[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina = Henny
Iya deh, Henny. Saya turuti nasihat Anda. Biar aja dua orang ini perang sampai kiamat. He he he. Salam buat teman-teman di Texas. manneke -Original Message- Date: Sun Oct 07 20:52:58 PDT 2007 From: Henny [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina = Manneke Budiman #59740 To: mediacare@yahoogroups.com Manneke, Tambah seru ya selain Ny. Mus sekarang kita punya YHG...wah ...wah...wahindahawas lho jangan sampe tertular... Nggak akan ada habisnya lihat saja kita-kita kayak digurui dengan tulisan yg panjang muter-muter...nggak ada habisnya kayak jamannya DL masih ingat kan? Taunya secuil gayanya selangit.. HH - Original Message - From: Yap Hong-Gie To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Saturday, October 06, 2007 2:41 PM Subject: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina = Manneke Budiman #59740 Bung Manneke Yth, Saya diajarkan kalau mencari solusi untuk suatu kasus, harus dimulai dengan membaca peta situasi (mapping) kejadian, memperhatikan faktor-faktor external dan internal yang mempengaruhi, mempelajari sebab dan akibatnya, kemudian baru membuat kesimpulan, untuk mencari solusinya. Terbalik dengan Anda, yang sudah mempunyai kesimpulan, kemudian membuat analisa dan mencari pembenaran untuk mendukung kesimpulan Anda tersebut. Selanjutnya tanggapan saya dibawa. MB: Saya naif? Mungkin saja. Tapi jelas saya berpikir jernih, dan tidak membabi buta seperti Anda. Masa gara-gara RRC mendukung PKI, lalu WNI turunan Cina boleh didiskriminasi? Wow, cara pandang yang sangat berbahaya! Ini analoginya mirip dengan apa yang ini terjadi: karena beberapa negara Barat memusuhi Islam, maka orang kristen di Indonesia boleh dimusuhin, sebab kristen adalah akar tadisi Barat. Atau, seperti yang terjadi semasa PD II di AS dan Kanada: karena AS/Kanada sedang perang dengan Jerman dan Jepang, maka boleh warga AS/Kanada keturunan Jepang disita hartanya dan manusianya dipindah ke kamp-kamp tahanan yang terisolasi. Dengan kata lain Bung Yap Hong Gie, inilah yang disebut dengan RASISME itu. Manusia dinilai dan diadili berdasar rasnya. YHG: Komen Anda: Masa gara-gara RRC mendukung PKI, lalu WNI turunan Cina boleh didiskriminasi?, nampak sekali ingin memaksakan isu diskriminasi. Sampai nekat menyepelekan dukungan RRC kepada PKI, hanya untuk membenarkan masalah diskriminasi, ini visi yang lebih membahayakan! Tolong jangan sebut dengan kata lain untuk memlintir suatu kesimpulan, saya tidak pernah menganggap, menyetujui atau menyatakan bahwa etnis Cina boleh didiskriminasi. Yang saya katakan bahwa, kebijakan pemerintah Orba bukan untuk mendiskriminir warga Cina, tetapi dalam rangka pemulihan keamanan dan mempercepat proses integrasi bangsa. Pada hakekatnya membawa-bawa contoh peristiwa/kasus di LN, sangat tidaklah relevan, tapi kali ini akan saya tanggapi. Hal-hal yang terjadi terhadap warga etnis Jepang di AS, bukan bermotifkan race discrimination, tetapi murni didasari pada kepentingan keamanan negara. Quote: Civilian and military officials had concerns about the loyalty of the ethnic Japanese on the west coast and considered them to be security risks---End quote. MB: Masih belum mengerti jugakah mengapa Orba disebut diskiriminatif terhadap WNI keturunan Cina? Ngomong-ngomong soal naif... YHG: Memakai parameter saat sekarang; sambil ngopi-ngopi di Coffee Bean, untuk menilai dan menyimpulkan suatu kebijakan dalam situasi perang (atau paska kudeta), adalah sangat absurd. --- MB: Politik diskriminasi itu bentuknya macam-macam. Gak ada yang namanya diskriminasi total di segala bidang. kalo itu yang Anda bayangkan, ya tengoklah kamp-kamp konsentrasi Nazi itu. Di Indonesia, diskiriminasi terhadap etnik Cina dilakukan pada tataran politik, budaya dan kewarganegaraan. Namun, di bidang ekonomi, mereka dipelihara dengan baik supaya jadi gemuk. Tujuannya apa? masa sih saya perlu kuliahi Anda soal yang satu ini? Malu dong. YHG: Rupanya Anda gemar sekali membawa-bawa Nazi Auswich, untuk mendramatisir argumentasi Anda yah? Setahun pasca G30S/PKI, Kopkamtib dan jajaran militer dalam keadaan high alert, membersihkan sisa-sisa anggota PKI didalam pemerintahan maupun didalam tubuh Angkatan Bersenjata sendiri, serta jaringan klandestin didaerah; pembrontakan bersenjata di Blitar Selatan (1966-68) dan di Jawa Tegah (1967-68). Belum lagi mengimbangi Presiden Sukarno dengan Kabinet Dwikora, dimana masih bercokol Waperdam I Dr. Subandrio, dan Nyoto (Anggota Polit Biro CC PKI) sebagai Menteri Negara diperbantukan pada Presidium Kabinet, yang dengan berbagai upaya berusaha menyelamatkan PKI (baru dibubarkan 12 Maret 1966). Apakah Anda mengira
[mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus--Wikipedia
SEMUA universitas, Mus. Saya ulangi: SEMUA. Can you hear me now? Masa list-nya harus saya buat satu persatu yang jumlahnya ribuan itu. Wikipedia tidak boleh dipakai sebagai sumber resmi untuk riset dan tulisan ilmiah. Anda boleh cek ke toko sebelah. Saya tak akan debat soal spekulasi siapa yang isi data di Wikipedia ttg keluarga YHG. Mungkin Anda juga urun info di situ, who knows? Who cares? manneke -Original Message- Date: Fri Oct 05 19:28:18 PDT 2007 From: Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus To: mediacare@yahoogroups.com Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Entah tangan siapa saja yang udah urun data di Wikipedia soal keluarga YTH, saya tak bisa tahu dan tak mau menduga-duga. Yang jelas, ada alasan masuk akal kenapa universitas di seluruh dunia tidak mengizinkan adanya riset atau tulisan ilmiah yang memakai Wikipedia sebagai referensi. Universitas mana yang anda maksudkan diseluruh dunia tidak mengizinkan adanya riset atau tulisan ilmiah yang memakai wikipedia sebagai referensi Universitas itu pusat pendidikan dan wikipedia itu hanyalah salah satu sumber informasi yang bisa jadi pertimbangan, tidak pernah dalam hal ini ada larangan, bahkan laporan aljazera tentang berita bohong tentang alqaeda sekalipun tetap dijadikan bahan analysis !!! Tulisan mengenai keluarga YTH di Wikipedia tidak mungkin ada orang luar yang berminat menulisnya, keluarga mereka bukanlah keluarga yang penting untuk dihujat ataupun dipuja. Mereka tidak ada musuhnya meskipun anaknya sekarang berusaha mencari musuh. Jadi tulisan di Wikipedia merupakan tulisan yang pasti ditulis atau dikirim oleh salah satu dari keturunan YTH sendiri. Biografi YTH di wikipedia tentu merupakan kebanggaan keluarga mereka sendiri. Saya sendiri tidak tertarik. Namun saya mencantumkannnya atas permintaan anaknya yang meminta bukti2 bahwa keluarganya bersih dan tulisan saya katanya memfitnah keluarganya. Mafia Opium dulu dizaman Belanda merupakan hal yang lumrah bukan hal yang jelek, tapi kalo bangsa yang pernah terjajah mengetahuinya, tentu akan marah kepada keturunannya. Ny. Muslim binti Muskitawati. Anda sendiri sudah filter belum info yang Anda ambil dari Wikipedia itu? Katanya, gak boleh telan info bulet-bulet dan harus dianalisis dulu. Lha kok Anda sendiri melakukan persis seperti itu? Tapi saya cukup lega bahwa Anda kini memberikan penilaian lebih berimbang atas YTH. Soal anaknya, YHG, saya memang tak habis pikir. Mungkin ini contoh korban brainwash-nya Orba. Saya dulu kira ini cuma mitos, ternyata betul-betul nyata. manneke -Original Message- Date: Fri Oct 05 04:52:30 PDT 2007 From: Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595 To: mediacare@yahoogroups.com Manneke Budiman manneke@ wrote: Wikipedia bukan sumber referensi yang bisa dipercaya karena siapapun juga bisa menambah informasi yang ada dan membuat yang baru. Ada referensi lain yang lebih andal, nggak? Semua sumber referensi juga hanya tulisan orang, tak ada sumber referensi yang bisa dipercaya, sama saja sejarah juga bukan sumber referensi yang bisa dipercaya, apalagi bahkan kitab suci sekalipun isinya sudah jelas bohong tapi masih ada yang menggunakannya sebagai sumber referensi. Oleh karena itu kalo ingin lebih objective, janganlah menelan referensi bulat2 tetapi juga harus dilakukan filter analysis yang tepat dalam memahami referensi itu sendiri. Catatan dalam wikipedia mengenai nenek moyang Yap Thiam Hien kemungkinannya benar, dan mereka yang menulisnya juga kemungkinan besar adalah satu dari keluarga mereka sendiri. Hanya orang2 yang punya kebanggaan keluarga saja yang memiliki silsilah yang begitu detail seperti keluarga YTH sehingga membanggakannya untuk membuat silsilah feodalnya dan menyimpannya turun temurun. di Indonesia penyimpanan silsilah keluarga seperti itu hanyalah dilakukan raja2 dizaman dulu hingga keturunan2 mereka sekarang ini. Tidak ada dalam isi tulisan di Wikipedia yang men-jelek2an YTH maupun kakek buyutnya. Hanya para pembaca saja secara berlebihan yang ber-angan2 se-olah2 saya membencinya. Istilah mafia Opium yang saya gunakan bukanlah bertujuan berlebihan, memang istilah itulah yang tepat untuk kontras digunakan untuk pengganti istilah monopoli. Semua konspirasi yang dilakukan dengan pejabat2 korup dari pemerintah selalu disebut sebagai mafioso. Yap Thiam Hien memiliki frame atau figure atau profile yang mengesankan dalam arti baik karena banyak membela rakyat jelata dibidang peradilan, tentunya terutama untuk masyarakat keturunan china. YTH juga menentang diskriminasi terhadap keturunan China denan berbagai caranya sendiri, dalam hal ini tidaklah bisa dianggap negative
[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina = Yap Hong Gie
Saya naif? Mungkin saja. Tapi jelas saya berpikir jernih, dan tidak membabi buta seperti Anda. Masa gara-gara RRC mendukung PKI, lalu WNI turunan Cina boleh didiskriminasi? Wow, cara pandang yang sangat berbahaya! Ini analoginya mirip dengan apa yang ini terjadi: karena beberapa negara Barat memusuhi Islam, maka orang kristen di Indonesia boleh dimusuhin, sebab kristen adalah akar tadisi Barat. Atau, seperti yang terjadi semasa PD II di AS dan Kanada: karena AS/Kanada sedang perang dengan Jerman dan Jepang, maka boleh warga AS/Kanada keturunan Jepang disita hartanya dan manusianya dipindah ke kamp-kamp tahanan yang terisolasi. Dengan kata lain Bung Yap Hong Gie, inilah yang disebut dengan RASISME itu. Manusia dinilai dan diadili berdasar rasnya. Masih belum mengerti jugakah mengapa Orba disebut diskiriminatif terhadap WNI keturunan Cina? Ngomong-ngomong soal naif... Politik diskriminasi itu bentuknya macam-macam. Gak ada yang namanya diskriminasi total di segala bidang. kalo itu yang Anda bayangkan, ya tengoklah kamp-kamp konsentrasi Nazi itu. Di Indonesia, diskiriminasi terhadap etnik Cina dilakukan pada tataran politik, budaya dan kewarganegaraan. Namun, di bidang ekonomi, mereka dipelihara dengan baik supaya jadi gemuk. Tujuannya apa? masa sih saya perlu kuliahi Anda soal yang satu ini? Malu dong. Ngomong-ngomong, Cina yang tinggal di Pluit, PI, Kelapa Gading itu seberapa besar sih persentasinya dibanding yang tinggal di kampung-kampung di Tangerang (Benteng), Pontianak, Medan, yang melarat dan makan aja susah? Kacamata Anda kayanya mesti ganti deh, jangan pake yang myop aja. Paradigma yang Anda pakai dalam menyoroti komunitas Cina di Indonesia persis sama dengan yang hendak ditanamkan oleh Orba: bahwa semua Cina itu pasti kaya. Cina Indonesia masuk urutan orang terkaya di Indonesia? Mungkin saja. Tapi apa itu mengherankan? Wong rata-rata mereka yang terkaya itu dekat dengan keluarga pujaan Anda di Cendana itu kok. Naif? He he he... Terakhir, soal ICMI versi Cina. Ya betul kata Anda, Cina kaya-kaya udah pada mabur semua. Tapi, kenapa alasannya mereka mabur? Kalo betul logika Anda bahwa mereka tak terdiskriminasi di Indonesia, adakah alasan buat mabur? Untugnya mereka punya duit, jadi mau tinggal di negeri mana aja, no problem. Lha yang melarat? ya terpaksa bertahan di Indonesia dengan segala praktik diskriminatif yang dikenakan atas mereka selama Orba. Buka mata dan hati Anda, Bung YHG. manneke -Original Message- Date: Fri Oct 05 07:05:50 PDT 2007 From: Yap Hong-Gie [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina = Manneke Budiman#59623 To: mediacare@yahoogroups.com Bung Manneke Yth, Terima kasih atas tanggapan Anda. Secara teoretis anda benar bahwa, Suatu rezim kekuasaan tidak dapat secara moral membebaskan dirinya dari penghakiman sejarah. Tapi bicara tentang penghakiman sejarah, maka kita masuk satu wilayah yang amat subyektif, tergantung pada siapa yang melakukan penilaian dan penghakiman, belum lagi pengaruh dan sikap politik Pemerintah yang berkuasa, sehingga akan selalu menjadi kontroversi yang tidak pernah berakhir. Analogi Anda yang membandingkan Pemerintah Orba dengan Nazi Jerman, Pol Pot dan Idi Amin, cukup bombastis bila dilemparkan kepada kalangan pelajar SMU, padahal setiap peristiwa politik tidak bisa disamakan, apalagi membandingkan dengan kejadian dinegara lain. Lagi pula, tidak ada maksud dibenak saya untuk mengajukan apologia. Saya mengatakan bawah penilaian terhadap kebijakan pemerintah Orba adalah tidak tepat, oleh karena menggunakan parameter (nilai-nilai dan norma) yang berlaku 40 tahun kemudian, tanpa memasukan indikator situasi dan kondisi politik yang berlaku ketika itu. Agar tidak bertambah bias, saya ulangi pembuka penjelesan saya: =Apabila membahas sistim kebijakan Pemerintah Orde Baru dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku sekarang, maka peraturan yang dibuat tahun 60-an bisa saja dikatagorikan sebagai diskriminatif, melanggar hak azasi, dsb, dsb,dsb. Kebijakan sosial-politik Pemerintah harus ditinjau dengan mengacu pada segala macam faktor, yang terkait pada situasi dan kondisi negara pada saat itu.= Mari kita fokuskan diskusi ini pada masalah seputar diskriminasi terhadap etnis Cina di jaman Orde Baru, masalah tindakan terhadap PKI dan ondebouwnya adalah isu dan substansi tersendiri. Sudah saya coba jelaskan tapi rupanya masih terlalu sulit untuk dicerna. Aturan dan kebijakan yang dibuat pasca G30S/PKI (1965-1967), mengutamakan fokusnya pada pemulihan keamanan, ketertiban dan stabilitas politik. Oleh karena itu pula segala macam masalah yang menyangkut ideologi, serta celah-celah yang bisa di infiltrir oleh komunis asing (RRC), ditangani lansung oleh Komando Operasi Tertinggi Ampera. Kenapa aturan-kebijakan tidak dilakukan oleh Pemerintahan RI? Karena Pemerintahan sudah vakum, sedangkan Kabinet Dwikora lagi sibuk-sibuknya berkonsolidasi dan
[mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus
Entah tangan siapa saja yang udah urun data di Wikipedia soal keluarga YTH, saya tak bisa tahu dan tak mau menduga-duga. Yang jelas, ada alasan masuk akal kenapa universitas di seluruh dunia tidak mengizinkan adanya riset atau tulisan ilmiah yang memakai Wikipedia sebagai referensi. Anda sendiri sudah filter belum info yang Anda ambil dari Wikipedia itu? Katanya, gak boleh telan info bulet-bulet dan harus dianalisis dulu. Lha kok Anda sendiri melakukan persis seperti itu? Tapi saya cukup lega bahwa Anda kini memberikan penilaian lebih berimbang atas YTH. Soal anaknya, YHG, saya memang tak habis pikir. Mungkin ini contoh korban brainwash-nya Orba. Saya dulu kira ini cuma mitos, ternyata betul-betul nyata. manneke -Original Message- Date: Fri Oct 05 04:52:30 PDT 2007 From: Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595 To: mediacare@yahoogroups.com Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Wikipedia bukan sumber referensi yang bisa dipercaya karena siapapun juga bisa menambah informasi yang ada dan membuat yang baru. Ada referensi lain yang lebih andal, nggak? Semua sumber referensi juga hanya tulisan orang, tak ada sumber referensi yang bisa dipercaya, sama saja sejarah juga bukan sumber referensi yang bisa dipercaya, apalagi bahkan kitab suci sekalipun isinya sudah jelas bohong tapi masih ada yang menggunakannya sebagai sumber referensi. Oleh karena itu kalo ingin lebih objective, janganlah menelan referensi bulat2 tetapi juga harus dilakukan filter analysis yang tepat dalam memahami referensi itu sendiri. Catatan dalam wikipedia mengenai nenek moyang Yap Thiam Hien kemungkinannya benar, dan mereka yang menulisnya juga kemungkinan besar adalah satu dari keluarga mereka sendiri. Hanya orang2 yang punya kebanggaan keluarga saja yang memiliki silsilah yang begitu detail seperti keluarga YTH sehingga membanggakannya untuk membuat silsilah feodalnya dan menyimpannya turun temurun. di Indonesia penyimpanan silsilah keluarga seperti itu hanyalah dilakukan raja2 dizaman dulu hingga keturunan2 mereka sekarang ini. Tidak ada dalam isi tulisan di Wikipedia yang men-jelek2an YTH maupun kakek buyutnya. Hanya para pembaca saja secara berlebihan yang ber-angan2 se-olah2 saya membencinya. Istilah mafia Opium yang saya gunakan bukanlah bertujuan berlebihan, memang istilah itulah yang tepat untuk kontras digunakan untuk pengganti istilah monopoli. Semua konspirasi yang dilakukan dengan pejabat2 korup dari pemerintah selalu disebut sebagai mafioso. Yap Thiam Hien memiliki frame atau figure atau profile yang mengesankan dalam arti baik karena banyak membela rakyat jelata dibidang peradilan, tentunya terutama untuk masyarakat keturunan china. YTH juga menentang diskriminasi terhadap keturunan China denan berbagai caranya sendiri, dalam hal ini tidaklah bisa dianggap negative. Semua yang saya tulis itu justru merupakan reaksi tulisan anaknya yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya, misalnya dia menyatakan tidak ada diskriminasi dizaman orba, tidak ada pertentangan keturunan China dengan Islam, dlsb yang sama sekali bertentangan tidak merupakan realitas kebenaran yang merupakan sejarah orba. Dia terlalu menjilat orba. Namun semua yang ditulis anaknya itu hanyalah merupakan bukti atau gambaran bagaimana keturunan China sebenarnya tidak berani menentang kebohongan dan menjunjung kebenaran dalam kaitan bertentangan dengan penguasa. Hal inilah yang menghinggapi YHG sebagai anak dari YTH, dia memuja pak Harto yang hingga kini masih berkuasa, dia juga memuji Islam meskipun dia bukan Islam, bahkan dari catatan Wikipedia, YTH sendiri adalah aktivis gereja yang ikut mendukung berdirinya Baperki yang adalah sebagai organisasi dibawah PKI yang dilarang Suharto. Terlalu banyak realitas keluarga ini yang sangat controversi seperti juga kata2 yang ditulis oleh anaknya YHG. Ny. Muslim binti Muskitawati.
[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina =Yap Hong Gie
Bung Yap Hong Gie yth, Suatu rezim kekuasaan tidak dapat secara moral membebaskan dirinya dari penghakiman sejarah. Kalo kita memakai logika Anda, maka Nazi Jerman di Masa Hitler juga bisa membenarkan kejahatan atas kemanusiaan yang dilakukannya. Pol Pot bisa membenarkan pembunuhan massalnya, Idi Amin bisa membenarkan kekejamannya di Uganda--semua atas nama real politik pada masa itu. Jika sebuah rezim tidak diskriminatif, tidak melakukan kekejaman, tidak melakukan pelanggaran HAM, sampai kapaunpun sejarah tak akan bisa menghakiminya secara miring. Ini juga berlaku buat Orba. Jadi, please, jangan ajukan apologia yang melecehkan akal sehat semacam itu buat membersihkan citra Orba. Hal kedua tentang aturan ganti nama. Konteks politisnya adalah pasca-persitiwa 30 September, yang tak hanya melaihirkan stigma hitam ata sPKI tetapi juga kaum etnik Cina di Indonesia. Lalu, ujug-ujug keluar aturan anjuran ganti nama, tapi aturan ini pakai kop Komando Operasi Tertinggi Ampera. Waduh, siapa yang gak bergidik bulu kuduknya, Bung? Lagian, biarpun dialus-alusin pakai istilah anjuran, yang namanya peraturan penguasa itu adalah hukum. Buat etnik Cina yang waktu itu lagi ketakutan, ya bisa dibayangkanlah efek psikologis anjuran macam ini atas mereka. Tapi ini semua mungkin bukan point yang penting. Point pentingnya adalah bahwa diskriminasi itu ADA: anjuran ganti nama kok cuma buat etnik Cina? Yang namanya berbau Barat atau Timur Tengah kok enggak? Ini sendiri bukti bahwa statement Anda tak betul, karena Anda hendak bilang bahwa zaman Orba tak ada diskiriminasi pada etnik Cina. Lalu, soal praktik budaya Cina. Kok harus secara khusus pakai aturan supaya dilakukan secara intern dalam keluarga atau perseorangan saja dan tak boleh dijadikan event publik? Kenapa aturan sama tidak diberlakukan bagi praktik budaya impor lain yang datang dari Barat atau Timur Tengah? Kalo ini buka diskriminasi, apa lagilah namanya? Cinderella syndrome? Ha ha ha ha. Mungkin saja saya kena Cinderella syndrome, tapi masih mujurlah. Paling enggak, saya nggak sampai kena halusinasi akut dan kebutaan seperti Anda, hingga takmampu lagi membedakan mana kenyataan dan mana ilusi Anda sendiri. -Original Message- Date: Thu Oct 04 01:49:39 PDT 2007 From: Yap Hong-Gie [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina =Manneke Budiman #59401 To: mediacare@yahoogroups.com Bung Manneke Yth, Apabila membahas sistim kebijakan Pemerintah Orde Baru dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku sekarang, maka peraturan yang dibuat tahun 60-an bisa saja dikatagorikan sebagai diskriminatif, melanggar hak azasi, dsb, dsb,dsb. Kebijakan sosial-politik Pemerintah tahun 60an harus ditinjau dengan mengacu pada segala macam faktor yang terkait pada situasi dan kondisi negara pada saat itu. Sekitar 5 tahun setelah G30s/PKI, sistim politik pemerintah difokuskan pada pemulihan keamanan, ketertiban dan stabilitas politik, dimana segala kebijakan yang dibuat pada masa itu mengacu pada sistim politik yang berlaku. Kita semua tahu bahwa, saat itu hubungan Indonesia-Cina sangat mesra, sehingga tercipta hubungan politik Poros Jakarta-Peking, ditambah lagi banyak warga keturunan Cina yang memang menjadi kader atau onderbouwnya PKI. Akibatnya, ada peraturan-peraturan yang menyangkut etnis Cina, dibuat bedasarkan adanya kecurigaan bahwa masyarakat keturunan memiliki ikatan kuat dengan tanah leluhur, sementara rasa nasionalisme pun dinilai sangat rendah. Charles A. Copple dalam bukunya Indonesian Chinese In Crisis (1983) antara lain menjelaskan bahwa, salah satu sumber munculnya stereotip dan prasangka atau bahkan perasaan anti Tionghoa adalah terletak pada adanya kompetisi dalam bidang ekonomi antara pribumi dan non pribumi selain disebabkan oleh adanya perbedaan kepercayaan dan kultur, adanya golongan tertentu yang terkesan hidup eksklusif dan memiliki nasionalisme yang diragukan, masih kentalnya sifat ethnosentrisme dan menganggap budaya sendiri lebih unggul pada satu sisi dan sementara pada sisi lain kebudayaan masyarakat lain dipandang lebih inferior. Agar supaya terciptanya integrasi sosial, dikeluarkannya surat keputusan Preskab No.127/U/Kep/12/1966 yang menganjurkan, ulangi: menganjurkan, agar supaya golongan etnis Tionghoa bersedia mengganti nama mereka dengan nama Indonesia melalui prosedur yang mudah sehingga proses pembauran dapat berjalan dengan baik. Jadi, kebijakan ini bersifat anjuran atau himbauan, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada sangsi atau tindakan hukum bagi mereka yang menolak. Silahkan baca Pasal 1. dibawah, yang penekanannya pada kata ingin: (Kutipan): KOMANDO OPERASI TERTINGGI PRESIDIUM KABINET AMPERA REPUBLIK INDONESIA --- KEPUTUSAN PRESIDIUM KABINET No.: 127/Kep/12/1966 KETUA PRESIDIUM KABINET Pasal 1 (1) Warga Negara Indonesia jang masih memakai nama-nama perseorangan dan nama keluarga Tjina jang ingin
[mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595
Wikipedia bukan sumber referensi yang bisa dipercaya karena siapapun juga bisa menambah informasi yang ada dan membuat yang baru. Ada referensi lain yang lebih andal, nggak? manneke -Original Message- Date: Thu Oct 04 20:02:58 PDT 2007 From: Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595 To: mediacare@yahoogroups.com mediacare [EMAIL PROTECTED] wrote: Nyonya Mus agaknya ngawur. Mana pernah ada award penghapusan diskriminasi terhadap keturunan Cina dari Soeharto? Kalau pernah ada, coba buktikan. Anda jangan cuma asal cuap menuduh aku ngawur, apalagi minta2 bukti. Kenapa tulisan aku yang berjudul Kakek Buyut YTH Mafia Opium anda tahan untuk dimunculkan disini??? Bahkan disitu sekalian saya cantumkan Wikipedia sebagai buktinya. Jadi kalo mau menuduh ngawur, bukan begitu caranya, tulisan saya dilarang masuk padahal lengkap dengan referensi dari wikipedia. Padahal dalam banyak hal saya tidak pernah percaya referensi, akal dan logika lebih berperan dalam analysis sehingga bisa malahan membuktikan bahwa referensi itu tidak benar. Tapi di millist2 memang pembaca2 bodoh lebih percaya referensi. Itulah sebabnya Indonesia tak mungkin maju mereka lebih percaya tulisan orang dan tak mampu membuat tulisan sendiri atau berpikir sendiri. Meskipun tulisan saya dilarang disini, tidak mengapa, millist itu khan bukan cuma disini, ternyata tulisan2 saya dimillist lainnya juga bisa lolos. Banyak yang menuduh saya ini kaki tangan dari millist ini, padahal banyak tulisan2 saya yang dipasung dimillist ini tak pernah saya protes, millist milik anda adalah hak anda untuk memasungnya. Saya khan punya millist sendiri dan mereka yang ingin tahu tentu akan baca ke millist milik saya, dan saya juga tidak mempromosikan agar banyak penulis ataupun pembacanya. Ny. Muslim binti Muskitawati. Yang ada, almarhum Yap Thiam Hien pernah menerima award dari LBHI atas pengabdiannya terhadap penegakan hukum di Indonesia..CMIIW.. - Original Message - From: ariel To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, October 05, 2007 8:28 AM Subject: [mediacare] Re: Pak YHG vs Nyonya Mus = Radityo Djadjoeri #59595 --- In mediacare@yahoogroups.com, Hafsah Salim muskitawati@ wrote: Muskitawati, tulisan sampeyan yang dibawah ini : Anehnya, Yap Thiam Hien sendiri telah menerima award dari Suharto untuk jasa2nya menghapuskan diskriminasi terhadap keturunan Cina. Lucu bukan ??? referensinya dari mana ? kok saya baca di link wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Yap_Thiam_Hien) tsb tidak ada tulisan dimaksud, bisa dijelaskan ? -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.14.1/1050 - Release Date: 04/10/2007 17:03
[mediacare] Re: Kakek Buyut Yap Thiam Hien Adalah Mafia Opium Cina Dari Guangdong !!!
So what gitu lho? Kakek buyut kita semua kalo ditelusuri riwayat hidupnya pastilah juga bukan malaikat semua. Ny. Mus kok kali ini nggak seperti biasanya ya? Biasanyabiar datanya mencengangkan, tapi masih relevan dan proporsional. Kali ini agak emosional dan terkesan punya dendam pribadi pada moyangnya Yap Hong Gie. manneke -Original Message- Date: Thu Oct 04 18:18:48 PDT 2007 From: Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Kakek Buyut Yap Thiam Hien Adalah Mafia Opium Cina Dari Guangdong !!! To: mediacare@yahoogroups.com Kakek Buyut Yap Thiam Hien Adalah Mafia Opium Cina Dari Guangdong !!! Yap Thiam Hien, yang biasa dipanggil John oleh teman-teman akrabnya, adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari Yap Sin Eng dan Hwan Tjing Nio. Kakek buyutnya adalah seorang Luitenant yang bermigrasi dari provinsi Guangdong di Tiongkok ke Bangka, namun kemudian pindah ke Aceh. Ketika monopoli opium di Hindia Belanda dihapuskan, kehidupan keluarga Yap dan banyak tokoh masyarakat Tionghoa saat itu merosot. Ditambah lagi oleh kekeliruan investasi di Aceh berupa kebun kelapa yang ternyata tidak memberikan hasil yang menguntungkan. Pada tahun 1920 kedudukan keluarga Yap digantikan oleh keluarga Han, yang datang dari Jawa Timur. http://id.wikipedia.org/wiki/Yap_Thiam_Hien Yap Hong-Gie [EMAIL PROTECTED] wrote: Serangan saya terhadap Nyonya Mus (MM), merupakan reaksi terhadap fitnah rendahan terhadap orang tua saya yang notabene tidak ada hubungannya dengan konteks diskusi, itu menandakan bahwa kita memasuki gelanggang free-fight, dimana hanya satu aturan yang berlaku: no rules! Tapi coba suruh buktikan; bawa data pendukung atau menunjukan referensi kredibel mengenai salah satu pernyataannya, pasti MM lari-lari seperti petasan injek. Keluarga Yap turun temurun punya keahlian untuk konspirasi dengan kekuatan politik yang berkuasa dalam pemerintahan. Sebagai pelindung keluarga Suharto, Yap menempatkan diri sebagai opposisi. Sulit bagi keturunan Cina di Indonesia bisa bertahan, terkenal bahkan jadi simbol masyarakat sebagai musuh pak Harto melalui bidang hukum. Tuduhan dan kesalahan kecil2an dari Cendana difokuskan jadi besar untuk menutup kesalahan dan kejahatan Cendana yang besar2an. Tidak tanggung2 dia diberi dan mendapatkan berbagai award. Mungkin, kalo saja kita cuma memandang satu frame tentang figure Yap Thiam Hien dalam satu scope saja, maka analysis saya bisa dianggap subjective, tapi kalo kita telaah scope-nya secara turun temurun, ternyata keluarga Yap ini menyimpan memory keluarganya turun temurun sebagai kebanggaan feodalisme Cina dalam berbagai masa. Dengan berbagai tehnik memutar balik kata agar pembaca bisa membaca dan menilai positive kepada nenek moyangnya, media umumnya menulis dengan hati2 agar tidak dituntut memfitnah. Namun kalo anda jeli membaca di web wikipedia diatas, jelas, kakek-neneknya termasuk mafia Opium Cina yang berkonspirasi dengan pejabat2 korup Belanda yang menjadi penjajah di Indonesia waktu itu. Selamat membaca dan menganalisa setiap kata dibalik tulisan Wikipedia tsb. Semoga anda mau membaca juga apa yang anda minta dari saya. Web itu hanyalah referensi saja, masalah bukti hanyalah bisa kita bersama membaca tulisan2 anda yang menganggap rezim Suharto tidak melakukan rasialis keturunan Cina sementara banyak keturunan Cina yang membantah tulisan anda. Anehnya, Yap Thiam Hien sendiri telah menerima award dari Suharto untuk jasa2nya menghapuskan diskriminasi terhadap keturunan Cina. Lucu bukan ??? Inilah yang kita namakan Sandiwara Nasional yang disutradarai Orde Baru dan pemeran hukum adalah Yap Thiam Hien family. Yap Thiam Hien Award memang merupakan monumen keluarga yang diciptakan oleh keluarga besar yang dibantu pejabat2 korup yang pernah dibantunya. Salah satu konspirasi politiknya adalah menonjolkan reputasi wartawan2 Katolik yang banyak membantu syndicat politik selama pemerintah pak Harto. Silahkan anda membaca website dibawah ini dimana pemenang award-nya hanyalah wartawan2 katolik yang juga terkait dengan dunia katolik Internasional. http://findarticles.com/p/articles/mi_m1141/is_13_40/ai_113302229/pg_1 Bagi saya, kalo anak Yap ini memang mau meracuni diri dengan nama besar bapaknya, silahkan saja karena itu adalah haknya. Namun bersilang pendapat dengan tujuan menutupi kejahatan2 Orde baru, maka itu cerita lain. Ny. Muslim binti Muskitawati.
[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina
Mungkin Yap Hong Gie perlu lebih jauh menjelaskan pandangan-pandangannya sehingga kita-kita bisa lebih mengerti mengapa ia mengambil posisi seperti ini. Dan ini bisa dilakukan olehnya tanpa pertama-tama harus mencaci-maki orang-orang Cina yang menyatakan bahwa mereka mengalami diskriminasi semasa Orba. Saya sebetulnya ingin dengar pengalaman dia pribadi itu seperti apa sih? Terutama kalo benar bahwa ia adalah putra pengacara Yam Thiam Hien (sesuai info salah seorang miliser), yang di mata saya adalah sosok pejuang HAM yang semasa orba justru sangat kritis terhadap penguasa. Jadi, ayo kita undang Yap Hong Gie bicara lebih lanjut. manneke -Original Message- Date: Wed Oct 03 05:46:24 PDT 2007 From: idakhouw [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina To: mediacare@yahoogroups.com Hi Manneke, Saya sudah sampai taraf bo-hoat (frustrasi[?] dalam dialek Hokkian:) tiap kali membaca postingan Mr. Yap ini, jadi biasanya saya lewatkan saja. Kalau diperhatikan posting2nya sepertinya orang ini sudah keracunan (baca: membiarkan diri dengan senang hati dibodohi) ideologi militeristik, jadi nggak-akan-kemana2 lah, pasti di situ2 aja. Lha sudah banyak orang bicara tentang politik busuk dibalik kebijakan segregasi etnis Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, kok nggak ngerti juga!! Mungkin bukan karena hibernasi, tapi karena banyak duit dan dekat dengan militer, maka tentu saja Mr. Yap tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru, seperti diucapkannya. Ida --- In mediacare@yahoogroups.com, Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Nambahin Henny: ada aturan pemerintah tentang ganti nama, apa itu? Ada larangan mempraktikkan tradisi budaya Cina, apa namanya itu? Ada larangan penerbitan dalam bahasa Cina, apa pula namanya itu? Ada larangan mendirikan sekolah Cina, apa namanya itu? Yap Hong Gie baru bangun dari hibernasi 30 tahun ya? manneke -Original Message- Date: Tue Oct 02 11:31:20 PDT 2007 From: Henny [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=Kaka Suminta #59147 To: mediacare@yahoogroups.com Ah jangan naif.simple sajalah Waktu ngurus Visa anda dimintai macam-macam surat dan uang tambahan ngeluh..nah apa namanya itu.??? Kalau mau masuk sekolah negri susah..nah apa namanya itu??? Dan terjadi mulanya era mana??? Mau China oportunis mau apa keg sama saja, beda tipis.kan tergantung orangnya. Kalau sudah jadi WNI yah sudah blend lha, bukan berarti dilihat dari sudut teman atau lain-lain tapi dari hati nurani... Kalau kita tak kebagian rejeki yah sudah nanti juga ada gilirannya... HH - Original Message - From: Yap Hong-Gie To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 02, 2007 12:17 PM Subject: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=Kaka Suminta #59147 Bung Kaka Suminta Yth, Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output kesimpulan mbeleber ndak karuan ... Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi, para Cina oportunis. Mereka yang dihinggapi Cinderella Syndrome, yang di Era Reformasi ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32 tahun dizalimi oleh ibu tiri Orde Baru. Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu menyakitkan the truth hurts, bukan berarti bahwa pemikiran ini adalah spekulatif sempit. Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan, komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku kebabalasan sebagian elit Cina. Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan tertentu. Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus De Vreemde Oosterling; strata diatas pribumi (Inlander) dan setingkat dibawah warga Belanda. Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati priveledge yang diberikan Kolonial Belanda. Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba, tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto. Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik! Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI
[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina
Nambahin Henny: ada aturan pemerintah tentang ganti nama, apa itu? Ada larangan mempraktikkan tradisi budaya Cina, apa namanya itu? Ada larangan penerbitan dalam bahasa Cina, apa pula namanya itu? Ada larangan mendirikan sekolah Cina, apa namanya itu? Yap Hong Gie baru bangun dari hibernasi 30 tahun ya? manneke -Original Message- Date: Tue Oct 02 11:31:20 PDT 2007 From: Henny [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=Kaka Suminta #59147 To: mediacare@yahoogroups.com Ah jangan naif.simple sajalah Waktu ngurus Visa anda dimintai macam-macam surat dan uang tambahan ngeluh..nah apa namanya itu.??? Kalau mau masuk sekolah negri susah..nah apa namanya itu??? Dan terjadi mulanya era mana??? Mau China oportunis mau apa keg sama saja, beda tipis.kan tergantung orangnya. Kalau sudah jadi WNI yah sudah blend lha, bukan berarti dilihat dari sudut teman atau lain-lain tapi dari hati nurani... Kalau kita tak kebagian rejeki yah sudah nanti juga ada gilirannya... HH - Original Message - From: Yap Hong-Gie To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 02, 2007 12:17 PM Subject: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=Kaka Suminta #59147 Bung Kaka Suminta Yth, Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output kesimpulan mbeleber ndak karuan ... Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi, para Cina oportunis. Mereka yang dihinggapi Cinderella Syndrome, yang di Era Reformasi ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32 tahun dizalimi oleh ibu tiri Orde Baru. Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu menyakitkan the truth hurts, bukan berarti bahwa pemikiran ini adalah spekulatif sempit. Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan, komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku kebabalasan sebagian elit Cina. Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan tertentu. Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus De Vreemde Oosterling; strata diatas pribumi (Inlander) dan setingkat dibawah warga Belanda. Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati priveledge yang diberikan Kolonial Belanda. Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba, tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto. Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik! Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI) harus dilihat secara komprehensif, mulai dari sejarah sosial-politik; seperti Staatsblad Belanda, Dwi Kewarganegaraan, Kebijakan Pemutihan oleh Pemerintah Orde Baru (baca kembali Orde Baru!), serta jangan lupa juga segi kesadaran dan sikap-prilaku warga itu sendiri. Kalau ngurus dokumen lewat calo, biro jasa dan pihak ke-3, terus dikenakan biaya (jasa) tambahan, terus semuanya mengaku-ngaku diperas itu kan konyol! Tapi itu semua sudah masa lalu, jangan diulang-ulang lagi cerita bodong tersebut. Pemerintah secara resmi sudah menghapuskan pra-syarat SBKRI (bagi WN yang orang tuanya lahir di Indonesia), diperkuat dengan payung hukum, UU Kewarganegaraan dan UU Anti-Diskriminasi. Kalau serius ingin mengungkapkan korupsi Pak Harto, bawa bukti-bukti materiel konkrit, berikan kepada Jaksa Agung, KPK, MA, DPR/MPR dan Presiden, tapi jangan model fitnahan TIME Inc, atau kumpulan clipping koran ala Transparansi Internasional. Saya kira Cinderella Syndrome itu cuma diderita turunan genetik terbatas, rupanyanya sudah mewabah dan nular dari satu milis ke milis yang lain ... he he he Wassalam, yhg. --
[mediacare] Re: Mencla Mencle Gay Taufik Ismail
Halo Bung Anton, Saya pikir, Taufik Ismail bukan cuma satu-satunya sastrawan yang tak puas dengan kondisi pada tahun 1960-an. Ditilik dari zamannya, protes Taufik pada rezim yang berkuasa saat itu kok rasa-rasanya bisa dimengerti. Juga bahwa saat itu ada cukup banyak sastrawan yang menaruh harapan pada akan adanya perubahan yang dibawa rezim baru. Bahwa kemudian rezim baru ini pun ternyata melakukan banyak keboborokan, maka saya menerima bahwa sebagian sastrawan secara moral terpanggil menyerukan kritik mereka. Ini bukan mencla-mencle. Ini justru konsistensi. Kesetiaannya bukan kepada rezim, melainkan kepada cita-cita kemakmuran dan kesejahteraan buat segenap bangsa. Yang kecewa pada Orba bukan cuma Taufik, tapi juga para sastrawan lain yang pada awalnya mengira orba bakal membawa perubahan positif. Justru kalau Taufik diam demi mempertahankan konsistensi dukungannya terhadap orba, maka dia bisa dihakimi sebagai sastrawan buta dan picik. Bahwa secara pribadi Taufik berseberangan, baik dari segi estetik maupun politik, dari Pram, memang membuat kita prihatin. Tapi, setidaknya, kritik Taufik terhadap Pram tidak dilancarkan dengan cara-cara preman. Demikian pula kritik Taufik terhadap apa yang disebutnya dengan sastra kelamin dll. Saya tidak setuju dengan pandangannya, yang menurut saya nyaris sepenuhnya moralistik serta tak mempertimbangkan adanya kemungkinan lain untuk memahami karya-karya yang tak disukainya itu. Tapi, Taufik tetap menyampaikan kritik tajamnya dalam koridor yang beradab. Seberapapun lemah argumentasinya di mata kita, ia tetap mengajukan argumentasi, bukan caci-maki. Inilah yang saya rasakan absen dalam polemik yang ramai baru-baru ini. Pada akhirnya, kita perlu mengakui bahwa Taufik Ismail punya tempat khusus dalam sejarah sastra Indonesia modern, sama halnya dengan Pram. Sebagai pribadi, ia punya kelemahan, seperti juga Pram punya kelemahan, dan demikian pula GM. Namun, saya pikir kita perlu fair dalam menilai bobot karya-karyanya. Mari kita berikan tempat dan penghargaan yang sesuai dan layak ia dapatkan, meski secara ideologis kita berseberangan dengannya. Ini semua saya katakan tidak untuk menilai bahwa perspektif Anda tidak valid. Saya hanya mencoba memperlihatkan bahwa ada cara lain untuk menilai Taufik. Ini adalah sesuatu yang saya juga ingin perlihatkan kepada para peserta polemik antara Ode Kampung dan TUK. manneke -Original Message- Date: Sat Sep 29 10:53:24 PDT 2007 From: anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Mencla Mencle Gay Taufik Ismail To: mediacare@yahoogroups.com Dulu gagah banget yaTaufik jelek-jelekin rezim Sukarno, sampai bikin puisi segerobak nyerang Bung Karno. Yang ujung-ujungnya belain Suharto eh...dia bikin puisi macem beginian. Kalo diliat bahasanya MALU LAH TAUFIK ISMAIL TUH SAMA PRAMyang biar digebuki tetap bilang saya setia pada Bung Karno karena saya tahu apa tujuan Bung Karno. Tapi itulah dunia, hanya bisa menempatkan orang oportunis ketimbang pejuang sejati...Malu Bangsa Indonesia Punya Sastrawan Macam Taufik Ismail...Ini potongan puisinya Silahkan anda menilai sendiri Oh ya kini dia jelek-jelekin GM, dulu Pram diserang tapi Pram santai bilang Aku nggak kenal dia kok Nih Puisi Mencla Mencle-nya MALU AKU JADI ORANG INDONESIA Oleh : Taufik Ismail I Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa Sembilan belas lima enam itulah tahunnya Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya, Whitefish Bay kampung asalnya Kagum dia pada revolusi Indonesia Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya Dadaku busung jadi anak Indonesia Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy Dan mendapat Ph.D. dari Rice University Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army Dulu dadaku tegap bila aku berdiri Mengapa sering benar aku merunduk kini PS. Kalo tau bangga jadi anak Revolusi kenapa dulu bilang Sukarno diktator dan bikin jelek sejarah Revolusi? Mana Tukang Rambutanmu...? Kenapa nulis puisi begituan nggak pas jaman Suharto jaya-jayanya tahun 80-an tapi pas Suharto jadi macan ompong. Seorang intelektual harus berani bersikap seperti Vaclav Havel atau Pram...atau GM dengan watak demokrasinya sehingga jelas watak ke Intelektualan seseorang. Benci saya dengan sikap lembek macam beginian yang akhirnya melahirkan generasi bubrah. Tapi nggak apa-apa generasi muda Indonesia harus lepas dari sikap macam beginian jangan lengket sama mau enak sendiri saja Dan tunduk pada kekuasaan. ANTON
[mediacare] Re: Darut Tauhid bangkrut?
Nah,kali ini saya setuju dengan Indonebia. Saya juga doakan semoga AA Gym bisa bangkit kembali. ia pernah jatuh, tapi ia juga aset Indonesia yang tak ternilai. Semoga ia segera bisa kembali menyiramkan kesejukan kepada sebanyak mungkin orang yang lagi kehausan di negeri ini. manneke -Original Message- Date: Wed Sep 26 02:07:59 PDT 2007 From: indonebia indonebia [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Darut Tauhid bangkrut? To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Masya Allah! Ana dan sohib-sohib ana yang tersebar dimana-mana kaget dengar berita bangkrutnya bisnis yang dijalani oleh Aa Gym. Beredar kabar, itu karena beliau berpoligami. Tapi ana tidak yakin bahwa bangkrutnya Darut Tauhid gara-gara Aa Gym berpoligami. Ana percaya, Allah SWT hanyalah sekadar memberikan cobaan kepada beliau. Nanti sehabis Lebaran atau Insya Allah awal tahun depan, bisnis beliau akan cemerlang kembali. Aa Gym adalah sosok yang dicintai oleh Allah seperti halnya Dia mencintai Rasulullah. Jadi tidak semestinya Allah membangkrutkan bisnis beliau yang selalu ditaburi doa-doa. Wassalam, Indonebia Aa Gym Bangkrut, Karyawan Mulai Dipreteli Posted by: Kinantaka [EMAIL PROTECTED] Tue Sep 25, 2007 10:50 pm (PST) Aa Gym Bangkrut, Karyawan Mulai Dipreteli Rabu, 26 September 2007, 12:00:00 WIB *Bandung, myRMnews.* Bulan Ramadhan ternyata tidak begitu berkah buat dai kondang Kiai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. Pasalnya, sebagian pegawai yang telah di PHK memprotes karena tidak puas mendapatkan pesangonnya. Beberapa mantan karyawan Darut Tauhid merasa tidak puas karena jumlah pesangon yang diterima dari MQ dinilai tidak sesuai dengan masa kerja sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan Kita hanya menerima setengah dari hak yang seharusnya kita dapat sesuai dengan yang telah kita sepakati. Saya betul-betul kaget dan tidak habis mengerti, kata Dody Lazuardi salah satu mantan pekerja Aa' Gym yang pernah bekerja di MQ FM, Selasa (25/9). Padahal, lanjut Dody, dirinya sudah bertemu dengan Aa Gym untuk membicarakan hak para mantan karyawan. Kata Dody, Aa Gym sudah menginstruksikan kepada tim audit untuk menyelesaikan hak-hak mantan karyawan. Makanya kita benar-benar kecewa, katanya. Dody dan para mantan karyawan yang lainnya berharap persoalan ini bisa selesai. Saya hanya berharap masalah ini dapat diselesaikan secepatnya sebelum Idul Fitri. Insya Allah saya hanya menuntut hak saya, istri dan anak-anak saya,tidak lebih dari itu, kata Dody. Dody menilai ia telah dizhalimi dan diperlakukan secara tidak profesional oleh pihak MQ, sesuatu yang menurut Dody sangat bertolak belakang dengan isi ceramah Aa Gym selama ini yang selalu mendengung-dengungk an tentang keprofesionalan Sementara itu, pekerja Darut Tauhid lainnya, Ahmad Ridwan mengaku tetap bisa menerima keputusan yang dilakukan oleh MQ. Dirinya, secara tidak langsung juga ikut mengkritik kebijakan yang dibuat manajemen. Itu mah bukan pesangon,kang. Kalau pesangon mestinya 50 juta, kata Ahmad. Sementara itu, Humas Darut Tauhid, Dharmawan, belum bisa dimintai konfirmasinya. http://www.myrmnews .com/indexframe. php?url=situsber ita/index. php?pilih= lihat_edisi_ websiteid= 43740 - Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers
[mediacare] Re: Surat Keberatan Media Watch atas iklan XL versi Perempuan Rp 1,-
Setuju. Seruan protes terhadap iklan Prox XL, dan juga semua posting yang bernada kritis terhadap iklan itu, harus dibaca sebagai ajang pendidikan dan peningkatan kesadaran publik--baik itu laki-laki maupun perempuan--untuk lebih sensitif gender. Tapi kita jangan lupa juga bahwa yang dihadapi adalah pemodal-pemodal besar. Maka itu, cara melawan mereka bukanlah dengan rusak-rusakan, tetapi dengan membangun kesadaran publik. manneke -Original Message- Date: Thu Sep 27 16:31:21 PDT 2007 From: marthajan04 [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Surat Keberatan Media Watch atas iklan XL versi Perempuan Rp 1,- To: mediacare@yahoogroups.com sebetulnya siapa sih yang paling salah dalam hal iklan2 yang merendahkan wanita? saya yang perempuan, lebih condong malah menyalahkan si perempuan itu sendiri yang jadi modelnya. sebagai perempuan, seharusnya dia tidak tergiur oleh uang yang merendahkan perempuan terutama dirinya sendiri. pihak pengusaha memang dia nyari akal untuk melariskan dagangannya. pihak lelaki apa urusannya, bukan dia yang direndahkan. Jadi saya lebih mengharapkan lembaga2 wanita, mulailah usaha menyadarkan wanita2 entah goblog atau tidak punya harga diri wanita2 model seperti ini. caranya terserah bagaimana bijaknya anda2 saja. salam, mj --- In mediacare@yahoogroups.com, Daniel H.T. [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya lihat iklan tsb masih ada di website XL (www.xl.co.id) Ini dia: - Original Message - From: M. Irwan Hrp To: mediacare@yahoogroups.com Cc: Milis Perempuan ; Forum PembacaKompas ; Milis KOMNAS Sent: Thursday, September 27, 2007 4:32 PM Subject: Re: [mediacare] Surat Keberatan Media Watch atas iklan XL versi Perempuan Rp 1,- Dear All, Sudah saya sampaikan ke team terkait. Semoga menjadi masukan bagi kita semua. On 9/27/07, Titiana Adinda [EMAIL PROTECTED] wrote: MEDIA WATCH Jl.Bangka Raya No 43 ,Jakarta Selatan 12770 Telp: 021-7192627 Fax:021-7192523 Email: [EMAIL PROTECTED] No: 001/E/MW/SK/IX/07 Lamp: 1 buah foto contoh iklan Hal : Surat Keberatan Jakarta, 26 September 2007 Kepada Yth. Pimpinan Perusahaan Kartu Seluler XL di tempat Dengan hormat, Kami bermaksud menyampaikan surat keberatan kami atas iklan XL versi perempuan dengan menggunakan kaos bertuliskan Rp 1/detik Dari cara mempromosikan iklan tersebut menunjukkan citra yang melecehkan perempuan, karena : Model yang diperagakan adalah seorang perempuan dewasa berdiri dan dibagian perut serta sekitar payudara bertuliskan Rp 1 / per detik. Citraan ini sangat merendahkan perempuan, memberi kesan tubuh perempuan tersebut sama dengan seharga Rp 1 / per detik. Bahwa iklan ini menunjukkan citraan penjualan seorang perempuan, atau ide dari bisnis hotline. Dengan ini kami sangat keberatan sekali iklan tersebut terus menerus ditayangkan dan diterbitkan di media-media sampai sekarang yang dapat dilihat oleh semua orang. Masih banyak iklan XL lain sebelumnya yang terlihat lebih kreatif tanpa mencitrakan perempuan seperti itu. Negara Indonesia sudah sepakat untuk menghapuskan semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan baik langsung maupun tidak langsung (UU No. 7 Tahun 1984) salah satunya peran media massa (termasuk iklan) Semoga masukan dari kami ini sangat bermanfaat bagi perusahaan Anda. Kami sangat terbuka untuk berdialog dengan pihak XL mengenai keberatan kami ini. Agar terjadi pengertian masyarakat dan untuk selanjutnya silahkan menghubungi Dinda di 08151609391 atau email kami di [EMAIL PROTECTED] bila tertarik untuk merencanakan pertemuan. Media Watch akan terus memantau tayangan televisi yang memiliki tayangan yang membuat citraan perempuan menjadi negatif. Tujuannya bukan untuk memberangus media industri, tetapi memberi 'masukan lebih' segala hal yang berhubungan dengan prinsip hak asasi manusia. Di negara lain metode ini sudah diterapkan, diantaranya di Filipina. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Mariana Amiruddin Koordinator Umum CC: 1.Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2.Komisi Penyiaran Indonesia Kunjungi blog aku di: http://titiana- adinda.blogspot.com/ Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers
Re: [mediacare] YAHUDI lagi....
Saya setuju banget dengan Henny. Sebuah jalan pikiran yang masak. Daripada hujat-hujatan, leibh baik pakai energi buat menciptakan perdamaian. Di Al-Qur'an juga ada lho kewajiban menciptakan kedamaian. Jadi isinya tak cuma soal perseturuan dengan Yahudi doang. Di Kitab Perjanjian Lama juga ada kisah Tuhan menyuruh orang Israel membunuhi bangsa-bangsa lain yang menghuni Kanaan. Masa kini orang Kristen cukup gila untuk mengikuti perintah dalam kisah itu dengan membunuhi keturunan bangsa-bangsa itu, dengan alasan disuruh Tuhan? Kan enggak gitu. manneke -Original Message- Date: Fri Sep 28 11:08:33 PDT 2007 From: Henny [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi To: mediacare@yahoogroups.com Lalu apa karena Yahudi kita perlu mengggugat Al Quran? Nggak lah ya Pointnya bila si David Yazbeck berayah Yahudi dan ibu Arab lalu mengapa kita yg nggak ada kaitannya tak bisa netral? Kayaknya bukan soal agama deh.Coba saja sudah sama satu agama dengan si ARAB tapi TKW kita masih diperkosa dan disiksa. Sahabat dan adikku yg umroh selalu diingatkan untuk tidak bepergian sendiri, sudah banyak kasus bukan saja wanita tulen, wanita 1/2 tulen juga diperkosa..lha dikota suci, menunaikan ibadah...gimana? Lalu bagaimana kalau Yahudi dan Arab itu bersatu? Yah...kiamat...kita tak akan eksis lagi...Nggak kebayang deh HH - Original Message - From: Sunny To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 10:39 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi Tidak boleh bersahabat dengan Yahudi dan Nasrani itu sudah diatur oleh Allah. Kalau Anda tidak percaya, silahkan buka Al Quran dan lihat pada ayat 5:51. Mengapa tidak boleh bersahabat? Tentunya disebabkan kebencian. Jadi Allah itu rasis? Hehehehe. - Original Message - From: Willy Samosir To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, September 28, 2007 11:54 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi kebodohan aj si pak, soalnya benci yahudi itu kan krn rasis aj sebenernya..lebih lagi, yahudi itu kan suku yang berasal dari keturunan anak ke-4-nya nabi yakub alias israel..mgkn kebencian pada yahudi jg dsebabkan krn adanya neo-nazi..eh tp klo dblg yahudi jenius musik saya krg setuju jg, krn Johann Sebastian Bach, Beethoven, bahkan Kurt Cobain, Pance F. Pondaag dan Benyamin Su'eb itu ga ada yahudi2nya.. - Original Message From: roi8890 [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Friday, 28 September, 2007 10:03:04 AM Subject: Re: [mediacare] YAHUDI lagi bukannya Yahudi itu 'dikutuk' punya otak yang encer ya? coba deh riset pelaku bisnis top di dunia, gw pikir sih mayoritas orang yahudi juga. Coba juga riset penerima nobel... --- Henny [EMAIL PROTECTED] n.com wrote: Saat ini saya sedang menyusun dan mempelajari musical dari beberapa Broadway Musical al seperti: - West Side Story - Man of La Mancha - The Sound of Music - The Full Monty - Annie - Fiddler on The Roof Ternyata karya-karya musical besar majority dibuat oleh tokoh-tokoh keturunan Yahudi dan kelahiran New York tahun 1895-1930. Kebanyakan adalah kelahiran 1918 dan salah satu yang tidak asing tentunya Leonard Berstein. Pasti deh banyak yang tahu karyanya sebutkan saja Somewhere, Tonight, Maria. Bukan hanya karya mereka menerima Oscar, Grammy, Emmy, Tony bahkan Pulitzer. Sutradara West Side Story Mr. Jerome Robbins ternyata belajar menari dari Yeichi Nimura. Wah keturunan Jepang gimana ini koq bisa ..dan gimana ya mau bersaing ternyata banyak sekali yang beberapa langkah mendahului kita ya. Yang istimewa adalah David Yazbeck kelahiran tahun1960 dalam The Full Monty. Beliau berasal dari ayah keturunan Yahudi dan ibu keturunan Arab. Musisi ulung ini diusia 26 tahun sdh memenangkan Emmy selain menulis juga menjadi producer terhadap group band dan musisi besar lainnya seperti Queen, Tito Puentes. Ini belum termasuk beberapa Yahudi lainnya seperti Irving Berlin kelahiran tahun 1888 yg berimigrasi ke US tahun 1893. Siapa nggak kenal lagu White Christmas, Always, Blue Skies, God Bless America, Anything You Can do (I can do better), Change Partner, Cheek to cheek. Let your self Go , How deep is the Ocean, Let face the music and dance Wadduh saya nggak habis pikir apa ya alasan orang membenci YAHUDI ya.kayaknya bukan agama saja lho MAS..tapi SIRIK juga kali ya. Tapi aku koq nggak ada tuh rasa bencinya, malah kagum. Mungkin karena tak pernah diajarkan membenci kali ya Aduh.Ini aku yang salah tempat dilahirkan ataukah mereka yang salah
[mediacare] Re: Jago desain, memble perawatan--KUK?
Pasti ini ulahnya preman-preman KUK yang mencopoti sekrup jembatan busway untuk dipakai inspirasi buat nulis puisi. Wah, memang sama bahayanya sama FPI si KUK ini! Ini pendapat lho. Yang mau beda boleh :)) manneke -Original Message- Date: Wed Sep 26 18:48:14 PDT 2007 From: The Watcher [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Jago desain, memble perawatan To: mediacare@yahoogroups.com Salam, Pernahkah melihat jembatan penyeberangan ke bus transjakarta yang skrup-nya sudah hilang dan lempeng alas jembatannya menganga ? Pernahkan melihat tembok-tembok jalan layang yang penuh dengan coret-coretan ? Sebagian besar dari kita pernah melihat hal tersebut. Pemerintah kita memang hebat dalam membuat, entah itu bangunan fisik, maupun peraturan/undang-undang namun memble dalam hal perawatan. Mungkin pertanyaan sederhana dari kita adalah kemana saja uang yang didapat dari perolehan bus transjakarta ? atau, kemana para aparat sampai-sampai banyak pedangang kaki lima dipinggir-pinggir jalan, banyak tembok yang dicoret-coret, fasilitas telepon umum yang tinggal kabel-nya, peraturan dilarang merokok di beberapa daerah di DKI Jakarta, atau kali-kali yang penuh dengan sampah ? Peraturan memang telah dibuat. Tapi, peraturan tanpa pengawasan dan hukum yang tegas sama saja dengan jago desain, memble perawatan. Tanpa pengawasan dan hukum yang tegas. Tata kota di Jakarta tidak akan pernah baik. Pertanyaan selanjutnya adalah, untuk menegakkan hukum, apakah pemerintah dan aparat berani untuk membersihkan departemen-nya terlebih dahulu ?
[mediacare] Re: Bubarkan Komunitas Utan Kayu--liberal kawin sama komunis?
Yang saya tak habis pikir, kok bisa ya liberalisme diusung bareng sama komunisme? Opo tumon toh? Wah,baru satu-satunya nih di dunia ada organisasi yang bisa secara bersamaan mendukung liberalisme sekaligus mendukung komunisme. Hebt, hebat!!! Ini organisasinya yang supercanggih, atau analisis sang pengamat yang kacau-balau? manneke -Original Message- Date: Mon Sep 24 21:41:12 PDT 2007 From: The Watcher [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [mediacare] Bubarkan Komunitas Utan Kayu To: mediacare@yahoogroups.com Salam untuk Baramuli, Ide saya berasalkan dari pro-kontra-nya mereka. Baik KUK, FPI dan HD memiliki pendukung dan penentang. Kesemuanya pun kontroversial, KUK membawa isu liberal, agama komunisme, FPI membawa isu agama moralitas sedangkan HD membawa isu ekslusifisme. Walaupun KUK berbeda dengan FPI HD dalam hal gerakannya. Namun efeknya bisa jadi sama. Jika FPI HD cenderung membawa gerakan fisik, KUK membawa gerakan fikiran. Ingatlah paham-paham fikiran leninisme, sosialisme komunisme yang awalnya hanya wacana dalam bentuk fikiran yang kemudian berkembang menjadi fisik. On 9/25/07, Wielsma Baramuli [EMAIL PROTECTED] wrote: Asal malontok jo! Alias ASBUN aja! Dari mana anda (sang pengamat sosial) dapat ide bahwa KUK sama dengan FPI, apalagi gank HD? Apapula itu GDP yang main neyelonong menuntut KUK dibubarkan? Mau menghidupkan dan melestarikan otoritarianisme ya? Nuntut sih nuntut, tapi ya, mbok dipikir yang masuk akal gitu lho! Hare gene. masih mau main hantam? Bung Mod, masalahnya bukan siapa itu Mudzakir dan Elisia Purba, tapi mengapa mereka sempat-sempat punya pikiran iseng seperti ini. Capek deh.! Salam, Wedekabe *The Watcher [EMAIL PROTECTED]* wrote: Salam, Dengan perkembangan teknologi saat ini, khususnya teknologi informasi memberikan kebebasan bagi semua orang untuk mengeluarkan pendapat. Komunitas/kumpulan orang/organisasi yang dianggap mengancam eksistansi maupun kenyamanan orang atau sekelompok orang lain pun lebih mudah diprotes. Sebut saja tindakan-tindakan anggota Harley Davidson yang cenderung dikenal arogan di jalan raya, tindakan anggota FPI yang seringkali melibas tempat-tempat hiburan malam yang dianggap menggangu bisnis dan terakhir kali tindakan Komunitas Utan Kayu yang dianggap membawa paham liberal dalam karya-nya dan berteman baik dengan komunis yang membuat para seniman dan sebagian besar masyarakat Indonesia yang anti-komunis menjadi meradang. Tampaknya komunitas/kumpulan orang/organisasi seperti FPI, Gank Harley Davidson dan Komunitas Utan Kayu memang tidak dapat disentuh oleh aparat, kemungkinan besar karena memang sengaja dipelihara oleh negara dan bukti-nya tidak cukup untuk menutup organisasi tersebut On 9/22/07, radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] wrote: Siapa itu Mudzakir dan Elisia Purba? *Garda Pembebasan gardapembebasan@ lycos.com* wrote: Bubarkan Komunitas Utan Kayu! (1) Seniman Garda Depan Pembebasan (GDP) dengan ini mendesak kepada Pemerintah untuk membubarkan Komunitas Utan Kayu (KUK). (2) Kami mengimbau pihak kepolisian supaya menutup areal di jalan Utan Kayu 68H itu agar tidak digunakan bagi kegiatan kesenian yang mengancam martabat bangsa. Telah diketahui luas, bahwa KUK adalah tempat penyebaran ide-ide liberalisme yang mengutamakan humanisme universil dengan mendatangkan seniman-seniman asing secara besar-besaran. KUK juga menjadi tempat berkumpulnya kelompok Islam Liberal dan bekas-bekas tapol G30S/PKI yang ateis dan Marxis. (3) Kami menuntut agar dominasi KUK dalam bidang sastra harus diakhiri. (4) Kami menunut agar Goenawan Muhammad diusut. (5) Kami menuntut agar Harian Kompas memecat Hasif Amini sebagai redaktur budaya dan diganti oleh Saut Situmorang yang jelas-jelas berprinsip sastra untuk rakyat tertindas.. (6) Kami menuntut agar Koran Tempo memecat Nirwan Dewanto sebagai redaktur budaya dan diganti oleh sastrawan yang ditunjuk oleh Saut Situmorang serta DEWAN penandatangan Manifesto Ode Kampung. (7) Kami menuntut agar jurnal Kalam dilarang terbit. Bersama ini pila kami menyerukan apabila Polisi gagal bertindak, para seniman boemipoetera yang progresif mengambil alih areal Jalan Utan Kayu6H, termasuk stasiun radio dan teater, dan membuang jauh-jauh buku-buku liberalisme dan marxisme-leninismE dari perpustakaannnya. . SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA!!! GARDA DEPAN PEMBEBASAN Mudzakir H.S. Ketua Elisia Purba Sekretaris I e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com -- Pinpoint customers http://us.rd.yahoo.com/evt=48250/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v9.php?o=US2226cmp=Yahooctv=AprNIs=Ys2=EMb=50who are looking for what you sell.
[mediacare] Re: Jakgung Request ke Bank Dunia Soal Soeharto etc
Saya suka heran kok tiap kali kita bicara tentang kritik internasional tentang pemimpin korup di negeri ini, selalu disangkut-pautkan dengan harkat dan martabat bangsa. Betul-betul tak mampu membedakan mana individu dan mana negara, dan masih berpikir dengan gaya feudal: raja dan negara adalah tunggal. Nah, kalo Jakgung-nya aja ikut-ikutan pakai paradigma berpikir seperti ini, gimana mau menghrapakan pengusutan yang serius dan all out? manneke -Original Message- Date: Mon Sep 24 01:22:38 PDT 2007 From: Merapi 08 [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] * Jakgung Request ke Bank Dunia Soal Soeharto etc To: mediacare@yahoogroups.com * Jakgung Request ke Bank Dunia Soal Soeharto etc Jawapos - Senin, 24 September 2007 JAKARTA - Jaksa Agung (Jakgung) Hendarman Supandji tetap optimistis bisa melacak aset-aset negara yang diduga hasil korupsi mantan Presiden Soeharto di luar negeri. Untuk itu, pemerintah segera mengajukan request ke Bank Dunia untuk menelusuri aset-aset tersebut. Secepatnya kita mengajukan request ke Bank Dunia. Ini agar harta negara yang diduga ditransfer mantan Presiden Soeharto ke luar negeri bisa segera dilacak, ujar Hendarman usai berbuka puasa di kediaman Menkes Sabtu (22/9). Menurut dia, pemerintah mengajukan request karena mekanismenya memang harus meminta izin ke Bank Dunia. Hendarman mengatakan, pelacakan aset Soeharto tersebut sangat penting karena daftar yang dirilis The Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative tidak detail. Datanya sebatas asumsi bahwa sejumlah pejabat tinggi dunia, termasuk Soeharto, menggelapkan pajak dan mengumpulkan uang suap. Ketua Umum Gerakan Masyarakat Peduli Harta Negara (Gempita) Albert Hasibuan mendukung upaya Kejaksaan Agung menindaklanjuti laporan StAR Initiative. Lembaga itu dibentuk PBB dan Bank Dunia terkait aset mantan Presiden Soeharto di sejumlah bank di luar negeri. Sebab, isi dokumen tersebut bisa menjadi petunjuk awal terjadinya penghimpunan uang haram semasa kepemimpinan Soeharto. Menurut Albert, kejaksaan harus menjadikan dokumen Bank Dunia sebagai bahan penyelidikan. Itu terutama untuk memperkuat pembuktian kasus perdata atas berbagai dugaan korupsi Soeharto. Kasus (pidana) Soeharto memang telah dihentikan. Tetapi, sekarang ada upaya perdata untuk mengembalikan kerugian negara. Nah, dokumen Bank Dunia itu harus dimanfaatkan, kata Albert yang dihubungi koran ini kemarin. Albert mengklaim, sebagian isi dokumen Bank Dunia, termasuk Prakarsa PBB dalam StAR Initiative, merupakan masukan Gempita. Isinya pernah dilaporkan ke kejaksaan di era Jaksa Agung Andi M. Ghalib. Tetapi, tidak berlanjut dalam proses hukum sampai ada perkembangan program StAR Initiative, ujar Albert. Gempita, menurut Albert, memaklumi kuatnya intervensi politis kala itu sehingga masukannya tidak bergulir di meja hijau. Ditanya tentang isi pengaduan Gempita ke kejaksaan, Albert menjawab, sebagian berisi aset Soeharto di luar negeri. Ada di Selandia Baru. Yang lain aset properti di London, Inggris, jelasnya. Dari penelusuran koran ini, kantor berita AFP pada 26 April 2000, pernah memberitakan kesediaan Menlu Selandia Baru Phill Goff membantu mengamankan aset keluarga Soeharto yang disimpan di negaranya. Soeharto melalui putranya, Tommy Soeharto, pernah memiliki Hotel Alpine senilai jutaan dolar AS di South Island, Selandia Baru. Pada 2000, keluarga Soeharto menjual properti itu kepada seorang warga Singapura. Di tempat terpisah, mantan Jaksa Agung Andi M. Ghalib menolak mengomentari informasi terkait kasus korupsi Soeharto itu. Termasuk dokumen Bank Dunia berisi aset Soeharto di luar negeri. Ini masalah sensitif, masalah pemimpin bangsa. Saya tidak bisa bicara asal- asalan. Ini terkait harkat dan martabat bangsa, kata Andi yang dihubungi koran ini tadi malam. Ketua jaksa pengacara negara (JPN) gugatan kasus Soeharto, Dachmer Munthe, mengatakan, kejaksaan siap menindaklanjuti dokumen Bank Dunia sebagai materi pembuktian perdata kasus korupsi Yayasan Supersemar. Sepanjang ada relevansinya, mengapa tidak? Kalau ada kaitannya, tentu akan ditindaklanjuti di persidangan. Kami justru merasa terbantu dalam proses pembuktian, terang Dachmer kemarin. Meski demikian, Dachmer mengaku belum menerima instruksi jaksa agung untuk menindaklanjuti dokumen Bank Dunia tersebut. Sementara itu, Direktur Perdata pada Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Datun) Yoseph Suardi Sabda mengatakan, perlu kajian mendalam terhadap data Bank Dunia sebelum menjadikannya sebagai materi pembuktian di persidangan. Dalam kajian tersebut, harus diidentifikasi kasus hukumnya terlebih dahulu, jelas Yoseph. Dia menambahkan, jika hanya melansir data dari media massa dan LSM, kejaksaan sulit mengembalikan aset Soeharto. Sebab, data tersebut masih mentah dan belum dapat disebut fakta yuridis. Bank Dunia dan PBB seharusnya merinci lebih detail
[mediacare] Re: Forum Kesenian Banten
Semoga dengan publikasi aktivitas Forum Kesenian Banten yang padat dan meriah ini, dominasi TUK yang dihebohkan banyak orang itu kini ada pengimbangnya. Selamat bekerja buat Forum Kesenian Banten, dan semoga berhasil menelurkan pemikiran-pemikiran alternatif dalam kesenian. manneke -Original Message- Date: Thu Sep 20 00:22:03 PDT 2007 From: radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] Subject: [:::Komunitas Merapi:::] Re: Forum Kesenian Banten To: [EMAIL PROTECTED], Kang Gola Gong, Terima kasih untuk informasinya. Saya tertarik dengan adanya Forum Kesenian Banten. Boleh tahu, sejak kapan berdiri? Lalu, apakah di Provinsi Banten ada semacam DKJ, mungkin dengan nama Dewan Kesenian Banten? Kalau memang belum ada, apa saja kendalanya? salam, rd gongmedia cakrawala [EMAIL PROTECTED] wrote: acting: BULETIN PERTAMA TEATER DI BANTEN Luar biasa. Itu yang bisa saya katakan tentang buletin atau jural ActinG yang dikelola Lee Brkin alias mahdi duri dan kawan-kawannya di Forum Kesenian Banten. Ini adalah kerja marathon. Ii adalah kerja berkelanjuatan dari gerakan kebudayaan di tanah Banten. Setelah gerakan literasi bergulir kencang, dengan emunculkan penulis-penulis muda Banten, kini buta teater tidak akan ada lagi di Banten. Buletin ActinG dijual Rp. 1000,-. September ini sudah memasuki edisi keenam. Terbit bulan April 2007 hanya 4 halaman alias 1 lembar ukuran kuarto. Hitam putih. Di edisi keenam ini sudah 12 halaman. Kita akan disuguhi banyak agenda pementasan dari komunitas teater di Banten; umum, pelajar, dan kampus. Melek sastra, lalu melek teater. Jika terus begii, kehadiran ActinG akan menjadi keharusan. Penulis-penulis teater di Banten akan bermunculan. Para sutradara dan aktor akan bersemangat terus berkarya dan masyuarakat awam tercerahkan. Teater yang tadinya tabu atau makhluk aneh, kini jadi sesuatu yang tidak lagi nyleneh, tapi sexy dan funkeeh! Pelajar dan mahasiswa kini merasa gaul menggeluti teater. Berkar teater, berkarakter. Dan minim bujet, tetap kreatif Nama-nama seperti Dadi RsN, Toto ST Radik, nandang Aradea, Bagus Bageni, Piter Tmba, Nazla Thoyib Amir, Iffan Gondrong, Mahdi Duri, irman Vebayaksa, akan semakin bergairah dalam berkarya. Dan karya mereka akan sampai ke masyuarakat. Diskusi-diskusi teater pun akan ramai ditulis dan dibicarakan. Kelompok teater seperti Caf? Ide Untirta, Gesbica, Anonimous, Wajah Stikom Wangsajaya, Studio Teater Indonesia, tidak akan merasa sia-sia seusai menggelar pementasan, karena semuanya diarsipkan dalam bentuk laporan atau ulasan di buletin ActinG. Segala gagasan yang ada di otak sutradara bisa diketahu oleh khalayak. Ini sesuatu yang menyehatkan bagi iklim Banten yang sedang carut-marut. Realitas di Banten bisa ditafisirkan di atas pentas dan ini tentu menjadi alternatif hiburan bagi kita. Selamat ActinG. Maju terus pantang mundur!. Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Blog: http://mediacare.blogspot.com http://www.mediacare.biz Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[mediacare] Re: Mariana - Re: Solusi damai
Wowok pernah bicara dalam sebuah acara Hiski di Depok. Soal Perda Tangerang, posisinya tegas: ia melawan perda ini. Namun, dalam soal TUK (atau khususnya GM), ia tampaknya tidak berkompromi. Ada sejumlah persoalan yang ia sinyalir. Sayangnya, persoalan-persoalan ini tercampur-aduk dengan macam-macam isu lain, yang tampaknya bukan menjadi concern utama Wowok, melainkan gado-gado dari aspirasi kumpulan seniman dari berbagai latar belakang di acara yang bertempat di Rumah Dunia Banten. Ada yang maunya anti-pornografi, ada yang anti neo-liberalisme, ada yang anti-dominasi pusat atas pinggiran (kampung?), ada yang anti TUK, dll dsb. Kembali soal TUK, seperti saya katakan, ada banyak statements ditujukan buat TUK. Sayangnya lagi, statements ini masih tinggal sebatas kumpulan pernyataan. Padahal, kekuatan para seniman yang kumpul di Rumah Dunia ini besar sekali. Jika saja mereka mau mencurahkan pikiran secara serius untuk melancarkan kritik seni yang mendalam dan berbobot atas TUK, maka kita mungkin saat ini sudah menyaksikan sebuah revolusi pemikiran dalam kesenian Indonesia kini. Potensi yang menjanjikan ini kini pupus total akibat ulah sebagian peserta temu seniman Nusantara itu, seperti Saut Situmorang dan Wowok Hesti Prabowo. Maka itu, tak heran jika sebagian seniman lain tak sependapat dengan cara-cara yang ditempuh. Saya cuma prihatin bahwa kita kembali terperangkap dalam perang slogan dan perang statement. Polemik ini akan dicatat dalam sejarah seni Indonesia sebagai polemik yang cuma penuh kebisingan, tapi tak ada isi yang berarti. Saya merasa TUK akan cuek dengan segala teriakan dan makian, dan mereka baru akan menggeliat jika ada kritik yang cukup serius dan komprehensif terhadap mereka. Mungkin ini saatnya para penanda tangan Ode Kampung yang non-simpatisan Saut dan Wowok untuk tetap menghidupkan semangat kritis Ode dengan cara yang lebih mencerminkan ke-kesenian-an? Hanya mereka yang bisa menyelamatkan polemik ini dari akhir berupa tragikomedi... manneke -Original Message- Date: Tue Sep 18 23:19:34 PDT 2007 From: radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] Subject: Mariana - Re: Solusi damai To: nayla anggoro [EMAIL PROTECTED], Rudal Tanggung Anunya [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], bdgkusumo [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], gongmedia cakrawala [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], edy effendi [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], rocky gerung [EMAIL PROTECTED], gm [EMAIL PROTECTED], Gola Gong [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], hudan [EMAIL PROTECTED], idawayan [EMAIL PROTECTED], ilalang [EMAIL PROTECTED], jokpin [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], I Nengah [Kalki Awatara] Karma [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], Tuty Umayati Kusworo [EMAIL PROTECTED], manneke [EMAIL PROTECTED], mariana [EMAIL PROTECTED], Chavchay Media [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], Kafir Mustopa [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], I Gede Purwaka [EMAIL PROTECTED], bumi putra [EMAIL PROTECTED], ahmadun republika [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Bantu Mariana, karena dia selalu gagal mengirim reply to all. salam, rd Mariana Amiruddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Radityo, Ini yang saya maksud, memang sebenarnya Om Saut aja yang rame, pada dasarnya pada nggak apa-apa. Wowok juga sepertinya terprovokasi. Radio Jurnal Perempuan pernah mewawancarai Wowok soal perda Tangerang, jawabannya bagus sekali, sampai sekarang aku simpan. Sayang sekali kalau dia bergaul sama Saut terus. Bisa keseleo di jalan yang sesat. Rumah dunia juga keren kok dengan gola gong-nya. Upaya menyentuh masyarakat melalui kesenian bukan pekerjaan gampang di masa sekarang. Mariana Wednesday, September 19, 2007, 1:07:44 PM, you wrote: Kemarin saya dapat email dari Mas Effendy di harian Media Indonesia. Ia merasa bosan, kenapa semua orang kok mengikuti dendang dan goyangan Saut Situmorang? Kok tak ada yang lain? Saya tak mau sebutkan - confidential, karena hanya akan memperpanjang permasalahan yang menurutku itu tak perlu. Saya sarankan, kita lupakan saja Saut Situmorang. Karena setiap dia muncul, masalah baru selalu timbul. Tak ada yang bisa diharapkan dari sosok seperti ini: sang trouble maker. Semua orang bisa terseret dalam perseteruan. Ibarat perseteruan keturunan Ismail
[mediacare] Re: Solusi damai
Kok kalo saya bilang, tak perlulah ketemu-ketemuan resmi dan adu gagasan segala. Jika teman-teman yang kumpul di Rumah Dunia punya kritik yang jelas tentang TUK, tak perlu ketemuan pun bisa disampaikan. Bisa di berbagai milis, koran, dlsb. Kalau kritiknya kuat dan compelling, mereka yang di TUK pasti juga akan gerah dan bunyi sendiri untuk merespons. Di masa lalu, beberapa kali kita sudah melihat suara TUK di Bentara, misalnya. Mereka secara serius merespons tanpa diminta atau ditekan. Tapi kalo isi polemiknya maki-makian doang, ya kaya anjing menggongong saja. Percayalah, TUK akan cuek bebek. Kalo pakai ketemu-ketemuan, nanti malah dikira mau musyawarah untuk mufakat. Seniman mana doyan yang beginian? Saya melihat ada dua pokok persoalan dalam pelbagai statement yang dikeluarkan Ode Kampung: yang pertama terkait estetik, dan yang kedua politik. Jika dua-dua wilayah ini bisa ditangani secara sungguh-sungguh dalam kritik mereka (tak hanya statement-statement saja, apalagi sumpah serapah), saya percaya akan mungkin lahir suatu kritik seni yang membuka pintu bagi sebuah pemikiran segar akan estetika seni di Indonesia. Ada puluhan lho seniman yang hadir di sarasehan di Banten itu! Pemikiran-pemikiran K. Bandel adalah salah satu yang patut dipertimbangkan. Sayang, dia tercemar oleh ulah Saut, yang pekikan-pekikan premannya lebih lantang terdengar di mana-mana. Cilakalah kalo dia sampai ketularan Saut! Mengapa para penanda tangan Ode tidak mendorong atau memberikan lebih banyak kesempatan buat perempuan ini untuk mengambil peran lebih sentral, dan membiarkan orang seperti Saut menghancurkan sebuah aspirasi yang dengan susah payah digagas bersama? Syukur-syukur jika ini bisa dikontekstualisasikan dalam isu kedua, yaitu politik. Jadi, tidak terpisah dan jalan sendiri-sendiri. Karena bagaimanapun, keduanya sasaran tembaknya adalah satu, yakni TUK. Pemikiran kritis tentang estetik yang dapat secara tepat dipadukan dengan yang politis akan jadi sebuah ledakan besar. Dan polemik ini akan meninggalkan warisan yang besar pula bagi masa depan. Tapi, caranya jelas bukan dengan maki-maki pribadi atau hujat-hujat lembaga. Jika ini tidak bisa diatasi, say goodbye to the momentum! manneke -Original Message- Date: Tue Sep 18 23:07:44 PDT 2007 From: radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] Subject: Solusi damai To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], ilalang [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], budaya tionghoa [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Kemarin saya dapat email dari Mas Effendy di harian Media Indonesia. Ia merasa bosan, kenapa semua orang kok mengikuti dendang dan goyangan Saut Situmorang? Kok tak ada yang lain? Saya tak mau sebutkan - confidential, karena hanya akan memperpanjang permasalahan yang menurutku itu tak perlu. Saya sarankan, kita lupakan saja Saut Situmorang. Karena setiap dia muncul, masalah baru selalu timbul. Tak ada yang bisa diharapkan dari sosok seperti ini: sang trouble maker. Semua orang bisa terseret dalam perseteruan. Ibarat perseteruan keturunan Ismail dan Ishaq yang bakal berseteru hingga akhir zaman, karena sudah semakin sulit didamaikan. Nah, saya ingin berandai-andai. Bisakah teman-teman dari Rumah Dunia bertemu dengan teman-teman dari TUK? Semisal adu gagasan, konsep, serta how to manage sebuah rumah seni budaya di Indonesia. Siapa tahu dengan pertemuan itu akan bermunculan RD RD (bukan Radityo Djadjoeri, tapi Rumah Dunia) yang lain, semisal Rumah Tangerang, Rumah Serang, Rumah Pamulang dan seterusnya. Kan TUK juga lagi merancang Rumah Salihara yang sophisticated tapi membumi di Pasar Minggu, dekat Balai Rakyat - tempat berkumpulnya anak-anak muda. Karena pada dasarnya RD adalah sebuah konsep yang bagus untuk pengembangan seni budaya di ranah lokal. Teman-teman dari daerah lain mungkin bisa menirunya. Toh meniru hal-hal yang baik seperti dianjurkan oleh orang-orang bijak bestari itu kita dapat memetik manfaatnya daripada mudharatnya. Salam, RD e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Check out the hottest 2008 models today at Yahoo! Autos.
[mediacare] Re: Tanggapan singkat Manneke Budiman untuk Saut Situmorang--nayla anggoro
Ada yang mau terima tawaran ini? Kalau mengamati perangai pengarangnya sih, saya khawatir jangan-jangan kalau telaahnya kurang berkenan di hatinya, maka si penelaah dicaci maki dan disumpah-sumpahin. Atau bahkan, ditantang berkelahi. Sdr. Nayla Anggoro mau coba? Untuk lebih menghargai Saut dkk secara fair, ada baiknya imbauan serupa juga perlu ditujukan kepada mereka: daripada sibuk memaki pribadi-pribadi orang di TUK, kenapa tidak tunjukkan saja lewat telaah sastra di mana kelemahan karya mereka, sehingga membuat para pengarangnya pantas menerima pelbagai makian yang tertuju kepada pribadi (bukan karya) itu? Salam kenal juga, Sdr. Nayla Anggoro :)) manneke -Original Message- Date: Mon Sep 17 22:31:34 PDT 2007 From: naylaanggoro [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Re: Tanggapan singkat Manneke Budiman untuk Saut Situmorang To: mediacare@yahoogroups.com Salam kenal untuk semua member Mediacare. Ingin menimpali sedikit. Mungkin akan lebih bermanfaat kalau kasus sajak Saut Situmorang yang diributkan itu ditelaah secara sastra dari pada hanya sekedar saling kata-mengatai yang saya rasa semakin jauh dari esensi. Pada akhirnya tak ada manusia yang sempurna. Bagaimana kalau kita saling belajar dalam kebaikan. Salam --- In mediacare@yahoogroups.com, radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Manneke Budiman, Canada E-mail: [EMAIL PROTECTED] Model dan gaya tanggapan Saut ini kian mengukuhkan bahwa pengamatan saya benar. Fakta sudah bicara sendiri, dan saya tak perlu panjang lebar lagi. Sayang...sungguh sungguh sayang... manneke __ Posted by: Saut Situmorang, Yogyakarta E-mail: [EMAIL PROTECTED] hahaha...manneke! beginilah cara seorang kritikus sastra akademis kita membaca! betapa lugunya!!! saya tantang kritikus kita ini untuk membuktikan bahwa puisi saya bantul mon amour itu memang puisi yang mengeksploitasi seks! eksploitasi seks merupakan salah satu isu Pernyataan Sikap Ode Kampung, kalok dia memang bener sarjana sastra yang tahu membaca teks! jangan-jangan dia, manneke budiman itu, jual bacot kalok gak berani buktiin! seorang kritikus sastra harus dingin dalam subjektivitas pembacaannya terutama dalam melihat teks sastra. tidak jadi pengecut karena unsur-unsur ekstra-literer! itu yang saya pelajarin di Sastra Inggris, Victoria University of Wellington, New Zealand. Saya cuman S1 Sastra Inggris tapi saya tantang manneke budiman untuk membahas puisi saya! soal isi jurnal sastra boemipoetra yang dibilangnya kasar dan kami yang norak...tak punya kesantunan, ini cuman menunjukkan asal-asalannya mutu sarjana sastra satu ini! dia gak pernah baca jurnal kaum dada atau surrealis dengan manifesto-manifesto nya itu dan banyak majalah kecil lainnya di dunia ini tapi lagaknya mau jadi kritikus sastra kita! kacian... soal novel ayu utami dll itu, seorang bule orang asing sudah menulis tentangnya dan membukukannya. jawablah tesis eseinya itu! kau kan orang asli indonesia, lahir dalam bahasa indonesia, dan sarjana sastra lagi, kok gak mampu membalas tulisan Katrin Bandel yang orang asing itu! beginikah mutu dosen sastra kita!!! kacian... c'mon, man!!! hahaha... -saut situmorang ___ From: Gola Gong, Serang-Banten E-mail: [EMAIL PROTECTED] - sudah disunting seperlunya, karena banyak kesalahan ketik - Salam kreatif Saya baru saja keluar dari rumah sakit. Saya di sms Saut untuk membuka inbox email. Katanya ada hal penting tentang tulisan Manneke Budiman. Kata Saut, MB apa pernah ke Rumah Dunia? Saya membaca tulisan MB di bawah ini: Lepas dari dosa-dosa TUK yang telah diinvetarisasi secara dramatis oleh Rumah Dunia dan disebarkan di jurnalnya, Bumiputra, saya respek pada sikap yang diambil GM dalam wawancara ini... MB yang belum saya kenal, salam kenal. Ada baiknya sebelum menulis check and recheck dulu. Pernah membaca jurnal Boemiputra? Coba lihat di boks redaksinya, apakah tertera nama Rumah Dunia? Saya ingin mengabarkan, bahwa Rumah Dunia dan jurnal Boemiputra (BP) sesuatu yang berbeda. Bahkan saya secara pribadi tidak terlibat di keredaksian. Ya, itu pekerjaannya Saut, Wowok cs. Saya pernah bertanya kepada Wowok, kenapa BP memakai diksi yang vulgar kepada GM dan KUK? Jawab Wowok, Mengingatkan GM dan KUK nggak bisa dengan cara intelektual. Kosakata kelamin harus dilawan dengan kelamin lagi. Jadi, biar saja itu urusannya Saut dan Wowok dan konco-konconya. Jadi, soal penggunaan dramatis juga terlalu berlebihan. Biasa sajalah. Kalau GM dan KUK dikritik orang, biasa sajalah. Rumah Dunia tidak merasa mendramatisir. Bagi saya pribadi, GM dan KUK biasa saja. GM adalah seniman dan saya membacanya. Tapi, saya tidak bergantung pada GM dan KUK. Jadi, biasa sajalah. GM, Saut
[mediacare] Re: Fwd: [media-jogja] manifesto sastrawan Yogya (Jokpin palsu)
Mas Radityo, Tolong posting Nayla Anggoro yang saya forward ini dimuat di Mediacare. Ini demi kejelasan dan fairness. Makasih banyak. salam, manneke salam kenal untuk semua anggota milis media jogja. saya hanya ingin menimpali sedikit tentang postingan yang berjudul Manifesto Sastrawan Jogja. sebab meskipun e-mail manifesto tersebut niatnya hanya bercanda (?), tapi saya rasa kurang etis kalau nama pengirimnya menggunakan (mencatut) nama orang lain (dalam hal ini Joko Pinurbo atau Jokpin). dan saya yakin bahwa Joko Pinurbo (Jokpin) tidak memiliki alamat e-mail tersebut: [EMAIL PROTECTED] terima kasih salam
[mediacare] Fwd: Re: manifesto sastrwan Yogya--pengakuan jokpin palsu
Saya forward psoting susulan orde Ayam Kampung dari penulisnya, yang mengaku sebagai Jokpin palsu, dan di.cc ke saya. Sekali lagi, saya imbau sikapi posting ini sebagai dokumen saja yang menjadi bagian dari polemik Saut vs. GM/TUK. Ini adalah satu dari banyak artefak yang kelak akan jadi bahan telaah orang mengenai polemik pada zaman ini. Soal keaslian nama Putu Suksmanta, jangan minta saya untuk menelusuri. Aku bukan ahli IT. manneke -Original Message- Date: Tue Sep 18 07:46:22 PDT 2007 From: Sudjoko Pinurbangun [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: manifesto sastrwan Yogya To: Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] _ Pak Radityo dan Bung Saut, Maaf, maaf. Memang yang menulis Manifesto yang menghebohkan Bung Saut itu bukan Mas Joko Pinurbo. Kuakui, penulis Manifesto ?Orde Ayam Kampung? itu aku. Memang aku memakai nama samaran, di dalam e-mail ?Jokpin?. Nama lengkapnya ?Sudjoko Pinurbangun?. Apa salahnya seorang penulis memakai nama samaran?, pikirku. Mark Twain kan nama samaran. Voltaire juga nama samaran. Nama samaranku ?Jokpin?. Mengapa? He he, memang ingin dekat-dekat penyair kesukaaanku, Joko Pinurbo, jujur saja. Tetapi ?Jokpin? itu nama yang belum dipakai juga oleh Joko Pinurbo sendiri. Jadi belum ada hak cipta yang dilanggar, kan? Namaku sendiri Putu Suksmanta. Bapakku Bali, ibuku Jawa keturunan Cina. Aku menulis Manifesto itu iseng-iseng sebagai satire. Kulakukan ketika aku berkunjung ke Jakarta liburan sampai di minggu y.l. (sekarang aku bekerja di Sydney). Melihat ramainya tengkar di internet, termasuk yang disebabkan sajak Bung Saut yang menyinggung rasa keagamaan beberapa orang Bali (bokapku juga termasuk), aku tergerak menulis satire. Kan boleh menulis satire? Aku pernah tinggal di Yogya dari tahun 2002-2005. Aku sebenarnya pernah pacaran dengan cewek yang bercita-cita jadi sastrawan seperti Ayu Utami, dan aku ikut belajar dan bergaul juga dikit-dikit. Aku pernah melihat Joko Pinurbo dua kali dan Bung Saut tiga kali. Aku agak rikuh sama Mas Joko. Ia pendiam. Tetapi sepertinya Bung Saut itu lucu. Bung Saut kan gendut, tidak tinggi, rambut berkuncir, kulitnya terang. Tetapi aku lihat hidup sebagai sastrawan cuma asyik seperti main-main, sedangkan aku butuh duit karena mau kawin. Maka aku meneruskan yang sudah akan jadi profesiku, setelah lulus sekolah pariwisata. Sekarang aku jadi asisten chef di sebuah hotel di Sydney, dan kawin dengan wanita keturunan Vietnam (jadi aku sama seperti Bung Saut, beristerikan wanita asing). Aku masih menulis cerpen dan puisi, tetapi malu kuperlihatkan kalian! Kembali kepada Manifesto itu. Sebuah satire kutulis. Apa salahnya menulis satire? Pernah aku mau tahu dari mana kata ?yahoo? dan setelah kucari ketemu kata ?yahoo? berasal dari ceritera Gulliver, dan kata Google, cerita itu satire. Maksudnya untuk banyol-banyolan. Maaf kalau sudah bikin Bung Saut marah. Kusangka Bung Saut lucu dan suka humor. Ternyata tidak. Maaf kepada Pak Radityo yang sudah dituduh dan dikata-katai akibat kelakuan saya. Putu Suksmanta. C/O NORTH SHORE HOTEL SYDNEY 310 MILLER STREET NORTH SYDNEY NEW SOUTH WALES 2060 AUSTRALIA Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Blog: http://mediacare.blogspot.com http://www.mediacare.biz Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[mediacare] Re: Thanks Nayla--tentang Saut Situmorang
Ha ha ha, saya lebih suka memakai waktu dan energi saya untuk menelaah karya-karya pengarang yang berjiwa lebih besar. Makasih buat dorongannya, but no, thanks. Silakan ditawarkan ke orang lain saja. Omong-omong, Sdr. Nayla, kalau mau bicara serius soal sastra, tak perlu pakai macam-macam alat yang dinamakan alat sastra, apalagi yang namanya ilmu sastra. Setiap orang punya hak membaca karya sastra (teman Anda Saut tentu tak setuju dengan ini), dan setiap orang pun berhak menelaah karya sastra yang mereka sukai. Jadi, gimana kalo sekarang saya yang dorong Anda untuk buat telaah atas karya-karya Saut? Anda tak ada risiko dicaci-maki karena Anda tampaknya cukup akrab dengannya. Selamat mencoba :)) manneke -Original Message- Date: Mon Sep 17 23:59:10 PDT 2007 From: nayla anggoro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [mediacare] Re: Tanggapan singkat Manneke Budiman untuk Saut Situmorang--nayla anggoro To: mediacare@yahoogroups.com Tentu saya sangat mau mencoba menelaah karya sastra seseorang apabila saya mempunyai alat (dalam hal ini ilmu sastra) untuk mengulitinya. Tapi sayangnya saya hanya penikmat sastra dan tidak memiliki ilmu itu. Dan menurut saya sebaiknya saya tidak sok tahu terhadap ilmu yang saya tidak punya pengetahuan atasnya. Silakan saja dicoba sdr. Manneke hehehe... Kalaupun Bung Saut mengajak berkelahi, agak susah juga karena agak jauh tho jarak Jogja-Canada :D. Salam, Nayla Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada yang mau terima tawaran ini? Kalau mengamati perangai pengarangnya sih, saya khawatir jangan-jangan kalau telaahnya kurang berkenan di hatinya, maka si penelaah dicaci maki dan disumpah-sumpahin. Atau bahkan, ditantang berkelahi. Sdr. Nayla Anggoro mau coba? Untuk lebih menghargai Saut dkk secara fair, ada baiknya imbauan serupa juga perlu ditujukan kepada mereka: daripada sibuk memaki pribadi-pribadi orang di TUK, kenapa tidak tunjukkan saja lewat telaah sastra di mana kelemahan karya mereka, sehingga membuat para pengarangnya pantas menerima pelbagai makian yang tertuju kepada pribadi (bukan karya) itu? Salam kenal juga, Sdr. Nayla Anggoro :)) manneke -Original Message- Date: Mon Sep 17 22:31:34 PDT 2007 From: naylaanggoro Subject: [mediacare] Re: Tanggapan singkat Manneke Budiman untuk Saut Situmorang To: mediacare@yahoogroups.com Salam kenal untuk semua member Mediacare. Ingin menimpali sedikit. Mungkin akan lebih bermanfaat kalau kasus sajak Saut Situmorang yang diributkan itu ditelaah secara sastra dari pada hanya sekedar saling kata-mengatai yang saya rasa semakin jauh dari esensi. Pada akhirnya tak ada manusia yang sempurna. Bagaimana kalau kita saling belajar dalam kebaikan. Salam --- In mediacare@yahoogroups.com, radityo djadjoeri wrote: From: Manneke Budiman, Canada E-mail: [EMAIL PROTECTED] Model dan gaya tanggapan Saut ini kian mengukuhkan bahwa pengamatan saya benar. Fakta sudah bicara sendiri, dan saya tak perlu panjang lebar lagi. Sayang...sungguh sungguh sayang... manneke __ Posted by: Saut Situmorang, Yogyakarta E-mail: [EMAIL PROTECTED] hahaha...manneke! beginilah cara seorang kritikus sastra akademis kita membaca! betapa lugunya!!! saya tantang kritikus kita ini untuk membuktikan bahwa puisi saya bantul mon amour itu memang puisi yang mengeksploitasi seks! eksploitasi seks merupakan salah satu isu Pernyataan Sikap Ode Kampung, kalok dia memang bener sarjana sastra yang tahu membaca teks! jangan-jangan dia, manneke budiman itu, jual bacot kalok gak berani buktiin! seorang kritikus sastra harus dingin dalam subjektivitas pembacaannya terutama dalam melihat teks sastra. tidak jadi pengecut karena unsur-unsur ekstra-literer! itu yang saya pelajarin di Sastra Inggris, Victoria University of Wellington, New Zealand. Saya cuman S1 Sastra Inggris tapi saya tantang manneke budiman untuk membahas puisi saya! soal isi jurnal sastra boemipoetra yang dibilangnya kasar dan kami yang norak...tak punya kesantunan, ini cuman menunjukkan asal-asalannya mutu sarjana sastra satu ini! dia gak pernah baca jurnal kaum dada atau surrealis dengan manifesto-manifesto nya itu dan banyak majalah kecil lainnya di dunia ini tapi lagaknya mau jadi kritikus sastra kita! kacian... soal novel ayu utami dll itu, seorang bule orang asing sudah menulis tentangnya dan membukukannya. jawablah tesis eseinya itu! kau kan orang asli indonesia, lahir dalam bahasa indonesia, dan sarjana sastra lagi, kok gak mampu membalas tulisan Katrin Bandel yang orang asing itu! beginikah mutu dosen sastra kita!!! kacian... c'mon, man!!! hahaha... -saut situmorang
[mediacare] Re:Fwd: manifesto sastrawan Yogya
Salam kenal Sdr. Nayla. Buat saya, tak jadi soal pengirimnya Jokpin palsu atau asli. Saya mustahil bisa mengecek satu persatu alamat email yang masuk ke mediacare untuk membuktikan otentisitasnya. Buat saya yang penting adalah selebaran Orde Ayam Kampung itu ada dan nyata. Bagaimanapun juga, selebaran ini sudah menjadi bagian dari polemik Saut dkk vs GM/TUK, dan kelak akan menjadi bagian dari bahan telaah atas apa yang kini sedang terjadi. Tinggal kitanya aja yang diharapkan arif menyikapi selebaran itu. Pengirimnya bisa punya motivasi macem-macem: mengail di air keruh, terlalu pengecut untuk tampil asli, sentimen Saut, dll. Maka, kembali saya katakan, tingga kita yang mesti bersikap arif terhadap selebaran itu. makanya dalam forward saya ke mediacare, tak lupa saya wanti-wantikan agar kita menyikapinya sebagai dokumen saja alias diarsipkan. Saya juga sudah menanggapi usulan Anda untuk menelaah sajak Saut dari segi sastranya, dan ajakan itu saya lempar balik ke Anda: kenapa tak Anda saja yang melakukannya? Melihat gaya Saut, saya tak yakin ada orang mau repot-repot mengkritisi karyanya. takut dicaci maki dan dihujat-hujat jika kritiknya tak disukai Saut. Tak mungkin bisa mengkritik orang yang tak bisa menghargai perbedaan dengan elegan. Salam buat Saut ya. -Original Message- Date: Mon Sep 17 23:47:13 PDT 2007 From: nayla anggoro [EMAIL PROTECTED] Subject: Fwd: [media-jogja] Re: Fwd: manifesto sastrawan Yogya To: [EMAIL PROTECTED] Salam kenal sdr. Manneke dari saya Nayla. Hanya ingin menimpali sedikit, bahwa akan lebih bijak kalau anda mengkonfirmasikan dulu ke sdr. Joko Pinurbo terkait e-mail yang anda kirimkan (Manifesto Sastrawan Jogja/Manifesto Sastrawan Orde Ayam Kampung) apakah memang benar itu alamat e-mail Joko Pinurbo atau hanya orang menggunakan namanya. Sebenarnya saya sudah mengirimkan ke mediacare e-mail yang saya attach ke sdr. Manneke ini (yang memastikan bahwa itu bukan e-mail penyair Joko Pinurbo) tapi entah kenapa tidak muncul di mediacare. Juga satu e-mail saya yang mengatakan bahwa sebaiknya sajak Saut Situmorang yang diributkan itu ditelaah secara sastra karena akan lebih banyak membawa manfaat pun tidak muncul. Demikian surat saya. Terima kasih atas perhatiannya. Salam, Nayla Anggoro Note: forwarded message attached. - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.
[mediacare] Wawancara dengan GM
Sdr. Bonnie, Bisakah tolong wawancara Anda dengan GM soal Ode Kampung itu di-posting-kan di mediacare ini? Terima kasih atas kebaikan hatinya. salam, manneke -Original Message- Date: Tue Sep 18 20:29:00 PDT 2007 From: Boni Triyana [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wahana-news] Re: [rumahdunia] Bosan dengan perdebatan anak2 kecil To: [EMAIL PROTECTED], nayla anggoro [EMAIL PROTECTED], Rudal Tanggung Anunya [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], bdgkusumo [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], gongmedia cakrawala [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], edy effendi [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], rocky gerung [EMAIL PROTECTED], gm [EMAIL PROTECTED], Gola Gong [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], hudan [EMAIL PROTECTED], idawayan [EMAIL PROTECTED], ilalang [EMAIL PROTECTED], jokpin [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], I Nengah [Kalki Awatara] Karma [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], Tuty Umayati Kusworo [EMAIL PROTECTED], manneke [EMAIL PROTECTED], mariana [EMAIL PROTECTED], Chavchay Media [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], Kafir Mustopa [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], I Gede Purwaka [EMAIL PROTECTED], bumi putra [EMAIL PROTECTED], ahmadun republika [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], Putu Suksmanta [EMAIL PROTECTED], Gali Tegalgendu [EMAIL PROTECTED], budaya tionghoa [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], jantonius tobing [EMAIL PROTECTED], tspinang [EMAIL PROTECTED], ayu utami [EMAIL PROTECTED], viddyad [EMAIL PROTECTED], Farida Wardhani [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], sukmanti wiryawan [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], zawawi [EMAIL PROTECTED], =?UNKNOWN?Q?=93Alwy=94?= [EMAIL PROTECTED] Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Blog: http://mediacare.blogspot.com http://www.mediacare.biz Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[mediacare] Re: Tanggapan Gola Gong untuk Manneke Budiman: Komunitas Utan Kayu tidak membumi
Pertama, terima kasih buat Mas Radityo yang telah bantu forward email dari Gola Gong ini kepada saya. Kedua, saya harapkan semoga Gola Gong segera sehat kembali karena baru saja keluar dari rumah sakit. Salam kenal juga. Saya baru saja kembali dari perpustakaan kampus di Kanada, dan saya lihat buku-buku tulisan Anda hampir lengkap dapat ditemui di perpustakaan itu. Sangat membanggakan. Ketiga, mengenai tanggapan saya atas wawancara dengan GM: tanggapan itu adalah opini spontan tanpa riset-risetan. Saya sudah lihat Jurnal Bumiputra itu sewaktu ada hajatan Hiski di Depok Agutsus lalu, karena Wowok membagi-bagikannya. Terus terang, jika hanya membaca jurnal itu, sangat mudah bagi seseorang untuk memperoleh kesan bahwa Rumah Dunia mengamini isinya. Bahwasannya Rumah Dunia cuma jadi tuan rumah, dan bahkan Gola Gong secara pribadi tak setuju dengan cara Saut dan Wowok, baru saya dengar sekarang. Jadi, sangat baik bahwa Gola Gong muncul untuk mengklarifikasi kejadian yang sebetulnya waktu seniman Nusantara kumpul-kumpul di Rumah Dunia itu. Keempat, karena kerusakan sudah terjadi akibat tanggapan saya terhadap wawancara dengan GM itu, khususnya dalam kaitan dengan peran Rumah Dunia Banten, maka dengan ini saya menyampaikan permintaan maaf yang tulus kepada segenap anggota keluarga Rumah Dunia Banten, yang rupa-rupanya cuma ketamuan saja oleh para seniman itu, termasuk yang melakukan serangan terhadap pribadi-pribadi di TUK. Kelima, terlepas dari persoalan ini semua, saya pikir tak ada satupun di antara kita, ataupun di kalangan para seniman, yang memberhalakan TUK atau GM. Seniman itu, sepanjang saya tahu, terlalu besar egonya untuk bisa memuja siapapun, bahkan tidak juga dirinya sendiri. Jadi, sesuai saran Anda, saya juga biasa-biasa aja. Dan saya juga 100% setuju bahwa kita semua cuma manusia biasa. Dan di antara konsekuensi yang ada sebagai akibat kemanusiawian kita itu, maka ada kalanya kita bisa berbuat salah. Namun, akibat kemanusiaan kita juga, maka jika kita berbuat salah pada manusia lain, maka kita mesti bersedia meminta maaf. Kedua-duanya sudah saya lakukan: berbuat salah dan meminta maaf kepada Rumah Dunia Banten. Harap dipahami bahwa pandangan saya terhadap sikap Saut dkk dalam kaitan dengan TUK tidak berubah, dan kepada mereka saya tidak meminta maaf atau merasa telah melakukan kesalahan. Demikian juga pandangan saya terhadap TUK atau GM yang termuat dalam tanggapan saya itu. Dengan demikian, urusan saya dengan Gola Gong dan Rumah Dunia Banten semoga dapat dianggap selesai. Kini setelah saya kenal Gola Gong, lain kali jika ada berita menyangkut dirinya atau rumahnya, tentu saya akan kontak untuk konfirmasi. Oh ya, saya juga sudah baca manifesto para seniman Ode Kampung yang Anda sebut-sebut itu. Saya bahkan juga terima manifesto lain berjudul Orde Ayam Kampung dari penyair JokPin lewat email. Masih kental kaitan dengan TUK dan Saut. Anda sudah lihat? Jika belum saya bisa forward. salam, manneke -Original Message- Date: Mon Sep 17 11:04:28 PDT 2007 From: radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] Subject: Tanggapan Gola Gong untuk Manneke Budiman: Komunitas Utan Kayu tidak membumi To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], ilalang [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], budaya tionghoa [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] From: Gongmedia Cakrawala E-mail: [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 17 Sep 2007 03:24:43 -0700 (PDT) - sudah disunting seperlunya, karena banyak kesalahan ketik - Salam kreatif Saya baru saja keluar dari rumah sakit. Saya di sms Saut untuk membuka inbox email. Katanya ada hal penting tentang tulisan Manneke Budiman. Kata Saut, MB apa pernah ke Rumah Dunia? Saya membaca tulisan MB di bawah ini: Lepas dari dosa-dosa TUK yang telah diinvetarisasi secara dramatis oleh Rumah Dunia dan disebarkan di jurnalnya, Bumiputra, saya respek pada sikap yang diambil GM dalam wawancara ini... MB yang belum saya kenal, salam kenal. Ada baiknya sebelum menulis check and recheck dulu. Pernah membaca jurnal Boemiputra? Coba lihat di boks redaksinya, apakah tertera nama Rumah Dunia? Saya ingin mengabarkan, bahwa Rumah Dunia dan jurnal Boemiputra (BP) sesuatu yang berbeda. Bahkan saya
[mediacare] Re: Bung Heri Latief soal GM
Bung Heri di Negeri Belanda, Terima kasih untuk tegur sapanya. Saya harap para miliser punya pemikiran jernih, sehingga andaikata pun komentar saya dimanfaatkan untuk tujuan lain, mereka masih bisa membentuk opininya sendiri secara objektif dan tak terseret kesana-kemari. Tak bisa disangkal, TUK sekarang punya kedudukan dominan dalam balantika seni dan pemikiran di Jakarta (saya masih ragu untuk menyebut di Indonesia). Itu sebabnya, pada titik ini saya rindu melihat adanya kritik yang bermutu terhadap TUK. Kritik ini perlu, khususnya bagi institusi apapun yang mulai menjadi dominan. Saut dkk, juga kelompok Rumah Dunia dan Ode Kampung, punya kesempatan yang sangat baik untuk mengawali lahirnya kritik-kritik bernas dan berbobot terhadap TUK. Maka itu, sayang jika momentum yang bagus ini dibuang hanya untuk melampiaskan kekesalan dalam bentuk yang asing bagi masyarakat seni (saya menolak memakai paradigma kotaan dan kampungan di sini, karena bukan itu masalahnya). Jika bicara kesenian, ayo kita lancarkan kritik seni yang mampu membuka mata orang banyak dan, jika mungkin, melahirkan suatu zaman kesenian yang segar dan baru. Bisa jadi, dengan TUK menjadi dominan, maka ada ancaman stagnasi pemikiran di situ. Maka, Saut dkk bisa ambil peran sebagai agen perubahan dalam hal ini. Ini harapan saya, tetapi sejauh ini saya belum melihat hal itu terjadi. Malah sebaliknya, saya melihat adanya serangan bergaya preman, yang mungkin jauh dari gambaran orang tentang apa itu seni dan seniman. Soal dukungan GM terhadap kenaikan BBM, saya pribadi turut menyesalkannya. Bukan karena kenaikan harga BBM itu sendiri, yang seharusnya bisa memutus parasitisme kaum berduit yang mampu tapi turut menghisap subsidi BBM yang mestinya dinikmati kaum miskin. Penyesalan saya disebabkan oleh kurang kerasnya suara kelompok pendukung kenaikan harga BBM dalam menuntut pemerintah untuk menciptakan kebijakan BBM yang berpihak pada kaum miskin. Dalam kenyataannya, kita menyaksikan kenaikan itu lebih banyak memukul kau miskin daripada orang berduit. Namun, di atas persoalan ini semua, Bung Heri, saya membedakan kritik saya terhadap pemikiran GM dan TUK sebagai seniman dan dukungan politis mereka terhadap kenaikan BBM. Saya tak sudi membodohkan diri sendiri dengan mencampuradukkan kedua permasalahan itu dalam memberikan tanggapan terhadap laku GM. Mengenai apakah GM dan TUK dapat dikategorikan sebagai kaum psomodernis, dan apakah mereka didikte Barat, tak etis bagi saya untuk berkomentar di sini, dan saya lebih suka fokus pada perseteruan Saut dkk dengan TUK saja. Senang berkomunikasi dengan Anda, dan saya tunggu kabar berikutnya dari Amsterdam. salam kenal juga, manneke -Original Message- Date: Sun Sep 16 09:07:15 PDT 2007 From: heri latief [EMAIL PROTECTED] Subject: pakabar? To: Manneke Budiman [EMAIL PROTECTED] salam kenal. saya baca juga tanggapan bung manneke tentang wawancara gm menanggapi kritik sosial dari para seniman pinggiran (ode kampung, serang). wah kelihatannya komentar bung manneke tsb dipakai sebagai alat untuk mensucikan persoalan. saya jadi heran jugak, rupanya para penganut humanisme universal (diantaranya gm), sekarang ini seperti bangga punya kekuasaan (budaya), yg terasing dari akarnya (indonesia), eksesnya adalah terjadinya perbedaan klas dalam praktik2 kebudayaan (kotaan vs kampungan). apalagi kita tau, mendukung kenaikan harga bbm adalah menghancurkan rakyat miskin indonesia yg memang udah melarat berat. ah, awak ini apalaaa..., sedangkan kaum intelektual (bermodal) maunya kemajuan (postmodernis), tapi tanpa melibatkan pendapat khalayak ramai, apalagi kita taulah, bahwa barat (modal) berusaha memecah belah kita di segala bidang (!), supaya nantinya gampang mendikte apa yg dimaui oleh pihak barat (modal). gitukan? makasih atas perhatiannya. salam, heri latief amsterdam
[mediacare] Re: Goenawan Mohamad: tersinggung, tetapi jangan memobilisasi
Lepas dari dosa-dosa TUK yang telah diinvetarisasi secara dramatis oleh Rumah Dunia dan disebarkan di jurnalnya, Bumiputra, saya respek pada sikap yang diambil GM dalam interview ini. Ada dua hal yang penting digarisbawahi: Pertama, bahwa GM memperlihatkan sikap yang bertolak belakang dari yang dipertunjukkan lawan-lawannya yang konon anti-sastra kelamin itu. Ia bahkan sempat secar objektif memuji karya cipta Saut. Ia bahkan tidak menyetujui reaksi berlebihan yang diperlihatkan sebagian pembaca atas isu agama dalam puisi Saut. Siapapun yang terbebas dari kubu-kubuan justru akan mendapat kesan bahwa GM malah bersimpati kepada Saut alih-alih mendukung pengganyangan terhadap penyair Yogya itu. Kedua, wawancara ini memberikan perkenalan singkat tapi cukup baik dengan TUK: bahwa ternyata TUK bukanlah sebuah kubu monolitik tempat para anggotanya makan, tidur, dan ngelantur, melainkan cuma sebuah ruang longgar tempat orang bertukar gagasan. Buat yang tahu TUK, akan juga tahu bahwa yang namanya Nirwan dewanto, Sitok Srengenge, Hasif Amini, dll itu kumpul bukan cuma buat saling amin-aminan, tetapi kerap mereka juga berantem sendiri karena memang masing-masing punya ideologi sendiri. TUK bukan sekte, tetapi arena. Siapapun boleh nongkrong di situ, takpeduli apa latar belakangnya. Saya ke TUK sangat jarang, mungkin sekali atau dua kali setahun, kalau ada acara-acara besar. Tapi saya tak merasa dikucilkan, atau mendapat kesan bahwa mereka yang di TUK itu adalah gerombolan seperti yang hendak diisyaratkan oleh Saut dkk lewat Jurnal Bumiputranya. Kritik buat TUK harus selalu dilontarkan, dan TUK mustahil bisa mencegah kritik dari pihak manapun. Namun, jika kritiknya dilontarkan dengan cara kasar seperti yang dipertunjukkan oleh Rumah Dunia Banten, saya khawatir simpati masyarakat justru berbalik kepada TUK, dan para pengkritiknya malah yang akan dapat label sebagai kelompok norak yang tak punya kesantunan. Mungkin, dalam kesempatan ini, ada baiknya mendengar dari banyak orang, bila perlu dari Saut Situmorang sendiri, sajaknya yang di Republika itu bisa digolongkan sebagai sastra Syahwat Merdeka atau tidak? Apa kriteria untuk memutuskan bahwa novel Saman adalah sastra lendir, sementara puisi Saut bukan? Ayo kita sama-sama belajar. Saya tunggu pencerahannya. manneke manneke -Original Message- Date: Sat Sep 15 09:08:57 PDT 2007 From: radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Goenawan Mohamad: =?UNKNOWN?Q?=93Boleh?= tersinggung, tetapi jangan memobilisasi =?UNKNOWN?Q?kemarahan=94?= To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], mediacare@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Wawancara dengan Goenawan Mohamad: ?Boleh tersinggung, tetapi jangan memobilisasi kemarahan? Pengantar: Di tahun ini, panggung susastra Indonesia agak panas dengan munculnya gerakan-gerakan yang menghujat TUK (Teater Utan Kayu). Mereka menuding TUK , baik secara terang-terangan maupun diam-diam, sebagai sarang Gerakan Syahwat Merdeka (GSM). Istilah tersebut pertama kali dicuatkan oleh Taufik Ismail. Ada yang bilang, GSM yang dimaksud adalah inisial dari nama lengkap sastrawan kondang Goenawan Soesatyo Mohamad yang akrab dipanggil GM - salah seorang pendiri Majalah TEMPO. Lalu muncul ikrar Ode Kampung di Rumah Dunia Banten yang juga menghajar TUK. Kelompok yang dimotori oleh Saut Situmorang dan kawan-kawan ini tak kenal lelah terus 'mengonceki' para tokoh KUK, seperti Nirwan Dewanto, Ayu Utami, Hasif Amini, Sitok Srengenge dan lainnya. Di mata Saut yang nyalang, mereka tidaklah layak digelari sebagai sastrawan. Tak heran, di berbagai forum termasuk di milis-milis, Saut dan kawan-kawan terus berkampanye untuk menghajar mereka dari berbagai sudut. Namun, tonjokan-tonjokan yang mereka lakukan selalu berbalas pantun dengan orang-orang yang tak setuju perseteruan itu, apalagi kalau dilakukan dengan bahasa yang kurang santun. Puncaknya adalah kala harian Media Indonesia memuat sebuah artikel tentang acara berkelas internasional yang digelar oleh TUK dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) beberapa waktu lalu. Karena isinya amat memojokkan TUK, tak heran kalau TUK bereaksi keras dengan mencap artikel tersebut penuh dengan lumuran dusta. Menurut kabar terakhir dari Saut Situmorang melalui email, penulis artikel tersebut telah digeser jabatannya. Namun kini, Rumah Dunia yang konon anti pornografi belum bereaksi ketika puisi Saut Situmorang yang panas termuat di Harian Republika. Selain berbau ranjang bergoyang, puisi tersebut juga menyinggung perasaan sebagian umat Hindu Bali, karena jelas-jelas menyebut pura dan Dewa. Reaksi dan
[mediacare] Re: Salam dari jauh......
Halo Henny, Selamat bergabung di mediacare! Akhirnya kejadian juga ya. Selama ini saya pikir Henny segan ikutan milis baru. DL sudah agak lama mundur dari mediacare karena persoalan yang kita sama-sama sudah tahu dan mirip-mirip aromanya sama milis KA. Madam Muskita kok belakangan ini jarang muncul. Mungkin karena sudah tau tak ada yang bisa menandinginya, maka dia sudah puas. He he he. Fotonya juga bagus. Jadinya kini semua miliser mediacare bisa mengira-ira yang mana Henny. Kuncinya sih: yang paling memikat perhatian kita, itualh orangnya :) Semoga lama-lama para miliser mediacare pun tak segan-segan kirim fotonya supaya makin saling kenal. Thanks Henny, sudha membuka jalan. Kita akan sering jumpa! cheers, manneke -Original Message- Date: Wed Sep 12 11:21:32 PDT 2007 From: Henny [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Salam dari jauh.. To: mediacare@yahoogroups.com Manneke, Apakah anda masih berada di mediacare dan bagaimana ceritanya DL dan madam Muskita Api apa masih menyebarkan api atau apakah sudah padam? Akhirnya hatiku luluh juga dengan undangannya Pak Raditio. Trims ya Pak Moderator, ini pasti berkat kebaikannya Pak Hosein dan Pak Pandji yang selalu menyertakan namaku pada setiap e-mailnya. Aku kirimkan photo album saat Perayaan HUT RI 62 di Dallas, TX tgl 24 Agustus 2007 yang lalu dan tebak saja yang mana wajahku. Kalau di Belanda katanya Ron bayar di Dallas gratis saja, kan ada IAEF. copy and paste the following into your browser http://picasaweb.google.com/agungnsudjono/IAEFINDEPENDENCEDAYCELEBRATION2482007 Sekalian juga aku kirimkan ke mediacare biar kenal wajahku dan gimana caranya agar aku bisa kenal wajah-wajah cantik dan charming di mediacare? Ingat lho katanya tak kenal maka tak sayang. Pak Budi Raharjo, lalu bagaimana lanjutannya dengan Don Bosko. Mau diapakankah beliau? Apakah beliau masih tetap di KPI?Saya harapkan dia jadi Dirutnya TVRI biar bisa bersaing. Judul e-mail ini saya buat Salam dari jauh...jadi ingat dulu ...salam dari seberang rel..dulu di Indo kantor kami dipisahkan oleh rel kereta api. Trims, Henny
[mediacare] Re: Serangan Marinir Amerika di Balaraja
Ternyata yang namanya liar bisa terjadi pada marinir mana saja ya, termasuk oknum USMC yang legendaris itu? He he he. Marinir Indonesia boleh seneng deh. Wong yang Amerika aja gak mustahil bisa brengsek kok, jadi kalo di Indonesia kadang ada marinir brengsek, yah itulah faktanya. manneke -Original Message- Date: Sun Sep 09 15:35:46 PDT 2007 From: heri latief [EMAIL PROTECTED] Subject: [mediacare] Serangan Marinir Amerika di Balaraja To: SP [EMAIL PROTECTED] globalisasi preman akhirnya sampai ke balaraja via aksi liar marinir amerika? Serangan Marinir Amerika di Balaraja http://www.gatra.com/artikel.php?id=107572 Dengan kawalan sedikitnya 75 anak buah, mungkin Sersan Marinir Josh Straub merasa dirinya sedang memimpin tiga peleton prajurit alias satu kompi. Dus, dia seperti berpangkat kapten. Boleh jadi, ia juga membayangkan dirinya tengah berada di Baghdad, Kabul, atau Mogadishu (Somalia) dalam rangka operasi perebutan sebuah pos strategis. Karena yakin unggul dalam hal kekuatan personel, bintara dari korps Marinir Amerika Serikat itu tidak perlu merancang operasi yang senyap. Yang penting ada unsur pendadakan, untuk membuat lawan tidak sempat melakukan perlawanan atau memanggil bala bantuan. Maka, ketika sasaran sudah di depan mata, yakni pabrik garmen PT Natural Selaras II di Kawasan Olex Industrial Plant, Balaraja, Tangerang, serangan terbuka dilakukan Senin dini hari pekan lalu. Sambil berteriak-teriak, massa sebanyak tiga peleton itu --semuanya orang kita-- segera menyerbu ke dalam pabrik pembuat baju renang itu, setelah gembok pintu gerbang putus digunting. Sersan Josh Straub dan ketiga teman kulit putihnya, Scott Saura, Michael J. Keenely, dan Bouzan Timothy, memberi komando, meski tak jelas dipahami atau tidak oleh para milisi itu. Yang pasti, kompi Josh Straub itu dengan cepat menguasai lingkungan pabrik. Sembilan buruh yang menjaga pabrik awalnya mencoba menghadang. Namun, karena sadar kekuatan tak seimbang, mereka lari tunggang langgang. Nahas, seorang di antara mereka, Emen, tak cepat bergerak. Ia babak belur menjadi bulan-bulanan pasukan Josh Straub. Mereka kemudian memasuki ruangan pabrik setelah menjebol pintu-pintu dengan linggis. Rupanya operasi itu bertujuan membongkar dan mengangkut paksa aset pabrik, berupa puluhan mesin jahit serta baju-baju renang yang sudah dipak dan siap diekspor. Aksi mereka terhenti ketika polisi datang. Ternyata buruh yang kabur melaporkan penyerangan itu. Para penyerang, termasuk Josh Straub, tidak berkutik. Pada saat itu pula, kompi Straub digelandang ramai-ramai ke Polres Tangerang. Keempat orang kulit putih itu, semuanya warga negara Amerika, ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda, Tangerang. Dalam pekan ini, berkasnya kami limpahkan ke kejaksaan, kata Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ade Ary Syam Indradi, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tangerang. Straub dan ketiga rekannya telah pula dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan, perusakan, dan perbuatan tidak menyenangkan. Ancamannya sampai lima tahun penjara, kata Ade Ary pula. Di antara empat orang kulit putih itu, Scott Saura telah dikenal oleh para pekerja PT Natural Selaras. Kami kenalnya Scott karena dia sering berada di perusahaan ini, kata Eko Budiarto, Ketua Serikat Buruh PT Natural. Menurut Eko, Scott adalah kepanjangan tangan Manhattan Beachwear, perusahaan pakaian renang di Los Angeles, Amerika. Manhattan adalah mitra Natural Selaras. Scott diserahi tugas mengambil paksa aset pabrik, kata Eko pula. Kekacauan itu adalah babak lanjutan tutupnya pabrik garmen itu sejak Mei, setelah sebelumnya usahanya dibelit sejumlah masalah. Salah satu kasus yang menimpa Natural adalah ketika petugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan penyelundupan 11 kontainer berisi bahan baku tekstil, Mei silam. Setelah diusut, ternyata tekstil senilai Rp 7 milyar itu akan diselundupkan ke pabrik produsen bahan pelapis pakaian. Bahan baku itu dikeluarkan atas ama PT Natural. Akibat kasus itu, sejak Mei, Natural berhenti berproduksi. Tentu ini membuat Manhattan, mitranya, kelabakan. Manhattan berusaha mengambil kembali mesin jahitnya dan beberapa pakaian renang yang sudah jadi. Untuk menyelamatkan aset agar tidak disita, mereka menyuruh beberapa warga Amerika mengambilnya langsung ke pabrik, kata sumber Gatra di Mapolres Tangerang. Scott mendapat tugas itu. Untuk memuluskan pengambilalihan aset, ia mengajak tiga rekannya. Merasa kurang kuat, mereka juga mengupah sejumlah pemuda, sebagian di antaranya dikenal sebagai preman kampung, untuk melancarkan aksi jarah itu. Scott pernah mengerahkan penyerbuan di pabrik lain milik PT Natural Selaras, Eko menjelaskan. Para penyerbu itu dibayar Rp 25.000 per orang per operasi. Rupanya,