RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata 
media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus 
politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab 
korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang 
pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 

 

Salam,

awang

 

From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 

Pak Awang,

Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-)

Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?

 

 

salam,


 

- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik noor syarifuddin
>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 

Pak Awang,
Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-)
Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?


salam,


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga…
 
Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban…
 
Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
 
Salam,
awang
 
 
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 
- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 2

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik H. Edison Sirodj (PCSB)
Bagaimana kalau yang mengcounter berita Pak Mu'man Nuryana tersebut dari 
organisasi kita IAGI atau HAGI?

Sehingga berita tersebut dapat dinetralisir dalam media juga.

Tentu saja dengan masukan dari rekan-rekan IAGI/HAGI.

 

Edison sirodj

 



From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, 29 May, 2007 12:25 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]   On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nurya

[iagi-net-l] Kali ini issue dari KOMPAS - Hoax ?

2007-05-28 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Kali ini issue dari KOMPAS - Hoax
? Mei
29th, 2007 — Rovicky


[image: dg_banner1.png]Sudah baca kompas yang berjudul "* Patahan Sunda -
Ancaman Eksistensial
Jawa-Sumatera
*" Sebuah tulisan dari seorang warga Indonesia di Tokyo, ya Tokyo di Jepang
yang merupakan negara " *penggemar*" gempa bumi. Cukup mengagetkan dan
mungkin bahkan menakutkan. Hanya saja, mestinya tidak perlu ketakutan atau
khawatir yang berlebihan soal ini.

Mari kita tengok satu-satu apa kata Mu'man Nuryana *Peneliti Tamu di Hosei
School of Policy Sciences, Universitas Hosei, Tokyo*



Quote 

*Ancaman eksistensial *

*Motivasi tulisan ini sekadar mengingatkan bahwa aktivitas seismik Patahan
Sunda adalah sebuah ancaman paling realistis dan serius dewasa ini bagi
keberlanjutan bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang tinggal di Pulau
Sumatera dan Jawa.*

*Benarkah ini sebuah ancaman eksistensial ?*

Bencana besar yang melanda Indonesia terutama Jawa dan Sumatra akhir-akhir
ini seperti yang disitir ditulisan itu, telah terjadi telah terjadi pada 26
Desember 2004. Begitu pula peristiwa gempa bumi di Nias (28 Maret 2005), di
Yogyakarta (27 Mei 2006), di Pangandaran (17 Juli 2006), dan di Padang (6
Maret 2007). Rentetan peritiwa ini memang sangat mengagetkan terutama
peristiwa bencana multi nasional di Aceh, dan bencana gempa besar di
Jogjakarta.

Bencana Aceh memang sangat fenomenal terutama dalam jumlah korban dan jumlah
negara yg mengalami. Kejadian inilah yang menjadi pemicu kesadaran akan
kerawanan Indonesia karena bagian dari Ring of Fire - Ring of Disaster.
Kejadian gempa selang empat bulan berikutnya di Nias tidak sebesar Aceh,
bahkan beritanyapun "*tertutupi*" kebesaran bencana Aceh. Sedangkan gempa di
Jogja dan Padang sangat mengagetkan lagi karena terjadi pada pulau yang
sangat padat penduduknya. Dampak psikologis kejadian bencana-bencana ini pun
sebenernya berketerusan ketika terjadi semburan lumpur di Sidoarjo.
Kontroversipun muncul apakah penyebab semburan ini natural ataukahakibat
aktifitas manusia.

Rentetan bencana inipun tidak sendirian sebenarnya. Karena sebuah statistik
jumlah kebencanaan memang menunjukkan adanya peningkatan bencana secara
mendunia. Silahkan baca tulisan disini sebelumnya "*Bumi semakin berbahaya*
". Namun
kalau dilihat dalam skala waktu yang lebih panjang, sebenarnya
kejadian-kejadian lebih teruk dari yang sedang terjadi ini pernah terjadi
juga sebelumnya.

Letusan Tambora 1815, kemudian letusan Krakatau tahun 27 August 1883
sebenarnya daua letusan yang jauh lebih besar pada masa itu. Namun letusan
inipun tidak menjadikan eksistensi Jawa hilang. Bahkan Jawa masih menjadi
tujuan perdagangan masa kolonial Belanda, dan akhirnya Indonesia berhasil
merdeka tahun 1945 MERDEKA !!!.

Bencana besar di Jogjapun pernah terjadi sebelumnya. Bahkan diperkirakan di
sekitar Jogja pernah terjadi gempa yg lebih besar dari gempa 2006 ini.
Frekuensi gempa di Jawa barangkali 150-200 tahun sekali namun ketika terjadi
gempa seringkali berukuran diatas 6/7 SR. Bahkan gempa tahun 1867 yang
merusak Taman Sari diselatan Jogja itu diperkirakan berkekuatan 8 MW. Sebuah
gempa yg sangat kuat kan ? Ya, perkiraan ini didasarkan atas kerusakan Taman
Sari (di selatan Pasar Ngasem Jogja) juga adanya korban hingga 500 orang.
Memang sepertinya hanya 500 orang korban meninggal tetapi pada kala itu
tentunya Jogja belum sepadat saat ini kan ?

Apa yang terlihat ? Bahwa bencana alam memang sudah terjadi jauh sebelumnya.
Dan itu semua tidak membuat eksistensi Jawa hilang. Bukan sok berlagak dan
sombong bahwa Jawa bangsa yang kuat menghadapi alam. tetapi justru
menunjukkan eksistensi Jawa yang mampu bercengkerama dengan kondisi alam
yang sangat dinamis ini. Tulisan tentang bencana lumpur yang ditulis oleh
Awang *sebelumnya
disini
* juga menunjukkan bahwa bencana-bencana besar pernah pula terjadi di Jawa
dan sekitarnya pada jaman Majapahit. Walaupun ada kemungkinan peristiwa ini
menjadi alasan kemunduran kejayaan kerajaan Terbesar di Asia Tenggara ini,
namun dari sisi manusia tetap saja manusia Jawa eksis di tanah ini.

*- [image: :(] "Pakdhe, wong Jowo niku klamak-klemek tapi kok tegar juga ya
dhe"
+ [image: :D] "justru kuwi tole, wong Jowo kui intine ora grusa-grusu, ngga
pernah terburu-buru"*

Melongok dan membandingkan kondisi saat ini dengan jaman dahulu sangat
bermanfaat dalam proses '*adaptasi lingkungan*'. Manusia Jawa dapat
beradaptasi dengan alam. Demikian juga rakyat Jepang yang sudah ' *terbiasa*'
dengan bencana gempa. Eksistensi bangsa

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Budi Brahmantyo
Memang tulisan peneliti tamu di Tokyo itu, pengetahuan kegeologiannya dan
opininya sangat menyedihkan.
Tetapi, untuk membuat artikel balasan dalam bentuk opini, agak susah juga
masuk Kompas.
Bagaimana kalau IAGI menulis di Surat Pembaca? Menulis ke Surat Pembaca
lebih cepat dimuat, dan umumnya lebih banyak dibaca daripada suatu
artikel.
Saya pikir ini benar-benar tugas IAGI untuk meluruskan hal-hal tsb
sekalian mengedukasi masyarakat.

Salam,
BB




> Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku
> dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para
> geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu
> berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan
> pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda.
> Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja
> itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh
> Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa
> pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan
> Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya
> menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok
> berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok
> tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...
>
>
>
> Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan
> bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa
> dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk
> meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan
> benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak
> bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di
> media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang
> sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan
> bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan
> membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa
> superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...
>
>
>
> Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para
> geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
>
>
>
> Salam,
>
> awang
>
>
>
>
>
> From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> On
>> Behalf Of asep hikmat
>> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
>> To: ex FEUP79; sma2bandung
>> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>>
>> FYI
>>
>> Menurut CNN,
>> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang
>> bergerak ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan
>> lempeng bumi di selatan pulau jawa.
>> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni)
>> akan
> ada
>> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
>> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus
>> di tangan kamu !
>>
>> Mudah²an tidak akan terjadi..
>
>
> - Original Message 
> From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
> Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
> Bagaimana dengan geoscientist ?
>
> Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
> kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah).
>
> Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
> sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
> merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat
> awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran
> Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan
> bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue
> penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo,
> Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk
> dimuat di media.
>
> Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul
> dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak
> yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan
> meningkatkan adrenalin.
>
> Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan
> fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam
> memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".
>
> Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin
> punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan
> fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin
> memebrikan rasa takut (trauma).  Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak
> Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?
>
> RDP
> "Hanya bisa mendongeng"
>
> ==bagai mana dengan berita di kompas ini
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm
>
> Sabtu, 26 Mei 2007
>
> Patahan Sunda
> Ancama

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik yrsnki


>  Rekan 

   Kalau mengenai butuh membutuhkan
ada kata kata yang tepat untuk diremnungkan :

" Kalau
sedikit memiliki akan sedikit juga membutuhkan " , nah kalau ini
dipakai secara positip kita ndak mungkin stress deh.

    Si-Abah





    Permasalahan brain-drain yang
dikemukakan di initial posting nampaknya
> punya
> dimensi
supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
>
negara,
> dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang
dikemukakan broer Awang
> terlampir lebih menjelajah wilayah
filosofis (kebahagiaan versus materi)
> dan
> penyerapan
subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
>
tersebut
> untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Repotnya adalah:
> apabila para pengambil kebijakan (korporasi,
negara, dsb) menerapkan
> filosofi individual dalam kebijakan yang
mempengaruhi kemaslahatan
> masyarakat banyak, dimana bisa saja
terjadi pengabaian (negligence) atas
> konsern masyarakat banyak
(yang punya filosofi individual
> ber-beda2)...
>
Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah
pertenaga-kerja-an
> migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak
papa), membangkitkan, dan
> menggerakkan para pengambil kebijakan
kita untuk tanggap/concern dan
> mengambil tindakan segera.
> 
> Salam
> 
> adb
> 
> 
> 
> - Original Message -
>
From:
"Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
> To:

> Sent: Monday, May 28, 2007 12:23
PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional
Asing dan WNI di
> Tanah Air Picu Brain Drain
> 
>

> Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa
hidup,
> sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya
kenikmatan serta
> keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa
yang bergaji rp 100
> jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau
kuatir. Di tengah kemacetan
> kota Jakarta, yang bergaji Rp 100
jt/bl marah karena terjebak macet dan
> kuatir mobil mewahnya
terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
> rp 1 jt/bl yang
tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
> berkorelasi
positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan
>
menyesuaikan dengan apa yang mampu dibelinya.
> 
> Kalau
"brain drain" hanya mengejar uang, hm...
> 
>
Masih banyak yang tak bisa dibeli dengan uang..
> 
>
Salam,
> awang
> 
> -Original Message-
>
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, May 28, 2007 11:04 C++
> To:
iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
>
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
> di Tanah Air Picu Brain Drain
> 
> 
>
Meminjam istilahnya Bapak Orang Miskin di acara Republik BBM :
>

> "Sedikit-sedikit uang, sedikit-sedikit uang, uang kok cuma
sedikit "
> 
> LL
> 
>
-Original Message-
>
From: Rovicky Dwi Putrohari
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, May 28, 2007 10:48
AM
> To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; Forum
Himpunan Ahli
> Geofisika Indonesia
> Subject:
[iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
>
Tanah
> Air Picu Brain Drain
> 
> Dari 5 tahun
lalu kita diskusi braindrain di IAGI-net ga pernah
> selesei 
Kita bisa debat berbusa-busa soal gaji cukupnya berapa
> banyak.
Namun kenyataan bahwa gaji masih menjadi impian pekerja di
>
Indonesia. Simak uraian dari KB Antara dibawah sana.
> 
>
Uang bukan segalanya
> tapi segalanya perlu uang ...
>
waaks ! :)
> 
> RDP
> 
> Ekonomi &
Bisnis
> 
> 27/05/07 11:15
> Pembedaan Gaji Bagi
Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain
> Drain
> 
> Canberra (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia
di Australia
> (PPIA) mengusulkan perlu dihapusnya segera
kebijakan yang membedakan
> gaji dan fasilitas bagi para
profesional asing dan orang Indonesia
> berkualifikasi sama di
Tanah Air, karena ditengarai turut memicu
> larinya atau
"brain drain" kalangan terdidik Indonesia lulusan luar
>
negeri.
> 
> Usul tersebut mengemuka dalam diskusi PPIA di
Universitas Nasional
> Australia (ANU) tentang fenomena
"brain drain" di kalangan terdidik
> dan profesional
Indonesia yang enggan pulang ke tanah air setelah
> tamat dari
pendidikan di luar negeri, demikian informasi yang
> diperoleh
ANTARA dari PPIA ANU, Minggu.
> 
> Disebutkan, usul yang
mengemuka dalam diskusi yang menghadirkan dua
> orang Indonesia
yang sedang bertugas di ANU, Ariane Utomo dan Wijayono
> Sarosa,
itu masih akan ditindaklanjuti dan digodok secara lebih
> mendalam
dalam konferensi perhimpunan mahasiswa Indonesia dari seluruh
>
dunia yang direncanakan berlangsung di Sydney pada September
>
mendatang.
> 
> Dalam diskusi yang dihadiri puluhan
mahasiswa ANU dan doktor Indonesia
> yang kini bekerja di
universitas terbaik di Australia itu, terungkap
> bahwa perbedaan
gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan asing
> maupun lokal
kepada para tenaga ahli dan konsultan asing dan Indonesia
> dengan
kualifikasi keahlian yang relatif sama ini sudah berlangsung
>
sejak lama.
> 
> Di perusahaa

[iagi-net-l] Re: [RadNET-BULK] RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik yrsnki


> 

    Rekan rekan

    Kalau kita baca mengenai teori bencana yang
dipaparkan sdr Mu'man Nuryana memang "keterlaluan" dan kurang
berbobot.
Tapi kalau kita pelajari dengan baik teliti dan tanpa
praduga yang negatip hanya karena ybs BUKAN ahli kebumian maka ada 
hal yang positip dan dapat dipertimbangkan.

Hal ini adalah
usulan MIGRASI penduduk kedaerah yang lebih aman , menurut saya kenapa
tidak 
Kita sebaia manusia dan ahli kebumian tahu akan akan
adanya gempa , dan kita juga sudah mengusulkan dibangun-nya bangunan tahan
gempa dan berbagai cara mitigasi gempa.

Tapi kan lebih
baik  juga "preventif"  seperti ini kalau ungkin ,
bagaimanapun usulan ini perli dipertimbangkan.

Si-Abah

___


    Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini
menjadi bahan yang sangat laku
> dijual. Menyedihkan, masa bencana
dijadikan begitu. Kalau kita para
> geologist akan tahu bahwa yang
ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan,
> dan bahasa yang
dipakai untuk menerang kan geologi/kegempaan pun "lucu".
> Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan
kata
> siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu
saja itu salah,
> palung terdalam di dunia masih dipegang
record-nya oleh Palung Mariana di
> timur Filipina sedalam sekitar
11.600 meter. Buat apa pula melakukan
> migrasi besar-besaran ke
Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi
> menghindari gempa
- sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan
> tidak ilmiah
sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya
>
mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis
di
> bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...
> 
> 
> 
> Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat
non-geologist, pasti akan
> bingung dan bisa jadi ketakutan
membaca isu2 bencana yang tak bisa
> dipertanggungjawabkan begitu.
Terus mestinya bagaimana untuk
> meng-counternya ? Para ahli
geologi harus mengadakan sosialisasi dengan
> benar dan agresif,
jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak
> bertanggung
jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di
>
media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang
> sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu
dan
> bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan
membahasakannya
> dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2
gempa superbesar akan
> terjadi dan memunahkan peradaban...
> 
> 
> 
> Segera diperlukan penyuluhan
kebencanaan yang benar, dan para
> geoscientist-lah yang harus
melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
> 
> 
> 
> Salam,
> 
> awang
> 
>

> 
> 
> 
>
From:
[EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
>> Behalf Of asep hikmat
>> Sent: Wednesday, May 23,
2007 12:38 PM
>> To: ex FEUP79; sma2bandung
>>
Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>>
>> FYI
>>
>> Menurut CNN,
>>
Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang
>> bergerak
>> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa
bertubrukan dengan lempeng bumi
>> di
>> selatan
pulau jawa.
>> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau
rabu besok (7 Juni) akan
> ada
>> gempa dahsyat dan
memungkinkan terjadinya tsunami.
>> Mohon do'a-nya n plis
forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus
>> di
>> tangan kamu !
>>
>> Mudah²an tidak
akan terjadi..
> 
> 
> - Original Message

>
From: Rovicky Dwi Putrohari
<[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
> Subject:
[iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
>
Bagaimana dengan geoscientist ?
> 
> Seorang netter
memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
> kekhawatiran
akan bencana (lihat dibawah).
> 
> Tidak bisa dipungkiri
bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
> sangat
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
>
merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke
masyarakat
> awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat
besar. Berita di koran
> Kompas (terlampir) dan juga Pikiran
rakyat pekan lalu, menunjukkan
> bagaimana media pun menjadikan
issue kebencanaan ini sebagai issue
> penting. Apalagi tulisannya
dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia,
> Amerika ... pasti
soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media.
> 
> Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !"
ketika muncul
> dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh
pembaca. Ada dua dampak
> yaitu ketakutan dan kewaspadaan.
Keduanya memang "thrilling" dan
> meningkatkan
adrenalin.
> 
> Saya ngga tahu bagaimana semestinya
menjadi geoscientis menjelaskan
> fenomena ini ke masyarakat awam?
Pembelajaran adanya fakta-fakta alam
> memang mencerahkan namun
tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".
> 
>
Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin
> punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist
menjelaskan
> fenomena alam ini, denga

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun 
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)-salah satu 
seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim-telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera da

[iagi-net-l] Re: pancawarna

2007-05-28 Terurut Topik miko
Dear Monthy,

Batu panca warna artinya  batumulia yang memiliki 5 warna. Istilah ini sangat 
populer di kalangan perbatuan di Jawa Barat khususnya untuk batumulia yang 
berasal dari Garut Selatan ( Kec. Bungbulang dan Kec. Caringin ). Warnanya 
beragam, bisa sampai 7 warna atau sapta warna dan bahkan 10 warna atau dasa 
warna. Yang panca warna misalnya hitam , merah, hijau, biru, dan putih ( warna 
dasar saja ). Kadang-kadang ada tambahan warna coklat tua, coklat muda, orange, 
abu-abu, dan coklat kekuningan ( dasa warna kan ! ). Kalau ditambah lagi dengan 
adanya kandungan tembaga alam berbentuk daun atau kawat yang berkilap tembaga, 
maka jadilah 11 warna ( hebaat ya ).

Warna-warna di atas  berhubungan erat dengan unsur kimia  atau mineral yang 
terkandung di dalam batumulia tersebut. Kalau untuk batumulia Garut, yang warna 
hitam karena unsur mangaan, yang biru tembaga, yang hijau bening nikel, yang 
merah besi, yang putih silika, dan lain-lain.

Yang warna tunggal hijau ? Tentunya bukan panca warna. Dan untuk opal, bisa 
saja disebut panca warna kalau warnanya memang 5.

Selain di Garut, batu pancawarna muncul juga di P.Bacan ,  Halmahera ( Prop. 
Maluku Utara ). Variasinya memper sekali dengan batu Garut, ada yang nyampai 10 
warna. Tembaga alam atau native copper sering juga terdapat di dalamnya.

Di Tasikmalaya ada sejenis batumulia yang disebut batu pancawarna Tasikmalaya. 
Variasi warnanya  merah, hitam, coklat, krem dan putih ( tidak kontras seperti 
batu Garut atau batu Bacan ). Asalnya dari batugamping yang tersilisifikasi ( 
disebut jasperized limestone ). Selain di Tasikmalaya, batu panca warna 
ditemukan juga di daerah Banyumas dengan variasi warna hijau opak, merah, 
kuning, coklat, dan putih.

Semoga bermanfaat,

Salam batumulia, mang Okim



 Original Message - 
  From: monthy rosselini 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Monday, May 28, 2007 10:49 AM
  Subject: pancawarna


  Selamat pagi pak miko,saya mau tanya...
  Yang disebut batu pancawarna warna itu yang berwarna hijau ya???berarti hanya 
satu warna dong??dan kenapa disebut panca warna yang kalau diartikan artinya 
menjadi batu yang memiliki 5 warna..apa asal usulnya hingga batu itu disebut 
batu pancawarna??
  lalu apa batu opal/ kalimaya banten yang memiliki lebih dari 1 pancaran warna 
bisa disebut sebagai batu pancawarna?

  terima kasih pak miko,saya tunggu balasannya untuk memngobati rasa bingung 
saya ini

  -Monthy-mahasiswi Indonusa Esa Unggu Jakarta-
  Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[iagi-net-l] Info Migas Indonesia

2007-05-28 Terurut Topik Bambang Satya Murti
   
Atau: service company merupakan "sapi perah" ... ihikk..ihikk upp, don't take it too seriously, just kidding.
Biasanya resources dari service company lebih ter-fokus kepada suatu subyek, sementara yang diperlukan adalah resources yang memiliki visi yang lebih luas. tetapi itu tergantung kepada man behind the gun juga.
Bambang





-[ Received Mail Content ]--


Subject : Re: [iagi-net-l] FW : Info Migas Indonesia


Date : Sun, 27 May 2007 10:29:02 +0700


From : "heri ferius" <[EMAIL PROTECTED]>


To : 





Setuju Mas KA, 


Apa yang disebut prof. hanya di PSC, seperti orang kita nyebut sukses hanya karena materi ?. Kalau sekadar perpanjang masa pensiun sepertinya hanya menunda... dan cost ?. Yang ngembangi teknologi umumnya Ser-Co bukan PSC tuh. Duluan mana bibit ama sakit ?.


Ada juga tuh yang dari Ser-Co besar maupun kecil-kecilan mau ke PSC atau sekedar kontrak, tapi jangankan dihire, dilirik aja kagak. Apa mungkin niatnya yang keliru, sperti biar dihormati kayak PNS kali yau, pasang niat dulu... Tinggal MIGAS mendefinisikan apa itu professional: driver dan office service juga prof.??





- Original Message - 


From: Kabul Ahmad 


To: iagi-net@iagi.or.id 


Sent: Wednesday, May 23, 2007 6:53 PM


Subject: Re: [iagi-net-l] FW : Info Migas Indonesia (dari Houston)








Wah kok nggak ada kepikiran BPMIGAS juga berminat merekrut tenaga proffesional dari OIL SERVICE CO yang berpengalaman ? kenapa hanya dari PSC saja?


Mereka juga amat berjasa, wong juga membantu penyaluran teknologi masuk ke Indonesia di bidang Migas.


Ada dari Halliburton, Schlumberger, Weatherford, Landmark,Baroid, MI, Elnusa geosains, BJ, BakerHuges, Atlas, Geoservices, Aphexindo, Tripatra, apalagi?...bunnnyak sekaleee, bahkan saya kira lebih banyak dari PSC. Mau dari Upstream hingga downstream, Oil services memiliki tenaga ahli yang profesional juga...Wong PSC itu rata-rata dapat ilmunya juga dari service co atau kontraktornya...paling tidak beli softwarenya kek, desain dan pelaksanaannya kek..


dari mulai subsurface, surface facility, drillling&production, hingga tahu desain kilang...


Asal, fulus nya sesuai ajaa...wong profesional...soalnya di Oil Srvice Co, nggak ada aturan gaji standar BPMigas...bebas sesuai denga keahlian dan pengalaman.








Love Games? Gamesville is Waiting for You...
Free Online Games, Fat Cash $ Prizes
Plus Bingo, Solitaire, Poker & Much More!
http://www.gamesville.com




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Re: [TAG] [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Supardan

Mas Rovicky dan teman-teman,

Mumpung mas Vicky lagi menyampaikan masalah geohazard, saya ingin minta
bantuan temen-teman semua. Barusan saya ditanya bos di kantor, apakah saya
punya materi sosialisasi yang lengkap mengenai gempabumi dan tsunami. Saya
jawab kalau yang lengkap sekali, saya tidak punya. Kemudian beliau bicara
terus, dan dari situ saya simpulkan bahwa yang dihendaki adalah materi
sosialisasi yang berbentuk audio-visual, dilengkapi dengan contoh-contoh
kasus nyata seperti gempa/ tsunami Aceh, gempa Jogja dan gempa/ tsunami
Pangandaran.

Barangkali di antara teman-teman ada yang memiliki bahan tersebut, atau
memiliki informasi dimana saya dapat memperoleh bahan tersebut, dengan
rendah hati kami mohon bantuannya.

Wass.

Pardan - ESDM Jatim.


On 5/28/07, Dwiyatno Rumlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


 Bung Vicky,
Dalam hal ini, menurut saya, yang terpenting adalah niat dari pada
penulisnya. Kalau penulisnya memang berniat baik, yakni untuk memperingatkan
dan mengedukasi masyarakat akan adanya potensi bencana, meskipun
kemungkinanya sangat kecil, tentunya niatan baik dan tulus tersebut akan
keluar sebagai tulisan yang mengedukasi-menyenjukan, bukan tulisan yang
'medeni-menakutkan'. Orang akan mudah menerimanya dengan kearifan.

Nah golongan penulis kedua, adalah yang menuliskan potensi bencana dari
sudut geoscience tapi niatnya bikin sensasi-menakutnakuti-bottom linenya
menyebabkan keresahan orang banyak, instabilitas negara. Pokoknya tulisanya
dibuat se-bombastis mungkin gitu lah.

Misalnya nih, karena didorong oleh plate india-australia, maka pulau jawa
akan menabrak pulau kalimantan. Lho ... hebat orak ?! Karena niatnya memang
cuma bikin sensasi (biasanya kalau yang berbau sensasi ini, bottom line
adalah keuntungan financial, urusan ekonomomoni juga), tidak ditambahkan
informasi kapan hal itu bisa terjadi dan prasyarat apa saja yang diperlukan
untuk bisa terjadinya hal itu.

Jadi ya, tergantung niatan kita-kita juga, mau membuat geoscience ini
sebagai cara untuk popularitas, hingga sampai dipanggil Thukul dalam acara
Empat-Mata misalnya, atau menggunakan geoscience ini untuk
"memanyu-hayuning-bawono"-untuk kehidupan bersama yang lebih baik-untuk
memaslahatan bersama .. monggo saja..

Lebih kurangnya minta maaf .
Salam


- Original Message -
*From:* Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* iagi-net@iagi.or.id ; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia<[EMAIL 
PROTECTED]>
 *Sent:* Monday, May 28, 2007 5:34 PM
*Subject:* [TAG] [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera
- Bagaimana dengan geoscientist ?


Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam.
Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas
(terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media
pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi
tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti
soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media.

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul
dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu
ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan
adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan
fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam
memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin
punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan
fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin
memebrikan rasa takut (trauma).
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)—salah
satu seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim—telah
memperlihatkan aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua
pulau tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan
hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang
pernah dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi
kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap
tinggal di situ, maka maksimum

[iagi-net-l] Re: [TAG] [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Dwiyatno Rumlan
Bung Vicky, 
Dalam hal ini, menurut saya, yang terpenting adalah niat dari pada penulisnya. 
Kalau penulisnya memang berniat baik, yakni untuk memperingatkan dan 
mengedukasi masyarakat akan adanya potensi bencana, meskipun kemungkinanya 
sangat kecil, tentunya niatan baik dan tulus tersebut akan keluar sebagai 
tulisan yang mengedukasi-menyenjukan, bukan tulisan yang 'medeni-menakutkan'. 
Orang akan mudah menerimanya dengan kearifan.

Nah golongan penulis kedua, adalah yang menuliskan potensi bencana dari sudut 
geoscience tapi niatnya bikin sensasi-menakutnakuti-bottom linenya menyebabkan 
keresahan orang banyak, instabilitas negara. Pokoknya tulisanya dibuat 
se-bombastis mungkin gitu lah.

Misalnya nih, karena didorong oleh plate india-australia, maka pulau jawa akan 
menabrak pulau kalimantan. Lho ... hebat orak ?! Karena niatnya memang cuma 
bikin sensasi (biasanya kalau yang berbau sensasi ini, bottom line adalah 
keuntungan financial, urusan ekonomomoni juga), tidak ditambahkan informasi 
kapan hal itu bisa terjadi dan prasyarat apa saja yang diperlukan untuk bisa 
terjadinya hal itu.

Jadi ya, tergantung niatan kita-kita juga, mau membuat geoscience ini sebagai 
cara untuk popularitas, hingga sampai dipanggil Thukul dalam acara Empat-Mata 
misalnya, atau menggunakan geoscience ini untuk "memanyu-hayuning-bawono"-untuk 
kehidupan bersama yang lebih baik-untuk memaslahatan bersama .. monggo 
saja..

Lebih kurangnya minta maaf .
Salam

  - Original Message - 
  From: Rovicky Dwi Putrohari 
  To: iagi-net@iagi.or.id ; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
  Sent: Monday, May 28, 2007 5:34 PM
  Subject: [TAG] [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


  Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

  Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana 
sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

  Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

  Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

  Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
  Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

  RDP
  "Hanya bisa mendongeng"

  ===
  bagai mana dengan berita di kompas ini
  http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

  Sabtu, 26 Mei 2007

  Patahan Sunda
  Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


  Mu'man Nuryana

  Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun 
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)—salah satu 
seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim—telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.

  Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.

  Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang pernah 
dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi kapan dan 
bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap tinggal di situ, 
maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi risiko bencana.

  Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi 
pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah 
menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

  Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan 
nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. 
Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang karena 
perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya yang luar 
biasa besar.

  Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan 
pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang 

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Johnson Achmad Paju
mas vicky.
mungkin bapak nuryana sendiri lupa kalau tempatnya belajar di negeri 
sakura.jepang sendiri mampu membangun teknologi untuk mengurangi resiko 
gempa dan bertahan hidup di daerah yang rawan gempa...

bisa dibayangkan bila migrasi dilakukan dari sumatera dan jawa ke pulau lain 
seperti kalimantan, papua atau sulawesi...banyak aspek sosial kemasyarakatan 
yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar tidak dipandang sebagai penjajahan 
jenis baru, ya penjajahan ekonomi, penjajahan budaya, dan penjajah yang paling 
terkenal di Indonesia yaitu pen"jajah miharja"   (hehehehehe maksa)

Bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda, 
Irlandia) bisa mengembangkan permukiman dalam skala massal (koloni) di luar 
wilayah negara mereka, yakni Amerika Utara, Kanada, Asia (Canton, Hongkong, 
Macao), Australia, dan Afrika (Afrika Selatan), dan Pulau Timor. Kenapa 
bangsa-bangsa Asia Tenggara tidak boleh melakukan hal yang sama dengan motivasi 
yang lebih mulia, yakni kemanusiaan ? Kalau dahulu bangsa Eropa melakukan 
ekspansi karena alasan ekonomi dengan menguasai sumber daya alam, tetapi kita 
dapat melakukan hal yang sama atas dasar keselamatan dan eksistensi 
manusia..

JAP


- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun 
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)—salah satu 
seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim—telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang pernah 
dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi kapan dan 
bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap tinggal di situ, 
maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi risiko bencana.

Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi 
pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah 
menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan 
nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. 
Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang karena 
perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya yang luar 
biasa besar.

Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan 
pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang 
relatif lebih aman.

Muasal semua gempa

Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau Andaman 
dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir di Tanimbar. 
Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan Sunda B

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Benar juga
jadi kayak mempersiapkan pegawai saja untuk dipakai di LN.

jadi apakah solusi nya memang menyesuaikan gaji dgn pasaran dunia seperti yang 
diusulkan Pak TAM.

Point saya yang lain adalah supaya pegawai nasional yang ada di perusahaan di 
pergunakan dengan baik.
fbs


- Original Message 
From: Herry Maulana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 10:14:28 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


saya tahu posisi manager terbatas, tetapi kan masih ada jenjang lain yaitu 
jenjang professional?
semua perusahaan mengatakan akan memberikan kesempatan pegawai mereka ke 
jenjang professional, akan tetapi berapa saja yang benar2 memberikan kesempatan?
Banyak teman2 yang di Unocal dulu bercerita bahwa professional ladder 
dijalankan dengan baik di Unocal.  bagaimana dengan perusahaan yang lain?

Mas Frank, ini juga jadi kontra produktif untuk kumpeni karena para technical 
professional ini tambah yakin bahwa kemampuan mereka tidak kalah atau bahkan 
lebih dari para londo, karena target technical matrix nya sama di seluruh 
dunia. Tapi ternyata bayarannya beda jauuuh sekali, akibatnya hengkang lah 
mereka dari Chevron...
 
Salam,
Herry

 
- Original Message 
From: Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, 28 May, 2007 5:43:29 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Vita,
di Balikpapan atau di Duri atau di Rumbai dan banyak lagi daerah yang merupakan 
kantor perusahaan minyak juga bisa menikmati fasilitas itu (golf nya malah 
gratis),  tapi menurut statistik yang di publish dulu jumlah yang terbesar yang 
keluar dari Chevron.  Jadi mungkin kombinasi kenyamanan dan duit yang dicari, 
serta challenge/kesempatan yang diberikan perusahaan di luar negeri.

Sebenarnya apakah benar industri migas di Indonesia kekurangan tenaga kerja?
dua minggu lalu, saya masih mendengar beberapa kawan yang merasa under-utilized 
di perusahaan tempat dia bekerja.  dan itulah yang membuat mereka 
bertanya-tanya tentang lowongan di LN. Memang ada yang mengakui sudah di cap 
oleh perusahaan bahwa "tidak bisa dikembangkan"  atau cap semacam itulah.
Jadi tidak akan pernah dikasih tanggung jawab lebih.  terus orang seperti ini 
mau diapakan?  selain merugikan perusahaan juga mematikan orang tsb secara 
perlahan-lahan.
jadi saran saya kepada mereka adalah ngomong lagi sama management dan HR minta 
dikasih challenge yang lebih, dan kalau tetap tidak dikasih yah silahkan 
melamar ke perusahaan lain di dalam negeri atau sekalian ke luar negeri saja.

Orang2 seperti ini banyak sekali di perusahaan minyak di Indonesia, saya juga 
pernah di cap kayak gini di salah satu perusahaan. dan akhirnya saya pindah 
dari perusahaan tersebut.  Lumayanlah bisa kasih lihat bahwa mereka terlalu 
cepat "jump into conclusion".  saya juga melihat hal yang sama di petronas.  
yang "tidak dipakai" di Indonesia malah sering sangat berhasil di sana.   
Banyak sekali contoh2 yang saya rasa sudah menjadi rahasia umum dikalangan 
pegawai petronas asal indonesia.

Mungkin ini adalah challenge yang terbesar yang harus dibenahi oleh perusahaan 
minyak di Indonesia. kalau pegawai tsb belum punya keahlian yang diperlukan, 
kan bisa di training, setiap perusahaan minyak punya dana training.  
Saya yakin tidak ada yang tidak mau maju.  please jangan blame bahwa pegawai 
nya sudah tidak akan bisa dikembangkan karena sikap mereka.  Pasti masih bisa 
dikembangkan . . . . . .   siapapun. . . . . . 

saya sempat ngomong hal ini sama salah satu VP suatu perusahaan multi nasional. 
 dia lagi interview saya ttg kemungkinan hire saya di perusahaaan nya tetapi 
saya tanyain kenapa teman2 saya yang diperusahaan itu tidak dikasih aja 
tanggung jawab yang ditawarkan ke saya.  dan dia bilang orang tersebut tidak 
akan bisa ke posisi ini.
Memang perusahaan tidak bisa menjanjikan "the sky is the limit".di posisi 
managerial.

saya tahu posisi manager terbatas, tetapi kan masih ada jenjang lain yaitu 
jenjang professional?
semua perusahaan mengatakan akan memberikan kesempatan pegawai mereka ke 
jenjang professional, akan tetapi berapa saja yang benar2 memberikan kesempatan?

Banyak teman2 yang di Unocal dulu bercerita bahwa professional ladder 
dijalankan dengan baik di Unocal.  bagaimana dengan perusahaan yang lain?

tetapi ada juga yang memang suka pindah2 "daerah investigasi" dan sering 
disebut masuk kategori "happy wanderer", tetapi masih banyak juga daerah di 
Indonesia yang bisa memberikan challenge ke happy wanderer ini.

fbs





- Original Message 
From: Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 3:48:17 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun s

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Herry Maulana
saya tahu posisi manager terbatas, tetapi kan masih ada jenjang lain yaitu 
jenjang professional?
semua perusahaan mengatakan akan memberikan kesempatan pegawai mereka ke 
jenjang professional, akan tetapi berapa saja yang benar2 memberikan kesempatan?
Banyak teman2 yang di Unocal dulu bercerita bahwa professional ladder 
dijalankan dengan baik di Unocal.  bagaimana dengan perusahaan yang lain?

Mas Frank, ini juga jadi kontra produktif untuk kumpeni karena para technical 
professional ini tambah yakin bahwa kemampuan mereka tidak kalah atau bahkan 
lebih dari para londo, karena target technical matrix nya sama di seluruh 
dunia. Tapi ternyata bayarannya beda jauuuh sekali, akibatnya hengkang lah 
mereka dari Chevron...

Salam,
Herry


- Original Message 
From: Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, 28 May, 2007 5:43:29 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Vita,
di Balikpapan atau di Duri atau di Rumbai dan banyak lagi daerah yang merupakan 
kantor perusahaan minyak juga bisa menikmati fasilitas itu (golf nya malah 
gratis),  tapi menurut statistik yang di publish dulu jumlah yang terbesar yang 
keluar dari Chevron.  Jadi mungkin kombinasi kenyamanan dan duit yang dicari, 
serta challenge/kesempatan yang diberikan perusahaan di luar negeri.

Sebenarnya apakah benar industri migas di Indonesia kekurangan tenaga kerja?
dua minggu lalu, saya masih mendengar beberapa kawan yang merasa under-utilized 
di perusahaan tempat dia bekerja.  dan itulah yang membuat mereka 
bertanya-tanya tentang lowongan di LN. Memang ada yang mengakui sudah di cap 
oleh perusahaan bahwa "tidak bisa dikembangkan"  atau cap semacam itulah.
Jadi tidak akan pernah dikasih tanggung jawab lebih.  terus orang seperti ini 
mau diapakan?  selain merugikan perusahaan juga mematikan orang tsb secara 
perlahan-lahan.
jadi saran saya kepada mereka adalah ngomong lagi sama management dan HR minta 
dikasih challenge yang lebih, dan kalau tetap tidak dikasih yah silahkan 
melamar ke perusahaan lain di dalam negeri atau sekalian ke luar negeri saja.

Orang2 seperti ini banyak sekali di perusahaan minyak di Indonesia, saya juga 
pernah di cap kayak gini di salah satu perusahaan. dan akhirnya saya pindah 
dari perusahaan tersebut.  Lumayanlah bisa kasih lihat bahwa mereka terlalu 
cepat "jump into conclusion".  saya juga melihat hal yang sama di petronas.  
yang "tidak dipakai" di Indonesia malah sering sangat berhasil di sana.   
Banyak sekali contoh2 yang saya rasa sudah menjadi rahasia umum dikalangan 
pegawai petronas asal indonesia.

Mungkin ini adalah challenge yang terbesar yang harus dibenahi oleh perusahaan 
minyak di Indonesia. kalau pegawai tsb belum punya keahlian yang diperlukan, 
kan bisa di training, setiap perusahaan minyak punya dana training.  
Saya yakin tidak ada yang tidak mau maju.  please jangan blame bahwa pegawai 
nya sudah tidak akan bisa dikembangkan karena sikap mereka.  Pasti masih bisa 
dikembangkan . . . . . .   siapapun. . . . . . 

saya sempat ngomong hal ini sama salah satu VP suatu perusahaan multi nasional. 
 dia lagi interview saya ttg kemungkinan hire saya di perusahaaan nya tetapi 
saya tanyain kenapa teman2 saya yang diperusahaan itu tidak dikasih aja 
tanggung jawab yang ditawarkan ke saya.  dan dia bilang orang tersebut tidak 
akan bisa ke posisi ini.
Memang perusahaan tidak bisa menjanjikan "the sky is the limit".di posisi 
managerial.

saya tahu posisi manager terbatas, tetapi kan masih ada jenjang lain yaitu 
jenjang professional?
semua perusahaan mengatakan akan memberikan kesempatan pegawai mereka ke 
jenjang professional, akan tetapi berapa saja yang benar2 memberikan kesempatan?

Banyak teman2 yang di Unocal dulu bercerita bahwa professional ladder 
dijalankan dengan baik di Unocal.  bagaimana dengan perusahaan yang lain?

tetapi ada juga yang memang suka pindah2 "daerah investigasi" dan sering 
disebut masuk kategori "happy wanderer", tetapi masih banyak juga daerah di 
Indonesia yang bisa memberikan challenge ke happy wanderer ini.

fbs





- Original Message 
From: Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 3:48:17 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan
tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.  

It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
cukup2nya...

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the i

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Kabul Ahmad
Kang Rovicky.ingat nggak waktu kita diskusi dibawah menara kembar petronas 
malam-malam itu.. Ngubek-ubek soal gaji ibarat "Pornografi"...hehehe. 
Dibicarakan terbuka, "Tabu tur Saru"  poko-e porno lah...eh tapi  jika di intip 
-intip, juga ngintip gaji di Petronas, di HESS, di Saudi Aramco, di Qatar, di 
Norway, di Scotland...asyi...bikin bergairah !

=ka=
  - Original Message - 
  From: Rovicky Dwi Putrohari 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, May 28, 2007 3:19 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


  Memang bahasanya Kang ADB ini bahasa pemimpin atau leader. Namun akan lebih 
mudah dibaca dengan menganalogikan begini saja.
  Apa yang akan anda perbuat jika anda sebagai seorang Manajer HR. Wah mungkin 
jauh ya .. 
  Ya sudah, dengan kata lain "Apa yang akan anda lakukan jika anda sebagai 
seorang Manager Eksplorasi, atau Chief Geologist ?" 

  Kalau anda bilang, "ya uwis semono wae kan cukup tole ? Manusia itu pada 
dasarnya tamak kok" ... wah aku jamin pegawe atau bawahan anda akan langsung 
cari lowongan lain atau mungkin malah ngirim CV ke aku ... wupst !! 
  Pernah denger atau baca kalimat ini kan ? -  "People don't leave their jobs, 
they leave their managers."  
  Blaik  pantesan RDP kluar dari posisi itu enam tahun lalu :) Ya karena 
aku ngga mau ditinggalkan kawan-kawanku. 


  - :( "Looh tapi pakdhe meninggalkan manajer Pakdhe sebelumnya juga, kan?"
  + :D " Hust, aku dulu yo nyari duwik ... uspt !!"


  Sakjane Pak Awang itu mengucapkan gaji berapapun kurag aku yakin karena 
beliau juga was-was. Dan kalimat beliau dipakai supaya menahan rekan-rekannya 
sesama kawan, untuk tidak ikutan braindrain. Saat menulis barangkali beliau 
tidak sedang memposisikan dirinya pada posisi diatas (BPMIGAS) ... kalau di 
BPMIGAS tentunya Kang Awang akan berbicara lain. Tapi memang disini uniknya 
forum IAGI-net ini. Kita berada dalam dua posisi kaki yang berbeda. Ada posisi 
pribadi, dan ada posisi jabatan. Mungkin ada juga yang satu kaki posisi sebagai 
anak negeri, dan satu kaki pada posisi pegawe perusahaan asing. 

  Makanya kalimat pak Awang direspons berbeda antara ADB dan Taufik Manan. 
Karena level bicara mereka berbeda.

  Nah, biar tambah mikir 
  "brain-drain" ini fenomena individu atau fenomena kolektif ? 

  RDP

  On 5/28/07, Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > Bahasanya Mas Andang  susah ih :)
  > 
  > Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan 
  > tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
  > berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
  > main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah 
  > kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.
  > 
  > It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
  > cukup2nya...
  > 
  > Parvita H. Siregar
  > Salamander Energy 
  > Jakarta-Indonesia
  > 
  > 
  > Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
  > confidential and is sent for the personal attention of the intended
  > recipient only and may contain information that is privileded, 
  > confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
  > in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
  > that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in 
  > reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
  > 
  > -Original Message-
  > From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] ]
  > Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
  > To: iagi-net@iagi.or.id
  > Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
  > di Tanah Air Picu Brain Drain 
  > 
  > Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
  > punya
  > dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
  > negara,
  > dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer 
  > Awang
  > terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
  > dan
  > penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
  > tersebut
  > untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah: 
  > apabila para pengambil kebijakan (korporasi, negara, dsb) menerapkan
  > filosofi individual dalam kebijakan yang mempengaruhi kemaslahatan
  > masyarakat banyak, dimana bisa saja terjadi pengabaian (negligence) atas 
  > 
  > konsern masyarakat banyak (yang punya filosofi individual
  > ber-beda2)...
  > Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah pertenaga-kerja-an
  > 
  > migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak papa), membangkitkan, dan 
  > menggerakkan para pengambil kebijakan kita untuk tanggap/concern dan
  > mengambil tindakan segera.
  > 
  > Salam
  > 
  > adb
  > 
  > 
  > 
  > - Original Message -
  > From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
  > To: 
  > Sent: Monday, May 28, 2

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Pak,
 kalau sebelum krismon, gaji senior PE yang orang Indonesia mungkin sangat 
sedikit yang Rp 12 juta.  mungkin rata2 nya sekitar 3-4 juta saja. atau mungkin 
lebih kecil.
tahun 97 gaji asset manager suatu perusahaan multinational sekitar 5-6 juta 
saja.
kalau yang kontrakan lain lagi, senior Geoscientist bisa sampai 10 jutaan.

fbs


- Original Message 
From: Kabul Ahmad <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 7:13:42 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Inikan kampanye jaman ORBA dulu,
"Tuan-tuan,...Mister and Misses, mari marilah tanam modal di
Indonesia.kami punya sumber daya alam yang melimpah luar biasa, sumber
tenaga kerja juga melimpah ruah lagi amat murah...Mari-mari datanglah ke
Indonesia...tanam investasi Anda." Demikian bila pejabat dulu berpromosi.
Keunggulan Indonesia dibanding negara lain di Asia adalah :
1.sumber alam dan hasil bumi yang melimpah.
2. Tenaga kerja yang banyak lagi murah
3. Ongkos hidup yang murah
4. pajak yang murah
5. kestabilan politik yang terkendali, keamanan yang kokoh,
dll.
Nah ini jaman reformasi, banyak tenaga kita sudah pinter dan ahli bahkan
melebihi tenaga asing kemampuannya. Apakah kita juga mau jual murah ?
Dulu jaman Orba 1 USD = Rp.2000. Dulu Sr. PE digaji Rp.12juta -15 juta=
6000 - 7500USD.
Sekarang 1 USD = Rp.8900, sekarang Sr.PE digaji Rp.20-25 juta = 2300-2600
USD
Lah kok malah turun 
Makanya sekarang pada lari keluar negeri yang gajinya 7000 sampai 15000 USD/
bulan.

Emang sih, sama-sama bisa hidup walau gaji cuma 200 ribu/bulan
sekalipunwong lalat aja bisa hidup juga bahkan dia nggak bergaji.
Manusiawi.h.
Yang jelas dengan penghasilan besar, maka kita bisa berzakat ( bukan di 
zakati ), bisa bersedeqah, bisa membantu fakir miskin ( bukan kitanya fakir 
miskinya ), bisa menyekolahkan anak ke sekolah terbaik di negeri ini, bisa 
melihat dunia lain...bisabisa
Uang bukan kebahagian dunia semata, tapi kebahagiaan dunia perlu uang 
coba aja kalau nggak percaya.
Ini era globalisasi...Yang bermutu adalah yang bernilainggak bernilai 
artinya nggak bermutu. hehehe. ( ojo' nesu )

- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah Air Picu Brain Drain


Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa hidup,
sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya kenikmatan serta
keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa yang bergaji rp 100
jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau kuatir. Di tengah kemacetan
kota Jakarta, yang bergaji Rp 100 jt/bl marah karena terjebak macet dan
kuatir mobil mewahnya terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
rp 1 jt/bl yang tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
berkorelasi positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan
menyesuaikan dengan apa yang mampu dibelinya.

Kalau "brain drain" hanya mengejar uang, hm...

Masih banyak yang tak bisa dibeli dengan uang..

Salam,
awang

-Original Message-
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 11:04 C++
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain


Meminjam istilahnya Bapak Orang Miskin di acara Republik BBM :

"Sedikit-sedikit uang, sedikit-sedikit uang, uang kok cuma sedikit "

LL

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 10:48 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia
Subject: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah
Air Picu Brain Drain

Dari 5 tahun lalu kita diskusi braindrain di IAGI-net ga pernah
selesei  Kita bisa debat berbusa-busa soal gaji cukupnya berapa
banyak. Namun kenyataan bahwa gaji masih menjadi impian pekerja di
Indonesia. Simak uraian dari KB Antara dibawah sana.

Uang bukan segalanya
tapi segalanya perlu uang ...
waaks ! :)

RDP

Ekonomi & Bisnis

27/05/07 11:15
Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain
Drain

Canberra (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia
(PPIA) mengusulkan perlu dihapusnya segera kebijakan yang membedakan
gaji dan fasilitas bagi para profesional asing dan orang Indonesia
berkualifikasi sama di Tanah Air, karena ditengarai turut memicu
larinya atau "brain drain" kalangan terdidik Indonesia lulusan luar
negeri.

Usul tersebut mengemuka dalam diskusi PPIA di Universitas Nasional
Australia (ANU) tentang fenomena "brain drain" di kalangan terdidik
dan profesional Indonesia yang enggan pulang ke tanah air setelah
tamat dari pendidikan di luar negeri, demikian informasi yang
diperoleh ANTARA dari PPIA ANU, Minggu.

Disebutkan, usul yang mengemuka dalam diskusi yang

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Kabul Ahmad

Inikan kampanye jaman ORBA dulu,
"Tuan-tuan,...Mister and Misses, mari marilah tanam modal di
Indonesia.kami punya sumber daya alam yang melimpah luar biasa, sumber
tenaga kerja juga melimpah ruah lagi amat murah...Mari-mari datanglah ke
Indonesia...tanam investasi Anda." Demikian bila pejabat dulu berpromosi.
Keunggulan Indonesia dibanding negara lain di Asia adalah :
1.sumber alam dan hasil bumi yang melimpah.
2. Tenaga kerja yang banyak lagi murah
3. Ongkos hidup yang murah
4. pajak yang murah
5. kestabilan politik yang terkendali, keamanan yang kokoh,
dll.
Nah ini jaman reformasi, banyak tenaga kita sudah pinter dan ahli bahkan
melebihi tenaga asing kemampuannya. Apakah kita juga mau jual murah ?
Dulu jaman Orba 1 USD = Rp.2000. Dulu Sr. PE digaji Rp.12juta -15 juta=
6000 - 7500USD.
Sekarang 1 USD = Rp.8900, sekarang Sr.PE digaji Rp.20-25 juta = 2300-2600
USD
Lah kok malah turun 
Makanya sekarang pada lari keluar negeri yang gajinya 7000 sampai 15000 USD/
bulan.

Emang sih, sama-sama bisa hidup walau gaji cuma 200 ribu/bulan
sekalipunwong lalat aja bisa hidup juga bahkan dia nggak bergaji.
Manusiawi.h.
Yang jelas dengan penghasilan besar, maka kita bisa berzakat ( bukan di 
zakati ), bisa bersedeqah, bisa membantu fakir miskin ( bukan kitanya fakir 
miskinya ), bisa menyekolahkan anak ke sekolah terbaik di negeri ini, bisa 
melihat dunia lain...bisabisa
Uang bukan kebahagian dunia semata, tapi kebahagiaan dunia perlu uang 
coba aja kalau nggak percaya.
Ini era globalisasi...Yang bermutu adalah yang bernilainggak bernilai 
artinya nggak bermutu. hehehe. ( ojo' nesu )


- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah Air Picu Brain Drain


Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa hidup,
sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya kenikmatan serta
keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa yang bergaji rp 100
jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau kuatir. Di tengah kemacetan
kota Jakarta, yang bergaji Rp 100 jt/bl marah karena terjebak macet dan
kuatir mobil mewahnya terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
rp 1 jt/bl yang tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
berkorelasi positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan
menyesuaikan dengan apa yang mampu dibelinya.

Kalau "brain drain" hanya mengejar uang, hm...

Masih banyak yang tak bisa dibeli dengan uang..

Salam,
awang

-Original Message-
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 11:04 C++
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain


Meminjam istilahnya Bapak Orang Miskin di acara Republik BBM :

"Sedikit-sedikit uang, sedikit-sedikit uang, uang kok cuma sedikit "

LL

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 10:48 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia
Subject: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah
Air Picu Brain Drain

Dari 5 tahun lalu kita diskusi braindrain di IAGI-net ga pernah
selesei  Kita bisa debat berbusa-busa soal gaji cukupnya berapa
banyak. Namun kenyataan bahwa gaji masih menjadi impian pekerja di
Indonesia. Simak uraian dari KB Antara dibawah sana.

Uang bukan segalanya
tapi segalanya perlu uang ...
waaks ! :)

RDP

Ekonomi & Bisnis

27/05/07 11:15
Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain
Drain

Canberra (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia
(PPIA) mengusulkan perlu dihapusnya segera kebijakan yang membedakan
gaji dan fasilitas bagi para profesional asing dan orang Indonesia
berkualifikasi sama di Tanah Air, karena ditengarai turut memicu
larinya atau "brain drain" kalangan terdidik Indonesia lulusan luar
negeri.

Usul tersebut mengemuka dalam diskusi PPIA di Universitas Nasional
Australia (ANU) tentang fenomena "brain drain" di kalangan terdidik
dan profesional Indonesia yang enggan pulang ke tanah air setelah
tamat dari pendidikan di luar negeri, demikian informasi yang
diperoleh ANTARA dari PPIA ANU, Minggu.

Disebutkan, usul yang mengemuka dalam diskusi yang menghadirkan dua
orang Indonesia yang sedang bertugas di ANU, Ariane Utomo dan Wijayono
Sarosa, itu masih akan ditindaklanjuti dan digodok secara lebih
mendalam dalam konferensi perhimpunan mahasiswa Indonesia dari seluruh
dunia yang direncanakan berlangsung di Sydney pada September
mendatang.

Dalam diskusi yang dihadiri puluhan mahasiswa ANU dan doktor Indonesia
yang kini bekerja di universitas terbaik di Australia itu, terungkap
bahwa perbedaan gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan asing
maupun lokal kepada para tenaga ahli dan konsultan asing dan Indon

[iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam.
Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas
(terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media
pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi
tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti
soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media.

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu
ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan
adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut
(trauma).
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)—salah
satu seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim—telah
memperlihatkan aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua
pulau tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan
hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang
pernah dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi
kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap
tinggal di situ, maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi
risiko bencana.

Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah
menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang
diharapkan.

Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan
nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang
karena perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya
yang luar biasa besar.

Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan
pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang
relatif lebih aman.

Muasal semua gempa

Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau
Andaman dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir
di Tanimbar. Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan
Sunda Besar dan Sunda Kecil.

Patahan ini termasuk ke dalam tipe convergent boundary, di mana dua buah
lempeng permukaan bumi—Eurasian Plate dan Indian-Australian Plate—dalam
proses bertumbukan (subduction). Di atas Sunda Plate inilah terhampar
pulau-pulau besar dan kecil, laksana mutu manikam di khatulistiwa yang
dikenal dengan Kepulauan Nusantara, sebuah kompleks kepulauan terbesar di
dunia.

Patahan Sunda adalah sebuah contoh klasik dari patahan vulkanik. Deformasi
tektonik sepanjang zone subduksi Patahan Sunda inilah yang menimbulkan gempa
bumi di Samudra Hindia tanggal 26 Desember 2004. Begitu pula peristiwa gempa
bumi di Nias (28 Maret 2005), di Yogyakarta (27 Mei 2006), di Pangandaran
(17 Juli 2006), dan di Padang (6 Maret 2007). Semua disebabkan oleh
aktivitas Patahan Sunda.

Masih banyak lagi peristiwa gempa bumi dengan magnitude lebih rendah yang
tidak menimbulkan korban manusia dan kerugian harta benda, sehingga kurang
mendapat perhatian masyarakat. Padahal, ini semua merupakan tanda-tanda alam
yang memberikan peringatan kepada manusia untuk berpikir.

Fenomena yang sama muncul pada April tahun 1815 dengan sebuah ledakan
cataclysmic volcano Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, yang merupakan sebuah
letusan paling kuat yang tercatat dalam sejarah. Debu vulkanik Tambora
sampai menutupi langit berbulan-bulan lamanya sehingga menurunkan temperatur
bumi sampai 3 derajat Celsius.

Meskipun telah setahun pasca-letusan Tambora pada waktu itu, hampir semua
lapisan hemisphere di belahan utara mengalami temperatur lebih dingin selama
bulan-bulan musim 

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Menarik juga pertanyaan Yunita.

kalau sudah jadi expat di luar yah akan menjadi kebutuhan, soalnya sudah biasa, 
masak mau menurunkan taraf hidupnya.

kalau yang belum jadi expat di LN,  masih bisa dianggap keinginan.

wah jangan2 nanti semuanya lari kerja ke LN kalau pernyataan tersebut diatas 
dianggap benar.

peace juga,
frank



- Original Message 
From: sidauruk <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 5:45:37 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Urun rembug,

Saya ingin bekerja di negeri sendiri, gaji standard
expat, sekolahin anak di international school dan cas
cis cus bahasa sono tapi..itu yang sedang saya
cari

Q : Sebenarnya "ingin" digaji seperti expat atau
"butuh" digaji secara expat ada bedanya gak ya.

Peace,
Yunita  


--- Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Maaf berat, ini khayalan saja, mudah mudahan gak
> cocok . sekali lagi ini
> khayalan ...
> 
> Orang optimis: brain drain itu bagus untuk
> menunjukkan bahwa kita mampu jadi
> expat dengan kualitas dunia, dapat uang dan
> fasilitas layaknya expat, bisa
> menyekolahkan anak dengan standar international dan
> cas cis cus pake bahasa
> inggris
> 
> Orang netral1: siapapun punya hak untuk memilih kalo
> pilihan itu ada dan itu
> mungkin terbaik buat mereka, dari segi financial dan
> non financial. sekarang
> saya memilih untuk tetap disini.
> 
> Orang netral2: kerja dimana aja sama kok, uang bukan
> segalanya, saya cukup
> bahagia dengan apa yang saya dapat. Tidak selamanya
> mereka bahagia hidup
> sebagai expat.
> 
> anda?
> 
> 
> 
> On 5/28/07, OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > kalau braindrain saya pikir itu fenomena kelompok,
> kalau individu mugnkin
> > lebih ke adventurelah. Braindrain itu lebih banyak
> unsur pilihan "terpaksa",
> > karena di tempat sendiri pilihan tak ada atau
> kalaupun ada, kualitasnya
> > jelek sekali untuk kepuasan
> lahir-bathin,jiwa-raga,materi-rohani.
> > Braindrain itukan bahasa inggih untuk "pelarian",
> lari dari rasa
> > ketidakpuasan atas kondisi buruk dari kesalahan
> manajemen,
> > ketidakberpihakan, lingkungan yg "membatu"(tak mau
> berubah), status quo, tak
> > innovatif akibat politik dan low capacity dari
> para pelaku institusi. Karena
> > hijjrah sudah tak ada lagi selepas zaman Nabi,
> braindrain mungkin lebih
> > cocok di kaitkan dengan jihad.
> >
> 





We won't tell. Get more on shows you hate to love 
(and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.
http://tv.yahoo.com/collections/265 


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Leonard Lisapaly
 

Wah, pendapatnya Pak Shofi sudah menjurus SARA : Suku, agama, ras, dan
angan-angan  8-)

 

Jadi gak boleh Pak, nanti terjadi perpecahan di antara anak bangsa ... 8-)

 

LL

 



From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 28, 2007 4:12 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah Air Picu Brain Drain

 

Maaf berat, ini khayalan saja, mudah mudahan gak cocok . sekali lagi ini
khayalan ...

 

Orang optimis: brain drain itu bagus untuk menunjukkan bahwa kita mampu jadi
expat dengan kualitas dunia, dapat uang dan fasilitas layaknya expat, bisa
menyekolahkan anak dengan standar international dan cas cis cus pake bahasa
inggris 

 

Orang netral1: siapapun punya hak untuk memilih kalo pilihan itu ada dan itu
mungkin terbaik buat mereka, dari segi financial dan non financial. sekarang
saya memilih untuk tetap disini.

 

Orang netral2: kerja dimana aja sama kok, uang bukan segalanya, saya cukup
bahagia dengan apa yang saya dapat. Tidak selamanya mereka bahagia hidup
sebagai expat.

 

anda?

 


 

On 5/28/07, OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

kalau braindrain saya pikir itu fenomena kelompok, kalau individu mugnkin
lebih ke adventurelah. Braindrain itu lebih banyak unsur pilihan "terpaksa",
karena di tempat sendiri pilihan tak ada atau kalaupun ada, kualitasnya jelek
sekali untuk kepuasan lahir-bathin,jiwa-raga,materi-rohani. 
Braindrain itukan bahasa inggih untuk "pelarian", lari dari rasa
ketidakpuasan atas kondisi buruk dari kesalahan manajemen, ketidakberpihakan,
lingkungan yg "membatu"(tak mau berubah), status quo, tak innovatif akibat
politik dan low capacity dari para pelaku institusi. Karena hijjrah sudah tak
ada lagi selepas zaman Nabi, braindrain mungkin lebih cocok di kaitkan dengan
jihad. 
 



Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik sidauruk
Urun rembug,

Saya ingin bekerja di negeri sendiri, gaji standard
expat, sekolahin anak di international school dan cas
cis cus bahasa sono tapi..itu yang sedang saya
cari

Q : Sebenarnya "ingin" digaji seperti expat atau
"butuh" digaji secara expat ada bedanya gak ya.

Peace,
Yunita  


--- Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Maaf berat, ini khayalan saja, mudah mudahan gak
> cocok . sekali lagi ini
> khayalan ...
> 
> Orang optimis: brain drain itu bagus untuk
> menunjukkan bahwa kita mampu jadi
> expat dengan kualitas dunia, dapat uang dan
> fasilitas layaknya expat, bisa
> menyekolahkan anak dengan standar international dan
> cas cis cus pake bahasa
> inggris
> 
> Orang netral1: siapapun punya hak untuk memilih kalo
> pilihan itu ada dan itu
> mungkin terbaik buat mereka, dari segi financial dan
> non financial. sekarang
> saya memilih untuk tetap disini.
> 
> Orang netral2: kerja dimana aja sama kok, uang bukan
> segalanya, saya cukup
> bahagia dengan apa yang saya dapat. Tidak selamanya
> mereka bahagia hidup
> sebagai expat.
> 
> anda?
> 
> 
> 
> On 5/28/07, OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > kalau braindrain saya pikir itu fenomena kelompok,
> kalau individu mugnkin
> > lebih ke adventurelah. Braindrain itu lebih banyak
> unsur pilihan "terpaksa",
> > karena di tempat sendiri pilihan tak ada atau
> kalaupun ada, kualitasnya
> > jelek sekali untuk kepuasan
> lahir-bathin,jiwa-raga,materi-rohani.
> > Braindrain itukan bahasa inggih untuk "pelarian",
> lari dari rasa
> > ketidakpuasan atas kondisi buruk dari kesalahan
> manajemen,
> > ketidakberpihakan, lingkungan yg "membatu"(tak mau
> berubah), status quo, tak
> > innovatif akibat politik dan low capacity dari
> para pelaku institusi. Karena
> > hijjrah sudah tak ada lagi selepas zaman Nabi,
> braindrain mungkin lebih
> > cocok di kaitkan dengan jihad.
> >
> 



 

We won't tell. Get more on shows you hate to love 
(and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.
http://tv.yahoo.com/collections/265 


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Vita,
di Balikpapan atau di Duri atau di Rumbai dan banyak lagi daerah yang merupakan 
kantor perusahaan minyak juga bisa menikmati fasilitas itu (golf nya malah 
gratis),  tapi menurut statistik yang di publish dulu jumlah yang terbesar yang 
keluar dari Chevron.  Jadi mungkin kombinasi kenyamanan dan duit yang dicari, 
serta challenge/kesempatan yang diberikan perusahaan di luar negeri.

Sebenarnya apakah benar industri migas di Indonesia kekurangan tenaga kerja?
dua minggu lalu, saya masih mendengar beberapa kawan yang merasa under-utilized 
di perusahaan tempat dia bekerja.  dan itulah yang membuat mereka 
bertanya-tanya tentang lowongan di LN. Memang ada yang mengakui sudah di cap 
oleh perusahaan bahwa "tidak bisa dikembangkan"  atau cap semacam itulah.
Jadi tidak akan pernah dikasih tanggung jawab lebih.  terus orang seperti ini 
mau diapakan?  selain merugikan perusahaan juga mematikan orang tsb secara 
perlahan-lahan.
jadi saran saya kepada mereka adalah ngomong lagi sama management dan HR minta 
dikasih challenge yang lebih, dan kalau tetap tidak dikasih yah silahkan 
melamar ke perusahaan lain di dalam negeri atau sekalian ke luar negeri saja.

Orang2 seperti ini banyak sekali di perusahaan minyak di Indonesia, saya juga 
pernah di cap kayak gini di salah satu perusahaan. dan akhirnya saya pindah 
dari perusahaan tersebut.  Lumayanlah bisa kasih lihat bahwa mereka terlalu 
cepat "jump into conclusion".  saya juga melihat hal yang sama di petronas.  
yang "tidak dipakai" di Indonesia malah sering sangat berhasil di sana.   
Banyak sekali contoh2 yang saya rasa sudah menjadi rahasia umum dikalangan 
pegawai petronas asal indonesia.

Mungkin ini adalah challenge yang terbesar yang harus dibenahi oleh perusahaan 
minyak di Indonesia. kalau pegawai tsb belum punya keahlian yang diperlukan, 
kan bisa di training, setiap perusahaan minyak punya dana training.  
Saya yakin tidak ada yang tidak mau maju.  please jangan blame bahwa pegawai 
nya sudah tidak akan bisa dikembangkan karena sikap mereka.  Pasti masih bisa 
dikembangkan . . . . . .   siapapun. . . . . . 

saya sempat ngomong hal ini sama salah satu VP suatu perusahaan multi nasional. 
 dia lagi interview saya ttg kemungkinan hire saya di perusahaaan nya tetapi 
saya tanyain kenapa teman2 saya yang diperusahaan itu tidak dikasih aja 
tanggung jawab yang ditawarkan ke saya.  dan dia bilang orang tersebut tidak 
akan bisa ke posisi ini.
Memang perusahaan tidak bisa menjanjikan "the sky is the limit".di posisi 
managerial.

saya tahu posisi manager terbatas, tetapi kan masih ada jenjang lain yaitu 
jenjang professional?
semua perusahaan mengatakan akan memberikan kesempatan pegawai mereka ke 
jenjang professional, akan tetapi berapa saja yang benar2 memberikan kesempatan?

Banyak teman2 yang di Unocal dulu bercerita bahwa professional ladder 
dijalankan dengan baik di Unocal.  bagaimana dengan perusahaan yang lain?

tetapi ada juga yang memang suka pindah2 "daerah investigasi" dan sering 
disebut masuk kategori "happy wanderer", tetapi masih banyak juga daerah di 
Indonesia yang bisa memberikan challenge ke happy wanderer ini.

fbs





- Original Message 
From: Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 3:48:17 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan
tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.  

It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
cukup2nya...

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain

Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
punya 
dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
negara, 
dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer
Awang 
terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
dan 
penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
tersebut 
untuk di

[iagi-net-l] Salary Survey [Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain]

2007-05-28 Terurut Topik Taufik Manan
Kebetulan saya baru saja membaca Buku "The Leading Edge" edisi terbaru May 
2007, Vol. 26 No. 5.
Silakan dibaca bagi yang member SEG (sudah terima khan) halaman 578- 581 atau 
bisa diakses secara online bagi member terdaftar.
Judulnya ... "SEG's 2006 Member Compensation Survey" 
Atau bisa juga dilihat di "Explorer" edisi April 2007 judulnya "Geologists' 
Salaries Jump Again"

Dari analisis survei SEG dan perbandingan tabel2 yang ada, dapat diketahui 
"range" salary yang ada / ideal.
Ini dapat menjadi pertimbangan bagi yang kerja di luar negri.
Namun kelihatannya sangat jauh dari yang didapatkan di Indonesia namun mungkin 
dirasakan bagi yang telah bekerja di luar.
Tapi kalau bisa diaplikasikan di Indonesia tentu merupakan suatu "goodwill" 
yang sangat baik terhadap apresiasi G&G lokal.

Sekali lagi "uang bukan yang utama" namun bila ada "hal lain yang ingin 
dicapai" tentunya bisa dipertimbangkan.
Paling tidak dengan era globalisasi sekarang, sesuatu yang mungkin bisa dicapai 
(dimanapun dan kapanpun bisa akses internasional).

Semboyan ini sama dengan iklan salah satu produk olah raga (Adidas)
..."Impossible is nothing"... 

Sekedar tambahan urun rembug saja

TAM

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 3:19:51 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain

Memang bahasanya Kang ADB ini bahasa pemimpin atau leader. Namun akan lebih 
mudah dibaca dengan menganalogikan begini saja.
Apa yang akan anda perbuat jika anda sebagai seorang Manajer HR. Wah mungkin 
jauh ya .. 
Ya sudah, dengan kata lain "Apa yang akan anda lakukan jika anda sebagai 
seorang Manager Eksplorasi, atau Chief Geologist ?" 

Kalau anda bilang, "ya uwis semono wae kan cukup tole ? Manusia itu pada 
dasarnya tamak kok" ... wah aku jamin pegawe atau bawahan anda akan langsung 
cari lowongan lain atau mungkin malah ngirim CV ke aku ... wupst !! 
Pernah denger atau baca kalimat ini kan ? -  "People don't leave their jobs, 
they leave their managers."  
Blaik  pantesan RDP kluar dari posisi itu enam tahun lalu :) Ya karena aku 
ngga mau ditinggalkan kawan-kawanku. 


- :( "Looh tapi pakdhe meninggalkan manajer Pakdhe sebelumnya juga, kan?"
+ :D " Hust, aku dulu yo nyari duwik ... uspt !!"


Sakjane Pak Awang itu mengucapkan gaji berapapun kurag aku yakin karena beliau 
juga was-was. Dan kalimat beliau dipakai supaya menahan rekan-rekannya sesama 
kawan, untuk tidak ikutan braindrain. Saat menulis barangkali beliau tidak 
sedang memposisikan dirinya pada posisi diatas (BPMIGAS) ... kalau di BPMIGAS 
tentunya Kang Awang akan berbicara lain. Tapi memang disini uniknya forum 
IAGI-net ini. Kita berada dalam dua posisi kaki yang berbeda. Ada posisi 
pribadi, dan ada posisi jabatan. Mungkin ada juga yang satu kaki posisi sebagai 
anak negeri, dan satu kaki pada posisi pegawe perusahaan asing. 

Makanya kalimat pak Awang direspons berbeda antara ADB dan Taufik Manan. Karena 
level bicara mereka berbeda.

Nah, biar tambah mikir 
"brain-drain" ini fenomena individu atau fenomena kolektif ? 

RDP

On 5/28/07, Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bahasanya Mas Andang  susah ih :)
> 
> Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan 
> tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
> berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
> main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah 
> kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.
> 
> It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
> cukup2nya...
> 
> Parvita H. Siregar
> Salamander Energy 
> Jakarta-Indonesia
> 
> 
> Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
> confidential and is sent for the personal attention of the intended
> recipient only and may contain information that is privileded, 
> confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
> in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
> that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in 
> reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
> 
> -Original Message-
> From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] ]
> Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
> di Tanah Air Picu Brain Drain 
> 
> Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
> punya
> dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
> negara,
> dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer 
> Awang
> terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
> dan
> penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
> tersebut
> untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah: 
> apabila para pengambil 

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Shofiyuddin

Maaf berat, ini khayalan saja, mudah mudahan gak cocok . sekali lagi ini
khayalan ...

Orang optimis: brain drain itu bagus untuk menunjukkan bahwa kita mampu jadi
expat dengan kualitas dunia, dapat uang dan fasilitas layaknya expat, bisa
menyekolahkan anak dengan standar international dan cas cis cus pake bahasa
inggris

Orang netral1: siapapun punya hak untuk memilih kalo pilihan itu ada dan itu
mungkin terbaik buat mereka, dari segi financial dan non financial. sekarang
saya memilih untuk tetap disini.

Orang netral2: kerja dimana aja sama kok, uang bukan segalanya, saya cukup
bahagia dengan apa yang saya dapat. Tidak selamanya mereka bahagia hidup
sebagai expat.

anda?



On 5/28/07, OK Taufik <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


kalau braindrain saya pikir itu fenomena kelompok, kalau individu mugnkin
lebih ke adventurelah. Braindrain itu lebih banyak unsur pilihan "terpaksa",
karena di tempat sendiri pilihan tak ada atau kalaupun ada, kualitasnya
jelek sekali untuk kepuasan lahir-bathin,jiwa-raga,materi-rohani.
Braindrain itukan bahasa inggih untuk "pelarian", lari dari rasa
ketidakpuasan atas kondisi buruk dari kesalahan manajemen,
ketidakberpihakan, lingkungan yg "membatu"(tak mau berubah), status quo, tak
innovatif akibat politik dan low capacity dari para pelaku institusi. Karena
hijjrah sudah tak ada lagi selepas zaman Nabi, braindrain mungkin lebih
cocok di kaitkan dengan jihad.



Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik OK Taufik

kalau braindrain saya pikir itu fenomena kelompok, kalau individu mugnkin
lebih ke adventurelah. Braindrain itu lebih banyak unsur pilihan "terpaksa",
karena di tempat sendiri pilihan tak ada atau kalaupun ada, kualitasnya
jelek sekali untuk kepuasan lahir-bathin,jiwa-raga,materi-rohani.
Braindrain itukan bahasa inggih untuk "pelarian", lari dari rasa
ketidakpuasan atas kondisi buruk dari kesalahan manajemen,
ketidakberpihakan, lingkungan yg "membatu"(tak mau berubah), status quo, tak
innovatif akibat politik dan low capacity dari para pelaku institusi. Karena
hijjrah sudah tak ada lagi selepas zaman Nabi, braindrain mungkin lebih
cocok di kaitkan dengan jihad.

On 5/28/07, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Memang bahasanya Kang ADB ini bahasa pemimpin atau leader. Namun akan
lebih mudah dibaca dengan menganalogikan begini saja.
Apa yang akan anda perbuat jika anda sebagai seorang Manajer HR. Wah
mungkin jauh ya ..
Ya sudah, dengan kata lain "Apa yang akan anda lakukan jika anda sebagai
seorang Manager Eksplorasi, atau Chief Geologist ?"

Kalau anda bilang, "ya uwis semono wae kan cukup tole ? Manusia itu pada
dasarnya tamak kok" ... wah aku jamin pegawe atau bawahan anda akan langsung
cari lowongan lain atau mungkin malah ngirim CV ke aku ... wupst !!
Pernah denger atau baca kalimat ini kan ? -  "People don't leave their
jobs, they leave their managers."
Blaik  pantesan RDP kluar dari posisi itu enam tahun lalu :) Ya karena
aku ngga mau ditinggalkan kawan-kawanku.

- :( "Looh tapi pakdhe meninggalkan manajer Pakdhe sebelumnya juga, kan?"
+ :D " Hust, aku dulu yo nyari duwik ... uspt !!"

Sakjane Pak Awang itu mengucapkan gaji berapapun kurag aku yakin karena
beliau juga was-was. Dan kalimat beliau dipakai supaya menahan
rekan-rekannya sesama kawan, untuk tidak ikutan braindrain. Saat menulis
barangkali beliau tidak sedang memposisikan dirinya pada posisi diatas
(BPMIGAS) ... kalau di BPMIGAS tentunya Kang Awang akan berbicara lain. Tapi
memang disini uniknya forum IAGI-net ini. Kita berada dalam dua posisi kaki
yang berbeda. Ada posisi pribadi, dan ada posisi jabatan. Mungkin ada juga
yang satu kaki posisi sebagai anak negeri, dan satu kaki pada posisi pegawe
perusahaan asing.

Makanya kalimat pak Awang direspons berbeda antara ADB dan Taufik Manan.
Karena level bicara mereka berbeda.

Nah, biar tambah mikir
"brain-drain" ini fenomena individu atau fenomena kolektif ?

RDP

On 5/28/07, Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bahasanya Mas Andang  susah ih :)
>
> Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan

> tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
> berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
> main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
> kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.
>
> It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
> cukup2nya...
>
> Parvita H. Siregar
> Salamander Energy
> Jakarta-Indonesia
>
>
> Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
> confidential and is sent for the personal attention of the intended
> recipient only and may contain information that is privileded,
> confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
> in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
> that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
> reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
>
> -Original Message-
> From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] ]
> Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
> di Tanah Air Picu Brain Drain
>
> Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
> punya
> dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
> negara,
> dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer
> Awang
> terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
> dan
> penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
> tersebut
> untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah:
> apabila para pengambil kebijakan (korporasi, negara, dsb) menerapkan
> filosofi individual dalam kebijakan yang mempengaruhi kemaslahatan
> masyarakat banyak, dimana bisa saja terjadi pengabaian (negligence) atas

>
> konsern masyarakat banyak (yang punya filosofi individual
> ber-beda2)...
> Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah pertenaga-kerja-an
>
> migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak papa), membangkitkan, dan
> menggerakkan para pengambil kebijakan kita untuk tanggap/concern dan
> mengambil tindakan segera.
>
> Salam
>
> adb
>
>
>
> - Original Message -
> From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional As

RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Leonard Lisapaly


Kalau rumput tetangga terlihat lebih hijau sih masih gak apa2, Mbak. Toh
masih sama2 rumput. Tapi kalau tetangga sudah punya pohon cemara, bukan
rumput aja, he he he ... mungkin mikir juga kali ya ...8-)

LL

-Original Message-
From: Snow White [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 28, 2007 3:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah Air Picu Brain Drain

Urun rembug donk dari junior nih...

Saya pernah menghadiri sesuatu seminar ttg parents as a career
partner...ceritanya, yang punya anak di high school, orangtuanya di briefing
untuk menuntut anaknya ke jenjang Univ atau politeknik dg beberapa aspek yang
perlu dipertimbangkan (saya sih ikutan karena menjadi guardian anak high
school), salah satunya, disebutkan soal life balance, ternyata menurut
research, orang sekarang cenderung mencari sesuatu yang balance dari segi
materi dan kepuasan batin. 

Saya kira sah2 saja kalo ada pendapat yang mengatakan hidup diluar negeri
memberikan kepuasan materi dan batin. Walaupun menurut saya tidak terlalu
berlebihan secara materi, cukup saja dg kondisi di mana kita hidup,
kelebihannya ya itu, bisa ada waktu untuk melakukan aktifitas yang lain, di
tengah kepenatan pekerjaan, menjadikan kita sehat jasmani dan rohani.
Otomatis kita juga menjadi lebih productive dalam bekerja, outcomenya juga
lebih baik. Disamping jitu uga ada kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh
negeri kita tercinta (bebas polusi, hukum ditegakkan, pendidikan gratis dan
kualitasnya bagus, etc.)

Terlepas berapa income yang di dapat, semua dikembalikan kepada individu
masing2, yang mana yang menjadi prioritas dalam hidupnya. Pepatah mengatakan
rumput tetangga selalu lebih hijau koq...

Salam,
Putri


- Original Message 
From: Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 3:48:17 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah Air Picu Brain Drain


Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan
tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.  

It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
cukup2nya...

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain

Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
punya 
dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
negara, 
dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer
Awang 
terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
dan 
penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
tersebut 
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah: 
apabila para pengambil kebijakan (korporasi, negara, dsb) menerapkan 
filosofi individual dalam kebijakan yang mempengaruhi kemaslahatan 
masyarakat banyak, dimana bisa saja terjadi pengabaian (negligence) atas

konsern masyarakat banyak (yang punya filosofi individual
ber-beda2)... 
Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah pertenaga-kerja-an

migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak papa), membangkitkan, dan 
menggerakkan para pengambil kebijakan kita untuk tanggap/concern dan 
mengambil tindakan segera.

Salam

adb



- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa hidup,
sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya kenikmatan serta
keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa yang bergaji rp 100
jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau kuatir. Di tengah kemacetan
kota Jakarta, yang bergaji Rp 100 jt/bl marah karena terjebak macet dan
kuatir mobil mewahnya terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
rp 1 jt/bl yang tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
berkorelasi positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Snow White
Urun rembug donk dari junior nih...

Saya pernah menghadiri sesuatu seminar ttg parents as a career 
partner...ceritanya, yang punya anak di high school, orangtuanya di briefing 
untuk menuntut anaknya ke jenjang Univ atau politeknik dg beberapa aspek yang 
perlu dipertimbangkan (saya sih ikutan karena menjadi guardian anak high 
school), salah satunya, disebutkan soal life balance, ternyata menurut 
research, orang sekarang cenderung mencari sesuatu yang balance dari segi 
materi dan kepuasan batin. 

Saya kira sah2 saja kalo ada pendapat yang mengatakan hidup diluar negeri 
memberikan kepuasan materi dan batin. Walaupun menurut saya tidak terlalu 
berlebihan secara materi, cukup saja dg kondisi di mana kita hidup, 
kelebihannya ya itu, bisa ada waktu untuk melakukan aktifitas yang lain, di 
tengah kepenatan pekerjaan, menjadikan kita sehat jasmani dan rohani. Otomatis 
kita juga menjadi lebih productive dalam bekerja, outcomenya juga lebih baik. 
Disamping jitu uga ada kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh negeri kita 
tercinta (bebas polusi, hukum ditegakkan, pendidikan gratis dan kualitasnya 
bagus, etc.)

Terlepas berapa income yang di dapat, semua dikembalikan kepada individu 
masing2, yang mana yang menjadi prioritas dalam hidupnya. Pepatah mengatakan 
rumput tetangga selalu lebih hijau koq...

Salam,
Putri


- Original Message 
From: Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, May 28, 2007 3:48:17 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan
tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.  

It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
cukup2nya...

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain

Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
punya 
dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
negara, 
dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer
Awang 
terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
dan 
penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
tersebut 
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah: 
apabila para pengambil kebijakan (korporasi, negara, dsb) menerapkan 
filosofi individual dalam kebijakan yang mempengaruhi kemaslahatan 
masyarakat banyak, dimana bisa saja terjadi pengabaian (negligence) atas

konsern masyarakat banyak (yang punya filosofi individual
ber-beda2)... 
Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah pertenaga-kerja-an

migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak papa), membangkitkan, dan 
menggerakkan para pengambil kebijakan kita untuk tanggap/concern dan 
mengambil tindakan segera.

Salam

adb



- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa hidup,
sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya kenikmatan serta
keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa yang bergaji rp 100
jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau kuatir. Di tengah kemacetan
kota Jakarta, yang bergaji Rp 100 jt/bl marah karena terjebak macet dan
kuatir mobil mewahnya terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
rp 1 jt/bl yang tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
berkorelasi positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan
menyesuaikan dengan apa yang mampu dibelinya.

Kalau "brain drain" hanya mengejar uang, hm...

Masih banyak yang tak bisa dibeli dengan uang..

Salam,
awang

-Original Message-
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 11:04 C++
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu 

Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Memang bahasanya Kang ADB ini bahasa pemimpin atau leader. Namun akan lebih
mudah dibaca dengan menganalogikan begini saja.
Apa yang akan anda perbuat jika anda sebagai seorang Manajer HR. Wah mungkin
jauh ya ..
Ya sudah, dengan kata lain "Apa yang akan anda lakukan jika anda sebagai
seorang Manager Eksplorasi, atau Chief Geologist ?"

Kalau anda bilang, "ya uwis semono wae kan cukup tole ? Manusia itu pada
dasarnya tamak kok" ... wah aku jamin pegawe atau bawahan anda akan langsung
cari lowongan lain atau mungkin malah ngirim CV ke aku ... wupst !!
Pernah denger atau baca kalimat ini kan ? -  "People don't leave their jobs,
they leave their managers."
Blaik  pantesan RDP kluar dari posisi itu enam tahun lalu :) Ya karena
aku ngga mau ditinggalkan kawan-kawanku.

- :( "Looh tapi pakdhe meninggalkan manajer Pakdhe sebelumnya juga, kan?"
+ :D " Hust, aku dulu yo nyari duwik ... uspt !!"

Sakjane Pak Awang itu mengucapkan gaji berapapun kurag aku yakin karena
beliau juga was-was. Dan kalimat beliau dipakai supaya menahan
rekan-rekannya sesama kawan, untuk tidak ikutan braindrain. Saat menulis
barangkali beliau tidak sedang memposisikan dirinya pada posisi diatas
(BPMIGAS) ... kalau di BPMIGAS tentunya Kang Awang akan berbicara lain. Tapi
memang disini uniknya forum IAGI-net ini. Kita berada dalam dua posisi kaki
yang berbeda. Ada posisi pribadi, dan ada posisi jabatan. Mungkin ada juga
yang satu kaki posisi sebagai anak negeri, dan satu kaki pada posisi pegawe
perusahaan asing.

Makanya kalimat pak Awang direspons berbeda antara ADB dan Taufik Manan.
Karena level bicara mereka berbeda.

Nah, biar tambah mikir
"brain-drain" ini fenomena individu atau fenomena kolektif ?

RDP

On 5/28/07, Parvita Siregar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan
tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.

It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
cukup2nya...

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain

Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
punya
dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
negara,
dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer
Awang
terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
dan
penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
tersebut
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah:
apabila para pengambil kebijakan (korporasi, negara, dsb) menerapkan
filosofi individual dalam kebijakan yang mempengaruhi kemaslahatan
masyarakat banyak, dimana bisa saja terjadi pengabaian (negligence) atas

konsern masyarakat banyak (yang punya filosofi individual
ber-beda2)...
Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah pertenaga-kerja-an

migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak papa), membangkitkan, dan
menggerakkan para pengambil kebijakan kita untuk tanggap/concern dan
mengambil tindakan segera.

Salam

adb



- Original Message -
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di
Tanah Air Picu Brain Drain


Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa hidup,
sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya kenikmatan serta
keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa yang bergaji rp 100
jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau kuatir. Di tengah kemacetan
kota Jakarta, yang bergaji Rp 100 jt/bl marah karena terjebak macet dan
kuatir mobil mewahnya terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
rp 1 jt/bl yang tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
berkorelasi positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan
menyesuaikan dengan apa yang mampu dibelinya.

Kalau "brain drain" hanya mengejar uang, hm...

Masih banyak yang tak bisa dibeli dengan uang..

Salam,
awang

-Original Message-
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2

RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain Drain

2007-05-28 Terurut Topik Parvita Siregar
Bahasanya Mas Andang  susah ih :)

Mas Awang, saya setuju, pendapat Mas Awang.  Kalau bisa bangun siang dan
tidak macet2an ke kantor, atau sempat jogging sebelum sarapan dan
berangkat ke kantor, pulang ke rumah masih melihat matahari terbenam dan
main tenis atau sepak bola dan main dengan anak-anak, sekolah
kwalitasnya baik dan gratis, ya mikir2 jugalah.  

It's a matter of quality of life kok.  Kalau soal uang, ngga kan ada
cukup2nya...

Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia
 
 
Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is
confidential and is sent for the personal attention of the intended
recipient only and may contain information that is privileded,
confidential or exempt from disclosure.  If you have received this email
in error, please advise us immediately and delete it.  You are notified
that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in
reliance on the contents of this information is strictly prohibited.

-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 28, 2007 1:09 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain

Permasalahan brain-drain yang dikemukakan di initial posting nampaknya
punya 
dimensi supra-struktur kebijakan, strategi besar korporasi, lembaga
negara, 
dan pemerintahan secara umum. Sementara opini yang dikemukakan broer
Awang 
terlampir lebih menjelajah wilayah filosofis (kebahagiaan versus materi)
dan 
penyerapan subtil individual (yang seringkali sakral) atas filosofi
tersebut 
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Repotnya adalah: 
apabila para pengambil kebijakan (korporasi, negara, dsb) menerapkan 
filosofi individual dalam kebijakan yang mempengaruhi kemaslahatan 
masyarakat banyak, dimana bisa saja terjadi pengabaian (negligence) atas

konsern masyarakat banyak (yang punya filosofi individual
ber-beda2)... 
Mudah2an berbagai perkembangan yang terjadi di kancah pertenaga-kerja-an

migas kita bisa menggugah (pelan2 juga nggak papa), membangkitkan, dan 
menggerakkan para pengambil kebijakan kita untuk tanggap/concern dan 
mengambil tindakan segera.

Salam

adb



- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, May 28, 2007 12:23 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di 
Tanah Air Picu Brain Drain


Yang bergaji rp 100 jt/bl atau rp 1 jt/bl sama-sama bisa hidup,
sama-sama bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan punya kenikmatan serta
keluhannya masing-masing. Tak ada jaminan bahwa yang bergaji rp 100
jt/bl tak pernah mengeluh atau pusing atau kuatir. Di tengah kemacetan
kota Jakarta, yang bergaji Rp 100 jt/bl marah karena terjebak macet dan
kuatir mobil mewahnya terserempet metromini yang dinaiki orang bergaji
rp 1 jt/bl yang tersenyum saja melihatnya. Penghasilan tak pernah
berkorelasi positif dengan kebahagiaan. Orang yang gajinya kecil akan
menyesuaikan dengan apa yang mampu dibelinya.

Kalau "brain drain" hanya mengejar uang, hm...

Masih banyak yang tak bisa dibeli dengan uang..

Salam,
awang

-Original Message-
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 11:04 C++
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Subject: RE: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI
di Tanah Air Picu Brain Drain


Meminjam istilahnya Bapak Orang Miskin di acara Republik BBM :

"Sedikit-sedikit uang, sedikit-sedikit uang, uang kok cuma sedikit "

LL

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 28, 2007 10:48 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia
Subject: [iagi-net-l] Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di
Tanah
Air Picu Brain Drain

Dari 5 tahun lalu kita diskusi braindrain di IAGI-net ga pernah
selesei  Kita bisa debat berbusa-busa soal gaji cukupnya berapa
banyak. Namun kenyataan bahwa gaji masih menjadi impian pekerja di
Indonesia. Simak uraian dari KB Antara dibawah sana.

Uang bukan segalanya
tapi segalanya perlu uang ...
waaks ! :)

RDP

Ekonomi & Bisnis

27/05/07 11:15
Pembedaan Gaji Bagi Profesional Asing dan WNI di Tanah Air Picu Brain
Drain

Canberra (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia
(PPIA) mengusulkan perlu dihapusnya segera kebijakan yang membedakan
gaji dan fasilitas bagi para profesional asing dan orang Indonesia
berkualifikasi sama di Tanah Air, karena ditengarai turut memicu
larinya atau "brain drain" kalangan terdidik Indonesia lulusan luar
negeri.

Usul tersebut mengemuka dalam diskusi PPIA di Universitas Nasional
Australia (ANU) tentang fenomena "brain drain" di kalangan terdidik
dan profesional Indonesia yang enggan pulang ke tanah air setelah
tamat dari pendidikan di luar negeri, demikian informasi yang
diperoleh ANTARA dari PPIA ANU, Minggu.

Disebutkan, usul yang mengemuka dalam