Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-17 Terurut Topik wikanw - wikanwindra...@yahoo.com
Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sebaiknya dikaitkan dengan 2 hal, yaitu 
lokasi pembangunan (berkaitan dengan wilayah yang memerlukan dan resiko yang 
ada), serta teknologi yang akan digunakan.

Terkait lokasi, sebaiknya bukan ditentukan oleh kepentingan dari pusat hanya 
untuk suplai kebutuhan wilayah tertentu dengan sisten interkoneksi jaringan 
sehingga membebankan resiko kepada wilayah yang tidak berkepentingan dengan 
pemanfaatan energi tersebut.

Terkait teknologi, apakah kondisi rawan bencana alam Indonesia akan menggunakan 
teknologi nuklir konvensional (evolution reactor generation III atau III+) yang 
merupakan tipe ekonomis yang digunakan di berbagai negara saat ini. Atau 
menunggu komersialisasi teknologi nuklir yang revolusioner (nuclear energy 
system generasi IV) yang di Amerika Serikat sendiri baru direncanakan untuk 
dikomersialisasikan setelah tahun 2030.

Wassalam,
Wikan W

Sent from my iPad

 On 17 Agt 2014, at 00.54, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:
 
 Pak Bandono,
  
 Waktu kemaren ketemu di Bandung, Anda nagih jawaban. Maaf terlambat.
  
 Angka Elasticity dibawah satu atau bahkan bisa negatif karena yang diukur 
 disisini adalah increase in energy consumption dibagi increase in 
 economic growth. Contoh seperti Inggris dan Germany, energy consumption 
 negatif namun  GDP-nya bisa tetap naik. Hal ini memungkinkan karena negara 
 maju bisa mengembangkan services tanpa menggunakan banyak energy, seperti 
 bidang Finance, Perbankan, Software, Design, dsb.
  
 Elasticity tidak ada hubungan dengan kaya-miskin. Negara miskin bisa 
 mempunyai elasticity rendah kalau efficient  dan sebaliknya. Indonesia tidak 
 efficient karena di Indonesia Timur dan didaerah-daerah terpencil, PLN masih 
 menggunakan generator diesel sebagai pembangkit listrik, yaitu sumber energy 
 yang paling mahal. Bahkan disemua kota besar di Indonesia, kantor, hotel, 
 kawasan industri, dan kawasan rumah mewah, diperlukan generator diesel 
 stand-by karena PLN sering biar-pet. Berarti modal harus keluar untuk membeli 
 generators yang pemakaiannya hanya sekali-kali. Selain itu, karena generators 
 stand-by relatif kecil hingga efficiency kecil, berarti boros BBM.  
  
 Tentang energy nuklir yang Anda tanyakan, memang Indonesia bisa dan mampu 
 hingga bisa mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi elasticity untuk jangka 
 panjang. Namun setelah kejadian Tsunami, banyak negara akan stop (ump. 
 Germany) atau menunda pembangunan tenaga nuclear baru. Jepang secara bertahap 
 akan menutup.
  
 Memang pemakaian tenaga nuclear sekarang dalam crossroad, terutama bagi 
 negara yang kekurangan energy. Indonesia perlu energy di Jawa, Sumatra, dan 
 Bali, semuanya daerah rawan gempa tektonik, rawan gempa   meletusnya Gn. Api 
 beserta debunya, dan rawan Tsunami. Dengan risiko demikian tinggi, sebaiknya 
 kita menjajagi semua resources option yang tersedia, yang menurut saya masih 
 banyak, sebelum mengambil keputusan Go nuclear. 
  
 HL Ong   
  
  
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bandono 
 Salim
 Sent: Wednesday, August 13, 2014 7:02 PM
 To: Iagi
 Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
  
 Tanya Pak,  yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan 
 energi nuklir sebagai pembangkit utamanya?
 Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm?
 Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah 
 mampu ekstraksi bahan utama energi atom
 Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir?
 
 Itu saja dulu Pak .
 Salam hormat,  bdn.
 
 Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis:
 Anggota IAGI yang saya hormati,
  
 Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
 kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
 tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?
  
 Bagaimana kita mengukur keborosan energy?
  
 Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk 
 bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai 
 untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.
  
 Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  
 elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara 
 Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. 
 Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross 
 Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan 
 sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP.
  
 Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) 
 besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ 
 kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. 
  
 Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity 
 Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-17 Terurut Topik astyka pamumpuni
Selamat siang,
mohon izin sedikit menanggapi tentang penggunaan diesel sebagai pembangkit
di luar kota besar. beberapa waktu yang lalu sempat ngobrol dengan teman
dari pln, penggunaan diesel sebagai bahan bakar di daerah non kota besar
termasukdaerah penghasil batubara sekalipun bukan tanpa alasan. penggunaan
diesel di daerah non kota besar dikarenakan karakteristik kebutuhan daya
listrik untuk daerah tersebut, umumnya daerah non kota besar memiliki
perbedaan konsumsu daya yang cukup besar antar siang hari dan malam hari,
jadi ketika siang penggunaan listrik hanya sedikit sekali, sedangkan saat
malam melonjak. hal ini berbeda dengan karakter kota besar dan kota
industri, yang perbedaan konsumsi daya antara siang dan malam tidak jauh
berbeda. penggunaan batubara untuk daerah yang kebutuhan daya-nya berbeda
jauh siang dan malam dinilai tidak efisien karena untuk mendidihkan air dan
mulai menjalankan turbin butuh sekitar 6jam jika menggunakan pembangkit
batubara, sehingga dinilai tidak efisien. pembangkit batubara dinilai cocok
untuk daerah dengan konsumsi yang tidak berbeda jauh sehingga pembangkit
dapat di nyalakan non stop.

adanya distribusi kebutuhan daya yang berbeda-beda ini sebenarnya dapat
diatasi jika sudah ada intergrasi jaringan listrik antar daerah (contohnya
jawa) sehingga kelebihan daya dapat ditransfer ke daerah lain yang defisit.
contoh yang mengalami situasi tidak terintegrasinya listrik adalah sumatra,
ada daerah yang surplus ada yang defisit, sayangnya karena tidak
terintegrasi tidak dapat di transfer.


astyka.p


2014-08-17 11:54 GMT+07:00 Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id:

  Pak Bandono,



 Waktu kemaren ketemu di Bandung, Anda nagih jawaban. Maaf terlambat.



 Angka Elasticity dibawah satu atau bahkan bisa negatif karena yang
 diukur disisini adalah increase in energy consumption dibagi increase
 in economic growth. Contoh seperti Inggris dan Germany, energy consumption
 negatif namun  GDP-nya bisa tetap naik. Hal ini memungkinkan karena negara
 maju bisa mengembangkan services tanpa menggunakan banyak energy, seperti
 bidang Finance, Perbankan, Software, Design, dsb.



 Elasticity tidak ada hubungan dengan kaya-miskin. Negara miskin bisa
 mempunyai elasticity rendah kalau efficient  dan sebaliknya. Indonesia
 tidak efficient karena di Indonesia Timur dan didaerah-daerah terpencil,
 PLN masih menggunakan generator diesel sebagai pembangkit listrik, yaitu
 sumber energy yang paling mahal. Bahkan disemua kota besar di Indonesia,
 kantor, hotel, kawasan industri, dan kawasan rumah mewah, diperlukan
 generator diesel stand-by karena PLN sering biar-pet. Berarti modal harus
 keluar untuk membeli generators yang pemakaiannya hanya sekali-kali. Selain
 itu, karena generators stand-by relatif kecil hingga efficiency kecil,
 berarti boros BBM.



 Tentang energy nuklir yang Anda tanyakan, memang Indonesia bisa dan mampu
 hingga bisa mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi elasticity untuk jangka
 panjang. Namun setelah kejadian Tsunami, banyak negara akan stop (ump.
 Germany) atau menunda pembangunan tenaga nuclear baru. Jepang secara
 bertahap akan menutup.



 Memang pemakaian tenaga nuclear sekarang dalam crossroad, terutama bagi
 negara yang kekurangan energy. Indonesia perlu energy di Jawa, Sumatra, dan
 Bali, semuanya daerah rawan gempa tektonik, rawan gempa   meletusnya Gn.
 Api beserta debunya, dan rawan Tsunami. Dengan risiko demikian tinggi,
 sebaiknya kita menjajagi semua resources option yang tersedia, yang menurut
 saya masih banyak, sebelum mengambil keputusan Go nuclear.



 HL Ong





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *Bandono
 Salim
 *Sent:* Wednesday, August 13, 2014 7:02 PM
 *To:* Iagi

 *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Tanya Pak,  yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan
 energi nuklir sebagai pembangkit utamanya?

 Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm?
 Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah
 mampu ekstraksi bahan utama energi atom
 Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi
 atom/nuklir?

 Itu saja dulu Pak .
 Salam hormat,  bdn.

 Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis:

 Anggota IAGI yang saya hormati,



 Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa
 diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih
 rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita
 boros energy?



 Bagaimana kita mengukur keborosan energy?



 Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk
 bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau
 dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.



 Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya
  elasticity (*ԑ* ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (*ԑ**)* adalah
 ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-17 Terurut Topik liamsi
Setelah Dirut PLN minta mundur gantian Dirut Pertamina yg minta
mundur . lha para Dirut BUMN terbesar dan strategis kok pada
minta mundur , lha kayaknya memang rumit ngurusi energi atau
memang sengaja dibikin rumit , ditambah lagi antar sektoral
masing masing jalan sendiri sendiri dan dilapangan sering
bertabrakan spt berita dibawah ini : ( Jkt bakal Gelap . ? 
)



Ini Alasan Pertamina Tolak Pelabuhan Cilamaya
Rista Rama Dhany - detikfinance
Minggu, 17/08/2014 16:43 WIB


Jakarta -PT Pertamina (Persero) menyatakan menolak proyek
pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Salah
satu alasannya adalah proyek ini berpotensi membuat Jakarta
gelap gulita.
Kalau Pelabuhan Cilamaya tetap dibangun, maka mengakibatkan
beberapa anjungan minyak di lepas pantai milik Pertamina Hulu
Energi harus dipindah. Tentunya akan membuat produksi
terhenti, kata Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein ditemui
di anjungan minyak PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, Minggu
(17/8/2014).
Terhentinya produksi PHE ONWJ akan mengakibatkan produksi
minyak turun drastis hingga 43.000 barel per hari. Selain itu,
pasokan gas ke PT PLN (Persero) untuk dua pembangkit yakni PLTG
Tanung Priok dan PLTG Muara Karang terhenti. Lalu pasokan gas
untuk pupuk khususnya ke PT Pupuk Kujang juga terhenti.
Dari PLN sudah bilang jika gas dari ONWJ terhenti Jakarta
gelap gulita. Dari Pupuk Kujang, pasti produksi pupuk turun
drastis yang mengakibatkan petani kekurangan pasokan pupuk.
Jadi efeknya ke mana-mana, ungkap Husein.
Ia mengungkapkan, Pertamina sudah menyatakan hal ini ke
pemerintah. Namun pemerintah tetap ingin membangun. Katanya
tetap bisa dibangun tanpa harus memindahkan anjungan minyak
ONWJ, karena ketika ada kapal besar masuk ke Cilamaya akan
dikawal kapal-kapal kecil sehingga tidak mengenai jaringan pipa
gas dan minyak di bawah laut, terang Husein.
Namun bagi Pertamina, hal tersebut tetap menimbulkan risiko
sangat tinggi, karena jaringan pipa di bawah laut Jawa
khususnya melintasi perairan ke Pelabuhan Cilamaya sangat
banyak.
Di bawah itu banyak sekali pipa gas dan minyak. Arus di bawah
kuat sekali, apalagi angin pada akhir tahun dan awal tahun
kencang hingga 20 knot lebih. Kalau kapal besar tersebut
jangkarnya terkena pipa, bahaya sekali. Lalu angin kencang
membawa kapal tersebut menabrak anjungan, lebih bahaya lagi.
Bagi kami risikonya tinggi, makanya kami ingin rencana itu
ditinjau ulang, jelasnya.






 Koh Ismail,

 seharusnya tidak rumit tapi karena banyak yg berkepentingan
 maka
 dibuat rumit... beliau minta mundur tahun lalu karena merasa
 tidak bisa melindungi anak buahnya yg sdh bekerja dgn baik
 dan benar tapi kena dikriminalisasi soal pemeliharaan
 gen-set...

 memang salah satu contoh pejabat yang cukup langka di negeri
 ini..


 salam,

 On 8/14/14, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote:
 Sebegitu rumitnya ngurusi Energi kususnya listrik ,
 sehingga
 sampai samapi Boss BUMN besar minta mundur , baru kali ini
 ada
 Dirut BUMN minta mundur biasanya rebutan minta maju...:
 ISM


 Ancaman Krisis Listrik di Jawa Pada 2016 Sulit Dihindari
 (http://finance.detik.com/read/2014/08/13/181031/2661381/1034/ancaman-krisis-listrik-di-jawa-pada-2016-sulit-dihindari)

 Sindir Bos PLN, Dahlan: Hebat Ya Ada Dirut BUMN Minta Cepat
 DigantiFeby Dwi Sutianto - detikfinance
 Kamis, 14/08/2014 10:23 WIB

 Nur Pamudji
 Jakarta -Direktur Utama (Dirut) PT PLN Nur Pamudji kembali
 menjadi sorotan terkait keinginannya segera diganti sebagai
 orang nomor satu di BUMN listrik tersebut. Bagi Menteri
 BUMN
 Dahlan Iskan, permintaan ini menjadi sesuatu yang tak
 biasa.
 Dahlan mengakui jarang sekali menemukan seorang direksi
 BUMN
 yang mendesak untuk segera diganti. Nur Pamudji memang
 sempat
 mengajukan pengunduran diri pada Desember 2013 lalu sebagai
 dirut PLN.
 Hebat ya ada Dirut BUMN yang minta cepat-cepat
 penggantinya,
 kata Dahlan usai rapat pimpinan BUMN di Kantor Pusat
 Jiwasraya,
 Jakarta, Kamis (14/8/2014).
 Nur Pamudji resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN
 (persero) menggantikan Dahlan Iskan yang naik jabatan
 menjadi
 Menteri BUMN, pada 1 November 2011.
 Pelantikan Nur Pamudji sebagai Dirut PLN dilakukan di Gardu
 Induk Karet Tengsin, Jakarta, Selasa (1/11/2011). Hadir
 pada
 waktu itu tersebut Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri
 ESDM
 Jero Wacik.
 Nur Pamudji bergabung dengan PLN tahun 1985 sebagai Enjinir
 Sistem Operasi Pembangkit (1985-2001). Ia meraih gelar
 Sarjana
 Teknik Elektrik dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia
 di
 tahun 1985, kemudian melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana
 Fakultas Teknik University of New South Wales, Australia
 pada
 1995 dan and Master of Public Management dari National
 University of Singapore di 2003.
 Pejabat yang dikenal low profile ini menjabat sebagai
 Direktur
 Energi Primer sejak Desember 2009. Sebelumnya, Nur Pamudji
 adalah General Manager PLN P3B Jawa-Bali pada April 2008.
 Pria
 berkacamata itu juga pernah menjabat sebagai Manajer Sistem
 Operasi Pembangkit 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-17 Terurut Topik nyoto - ke-el
Masalah koordinasi antar instansi atau departmen sudah terjadi sejak jaman
dulu, tapi kayaknya sampai sekarang belum juga diambil sebagai pelajaran
...?  masing2 pihak masih merasa paling benar sehingga pihak lain yg tidak
 sepaham atau tidak sejalan dg programnya harus mengalah atau dikorbankan,
tergantung siapa yg lebih kuat...akibatnya ya pembangunan di negara tidak
pernah synkron antara satu dg lainnya belum bisa bersinergy ...sampai kapan
ya bisa saling bersinergy utk suatu project besar yg direncanakan sejak
awal, tidak project saling tumpang-tindih seperti yg terjadi selama ini
...?  Akankah Pemerintah baru nanti bisa mengantisipasi  menghandle spy
tidak saling tumpah tindih lagi ...?   semoga

Wass,
nyoto




2014-08-18 13:20 GMT+08:00 lia...@indo.net.id:

 Setelah Dirut PLN minta mundur gantian Dirut Pertamina yg minta
 mundur . lha para Dirut BUMN terbesar dan strategis kok pada
 minta mundur , lha kayaknya memang rumit ngurusi energi atau
 memang sengaja dibikin rumit , ditambah lagi antar sektoral
 masing masing jalan sendiri sendiri dan dilapangan sering
 bertabrakan spt berita dibawah ini : ( Jkt bakal Gelap . ?
 )



 Ini Alasan Pertamina Tolak Pelabuhan Cilamaya
 Rista Rama Dhany - detikfinance
 Minggu, 17/08/2014 16:43 WIB


 Jakarta -PT Pertamina (Persero) menyatakan menolak proyek
 pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Salah
 satu alasannya adalah proyek ini berpotensi membuat Jakarta
 gelap gulita.
 Kalau Pelabuhan Cilamaya tetap dibangun, maka mengakibatkan
 beberapa anjungan minyak di lepas pantai milik Pertamina Hulu
 Energi harus dipindah. Tentunya akan membuat produksi
 terhenti, kata Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein ditemui
 di anjungan minyak PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, Minggu
 (17/8/2014).
 Terhentinya produksi PHE ONWJ akan mengakibatkan produksi
 minyak turun drastis hingga 43.000 barel per hari. Selain itu,
 pasokan gas ke PT PLN (Persero) untuk dua pembangkit yakni PLTG
 Tanung Priok dan PLTG Muara Karang terhenti. Lalu pasokan gas
 untuk pupuk khususnya ke PT Pupuk Kujang juga terhenti.
 Dari PLN sudah bilang jika gas dari ONWJ terhenti Jakarta
 gelap gulita. Dari Pupuk Kujang, pasti produksi pupuk turun
 drastis yang mengakibatkan petani kekurangan pasokan pupuk.
 Jadi efeknya ke mana-mana, ungkap Husein.
 Ia mengungkapkan, Pertamina sudah menyatakan hal ini ke
 pemerintah. Namun pemerintah tetap ingin membangun. Katanya
 tetap bisa dibangun tanpa harus memindahkan anjungan minyak
 ONWJ, karena ketika ada kapal besar masuk ke Cilamaya akan
 dikawal kapal-kapal kecil sehingga tidak mengenai jaringan pipa
 gas dan minyak di bawah laut, terang Husein.
 Namun bagi Pertamina, hal tersebut tetap menimbulkan risiko
 sangat tinggi, karena jaringan pipa di bawah laut Jawa
 khususnya melintasi perairan ke Pelabuhan Cilamaya sangat
 banyak.
 Di bawah itu banyak sekali pipa gas dan minyak. Arus di bawah
 kuat sekali, apalagi angin pada akhir tahun dan awal tahun
 kencang hingga 20 knot lebih. Kalau kapal besar tersebut
 jangkarnya terkena pipa, bahaya sekali. Lalu angin kencang
 membawa kapal tersebut menabrak anjungan, lebih bahaya lagi.
 Bagi kami risikonya tinggi, makanya kami ingin rencana itu
 ditinjau ulang, jelasnya.






  Koh Ismail,
 
  seharusnya tidak rumit tapi karena banyak yg berkepentingan
  maka
  dibuat rumit... beliau minta mundur tahun lalu karena merasa
  tidak bisa melindungi anak buahnya yg sdh bekerja dgn baik
  dan benar tapi kena dikriminalisasi soal pemeliharaan
  gen-set...
 
  memang salah satu contoh pejabat yang cukup langka di negeri
  ini..
 
 
  salam,
 
  On 8/14/14, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote:
  Sebegitu rumitnya ngurusi Energi kususnya listrik ,
  sehingga
  sampai samapi Boss BUMN besar minta mundur , baru kali ini
  ada
  Dirut BUMN minta mundur biasanya rebutan minta maju...:
  ISM
 
 
  Ancaman Krisis Listrik di Jawa Pada 2016 Sulit Dihindari
  (
 http://finance.detik.com/read/2014/08/13/181031/2661381/1034/ancaman-krisis-listrik-di-jawa-pada-2016-sulit-dihindari
 )
 
  Sindir Bos PLN, Dahlan: Hebat Ya Ada Dirut BUMN Minta Cepat
  DigantiFeby Dwi Sutianto - detikfinance
  Kamis, 14/08/2014 10:23 WIB
 
  Nur Pamudji
  Jakarta -Direktur Utama (Dirut) PT PLN Nur Pamudji kembali
  menjadi sorotan terkait keinginannya segera diganti sebagai
  orang nomor satu di BUMN listrik tersebut. Bagi Menteri
  BUMN
  Dahlan Iskan, permintaan ini menjadi sesuatu yang tak
  biasa.
  Dahlan mengakui jarang sekali menemukan seorang direksi
  BUMN
  yang mendesak untuk segera diganti. Nur Pamudji memang
  sempat
  mengajukan pengunduran diri pada Desember 2013 lalu sebagai
  dirut PLN.
  Hebat ya ada Dirut BUMN yang minta cepat-cepat
  penggantinya,
  kata Dahlan usai rapat pimpinan BUMN di Kantor Pusat
  Jiwasraya,
  Jakarta, Kamis (14/8/2014).
  Nur Pamudji resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN
  (persero) menggantikan Dahlan Iskan yang naik jabatan
  menjadi
  Menteri BUMN, pada 1 November 2011.
  

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-16 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Bandono,

 

Waktu kemaren ketemu di Bandung, Anda nagih jawaban. Maaf terlambat.

 

Angka Elasticity dibawah satu atau bahkan bisa negatif karena yang diukur 
disisini adalah increase in energy consumption dibagi increase in economic 
growth. Contoh seperti Inggris dan Germany, energy consumption negatif namun  
GDP-nya bisa tetap naik. Hal ini memungkinkan karena negara maju bisa 
mengembangkan services tanpa menggunakan banyak energy, seperti bidang Finance, 
Perbankan, Software, Design, dsb. 

 

Elasticity tidak ada hubungan dengan kaya-miskin. Negara miskin bisa mempunyai 
elasticity rendah kalau efficient  dan sebaliknya. Indonesia tidak efficient 
karena di Indonesia Timur dan didaerah-daerah terpencil, PLN masih menggunakan 
generator diesel sebagai pembangkit listrik, yaitu sumber energy yang paling 
mahal. Bahkan disemua kota besar di Indonesia, kantor, hotel, kawasan industri, 
dan kawasan rumah mewah, diperlukan generator diesel stand-by karena PLN sering 
biar-pet. Berarti modal harus keluar untuk membeli generators yang pemakaiannya 
hanya sekali-kali. Selain itu, karena generators stand-by relatif kecil hingga 
efficiency kecil, berarti boros BBM.   

 

Tentang energy nuklir yang Anda tanyakan, memang Indonesia bisa dan mampu 
hingga bisa mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi elasticity untuk jangka 
panjang. Namun setelah kejadian Tsunami, banyak negara akan stop (ump. Germany) 
atau menunda pembangunan tenaga nuclear baru. Jepang secara bertahap akan 
menutup. 

 

Memang pemakaian tenaga nuclear sekarang dalam crossroad, terutama bagi negara 
yang kekurangan energy. Indonesia perlu energy di Jawa, Sumatra, dan Bali, 
semuanya daerah rawan gempa tektonik, rawan gempa   meletusnya Gn. Api beserta 
debunya, dan rawan Tsunami. Dengan risiko demikian tinggi, sebaiknya kita 
menjajagi semua resources option yang tersedia, yang menurut saya masih banyak, 
sebelum mengambil keputusan Go nuclear.  

 

HL Ong   

 

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bandono 
Salim
Sent: Wednesday, August 13, 2014 7:02 PM
To: Iagi
Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Tanya Pak,  yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan energi 
nuklir sebagai pembangkit utamanya?
Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm?
Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah mampu 
ekstraksi bahan utama energi atom
Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir?

Itu saja dulu Pak .
Salam hormat,  bdn.

Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis:

Anggota IAGI yang saya hormati,

 

Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?

 

Bagaimana kita mengukur keborosan energy?

 

Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang 
produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk 
bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.

 

Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  elasticity 
(ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang 
dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa 
diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. 
Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = 
E (energy) / GDP. 

 

Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) 
besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ 
kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya.  

 

Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity 
Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe 
dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. 

 


COUNTRIES

ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY


INDONESIA

cid:image003.png@01CFB773.4D06D8501.84


MALAYSIA

1.69


TAIWAN



WASTE OF ENERGY

 

1.36


THAILAND

1.15


ITALY

1.05


SINGAPORE



ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in 
economic growth

 

0.73


FRANCE

0.47


UNITED STATES

0.25


CANADA

0.17


JAPAN

0.10


UNITED KINGDOM

-0.03


GERMANY

-0.12   (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY)

 

 

Beberapa contoh pemborosan:

1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak 
begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan 
biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih 
murah dari di Jakarta.  

2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil 
tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai 
pengangur. 

3

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-14 Terurut Topik wikanw - wikanwindra...@yahoo.com
Saya berpendapat bahwa tidak dapat digeneralisasi tingkat penggunaan energi 
yang disematkan kepada Indonesia. Tingkat pemborosan energi yang tinggi 
tentunya akan dijumpai di wilayah kota besar yang tidak memiliki sumber daya 
energi sendiri, tetapi tanpa terkendali terus menyedot sumber daya dari daerah 
penghasil energi. Tingkat konsumsi dan pemacuan pembangunan di wilayah 
megapolitan/metropolitan yang melebihi kemampuan daya dukungnya hanyalah sebuah 
cermin kebijakan negara yang tidak pro pemerataan kesejahteraan.

Saya pikir ke depan negara dan pemerintah harus memajukan kebijakan yang lebih 
mengutamakan penggunaan sumber daya alam/energi untuk percepatan pembangunan di 
wilayah yang memiliki sumber energi itu sendiri. Sumber daya alam adalah untuk 
komunitas pemiliknya.

Dengan demikian, aliran sumber daya energi produksi dalam negeri ke 
megapolitan/metropolitan harus dikurangi secara signifikan. Rencana pembangunan 
infrastruktur serta pengolahan dan pemanfaatan energi di daerah luar 
megapolitan/metropolitan harus lebih diutamakan. Sehingga kebutuhan impor bahan 
energi sepenuhnya ditujukan untuk pemenuhan konsumsi di wilayah 
megapolitan/metropolitan, tanpa embel-embel subsidi dari kas APBN. Kalau mau 
subsidi diambil dari PAD (pendapatan asli daerah) masing-masing. Jadi pagu 
untuk biaya modal pembangunan wilayah di luar megapolitan/metropolitan dari 
APBN bisa lebih proporsional dan signifikan.

 Stop segala macam pembangunan MRT, kebijakan mobil murah, subsidi BBM, 
 jaringan listrik interkoneksi di Jawa-Bali, yang hanya membuat aliran sumber 
 daya manusia dan revenue sumber daya alam dari berbagai daerah terkumpul di 
 wilayah megapolitan/metropolitan. Stop juga segala ekspor SDA energi. 
 Komunitas tempat sumber energi berada adalah pemilik previllage pemanfaatan 
 SDA, bukan untuk disetor ke kas negara di pusat dan dikonsumsi wilayah 
 megapolitan/metropolitan.


Desain ke depan bagi aliran dan mobilitas SDM harus mengarah untuk mendukung 
pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di seluruh wilayah Negara Indonesia. 
Kuncinya adalah tersedianya infrastruktur transportasi, pendidikan, dan 
kesehatan yang berkualitas di seluruh wilayah negara agar para tenaga ahli dan 
juga masyarakat umum dapat hidup nyaman di semua wilayah.

Satu hal lagi, wilayah perbatasan harus menjadi wajah Negara dan pusat strategi 
kebijakan komunitas ekonomi regional seperti wilayah Kalimantan, Riau, Sumut, 
Aceh untuk Asean Community dan South China Sea Dispute; sedangkan Sulawesi, 
Maluku, Papua, Nusa Tenggara untuk APEC. Dengan demikian terjadi pemerataan 
center of excellence dari penanganan isu dan peningkatan peran sesuai geografi 
dan geopolitiknya.

Wassalam,
Wikan W

Sent from my iPad

 On 13 Agt 2014, at 22.54, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote:
 
 Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan 
 dengan konsep elasticitynya,  yang disamakan dengan eficiency, untuk 
 menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros energi
  
 Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. 
 Konsunsi energi  per kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih 
 realistis.
  
 Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros 
 dari pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus 
 nyicil dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli 
 asuransi lagi. Orang kaya bisa beli cash dan dapat discount lagi  Lebih-lebih 
 lagi orang miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat dapur terpaksa 
 beli dari tukang kredit dengan bunga  sampai 200% dari harga barangnya, 
 karena terpaksa nyicil, tidak mampu.
  
 Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya 
 silahkan.
  Sudah miskin dianggap boros lagi
 Orang Belanda akan bilang dat is te erg,  zeg, atau orang Sunda mah 
 bilangnya teungteuingeun!
  
 Silahkan
 Hehehe lagi
  
 Wassalam
 RPK
 - Original Message -
 From: Ong Han Ling
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM
 Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
 
 Anggota IAGI yang saya hormati,
  
 Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
 kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
 tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?
  
 Bagaimana kita mengukur keborosan energy?
  
 Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk 
 bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai 
 untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.
  
 Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  
 elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara 
 Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. 
 Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross 
 Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-13 Terurut Topik Ong Han Ling
Anggota IAGI yang saya hormati,

 

Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?

 

Bagaimana kita mengukur keborosan energy?

 

Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang 
produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk 
bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.

 

Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  elasticity 
(ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang 
dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa 
diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. 
Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = 
E (energy) / GDP. 

 

Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) 
besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ 
kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya.  

 

Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity 
Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe 
dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. 

 


COUNTRIES

ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY


INDONESIA

1.84


MALAYSIA

1.69


TAIWAN




WASTE OF ENERGY

  
1.36


THAILAND

1.15


ITALY

1.05


SINGAPORE




ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in 
economic growth

  
0.73


FRANCE

0.47


UNITED STATES

0.25


CANADA

0.17


JAPAN

0.10


UNITED KINGDOM

-0.03


GERMANY

-0.12   (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY)

 

 

Beberapa contoh pemborosan:

1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak 
begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan 
biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih 
murah dari di Jakarta.  

2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil 
tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai 
pengangur. 

3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama 
barang impor.

4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM.   

5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau  disubsidi. 
Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang berhemat. 
Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. Kita 
disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga 
subsidi.  Mana mungkin.

6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana.  

 

Salam,

 

HL Ong

  

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky Dwi 
Putrohari
Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM
To: IAGI
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 


Salah 
https://rovicky.wordpress.com/2014/08/12/salah-satu-kunci-yang-penting-dalam-pemanfaatan-energi-di-indonesia-adalah-menyediakan-transportasi/
  satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah 
menyediakan transportasi.


Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi di 
Indonesia dipakai untuk transportasi.

 https://rovicky.files.wordpress.com/2014/08/energifinal.jpg Image removed by 
sender. EnergiFinal

Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan 
ketahanan energi (sumber BPPT)

Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat dipastikan 
menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan bebas macet, 
mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM.

Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara boros, 
walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di Indonesia 
energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya energi. Untuk 
negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka “Elastisitas 
Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’.

Image removed by sender. gdpvsefisiensiGlobal

Elastisitas vs GDP

Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan 
GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit menggunakan energi. 
Saya kira Indonesia menggunakan energinya masih diutamakan untuk hidup. Masih 
memerlukan banyak energi untuk memulai menggunakan energi dalam berproduksi. 
Jadi ada satu titik dimana bila ditambah supply energi, energi ini akan habis 
terus sampai mencapai titik balik. Nah saya kira Indonesia masih belum mencapai 
titik itu.

:-( “Jadi harusnya kinerjanya diukur pakai apa pakde ?”

:-D “Paling tidak jangan menggunakan tolok ukur negara maju untuk menilai 
kinerja Indonesia yang belum menjadi negara maju. Sediakan dulu energi yang

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-13 Terurut Topik Bandono Salim
Tanya Pak,  yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan
energi nuklir sebagai pembangkit utamanya?
Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm?
Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah
mampu ekstraksi bahan utama energi atom
Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir?

Itu saja dulu Pak .
Salam hormat,  bdn.
Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis:

  Anggota IAGI yang saya hormati,



 Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa
 diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih
 rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita
 boros energy?



 Bagaimana kita mengukur keborosan energy?



 Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk
 bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau
 dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.



 Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya
  elasticity (*ԑ* ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (*ԑ**)* adalah
 ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi
 Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu
 adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb.
 maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (*ԑ* ) = E (energy) / GDP.



 Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (
 *ԑ**)* besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP
 besar, *ԑ* kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian
 energy-nya.



 Bersama adalah daftar elasticity (*ԑ*) )dari berbagai Negara. Elasticity
 Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe
 dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif.



 *COUNTRIES*

 *ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY*

 INDONESIA

 1.84

 MALAYSIA

 1.69

 TAIWAN

  WASTE OF ENERGY
   1.36

 THAILAND

 1.15

 ITALY

 1.05

 SINGAPORE

  ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is
 increase in economic growth
   0.73

 FRANCE

 0.47

 UNITED STATES

 0.25

 CANADA

 0.17

 JAPAN

 0.10

 UNITED KINGDOM

 -0.03

 GERMANY

 -0.12   (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY)





 Beberapa contoh pemborosan:

 1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif
 tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet
 dan dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang
 Rp. 15,000 lebih murah dari di Jakarta.

 2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik
 tekstil tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan
 dianggap sebagai pengangur.

 3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif,
 terutama barang impor.

 4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM.

 5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau
 disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga
 orang berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita
 kebalikan. Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih
 murah dari harga subsidi.  Mana mungkin.

 6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana.



 Salam,



 HL Ong





 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *Rovicky
 Dwi Putrohari
 *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM
 *To:* IAGI
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN


  Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia
 adalah menyediakan transportasi.
 https://rovicky.wordpress.com/2014/08/12/salah-satu-kunci-yang-penting-dalam-pemanfaatan-energi-di-indonesia-adalah-menyediakan-transportasi/

 Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30%
 energi di Indonesia dipakai untuk transportasi.

 [image: Image removed by sender. EnergiFinal]
 https://rovicky.files.wordpress.com/2014/08/energifinal.jpg

 Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan
 ketahanan energi (sumber BPPT)

 Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat
 dipastikan menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan
 bebas macet, mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM.

 Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara
 boros, walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di
 Indonesia energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya
 energi. Untuk negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka
 “Elastisitas Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’.

 [image: Image removed by sender. gdpvsefisiensiGlobal]

 Elastisitas vs GDP

 Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan
 GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-13 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan yang 
disamakan dengan eficiency, untuk menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros 
energi
 Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. 
Konsunsi perf kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih realistis.

Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros dari 
pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus nyicil 
dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli asuransi 
lagi. Lebih-lebih lagi orang miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat 
dapur terpaksa beli dari tukang kredit dengan bunga sampai 200% dari harga 
barangnya, karena terpaksa nyicil, tidak mampu.

Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya 
silahkan.
 Sudah miskin dianggap boros lagiT
Orang Belanda bilang dat is te erg zeg, atau orang Sunda mah bilangnya 
teungteuingeun! 

Silahkan 
Hehehe lagi
Wassalam
RPK
  - Original Message - 
  From: Ong Han Ling 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM
  Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN


  Anggota IAGI yang saya hormati,

   

  Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?

   

  Bagaimana kita mengukur keborosan energy?

   

  Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk 
bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai 
untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.

   

  Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  
elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara 
Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. 
Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross 
Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan 
sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. 

   

  Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) 
besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ 
kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya.  

   

  Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity 
Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe 
dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. 

   

COUNTRIES
   ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY
   
INDONESIA
   1.84
   
MALAYSIA
   1.69
   
TAIWAN
   WASTE OF ENERGY
   

1.36
   
THAILAND
   1.15
   
ITALY
   1.05
   
SINGAPORE
   ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is 
increase in economic growth
   

0.73
   
FRANCE
   0.47
   
UNITED STATES
   0.25
   
CANADA
   0.17
   
JAPAN
   0.10
   
UNITED KINGDOM
   -0.03
   
GERMANY
   -0.12   (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY)
   

   

   

  Beberapa contoh pemborosan:

  1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif 
tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan 
dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 
15,000 lebih murah dari di Jakarta.  

  2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil 
tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai 
pengangur. 

  3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama 
barang impor.

  4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM.   

  5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau  
disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang 
berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. 
Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga 
subsidi.  Mana mungkin.

  6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana.  

   

  Salam,

   

  HL Ong



   

  From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky 
Dwi Putrohari
  Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM
  To: IAGI
  Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

   

  Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah 
menyediakan transportasi.
  Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi 
di Indonesia dipakai untuk transportasi.



  Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan 
ketahanan energi (sumber

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-13 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan 
dengan konsep elasticitynya,  yang disamakan dengan eficiency, untuk 
menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros energi

Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. Konsunsi 
energi  per kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih realistis.

Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros dari 
pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus nyicil 
dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli asuransi 
lagi. Orang kaya bisa beli cash dan dapat discount lagi  Lebih-lebih lagi orang 
miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat dapur terpaksa beli dari 
tukang kredit dengan bunga sampai 200% dari harga barangnya, karena terpaksa 
nyicil, tidak mampu.

Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya 
silahkan.
 Sudah miskin dianggap boros lagi
Orang Belanda akan bilang dat is te erg,  zeg, atau orang Sunda mah bilangnya 
teungteuingeun! 

Silahkan 
Hehehe lagi

Wassalam
RPK
  - Original Message - 
  From: Ong Han Ling 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM
  Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN


  Anggota IAGI yang saya hormati,

   

  Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara 
kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga 
tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy?

   

  Bagaimana kita mengukur keborosan energy?

   

  Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk 
bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai 
untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak.

   

  Keborosan atau kehamburan  energy Negara dapat diukur dari besarnya  
elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara 
Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. 
Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross 
Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan 
sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. 

   

  Jadi kalau Energy yang dipakai  besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) 
besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ 
kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya.  

   

  Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity 
Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe 
dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. 

   

COUNTRIES
   ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY
   
INDONESIA
   1.84
   
MALAYSIA
   1.69
   
TAIWAN
   WASTE OF ENERGY
   

1.36
   
THAILAND
   1.15
   
ITALY
   1.05
   
SINGAPORE
   ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is 
increase in economic growth
   

0.73
   
FRANCE
   0.47
   
UNITED STATES
   0.25
   
CANADA
   0.17
   
JAPAN
   0.10
   
UNITED KINGDOM
   -0.03
   
GERMANY
   -0.12   (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY)
   

   

   

  Beberapa contoh pemborosan:

  1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif 
tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan 
dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 
15,000 lebih murah dari di Jakarta.  

  2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil 
tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai 
pengangur. 

  3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama 
barang impor.

  4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM.   

  5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau  
disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang 
berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. 
Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga 
subsidi.  Mana mungkin.

  6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana.  

   

  Salam,

   

  HL Ong



   

  From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky 
Dwi Putrohari
  Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM
  To: IAGI
  Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

   

  Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah 
menyediakan transportasi.
  Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi 
di Indonesia dipakai untuk transportasi

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-13 Terurut Topik liamsi
Sebegitu rumitnya ngurusi Energi kususnya listrik , sehingga
sampai samapi Boss BUMN besar minta mundur , baru kali ini ada
Dirut BUMN minta mundur biasanya rebutan minta maju...:
ISM


Ancaman Krisis Listrik di Jawa Pada 2016 Sulit Dihindari
(http://finance.detik.com/read/2014/08/13/181031/2661381/1034/ancaman-krisis-listrik-di-jawa-pada-2016-sulit-dihindari)


Sindir Bos PLN, Dahlan: Hebat Ya Ada Dirut BUMN Minta Cepat
DigantiFeby Dwi Sutianto - detikfinance
Kamis, 14/08/2014 10:23 WIB

Nur Pamudji
Jakarta -Direktur Utama (Dirut) PT PLN Nur Pamudji kembali
menjadi sorotan terkait keinginannya segera diganti sebagai
orang nomor satu di BUMN listrik tersebut. Bagi Menteri BUMN
Dahlan Iskan, permintaan ini menjadi sesuatu yang tak biasa.
Dahlan mengakui jarang sekali menemukan seorang direksi BUMN
yang mendesak untuk segera diganti. Nur Pamudji memang sempat
mengajukan pengunduran diri pada Desember 2013 lalu sebagai
dirut PLN.
Hebat ya ada Dirut BUMN yang minta cepat-cepat penggantinya,
kata Dahlan usai rapat pimpinan BUMN di Kantor Pusat Jiwasraya,
Jakarta, Kamis (14/8/2014).
Nur Pamudji resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN
(persero) menggantikan Dahlan Iskan yang naik jabatan menjadi
Menteri BUMN, pada 1 November 2011.
Pelantikan Nur Pamudji sebagai Dirut PLN dilakukan di Gardu
Induk Karet Tengsin, Jakarta, Selasa (1/11/2011). Hadir pada
waktu itu tersebut Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri ESDM
Jero Wacik.
Nur Pamudji bergabung dengan PLN tahun 1985 sebagai Enjinir
Sistem Operasi Pembangkit (1985-2001). Ia meraih gelar Sarjana
Teknik Elektrik dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia di
tahun 1985, kemudian melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana
Fakultas Teknik University of New South Wales, Australia pada
1995 dan and Master of Public Management dari National
University of Singapore di 2003.
Pejabat yang dikenal low profile ini menjabat sebagai Direktur
Energi Primer sejak Desember 2009. Sebelumnya, Nur Pamudji
adalah General Manager PLN P3B Jawa-Bali pada April 2008. Pria
berkacamata itu juga pernah menjabat sebagai Manajer Sistem
Operasi Pembangkit Jawa-Bali (2005-2008) dan Manajer Transmisi
untuk Area Sulawesi Selatan (2001-2002). Sepanjang tahun 2004
sampai 2005, ia memimpin Tim pengembangan Sistem Kompetensi SDM
PLN.



___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id



Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.



Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per 
kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak 
punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, 
Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber 
energi dunia
Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, 
Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi 
sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah 
pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi 
hemat energi.
Itu paradox-nya hehehe
RPK


  - Original Message - 
  From: E.Bawa Santosa 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
  Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN


  Yth : Pak Koesuma,

   

  Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka 
dengan joke pak RPK ini).  

  Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif 
mengenai terminologi SDA melimpah.

   

  He..he..he.., kalaupun memang melimpah kemudian akan ada kecenderungan 
penghamburan energi

   

  Salam

  EBS

   

  From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
koeso...@melsa.net.id
  Sent: 12 Agustus 2014 9:19
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

   

  Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi 
dong. Selesai dan tamatlah IAGI
  Hehe
  RPK

  Powered by Telkomsel BlackBerry®


--

  From: E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id 

  Sender: iagi-net@iagi.or.id 

  Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

  To: iagi-net@iagi.or.id

  ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

  Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

   

  Pak Yanto, apa kabar ??

   

  BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA 
kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan 
bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) 
untuk masa depan bangsa Indonesia.

   

  Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana 
pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon 
anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat 
berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) 
dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan 
dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan 
terbukti,...dll).  

  Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!

   

  Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa 
lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia 
secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada 
pemerintah (pengambil kebijakan).  

   

  IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi dan 
pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. 

  Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa 
datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi

   

  Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi 
Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)

   

  Salam IAGI,

  E. Bawa Santosa

   

  From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
R.P.Koesoemadinata
  Sent: 12 Agustus 2014 7:08
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

   

  Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu 
dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

  Heheh

  RPK

   

- Original Message - 

From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com 

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Pak Ong ysh

 

Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya 
pernah bertemu mukadengan beliau ,

Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih 
membuat pernyataan yang sama .

Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 

Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 

si AbahYRS

 

 

 

On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg 
wrote:

 

Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 
Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui 
salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik liamsi
Terjadi Perubahan atau tidak pada Pemerintahan yg baru nanti ,
itu Tergantung Menteri ESDM nya,
Yg jelas kalau Ktb jadi Menterinya ESDM  dipastikan ada terjadi
Perubahan...
Ism



 Pemerintah dalam menjalankan program-program perminyakan dan
 pertambangan bukan berdasarkan energy policy dan mining
 policy, tetapi lebih terkait dengan political
 policy/political decision. DEN-pun sudah terkooptasi oleh
 lingkungan politik, sehingga yang biasa merdeka ngomong
 menjadi kurang merdeka dalam lingkungan itu. Tidak tahu
 apakah dalam pemerintahan baru nanti akan terjadi perubahan
 

 2014-08-09 11:15 GMT+07:00 Ong Han Ling
 wim...@singnet.com.sg:

  Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya
 Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar
 membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan
 meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan
 menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang
 energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam
 debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga
 mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil
 negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi
 $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata
 besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga
 $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma
 $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja
 mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari
 Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah
 harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data
 salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan
 berakibat kekeliruan dalam energy policy.



 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah
 impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.



 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting
 keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa
 gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas
 yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang
 mana?).



 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan
 investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa,
 beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum
 ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan
 investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan
 policy makers, tidak bisa membedakan antara resources,
 potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan
 dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas.



 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna
 dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering
 dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa
 dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
 memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah
 pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa
 lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun
 lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
 yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah
 lama di peti-eskan.



 Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG
 INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah.
 INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan
 INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai
 dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final
 Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID
 adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau
 tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA
 dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun
 membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna,
 kelambatan bisa menyebabkan  proyek dibatalkan dan
 dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar
 jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG
 dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan
 masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu



 Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia
 masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil
 kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk
 mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG)
 dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG
 untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG
 dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah
 dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar
 lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang
 bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat
 ini (Ong, 12/2013, SPE).



 Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar
 $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa
 dipakai PLN Muara Karang, LNG harus dikembalikan ke gas
 lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang
 terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing
 adalah perusahaan swasta yang perlu mengambil 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah
menyediakan transportasi.
https://rovicky.wordpress.com/2014/08/12/salah-satu-kunci-yang-penting-dalam-pemanfaatan-energi-di-indonesia-adalah-menyediakan-transportasi/

Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi
di Indonesia dipakai untuk transportasi.
[image: EnergiFinal]
https://rovicky.files.wordpress.com/2014/08/energifinal.jpg

Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan
ketahanan energi (sumber BPPT)

Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat
dipastikan menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan
bebas macet, mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM.

Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara
boros, walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di
Indonesia energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya
energi. Untuk negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka
“Elastisitas Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’.
[image: gdpvsefisiensiGlobal]

Elastisitas vs GDP

Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan
GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit menggunakan
energi. Saya kira Indonesia menggunakan energinya masih diutamakan untuk
hidup. Masih memerlukan banyak energi untuk memulai menggunakan energi
dalam berproduksi. Jadi ada satu titik dimana bila ditambah supply energi,
energi ini akan habis terus sampai mencapai titik balik. Nah saya kira
Indonesia masih belum mencapai titik itu.

* :-( “Jadi harusnya kinerjanya diukur pakai apa pakde ?”*

* :-D “Paling tidak jangan menggunakan tolok ukur negara maju untuk menilai
kinerja Indonesia yang belum menjadi negara maju. Sediakan dulu energi yang
CUKUP untuk rakyat, kemudian kita lihat kinerjanya”.*

Plot ini menunjukkan bahwa penggunaan parameter elastisitas energi ini
cocok untuk negara-negara maju (high GDP). dimana semakin banyak energi yg
dimasukkan akan semakin tinggi produktifitasnya. Sedangkan untuk
negara-negara Low GDP, penggunaan parameter elastisitas energi justru akan
menghambat kemajuan.

Perlu dipikirkan, walau dikatakan bahwa Indonesia yang masih *low
productivity* dan* low eficiency* masih harus *dibanjiri* energi supaya
Indonesia mampu berproduksi lebih efisien, kalau melihat konerja negara
maju. Memang harus melampaui *titik jenuh energi*. Nah ini tentusaja perlu
kebaranian dan perlu usaha dalam mengisi, atau menggelontori energi
sebanyak mungkin. Malaysia walaupun memiliki GDP lebih dari Indonesia
tetapi perkapita mereka memerlukan energi lebih besar dari Indonesia.

Sebenernya ada pertanyaan yg sangat tepat. *“Kenapa jumlah ahli kebumian
(eksplorasi) bertambah tetapi produksi migas turun terus ?”*

Kalau saja produksi energi “*dinaikkan dan dipergunakan di dalam negeri*”
barangkali Indonesia akan melewati titik jenuh, dimana ini perlu
‘keberanian’ karena akan melewati titik kritis dimana menjadi negara dengan
energi perkapita meningkat tetapi jumlah energi perkapita melampaui titik
kritis.

*)* Note: Elastisitas energi atau elasticity “ε” merupakan perbandingan
antara banyaknya energi yang dipakai dibandingkan dengan besarnya GDP
(kemajuan ekonomi suatu negara).*

--
Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.


2014-08-12 13:07 GMT+07:00 R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id:

  Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi
 per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur
 tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan
 Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3
 dari sumber energi dunia
 Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa,
 Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake
 BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros.
 Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak
 usah disuruh -suruh lagi hemat energi.
 Itu paradox-nya hehehe
 RPK



 - Original Message -
 *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
 *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

  Yth : Pak Koesuma,



 Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
 suka dengan joke pak RPK ini).

 Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan
 kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”.



 He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan
 “penghamburan” energi



 Salam

 EBS



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 koeso...@melsa.net.id
 *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik Bandono Salim
Memang begitu Pak, sesuai dengan hukum lingkungan.
Negara ini termasuk pemasok energi bagi negara maju.
Penggunaan dlm negeri kecil, tetapi sumbangan ke negeri maju luarbiasa.
,Begitu juga bagi penguasa dan pengusaha. Mereka disumbang oleh buruh dan
yang pakai listrik cukup 450 watt sambil kepanasan dan keringatan.
Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita,  bukan untuk
negara lain.
Caranya?  Kita pikir bersama; kerja baik dan benar;  jangan rakus.
Salam.
Pada 12 Agt 2014 13:07, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id
menulis:

  Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi
 per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur
 tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan
 Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3
 dari sumber energi dunia
 Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa,
 Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake
 BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros.
 Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak
 usah disuruh -suruh lagi hemat energi.
 Itu paradox-nya hehehe
 RPK



 - Original Message -
 *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
 *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

  Yth : Pak Koesuma,



 Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
 suka dengan joke pak RPK ini).

 Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan
 kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”.



 He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan
 “penghamburan” energi



 Salam

 EBS



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 koeso...@melsa.net.id
 *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI
 Hehe
 RPK

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id

 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
 kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
 bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
 mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!



 Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
 lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
 Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
 kepada pemerintah (pengambil kebijakan).



 IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
 dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

 Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
 datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi



 Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
 Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)



 Salam IAGI,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 R.P.Koesoemadinata
 *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
 dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

 Heheh

 RPK



  - Original Message -

 *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com

 *To:* iagi-net@iagi.or.id

 *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Ong ysh



 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,

 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .

 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?



 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.



 si AbahYRS







 On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik liamsi
Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita,  bukan untuk negara 
lain.
Caranya?  Kita pikir bersama

=  =  =  = 


Kekayaan Alam sesuai UUD Dikuasai Negara dan digunakan  sebesar besarnya untuk 
kemakmuran Rakyatnya , Bagaimana mengaplikasikan arti Dikuasai oleh Negara ini 
? Apakah sekarang ini kekayaan alam sdh dikuasai oleh Negara . 

Kalau Menguasai berarti  tidak kesulitan untuk mendapatkannya { terjamin 
ketersediaannya }

Silahkan dipikir 

Ism


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 12 Aug 2014 17:53:27 
To: Iagiiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Memang begitu Pak, sesuai dengan hukum lingkungan.
Negara ini termasuk pemasok energi bagi negara maju.
Penggunaan dlm negeri kecil, tetapi sumbangan ke negeri maju luarbiasa.
,Begitu juga bagi penguasa dan pengusaha. Mereka disumbang oleh buruh dan
yang pakai listrik cukup 450 watt sambil kepanasan dan keringatan.
Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita,  bukan untuk
negara lain.
Caranya?  Kita pikir bersama; kerja baik dan benar;  jangan rakus.
Salam.
Pada 12 Agt 2014 13:07, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id
menulis:

  Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi
 per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur
 tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan
 Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3
 dari sumber energi dunia
 Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa,
 Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake
 BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros.
 Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak
 usah disuruh -suruh lagi hemat energi.
 Itu paradox-nya hehehe
 RPK



 - Original Message -
 *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
 *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

  Yth : Pak Koesuma,



 Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
 suka dengan joke pak RPK ini).

 Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan
 kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”.



 He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan
 “penghamburan” energi



 Salam

 EBS



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 koeso...@melsa.net.id
 *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI
 Hehe
 RPK

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id

 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
 kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
 bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
 mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!



 Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
 lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
 Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
 kepada pemerintah (pengambil kebijakan).



 IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
 dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

 Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
 datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi



 Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
 Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)



 Salam IAGI,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 R.P.Koesoemadinata
 *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
 dengan mebuat policy

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik Bandono Salim
Koh Liam, kita kan punya ahli dari juru bor sampe professor geologi;, dari
teller sampai proff ekonomi; dari insinyur sampai proff peneliti dan
praktisi; masing masing punya perserikatan tenaga ahli; ee ahli hukum
sampai ahli agama;
Saking ahlinya jadi hanya berdebat tentang ilmu masing masing dan lupa
siapa yang harus diurus mnrt UUD.
Sekali waktu para top ahli ini dikumpulkan untuk bicara dan praktek ngurus
rakyat gimana ya. Hehe tentunya tidak melupakan ahli strategi dan sosial.
Praktek lah kepelosok negri masing buat kesimpulan berdasar keilmuannya dan
serahkan pada pengusaha yang tidak rakus untuk membuat langkah maju hehehe
tentunya bersama presiden yang juga tidak hawek beserta stafnya.
Gitu dibuat kesimpulan pendek jalankan .
Hehe rencana jangka panjang dan menengah sdh ada jangka pendek disusun
melihat kondisi negara ini;  untuk tidak jadi pelayan pemberi pinjaman dan
negara kaya. Mau? Mari silahkan.
Pada 12 Agt 2014 19:07, lia...@indo.net.id menulis:

 Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita,  bukan untuk
 negara lain.
 Caranya?  Kita pikir bersama

 = = = =


 Kekayaan Alam sesuai UUD Dikuasai Negara dan digunakan sebesar besarnya
 untuk kemakmuran Rakyatnya , Bagaimana mengaplikasikan arti Dikuasai oleh
 Negara ini ? Apakah sekarang ini kekayaan alam sdh dikuasai oleh Negara .

 Kalau Menguasai berarti tidak kesulitan untuk mendapatkannya { terjamin
 ketersediaannya }

 Silahkan dipikir

 Ism

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Bandono Salim bandon...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 17:53:27 +0700
 *To: *Iagiiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 Memang begitu Pak, sesuai dengan hukum lingkungan.
 Negara ini termasuk pemasok energi bagi negara maju.
 Penggunaan dlm negeri kecil, tetapi sumbangan ke negeri maju luarbiasa.
 ,Begitu juga bagi penguasa dan pengusaha. Mereka disumbang oleh buruh dan
 yang pakai listrik cukup 450 watt sambil kepanasan dan keringatan.
 Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita,  bukan untuk
 negara lain.
 Caranya?  Kita pikir bersama; kerja baik dan benar;  jangan rakus.
 Salam.
 Pada 12 Agt 2014 13:07, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id
 menulis:

  Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi
 per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur
 tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan
 Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3
 dari sumber energi dunia
 Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa,
 Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake
 BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros.
 Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak
 usah disuruh -suruh lagi hemat energi.
 Itu paradox-nya hehehe
 RPK



 - Original Message -
 *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
 *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

  Yth : Pak Koesuma,



 Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
 suka dengan joke pak RPK ini).

 Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan
 kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”.



 He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan
 “penghamburan” energi



 Salam

 EBS



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 koeso...@melsa.net.id
 *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI
 Hehe
 RPK

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id

 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa
 SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan
 membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi
 bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik Dandy Hidayat
Setuju pak Koesoemadinata.

Kawan saya dari negri jiran pernah berkata kelemahan Indonesia adalah
jumlah penduduknya yang terlalu banyak nomor 5 didunia setelah China India
Amrika dan Rusia. (Kalau nggak salah).

Jumlah penduduk kami hanya 1/10 indonesia. Dengan luas daratan 1/4 dari
luas daratan Indonesia.

Sumber daya yang kalian miliki.harus dibagi 250juta orang kami hanya 25
juta orang. Di oman jumlah penduduknya hanya 2.5 juta tapi sumber dayanya
sama dengan indonesia(produksi migasnya).

Ya bener juga ya ..


On Tuesday, August 12, 2014, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id
wrote:

  Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi
 per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur
 tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan
 Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3
 dari sumber energi dunia
 Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa,
 Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake
 BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros.
 Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak
 usah disuruh -suruh lagi hemat energi.
 Itu paradox-nya hehehe
 RPK



 - Original Message -
 *From:* E.Bawa Santosa javascript:_e(%7B%7D,'cvml','eba...@cbn.net.id');
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');
 *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM
 *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

  Yth : Pak Koesuma,



 Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
 suka dengan joke pak RPK ini).

 Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan
 kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”.



 He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan
 “penghamburan” energi



 Salam

 EBS



 *From:* iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); [mailto:
 iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');]
 *On Behalf Of *koeso...@melsa.net.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','koeso...@melsa.net.id');
 *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI
 Hehe
 RPK

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','eba...@cbn.net.id');

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');

 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');

 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
 kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
 bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
 mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!



 Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
 lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
 Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
 kepada pemerintah (pengambil kebijakan).



 IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
 dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

 Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
 datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi



 Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
 Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)



 Salam IAGI,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); [mailto:
 iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');]
 *On Behalf Of *R.P.Koesoemadinata
 *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
 dengan mebuat policy sehingga

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2014-08-13 4:56 GMT+07:00 Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com:

 Kawan saya dari negri jiran pernah berkata kelemahan Indonesia adalah
 jumlah penduduknya yang terlalu banyak nomor 5 didunia setelah China India
 Amrika dan Rusia. (Kalau nggak salah).


Jumlah penduduk apabila penduduknya berkualitas (rajin dan kompeten
pendidikannya) justru akan menjadi kekuatan yang tidak akan dimiliki bangsa
lain.
Demografi bonus yang sering saya sitir sebagai suatu kondisi *one time in
life* merupakan satu kekuatan besar bila diisi oleh tenaga-tenaga kerja
yang handal seperti Mas Dandy ini. Kelemahannya terjadi ketika adanya
ketidak mampuan memberikan tiga hal utama yaitu *Bahan Baku, Bahan Bakar
dan Bahan Pangan. *Dua bahan ini yang secara khusus ditangani oleh ahli
geologi (*Ekstraksi*). Serta *lingkungan *yang *nyaman dan aman.* Ini juga
jelas tugas ahli kebumian menyediakannya (*Mitigasi *dan *Konservasi*).

Jadi merupakan 2/3 dari masalah diatas ditanggung juga oleh seorang ahli
geologi untuk memanfaatkan kekuatan jumlah penduduk ini..

Sekali lagi saya ulangi demografi bonus ini akan (sudah mulai terjadi
dibeberapa kota), yaitu kondisi demografi dimana proporsi jumlah penduduk
usia kerja (usia 15-64) berada diatas 50%. Lebih banyak orang bekerja
ketimbang yang tidak bekerja. POTENSI ini dikenal sebagai demografi bonus
atau demografi deviden yang merupakan modal dasar untuk BEKERJA.

Jadi jumlah penduduk yang tinggi bukan sebuah kelemahan tetapi POTENSI yang
harus dimanfaatkan.

Salam

RDP
[image: http://rovicky.files.wordpress.com/2014/06/bonusdemografi1.jpg]


Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik liamsi
Bonus Demografi yg berupa SDM yg banyak dan handal , ditambah
dg SDA yg melimpah , namun kalau Tidak ada Modal duit  juga tdk
bisa digerakan,Saat ini pertumbuhan mobil motor meningkat terus , satu tahun
kira kira mobil nambah 1 juta dan motor sampai 7 juta makanya
lebaran kemarin macetnya sdh tidak ketulungan , kalau rata 
mobil perlu 5 liter BBM per hari  dan motor 1 liter BBM maka
akan ada penambahan kebutuhan BBM perhari kira kira 70 ribu
barel lebh, coba  bandingkan dg pertumbuhan produksi minyak
saat ini ,Kompas pagi ini memeberitakan bahwa subsidi energi akan
mendekati 450 T atau 40 Milyar dollar lebih. disisi lain
investasi untuk migas pertahun kira kira 25- 30 M$, ini artinya
kalau subsidi dikurangi 50 % saja dan diinvestasikan ke migas ,
maka semua SDA migas kita kelola sendiri dan kita kuasai penuh
, tanpa harus ada invesatasi dari luar
Karepe Mbilung


Ism






 Jumlah penduduk apabila penduduknya berkualitas (rajin dan
 kompeten pendidikannya) justru akan menjadi kekuatan yang
 tidak akan dimiliki bangsa lain.
 Demografi bonus yang sering saya sitir sebagai suatu kondisi
 *one time in life* merupakan satu kekuatan besar bila
 diisi oleh tenaga-tenaga kerja yang handal seperti Mas Dandy
 ini. Kelemahannya terjadi ketika adanya ketidak mampuan
 memberikan tiga hal utama yaitu *Bahan Baku, Bahan Bakar
 dan Bahan Pangan. *Dua bahan ini yang secara khusus
 ditangani oleh ahli geologi (*Ekstraksi*). Serta *lingkungan
 *yang *nyaman dan aman.* Ini juga jelas tugas ahli kebumian
 menyediakannya (*Mitigasi *dan *Konservasi*).

 Jadi merupakan 2/3 dari masalah diatas ditanggung juga oleh
 seorang ahli geologi untuk memanfaatkan kekuatan jumlah
 penduduk ini..

 Sekali lagi saya ulangi demografi bonus ini akan (sudah
 mulai terjadi dibeberapa kota), yaitu kondisi demografi
 dimana proporsi jumlah penduduk usia kerja (usia 15-64)
 berada diatas 50%. Lebih banyak orang bekerja ketimbang yang
 tidak bekerja. POTENSI ini dikenal sebagai demografi bonus
 atau demografi deviden yang merupakan modal dasar untuk
 BEKERJA.

 Jadi jumlah penduduk yang tinggi bukan sebuah kelemahan
 tetapi POTENSI yang harus dimanfaatkan.

 Salam



___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id



Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.



Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-12 Terurut Topik Bandono Salim
Laapor ke presiden
Bilang ndak perlu jualan migas pake sendiri saja. Hemat dan ekonomis.
Salam. bdn.
Pada 13 Agt 2014 08:58, lia...@indo.net.id menulis:

 Bonus Demografi yg berupa SDM yg banyak dan handal , ditambah
 dg SDA yg melimpah , namun kalau Tidak ada Modal duit  juga tdk
 bisa digerakan,Saat ini pertumbuhan mobil motor meningkat terus , satu
 tahun
 kira kira mobil nambah 1 juta dan motor sampai 7 juta makanya
 lebaran kemarin macetnya sdh tidak ketulungan , kalau rata
 mobil perlu 5 liter BBM per hari  dan motor 1 liter BBM maka
 akan ada penambahan kebutuhan BBM perhari kira kira 70 ribu
 barel lebh, coba  bandingkan dg pertumbuhan produksi minyak
 saat ini ,Kompas pagi ini memeberitakan bahwa subsidi energi akan
 mendekati 450 T atau 40 Milyar dollar lebih. disisi lain
 investasi untuk migas pertahun kira kira 25- 30 M$, ini artinya
 kalau subsidi dikurangi 50 % saja dan diinvestasikan ke migas ,
 maka semua SDA migas kita kelola sendiri dan kita kuasai penuh
 , tanpa harus ada invesatasi dari luar
 Karepe Mbilung


 Ism






  Jumlah penduduk apabila penduduknya berkualitas (rajin dan
  kompeten pendidikannya) justru akan menjadi kekuatan yang
  tidak akan dimiliki bangsa lain.
  Demografi bonus yang sering saya sitir sebagai suatu kondisi
  *one time in life* merupakan satu kekuatan besar bila
  diisi oleh tenaga-tenaga kerja yang handal seperti Mas Dandy
  ini. Kelemahannya terjadi ketika adanya ketidak mampuan
  memberikan tiga hal utama yaitu *Bahan Baku, Bahan Bakar
  dan Bahan Pangan. *Dua bahan ini yang secara khusus
  ditangani oleh ahli geologi (*Ekstraksi*). Serta *lingkungan
  *yang *nyaman dan aman.* Ini juga jelas tugas ahli kebumian
  menyediakannya (*Mitigasi *dan *Konservasi*).
 
  Jadi merupakan 2/3 dari masalah diatas ditanggung juga oleh
  seorang ahli geologi untuk memanfaatkan kekuatan jumlah
  penduduk ini..
 
  Sekali lagi saya ulangi demografi bonus ini akan (sudah
  mulai terjadi dibeberapa kota), yaitu kondisi demografi
  dimana proporsi jumlah penduduk usia kerja (usia 15-64)
  berada diatas 50%. Lebih banyak orang bekerja ketimbang yang
  tidak bekerja. POTENSI ini dikenal sebagai demografi bonus
  atau demografi deviden yang merupakan modal dasar untuk
  BEKERJA.
 
  Jadi jumlah penduduk yang tinggi bukan sebuah kelemahan
  tetapi POTENSI yang harus dimanfaatkan.
 
  Salam



 ___
 indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id


 
 Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
 JAKARTA,15-18 September 2014
 
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
 
 Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 
 Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
 Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
 
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
 In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
 limited
 to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
 from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
 the use of
 any information posted on IAGI mailing list.
 



Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu 
dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!
Heheh
RPK

  - Original Message - 
  From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM
  Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN


  Pak Ong ysh


  Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
  Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya pernah 
bertemu mukadengan beliau ,
  Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih 
membuat pernyataan yang sama .
  Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?


  Lainya saya sependapat dengan pak Ong.


  si AbahYRS







  On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg 
wrote:




  Teman2 IAGI,

  Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

  Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

  Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui 
salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk 
policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi 
besar sekali.

  Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon 
Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa 
Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi 
$12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta 
Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau 
cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN 
Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira 
$11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

  Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak 
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy.  

  Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke 
Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

  Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat 
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan 
bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). 

  Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan 
memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan 
associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata 
bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, 
tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan 
possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. 

  Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan 
hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 
2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga 
memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun 
dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia 
Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang 
lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan.

  Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang 
produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 
bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai 
dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) 
baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek 
diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan 
Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela 
dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan  proyek dibatalkan 
dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin 
dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan 
dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu

  Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, 
menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar 
Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) 
dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit 
listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, 
Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar 
lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi 
terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). 

  Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke 
Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik E.Bawa Santosa
Pak Yanto, apa kabar ??

 

BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.

 

Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana
pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan
calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang
sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral
lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak
menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga,
cadangan terbukti,...dll).  

Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!

 

Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia
secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada
pemerintah (pengambil kebijakan).  

 

IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi
dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi

 

Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)

 

Salam IAGI,

E. Bawa Santosa

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
R.P.Koesoemadinata
Sent: 12 Agustus 2014 7:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

Heheh

RPK

 

- Original Message - 

From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com mailto:yrs_...@yahoo.com  

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Pak Ong ysh

 

Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya pernah
bertemu mukadengan beliau ,

Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
membuat pernyataan yang sama .

Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 

Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 

si AbahYRS

 

 

 

On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
wrote:

 

Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi
besar sekali.

 

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa
Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi
$12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta
Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah,
kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat
PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira
$11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

 

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
policy.  

 

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert
pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang
mana?). 

 

Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable
dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat
berlimpah gas. 

 

Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun
2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun
dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik koesoema
Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. 
Selesai dan tamatlah IAGI
Hehe
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Pak Yanto, apa kabar ??

 

BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.

 

Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana
pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan
calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang
sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral
lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak
menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga,
cadangan terbukti,...dll).  

Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!

 

Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia
secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada
pemerintah (pengambil kebijakan).  

 

IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi
dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi

 

Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)

 

Salam IAGI,

E. Bawa Santosa

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
R.P.Koesoemadinata
Sent: 12 Agustus 2014 7:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

Heheh

RPK

 

- Original Message - 

From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com mailto:yrs_...@yahoo.com  

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Pak Ong ysh

 

Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya pernah
bertemu mukadengan beliau ,

Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
membuat pernyataan yang sama .

Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 

Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 

si AbahYRS

 

 

 

On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
wrote:

 

Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi
besar sekali.

 

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa
Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi
$12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta
Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah,
kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat
PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira
$11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

 

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
policy.  

 

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert
pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang
mana?). 

 

Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable
dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat
berlimpah gas. 

 

Demi memberi kesan gas masih banyak

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik E.Bawa Santosa
Yth : Pak Koesuma,

 

Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
suka dengan joke pak RPK ini).  

Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif
mengenai terminologi SDA melimpah.

 

He..he..he.., kalaupun memang melimpah kemudian akan ada kecenderungan
penghamburan energi

 

Salam

EBS

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
koeso...@melsa.net.id
Sent: 12 Agustus 2014 9:19
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
dong. Selesai dan tamatlah IAGI
Hehe
RPK

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Pak Yanto, apa kabar ??

 

BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.

 

Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana
pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan
calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang
sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral
lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak
menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga,
cadangan terbukti,...dll).  

Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!

 

Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia
secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada
pemerintah (pengambil kebijakan).  

 

IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi
dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi

 

Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)

 

Salam IAGI,

E. Bawa Santosa

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
R.P.Koesoemadinata
Sent: 12 Agustus 2014 7:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

Heheh

RPK

 

- Original Message - 

From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com mailto:yrs_...@yahoo.com  

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Pak Ong ysh

 

Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya pernah
bertemu mukadengan beliau ,

Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
membuat pernyataan yang sama .

Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 

Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 

si AbahYRS

 

 

 

On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
wrote:

 

Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi
besar sekali.

 

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa
Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi
$12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta
Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah,
kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat
PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira
$11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

 

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
policy.  

 

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert
pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik Bandono Salim
Rasanya sudah terhambur ke singapur dan hongkong.
Sisa yang belum terambil kan masih katanya ahli minyak sekitar 60%. He
perlu ahli eor lah.
Adakah ahli geologi ahli eor?
Salam.
Pada 12 Agt 2014 10:29, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id menulis:

 Yth : Pak Koesuma,



 Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya
 suka dengan joke pak RPK ini).

 Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan
 kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”.



 He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan
 “penghamburan” energi



 Salam

 EBS



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 koeso...@melsa.net.id
 *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI
 Hehe
 RPK

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --

 *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id

 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id

 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
 kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
 bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
 mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!



 Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
 lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
 Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
 kepada pemerintah (pengambil kebijakan).



 IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
 dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

 Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
 datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi



 Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
 Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)



 Salam IAGI,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 R.P.Koesoemadinata
 *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
 dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

 Heheh

 RPK



 - Original Message -

 *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com

 *To:* iagi-net@iagi.or.id

 *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Ong ysh



 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,

 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .

 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?



 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.



 si AbahYRS







 On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
 wrote:



 Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik nyoto - ke-el
IAGI Cabang Migas pak Koesoema, yg bakalan tamat kalau sudah tidak ada yg
mau explorasi migas lagi di Indonesia ...memprihatinkan sekali ...

Wass,
nyoto




2014-08-12 10:18 GMT+08:00 koeso...@melsa.net.id:

 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI
 Hehe
 RPK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
 kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
 bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
 mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!



 Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
 lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
 Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
 kepada pemerintah (pengambil kebijakan).



 IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
 dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

 Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
 datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi



 Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
 Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)



 Salam IAGI,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 R.P.Koesoemadinata
 *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
 *To:* iagi-net@iagi.or.id

 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
 dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

 Heheh

 RPK



 - Original Message -

 *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com

 *To:* iagi-net@iagi.or.id

 *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Ong ysh



 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,

 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .

 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?



 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.



 si AbahYRS







 On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
 wrote:



 Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.



 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.



 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).



 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik Achmad Luthfi
Masalah gas natuna, terjadi stagnasi karena calon konsortium kontraktor
minta incentive dan dituangkan dalam term  condition. Incentive yang
diminta menabrak UU, kelihatannya pemerintah yang sekarang tak siap merubah
UU bersama DPRRI. Misalnya, periode kontrak minta 50 tahun, padahal dalam
UU 22/2001, periode kontrak maksimum 30 tahun, ada opsi perpanjangan 1 kali
maksimum 20 tahun. Minta keringanan pajak, dalam UU Pajak tidak ada masalah
keringanan ini, dst.
Kelihatannya pemerintah yang sekarang membiarkan masalah gas natuna
diselesaikan oleh pemerintahan baru.



2014-08-09 19:23 GMT+07:00 Ben Sapiie bsap...@geodin.net:

 Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting
 diketahui dan dimengerti oleh kita semua.

 Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2
 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan)

 Salam,

 BS
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: *Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

  Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.



 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.



 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).



 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
 ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
 probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
 terlihat berlimpah gas.



 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
 hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden
 tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
 memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun
 dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
 Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
 yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di
 peti-eskan.



 Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela
 yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun
 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat.
 Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment
 Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan
 apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi
 shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun
 membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa
 menyebabkan  proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar
 dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG
 dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin.
 Masela berpacu dengan waktu



 Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih
 berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan
 Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas
 (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk
 pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN
 Muara Karang, Jakarta, telah

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2014-08-12 9:18 GMT+07:00 koeso...@melsa.net.id:

 Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
 dong. Selesai dan tamatlah IAGI


Dalam berbagai acara saya sering memberikan cerita diawali dengan
memberikan pengertian *potensi* dan *cadangan* dengan analogi *energi
panas matahari* dan *energi listrik*. Kita banyak sinar matahari yang
dapat dijadikan listrik tapi kita tidak memiliki listrik cukup. Demikian
juga kita memiliki *POTENSI *migas yang melimpah, tetapi kita memiliki
*CADANGAN
*migas yang sedikit. Potensi dapat dijadikan cadangan dengan kegiatan
eksplorasi, tapi itupun bisa gagal.
Jadi Indonesia itu KAYA POTENSI tetapi miskin cadangan.

Selain itu memberikan pengertian bahwa dalam satu tahun kita telah
mengeksport batubara yang mampumelistriki Jakarta selama 10 tahun !
Jakarta listrik mati setengah jam saja, kita dua hari penuh ngomel-nya.

RDP


 Hehe
 RPK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 Pak Yanto, apa kabar ??



 BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
 kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
 bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
 mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.



 Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
 dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
 NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
 SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi
 mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
 namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
 terduga, cadangan terbukti,...dll).

 Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!



 Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
 lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
 Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
 kepada pemerintah (pengambil kebijakan).



 IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
 dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

 Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
 datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi



 Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
 Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)



 Salam IAGI,

 E. Bawa Santosa



 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
 R.P.Koesoemadinata
 *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu
 dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!

 Heheh

 RPK



 - Original Message -

 *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com

 *To:* iagi-net@iagi.or.id

 *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM

 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN



 Pak Ong ysh



 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.

 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,

 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .

 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?



 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.



 si AbahYRS







 On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
 wrote:



 Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-11 Terurut Topik Achmad Luthfi
Pemerintah dalam menjalankan program-program perminyakan dan pertambangan
bukan berdasarkan energy policy dan mining policy, tetapi lebih terkait
dengan political policy/political decision. DEN-pun sudah terkooptasi oleh
lingkungan politik, sehingga yang biasa merdeka ngomong menjadi kurang
merdeka dalam lingkungan itu. Tidak tahu apakah dalam pemerintahan baru
nanti akan terjadi perubahan 

2014-08-09 11:15 GMT+07:00 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg:

  Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.



 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.



 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).



 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
 ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
 probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
 terlihat berlimpah gas.



 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
 hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden
 tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
 memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun
 dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
 Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
 yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di
 peti-eskan.



 Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela
 yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun
 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat.
 Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment
 Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan
 apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi
 shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun
 membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa
 menyebabkan  proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar
 dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG
 dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin.
 Masela berpacu dengan waktu



 Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih
 berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan
 Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas
 (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk
 pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN
 Muara Karang, Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya import
 dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih
 lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013,
 SPE).



 Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke
 Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus
 dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang
 terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan
 swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah
 biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari
 Kalimantan ke Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum
 termasuk harga gas.



 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Pak Ong ysh

Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya pernah 
bertemu mukadengan beliau ,
Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih 
membuat pernyataan yang sama .
Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

si AbahYRS




On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg 
wrote:
 


 
Teman2 IAGI,
 
Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya
Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.  
 
Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 
 
Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun
mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang
termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
karena konsekwensi besar sekali.
 
Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat
calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di
Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016.
Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja
mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga
kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
($14-17/mmbtu). 
 
Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data
salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam
energy policy.  
 
Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah
impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.
 
Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting
keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih 
berlimpah,
sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan
yang mana?). 
 
Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor
dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata
bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat
berlimpah gas. 
 
Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna
dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato
Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2
hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, 
namun
dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang
lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. 
  
 
Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX
Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan
tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat.
Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment
Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan
apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale
gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat
keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan 
proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar
jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, 
Canada,
dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu 
   
 
Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia
masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk
menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed
Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG
untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN 
Muara
Karang, Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya import
dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih
lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). 
 
Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu.
Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG
harus dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara
yang terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah
perusahaan swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu.
Ditambah biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas
dari  Kalimantan ke Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum
termasuk harga gas.   
 
Dilain pihak, untuk Jawa dan 

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik liamsi

Mengenai permasalahan Gas yg disampaikan Pak Ong khususnya
untuk Listrik maka kalau dilihat Data lagi ternyata
permasalahan gas ini khsusnya untuk pembangkit listrik (PLN)
cukup mbulet juga ,
Saat ini ada kira kira sembilan  ribu MW pembangkit yg
seharusnya memakai  bahan bakar gas dg kebutuhan lebih dari
1600 bbtud tidak terpenuhi kebutuhannya , salah satunya di PLTG
Tambak Lorok semarang yg seharusnya dpat pasokan gas dari PCML
Kepodang  sampai sekarang belum juga ngalir , akibatnya harus
memakai BBM ( HSD) shg ada in efisiensi lebih 2 T pertahun (
Audit BPK )karena biaya produksi dg BBM jauh lebih besar,
disisi lain kalau dimatikan bisa bisa mati listrik / ada
pemadaman di Jateng.
Pertanyaannya Kenapa tidak ada perencanaan yg matang antara
Hulu dg hilirnya sehingga begitu Pembangkit itu selesai
dibangun dan  mulai operasi suplainya energi primer juga sdh
siap, yg terjadi Pembangkitnya sdh siap namun gasnya belum
ngalir . apa boleh buat di umpani dulu dg BBM ( terkenal dg
istilah  Pembangkit salah minum  )
 salah satu capres kemarin dlm paparan programnya akan
 mengganti bbm dg gas untuk listrik guna mngurangi subsdinya ,
 Pertanyaanya dg kondisi  pasokan gas spt saat ini Kapan ini
 bisa terealisirnya. dan bagaimana skenarionya agar secepatnya
 dpt terpenuhi kebutuhannya. karena sdh bertahun tahun
 kondisinya tdk lebh baik. tentunya tdk sederhana untuk
 mencukupinya disamping kesiapan produksinya juga kesiapan
 infra strukturnya
Kalau kita lihat Data ESDM . produksi gas 2012 sebesar kurang
lhb 8100 BSCFD dimana 46 % lebih untuk Ekpor , 45 % untuk
domestik dan sisanya Losses, Dari alokasi Domestik tsb alokasi
untuk PLN itu hanya kira kira 9 % nya atau  kira kira 780
mmscfd , jadi masih jauh dari kebutuhannyaRepotnya lagi Harga listrik ( TTL) 
ditentukan oleh Pemerintah
dan disetujui oleh Senayan , ini artinya PLN tdk bisa menjual
listrik sembarangan sesuai dg keekonomiannya ( ada mekanisme
subsidi ) , disisi lain untuk membeli energi primernya ( gas ,
batubara, BBM ) dituntut untuk memakai harga pasar yg
flukutatif dg kecenderungan naik terus., disisi lain subsidi
nya selalu ditekan bahkan dikurangi shg mau tidak mau harga
beli energi primernya ( termasuk gas juga harus murah  agar
tdk memebebani BPP nya yg terlalu tinggi shg selisih BBP dg TTL
juga tdk terlalu tingi untuk menekan subsidi.

 mbulat mbuletnya kondisi Per- Energian tsb , Perlu ada tata
 ulang dari Hulu sampai Hilir  , Monggo IAGI mungkin bisa
 memeberikan Masukan terkait Tata Ulang energi ini dari Hulu -
 hilir (  SDA dan cabang produksi yg Vital Harus dikuasai oleh
 Negara , Bagaimana Menjabarkannya shg betul betul Dikuasai
 oleh Negara agar ada security energi)
ISM


ISM




 Teman2 IAGI,



 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied
 Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.



 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar
 membacanya.



 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun
 mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan
 menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang
 energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar
 sekali.



 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam
 debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga
 mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil
 negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi
 $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata
 besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga
 $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu,
 seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN
 Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga
 kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke
 Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu).



 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data
 salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan
 berakibat kekeliruan dalam energy policy.



 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah
 impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.



 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting
 keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas
 Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang
 dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?).



 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan
 investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa,
 beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum
 ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan
 investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential,
 proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama
 hingga Indonesia terlihat berlimpah gas.



 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna
 dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering
 dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa
 dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
 memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah
 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Dandy Hidayat
Maaf...ikut menyela diskusi ini.

Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan
sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah
contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di
bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari
philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg
sampai saat ini masih misteri

Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal
(ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada
komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi
asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi
sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan
teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media.

Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan
pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak
menyesatkan .

Asalam

Dandy

On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com=
yrs_...@iagi.or.id wrote:

 Pak Ong ysh

 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,
 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .
 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 si AbahYRS




   On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling 
 wim...@singnet.com.sg
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','wim...@singnet.com.sg'); wrote:


   Teman2 IAGI,

 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.

 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.

 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).

 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.

 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).

 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
 ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
 probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
 terlihat berlimpah gas.

 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
 hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden
 tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
 memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun
 dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
 Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
 yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di
 peti-eskan.

 Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela
 yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun
 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat.
 Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment
 Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan
 apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi
 shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun
 membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa
 menyebabkan  proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar
 dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG
 dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik miko
Semoga PP IAGI mendapatkan jalan kemudahan dan keberanian untuk menyampaikan 
postingan2 Pak Ong, Pak Ketum, dan para pemikir IAGI lainnya + pendapat kita 
tentang Pak Kurtubi ke Pres.Jokowi/ JK/ Bu Rini Soemarno?
Wassalam,
Mang Okim
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 10 Aug 2014 21:46:50 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Maaf...ikut menyela diskusi ini.

Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan
sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah
contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di
bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari
philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg
sampai saat ini masih misteri

Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal
(ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada
komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi
asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi
sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan
teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media.

Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan
pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak
menyesatkan .

Asalam

Dandy

On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com=
yrs_...@iagi.or.id wrote:

 Pak Ong ysh

 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,
 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .
 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 si AbahYRS




   On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling 
 wim...@singnet.com.sg
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','wim...@singnet.com.sg'); wrote:


   Teman2 IAGI,

 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.

 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.

 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).

 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.

 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).

 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
 ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
 probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
 terlihat berlimpah gas.

 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
 hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden
 tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
 memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun
 dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
 Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
 yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di
 peti-eskan.

 Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela
 yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun
 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat.
 Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Ben,

 

Terima kasih atas commentnya. 

 

Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 
atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2.  

 

Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil 
mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena 
Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini.  

 

Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan 
kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia. 

 

Salam,

 

HL Ong

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Ben Sapiie
Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui 
dan dimengerti oleh kita semua. 

Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg 
lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan)

Salam, 

BS

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 

Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. 
Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy 
makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar 
sekali.

 

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, 
Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia 
telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. 
Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga 
cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma 
$8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta 
(Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu 
dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

 

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak 
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy.  

 

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, 
Jambi, Semarang, dan Arun.

 

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat 
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan 
bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). 

 

Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi 
kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated 
gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan 
investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak 
bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. 
Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. 

 

Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan 
hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 
2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga 
memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun 
dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia 
Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang 
lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan.

 

Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang 
produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 
bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai 
dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) 
baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek 
diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan 
Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela 
dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan  proyek dibatalkan 
dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin 
dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan 
dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu

 

Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, 
menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar 
Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) 
dimana-mana, dan yang paling fatal

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Salah satu tantangan yang dari sisi berbeda adalah ketika ditanya, Apakah
Indonesia kaya migas ?
Kalau dijawab tidak, maka pertanyaan selanjutnya Apakah kita masih akan
mengharapkan investor untuk melakukan eksplorasi ?
Jawabannya seperti apa sebaiknya ?



RDP

--
Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.


2014-08-10 21:32 GMT+07:00 m...@cbn.net.id:

 Semoga PP IAGI mendapatkan jalan kemudahan dan keberanian untuk
 menyampaikan postingan2 Pak Ong, Pak Ketum, dan para pemikir IAGI lainnya +
 pendapat kita tentang Pak Kurtubi ke Pres.Jokowi/ JK/ Bu Rini Soemarno?
 Wassalam,
 Mang Okim
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sun, 10 Aug 2014 21:46:50 +0800
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 Maaf...ikut menyela diskusi ini.

 Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia
 pertambangan sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur
 adalah contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga
 saham di bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog
 dari philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu
 yg sampai saat ini masih misteri

 Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal
 (ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada
 komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi
 asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi
 sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan
 teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media.

 Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan
 pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak
 menyesatkan .

 Asalam

 Dandy

 On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com=
 yrs_...@iagi.or.id wrote:

 Pak Ong ysh

 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,
 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .
 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 si AbahYRS




   On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling 
 wim...@singnet.com.sg wrote:


   Teman2 IAGI,

 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.

 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.

 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).

 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.

 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).

 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
 ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
 probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
 terlihat berlimpah gas.

 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan
 cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato
 Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35%
 CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah
 keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW
 Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US
 dan Canada 5 tahun

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik sonny t pangestu
Jurnalis untuk pokok bahasan sumberdaya alam sepertinya tidak akan lestari di 
sini.
Pelatihan dan pemahaman tentang bahasa geologi akan pudar seiring dgn 
bergantinya orang penusun jurnal tsb. Lalu kita terperangah lagi melihat jurnal 
berikutnya oleh orang jurnalis yg baru (penggantinya) terlalu banyak energi dan 
waktu serta melelahkan utk mencari-cari terus menerus jurnalis utk dilatih 
diberi pemahaman bahasa geologi.
Barangkali sebaiknya kitalah para geologiwan yang perlu belajar berbicara 
menyampaikan pengetahuan kita kepada dunia dalam bahasa yg mudah ditangkap oleh 
khalayak yg bukan dari geologi. Kita sajikan hingga khalayak tidak 
menafsirkannya secara lain daripada yg kita inginkan Kita perlu belajar 
mencegah diri kita untuk berbahasa serta memakai istilah-istilah maupun 
ungkapan-ungkapan yang biasa kita pakai dalam berkominikasi di antara kita. 
Cegah diri kita dlm memakai 'jargon' (yang hanya dipahami kalangan sendiri) 
geologi.

Salam
(Sonny)

-Original Message-
From: Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 10 Aug 2014 21:46:50 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Maaf...ikut menyela diskusi ini.

Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan
sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah
contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di
bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari
philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg
sampai saat ini masih misteri

Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal
(ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada
komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi
asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi
sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan
teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media.

Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan
pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak
menyesatkan .

Asalam

Dandy

On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com=
yrs_...@iagi.or.id wrote:

 Pak Ong ysh

 Masih berlimpah  ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
 Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
 pernah bertemu mukadengan beliau ,
 Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
 membuat pernyataan yang sama .
 Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?

 Lainya saya sependapat dengan pak Ong.

 si AbahYRS




   On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling 
 wim...@singnet.com.sg
 javascript:_e(%7B%7D,'cvml','wim...@singnet.com.sg'); wrote:


   Teman2 IAGI,

 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.

 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki
 karena konsekwensi besar sekali.

 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).

 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.

 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
 sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
 (cadangan yang mana?).

 Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
 memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
 associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
 ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
 makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
 probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
 terlihat berlimpah gas.

 Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
 hydrocarbon sampai 40+ TCF sering

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Nugrahani

Sepengetahuan saya, blok Natuna itu kembali secara otomatis kepada Pemerintah 
(Exxon enggak mengembalikannya dengan suka rela) dan Pemerintah sudah menunjuk 
pengelola lanjut blok Natuna kepada Konsorsium yang dipimpin Pertamina (klo gak 
salah ada StatOil, ada Petronas, ada ExxonMobil juga... Sorry aku lupa siapa 
aja di Konsorsium ini). Nama bloknya bukan lagi Natuna D-Alpha tapi West Natuna.

Sampai dengan hari ini Konsorsium belum juga mengajukan Term and Condition atas 
kontrak baru tersebut, karena masih menginginkan pemberian semacam insentif 
pajak, yang sampai saat ini, sepengetahuan saya belum juga disetujui oleh 
Departemen Keuangan.

Hal lain, saya agak kurang srek dengan bahasanya pak Dandy Hidayat soal 
penggelembungan data dan menyamakannya dengan kasus Busang. Menurut saya, 
Pemerintah memberikan angka2 yang fantastis pada cadangan/sumber daya CBM dan 
Shale Gas di Indonesia tersebut semata karena gak ada data terbaru perihal CBM 
dan Shale Gas (masih menggunakan data lama - bukan data yang dengan sengaja 
digelembungkan). Adalah sudah semestinya, sudah saatnya, Pemerintah - mungkin 
yang paling tepat melakukan ini adalah Direktorat Geologi, dibantu IAGI, 
Lemigas, dll - segera mengevaluasi /meng-update data cadangan/sumber daya CBM 
dan Shale Gas tersebut.


Salam,
Nuning
IAGI - 2728







Sent from Samsung Galaxy Note

Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:
Pak Ben,

Terima kasih atas commentnya.

Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 
atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2.

Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil 
mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena 
Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini.

Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan 
kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia.

Salam,

HL Ong

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Ben Sapiie
Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui 
dan dimengerti oleh kita semua.

Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg 
lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan)

Salam,

BS
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Teman2 IAGI,

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
1435 H. Maaf lahir dan bathin.

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. 
Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy 
makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar 
sekali.

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, 
Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia 
telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. 
Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga 
cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma 
$8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta 
(Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu 
dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu).

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak 
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy.

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, 
Jambi, Semarang, dan Arun.

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat 
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan 
bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?).

Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi 
kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated 
gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan 
investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak 
bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. 
Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas.

Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan 
hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 
2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga 
memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun 
dengan adanya penemuan

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Bandono Salim
Selama masih monopoli yaa susah tumbuhnya. Tiada saingan.
Lha rak semau maunya. Antar bumn saja berantem.
Tiada mikirin para rakyat, pengusaha kecil dan menengah.
Salam hormat.

 lia...@indo.net.id menulis:


 Mengenai permasalahan Gas yg disampaikan Pak Ong khususnya
 untuk Listrik maka kalau dilihat Data lagi ternyata
 permasalahan gas ini khsusnya untuk pembangkit listrik (PLN)
 cukup mbulet juga ,
 Saat ini ada kira kira sembilan  ribu MW pembangkit yg
 seharusnya memakai  bahan bakar gas dg kebutuhan lebih dari
 1600 bbtud tidak terpenuhi kebutuhannya , salah satunya di PLTG
 Tambak Lorok semarang yg seharusnya dpat pasokan gas dari PCML
 Kepodang  sampai sekarang belum juga ngalir , akibatnya harus
 memakai BBM ( HSD) shg ada in efisiensi lebih 2 T pertahun (
 Audit BPK )karena biaya produksi dg BBM jauh lebih besar,
 disisi lain kalau dimatikan bisa bisa mati listrik / ada
 pemadaman di Jateng.
 Pertanyaannya Kenapa tidak ada perencanaan yg matang antara
 Hulu dg hilirnya sehingga begitu Pembangkit itu selesai
 dibangun dan  mulai operasi suplainya energi primer juga sdh
 siap, yg terjadi Pembangkitnya sdh siap namun gasnya belum
 ngalir . apa boleh buat di umpani dulu dg BBM ( terkenal dg
 istilah  Pembangkit salah minum  )
  salah satu capres kemarin dlm paparan programnya akan
  mengganti bbm dg gas untuk listrik guna mngurangi subsdinya ,
  Pertanyaanya dg kondisi  pasokan gas spt saat ini Kapan ini
  bisa terealisirnya. dan bagaimana skenarionya agar secepatnya
  dpt terpenuhi kebutuhannya. karena sdh bertahun tahun
  kondisinya tdk lebh baik. tentunya tdk sederhana untuk
  mencukupinya disamping kesiapan produksinya juga kesiapan
  infra strukturnya
 Kalau kita lihat Data ESDM . produksi gas 2012 sebesar kurang
 lhb 8100 BSCFD dimana 46 % lebih untuk Ekpor , 45 % untuk
 domestik dan sisanya Losses, Dari alokasi Domestik tsb alokasi
 untuk PLN itu hanya kira kira 9 % nya atau  kira kira 780
 mmscfd , jadi masih jauh dari kebutuhannyaRepotnya lagi Harga listrik (
TTL) ditentukan oleh Pemerintah
 dan disetujui oleh Senayan , ini artinya PLN tdk bisa menjual
 listrik sembarangan sesuai dg keekonomiannya ( ada mekanisme
 subsidi ) , disisi lain untuk membeli energi primernya ( gas ,
 batubara, BBM ) dituntut untuk memakai harga pasar yg
 flukutatif dg kecenderungan naik terus., disisi lain subsidi
 nya selalu ditekan bahkan dikurangi shg mau tidak mau harga
 beli energi primernya ( termasuk gas juga harus murah  agar
 tdk memebebani BPP nya yg terlalu tinggi shg selisih BBP dg TTL
 juga tdk terlalu tingi untuk menekan subsidi.

  mbulat mbuletnya kondisi Per- Energian tsb , Perlu ada tata
  ulang dari Hulu sampai Hilir  , Monggo IAGI mungkin bisa
  memeberikan Masukan terkait Tata Ulang energi ini dari Hulu -
  hilir (  SDA dan cabang produksi yg Vital Harus dikuasai oleh
  Negara , Bagaimana Menjabarkannya shg betul betul Dikuasai
  oleh Negara agar ada security energi)
 ISM


 ISM




  Teman2 IAGI,
 
 
 
  Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied
  Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.
 
 
 
  Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar
  membacanya.
 
 
 
  Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun
  mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan
  menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang
  energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar
  sekali.
 
 
 
  Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam
  debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga
  mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil
  negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi
  $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata
  besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga
  $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu,
  seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN
  Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga
  kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke
  Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu).
 
 
 
  Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data
  salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan
  berakibat kekeliruan dalam energy policy.
 
 
 
  Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah
  impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.
 
 
 
  Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting
  keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas
  Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang
  dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?).
 
 
 
  Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan
  investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa,
  beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum
  ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan
  investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy
  makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential,
  proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama
  hingga 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik liamsi
Salah satu tantangan yang dari sisi berbeda adalah ketika
ditanya, Apakah Indonesia kaya migas ?Kalau dijawab tidak, maka pertanyaan 
selanjutnya Apakah kita
masih akan mengharapkan investor untuk melakukan eksplorasi ?Jawabannya 
seperti apa sebaiknya ?
RDP

=



Di Harian Kompas pagi ini hal 32 ada iklan keberhasilan Migas ,
investasi migas meningkat , penurunan produksi ( decline rate )
dapat di tekan  5 % , bberapa proyek migas  akan segera  mulai
berproduksi ,
Bagi orang awam , bahkan mungkin juga bagi pengambil kebijakan
akan mempersepsikan  bahwa  tidak ada masalah dg industri migas
,kita  masih kaya migas , produksi tetap bagus , minat investor
tinggi dll
Pertanyaannya : Perlukah iklan semacam ini ? apalagi oleh
institusi yg memang Tupoksinya yg diamanatkan oleh negara untuk
melakukan itu semua

ISM










___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id



Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.



Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Bandono Salim
Bukankah investor asing punya data tentang dunia migas Indonesia? Sudah tak
ada rahasia kekayaan migas NKRI yang tidak mereka ketahui, kecuali sedikit.
Lha yang eksplorasi dan eksploitasi kan mereka bukan?
Ini hanya pandangan umum saja saya bukan ahli migas.
Salam hormat. Bdn.



Pada 11 Agt 2014 08:18, lia...@indo.net.id menulis:

 Salah satu tantangan yang dari sisi berbeda adalah ketika
 ditanya, Apakah Indonesia kaya migas ?Kalau dijawab tidak, maka
 pertanyaan selanjutnya Apakah kita
 masih akan mengharapkan investor untuk melakukan eksplorasi ?Jawabannya
 seperti apa sebaiknya ?
 RDP

 =



 Di Harian Kompas pagi ini hal 32 ada iklan keberhasilan Migas ,
 investasi migas meningkat , penurunan produksi ( decline rate )
 dapat di tekan  5 % , bberapa proyek migas  akan segera  mulai
 berproduksi ,
 Bagi orang awam , bahkan mungkin juga bagi pengambil kebijakan
 akan mempersepsikan  bahwa  tidak ada masalah dg industri migas
 ,kita  masih kaya migas , produksi tetap bagus , minat investor
 tinggi dll
 Pertanyaannya : Perlukah iklan semacam ini ? apalagi oleh
 institusi yg memang Tupoksinya yg diamanatkan oleh negara untuk
 melakukan itu semua

 ISM










 ___
 indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id


 
 Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
 JAKARTA,15-18 September 2014
 
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
 
 Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 
 Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
 Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
 
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
 In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
 limited
 to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
 from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
 the use of
 any information posted on IAGI mailing list.
 



Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention  Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Dandy Hidayat
Mbak nuning

penggelembungan data yg saya maksud bukan dari kelembagaan . Tapi lebih
pada kesalahan media dalam menyampaikan Informasi. INFORMASINYA BENAR
PENGUTIPNYA YA SALAH

Seperti yg ditulis pak ong . Dikatakan 12usd/mmbtu namun esoknya di jakarta
post harga tersebut baru pada 2016 artinya media kita tidak memaparkan
secara detail apalagi benar.

Khawatir saya informasi yg salah dipakai oleh para LSM pengamat atau
praktisi dalam merumuskan kebijakannta nanti

Bersyukur sekarang sudah banyak media cetak yg terpercaya (majalah tambang
atau perminyakan)

Terus terang media spt detik atau tvone (maaf) bulan tempat yg tepat
mencari informasi.

On Monday, August 11, 2014, Nugrahani nugrah...@skkmigas.go.id wrote:


 Sepengetahuan saya, blok Natuna itu kembali secara otomatis kepada
 Pemerintah (Exxon enggak mengembalikannya dengan suka rela) dan Pemerintah
 sudah menunjuk pengelola lanjut blok Natuna kepada Konsorsium yang dipimpin
 Pertamina (klo gak salah ada StatOil, ada Petronas, ada ExxonMobil juga...
 Sorry aku lupa siapa aja di Konsorsium ini). Nama bloknya bukan lagi Natuna
 D-Alpha tapi West Natuna.

 Sampai dengan hari ini Konsorsium belum juga mengajukan Term and Condition
 atas kontrak baru tersebut, karena masih menginginkan pemberian semacam
 insentif pajak, yang sampai saat ini, sepengetahuan saya belum juga
 disetujui oleh Departemen Keuangan.

 Hal lain, saya agak kurang srek dengan bahasanya pak Dandy Hidayat soal
 penggelembungan data dan menyamakannya dengan kasus Busang. Menurut saya,
 Pemerintah memberikan angka2 yang fantastis pada cadangan/sumber daya CBM
 dan Shale Gas di Indonesia tersebut semata karena gak ada data terbaru
 perihal CBM dan Shale Gas (masih menggunakan data lama - bukan data yang
 dengan sengaja digelembungkan). Adalah sudah semestinya, sudah saatnya,
 Pemerintah - mungkin yang paling tepat melakukan ini adalah Direktorat
 Geologi, dibantu IAGI, Lemigas, dll - segera mengevaluasi /meng-update data
 cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas tersebut.


 Salam,
 Nuning
 IAGI - 2728







 Sent from Samsung Galaxy Note

 Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id javascript:; wrote:
 Pak Ben,

 Terima kasih atas commentnya.

 Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha,
 1/3 atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65%
 adalah CO2.

 Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada
 ExxonMobil mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung
 alasannnya kuat karena Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini.

 Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan
 kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia.

 Salam,

 HL Ong

 From: iagi-net@iagi.or.id javascript:; [mailto:iagi-net@iagi.or.id
 javascript:;] On Behalf Of Ben Sapiie
 Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id javascript:;
 Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting
 diketahui dan dimengerti oleh kita semua.

 Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2
 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan)

 Salam,

 BS
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
 From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg javascript:;
 Sender: iagi-net@iagi.or.id javascript:;
 Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700
 To: iagi-net@iagi.or.id javascript:;
 ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id javascript:;
 Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

 Teman2 IAGI,

 Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin.

 Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

 Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
 salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
 policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena
 konsekwensi besar sekali.

 Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
 Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
 bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
 menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
 di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
 saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
 harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
 ($14-17/mmbtu).

 Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
 tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
 policy.

 Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke
 Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.

 Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya,
 Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-10 Terurut Topik Nugrahani
Oke… terima kasih mas Dandy.
Setuju… media kudu menyampaikan informasi yang benar.
Sekalian nih… mau koreksi, nama sekarang Natuna D-Alpha adalah East Natuna, 
bukan West Natuna.


Salam,
Nuning, IAGI-2728



From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Dandy 
Hidayat
Sent: Monday, August 11, 2014 9:26 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Mbak nuning

penggelembungan data yg saya maksud bukan dari kelembagaan . Tapi lebih pada 
kesalahan media dalam menyampaikan Informasi. INFORMASINYA BENAR PENGUTIPNYA YA 
SALAH

Seperti yg ditulis pak ong . Dikatakan 12usd/mmbtu namun esoknya di jakarta 
post harga tersebut baru pada 2016 artinya media kita tidak memaparkan secara 
detail apalagi benar.

Khawatir saya informasi yg salah dipakai oleh para LSM pengamat atau praktisi 
dalam merumuskan kebijakannta nanti

Bersyukur sekarang sudah banyak media cetak yg terpercaya (majalah tambang atau 
perminyakan)

Terus terang media spt detik atau tvone (maaf) bulan tempat yg tepat mencari 
informasi.

On Monday, August 11, 2014, Nugrahani 
nugrah...@skkmigas.go.idmailto:nugrah...@skkmigas.go.id wrote:

Sepengetahuan saya, blok Natuna itu kembali secara otomatis kepada Pemerintah 
(Exxon enggak mengembalikannya dengan suka rela) dan Pemerintah sudah menunjuk 
pengelola lanjut blok Natuna kepada Konsorsium yang dipimpin Pertamina (klo gak 
salah ada StatOil, ada Petronas, ada ExxonMobil juga... Sorry aku lupa siapa 
aja di Konsorsium ini). Nama bloknya bukan lagi Natuna D-Alpha tapi West Natuna.

Sampai dengan hari ini Konsorsium belum juga mengajukan Term and Condition atas 
kontrak baru tersebut, karena masih menginginkan pemberian semacam insentif 
pajak, yang sampai saat ini, sepengetahuan saya belum juga disetujui oleh 
Departemen Keuangan.

Hal lain, saya agak kurang srek dengan bahasanya pak Dandy Hidayat soal 
penggelembungan data dan menyamakannya dengan kasus Busang. Menurut saya, 
Pemerintah memberikan angka2 yang fantastis pada cadangan/sumber daya CBM dan 
Shale Gas di Indonesia tersebut semata karena gak ada data terbaru perihal CBM 
dan Shale Gas (masih menggunakan data lama - bukan data yang dengan sengaja 
digelembungkan). Adalah sudah semestinya, sudah saatnya, Pemerintah - mungkin 
yang paling tepat melakukan ini adalah Direktorat Geologi, dibantu IAGI, 
Lemigas, dll - segera mengevaluasi /meng-update data cadangan/sumber daya CBM 
dan Shale Gas tersebut.


Salam,
Nuning
IAGI - 2728







Sent from Samsung Galaxy Note

Ong Han Ling hl...@geoservices.co.idjavascript:; wrote:
Pak Ben,

Terima kasih atas commentnya.

Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 
atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2.

Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil 
mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena 
Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini.

Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan 
kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia.

Salam,

HL Ong

From: iagi-net@iagi.or.idjavascript:; 
[mailto:iagi-net@iagi.or.idjavascript:;] On Behalf Of Ben Sapiie
Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM
To: iagi-net@iagi.or.idjavascript:;
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui 
dan dimengerti oleh kita semua.

Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg 
lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan)

Salam,

BS
Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sgjavascript:;
Sender: iagi-net@iagi.or.idjavascript:;
Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700
To: iagi-net@iagi.or.idjavascript:;
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idjavascript:;
Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

Teman2 IAGI,

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
1435 H. Maaf lahir dan bathin.

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. 
Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy 
makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar 
sekali.

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, 
Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia 
telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. 
Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga 
cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma 
$8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta 
(Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu 
dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu).

Data yang

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-09 Terurut Topik Ben Sapiie
Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui 
dan dimengerti oleh kita semua. 

Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg 
lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan)

Salam, 

BS

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. 
Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy 
makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar 
sekali.

 

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, 
Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia 
telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. 
Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga 
cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma 
$8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta 
(Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu 
dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

 

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak 
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy.  

 

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, 
Jambi, Semarang, dan Arun.

 

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat 
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan 
bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). 

 

Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi 
kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated 
gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan 
investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak 
bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. 
Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. 

 

Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan 
hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 
2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga 
memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun 
dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia 
Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang 
lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan.

 

Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang 
produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 
bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai 
dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) 
baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek 
diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan 
Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela 
dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan  proyek dibatalkan 
dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin 
dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan 
dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu

 

Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, 
menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar 
Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) 
dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit 
listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, 
Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar 
lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi 
terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). 

 

Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa 
cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus 
dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang 
terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta 
yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya operasi 
PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari

RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-08 Terurut Topik Ong Han Ling
Teman2 IAGI,

 

Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 
1435 H. Maaf lahir dan bathin.  

 

Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. 

 

Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. 
Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy 
makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar 
sekali.

 

Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, 
Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia 
telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. 
Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga 
cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma 
$8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta 
(Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu 
dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). 

 

Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak 
dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy.  

 

Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, 
Jambi, Semarang, dan Arun.

 

Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat 
sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan 
bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). 

 

Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi 
kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated 
gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan 
investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak 
bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. 
Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. 

 

Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan 
hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 
2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga 
memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun 
dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia 
Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang 
lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan.

 

Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang 
produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 
bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai 
dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) 
baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek 
diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan 
Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela 
dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan  proyek dibatalkan 
dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin 
dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan 
dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu

 

Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, 
menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar 
Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) 
dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit 
listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, 
Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar 
lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi 
terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). 

 

Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa 
cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus 
dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang 
terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta 
yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya operasi 
PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari  Kalimantan ke Jawa adalah 
$10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum termasuk harga gas.   

 

Dilain pihak, untuk Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga gas dari 
K3S ke PLN $5,80/mmbtu sejak pertengahan tahun 2012, dari harga sebelumnya cuma 
$3/mmbtu selama bertahun-tahun. Padahal  mendatangkan gas dari Bontang ke PLN 
Jakarta, Pemerintah rela membayar $10/mmbtu untuk ongkos angkut saja. 
Seyogianya K3S dibayar $15.80/mmbtu. Dengan harga tsb. K3S akan giat melakukan 
eksplorasi di Jawa dan Sumsel dan bahkan berani 

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-04 Terurut Topik Bandono Salim
Tulis juga tahapan eksplorasinya;  supaya jelas reserve skala berapa, cara
pengambilan contoh dll.
Jadi makin detail makin menuju proven;  dengan  beaya yang juga meningkat.
Salam koh Liam.
Pada 4 Agt 2014 11:50, lia...@indo.net.id menulis:

 masalahnya Menteri itu jabatan Politik , jadi siapaun bisa
 jadi mentri kalau punya Jalur Politik , tetap saja parpol
 punya kans yg lbh besar, Kecuali Presidennya Cuekin saja
 terhadap pressurenya parpol , Opo yo wani . ??? kita lihat
 saja nanti susunannya Kabinetnya.
 Masalah data itu sebetulnya  tidak kalah pentingnya selain soal
 angka angkanya  , juga soal Status Data tsb harus jelas
 dicantumkan dan diberikan penjelasan karena Publik tidak bisa
 membedakannya mana Sumberdaya / Resources mana Cadangan  ,
 semuanya dianggap Reserve bahkan semuanya dianggap Proven
 Reserve
 Contoh Data Cadangan geothermal katanya 29-30 ribu MW , Publik
 hanya tahu kalau itu semua bisa langsung dikonversikan ke
 Energy Listrik setara juga dg 29-30 ribu MW langsung jadi
 setrum dan nyala.padahal kalau kita perhatikan angka 29-30 Ribu MW tsb
 adalah
 Angka Kumulatif dari penjumlahan berbagai status sumberdaya (
 Resources ) dan Cadangan ( reserve) , padahal sumberdaya dan
 cadangan tsb masih dipisah pisahkan lagi  mulai dari satusnya
 baru  Spekulatif , Hipotetic , Probable , Possible sampai
 Proven , disisi lain  yg Proven itu mungkin tidak lebih dari
 5000 MW , seharusnya untuk perencanaaan pembangunan PLTP  kita
 berpedomannya hanya kpd yg Proven tsb shg target capaiannya
 jelas dg angka kepastian tinggi , yg terjadi sekarang ini semua
 target meleset jauh karena data yg dipakai tidak dipilah pilah
 dan dipilih mana yg baru Sumberdaya / Resoueces dan  mana yg
 Cadangan. Begitu juga untuk SDA yang lain spt migas, CBM dll.
  Sebetulnya kalau angka Lifting itu selalu dimonitor terus
  menerus karena Lifting adalah salah satu indikator untuk
  Asumsi makro APBN , shg setiap tahun di tetapkan bersama
  antara BP Migas , Dirjen Migas/ ESDM dan Senayan yg tertunag
  dalam UU APBN bahkan setiap pertengahan tahun ada Koreksi
  sesuai perkembangan Produksinya ( bisa turun bisa naik ) yg
  nantinya akan merubah data Awal APBN ke APBN-P , karena kalau
  ada penyimpangan akan berdampak kpd Penerimaan Negara, jadi
  kalau lihat Data Lifting yg real bisa mengambil dari datanya
  APBN ( bisa dilihat di Webnya Depkeu biasanya ada di Data
  asumsi Makro APBN )
 Yg diperlukan Publik itu sebetulnya bagaimana membaca data tsb
 khususnya ttg Status dari data tsb , mulai dari data yg
 sebetulnya baru Status Sumberdaya daya ( resources ) sampai
 pada tahap mencapai Cadangan ( Proven reserve )  apa itu
 Sumberdaya apa itu Cadangan  sampai status detailnya misalnya
 apa itu Cadangan Probable sampai  cadangan Terbukti dll.ini yg
 perlu dilakukan pemahaman kepada publik

 ISM















  Lha..
  Suwun Cak Andang
  Ttg Menteti ESDM, kita bisa mengusulkan dan menolak
  seseorang asal alasannya jelas. IAGI akan mengambil porsi
  ini? Yuk kita lakukan.
  Bareng-bareng dengan IATMI, HAGI, Perhapi, HAGI dan lain2.
  Pripun pak Ketua.
 
  ET Paripurno
  +62818260162
  paripu...@gmail.com
  www.geohazard.blog.com
  ---
  On Aug 4, 2014 8:54 AM, Yanto R. Sumantri
  SRS0-oQuG=46=yahoo.comyrs_...@iagi.or.id wrote:
 
  Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM.
 
  si Abah
 
 
 
 
   On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id 
  abacht...@cbn.net.id wrote:
 
 
  Sepurane juga cak ETP.
 
  Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari
  SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari
  Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di
  PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang
  waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke
  publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg
  seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven,
  Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau
  Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun
  sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah.
  Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya).
 
  Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori
  datanya spy lebih waras, tapi ngompori
  pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras
  menggunakan data.
 
  Salam
  ADB
  IAGI-0800
  Powered by Telkomsel BlackBerryŽ
  --
  *From: * ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id
  *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
  *Date: *Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700
  *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiar
  bachtiar.and...@gmail.com;
  Kekasihqandangbacht...@yahoo.com
  *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
  *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was
  PilPres IAGI
 
  Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa
  ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya?
  Tabik
  ET Paripurno
  +62818260162
  paripu...@gmail.com

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-08-04 Terurut Topik liamsi
Mungkin lebih baik cukup memberikan Kriteria nya saja untuk
menjadi Meteri ( ESDM)kalau dilihat secara garis besar Tupoksi ESDM itu kan
menyangkut masalah pengelolaan sektor Energi ( ketersediaan
listrik dan BBM , security energi , harga terjangkau , subsidi,
dll ) , Menyangkut Pengelolaan SDA ( Minerba . migas , Pabum ) 
, dan Yg Menyangkut perGeologian ( Mitigasi BA , survai , dst )
Apa saja yg menjadi kendala / kelemahan selama ini untuk
menangani hal hal tsb diatas dan Bagaimana seharusnya
kedepannya , Kemudian kriteria sorang menteri yg cocok untuk
mengelolanya.
kalau sudah bicara nama ( person ) nanti ada unsur
subyektifitasnya..

Rupanya Jabatan Menteri sudah mulai Gonjang Ganjing
memanas.spt dibawah ini:

ISM


Gonjang-ganjing Rebutan Kursi Menteri di Internal Kubu Jokowi
Ahmad Toriq - detikNews

Senin, 04/08/2014 15:17 WIB
Jakarta - Internal kubu pengusung Jokowi-JK bergeliat pasca
penetapan kemenangan oleh KPU, penyebabnya tak lain karena
kursi menteri. Dikabarkan terjadi persaingan antara para
pengusung yang berasal dari parpol dengan mereka yang bergerak
secara individu.
Orang-orang non parpol nafsunya lebih ngeri, mengalahkan
orang-orang yang di partai, kata seorang elite parpol
pendukung Jokowi-JK saat berbincang dengan detikcom, Senin
(4/8/2014).
Para elite parpol pengusung Jokowi-JK terus memantau pergerakan
para individu yang kerap menempel Jokowi. Pergerakan para
individu ini ditengarai sebagai upaya agresif memikat Jokowi
agar memberikan kursi menteri.
Putaran terakhir kampanye mereka ikut, menempel ketat. Mulai
dari kampanye terakhir kita-kita yang dari parpol
ditendang-tendang. Seolah-olah hebat memberi masukan. Setelah
pencoblosan mereka ngatur semuanya, sampai hari ini, ujarnya.
Pergerakan para individu dianggap terlalu agresif. Padahal,
para elite parpol lebih santai menyikapi pembagian jatah
menteri.
Sebab untuk parpol nanti ada forumnya sendiri. Forum para
ketum-ketum setelah sidang MK, paparnya.
Dikonfirmasi soal adanya gesekan soal kursi menteri ini, Ketua
Tim Pemenangan Jokowi-JK dari PKB Marwan Jafar hanya menjawab
diplomatis. Dia menegaskan penunjukan menteri sepenuhnya
diserahkan kepada Jokowi-JK. Dia juga menepis partainya meminta
jatah kursi menteri kepada Jokowi-JK.
Itu hak prerogratifnya presiden, jawab Marwan diplomatis.

Jokowi dan JK sudah berkali-kali menegaskan tak ada bagi-bagi
jatah kursi menteri di kabinetnya nanti. Keduanya terbuka untuk
menerima usulan dari semua pihak, namun akan memutuskan formasi
di kabinet sesuai dengan kompetensi dan rekam jejak.
Jokowi kini juga sudah membuat Rumah Transisi yang salah satu
fungsinya untuk menyiapkan arsitektur kabinet. Rumah Transisi
ini dipimpin oleh seorang kepala staf yang dipegang oleh Rini
Mariani Soemarno.



 Yth Abah Yanto,

 Jangan semoga Abah, bersama Pak Ketum dan VIP IAGI, cepatlah
 berikan masukan ke Capres tentang kandidat+alternatif
 Menteri ESDM yang mumpuni dan amanah ( langsung atau lewat
 pembisik handal). Kalau tidak --- entar kita bisa gigit jari
 lho. Pengamatan Pak OHL bisa jadi sebagian dari argumentasi.
 Sekedar masukan Abah.

 Wassalam,
 Mang Okim
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com
 SRS0-oQuG=46=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sun, 3 Aug 2014 18:53:44
 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres
 IAGI
 Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM.

 si Abah




 On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id
 abacht...@cbn.net.id wrote:



 Sepurane juga cak ETP.

 Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari
 SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari
 Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di
 PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang
 waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke
 publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg
 seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven,
 Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau
 Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun
 sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah.
 Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya).

 Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori
 datanya spy lebih waras, tapi ngompori
 pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras
 menggunakan data.

 Salam
 ADB
 IAGI-0800
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 

 From:  ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id
 Sender:  iagi-net@iagi.or.id
 Date: Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700
 To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang
 bachtiarbachtiar.and...@gmail.com;
 Kekasihqandangbacht...@yahoo.com ReplyTo:
 iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres
 IAGI

 Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa
 ngompori sehingga data yabg disajikan

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-08-04 Terurut Topik miko
Alhamdulilah, Bu Rini Soemarno telah dipercaya sebagai komandan Rumah 
Transisinya Capres 2, dibantu Pak Anies Baswedan dll. Mang Okim berharap, batu 
mulia akan menggeliat lagi niih --- setelah 10 tahunan praktis stagnan dan 
bahkan jungkir balik.

Salam Gems-Lovers,
Mang Okim
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 4 Aug 2014 17:46:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Mungkin lebih baik cukup memberikan Kriteria nya saja untuk
menjadi Meteri ( ESDM)kalau dilihat secara garis besar Tupoksi ESDM itu kan
menyangkut masalah pengelolaan sektor Energi ( ketersediaan
listrik dan BBM , security energi , harga terjangkau , subsidi,
dll ) , Menyangkut Pengelolaan SDA ( Minerba . migas , Pabum ) 
, dan Yg Menyangkut perGeologian ( Mitigasi BA , survai , dst )
Apa saja yg menjadi kendala / kelemahan selama ini untuk
menangani hal hal tsb diatas dan Bagaimana seharusnya
kedepannya , Kemudian kriteria sorang menteri yg cocok untuk
mengelolanya.
kalau sudah bicara nama ( person ) nanti ada unsur
subyektifitasnya..

Rupanya Jabatan Menteri sudah mulai Gonjang Ganjing
memanas.spt dibawah ini:

ISM


Gonjang-ganjing Rebutan Kursi Menteri di Internal Kubu Jokowi
Ahmad Toriq - detikNews

Senin, 04/08/2014 15:17 WIB
Jakarta - Internal kubu pengusung Jokowi-JK bergeliat pasca
penetapan kemenangan oleh KPU, penyebabnya tak lain karena
kursi menteri. Dikabarkan terjadi persaingan antara para
pengusung yang berasal dari parpol dengan mereka yang bergerak
secara individu.
Orang-orang non parpol nafsunya lebih ngeri, mengalahkan
orang-orang yang di partai, kata seorang elite parpol
pendukung Jokowi-JK saat berbincang dengan detikcom, Senin
(4/8/2014).
Para elite parpol pengusung Jokowi-JK terus memantau pergerakan
para individu yang kerap menempel Jokowi. Pergerakan para
individu ini ditengarai sebagai upaya agresif memikat Jokowi
agar memberikan kursi menteri.
Putaran terakhir kampanye mereka ikut, menempel ketat. Mulai
dari kampanye terakhir kita-kita yang dari parpol
ditendang-tendang. Seolah-olah hebat memberi masukan. Setelah
pencoblosan mereka ngatur semuanya, sampai hari ini, ujarnya.
Pergerakan para individu dianggap terlalu agresif. Padahal,
para elite parpol lebih santai menyikapi pembagian jatah
menteri.
Sebab untuk parpol nanti ada forumnya sendiri. Forum para
ketum-ketum setelah sidang MK, paparnya.
Dikonfirmasi soal adanya gesekan soal kursi menteri ini, Ketua
Tim Pemenangan Jokowi-JK dari PKB Marwan Jafar hanya menjawab
diplomatis. Dia menegaskan penunjukan menteri sepenuhnya
diserahkan kepada Jokowi-JK. Dia juga menepis partainya meminta
jatah kursi menteri kepada Jokowi-JK.
Itu hak prerogratifnya presiden, jawab Marwan diplomatis.

Jokowi dan JK sudah berkali-kali menegaskan tak ada bagi-bagi
jatah kursi menteri di kabinetnya nanti. Keduanya terbuka untuk
menerima usulan dari semua pihak, namun akan memutuskan formasi
di kabinet sesuai dengan kompetensi dan rekam jejak.
Jokowi kini juga sudah membuat Rumah Transisi yang salah satu
fungsinya untuk menyiapkan arsitektur kabinet. Rumah Transisi
ini dipimpin oleh seorang kepala staf yang dipegang oleh Rini
Mariani Soemarno.



 Yth Abah Yanto,

 Jangan semoga Abah, bersama Pak Ketum dan VIP IAGI, cepatlah
 berikan masukan ke Capres tentang kandidat+alternatif
 Menteri ESDM yang mumpuni dan amanah ( langsung atau lewat
 pembisik handal). Kalau tidak --- entar kita bisa gigit jari
 lho. Pengamatan Pak OHL bisa jadi sebagian dari argumentasi.
 Sekedar masukan Abah.

 Wassalam,
 Mang Okim
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com
 SRS0-oQuG=46=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sun, 3 Aug 2014 18:53:44
 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres
 IAGI
 Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM.

 si Abah




 On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id
 abacht...@cbn.net.id wrote:



 Sepurane juga cak ETP.

 Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari
 SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari
 Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di
 PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang
 waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke
 publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg
 seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven,
 Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau
 Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun
 sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah.
 Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya).

 Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori
 datanya spy lebih waras, tapi ngompori
 pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-08-03 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Pak Ong HL

Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa 
TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi 
rakyatnya sendiri.
Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa ya 
??? Menyedihkan .

si Abah


On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
 


 
Teman2 IAGI,
 
Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari
Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data
dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa
dipercaja, paling tidak lebih consistent.
 
Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak
Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang
ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan
produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir
produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000
bbl/day. 
 
Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk
boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik
investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya
gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450
TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang
berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia
berada di Indonesia.
 
Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya
cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri.
Investor Indonesia  yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. 
Yang
lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang
dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa
Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri
Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi
geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus
dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya
sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor.
Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah
(hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan
primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat
kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai
dalam kurun waktu 11 tahun. 
 
Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi
yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy
policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk
menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya
dan berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral 
depletion
dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara ichlas oleh
publik.   
 
Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo
ESDM atau SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti
sekarang. Istilah di Pertambangan, harus CC. 
 
Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada
Pemerintah jika mengetahui bahwa datanya keliru. Kalau bukan kita, siapa lagi? 
 
Salam,
 
HL Ong
 
 
 
From:iagi-net@iagi.or.id
[mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of seno aji
Sent: Tuesday, July 22, 2014 9:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
 
Iagi sedang menyiapkan buku putih untuk presiden terpilih,
berisi tentang energi, mineral, mitigasi.
Memang diperlukan informasi yang valid untuk data produksi baik declining
maupun inclining. Kalau pemerintah saja yang setiap hari memantau bisa salah
apalagi yg diluar pemerintah. 
Kita perlu punya semacam badan statistik produksi ESDM.

Salam
SA
Sent from my@smartmail


 
From: Bandono Salim bandon...@gmail.com 
Sender: iagi-net@iagi.or.id 
Date: Wed, 23 Jul 2014 08:44:55 +0700
To: Iagiiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN --
was PilPres IAGI
 
Mosok wanio ?
Pada 22 Jul 2014 22:32, lia...@indo.net.id menulis:
Bagaimana kalau IAGI memberikan
masukan ke Presiden Baru yg baru saja ditetapkan KPU , misalnya Pokok Pokok
Pikiran IAGI tdp Pengelolaan SDA / SDE
Yg membahas juga antara lain masalah data dan pemahamannya serta pengelolaannya
, langkah langkah yg perlu dilakukan , materi tdk terlalu panjang lebar cukup
point point nya saja yg kira kira belum dikakukan oleh presiden sebelumnya

Ism


Powered by Telkomsel BlackBerry®


 
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com 
Sender: iagi-net@iagi.or.id 
Date: Tue, 22 Jul 2014 21:03:46 +0700
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was
PilPres IAGI (Status Keanggotaan)
 
Tugas khusus memonitor

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-08-03 Terurut Topik ET Paripurno
Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga
data yabg disajikan lebih waras ngga ya?
Tabik

ET Paripurno
+62818260162
paripu...@gmail.com
www.geohazard.blog.com
---
On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com=
yrs_...@iagi.or.id wrote:

 Pak Ong HL

 Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa
 TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya
 membohongi rakyatnya sendiri.
 Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa
 ya ??? Menyedihkan .

 si Abah


   On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
 wrote:


   Teman2 IAGI,

 Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari Pemerintah. Data
 yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data dari Biro
 Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa dipercaja,
 paling tidak lebih consistent.

 Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak Ketua. Contoh
 dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang ditayangkan di TV.
 Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan produksi minyak
 hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir produksi turun
 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000 bbl/day.

 Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk boosting atau dipakai
 untuk kepentingan tertentu termasuk menarik investor. Di media dan
 presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya gas, yang terambil
 baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450 TCF
 dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang
 berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal
 dunia berada di Indonesia.

 Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya cuma
 tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri.
 Investor Indonesia  yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan
 termakan. Yang lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya
 dengan data yang dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar
 bahwa Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM,
 Menteri Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan
 eksplorasi geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun
 dengan harga bagus dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor
 rendah dianggap jumlahnya sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di
 upgrade sebelum bisa diekspor. Alternative energy, yang dibanyak Negara
 diberikan prioritas paling rendah (hanya 1% dari energy mix dunia,
 excluding nuclear dan hidro), dijadikan primadona di Indonesia dan oleh
 Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat kali menjadi 23% untuk
 energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai dalam kurun waktu 11
 tahun.

 Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi yang keliru
 mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy policy makers
 seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk menarik
 investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya dan
 berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral
 depletion dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara
 ichlas oleh publik.

 Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo ESDM atau
 SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti sekarang.
 Istilah di Pertambangan, harus CC.

 Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada Pemerintah
 jika mengetahui bahwa datanya keliru. Kalau bukan kita, siapa lagi?

 Salam,

 HL Ong



  *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *seno
 aji
 *Sent:* Tuesday, July 22, 2014 9:50 PM
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

 Iagi sedang menyiapkan buku putih untuk presiden terpilih, berisi tentang
 energi, mineral, mitigasi.
 Memang diperlukan informasi yang valid untuk data produksi baik declining
 maupun inclining. Kalau pemerintah saja yang setiap hari memantau bisa
 salah apalagi yg diluar pemerintah.
 Kita perlu punya semacam badan statistik produksi ESDM.

 Salam
 SA
  Sent from my@smartmail
  --
  *From: *Bandono Salim bandon...@gmail.com
  *Sender: *iagi-net@iagi.or.id
  *Date: *Wed, 23 Jul 2014 08:44:55 +0700
  *To: *Iagiiagi-net@iagi.or.id
  *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
  *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

  Mosok wanio ?
  Pada 22 Jul 2014 22:32, lia...@indo.net.id menulis:
  Bagaimana kalau IAGI memberikan masukan ke Presiden Baru yg baru saja
 ditetapkan KPU , misalnya Pokok Pokok Pikiran IAGI tdp Pengelolaan SDA / SDE
 Yg membahas juga antara lain masalah data dan pemahamannya serta
 pengelolaannya , langkah langkah yg perlu dilakukan , materi tdk terlalu
 panjang lebar cukup point point nya saja yg kira

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-08-03 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM.

si Abah




On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id 
abacht...@cbn.net.id wrote:
 


Sepurane juga cak ETP.

Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus 
diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya 
didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang 
kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh 
para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg 
isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau 
Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun 
sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih 
waras dalam mengungkapkannya).

Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih 
waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras 
menggunakan data. 

Salam
ADB
IAGI-0800
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id 
Sender:  iagi-net@iagi.or.id 
Date: Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700
To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiarbachtiar.and...@gmail.com; 
Kekasihqandangbacht...@yahoo.com
ReplyTo:  iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data 
yabg disajikan lebih waras ngga ya?
Tabik
ET Paripurno
+62818260162 
paripu...@gmail.com
www.geohazard.blog.com
---

On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri 
SRS0-oQuG=46=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id wrote:

Pak Ong HL


Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa 
TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi 
rakyatnya sendiri.
Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa ya 
??? Menyedihkan .


si Abah



On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
 


Teman2 IAGI,
 
Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari
Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data
dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa
dipercaja, paling tidak lebih consistent.
 
Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak
Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang
ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan
produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir
produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000
bbl/day. 
 
Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk
boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik
investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya
gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450
TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang
berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia
berada di Indonesia.
 
Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya
cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri.
Investor Indonesia  yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. 
Yang
lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang
dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa
Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri
Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi
geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus
dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya
sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor.
Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah
(hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan
primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat
kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai
dalam kurun waktu 11 tahun. 
 
Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi
yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy
policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk
menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya
dan berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral 
depletion
dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara ichlas oleh
publik.   
 
Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo
ESDM atau SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti
sekarang. Istilah di Pertambangan, harus CC. 
 
Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-08-03 Terurut Topik ET Paripurno
Lha..
Suwun Cak Andang
Ttg Menteti ESDM, kita bisa mengusulkan dan menolak seseorang asal
alasannya jelas. IAGI akan mengambil porsi ini? Yuk kita lakukan.
Bareng-bareng dengan IATMI, HAGI, Perhapi, HAGI dan lain2.
Pripun pak Ketua.

ET Paripurno
+62818260162
paripu...@gmail.com
www.geohazard.blog.com
---
On Aug 4, 2014 8:54 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com=
yrs_...@iagi.or.id wrote:

Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM.

si Abah




  On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id 
abacht...@cbn.net.id wrote:


Sepurane juga cak ETP.

Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus
diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya
akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak
bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke
publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2
mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau
Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP
statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi
pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya).

Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy
lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy
lebih waras menggunakan data.

Salam
ADB
IAGI-0800
Powered by Telkomsel BlackBerry®
--
*From: * ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id
*Sender: * iagi-net@iagi.or.id
*Date: *Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700
*To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiar
bachtiar.and...@gmail.com; Kekasihqandangbacht...@yahoo.com
*ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
*Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga
data yabg disajikan lebih waras ngga ya?
Tabik
ET Paripurno
+62818260162
paripu...@gmail.com
www.geohazard.blog.com
---
On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com=
yrs_...@iagi.or.id wrote:

Pak Ong HL

Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa
TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya
membohongi rakyatnya sendiri.
Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa
ya ??? Menyedihkan .

si Abah


  On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
wrote:


  Teman2 IAGI,

Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari Pemerintah. Data
yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data dari Biro
Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa dipercaja,
paling tidak lebih consistent.

Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak Ketua. Contoh
dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang ditayangkan di TV.
Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan produksi minyak
hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir produksi turun
20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000 bbl/day.

Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk boosting atau dipakai
untuk kepentingan tertentu termasuk menarik investor. Di media dan
presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya gas, yang terambil
baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450 TCF
dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang
berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal
dunia berada di Indonesia.

Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya cuma
tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri.
Investor Indonesia  yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan
termakan. Yang lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya
dengan data yang dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar
bahwa Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM,
Menteri Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan
eksplorasi geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun
dengan harga bagus dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor
rendah dianggap jumlahnya sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di
upgrade sebelum bisa diekspor. Alternative energy, yang dibanyak Negara
diberikan prioritas paling rendah (hanya 1% dari energy mix dunia,
excluding nuclear dan hidro), dijadikan primadona di Indonesia dan oleh
Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat kali menjadi 23% untuk
energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai dalam kurun waktu 11
tahun.

Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi yang keliru
mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy policy makers
seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk menarik
investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya dan

Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN

2014-08-03 Terurut Topik liamsi
masalahnya Menteri itu jabatan Politik , jadi siapaun bisa
jadi mentri kalau punya Jalur Politik , tetap saja parpol
punya kans yg lbh besar, Kecuali Presidennya Cuekin saja
terhadap pressurenya parpol , Opo yo wani . ??? kita lihat
saja nanti susunannya Kabinetnya.
Masalah data itu sebetulnya  tidak kalah pentingnya selain soal
angka angkanya  , juga soal Status Data tsb harus jelas
dicantumkan dan diberikan penjelasan karena Publik tidak bisa
membedakannya mana Sumberdaya / Resources mana Cadangan  ,
semuanya dianggap Reserve bahkan semuanya dianggap Proven
Reserve
Contoh Data Cadangan geothermal katanya 29-30 ribu MW , Publik
hanya tahu kalau itu semua bisa langsung dikonversikan ke
Energy Listrik setara juga dg 29-30 ribu MW langsung jadi
setrum dan nyala.padahal kalau kita perhatikan angka 29-30 Ribu MW tsb adalah
Angka Kumulatif dari penjumlahan berbagai status sumberdaya (
Resources ) dan Cadangan ( reserve) , padahal sumberdaya dan
cadangan tsb masih dipisah pisahkan lagi  mulai dari satusnya
baru  Spekulatif , Hipotetic , Probable , Possible sampai 
Proven , disisi lain  yg Proven itu mungkin tidak lebih dari
5000 MW , seharusnya untuk perencanaaan pembangunan PLTP  kita
berpedomannya hanya kpd yg Proven tsb shg target capaiannya
jelas dg angka kepastian tinggi , yg terjadi sekarang ini semua
target meleset jauh karena data yg dipakai tidak dipilah pilah
dan dipilih mana yg baru Sumberdaya / Resoueces dan  mana yg
Cadangan. Begitu juga untuk SDA yang lain spt migas, CBM dll.
 Sebetulnya kalau angka Lifting itu selalu dimonitor terus
 menerus karena Lifting adalah salah satu indikator untuk 
 Asumsi makro APBN , shg setiap tahun di tetapkan bersama
 antara BP Migas , Dirjen Migas/ ESDM dan Senayan yg tertunag
 dalam UU APBN bahkan setiap pertengahan tahun ada Koreksi
 sesuai perkembangan Produksinya ( bisa turun bisa naik ) yg
 nantinya akan merubah data Awal APBN ke APBN-P , karena kalau
 ada penyimpangan akan berdampak kpd Penerimaan Negara, jadi
 kalau lihat Data Lifting yg real bisa mengambil dari datanya
 APBN ( bisa dilihat di Webnya Depkeu biasanya ada di Data
 asumsi Makro APBN )
Yg diperlukan Publik itu sebetulnya bagaimana membaca data tsb
khususnya ttg Status dari data tsb , mulai dari data yg 
sebetulnya baru Status Sumberdaya daya ( resources ) sampai
pada tahap mencapai Cadangan ( Proven reserve )  apa itu
Sumberdaya apa itu Cadangan  sampai status detailnya misalnya
apa itu Cadangan Probable sampai  cadangan Terbukti dll.ini yg
perlu dilakukan pemahaman kepada publik

ISM















 Lha..
 Suwun Cak Andang
 Ttg Menteti ESDM, kita bisa mengusulkan dan menolak
 seseorang asal alasannya jelas. IAGI akan mengambil porsi
 ini? Yuk kita lakukan.
 Bareng-bareng dengan IATMI, HAGI, Perhapi, HAGI dan lain2.
 Pripun pak Ketua.

 ET Paripurno
 +62818260162
 paripu...@gmail.com
 www.geohazard.blog.com
 ---
 On Aug 4, 2014 8:54 AM, Yanto R. Sumantri
 SRS0-oQuG=46=yahoo.comyrs_...@iagi.or.id wrote:

 Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM.

 si Abah




  On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id 
 abacht...@cbn.net.id wrote:


 Sepurane juga cak ETP.

 Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari
 SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari
 Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di
 PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang
 waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke
 publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg
 seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven,
 Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau
 Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun
 sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah.
 Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya).

 Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori
 datanya spy lebih waras, tapi ngompori
 pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras
 menggunakan data.

 Salam
 ADB
 IAGI-0800
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700
 *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiar
 bachtiar.and...@gmail.com;
 Kekasihqandangbacht...@yahoo.com
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was
 PilPres IAGI

 Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa
 ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya?
 Tabik
 ET Paripurno
 +62818260162
 paripu...@gmail.com
 www.geohazard.blog.com
 ---
 On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri
 SRS0-oQuG=46=yahoo.comyrs_...@iagi.or.id wrote:

 Pak Ong HL

 Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya
 tersenyum , tapa TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok
 Pemerintah tega teganya
 membohongi rakyatnya sendiri.
 Dus , kalau asumsinya

Bls: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

2014-07-23 Terurut Topik Seno Aji
Pak Ong, 


Memang ke depan kita harus memberikan informasi kebenaran kepada pemerintah 
jika mereka salah hitung. Anyway, data yang didapatkan IAGI pun juga harus data 
valid, karena badan2 pemerintah masih memiliki hasil yang berbeda.
setuju jika data resmi yang dikeluarkan harus berlogo badan masing2 agar tidak 
ada manuver data lain yang beredar.

Koh Liamsi, BG dan iagi kan saat ini masih mengembangkan peta metallorgenic 
untuk seluruh Indonesia agar nantinya bisa juga dipakai oleh investor

salam
SA






Pada Kamis, 24 Juli 2014 12:38, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id 
menulis:
 


 
Dulu banget  IAGI kalau nggak salah pernah mempublikasikan Peta Sumberdaya 
Energi , komplit plit termasuk status dan penyebarannya baik besarnya  cadangan 
maupun  potensinya serta kapasitas terpasangnya terdiri dari migas , sumberdaya 
Air , batubara , sampai  RE Geothermal dll disertai dg keterangan keterangan nya
Peta ini waktu itu cukup dikenal dikalangan yg bergerak di sektor energy  dan 
sering dijadikan referensi

Bicara ttg data kadang bisa beda beda karena beda status dan tahun publikasinya 
,
Hanya Data lifting migas karena tiap tahun dipakai sbg Asumsi Dasar APBN 
ditetapkan bersam sama Pemerintah { ESDM / Dirjen migas / SKK migas ) dan DPR  
besarnya lifting tiap awal tahun anggaran yg dituangkan dlm UU APBN , kemudian 
pada pertengahan tahun kalau ada perubahan produksi krn berbagai faktor  maka 
di tetapkan lagi besarnya lifting dalam APBN Perubahan , jadi data lifting awal 
tahun dg pertengahan tahun bisa berbeda beda , disamping itu harga minyak { ICP 
} jg ditetapkan sama sama. Sebelum 2013 hanya data lifting minyak saja baru 
setelah 2013 ditambah data lifting gas sbg asumsi makro APBN




Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg 
Sender:  iagi-net@iagi.or.id 
Date: Wed, 23 Jul 2014 19:28:35 -0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI

Teman2 IAGI,
 
Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari
Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data
dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa
dipercaja, paling tidak lebih consistent.
 
Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak
Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang
ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan
produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir
produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000
bbl/day. 
 
Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk
boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik
investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya
gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450
TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang
berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia
berada di Indonesia.
 
Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya
cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri.
Investor Indonesia  yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. 
Yang
lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang
dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa
Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri
Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi
geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus
dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya
sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor.
Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah
(hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan
primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat
kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai
dalam kurun waktu 11 tahun. 
 
Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi
yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy
policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk
menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya
dan berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral 
depletion
dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara ichlas oleh
publik.   
 
Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo
ESDM atau SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti
sekarang. Istilah di Pertambangan, harus CC. 
 
Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada
Pemerintah jika mengetahui bahwa datanya keliru. Kalau bukan kita, siapa lagi? 
 
Salam,
 
HL