[iagi-net-l] DESDM Susun Kerangka Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM
Banyak hal yg dapat dilakukan oleh IAGI-HAGI-IATMI untuk membantu ESDM dalam penyusunan kerangka legislasi ini terutama bidang kegeologian serta sisi supply sumberdaya energi. Dari 25 item lebih dibawah sana, tentunya lebih dari separo menyangkut ilmu geologi. Kerangka yg dibuat dalam web ini ini sangat-sangat bagus untuk melihat sampai dimana kondisi perundangan saat ini, banyak aturan yg sudah dperbaharui, banyak aturan yg masih dalam RUU. Saya rasa perlu didonlod utk dimiliki PP-IAGI. Ini menunjukkan keterbukaan ESDM juga terlihat pada item paling bawah -- Berikan saran Anda atas rancangan ini ke alamat :[EMAIL PROTECTED] mari kita serbu rame-rame undangan ini supaya perudangan/legislasi ini cepat selesei dan kita dapat memulai bermain-main dibidang yg kita geluti. salam RDP are we there yet ? -- Forwarded message -- Jumat, 13 Januari 2006 - 14:43 WIB DESDM Susun Kerangka Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM Partisipasi para pemangku kepentingan (stakeholder) sektor ESDM dalam penyusunan legislasi dan regulasi yang terkait dengan sektor ESDM sangat penting dan sangat diharapkan dalam rangka menghasilkan rumusan legislasi dan regulasi yang mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan sebagai upaya bersama untuk lebih mengembangkan sektor ESDM di Indonesia. Demikian dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal DESDM, Dr. Ir. Luluk Sumiarso menyusul disusunnya dokumen Kerangka Legislasi dan Regulasi (KLR) Sektor ESDM. Menurut Luluk Sumiarso, para pemangku kepentingan dapat mengakses secara online seluruh dokumen KLR tersebut dalam situs portal DESDM (dapat diklik pada =banner= dengan judul Kerangka Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM di bagian atas halaman situs portal ini). Pada dokumen KLR ini dapat dilihat berbagai legislasi (Undang-Undang atau RUU) dan regulasi (Peraturan atau Rancangan Peraturan Pemerintah, Peraturan/Keputusan Presiden, Peraturan/Keputusan Menteri hingga Petunjuk Teknis yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal di lingkungan DESDM) baik yang sudah tidak berlaku, yang sedang berlaku maupun yang akan berlaku. Dalam dokumen KLR ini terdapat 3 legislasi yang sedang dalam tahap penyelesaian yaitu RUU Mineral dan Batubara, RUU Ketenagalistrikan dan RUU Tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Penyusunan RUU-RUU tersebut sesungguhnya telah pula melibatkan para stakeholder namun Pemerintah, dalam hal ini DESDM sebagai pemegang portofolio sektor ESDM, tetap mengharapkan agar para stakeholder lainnya dapat memberikan masukan-masukan secara langsung bagi penyempurnaan legislasi tersebut sebelum difinalisasi. Pemuatan KLR juga merupakan bagian dari transparansi dalam penyusunan kebijakan pembangunan sektor ESDM di Indonesia sehingga apabila suatu legislasi sudah diterbitkan dan disosialisasikan maka diharapkan legislasi dan regulasi tersebut dapat segera diimplementasikan dan tidak terjadi lagi legislasi yang digugat atau dibatalkan dikemudian hari. Dengan demikian maka para investor dapat lebih mendapatkan kepastian hukum dalam berusaha di Indonesia yang pada gilirannya dapat meningkatkan kontribusi sektor ESDM dalam pembangunan nasional. === note : untuk melihat kerangka regulasi ini bisa dilihat di http://www.esdm.go.id/ 1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral - KERANGKA LEGISLASI DAN REGULASI - SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2 KERANGKA LEGISLASI SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 3 KERANGKA REGULASI SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN 4 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN 5 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN 6 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN 7 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN 8 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR KETENAGALISTRIKAN 9 KERANGKA REGULASI SUBSEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI 10 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI 11 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI 12 KERANGKA REGULASI SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS BUMI 13 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 1. Iuran Pertambangan 14 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 2. Jasa Pertambangan 15 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 3. Tata Cara Perizinan KP, KK dan PKP2B 16 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 4. Pembuatan Peta dan Pencadangan Wilayah 17 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 5. Pembuktian Kesanggupan/ Kemampuan Modal Teknis 18 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 6. Pengawasan Produksi Pertambangan 19 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 7. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 20 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 8. Lindungan Lingkungan 21 KERANGKA REGULASI SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS BUMI 22 PERATURAN PELAKSANAAN SUBSEKTOR MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 23 PERATURAN PELAKSANAAN BIDANG AIR TANAH 24 KERANGKA REGULASI
Re: [iagi-net-l] korelasi menggunakan 'Greend-Sand'..??
Sdr. Anton, mungkin beberapa hal berikut dapat membantu: korelasi serupa itu pernah dan dapat dilakukan atas dasar lithologic based observation, misalnya dengan core . Pada suatu tract system yang agak longstanding di shallow marine, glaucony facies biasanya terjadi dalam multiple bed, alternating dengan siliciclast atau mixed keduanya dalam satu bed, atau suatu composite bed yang sifatnya couplet berlapis tipis dengan shale atau siltstone. Dengan demikian kelimpahannya secara vertikal dapat bervariasi, contoh seperti itu common seperti misalnya di beberapa lokasi pada section Telisa (eq.) Fm. di Sumatra Selatan. Karena ada banyak kemungkinan glaucony facies secara vertikal, maka supaya korelasinya lebih confident, dapat diestimasi kelimpahannya secara vertikal, dan dilihat asosiasinya, misalnya dengan intensitas trace fossil/biogenic structure, atau jika ada dengan data biohorizon tertentu., atau peak abundant dari assemblage benthic (atau spesies tertentu). Apabila dikaitkan dengan genetic sedimentasi, prominent glaucony facies biasanya ada disekitar omission surface sedimen, pada late atau onset dari TST, atau di sekitar MFS. Untuk tracing di seismic, saya tidak tahu persis apakah pernah atau bisa dilakukan, tetapi sdr. dapat mempertimbangkan informasi berikut (AAPG ann. Meeting 2002, abstract w/ program), bahwa semenjak sekitar tahun 2002-an, team rock physic laboratory-stanford univ. pernah melakukan serangkaian pengujian lab. terhadap glaucony sediment yang diproyeksikan spesifik untuk tujuan itu (identifikasi, tracking, dan karakterisasi glaucony sand dari seismic), kegiatan ini disponsori ecopetrol dan petrobras. Diantara diskriminator atribut yang dianggap signifikan untuk mengenali glaucony facies dan membedakannya dengan siliciclast halus/kasar maupun carbonate, adalah acoustic impedance (ultrasonic velocity), elastic moduli, perm/pore. Sebagai contoh, mereka lakukan crossplot P-impedance dengan pore, didiskriminasi oleh nilai perm., hasilnya bahwa glaucony facies memberikan korelasi negative yang lebih kuat dan persistent ketimbang lithofacies lainnya. Demikian PS: Constraint datum korelasi pada glaucony facies ini, secara lebih lengkap dapat sdr. rujuk pada serial publikasi berikut: STEPHEN P. HESSELBO AND JENNY M. HUGGETT, GLAUCONY IN OCEAN-MARGIN SEQUENCE STRATIGRAPHY (OLIGOCENE-PLIOCENE, OFFSHORE NEW JERSEY, U.S.A.; ODP LEG 174A), JOURNAL OF SEDIMENTARY RESEARCH, VOL. 71, NO. 4, JULY, 2001, P. 599-607 STEPHEN F. PEKAR, NICHOLAS CHRISTIE-BLICK, KENNETH G. MILLER, AND MICHELLE A., KOMINZ, QUANTITATIVE CONSTRAINTS ON THE ORIGIN OF STRATIGRAPHIC ARCHITECTURE AT PASSIVE CONTINENTAL MARGINS: OLIGOCENE SEDIMENTATION IN NEW JERSEY, U.S.A., JOURNAL OF SEDIMENTARY RESEARCH, VOL. 73, NO. 2, MARCH, 2003, P. 227-245 salam Billy - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, February 03, 2006 5:26 PM Subject: [iagi-net-l] korelasi menggunakan 'Greend-Sand'..?? Rekan iaginet, Apakah ada Bapak/Ibu/Saudara yang pernah melakukan korelasi digantung di Green-Sand, Batupasir yang mengandung mineral glaukonit berlimpah..?? Kalau boleh tau juga apakah Green-Sand ini bisa juga di-trace di seismik...?? Lalu bagaimanakah cirinya... terima kasih banyak sebelumnya... rgrds, anprax This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
Di perpustakaan BPM/Shell/Pertamina Pladjoe dan Pangkalan Brandan sewaktu tahun 70-an saya baca tulisan almarhum diantaranya geologische undersoechk(?) van Boekit Mas, (laporan perusahaan). Kalau yang public dan ilmiah saya belum pernah baca. BTW gelar profesor beliau itu pemberian sipa kapan, sewaktu saya masuk geologi UGM tahun 1962 beliau sudah profesor. B. Puspoputro R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya sangat kagum atas prestasi Prof Suroso, dan pernah bertemu, namun tidak sempat berdiskusi dengan beliau mengenai geologi. Barangkali Pak Rovicki mengetahui keberadaan tulisan-tulisan beliau? Saya ingin mengkoleksinya, paling tidak fotocopy-nya. Terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: ; Sent: Friday, February 03, 2006 7:33 PM Subject: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK Setelah kemarin berdiskusi tentang sebutan profesor di IAGI-net ternyata dekat dengan kita (geologi) ada seorang profesor yg bukan sarjana. PROFESOR OTODIDAK Dikutip dari majalah Gelora Mahasiswa, no.8, thn 3, edisi Desember 1978. http://geologi_ugm.tripod.com/ Anakmuda harus punyakeberanian bereksperimen, ketangguhan ousdour atau ketahanan diri dalam menghadapi cobaan hidup. Percaya kepada kemampuan diri dan jangan hanya menggantungkan input dari pendidikan formil, tapi belajarlah otodidak, demikian petuah Profesor Soeroso Notohadiprawiro, 72 tahun, Gurubesar matakuliah Geologi di Fakultas Teknik UGM. Dia bukan sarjana, tidak punya diploma perguruan tinggi selain ijazah STM jaman Belanda Princees Yulianna School jurusan Sipil dan mengecap pendidikan arsitek 1,5 tahun. Namun bukan omong kosong bahwa mbah Roso - nama panggilan dari para mahasiswa, adalah orang Indonesia pertama yang punya reputasi di bidang ilmu geologi secara gemilang, lagipula tanpa lewat bangku kuliah. Kecemerlangan otaknya dibuktikan sejak kecil. Sekolah Dasar (Mulo) yang 7 tahun hanya diikuti kelas-kelas 1, 2, 4 dan 7, kemudian masuk STM PYS, 4 tahun. Sebenarnya rintisan pengalamannya di bidang bangunan sipilpun cukup cerah. Ketika usia 18 tahun - menurut Undang-Undang Perburuhan Belanda belum boleh bekerja, dia sudah menjadi pelaksana bangunan dari perusahaan pemborong Sitzen Lozauda Yogyakarta, yang mengerjakan gedung BNI 1946, kantor berita Antara, PLN Magelang dan rumah-rumah di Kotabaru. Tetapi kebosanan dan keinginannya untuk hidup berdikari mendorong dia meninggalkan pekerjaannya dan menerima anjuran bekas gurunya Van Der Houven mendaftarkan sebagai pegawai perusahaan minyak Inggris dan Belanda Shell dan BPM. Atas bantuan insinyur Houven pula, pemuda Soeroso merupakan satu-satunya orang pribumi dari 80 pemuda yang diterima. Waktu itu Belanda memang menutup kemungkinan orang pribumi belajar geologi dan pertambangan, sehingga pengembangan ilmu geologi disini agak lamban, ujar Profesor. Selama 3,5 tahun putra dokter jawa Soekardi mengikuti pendidikan pegawai perminyakan di Den Haag, sebelum diangkat jadi ajun geoloog. Kerja pertamanya di daerah Rantau, Aceh, mengawali prestasi-prestasi Soeroso sebagai ahli eksplorasi geologi dan minyak bumi. Dia berhasil menjatuhkan 17 orang penyelidik pendahulunya - termasuk beberapa sarjana, yang telah menyatakan Rantau sebagai daerah 'non minyak', tetapi ternyata merupakan sumber minyak yang menghasilkan jutaan gulden bagi BPM dan Shell. Kemudian berturut-turut dijelajahi hampir seluruh Sumatera untuk mencari ladang minyak baru atau eksplorasi ilmiah. Di Pangkalan Susu, Teluk Aru, ladang minyak yang saya temukan ketika di bor menyembur deras dengan debit 1 juta ton sehari telah menggenangi laut dan terbakar. Apinya menjulang dan kelihatan dari jarak 90 km di kota Medan, sebulan baru dapat dipadamkan dengan bantuan tenaga dari Amerika. Peristiwa itu membeawa beberapa korban jiwa manusia ..., nampak suara Profesor sendu menceritakan kisahnya kepada GEMA. Jaman perang memang mampu menyulam pengalaman orang dengan aneka cara hidup. Tatkala Jepang masuk, Soeroso yang masih punya gelar bangsawan : Raden, terpaksa sembunyi di Gunung Sawal, Jawa Barat, takut jika dipaksa jadi romusha oleh 'saudara tua'. Hampir dua tahun saya jadi petani karet dan kelapa serta mendirikan perusahaan dagang Banyu Asih, sebelum saya diminta menjadi Wakil Direktur STM Jakarta oleh kerabat saya Ki Hadjar Dewantara dan mulai saat itu saya melakukan profesi sebagai pendidik dan berkenalan dengan Pak Johannes Roeseno, Soewandi dari Bandung. Katili masih jadi mahasiswa, katanya. Tetapi kerja baru sebagai pendidikpun kiranya Soeroso tidak mengalami hambatan. Setelah ikut hijrah mendahului pindahnya pusat pemerintahan RI ke Yogya, bersama sejumlah Profesor dan bangsawan kraton, Soeroso ikut mendirikan Universitas Gadjah Mada serta menjadi dosen
Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
Sayang sekali sayapun tidak memiliki tulisan alm mBah Roso, yang ada hanya tulisan tentang almarhum mBah Roso saja seperti yg dituliskan oleh Pak Wartono Rahardjo, 1989. RDP === Prof.Soeroso Notohadiprawiro (1904-1977) Oleh: Wartono Rahardjo (majalah Nebula, 1989). Tepat bagi kita semua untuk mengenang kembali seorang tokoh pendiri, Founding father dari Jurusan ini. Tokoh yang dulu oleh para mahasiswanya secara akrab dipanggil dengan sebutan Pak Roso atau bahkan Mbah Roso, adalah tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan Jurusan Teknik Geologi FT UGM. Memperingati ulang tahun berdirinya jurusan tanpa menyinggung nama, peran dan jasa beliau sama saja dengan secara sengaja melupakan sejarah. Prof Soeroso dilahirkan pada tanggal 24 April 1904 di Kutoardjo, Jawa Tengah. Beliau adalah putera ketiga dari keluarga dr.Sukadi. Selepas pendidikan dasar dan menengah pertama, beliau memasuki pendidikan keteknikan Prinses Yuliana School di Yogyakarta. Setelah lulus, atas rekomendasi penuh dari direktur sekolah tersebut, beliau diterima di pendidikan asisten geolog di Batavia (Jakarta) yang diselenggarakan oleh Bataafsche Petroleum Maatscapij (BPM) setelah mengalahkan 4 calon lain, yang semuanya bangsa Belanda. Dengan dasar pendidikan inilah kemudian beliau bertugas sebagai geolog lapangan untuk BPM menjelajah hutan di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan Prof Soeroso memberikan kuliah pengantar kepada mahasiswa baru, di kampus Jetis tahun 1973 Pada tahun 1929, beliau menikah dengan R.Ay.Sri Sutengsun. Dari perkawinan ini lahir dua orang putera. Salah seorang diantaranya, yaitu Prof. Dr. Ir.K.R.M.T. Tejoyuwono melanjutkan naluri kecintaan beliau terhadap bumi, namun tidak lewat geologi melainkan melalui ilmu tanah (pedologi), dan kini sebagai guru besar di Fakultas Pertanian UGM. Sedangkan dua dari 5 cucu beliau melanjutkan tradisi geologi ini. Mereka saat ini telah menyelesaikan pasca sarjananya dalam geologi di luar negeri. Kelihatannya tradisi ilmu kebumian telah mendarah daging pada keluarga Notohadiprawiro ini Ketekunan beliau dalam melakukan pekerjaan mengantar beliau ke jenjang karir yang lebih tinggi, Beberapa ladang minyak yang dioperasikan oleh BPM, proses penemuannya boleh dikatakan sebagai hasil langsung maupun tidak langsung dari interpretasi beliau. Pada beberapa kuliah yang sempat penulis ikuti, beliau pernah menceriterakan bagaimana suatu persoalan struktur sempat membuat beliau pusing. Beberapa hari beliau berfikir keras tentang persoalan tersebut. Dari hasil pemikiran keras tersebut akhirnya beliau menemukan suatu cara rekonstruksi struktur, yang merupakan modifikasi dari cara rekonstruksi yang dikembangkan oleh Dr.Molengraaf, seorang ahli geologi Belanda yang kenamaan. Hasil modifikasi tersebut beliau namakan sebagai metode SRS. Beliau tidak pernah menjelaskan apa arti singkatan SRS tersebut. Namun kita yang selalu melihat beliau begitu antusias kalau menerangkan metode SRS tersebut, menduga bahwa SRS adalah singkatan dari nama beliau Soeroso. Dengan menggunakan metode SRS tersebut beliau mencoba memecahkan problema struktur. Namun setelah beberapa hari bekerja, beliau masih memelukan data tambahan, yang merupakan suatu perlapisan kunci yang seharusnya ditemukan, tetapi sampai saat itu belum pernah ditemukan singkapannya. Namun akhirnya persoalan tersebut dapat dipecahkan melalui suatu peristiwa yang unik. Sudah menjadi kebiasaan pada waktu itu bahwa bagi para geolog lapangan bahwa sungai merupakan sahabat yang baik. Lintasan pemetaan umumnya sangat efisien kalau dilakukan dengan menyusuri sungai. Demikian pula air untuk mandi dan mencucipun diambil dari sungai. Tak ketinggalan tentunya buang airpun di sungai. Nah pada suatu pagi, geolog muda Soeroso memisahkan diri dari kru pemetaan yang dipimpinnya untuk nongkrong buang air di tepi sungai. Benak beliau masih sarat terisi oleh problematik yang belum terselesaikan . Ketika buang air tersebut, beliau keras berfikir, sambil sekali-sekali memandang ke arah sungai untuk melihat barangkali ada buaya ganas yang sedang berjemur. Pada waktu mata beliau mengamati sungai, pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang mencuat dari dalam air sungai, yang kebetulan tidak seberapa keruh. Semula beliau menganggap itu sebagai kayu hanyut yang mencuat dari dalam sungai saja. Namun naluri geologi beliau mengatakan tidak, barangkali suatu singkapan perlapisan batuan.Secara bergegas beliau membersihkan diri lalu menghampiri tempat yang mencurikgakan tersebut. Apa yang ditemui beliau? Tak lain adalah perlapisan kunci yang selama itu dicari-carinya. Dengan penuh kegirangan diukur dan dicatatnya singkapan yang sangat berharga ini. Selanjutnya rekonstruksi struktur dilakukan kembali dan akhirnya persoalan struktur di daerah tersebut dapat dipecahkan. Selesainya persoalan struktur itu kemudian secara langsung diikuti dengan ditemukannya ladang minyak di Sumatera Selatan. Dari contoh peristiwa tersebut jelas sekali
[iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Salam Mau menanyakan apa saja sebenarnya kendala , jika kita hendak melakukan biostratigraphi di shelf/ delta. Beberapa rekan menyangsikan kualitas hasil dari biostratigraphi di shelf dan delta (reworked dsb )... Kalau kita tidak bisa menggunakan biostratigraphi lalu bagaimana kita bisa mengetahui umur dari formasi / lithologi kita? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
[iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Salam Mau menanyakan apa saja sebenarnya kendala , jika kita hendak melakukan biostratigraphi di shelf/ delta. Beberapa rekan menyangsikan kualitas hasil dari biostratigraphi di shelf dan delta (reworked dsb )... Kalau kita tidak bisa menggunakan biostratigraphi lalu bagaimana kita bisa mengetahui umur dari formasi / lithologi kita? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
Pak Bas, Mungkin yang dimaksud Geologische Onderzoek van Boekit Mas ? (Penyelidikan Geologi Bukit Mas). Sebenarnya, tahun-tahun itu ada juga jurnal Ilmu Alam (Natuurkundige), untuk konsumsi umum, yang bisa memuat tulisan-tulisan botani, zoologi, astronomi, dan geologi di Indonesia. Arie Frederick Lasut, geologist Indonesia di zaman Belanda, Jepang, dan awal2 kemerdekaan beberapa tulisannya muncul di jurnal tsb. J.H.F. Umbgrove, geologist Belanda yang pernah bekerja di Indonesia, yang banyak menulis di situ, (buku populernya : Symphony of the Earth, yang digambari dengan sangat bagus). salam, awang basuki puspoputro [EMAIL PROTECTED] wrote: Di perpustakaan BPM/Shell/Pertamina Pladjoe dan Pangkalan Brandan sewaktu tahun 70-an saya baca tulisan almarhum diantaranya geologische undersoechk(?) van Boekit Mas, (laporan perusahaan). Kalau yang public dan ilmiah saya belum pernah baca. BTW gelar profesor beliau itu pemberian sipa kapan, sewaktu saya masuk geologi UGM tahun 1962 beliau sudah profesor. B. Puspoputro R.P. Koesoemadinata wrote: Saya sangat kagum atas prestasi Prof Suroso, dan pernah bertemu, namun tidak sempat berdiskusi dengan beliau mengenai geologi. Barangkali Pak Rovicki mengetahui keberadaan tulisan-tulisan beliau? Saya ingin mengkoleksinya, paling tidak fotocopy-nya. Terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: ; Sent: Friday, February 03, 2006 7:33 PM Subject: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK Setelah kemarin berdiskusi tentang sebutan profesor di IAGI-net ternyata dekat dengan kita (geologi) ada seorang profesor yg bukan sarjana. PROFESOR OTODIDAK Dikutip dari majalah Gelora Mahasiswa, no.8, thn 3, edisi Desember 1978. http://geologi_ugm.tripod.com/ Anakmuda harus punyakeberanian bereksperimen, ketangguhan ousdour atau ketahanan diri dalam menghadapi cobaan hidup. Percaya kepada kemampuan diri dan jangan hanya menggantungkan input dari pendidikan formil, tapi belajarlah otodidak, demikian petuah Profesor Soeroso Notohadiprawiro, 72 tahun, Gurubesar matakuliah Geologi di Fakultas Teknik UGM. Dia bukan sarjana, tidak punya diploma perguruan tinggi selain ijazah STM jaman Belanda Princees Yulianna School jurusan Sipil dan mengecap pendidikan arsitek 1,5 tahun. Namun bukan omong kosong bahwa mbah Roso - nama panggilan dari para mahasiswa, adalah orang Indonesia pertama yang punya reputasi di bidang ilmu geologi secara gemilang, lagipula tanpa lewat bangku kuliah. Kecemerlangan otaknya dibuktikan sejak kecil. Sekolah Dasar (Mulo) yang 7 tahun hanya diikuti kelas-kelas 1, 2, 4 dan 7, kemudian masuk STM PYS, 4 tahun. Sebenarnya rintisan pengalamannya di bidang bangunan sipilpun cukup cerah. Ketika usia 18 tahun - menurut Undang-Undang Perburuhan Belanda belum boleh bekerja, dia sudah menjadi pelaksana bangunan dari perusahaan pemborong Sitzen Lozauda Yogyakarta, yang mengerjakan gedung BNI 1946, kantor berita Antara, PLN Magelang dan rumah-rumah di Kotabaru. Tetapi kebosanan dan keinginannya untuk hidup berdikari mendorong dia meninggalkan pekerjaannya dan menerima anjuran bekas gurunya Van Der Houven mendaftarkan sebagai pegawai perusahaan minyak Inggris dan Belanda Shell dan BPM. Atas bantuan insinyur Houven pula, pemuda Soeroso merupakan satu-satunya orang pribumi dari 80 pemuda yang diterima. Waktu itu Belanda memang menutup kemungkinan orang pribumi belajar geologi dan pertambangan, sehingga pengembangan ilmu geologi disini agak lamban, ujar Profesor. Selama 3,5 tahun putra dokter jawa Soekardi mengikuti pendidikan pegawai perminyakan di Den Haag, sebelum diangkat jadi ajun geoloog. Kerja pertamanya di daerah Rantau, Aceh, mengawali prestasi-prestasi Soeroso sebagai ahli eksplorasi geologi dan minyak bumi. Dia berhasil menjatuhkan 17 orang penyelidik pendahulunya - termasuk beberapa sarjana, yang telah menyatakan Rantau sebagai daerah 'non minyak', tetapi ternyata merupakan sumber minyak yang menghasilkan jutaan gulden bagi BPM dan Shell. Kemudian berturut-turut dijelajahi hampir seluruh Sumatera untuk mencari ladang minyak baru atau eksplorasi ilmiah. Di Pangkalan Susu, Teluk Aru, ladang minyak yang saya temukan ketika di bor menyembur deras dengan debit 1 juta ton sehari telah menggenangi laut dan terbakar. Apinya menjulang dan kelihatan dari jarak 90 km di kota Medan, sebulan baru dapat dipadamkan dengan bantuan tenaga dari Amerika. Peristiwa itu membeawa beberapa korban jiwa manusia ..., nampak suara Profesor sendu menceritakan kisahnya kepada GEMA. Jaman perang memang mampu menyulam pengalaman orang dengan aneka cara hidup. Tatkala Jepang masuk, Soeroso yang masih punya gelar bangsawan : Raden, terpaksa sembunyi di Gunung Sawal, Jawa Barat, takut jika dipaksa jadi romusha oleh
Re: [iagi-net-l] Patahan Madura : Left or Right or just Thrust inversion ?
Pak Franc, Betul yang diuraikan Pak Franc, memang sistem wrench selalu punya empat strike slip faults : master fault, sintetik pertama (P shear), sintetik kedua (Riedel shear), dan antitetik (conjugate Riedel -R' shear (mengacu ke sistem Wilcox atau Harding) atau sistem2 ordo (mengacu ke Moody Hill). Hanya, yang saya diskusikan dengan Pak Rovicky adalah master fault-nya, yaitu RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) Fault Zone, apakah ia sinistral atau dextral. Antitetik terhadap RMKS, baik ia sinistral maupun dextral, akan memotong sekitar 70 deg sistem RMKS sehingga ia utara-selatan; nah yang antitetik ini tidak ada dalam diskusi kami. Jadi, masalahnya jelas bukan antara sintetik atau antitetik, tetapi antara sinistral vs. dextral untuk RMKS master fault. Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang mau ikutan nanya, dalam suatu system strike slip,sering terjadi synthetic dan antithetic strike slip fault. nah pertanyaan saya apakah mungkin yang di amati Pak RDP ini adalah antithetic dari fault yang diamati Pak Awang? Nah Pak Awang dan Pak RDP apakah sudah men plot pengamatan masing2 ? mungkin aja bisa saling mengisi satu sama lain, apalagi kalau yang dibicarakan ada nya didarat sekarang. mungkin bisa di plot dan di check di lapangan apakah yang dicari tsb ada di lapangan. saya pernah baca suatu artikel mengenai fault yang disuatu tempat adalah left lateral, kemudian disebelah barat laut nya fault tsb jadi right lateral. kebetulan saya punya akses beberapa seismic data daerah tsb. setelah saya periksa ternyata, kedua fault tsb adalah berbeda dan merupakan konyugasi satu sama lain. Jadi satu adalah synthetic fault dari strike slip yang utama dan satu nya antithetic fault nya. setelah email2an dengan beberapa orang, maka saya baru sadar bahwa kekeliruan seperti ini lumrah terjadi, terutama kalau hanya memakai data outcrop yang terbatas. dan hal yang sering dilupakan adalah synthetic strike slip fault dan antithetic strike slip fault nya berpotongan di suatu titik. jadi sebagai contoh kalau lihat dipermukaan (atau di seismic 3D), suatu left lateral fault berada di sebelah barat dari suatu right lateral fault, maka setelah melewati titik pepotongannya maka left lateral fault nya ada disebelah timur right lateral faultnya. dan jangan left lateral faultnya di anggap menjadi right lateral fault. sayang tidak bisa kirim attachment, saya punya beberapa artikel mengenai strike slip fault yang bisa memberikan ilustrasi mengenai strike slip fault system ini. atau kalau sempat silahkan search strike slip fault di google akan muncul banyak sekali pilihan, pilih yang dari universitas, banyak yang punya deskripsi lengkap. (kalau yang eks Repsol-YPF-Maxus, dan kenal Andy Wight, pasti ingat gambar strike slip system yang selalu di bawa beliau ke peer review, untuk men check fault system dari interpretasi.) yang paling gampang adalah gambarkan suatu normal fault system yang saling berpotongan lalu balik sehingga Thau dominant nya ada di lateral bukan ke bawah. tambahan dari ulasannya Pak Awang, sering di 3D seismic data, malahan strike slip fault utama nya malah susah melihat nya, apalagi kalau fault ini hampir tegak lurus atau malah tegak lurus terhadap lateral. jangan lupa pakai timeslice untuk interpretasi. dan interpretasi dari synthetic fault dan antithetic faultnya mungkin akan sangat membantu. yang kerja di Sumatra Jawa (yang ber jibun 3D seismic nya) pasti banyak yang tersenyum ingat pengalaman interpretasi masing2. seperti yang Pak Awang sebutkan strike slip system ini sangat kompleks, dalam satu strike slip system bisa ada normal fault, reverse fault, dan tentu saja strike slip fault (left lateral dan right lateral), folding, mungkin erosion. apalagi kalau ada structural inversion, reactivation dari fault, dst... belum lagi kalau ada growth fault yang ter aktifkan kembali (ini sangat umum di Jawa dan Sumatra). atau fault yang ada sebelumnya di potong oleh en-echelon fault. dan yang tidak boleh dilupakan bahwa ada (paling tidak) tiga masa compression yang dialami Jawa dan Sumatra, dan masing2 bisa menghasilkan suatu sistem strike slip sendiri2. atau ada yang teraktif kan lagi dari seseorang yang mabuk berusaha solve strike slip system suatu daerah,(belum nanti berusaha meyakinkan orang lain) fbs nb: saya pernah menanyakan disalah satu email, apakah fracture reservoir yang ekonomis umumnya ditemukan di strike slip system ?. kalau iya mungkin kita bisa lebih terarah cari fracture reservoir yang ekonomis. - Original Message From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 02, 2006 5:10:36 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Patahan Madura : Left or Right or just Thrust inversion ? Pak Rovicky, RMKS adalah : left lateral fault sekaligus inverted zone. Kita pernah diskusikan ini beberapa tahun lalu, saat itu saya belum masuk detail ke mempelajari RMKS, saat itu pun saya bilang
Re: [iagi-net-l] Kontroversi Pucangan-Kabuh dan Homo mojokertensis
Terima kasih Pak Awang atas kiriman papernya. Seorang rekan expat yang seorang carbonate sedimentologist pernah memberi saya gambar paleogeografi Oligocene-Miocene daerah Jawa Timur ini. Dan memang hasil interpretasinya mirip2 dengan paper Pak Awang, hanya ada sedikit perbedaan dimana batas shelf edgenya agak melengkung ke utara di sekitar Central Trough. Alasannya saya kurang tahu. Yang menarik bagi saya adalah keberadaan mud mound di sekitar Tuban/Bawean Trough, bahkan disebutkan ada field yang dikembangkan disitu yaitu Poleng Field. Bagaimana reservoir character dan kualitasnya ya ? Proses diagenesa apa yang menyebabkan mud mound ini bisa menjadi reservoir ? Dolomitisasi ? atau subaerial exposure atau yang lain ? Mungkin rekan geologist yang bekerja di Poleng bisa memberi sedikit penjelasan ? Ini penting sekali, mengingat mud mound yang ada di peta Pak Awang cuma 1, mungkin ada mud mound2 lain yang belum terdeteksi. Bayangkan jika mud mound saja bisa menjadi reservoir, tentu akan banyak carbonate reservoir play yang bisa dikembangkan di daerah ini. -soerya- On 03/02/06, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Rovicky, Wah, jangan mengeplot shelf edge line di selatan isolated platform. Ceritanya akan lain dan gak cocok dengan geologic setting East Java. Isolated platform itu adalah segmented basement, jadi tak ada hubungannya dengan labilitas lereng untuk pertumbuhan karbonat. Kemudian, jelas bahwa BD, Banyu Urip, Mudi, Sukowati reefs dll itu adalah pinnacle reefs yang tumbuh di tinggian basement yang terangkat. Dan, Pangkah itu jelas sekali sebagai barrier reef baik dari segi geometri maupun biotanya. Ada model bagus dari Sun dan Esteban (1994) tentang hubungan land-attached platform dan isolated platform untuk SE Asia. Kalau tak lupa, nanti saya scan dulu gambarnya dan kirimkan. Kalau Pucangan dan Kabuh, itu sudah membalikkan sedimentasi - sebab mereka terutama disuplai sedimennya dari volcanic arc di selatan Jawa, dan saat paparan Laut Jawa tetap sebagai paparan. Shelf -edge saat itu ada di selatan Kangean, juga sampai sekarang. Kalau paper dari Art Saller (kebetulan Desember 2006 lalu saya berdiskusi langsung dengannya di Unocal Sugarland, TX untuk semua karbonat di Kerendan dan Kutei), itu hanyalah shelf ridges di paparan, maka karbonatnya pun patchy bukan pinnacle karena masih di dalam shelf edge. Model dari Art Saller dkk itu untuk shelf ridges di seberang Mahakam Delta tak bisa dipakai; tetapi untuk model Kerendan reef di Teweh sedikit bisa, hanya basement di situ tak segmented. Kembali ke model Sun dan Mateu Esteban (1994) yang cocok untuk Jawa Timur. Senin diteruskan lagi diskusinya ya.., terburu2 pulang nih.. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Ada sedikit pertanyaan, Apakah berarti carbonate yg termasuk isolated platform ini berada diluar shelf masuk daerah slope ? Setahu saya slope seringkali labil (mudah longsor) sehingga daerah ini mungkin sukar untuk pembentukan carbonate karena carbonate akan tmbuh di daerah yg merupakan daerah stabil. Tetapi memang carbonate ini terususun oleh binatang sehingga akan mungkin kalau binatang penyusunnya sangat specific. Saya sendiri kurang paham tentang species2 penyusun carbonates. Karena pertimbangan diatas maka saya lebih cenderung menempatkan shelf edge diluar dari isolated platform. Jadi shelf edge pada saat itu bukan diantara land attached dan platform carbonate. Tapi di sebelah selatan dari isolated platform. Kalau melihat dimensi atau ukuran dari ridges2 di Jawa Timur ini termasuk kemandung Ridge, BD ridges juga XX Ridge. Sepertinya geometrical sizenya tidak jauh berbeda dengan presentday carbonates rigdes yg ada di depan Delta Mahakam deket dengan slope. Arah dari ridges ini sangat mungkin akan sejajar dengan shelf edge. http://www.searchanddiscovery.com/documents/2003/saller/images/saller.pdf Paper dari Unocal ini aku pakai sebagai recent analoque. Kalau kembali ke Pucangan Kabuh, apakah Pucangan Kabuh ini masih termasuk di antara land attach dengan isolated carbonates, ataukah sudah lebih ke luar lagi. Jadi teradi mundurnya garis Shelf Edge ke utara ? Thx RDP
Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
Sungguh luar biasa karya Prof Soeroso (mbah Roso) ini. Sepertinya tidak akan terjadi di zaman yang serba ada seperti sekarang ini. Apakah IAGI dapat memuat riwayat hidup mbah Roso dalam majalah IAGI?. Saya kira ini perlu untuk memberikan motivasi kepada teman-teman muda dalam meniti kariernya. Apakah mungkin IAGI dapat memberi tanda penghargaan kepada mereka yang berjasa seperti mbah Roso ini? M. Untung - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 06, 2006 7:49 AM Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK Sayang sekali sayapun tidak memiliki tulisan alm mBah Roso, yang ada hanya tulisan tentang almarhum mBah Roso saja seperti yg dituliskan oleh Pak Wartono Rahardjo, 1989. RDP === Prof.Soeroso Notohadiprawiro (1904-1977) Oleh: Wartono Rahardjo (majalah Nebula, 1989). Tepat bagi kita semua untuk mengenang kembali seorang tokoh pendiri, Founding father dari Jurusan ini. Tokoh yang dulu oleh para mahasiswanya secara akrab dipanggil dengan sebutan Pak Roso atau bahkan Mbah Roso, adalah tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan Jurusan Teknik Geologi FT UGM. Memperingati ulang tahun berdirinya jurusan tanpa menyinggung nama, peran dan jasa beliau sama saja dengan secara sengaja melupakan sejarah. Prof Soeroso dilahirkan pada tanggal 24 April 1904 di Kutoardjo, Jawa Tengah. Beliau adalah putera ketiga dari keluarga dr.Sukadi. Selepas pendidikan dasar dan menengah pertama, beliau memasuki pendidikan keteknikan Prinses Yuliana School di Yogyakarta. Setelah lulus, atas rekomendasi penuh dari direktur sekolah tersebut, beliau diterima di pendidikan asisten geolog di Batavia (Jakarta) yang diselenggarakan oleh Bataafsche Petroleum Maatscapij (BPM) setelah mengalahkan 4 calon lain, yang semuanya bangsa Belanda. Dengan dasar pendidikan inilah kemudian beliau bertugas sebagai geolog lapangan untuk BPM menjelajah hutan di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan Prof Soeroso memberikan kuliah pengantar kepada mahasiswa baru, di kampus Jetis tahun 1973 Pada tahun 1929, beliau menikah dengan R.Ay.Sri Sutengsun. Dari perkawinan ini lahir dua orang putera. Salah seorang diantaranya, yaitu Prof. Dr. Ir.K.R.M.T. Tejoyuwono melanjutkan naluri kecintaan beliau terhadap bumi, namun tidak lewat geologi melainkan melalui ilmu tanah (pedologi), dan kini sebagai guru besar di Fakultas Pertanian UGM. Sedangkan dua dari 5 cucu beliau melanjutkan tradisi geologi ini. Mereka saat ini telah menyelesaikan pasca sarjananya dalam geologi di luar negeri. Kelihatannya tradisi ilmu kebumian telah mendarah daging pada keluarga Notohadiprawiro ini Ketekunan beliau dalam melakukan pekerjaan mengantar beliau ke jenjang karir yang lebih tinggi, Beberapa ladang minyak yang dioperasikan oleh BPM, proses penemuannya boleh dikatakan sebagai hasil langsung maupun tidak langsung dari interpretasi beliau. Pada beberapa kuliah yang sempat penulis ikuti, beliau pernah menceriterakan bagaimana suatu persoalan struktur sempat membuat beliau pusing. Beberapa hari beliau berfikir keras tentang persoalan tersebut. Dari hasil pemikiran keras tersebut akhirnya beliau menemukan suatu cara rekonstruksi struktur, yang merupakan modifikasi dari cara rekonstruksi yang dikembangkan oleh Dr.Molengraaf, seorang ahli geologi Belanda yang kenamaan. Hasil modifikasi tersebut beliau namakan sebagai metode SRS. Beliau tidak pernah menjelaskan apa arti singkatan SRS tersebut. Namun kita yang selalu melihat beliau begitu antusias kalau menerangkan metode SRS tersebut, menduga bahwa SRS adalah singkatan dari nama beliau Soeroso. Dengan menggunakan metode SRS tersebut beliau mencoba memecahkan problema struktur. Namun setelah beberapa hari bekerja, beliau masih memelukan data tambahan, yang merupakan suatu perlapisan kunci yang seharusnya ditemukan, tetapi sampai saat itu belum pernah ditemukan singkapannya. Namun akhirnya persoalan tersebut dapat dipecahkan melalui suatu peristiwa yang unik. Sudah menjadi kebiasaan pada waktu itu bahwa bagi para geolog lapangan bahwa sungai merupakan sahabat yang baik. Lintasan pemetaan umumnya sangat efisien kalau dilakukan dengan menyusuri sungai. Demikian pula air untuk mandi dan mencucipun diambil dari sungai. Tak ketinggalan tentunya buang airpun di sungai. Nah pada suatu pagi, geolog muda Soeroso memisahkan diri dari kru pemetaan yang dipimpinnya untuk nongkrong buang air di tepi sungai. Benak beliau masih sarat terisi oleh problematik yang belum terselesaikan . Ketika buang air tersebut, beliau keras berfikir, sambil sekali-sekali memandang ke arah sungai untuk melihat barangkali ada buaya ganas yang sedang berjemur. Pada waktu mata beliau mengamati sungai, pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang mencuat dari dalam air sungai, yang kebetulan tidak seberapa keruh. Semula beliau menganggap itu sebagai kayu hanyut yang mencuat dari dalam sungai saja. Namun naluri geologi beliau
Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
setahu saya, dulu, di shell indonesia, juga ada ahli geologi yg pada awalnya berkarir sbg seorang 'draftsman' saja. tidak punya latar-belakang pendidikan geologi, kerja sbg 'tukang gambar', mungkin sambil bantu2 ahli geologi yg beneran, terus katanya ikut beberapa kursus (ttg geologi tentunya). dan, akhirnya jadi ahli geologi beneran. mungkin pak herman yg sekarang di brunei dapat meng-konfirmasikan hal ini. salam, syaiful On 2/5/06, ismail [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin masalah tulisan / karya tulis ini , merupakan perbedaan antara Profesor jaman itu dg jaman sekarang. jaman dulu mungkin tidak diukur seberapa banyak dia menulis , namun untuk ukuran sekarang menjadi sangat pokok / utama . paling tidak untuk Profesor yang di hasilkan dari APU dimana harus mengumpulkan tulisan tulisan ilmiah dan dipublikasikan untuk memperoleh angka kredit tertentu . dan juga menjadi sarat pokok tingkat pendidikan formalnya, (Jangan harap bisa jadi Profesor kalau hanya lulusan STM seperti Mbah Roso tsb untuk jaman sekarang) Saya sangat salut dengan Mbah Roso ini, bayangkan dg pendidikan formalnya hanyaSTM itupun bukan Geologi ( Sipil) bisa menjadi Ahli Geologi yang hebat. Dan saya sangat beruntung pernah merasakan kuliah dg Mbah Roso ini , Mungkin sebetulnya Geologi itu bisa juga kita pelajari tanpa harus menjalani pendidikan formal dan dapat menjadi Ahli Geologi. Ism -
RE: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
Pul, Bukan draftsman, tapi dia pernah sekolah filosofi. Terus jadi sample man, akhirnya jadi geologist. Kita juga punya secretary dulu, background-nya S1-IT, akhirnya jadi geophysicist, karena dia in charge untuk semua data seismic. Herman -Original Message- From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 06 February 2006 11:42 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK setahu saya, dulu, di shell indonesia, juga ada ahli geologi yg pada awalnya berkarir sbg seorang 'draftsman' saja. tidak punya latar-belakang pendidikan geologi, kerja sbg 'tukang gambar', mungkin sambil bantu2 ahli geologi yg beneran, terus katanya ikut beberapa kursus (ttg geologi tentunya). dan, akhirnya jadi ahli geologi beneran. mungkin pak herman yg sekarang di brunei dapat meng-konfirmasikan hal ini. salam, syaiful On 2/5/06, ismail [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin masalah tulisan / karya tulis ini , merupakan perbedaan antara Profesor jaman itu dg jaman sekarang. jaman dulu mungkin tidak diukur seberapa banyak dia menulis , namun untuk ukuran sekarang menjadi sangat pokok / utama . paling tidak untuk Profesor yang di hasilkan dari APU dimana harus mengumpulkan tulisan tulisan ilmiah dan dipublikasikan untuk memperoleh angka kredit tertentu . dan juga menjadi sarat pokok tingkat pendidikan formalnya, (Jangan harap bisa jadi Profesor kalau hanya lulusan STM seperti Mbah Roso tsb untuk jaman sekarang) Saya sangat salut dengan Mbah Roso ini, bayangkan dg pendidikan formalnya hanyaSTM itupun bukan Geologi ( Sipil) bisa menjadi Ahli Geologi yang hebat. Dan saya sangat beruntung pernah merasakan kuliah dg Mbah Roso ini , Mungkin sebetulnya Geologi itu bisa juga kita pelajari tanpa harus menjalani pendidikan formal dan dapat menjadi Ahli Geologi. Ism - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Kendala2 yang menyebabkan in-akurasi penafsiran biostratigrafi (khususnya dalam industri perminyakan) bisa berhubungan dengan : 1. konklusi yang dibangun dari pengamatan yang tidak lengkap, 2. fosil yang berasal dari lingkungan lain (reworked), 3. assemblage fosil yang ditemui tidak lengkap atau bukan kumpulan khas dari suatu lingkungan, dan 4. determinasi fosil yang tidak tepat/tidak lengkap. Saya pikir, ini bukan kendala di lingkungan delta-paparan (shelf) saja, tetapi semua lingkungan pengendapan. Penentuan metode biostratigrafi apakah dengan planktonic foram, benthonic foram, foram besar, calcareous nannofossils, palinologi, dinoflagelata, radiolaria, atau diatom juga akan mempengaruhi kesuksesan biostratigrafi. Misalnya, kita kirim sampel2 yang berasal dari lingkungan deltaic plain dan kita mintakan untuk dianalisis menggunakan foram planktonik, tentu ini bukan metode yang tepat sebab untuk delta yang terbaik menggunakan palinologi misalnya, atau untuk deep marine yang terbaik menggunakan foram planktonik. Penyebaran microfauna dan flora di lingkungan pengendapan modern pun punya zonasi-zonasinya sendiri, maka selayaknya penentuan fossil assemblage ancient depo environment pun mengikuti kelimpahan maksimumnya untuk pemilihan metode yang tepat. Kesulitan2 seperti reworked fossils memang dapat menyebabkan penafsiran umur dan fasies keliru. Tetapi, reworked fossils umumnya tak banyak, tak semelimpah insitu fosulnya. Lagipula fosil2 reworked dapat dikenali dari ciri fisiknya seperti cangkang2 yang tergerus, warnanya lebih gelap, umur lebih tua dibanding dominasi fosil yang diamati, dan jenis2 spesies lunak tak ditemukan. Dalam melakukan pentarikhan absolut dengan isotop Sr (strontium) pun jamak ditemukan reworked fossils, terutama dicirikan dengan umur absolut yang lebih tua dibandingkan sekitarnya. Sebenarnya, reworked fossils tak selalu jadi kendala, ia bisa jadi data penting untuk sejarah pengangkatan suatu wilayah, dan juga wilayah provenance sedimen klastik. Contohnya, kembali ke Formasi Pucangan dan Kabuh yang berumur Plistosen yang berlingkungan lakustrin-fluvial. Di dalamnya banyak ditemukan fosil Globigerina dari laut dalam. Fosil2 ini semula ada di napal Globigerina di wilayah Kendeng yang berumur Miosen Akhir-Pliosen. Cangkang2 berdinding tebal seperti Globorotalia dan Pulleniatina biasa juga ditemukan di dalamnya. Dengan demikian, kita bisa tahu bahwa pengangkatan Kendeng terjadi Plio-Plistosen. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam Mau menanyakan apa saja sebenarnya kendala , jika kita hendak melakukan biostratigraphi di shelf/ delta. Beberapa rekan menyangsikan kualitas hasil dari biostratigraphi di shelf dan delta (reworked dsb )... Kalau kita tidak bisa menggunakan biostratigraphi lalu bagaimana kita bisa mengetahui umur dari formasi / lithologi kita? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!
[iagi-net-l] East Java O-M carbonates (was : Kontroversi Pucangan-Kabuh...)
Soerya, Saat saya mengaudit studi-studi karbonat yang dilakukan oleh beberapa KPS di utara Jawa Timur (a.l. Hess Pangkah dan COPI Ketapang) memang digambarkan begitu untuk shelf-edge line-nya, tertarik ke utara di selatan Central Deep. Saya pikir penyebabnya bukan karena deepening Central Deep yang terjadi post-Miosen Tengah, tetapi karena efek lama (sejak Paleogen) saat Central Deep mendalam ke BD dan mendangkal ke TL (efek ini otomatis akan membuat shelf-edge line belok ke utara mendelineasi Central Deep yang dangkal). Efek tersebut tak muncul di sisi barat (Bawean) dan sisi timur (North Madura Platform) karena tak ada dalaman sedalam Central Deep. Saya, saat bekerja untuk Pertamina-Santa Fe Salawati (1997-2000), banyak mengevaluasi dan mengusulkan struktur2 karbonatan mud mound. Istilah ini resmi dipakai terutama sejak paper Mark Longman - SE Asia carbonate sedimentologist terbit di 1980an membahas Air Serdang Field (Baturaja carbonate). Mark juga menulis buku bagus tentang SE Asia Carbonates dan memasukkan mud mound sebagai salah satu grup di klasifikasi terumbu. Mud mound adalah bentukan build-up yang low relief dengan material reefal. Di Salawati Basin, terutama di Pulau Salawati, banyak mud mound tumbuh pada Early-Middle Miocene sebagai stage I pertumbuhan karbonat. Mereka spesifik tumbuh di lingkungan laguna yang low energy dengan material halus karbonatan cukup dominan (wackestones-packstones, kadang2 mud mound). Ini struktur yang bagus dari segi reservoir characteristics. Field2 yang asal mud mound, punya performance produksi yang bagus dibandingkan dengan lapangan2 yang lebih reefal. Porositasnya kebanyakan mouldic, tetapi primary juga ada, dan lebih seragam, mirip-mirip reservoir klastik. Di utara Jawa Timur, mud mounds akan tumbuh di wilayah2 laguna yang dibatasi tinggian2 JS-1 ridge dan Bawean High. Banyak struktur2 yang dipetakan oleh Kodeco itu sebagian besar bermula sebagai mud mound. salam, awang Soerya Adhi [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih Pak Awang atas kiriman papernya. Seorang rekan expat yang seorang carbonate sedimentologist pernah memberi saya gambar paleogeografi Oligocene-Miocene daerah Jawa Timur ini. Dan memang hasil interpretasinya mirip2 dengan paper Pak Awang, hanya ada sedikit perbedaan dimana batas shelf edgenya agak melengkung ke utara di sekitar Central Trough. Alasannya saya kurang tahu. Yang menarik bagi saya adalah keberadaan mud mound di sekitar Tuban/Bawean Trough, bahkan disebutkan ada field yang dikembangkan disitu yaitu Poleng Field. Bagaimana reservoir character dan kualitasnya ya ? Proses diagenesa apa yang menyebabkan mud mound ini bisa menjadi reservoir ? Dolomitisasi ? atau subaerial exposure atau yang lain ? Mungkin rekan geologist yang bekerja di Poleng bisa memberi sedikit penjelasan ? Ini penting sekali, mengingat mud mound yang ada di peta Pak Awang cuma 1, mungkin ada mud mound2 lain yang belum terdeteksi. Bayangkan jika mud mound saja bisa menjadi reservoir, tentu akan banyak carbonate reservoir play yang bisa dikembangkan di daerah ini. -soerya- On 03/02/06, Awang Satyana wrote: Pak Rovicky, Wah, jangan mengeplot shelf edge line di selatan isolated platform. Ceritanya akan lain dan gak cocok dengan geologic setting East Java. Isolated platform itu adalah segmented basement, jadi tak ada hubungannya dengan labilitas lereng untuk pertumbuhan karbonat. Kemudian, jelas bahwa BD, Banyu Urip, Mudi, Sukowati reefs dll itu adalah pinnacle reefs yang tumbuh di tinggian basement yang terangkat. Dan, Pangkah itu jelas sekali sebagai barrier reef baik dari segi geometri maupun biotanya. Ada model bagus dari Sun dan Esteban (1994) tentang hubungan land-attached platform dan isolated platform untuk SE Asia. Kalau tak lupa, nanti saya scan dulu gambarnya dan kirimkan. Kalau Pucangan dan Kabuh, itu sudah membalikkan sedimentasi - sebab mereka terutama disuplai sedimennya dari volcanic arc di selatan Jawa, dan saat paparan Laut Jawa tetap sebagai paparan. Shelf -edge saat itu ada di selatan Kangean, juga sampai sekarang. Kalau paper dari Art Saller (kebetulan Desember 2006 lalu saya berdiskusi langsung dengannya di Unocal Sugarland, TX untuk semua karbonat di Kerendan dan Kutei), itu hanyalah shelf ridges di paparan, maka karbonatnya pun patchy bukan pinnacle karena masih di dalam shelf edge. Model dari Art Saller dkk itu untuk shelf ridges di seberang Mahakam Delta tak bisa dipakai; tetapi untuk model Kerendan reef di Teweh sedikit bisa, hanya basement di situ tak segmented. Kembali ke model Sun dan Mateu Esteban (1994) yang cocok untuk Jawa Timur. Senin diteruskan lagi diskusinya ya.., terburu2 pulang nih.. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Pak Awang, Ada sedikit pertanyaan, Apakah berarti carbonate yg termasuk isolated platform ini berada diluar shelf masuk daerah slope ? Setahu saya slope seringkali labil (mudah longsor) sehingga daerah
RE: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK
Profesor Soeroso adalah mantu GPH (Gusti Pangeran Haryo) Tedjo Koesoemo. GPH Tejo adalah anak bungsu Hamongku Buwono VII, raja Mataram. Profesor Indonesia di hasilkan banyak dari UGM (berdiri 1949, sekitar 300 prof ?), UI (1950), Unair (1954), ITB (1959 resmi nama ITB dari lahir THS 1920), IPB (1963), dst. Sejarah penyandang professor, memang menarik. Mestinya lebih banyak lagi profesor yang pendidikannya tak tinggi, atau hanya sarjana, atau hanya master, tak doktor. Jaman penjajahan Londo, yang bisa mengenyam pendidikan adalah orang tertentu saja, yang bisa disebut hanya keturunan kraton. Keturuan kraton tersebar di kadipaten, prabrik-pabrik gula, karet, dll. di waktu penjajahan Belanda itu. Karena humblenya, maka sering tak tonjolkan sebagai raden, nulis sebagai singkatan kadangpun tak ada, dan mungkin memudahkan membaur dlm sosialisasi. Karena kadang juga di perlukan, maka sering hanya sebut R saja. Hanya 70'an (guruku sebut 66 seingatku) sarjana di th 1945 Indonesia merdeka. Kalau bisa masuk web daftar profesor UGM, misalnya, tentu akan tahu tingkat pendidikan professor-profesor. Semakin tua/lama, semakin mudah mencari profesor pendidikan lebih awal. Merekalah sebabkan kita pintar kini. Kita mungkin tak pintar tanpa beliau-beliau. Wikepedia, sebut sbb. Jumlah mahasiswa tercatat hingga th. 1996/1997 adalah 1.924.763 orang, PTS (75.27%), 3 kali PTN (24.73%). Web lain pernah ku baca sebutkan : Di seluruh Indonesia saat (th 2005) ini terdapat 77 PTN (kalo' ada angka 7, ku mudah ingat) di bawah lingkungan Depdikbud, yang terdiri dari 2 Akademi, 26 Politeknik, 4 Sekolah Tinggi, 10 IKIP, 4 Institut, dan 31 Universitas. Ke 77 PTN ini menampung 475.988 mahasiswa (tahun 1996/1997). HB IX yang dirikan UGM, serahkan 300 hectar tuk pendidikan, cikal bakal perg. tinggi Indonesia, dan banyak orang kraton sebagai pendidik awal UGM. Ki Hajar Dewantoro (keturunan Pakualaman), K H A Dahlan (Mataram) cikal bakal pendidikan Indonesia. Prof. Ir.R. Mugiono, raden dari Kolopaking (Banyumas, adipati Mataram, banyak jendral-nya), adalah profesor lama yang tak master/doktor. Prof Dr. R.P. Koesoemadinada, raden dari Pejajaran ? P singkatan apa Pak ? Prof Dr. Ir. Herman Johannes lulusan THS (awal nama ITB), bapak fisika Indonesia, istrikan putri raja Rote. Mataram, Surakarto, Demak, Rote, Pejajaran, banyak raja yang keturunan (darah, gene) Arab, mungkin juga Mojopahit. Cirikan orangnya pintar (juga tinggi bila masih amat dominan gen Arabnya), termasuk Qurais dan Jahudi sebagai keturunan Nabi Ibrahim. India Pakistan dilaporkan suatu kedokteran, bahwa 99 % gene nya dari gene Arab. Orang India juga lahirkan orang bangsawan Bali (seperti yg nama Gedhe, Agung, dll). Apa yang bisa kita wariskan ? Salam, Maryanto. -Original Message- From: ismail [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, February 05, 2006 11:56 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK Mungkin masalah tulisan / karya tulis ini , merupakan perbedaan antara Profesor jaman itu dg jaman sekarang. jaman dulu mungkin tidak diukur seberapa banyak dia menulis , namun untuk ukuran sekarang menjadi sangat pokok / utama . paling tidak untuk Profesor yang di hasilkan dari APU dimana harus mengumpulkan tulisan tulisan ilmiah dan dipublikasikan untuk memperoleh angka kredit tertentu . dan juga menjadi sarat pokok tingkat pendidikan formalnya, (Jangan harap bisa jadi Profesor kalau hanya lulusan STM seperti Mbah Roso tsb untuk jaman sekarang) Saya sangat salut dengan Mbah Roso ini, bayangkan dg pendidikan formalnya hanyaSTM itupun bukan Geologi ( Sipil) bisa menjadi Ahli Geologi yang hebat. Dan saya sangat beruntung pernah merasakan kuliah dg Mbah Roso ini , Mungkin sebetulnya Geologi itu bisa juga kita pelajari tanpa harus menjalani pendidikan formal dan dapat menjadi Ahli Geologi. Ism - Original Message - From: R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, February 04, 2006 8:34 PM Subject: Re: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK Saya sangat kagum atas prestasi Prof Suroso, dan pernah bertemu, namun tidak sempat berdiskusi dengan beliau mengenai geologi. Barangkali Pak Rovicki mengetahui keberadaan tulisan-tulisan beliau? Saya ingin mengkoleksinya, paling tidak fotocopy-nya. Terima kasih PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 03, 2006 7:33 PM Subject: [iagi-net-l] PROFESOR OTODIDAK Setelah kemarin berdiskusi tentang sebutan profesor di IAGI-net ternyata dekat dengan kita (geologi) ada seorang profesor yg bukan sarjana. PROFESOR OTODIDAK Dikutip dari majalah Gelora Mahasiswa, no.8, thn 3, edisi Desember 1978. http://geologi_ugm.tripod.com/ Anakmuda harus punyakeberanian
[iagi-net-l] Berita Duka - Dr. Y. Sukendarmono
Berita Duka Minggu 5 Februari jam 3 pagi, Dr. Y Sukendarmono - Geologi UPN Telah meninggal di RSPAD Gatot Soebroto Jenazah diberangkatakan ke Yogya hari Minggu jam 8 pagi Info dari : C. Prasetyadi UPN Yk Kami Segenap rekan-rekan Medco EP Indonesia /alumni/mahasiswa UPN (Geologi) mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Sang Pengajar/Pembimbing Semoga keluarga besar Geologi UPN dan keluarga yang ditinggalkan dapat tabah. Regard's Bondan Brillianto Development Production Geologist PT. MedcoEP Indonesia Tel. 021-83991519 / 0811193255 - This message has been certified virus free by Medcoenergi Antivirus