Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-28 Terurut Topik Munasri
Rekan-rekan IAGI netter,

Saya senang sekali perihal Karangsambung masuk dalam perbincangan di milis
ini.

Tentang Kampus Karangsambung:
Sejak Juni 2002 LIPI mereoraganisasi Kampus Karangsambung menjadi UPT Balai
Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung. Salah satu tugas- fungsinya
adalah memberikan pelayanan jasa dan informasi kebumian dan menyebarluaskan
ilmu kebumian (Yang dalam pelaksaanaannya menyediakan fasilitas bagi
kegiatan diklat lapangan mahasiswa dan menyelenggarakan diklat ilmu
kebumian). Saat ini ada 14 perguruan tinggi yang menggunakan Kampus
Karangsambung. Selain itu Siswa TK hingga SLTA juga sudah bisa 'nyantren'
ilmu bumi (biasanya 3 hari 2 malem) di Kampus Karangsambung.

Tentang Kondisi kawasan geologi Karangsambung sekarang ini:
- Frekuensi banjir pada DAS Luk Ulo lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya (ini perlu penelitian seksama).
- Air tanah di beberapa tempat mulai menyusut. (Mata air di kaki Gunung
Parans yang airnya biasa digunakan oleh Kampus kini sudah mengering). Kini
Kampus membuat sumur bor di tepian Sungai Luk Ulo untuk memperoleh air
bersih).
- Penghijauan? Tidak selurhnya hijau. Di hulu sungai Luk Ulo pada perbukitan
yang merupakan batas administratif Kab. Kebumen dan Banjarnegara sudah tidak
ada lagi hutan jati dan hutan mahoni. Pohon-pohon ini habis ditebang pada
kurun 1997-1999.
- Boulder batuan seukuran kerbau dari anak-anak sungai di hulu Luk Ulo sudah
banyak yang diangkut keluar Karangsambung. Sebagian masyarakat mengerti
batuan ini bila di ambil akan mengerosi sawah mereka yang dekat tepian
sungai. Sebagian kecil mereka mengerti batuan ini sebagai tanggul alam yang
berfungsi menahan laju air yang berlebihan. Sebagian mereka hanya tahu bahwa
batuan ini laku dijual. (Karena - ini yang menarik- mereka tahu batuan mana
yang 'bagus' justeru dari para ahli geologi i.e. dosen/mahasiswa yang biasa
mengorder batuan seperti Rijang, Basalt, Gabro, Eklogit dll.). Kini mereka
sudah pintar ilmu batu, dan pasar mereka bukan lagi dosen/mahasiswa tapi
real estate/ hotel-hotel di kota besar.

Tentang berita Suara Pembaruan:
Berita itu sebagian ada benarnya. Yang tidak benar, saya tidak pernah
bertemu dengan wartawan Suara Pembaruan (Wahyu Mandoko?).  Berita itu bisa
jadi mengutip dari berita di Suara Merdeka yang wartawannya Wardopo datang
ke Kampus untuk meliput Diklat Basis data Spasial.
Banyak pernyataan yang benar dan yang tidak pas benar, tidak seluruhnya dari
saya. Itu hasil olahan/simpulan dari wartawan.

Alumni Karangsambung merasa prihatin dengan Karangsambung?
Sumbangsih apa kira-kira yang bisa kita berikan kepada masyarakat
Krangsambung? Bikin monumen batuan? Mengajari mereka melakukan diversifikasi
usaha selain menambang dan merusak batuan?
Saya pikir ngga usah repot-repot mikir itu. Kalau memang punya niat
membantu, pikir ini saja:
Di seputaran Kampus terdapat 7 sekolah setingkat SLTP. Pada tahun ajaran
2003 lalu 7 sekolah itu meluluskan 581 siswa. Dari jumlah itu tidak
separuhnya yang bisa melanjutkan ke SLTA di Kebumen. Kemana mereka?
Seandainya di Karangsambung ada dibangun SLTA, mungkin bisa lebih banyak
lagi saudara-saudara kita di Karangsambung yang bisa sekolah.
Bantu mereka, bantu bagaimana agar di Karangsambung ada SLTA. Silakan mikir
yang ini saja.
(Lakukan yang kita katakan,
katakan yang kita lakukan he..he..)

Thanks to RDP yang membawa masuk berita ini
Salam,
Munasri



- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, June 22, 2004 7:33 PM
Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan


 SUARA PEMBARUAN DAILY
 Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
 Wahyu Mandoko
 TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
 Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai
 ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan
 masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar
 Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air.
 NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen,
Jawa
 Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan
 berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan
 yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak.
 Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah
 karena ditambang secara  liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang
 berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan
 Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri.
 Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil
sampai
 besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan
 yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu
 sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari
 dalam dan luar negeri.
 Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar 

Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-23 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Kita (geologist) ini sedang berlomba adu cepat untuk menggali daerah KS 
(Karangsambung) ini.
Penduduk menggali tanah mencari batu, sedang geologist menggali ilmu. Ya 
kalau kita melihat sebagai fenomena alam maka hanya terlihat proses survival 
saja. Nah manusia yg memiliki inteligent (otak) tentunya dituntut lebih utk 
dapat memanfaatkan menjadi sebuah simbiosa mutualis, dari zero sum game 
(win-loose) menjadi nonzero sum game yang win-win, namun mesti cermat 
sebab kalau salah langkah malah menjadi nonzero sum game tetapi lost-lost.

Selama ini, sejauh mana geologist menggali ilmu di KS, apakah sudah 
optimum? Jangan sampai hanya karena dulu wektu sekolah belajar disini trus 
menjadikan 'memorabia' sayang kalau dihilangkan  trus mo dibikin 
monumen perjuangan :) .
Dari sisi geologipun banyak kok yang memungkinkan dapat digugat soal KS ini 
misalnya: berapa banyak tulisan ilmiah keluar dari KS ini ? Berapa yg 
sebelumnya dan berapa yg diperkirakan akan muncul lagi berikutnya ?. Kalau 
saja sudah mulai jenuh, ya sudah tinggalkan saja KS sebagai lab geologi dan 
kita preserved yang perlu-perlu saja, trus didokumentasikan semua 
tulisan-tulisan ttg KS ini, kalau perlu dimuat dalam CD dan disebarkan bebas 
(free copy).

Banyak juga kok cara-caranya kalau mau memuliakan batu-batu ini, Salah satu 
dari sekian simbiose mutualis yg win-win misalnya mengajari penduduk untuk 
memberokah harga batu karangsambung menjadi batu mulia, nah ini jelas 
usaha yg mulia. Nah kalau saja batu-batu ini dijuwal dengan harga yang 
bukan harga ombyokan (dihitung pakai volumen kubik atau truk), tetapi batu 
tsb diberi nilai tambah dengan tulisan ...Batuan Formasi Waturondo Karang 
Sambung, Jawatengah, Indonesia.  Usia batu 45 juta tahun. Batuan piroklastik 
hasil gunung api ini terbentuk bersamaan dengan punahnya Dinosaurus di 
China, Australia, dan Afrika (btw, Waturondo piroklastik bukan sih ... aku 
ngawur saja nih :). Kayaknya Pak Jatmiko yg ahli soal menghargai batu-batu 
ini.

Nah kalau saja satu glundung batu yg tadinya dijuwal 25 perak, sekarang 
bisa dihargai dengan 10 ribu perak. Dengan demikian tentunya masyarakat 
sekitar akan ikutan menjaga harta bendanya yang berharga ini. Dan penggalian 
batu bongkahan ini akan relatif tertahan lajunya, dan sang ahli geology 
pun masih punya tambahan kesempatan untuk menggali ilmunya.

RDP
no one can monopilised the truth
_
The new MSN 8: smart spam protection and 2 months FREE*  
http://join.msn.com/?page=features/junkmail

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-23 Terurut Topik Prasiddha Hestu Narendra
Mas Picky idenya top juga kalo mau menghargai bongkahan batu dari sekedar 
25 perak jadi 10ribu perak..masalahnya sopo sing arep tuku alias sapa yg 
mau beli? paling2 sekedar mahasiswa yg dateng.dan penjualan model 
begitu pernah saya lihat di Gua Tabuh Pacitan, tapi penjualannya yo ndak 
bagus, pasarnya terbatas karena konsumennya dikit. Bagi masyarakat 
mendingan ndongkel batu trus saya jual sama orang kota sebagai bahan 
bangungn hasilnya lebih kelihatan cepet laku cepet ngepulin asap dapur.

emang ndak mudah mem versuskan antara kebutuhan perut VS kebutuhan ilmiah
memang selama ini ada teritorial khusus dgn yg disebut sebagai lab alam 
tersebut??

At 06:07 AM 06/23/2004 +, you wrote:
Kita (geologist) ini sedang berlomba adu cepat untuk menggali daerah KS 
(Karangsambung) ini.
Penduduk menggali tanah mencari batu, sedang geologist menggali ilmu. 
Ya kalau kita melihat sebagai fenomena alam maka hanya terlihat proses 
survival saja. Nah manusia yg memiliki inteligent (otak) tentunya dituntut 
lebih utk dapat memanfaatkan menjadi sebuah simbiosa mutualis, dari zero 
sum game (win-loose) menjadi nonzero sum game yang win-win, namun mesti 
cermat sebab kalau salah langkah malah menjadi nonzero sum game tetapi 
lost-lost.

Selama ini, sejauh mana geologist menggali ilmu di KS, apakah sudah 
optimum? Jangan sampai hanya karena dulu wektu sekolah belajar disini trus 
menjadikan 'memorabia' sayang kalau dihilangkan  trus mo dibikin 
monumen perjuangan :) .
Dari sisi geologipun banyak kok yang memungkinkan dapat digugat soal KS 
ini misalnya: berapa banyak tulisan ilmiah keluar dari KS ini ? Berapa yg 
sebelumnya dan berapa yg diperkirakan akan muncul lagi berikutnya ?. Kalau 
saja sudah mulai jenuh, ya sudah tinggalkan saja KS sebagai lab geologi 
dan kita preserved yang perlu-perlu saja, trus didokumentasikan semua 
tulisan-tulisan ttg KS ini, kalau perlu dimuat dalam CD dan disebarkan 
bebas (free copy).

Banyak juga kok cara-caranya kalau mau memuliakan batu-batu ini, Salah 
satu dari sekian simbiose mutualis yg win-win misalnya mengajari penduduk 
untuk memberokah harga batu karangsambung menjadi batu mulia, nah ini 
jelas usaha yg mulia. Nah kalau saja batu-batu ini dijuwal dengan harga 
yang bukan harga ombyokan (dihitung pakai volumen kubik atau truk), 
tetapi batu tsb diberi nilai tambah dengan tulisan ...Batuan Formasi 
Waturondo Karang Sambung, Jawatengah, Indonesia.  Usia batu 45 juta tahun. 
Batuan piroklastik hasil gunung api ini terbentuk bersamaan dengan 
punahnya Dinosaurus di China, Australia, dan Afrika (btw, Waturondo 
piroklastik bukan sih ... aku ngawur saja nih :). Kayaknya Pak Jatmiko yg 
ahli soal menghargai batu-batu ini.

Nah kalau saja satu glundung batu yg tadinya dijuwal 25 perak, sekarang 
bisa dihargai dengan 10 ribu perak. Dengan demikian tentunya masyarakat 
sekitar akan ikutan menjaga harta bendanya yang berharga ini. Dan 
penggalian batu bongkahan ini akan relatif tertahan lajunya, dan sang 
ahli geology pun masih punya tambahan kesempatan untuk menggali ilmunya.

RDP
no one can monopilised the truth
_
The new MSN 8: smart spam protection and 2 months FREE*
http://join.msn.com/?page=features/junkmail
-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-23 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
From: Prasiddha Hestu Narendra sekedar 25 perak jadi 10ribu 
perak..masalahnya sopo sing arep tuku
alias sapa yg mau beli? paling2 sekedar mahasiswa yg dateng.dan
=
Create your market !!
Paradigma menjual sesuai dengan permintaan pasar itu cara tradisionil untuk 
menjual barang atau jasa. Namun cara moderen sekarang adalah menciptakan 
pasar ... create your market !!.

Kalo masih inget cerita lama tentang surveynya pabrik sepatu yg survey di 
Afrika ... Ya critanya bagaimana sebuah survey perusahaan sepatu untuk 
melihat pasar di Afrika. Yang ditemukan tidak ada orang yg bersepatu di 
afrika, tetapi rekomendasi bisa dua macam ... Jangan membuat pabrik sepatu 
wong ngga ada yg bersepatu. Atau membuat sepatu mumpung belum ada yg 
bersepatu ... Yang pertama - save money not to build factory, yang satunya 
perlu usaha keras memperkenakan sepatu ke wong Afrika (an oportunity 
required effort to make them realy need shoes).

Nah gimana menciptakan orang-orang supaya membeli batu berharga ini ?  
Teach them !! Kalau bahasanya IAGI ya 'sosialisasi geologi' :) Dalam hal 
jual batu ini ada dua aspek yg mau dijual, satu keindahan batu (batu mulia) 
yg kedua adalah nilai informasi geologi yg njlegur soal batu ini, misalnya 
umur yg JUTAAN TAHUN, cing!, juga kaitan dengan interest secara umum 
(Dinosaurus punah, gunung api, gempa dll).

Jadi ada aspek informasi yg mesti kita jual juga bersamaan dengan batu, 
nah disini yg memerlukan usaha intelektual geology. Kalau nilainya secara 
ilmiah dapat disertifikasi tentunya harganya jauh lebih mahal. Di toko 
Kinokuniya (toko buku Jepang) kebetulan ada cabangnya yg segedung sama aku, 
ada pojok yang menjual batu-batuan fosil, mineral dll yang berserfikat !, 
lah kalo yang ini harganya bisa ratusan ribu, terutama fosil2nya. Padahal 
kalau aku lihat beberapa fosil itu sudah dikenal hampir semua geologist 
lulusan jawa soale cuman watu duwit yang berserakan di mBayat sana, 
tetapi sudah dipotong (diasah tengahnya/ dibelah). Diberi sertifikat trus 
diberi diskripsi singkat. Jadi yg menjadikan harganya naik nilai sertifikat 
dan informasi sederhana itu.

Kalau orang jepang emang lain lagi soal seni batu ini atau yg disebut 
suiseki, ini menjual batu yg mempunyai keindahan alami. Namun yg menarik 
(ini crita penjualnya), biasanya orang jepang suka isi cerita (dongeng) 
dibalik batu2an suiseki yg dijual ini. Bahkan critanya bisa lucu-lucu, ada 
yg bilang begini ...  Nah ini 'sendang' (bilik mandi) sang putri ... nah 
kalau ini gua kecil yg jadi rumahnya ketika diusir dari kerajaan karena 
menolak dikawinkan dengan putra mahkota yg jahat ... dst dst akhirnya 
Sang Putri  ini bertemu dengan pemuda tampan bernama Ro Vi Cky ... upst !

Betul, itu perlu tambahan usaha untuk menjual nilai intelektual, selain 
menjual keindahan, serta sifat mistik atau kalo perlu ditambah klenik di 
batu 'glundungan' itu ... :)

Salam
RDP
its easy to say, but hard to do
_
The new MSN 8: smart spam protection and 2 months FREE*  
http://join.msn.com/?page=features/junkmail

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-23 Terurut Topik AZHALI_EDWIN

setuju sama ulasannya Mas Rovicky.

saya dulu bersama men-temen jg sempet punya usaha batu (mulia) kecil2an dan
kita inisiatif buat ngasih nilai tambah dr yg namanya batu (mulia) ataupun
cincin, kalung dll...nggak sekedar cuma dipoles dan dikasih dudukan trus
dipajang tapi jg kita berusaha untuk ngasih informasi tambahan misalkan
batu ini umurnya sekian ribu/juta tahun, dulunya adalah jenis batu yg biasa
terdapat di daerah blablabla...dan kita jg berusaha untuk mendapatkan
sertifikat untuk setiap batu yg kita punya...ide lainnya adalah kita
berusaha untuk berbeda dr para penjual cincin yg banyak di pinggir
jalan...para penjual ini nggak mungkin dong bisa ngasih informasi geologi
dr cincin2 batu yg mereka punya (atau malah jago...?)

yg menjadi pokok permasalahan adalah kembali pada market...sangat jarang
sekali orang yg tertarik pada benda seni terutama dalam bentuk batu...hanya
orang2 tertentu saja yg mau ngeluarin duit agak banyak hanya untuk beli
batu yg dipoles...itupun nantinya hanya untuk dipajang...untuk cincin dan
kalung atau asesoris lainnya (barang2 yg masih mungkin dipake di badan)
marketnya masih lebih luas drpd batu pajangan...

atau mungkin perlu kerja bareng sama orang desain dan marketing...???



   

  Rovicky Dwi 

  Putrohari   To:   [EMAIL PROTECTED] 
  
  [EMAIL PROTECTED]   
 
  l.com   cc: 

   

  06/23/2004 08:40 Subject:  Re: [iagi-net-l] Kondisi 
Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan   
  PM   

  Please respond to

  iagi-net 

   

   





From: Prasiddha Hestu Narendra sekedar 25 perak jadi 10ribu
perak..masalahnya sopo sing arep tuku
alias sapa yg mau beli? paling2 sekedar mahasiswa yg dateng.dan
=

Create your market !!

Paradigma menjual sesuai dengan permintaan pasar itu cara tradisionil untuk
menjual barang atau jasa. Namun cara moderen sekarang adalah menciptakan
pasar ... create your market !!.

Kalo masih inget cerita lama tentang surveynya pabrik sepatu yg survey di
Afrika ... Ya critanya bagaimana sebuah survey perusahaan sepatu untuk
melihat pasar di Afrika. Yang ditemukan tidak ada orang yg bersepatu di
afrika, tetapi rekomendasi bisa dua macam ... Jangan membuat pabrik sepatu
wong ngga ada yg bersepatu. Atau membuat sepatu mumpung belum ada yg
bersepatu ... Yang pertama - save money not to build factory, yang satunya
perlu usaha keras memperkenakan sepatu ke wong Afrika (an oportunity
required effort to make them realy need shoes).

Nah gimana menciptakan orang-orang supaya membeli batu berharga ini ?

Teach them !! Kalau bahasanya IAGI ya 'sosialisasi geologi' :) Dalam
hal
jual batu ini ada dua aspek yg mau dijual, satu keindahan batu (batu mulia)
yg kedua adalah nilai informasi geologi yg njlegur soal batu ini,
misalnya
umur yg JUTAAN TAHUN, cing!, juga kaitan dengan interest secara umum
(Dinosaurus punah, gunung api, gempa dll).

Jadi ada aspek informasi yg mesti kita jual juga bersamaan dengan batu,
nah disini yg memerlukan usaha intelektual geology. Kalau nilainya secara
ilmiah dapat disertifikasi tentunya harganya jauh lebih mahal. Di toko
Kinokuniya (toko buku Jepang) kebetulan ada cabangnya yg segedung sama aku,
ada pojok yang menjual batu-batuan fosil, mineral dll yang berserfikat !,
lah kalo yang ini harganya bisa ratusan ribu, terutama fosil2nya. Padahal
kalau aku lihat beberapa fosil itu sudah dikenal hampir semua geologist
lulusan jawa soale cuman watu duwit yang berserakan di mBayat sana,
tetapi sudah dipotong (diasah tengahnya

RE: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik Bondan Brillianto
Sedikit nimbrung
Apa bedanya seorang geologist yang melakukan penelitian
Kemudian dia menghasilkan suatu adikarya yang dapat dikembangkan 
Kemudian karyanya tersebut diolah menjadikannya suatu nilai yang tinggi
Hingga ditambang disana-sini ?

Daerah Papua di daerah puncak Soekarno (konon katanya) dulu hutan alam
nan rimbun, sekarang tampak gundul dipangkas, pada dasarnya ulah siapa
yang menemukan tembaga dan emas ?
Mau ditambang merusak lingkungan, tidak ditambang kok ya bisa
mendatangkan pendapatan, bingung euy ?

Batu bara, minyak dan sebagainya mengalami hal yang sama juga
Cuma bedanya di Karangsambung tempat penelitian, yang relative dekat dan
sangat komplek bebatuannya. Namun masyarakat perlu pendapatan ?
Ada sumber penghasilan di lingkungan mereka, 
Tapi mereka hanya bengong melihat uang diam terus di sungai
Yang jelas mereka tidak mengerti sumber uang tersebut kenapa didiamkan
saja ?
Apa untungnya juga bagi mereka dengan adanya Pusat Penelitian disekitar
mereka
Tetapi tidak memberi kontribusi ke mereka ?

Prihatin sih prihatin  


Regard's 
 
  
Bondan - alumni karangsambung juga

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 22 Juni 2004 19:33
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung
Memprihatinkan

SUARA PEMBARUAN DAILY
Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
Wahyu Mandoko
TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten 
Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai 
ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan 
masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar 
Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air.
NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen,
Jawa 
Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan 
berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan.
Kawasan 
yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak.
Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam
punah 
karena ditambang secara  liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang 
berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan

Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri.
Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil
sampai 
besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan
bebatuan 
yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu
itu 
sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari 
dalam dan luar negeri.
Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan
yang 
bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah.
Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar 
untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk 
mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta 
kota-kota besar lainnya.
Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan

ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling 
dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa
saja. 
Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting
untuk 
penelitian dan pengetahuan alam.
Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis
terjadinya 
bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam
semesta 
ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula.
300 Km
Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu
ada 
yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan
bumi. 
Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor
geologi 
lulusan universitas di Tokyo Jepang itu.
Bebatuan itu sangat langka, tapi penambangan liar terus berjalan setiap 
hari. Bila dibiarkan terus, laboratorium alam kebumian satu-satunya di
dunia 
itu akan musnah.
Selain itu, dengan penambangan bebatuan di dasar Sungai Luk Ulo tadi,
akan 
mempercepat sedimentasi sehingga pada saat musim hujan, selalu terjadi 
banjir yang cukup besar.
Menurut Munasri, ketidaksadaran masyarakat akan arti pentingnya bebatuan

tersebut harus segera diatasi melalui pendekatan sosial dan penjelasan
yang 
semua dengan daya pikir mereka. Hal ini penting, agar masyarakat yang
secara 
tidak sadar mau menghentikan penambangan liar tadi.
Dalam kesempatan terpisah, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Dr Ir
Jan 
Sophaheluwakan MSc mengingatkan, dampak kerusakan ekosistem bumi di
berbagai 
daerah sangat terkait dengan aktivitas manusia.
Jan mengatakan, faktor utama yang mengakibatkan kerusakan bumi dan
degradasi 
ekologi itu antara lain akibat kemiskinan, ketidaktahuan, dan
keserakahan 
manusia.
Yang paling sulit adalah mengatasi keserakahan manusia, kata Jan saat 
membuka acara Diklat Pembentukan Basis Data Spasial Kebumian (BDSK) di 
Karangsambung belum lama 

Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik nsyarifuddin
Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR
Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin
nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya batu-batuan itu..
Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah tsb
tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi susah
kalau menyuruh mereka membandingkan nilai geologi batuan dengan nilai
batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau tiwul

Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam pemanfaatan
lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke
koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya bisnis
murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan
camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb.
Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha batu
mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo dengan
lebih baik, bukan sekedar kiloan saja..

Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita
menginap di hotel yang terletak di  tempat yang sangat terpencil (warung
rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak lebih
dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel)
Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi menginap
di hotel ini...
Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu sengaja
didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan
geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung :

- rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari 10-15
rombongan menginap antara 3-6 hari di situ)
- dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel

Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim panas saja, di musim dingin hotel
itu tutup-tupsaking eratnya simbiosis itu, chefnya bahkan bersedia
dan suka masak makanan di lapangan alias di depan outcrop buat rombongan
FT.

Jadi kenapa tidak di Kr Sambung..kebayang khan makan siang di Waturondo
dengan minum kelapa muda...


salam,




- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, June 22, 2004 14:33
Subject: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan


 SUARA PEMBARUAN DAILY
 Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan
 Wahyu Mandoko
 TERBENGKALAI - Dasar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
 Kebumen, Jateng, yang mengandung berjuta jenis bebatuan yang bernilai
 ilmiah, kini terancam punah akibat penambangan liar yang dilakukan
 masyarakat sekitar, yang semakin tak terkendali. Tampak sebagian dasar
 Sungai Luk Ulo kering dan separo lagi masih dialiri air.
 NASIB laboratorium alam di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen,
Jawa
 Tengah, milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyimpan
 berjuta jenis batu-batuan, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kawasan
 yang termasuk langka di dunia ini semakin bertambah rusak.
 Batu-batuan yang bernilai ilmiah di laboratorium alam itu terancam punah
 karena ditambang secara  liar oleh masyarakat sekitarnya, terutama yang
 berada di sepanjang Sungai Luk Ulo, kata Kepala UPT Balai Informasi dan
 Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung Kebumen Dr Ir Munasri.
 Berbagai jenis bebatuan dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil
sampai
 besar, banyak terdapat di sepanjang dasar Sungai Luk Ulo. Lapisan bebatuan
 yang bisa menyingkap misteri terbentuknya bumi berjuta tahun yang lalu itu
 sering menjadi ajang penelitian para mahasiswa maupun para ilmuwan dari
 dalam dan luar negeri.
 Namun sayang, dengan banyaknya penambangan liar itu, lokasi bebatuan yang
 bernilai ilmiah menjadi semakin rusak dan terancam punah.
 Menurut Munasri, bebatuan itu ditambang untuk dijual ke kota-kota besar
 untuk ornamen rumah di perumahan mewah. Setiap hari, beberapa truk
 mengangkut bebatuan tersebut ke Purwokerto, Semarang, dan Jakarta serta
 kota-kota besar lainnya.
 Padahal bebatuan yang ditambang itu, merupakan jenis basalt, granit, dan
 ekslogit merupakan bebatuan yang terdapat dalam perut bumi yang paling
 dalam. Kalau dilihat sekilas, batu-batuan tersebut tampak biasa-biasa
saja.
 Namun dari sisi ilmiah sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting untuk
 penelitian dan pengetahuan alam.
 Bebatuan tersebut dalam ilmu gelogi bisa menyingkap kronologis terjadinya
 bumi, kejadian-kejadian alam di bumi, patahan bumi, dan proses alam
semesta
 ini, sampai bencana alam dan gempa bumi kata Munasri pula.
 300 Km
 Menurut pakar kebumian ini, bebatuan yang muncul di permukaan bumi itu ada
 yang berasal dari kedalaman bumi dari 50 sampai 300 km dari permukaan
bumi.
 Penampakan bebatuan tadi hanya ada di Karangsambung, kata doktor geologi
 lulusan universitas di Tokyo Jepang itu.
 Bebatuan itu sangat 

Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung Memprihatinkan

2004-06-22 Terurut Topik Prasiddha Hestu Narendra
saya ndak percaya dengan ide membuat monumen atau tembok2 tsb. hanya dalam 
hitungan minggu atau bulan pasti sudah akan rusak, lagipula income yg 
didapat oleh masyarakat sekitar cuma sekali itu saja saat pembangunan dan 
ndak besar.
Dan saya amat yakin sekali yg membuat rusak tersebut adalah orang2 yg punya 
modal, punya modal berarti punya ide, klop sudah. Lagi2 orang kota yg bisa 
dipersalahkan, dan jangan salah mungkin kita punya kontribusi merusak 
alam denga menjadi konsumen bahan2 alam tsb untuk renovasi rumah atau 
sekedar mempercantik taman depan rumah kita.
Masyarakat sekitar paling jadi pekerjanya dengan menjadi buruh angkut.
Jadi siapa yg patut dipersalahkan dalam hal ini? mungkin ujung2nya 
pemerintah yg ndak tegas dengan peraturan tambang galian C nya? atau payung 
hukumnya ndak jelas jadi ndak berani menindak? atau peraturan yg ada bisa 
dikadali dengan uang suap? Atau pemda yg butuh APBD dari restribusi tambang 
galian tsb?

saya pikir ndak bisa hanya sekedar diobrolin di milist saja sementara dalam 
satu hari dua truk atau bahkan lebih ngangkutin batu di KRS. Harus ada yg 
duduk satu meja sepeti LIPI, IAGI, PEMDA, Perguruan tinggi terkait, Ahli2 
yg bergelar prof dan Doktor merenungkan kembali untung rugi daerah KRS, 
dibuat aturannya yg menguntungkan semua pihak termasuk masyarakat sekitar 
dan kontribusi APBD pemda dan ada yg bisa ngawasi jalannya aturan tersebut. 
Akan lebih bagus lagi melibatkan lembaga Kementrian terkait shg ada concern 
dari pemerintah.

Bisa saja dibuat wilayah KSDA (konservasi sumber daya alam) atau Cagar Alam 
yg bisa menguntungkan semua pihak, termasuk salah satu ide dari Cak Noor.

eehh mungkin kita punya kontribusi merusak, contonya jika setiap mahasiswa 
yg kesana membawa oleh2 batu yg bagus buat dipajang dikamar biarpun cuma 
secuil tapi dikali beberapa orang?.hayooo ada yg pernah 
nggaaak..

salam,
PR
At 10:04 AM 06/23/2004 +0800, you wrote:
Bagaimana kalo setiap singkapan yang ada kita jadikan semacam monumen2
kecil yaitu setiap singkapan dibatasi dengan  tembok2 kecil, dimana
pembangunannya melibatkan masyarakat sekitar otomatis masyarakat akan
memiliki daerah tersebut dan ada sedikit income bagi mereka.
Regards,
Hermawan


R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]
23/06/2004 09:19 AM
Please respond to iagi-net
To: [EMAIL PROTECTED]
cc:
Subject:Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam 
Karangsambung Memprihatinkan

Ada satu hal lagi yang terjadi dimana gejala geologi tidak bisa dilihat
lagi
adalah karena suksesnya penghijauan di daerah ini. Gejala-gejala yang
tadinya dapat dilihat dengan kasak mata sekarang tertutup oleh hutan.
Tapi masalah ini kan baik bagi pemulihan lingkungan, our lost tetapi
your
(our)gain, dan tidak akan ada yang mempermasalahkan, kecuali saya.
Wassalam
RPKoesoemadinata
- Original Message -
From: nsyarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 23, 2004 3:08 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kondisi Laboratorium Alam Karangsambung
Memprihatinkan
 Mungkin kita perlu instropeksi jugaseberapa besar sih manfaat lab KR
 Sambung buat masyarakat sekitar selama ini..kalau kecil atau mungkin
 nggak ada ya perlu usaha besar untuk menyadarkan masyarakat tentang
 pentingnya batu-batuan itu..
 Kita semua tahu (paling nggak yang alumni karang sambung), bahwa daerah
tsb
 tandus, dan masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan..jadi
susah
 kalau menyuruh mereka membandingkan nilai geologi batuan dengan nilai
 batuan tsb kalau dijual sebagai pengganti sepiring nasi..atau
tiwul

 Mungkin masyarakat mulai bisa dilibatkan dan diberdayakan dalam
pemanfaatan
 lab tsb di masa mendatangmisalnya borongan catering kita serahkan ke
 koperasi masyarakat sekitar (bukan perorangan, supaya tidak urusannya
bisnis
 murni), atau urusan cuci mencuci dll lain-lain tetek bengeknya urusan
 camp...dengan hal itu masyarakat akan merasa memiliki juga lab tsb.
 Atau mungkin perlu menerjunkan group pak Jatmiko untuk membina usaha
batu
 mulia di sana.jadi masyarakat bisa menilai batu di sungai Luk Ulo
dengan
 lebih baik, bukan sekedar kiloan saja..

 Minggu yl, kebetulan baru ikut fieldtrip di daerah Spanyol utara. Kita
 menginap di hotel yang terletak di  tempat yang sangat terpencil (warung
 rokok terdekat saja 5 km jauhnya).populasi di kampung itu tidak
lebih
 dari 20 orang (note: 7 orang diantaranya adalah karyawan hotel)
 Jadi saya sempat bertanya-tanya siapa gerangan para tamu yang sudi
menginap
 di hotel ini...
 Dari keterangan chefnya yang sangat ramah, diakui bahwa hotel itu
sengaja
 didirikan di tempat terpencil itu (namun dekat dengan semua singkapan
 geologi yang bagus sekali serta sungai yang jernih) untuk menampung :

 - rombongan para geologist yang sedang FT (setahun tidak kurang dari
10-15
 rombongan menginap antara 3-6 hari di situ)
 - dan para pemancing ikan di sungai di belakang hotel

 Jadi otomatis hotelnya hanya buka di musim