarah penyandang professor, memang menarik. Mestinya lebih banyak lagi
profesor yang pendidikannya tak tinggi, atau hanya sarjana, atau hanya
master, tak doktor. Jaman penjajahan Londo, yang bisa mengenyam
pendidikan adalah orang tertentu saja, yang bisa disebut hanya keturunan
kraton. Keturuan kraton tersebar di kadipaten, prabrik-pabrik gula,
karet, dll. di waktu penjajahan Belanda itu. Karena humblenya, maka
sering tak tonjolkan sebagai raden, nulis sebagai singkatan kadangpun
tak ada, dan mungkin memudahkan membaur dlm sosialisasi. Karena kadang
juga di perlukan, maka sering hanya sebut R saja. Hanya 70'an (guruku
sebut 66 seingatku) sarjana di th 1945 Indonesia merdeka.

Kalau bisa masuk web daftar profesor UGM, misalnya, tentu akan tahu
tingkat pendidikan professor-profesor. Semakin tua/lama, semakin mudah
mencari profesor pendidikan lebih awal. Merekalah sebabkan kita pintar
kini. Kita mungkin tak pintar tanpa beliau-beliau.  

Wikepedia, sebut sbb. Jumlah mahasiswa tercatat hingga th. 1996/1997
adalah 1.924.763 orang, PTS (75.27%), 3 kali PTN (24.73%). Web lain
pernah ku baca sebutkan : Di seluruh Indonesia saat (th 2005) ini
terdapat 77 PTN (kalo' ada angka 7, ku mudah ingat) di bawah lingkungan
Depdikbud, yang terdiri dari 2 Akademi, 26 Politeknik, 4 Sekolah Tinggi,
10 IKIP, 4 Institut, dan 31 Universitas. Ke 77 PTN ini menampung 475.988
mahasiswa (tahun 1996/1997). 

HB IX yang dirikan UGM, serahkan 300 hectar tuk pendidikan, cikal bakal
perg. tinggi Indonesia, dan banyak orang kraton sebagai pendidik awal
UGM. Ki Hajar Dewantoro (keturunan Pakualaman), K H A Dahlan (Mataram)
cikal bakal pendidikan Indonesia. Prof. Ir.R. Mugiono, raden dari
Kolopaking (Banyumas, adipati Mataram, banyak jendral-nya), adalah
profesor lama yang tak master/doktor.  Prof Dr. R.P. Koesoemadinada,
raden dari Pejajaran ? P singkatan apa Pak ? Prof Dr. Ir. Herman
Johannes lulusan THS (awal nama ITB), bapak fisika Indonesia, istrikan
putri raja Rote. 

Mataram, Surakarto, Demak, Rote, Pejajaran, banyak raja yang keturunan
(darah, gene) Arab, mungkin juga Mojopahit. Cirikan orangnya pintar
(juga tinggi bila masih amat dominan gen Arabnya), termasuk Qurais dan
Jahudi sebagai keturunan Nabi Ibrahim. India Pakistan dilaporkan suatu
kedokteran, bahwa 99 % gene nya dari gene Arab. Orang India juga
lahirkan orang bangsawan Bali (seperti yg nama Gedhe, Agung, dll).  

Apa yang bisa kita wariskan ?

Salam,
Maryanto.

-Original Message-
From: ismail [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Sunday, February 05, 2006 11:56 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK

Mungkin masalah tulisan / karya tulis  ini , merupakan perbedaan antara
Profesor jaman itu dg jaman sekarang. jaman dulu mungkin tidak diukur 
seberapa banyak dia menulis , namun untuk ukuran sekarang menjadi sangat
pokok / utama . paling tidak untuk Profesor yang di hasilkan dari APU
dimana harus mengumpulkan tulisan tulisan ilmiah dan dipublikasikan
untuk memperoleh angka kredit tertentu . dan juga menjadi sarat pokok
tingkat pendidikan formalnya, (Jangan harap bisa jadi Profesor kalau
hanya lulusan STM seperti Mbah Roso tsb untuk jaman sekarang) Saya
sangat salut dengan Mbah Roso ini, bayangkan dg pendidikan formalnya
hanyaSTM itupun bukan Geologi ( Sipil) bisa menjadi Ahli Geologi yang
hebat. Dan saya sangat beruntung pernah merasakan kuliah dg Mbah Roso
ini , Mungkin sebetulnya Geologi itu bisa juga kita pelajari tanpa harus
menjalani pendidikan formal dan dapat menjadi Ahli Geologi.

Ism

- Original Message -
From: R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Saturday, February 04, 2006 8:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK


 Saya sangat kagum atas prestasi  Prof Suroso, dan pernah bertemu,
namun 
 tidak sempat berdiskusi dengan beliau mengenai geologi.
 Barangkali Pak Rovicki mengetahui keberadaan tulisan-tulisan beliau?
Saya 
 ingin mengkoleksinya, paling tidak fotocopy-nya.
 Terima kasih
 PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
 R.P.Koesoemadinata
 Jl. Sangkuriang G-1
 Bandung 40135
 Telp: 022-250-3995
 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
 e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 - Original Message - 
 From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Friday, February 03, 2006 7:33 PM
 Subject: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK


 Setelah kemarin berdiskusi tentang sebutan profesor di IAGI-net
 ternyata dekat dengan kita (geologi) ada seorang profesor yg bukan
 sarjana.

 PROFESOR OTODIDAK

 Dikutip dari majalah Gelora Mahasiswa, no.8, thn 3, edisi Desember
1978.
 http://geologi_ugm.tripod.com/


 Anakmuda harus punyakeberanian 

[iagi-net-l] Berita Duka - Dr. Y. Sukendarmono

2006-02-05 Terurut Topik Bondan Brillianto








Berita Duka

Minggu 5 Februari jam
3 pagi, Dr. Y Sukendarmono
- Geologi UPN

Telah meninggal di
RSPAD Gatot Soebroto

Jenazah diberangkatakan ke
Yogya hari Minggu jam 8 pagi



Info
dari : C. Prasetyadi  UPN Yk



Kami
Segenap rekan-rekan Medco EP Indonesia 

/alumni/mahasiswa
UPN (Geologi) mengucapkan turut berduka cita

atas
kepergian Sang Pengajar/Pembimbing

Semoga
keluarga besar Geologi UPN dan keluarga yang ditinggalkan

dapat tabah.









Regard's 







Bondan
 Brillianto

Development 
Production Geologist

PT. MedcoEP
Indonesia

Tel. 021-83991519 /
0811193255













-
This message has been certified virus free by Medcoenergi Antivirus