Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Boleh-boleh saja capres yang ikut bertarung akan banyak, tapi saya yakin
bahwa yang banyak itu adalah capres-capres dari partai gurem, sedangkan
partai-partai yang mempunyai basis massa yang sangat besar dan terorganisir
serta mempunyai ideologi sama (NU, Muhammadiyah, komponen PPP, dll) hanya
akan mengusulkan satu calon presiden.
Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara
dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai
suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi
sistem langsung dengan sistem perwakilan).
Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan
menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak.  Kita lihat nanti.

YMT



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Suhendri

Jaminan apa ?
Barang, rumah atau mobil.

Tahun 2004, saya jamin jika diadakan pemilu langsung pilih presiden. Hanya
akan ada 2 capres yang ditandingkan. Kenapa ? Karena itu sudah hukum alam
dan seleksi alam. Lihat saja seperti Amerika contohnya. Paling banyak berapa
sich ? Mau pakai dasar pemilih yang seperti apa ? Coba sebutkan, pasti
penggolongan maksimum tidak lebih dari 3.

Sekarang ataupun nanti, saya jamin tidak ada tempat untuk Ibu Megawati.
Dalam 5 tahun, tidak ada lagi yang namanya partai membodohi pemilih nya
sendiri. Pemilih akan sangat pintar.

Soe

-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, October 07, 1999 1:45 PM
Subject: Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com


In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
  kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
  kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk
menang
?

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 3:05:13 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara
  dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai
  suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi
  sistem langsung dengan sistem perwakilan).
  Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan
  menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak.  Kita lihat nanti.

Irwan:
Yang saya bahas di pemilu 2004 nanti bukan soal capres PDIP.
Dengan kata lain, paragraf anda di atas hendak mengatakan
berapa persen pun suara yg didapat oleh capres pada tahun 2004
itu, selama menjadi pengumpul suara terbanyak maka capres
tersebut bisa dianggap mewakili keinginan rakyat walau hanya
mendapat 29% katakanlah.
Kalau memang demikian pengertian anda, bagaimana tanggapan
anda atas adanya suara2 yg mengatakan walau pemenang pemilu
tapi kalau hanya mendapatkan 35% suara dan itu tidak bisa dikatakan
mewakili rakyat.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 3:05:52 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Tahun 2004, saya jamin jika diadakan pemilu langsung pilih presiden. Hanya
  akan ada 2 capres yang ditandingkan. Kenapa ? Karena itu sudah hukum alam
  dan seleksi alam. Lihat saja seperti Amerika contohnya. Paling banyak
berapa
  sich ? Mau pakai dasar pemilih yang seperti apa ? Coba sebutkan, pasti
  penggolongan maksimum tidak lebih dari 3.

Tahukah anda capres di AS pernah lebih dari 5?
Paragraf anda di atas tampaknya juga ingin mengatakan
bahwa tidak mungkin capres tahun 2004 di Indonesia di ikuti
lebih dari 3 orang dan pemenangnya pasti akan memperoleh
suara lebih dari 50%. Benarkah kesimpulan saya?
Kalau memang benar, setidaknya saya sudah dijelaskan
jaminan seperti apa yg anda berikan:)


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Kalau yang anda tanya begitu, maka jawaban saya adalah bahwa rakyat yang
tidak termasuk kedalam 34% itu juga berhak untuk menyamakan aspirasinya
(khususnya rakyat yang tidak mau Megawati menjadi presiden) melalui
wakil-wakilnya di Majelis/Dewan.  Karena apa, karena waktu itu yang dipilih
adalah wakil-wakil mereka yang akan duduk di legislatif (ingat yang dipasang
di TPS-TPS adalah daftar calon tetap legislatif, bukan calon presiden).

YMT


Irwan:
Yang saya bahas di pemilu 2004 nanti bukan soal capres PDIP.
Dengan kata lain, paragraf anda di atas hendak mengatakan
berapa persen pun suara yg didapat oleh capres pada tahun 2004
itu, selama menjadi pengumpul suara terbanyak maka capres
tersebut bisa dianggap mewakili keinginan rakyat walau hanya
mendapat 29% katakanlah.
Kalau memang demikian pengertian anda, bagaimana tanggapan
anda atas adanya suara2 yg mengatakan walau pemenang pemilu
tapi kalau hanya mendapatkan 35% suara dan itu tidak bisa dikatakan
mewakili rakyat.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 3:26:26 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Kalau yang anda tanya begitu, maka jawaban saya adalah bahwa rakyat yang
  tidak termasuk kedalam 34% itu juga berhak untuk menyamakan aspirasinya
  (khususnya rakyat yang tidak mau Megawati menjadi presiden) melalui
  wakil-wakilnya di Majelis/Dewan.  Karena apa, karena waktu itu yang dipilih
  adalah wakil-wakil mereka yang akan duduk di legislatif (ingat yang
dipasang
  di TPS-TPS adalah daftar calon tetap legislatif, bukan calon presiden).

  YMT

Irwan:
Bung Yumartono, saya ngga tahu apa bahasa/kalimat
yg saya gunakan kurang ditangkap atau tidak.
Seperti yg saya sebutkan sebelumnya, pemilu tahun 2004
saya tidak bicara soal Megawati, Akbar Tandjung, Amien Rais,
atau pun Gus Dur.
Agar tidak simpang siur, saya coba tulis lagi dengan
membatasi hal yg saya tanyakan.
Yang saya tanyakan kepada anda apakah capres
pemenang hasil pemilihan langsung pada
pemilu tahun 2004 nantinya bisa dikatakan mewakili rakyat
walau hanya memperoleh 29% suara?

Mudah2an pertanyaan saya kali ini sudah cukup jelas dan
anda bersedia menjawabnya.:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Saya jawab : Capres pemenang pemilu langsung, akan menang dan berhak jadi
presiden, walau mendapat suara absolut kecil.  Tapi itu hanya mewakili
rakyat yang 29%, bukan rakyat banyak.  Karena itulah resiko dari voting.
Tapi realistis lah, itu susah terjadi bila dilakukan lewat pemilu langsung,
karena buat yang mendapat suara sedikit, buat apa capek-capek berlaga,
mendingan digabungkan kepada capres yang masih seaspiratif.
Saya tahu arah pertanyaan anda bahwa anda ingin menyamakan dengan kondisi
pemilu yang memilih wakil-wakil rakyat.  Jujur sajalah, kalau sistem yang
dipakai masih sistem perwakilan, pemenang pemilu yang tidak mutlak (51%)
jangan dulu bermimpi untuk bisa menggolkan calonnya menjadi presiden.  Tapi
yang harus dilakukan adalah :
- Melakukan lobi terus-menerus kepada partai lain
- Tidak bersikap arogan
- Bersikap terbuka dan transparan

Simple saja, bukan ?

YMT

Yang saya tanyakan kepada anda apakah capres
pemenang hasil pemilihan langsung pada
pemilu tahun 2004 nantinya bisa dikatakan mewakili rakyat
walau hanya memperoleh 29% suara?

Mudah2an pertanyaan saya kali ini sudah cukup jelas dan
anda bersedia menjawabnya.:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Attn Bung Irwan (Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com)

1999-10-07 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Ah, kok Bung Irwan ini nggak pernah mau membedakan antara sistem pemilihan
presiden secara langsung dengan sistem pemilihan presiden tak langsung model
saat ini. Rasanya sudah ratusan kali kita bahas di milis ini, kok nggak
ngerti-ngerti.

Kok sama persis dengan Aberson yang tidak mau mengerti hakikat pemilihan
presiden di Indonesia ini.

Kalau memang sistem pemilihan presiden dilakukan secara langsung, maka jelas
1000 calonpun tidak perlu dipermasalahkan. Mengapa? jelas dengan tegas bahwa
yg dipilih adalah presiden, mau dapat dua suarapun dia bisa jadi presiden
asal yang lain dapat cuman satu suara. Jelas kita tidak perlu mencari suara
mayoritas! Mengapa? Kan kita tidak mengenal koalisi presiden. Lagipula akan
muncul mekanisme natural, di mana partai-partai yang relatif lemah akan
berkoalisi dengan partai lain, sehingga akan mereduksi jumlah calon
presiden.

Hal yg berbeda terjadi saat ini. Indonesia masih menganut sistem
perwakilan!!! Bilapun PDIP menang 70%, kalau dalam tahap penentuan presiden
banyak wakil dari PDIP yang lompat pagar dan memilih calon lain, maka calon
dari PDIP sendiri dapat tergusur dengan mudah. Makanya Suharto tidak pernah
mau ada calon ganda biarpun Golkar menang lebih dari 70% suara.

Hal ini tidak pernah dipahami oleh Bung Irwan dan Aberson. Sama juga dengan
sikap Megawati. Saya dapat memahami Megawati yang pendidikannya kurang,
sehingga tidak lekas paham perbedaannya. Namun saya bingung dengan Bung
Irwan (juga Aberson) mengapa masih MEMBINGUNGKAN DIRI? Dengan demikian,
tidak ada ketidakkonsistenan. Sistemnya berbeda kok.

Tambahan buat Bung Irwan, sistem pemilihan langsung akan mendapat tentangan
keras dari beberapa pihak. Baru 2 hari yg lalu seorang ahli politik UGM
menyatakan bahwa sistem pemilihan presiden secara langsung akan menyebabkan
presidennya orang Jawa terus. Nah lho?

+anjas

'-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Date: Thu, 7 Oct 1999 02:49:34 EDT

In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

  catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
   kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
   kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk
menang
?

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Siapa yang menjamin kandidatnya hanya tiga biji? Namanya orang kemaruk mana
mau mencalonkan orang lain jadi presiden. "Poros Tengah" mencalonkan Gus Dur
karena sudah ketahuan suaranya keok. Padahal sebelum pemilu mereka
masing-masing mengklaim dirinya yang terbesar. Yang perlu dicatat
suara-suara (orang-orang) yang tak mendukung Mega bukan berarti mereka akan
mendukung si Anu atau si Amat. Jadi tak relevan. Sama halnya jika  saya tak
mendukung Mega bukan berarti saya akan mendukung Gus Dur.

Efron

-Original Message-
From:   Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, 07 October, 1999 13:40 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

Pro dan kontra adalah hal yg biasa.
Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan
walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya
mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu ,
silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda
setuju bila pemilihan presiden pada pemilu
tahun 2004 dilakukan secara langsung.
Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung,
tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden
pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih
dari 50%.

Terima kasih.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu


Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih
wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih
presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda.  Bila pemilu dilakukan
dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham,
tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula.  Mereka tidak akan ngotot
dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila
masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan
untuk menang menjadi tipis.
Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih
presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon
presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega.

YMT

catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?



Re: [Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com]

1999-10-07 Terurut Topik Rizal Az

memang pemilihan umum langsung, pemenangnya harus mendapatkan suara lebih
dari 50%??

ichal

-Original Message-
From:   Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, 07 October, 1999 13:40 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

Pro dan kontra adalah hal yg biasa.
Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan
walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya
mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu ,
silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda
setuju bila pemilihan presiden pada pemilu
tahun 2004 dilakukan secara langsung.
Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung,
tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden
pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih
dari 50%.

Terima kasih.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu


Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih
wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih
presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda.  Bila pemilu dilakukan
dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham,
tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula.  Mereka tidak akan ngotot
dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila
masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan
untuk menang menjadi tipis.
Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih
presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon
presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega.

YMT

catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-06 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
  kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
  kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang
?

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu