Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Saya kira, pada umumnya kebiasaan atau adat istiadat setempat dimasukkan sebagai tata cara agama. - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, December 22, 2008 8:42 AM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Btw, panjang juga diskusi tentang asal muasal topi ini. kalau serius mau merujuk jenis topi bisa main sebentar ke http://en.wikipediaHat.org/wiki/http://en.wikipediahat.org/wiki/ saya rasa ada beberapa yang identik dengan islam dan timur tengah. - kafiyeh (lebih jelasnya ada di http://en.wikipedia.org/wiki/Keffiyah)http://en.wikipedia.org/wiki/Keffiyah - turban (lebih jelasnya ada di http://en.wikipedia.org/wiki/Turban) sekarang malah identik dgn sikh http://en.wikipedia.org/wiki/Turban - kippah (kopiah kalau yg islam ??? http://en.wikipedia.org/wiki/Kippah)http://en.wikipedia.org/wiki/Kippah lucunya malah mirip banget kan kopyah muslim ini dengan kippah yahudi. padahal kan muslim dilarang menyerupai musuh hehehe satu yang ane heran dari dulu. blangkon ini apakah turban/surban yang dibuat dari kain batik yah ? awal sejarahnya bagaimana yah ? :D 2008/12/22 Ari Condro masar...@gmail.com lha kalau di indonesia yg panas dan gerah, kalau jilbab tidak terkait islam, lantas buat apa donk ? apalagi yg pakai cadar dan abaya. yakin panas banget. sales sampurna aja seragam awalnya hitam hitam. mereka protes sama phillip morrisnya, karena buat orang lapangan, terasa banaget panasnya. akhirnya sekarang diganti coklat muda. huehehe ... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Eit dah ! Masih aja ngomongin jilbab. Ntar gw jilbabin jg nih masarcon. Rumbai2nya gw copot and gw jadiin masarcon seorang jilbaber and sekaligus pake cadar, biar kumisnye kagak kliatan...:-)) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: lha kalau di indonesia yg panas dan gerah, kalau jilbab tidak terkait islam, lantas buat apa donk ? apalagi yg pakai cadar dan abaya. yakin panas banget. sales sampurna aja seragam awalnya hitam hitam. mereka protes sama phillip morrisnya, karena buat orang lapangan, terasa banaget panasnya. akhirnya sekarang diganti coklat muda. huehehe ... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Lha sudah tahu iklimnya panas dan lembab kok pakai pakaian yg rapet dan hitam. Ya makin panas, makin berkeringat dan makin tidak sehat. Menyiksa diri namanya. Apakah islam menyuruh umatnya menyiksa diri? Lha katanya islam tidak mempersulit umatnya. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Mon, 22 Dec 2008 14:22:48 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab lha kalau di indonesia yg panas dan gerah, kalau jilbab tidak terkait islam, lantas buat apa donk ? apalagi yg pakai cadar dan abaya. yakin panas banget. sales sampurna aja seragam awalnya hitam hitam. mereka protes sama phillip morrisnya, karena buat orang lapangan, terasa banaget panasnya. akhirnya sekarang diganti coklat muda. huehehe ... [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Tertarik dengan ungkapan Pak Kartono soalIslam tidak mempersulit umatnya. Kayaknya sekarang makin sulit makin asyik. Makin berdarah-darah makin puas. Makin banyak air mata makin mak nyus. Sering juga bertanya-tanya, mengapa kalau berdoa harus dengan menangis dan nada sedih? Kalau berdoa dengan senyum diterima Allah nggak ya? Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmj...@... wrote: Lha sudah tahu iklimnya panas dan lembab kok pakai pakaian yg rapet dan hitam. Ya makin panas, makin berkeringat dan makin tidak sehat. Menyiksa diri namanya. Apakah islam menyuruh umatnya menyiksa diri? Lha katanya islam tidak mempersulit umatnya. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@... Date: Mon, 22 Dec 2008 14:22:48 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab lha kalau di indonesia yg panas dan gerah, kalau jilbab tidak terkait islam, lantas buat apa donk ? apalagi yg pakai cadar dan abaya. yakin panas banget. sales sampurna aja seragam awalnya hitam hitam. mereka protes sama phillip morrisnya, karena buat orang lapangan, terasa banaget panasnya. akhirnya sekarang diganti coklat muda. huehehe ... [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
jadi inget beberapa tradisi penyiksaan diri dalam rangka mendekatkan diri pada Allah - ada yang sengaja membakarkan tangannya pada api untuk mengingatkan pada api neraka - ada yang tidur di bawah tanah untuk mengingatkan pada kubur - ada yang mencambuk-cambuk dirinya untuk mengingatkan pada siksa di akhirat hal seperti ini kira2 wajar gak sih? salam, -- wikan On Mon, Dec 22, 2008 at 4:00 PM, bmuncar bmun...@yahoo.com wrote: Tertarik dengan ungkapan Pak Kartono soalIslam tidak mempersulit umatnya. Kayaknya sekarang makin sulit makin asyik. Makin berdarah-darah makin puas. Makin banyak air mata makin mak nyus. Sering juga bertanya-tanya, mengapa kalau berdoa harus dengan menangis dan nada sedih? Kalau berdoa dengan senyum diterima Allah nggak ya? Salam
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
saya paham semangatnya, tapi mungkin aplikasinya yg kurang makyusss... padahal sih mungkin simple aja.. gak usah nyiksa diri.. tapi, memasang mind-set bahwa kita bukan makhluk suci apalagi sempurna.. justru tempatnya salah.. dan kedodolan.. mungkin itu lebih baik, dari perasaan ibadahnya sudah baik.. lha katanya jubah kesombongan itu cuma milik Allah.. dan setau saya jubahNya tidak disewakan atau dipinjamkan apalagi diperjualbelikan deh :P itu mungkin lebih sederhana, lebih mudah dan lebih logis utk dilakukan dan bukan berarti kedodolan itu mesti sesuatu yg perlu ditangisi.. seringkali sih justru suatu kedodolan yg menimbulkan senyuman...hehehe... menertawakan diri sendiri kan hal yg gampang2 susah hehehe... tapi begitu bisa melakukan itu, membebaskan dari berbagai macam juga.. itu sih, pemahaman saya yg sangat awam.. 2008/12/22 Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.com jadi inget beberapa tradisi penyiksaan diri dalam rangka mendekatkan diri pada Allah - ada yang sengaja membakarkan tangannya pada api untuk mengingatkan pada api neraka - ada yang tidur di bawah tanah untuk mengingatkan pada kubur - ada yang mencambuk-cambuk dirinya untuk mengingatkan pada siksa di akhirat hal seperti ini kira2 wajar gak sih? salam, -- wikan On Mon, Dec 22, 2008 at 4:00 PM, bmuncar bmun...@yahoo.combmuncar%40yahoo.com wrote: Tertarik dengan ungkapan Pak Kartono soalIslam tidak mempersulit umatnya. Kayaknya sekarang makin sulit makin asyik. Makin berdarah-darah makin puas. Makin banyak air mata makin mak nyus. Sering juga bertanya-tanya, mengapa kalau berdoa harus dengan menangis dan nada sedih? Kalau berdoa dengan senyum diterima Allah nggak ya? Salam [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Perasaan nenek saya dah pakai kebaya tipis menerawang yg memperlihatkan warna kutang dan kain batik dengan kerudung menerawang dari dulu, ingatan saya terawang kembali sejak saya lahir dan bisa mengingat. Jadi pakaian jawa yah sudah mengadopsi kerudung yg muslim sbg perlengkapan baju wanita jawa. Catat, kerudung hanya dipakai kalau keluar rumah. Ke pasar, undangan atau rumkit. Kalau bersih bersih di jalan depan rumah ya tidak dipakai. Di makasar juga pakai kerudung tipis menerawang waktu jamannya istri habibi dan jk jaman dulu. Kalo ane bilang sih kerudung tipis menerawang ini busana nasional, dan dulu di copy paste dari islam. salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Sat, 20 Dec 2008 14:28:06 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kerudung bukan busana nasional. Kerudung busana tradisional suku Betawi, Minang [ kemudian kalo acara resmi dibikin seperti tanduk, mau kasih lihat bahwa disana perempuan lebih be'berkuasa' :-)] Bahkan busana tradisonal Aceh saja ndak pake kerudung. Di Makassar aslinya baju bodo itu tipis menerawang, lengan pendek, juga nggak pake kerudung. Setahu saya busana nasional perempuan Indonesia [ resmi] adalah kain kebaya. Setelah Bu Tien meninggal banyak modifikasi, misalnya pake kain songket, sarung, kebayanya model baju kurung, tanpa sanggul [ Megawati mempopulerkannya] ya mirip pakaian malaysia. Komunitas Betawi yg beragama nasrani di desa apa gitu ya dekat Bekasi sana tetap berkerudung. Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Thursday, December 18, 2008 4:10 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Kerudung bukan simbol Islam. Orang Rusia terutama yg di siberia sudah dari dulu memakai kerudung yg mirip kerudung kita. Dan mereka bukan beragama Islam. Lihat juga orang Belanda spt yg tertera di kaleng coklat terkenal. Atau yg digambar kaleng susu cap nona. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Sun, 21 Dec 2008 11:44:55 To: Milis wmwanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Perasaan nenek saya dah pakai kebaya tipis menerawang yg memperlihatkan warna kutang dan kain batik dengan kerudung menerawang dari dulu, ingatan saya terawang kembali sejak saya lahir dan bisa mengingat. Jadi pakaian jawa yah sudah mengadopsi kerudung yg muslim sbg perlengkapan baju wanita jawa. Catat, kerudung hanya dipakai kalau keluar rumah. Ke pasar, undangan atau rumkit. Kalau bersih bersih di jalan depan rumah ya tidak dipakai. Di makasar juga pakai kerudung tipis menerawang waktu jamannya istri habibi dan jk jaman dulu. Kalo ane bilang sih kerudung tipis menerawang ini busana nasional, dan dulu di copy paste dari islam. salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Sat, 20 Dec 2008 14:28:06 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kerudung bukan busana nasional. Kerudung busana tradisional suku Betawi, Minang [ kemudian kalo acara resmi dibikin seperti tanduk, mau kasih lihat bahwa disana perempuan lebih be'berkuasa' :-)] Bahkan busana tradisonal Aceh saja ndak pake kerudung. Di Makassar aslinya baju bodo itu tipis menerawang, lengan pendek, juga nggak pake kerudung. Setahu saya busana nasional perempuan Indonesia [ resmi] adalah kain kebaya. Setelah Bu Tien meninggal banyak modifikasi, misalnya pake kain songket, sarung, kebayanya model baju kurung, tanpa sanggul [ Megawati mempopulerkannya] ya mirip pakaian malaysia. Komunitas Betawi yg beragama nasrani di desa apa gitu ya dekat Bekasi sana tetap berkerudung. Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Thursday, December 18, 2008 4:10 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Bukan selendang aja , kubah mesjid juga sebenarnya adalah peninggalan kristen byzantium , makanya gereja-gereja di russia misalnya pake kubah kayak mesjid. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kartono Mohamad kmj...@... wrote: Kerudung bukan simbol Islam. Orang Rusia terutama yg di siberia sudah dari dulu memakai kerudung yg mirip kerudung kita. Dan mereka bukan beragama Islam. Lihat juga orang Belanda spt yg tertera di kaleng coklat terkenal. Atau yg digambar kaleng susu cap nona. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
pak ton, kalau peci itu bukannya dalamannya serban ? jadi kalau mau pakai serban biasanya pakai peci atau kupluk dulu, baru luarnya dililitkan si serban. saya kira karena di indonesia gerah, orang pakai peci saja, serbannya digantung dileher. yang sekarang ini malah sajadah yg digantung di leher. aya aya wae ... :D On Fri, Dec 19, 2008 at 1:03 PM, Kartono Mohamad kmj...@indosat.net.idwrote: Peci merupakan derivat kopiah afganistan, pakistan, india. Mungkin saja dibawa orang Islam negara2 itu ke indonesia dan malaysia tetapi tidak berarti islam karena selain di arab (asal agama islam) tdk ada juga di afganistan, pakistan atau india bukan hanya yg islam yg memakai. Sent from my BlackBerry(R) powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Fri, 19 Dec 2008 09:52:55 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab kalau yang ane tangkap sih, peci ini aslinya punya islam, terus dinasionalkan.so jilbab juga bisa, aslinya islam, terus di nasionalkan. kan malah mantap tuh, jadi gak ada yg bisa teriak teriak, kalau ada wanita berkerudung masuk gereja atau wihara. secara itu busana nasional. :D 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Bung Karno itu ngefans sama Atarturk makanya buat identitas bangsa juga pake topi , bedanya turki buang terbus Kang Herri, coba buku biografi Bung Karno by Cindy Adams yang sohor itu, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. di cetakan 84 yg saya punya adanya di halaman 71 dst, Bab BAndung : Gerbang ke Dunia Putih. Langsung konfirmasinya dari Bung Karno sendiri bahwa peci itu resmi merupakan senjata pergerakan Indonesia merdeka melalui state of fashion, jadi gak ada hubungannya sama Turki. Peci semata- mata baju yang menyatukan rakyat seluruh Indonesia, DAN GAK ADA HUBUNGANNYA sama agama Kalo dari buku lain, kita bisa tau pengaruh peci justru dari India. Dan mungkin aja India ini dapetnya dari Turki yah? Gw belum baca buku yang mengkonfirmasi hal itu, tapi setidaknya itu udah cukup buat mengcounter argumen Anda or klaim orang Islam yang suka ge-er mendaku milik budaya (dan perjuangan) sesuatu sebagai EKSKLUSIF miliknya :)) Dan jaman dulu mau masyumi , NU , Muhammadiyah , Persis dll jarang yang pake jilbab kaya sekarang cuma selendang plus kebaya, liat aja foto-foto jaman itu. Mengenai SI sendiri ada dua kubu pendukung SI yaitu DI/TII dan Masyumi. Masyumi gak pernah dukung DI/TII mrk mlh dukung PRRI/Permesta , dan DI/TII juga nyerang rumah-rumah org masyumi termasuk rumah kakek saya, dan kakek saya dulu naik gunung buat ngeburu DI/TII terutama momok ansharullah yang suka nyulik perempuan. Kalo sekarang turunan DI/TII : NII , PKS , MMI dll turunan Masyumi : PBB , PAN , MD dll dimana tafsiran ttg SI berbeda utamanya sih soal penghalalan darah dan pengkafiran muslim yang gak seide .Tahun 1959 Kartosuwiryo ngasih fatwa muslim yang dukung NKRI halal dibunuh termasuk perempuan , anak- anak dan orang tua sambil bawa dali(h)l ayat suci, si Kahar Muzakar ngebolehin nyulik perempuan sbgi ghonimah.Plus mereka ngehalalin ngerampok pake dalil perang badar. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2502@ haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
orang hun di hongaria dan yg turunan kazak memang ada yang pakai kerudung. makanya kan pakai jilbab, soale banyak yg kesentuh sentuh muslim ... :D On Sun, Dec 21, 2008 at 8:01 PM, Kartono Mohamad kmj...@indosat.net.idwrote: Kerudung bukan simbol Islam. Orang Rusia terutama yg di siberia sudah dari dulu memakai kerudung yg mirip kerudung kita. Dan mereka bukan beragama Islam. Lihat juga orang Belanda spt yg tertera di kaleng coklat terkenal. Atau yg digambar kaleng susu cap nona. Sent from my BlackBerry(R) powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Sun, 21 Dec 2008 11:44:55 To: Milis wmwanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Perasaan nenek saya dah pakai kebaya tipis menerawang yg memperlihatkan warna kutang dan kain batik dengan kerudung menerawang dari dulu, ingatan saya terawang kembali sejak saya lahir dan bisa mengingat. Jadi pakaian jawa yah sudah mengadopsi kerudung yg muslim sbg perlengkapan baju wanita jawa. Catat, kerudung hanya dipakai kalau keluar rumah. Ke pasar, undangan atau rumkit. Kalau bersih bersih di jalan depan rumah ya tidak dipakai. Di makasar juga pakai kerudung tipis menerawang waktu jamannya istri habibi dan jk jaman dulu. Kalo ane bilang sih kerudung tipis menerawang ini busana nasional, dan dulu di copy paste dari islam. salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Sat, 20 Dec 2008 14:28:06 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kerudung bukan busana nasional. Kerudung busana tradisional suku Betawi, Minang [ kemudian kalo acara resmi dibikin seperti tanduk, mau kasih lihat bahwa disana perempuan lebih be'berkuasa' :-)] Bahkan busana tradisonal Aceh saja ndak pake kerudung. Di Makassar aslinya baju bodo itu tipis menerawang, lengan pendek, juga nggak pake kerudung. Setahu saya busana nasional perempuan Indonesia [ resmi] adalah kain kebaya. Setelah Bu Tien meninggal banyak modifikasi, misalnya pake kain songket, sarung, kebayanya model baju kurung, tanpa sanggul [ Megawati mempopulerkannya] ya mirip pakaian malaysia. Komunitas Betawi yg beragama nasrani di desa apa gitu ya dekat Bekasi sana tetap berkerudung. Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Thursday, December 18, 2008 4:10 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Orang Eskimo pake jilbab lebih rapet lagi, meski tdk kesentuh islam. Orang rusia pake jilbab krn cuaca/iklim bukan krn sentuhan islam. Orang arab pake gamis dan burdah juga krn iklim daerahnya. Bukan krn islam Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Mon, 22 Dec 2008 10:56:25 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab orang hun di hongaria dan yg turunan kazak memang ada yang pakai kerudung. makanya kan pakai jilbab, soale banyak yg kesentuh sentuh muslim ... :D On Sun, Dec 21, 2008 at 8:01 PM, Kartono Mohamad kmj...@indosat.net.idwrote: Kerudung bukan simbol Islam. Orang Rusia terutama yg di siberia sudah dari dulu memakai kerudung yg mirip kerudung kita. Dan mereka bukan beragama Islam. Lihat juga orang Belanda spt yg tertera di kaleng coklat terkenal. Atau yg digambar kaleng susu cap nona. Sent from my BlackBerry(R) powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Sun, 21 Dec 2008 11:44:55 To: Milis wmwanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Perasaan nenek saya dah pakai kebaya tipis menerawang yg memperlihatkan warna kutang dan kain batik dengan kerudung menerawang dari dulu, ingatan saya terawang kembali sejak saya lahir dan bisa mengingat. Jadi pakaian jawa yah sudah mengadopsi kerudung yg muslim sbg perlengkapan baju wanita jawa. Catat, kerudung hanya dipakai kalau keluar rumah. Ke pasar, undangan atau rumkit. Kalau bersih bersih di jalan depan rumah ya tidak dipakai. Di makasar juga pakai kerudung tipis menerawang waktu jamannya istri habibi dan jk jaman dulu. Kalo ane bilang sih kerudung tipis menerawang ini busana nasional, dan dulu di copy paste dari islam. salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Sat, 20 Dec 2008 14:28:06 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kerudung bukan busana nasional. Kerudung busana tradisional suku Betawi, Minang [ kemudian kalo acara resmi dibikin seperti tanduk, mau kasih lihat bahwa disana perempuan lebih be'berkuasa' :-)] Bahkan busana tradisonal Aceh saja ndak pake kerudung. Di Makassar aslinya baju bodo itu tipis menerawang, lengan pendek, juga nggak pake kerudung. Setahu saya busana nasional perempuan Indonesia [ resmi] adalah kain kebaya. Setelah Bu Tien meninggal banyak modifikasi, misalnya pake kain songket, sarung, kebayanya model baju kurung, tanpa sanggul [ Megawati mempopulerkannya] ya mirip pakaian malaysia. Komunitas Betawi yg beragama nasrani di desa apa gitu ya dekat Bekasi sana tetap berkerudung. Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Thursday, December 18, 2008 4:10 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Bukan dalemannya sorban. Peci di afganistan, pakistan dan india tdk terkait sorban. Orang afgan pakai sorban tanpa peci di dalamnya. Gabungan peci dan sorban merupakan tradisi turki yg kemudian juga diterapkan di mesir sewaktu mesir jadi jajahan Turki. Di mesir jadi tradisi alumni al azhar. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Mon, 22 Dec 2008 10:54:59 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab pak ton, kalau peci itu bukannya dalamannya serban ? jadi kalau mau pakai serban biasanya pakai peci atau kupluk dulu, baru luarnya dililitkan si serban. saya kira karena di indonesia gerah, orang pakai peci saja, serbannya digantung dileher. yang sekarang ini malah sajadah yg digantung di leher. aya aya wae ... :D On Fri, Dec 19, 2008 at 1:03 PM, Kartono Mohamad kmj...@indosat.net.idwrote: Peci merupakan derivat kopiah afganistan, pakistan, india. Mungkin saja dibawa orang Islam negara2 itu ke indonesia dan malaysia tetapi tidak berarti islam karena selain di arab (asal agama islam) tdk ada juga di afganistan, pakistan atau india bukan hanya yg islam yg memakai. Sent from my BlackBerry(R) powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Fri, 19 Dec 2008 09:52:55 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab kalau yang ane tangkap sih, peci ini aslinya punya islam, terus dinasionalkan.so jilbab juga bisa, aslinya islam, terus di nasionalkan. kan malah mantap tuh, jadi gak ada yg bisa teriak teriak, kalau ada wanita berkerudung masuk gereja atau wihara. secara itu busana nasional. :D 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Bung Karno itu ngefans sama Atarturk makanya buat identitas bangsa juga pake topi , bedanya turki buang terbus Kang Herri, coba buku biografi Bung Karno by Cindy Adams yang sohor itu, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. di cetakan 84 yg saya punya adanya di halaman 71 dst, Bab BAndung : Gerbang ke Dunia Putih. Langsung konfirmasinya dari Bung Karno sendiri bahwa peci itu resmi merupakan senjata pergerakan Indonesia merdeka melalui state of fashion, jadi gak ada hubungannya sama Turki. Peci semata- mata baju yang menyatukan rakyat seluruh Indonesia, DAN GAK ADA HUBUNGANNYA sama agama Kalo dari buku lain, kita bisa tau pengaruh peci justru dari India. Dan mungkin aja India ini dapetnya dari Turki yah? Gw belum baca buku yang mengkonfirmasi hal itu, tapi setidaknya itu udah cukup buat mengcounter argumen Anda or klaim orang Islam yang suka ge-er mendaku milik budaya (dan perjuangan) sesuatu sebagai EKSKLUSIF miliknya :)) Dan jaman dulu mau masyumi , NU , Muhammadiyah , Persis dll jarang yang pake jilbab kaya sekarang cuma selendang plus kebaya, liat aja foto-foto jaman itu. Mengenai SI sendiri ada dua kubu pendukung SI yaitu DI/TII dan Masyumi. Masyumi gak pernah dukung DI/TII mrk mlh dukung PRRI/Permesta , dan DI/TII juga nyerang rumah-rumah org masyumi termasuk rumah kakek saya, dan kakek saya dulu naik gunung buat ngeburu DI/TII terutama momok ansharullah yang suka nyulik perempuan. Kalo sekarang turunan DI/TII : NII , PKS , MMI dll turunan Masyumi : PBB , PAN , MD dll dimana tafsiran ttg SI berbeda utamanya sih soal penghalalan darah dan pengkafiran muslim yang gak seide .Tahun 1959 Kartosuwiryo ngasih fatwa muslim yang dukung NKRI halal dibunuh termasuk perempuan , anak- anak dan orang tua sambil bawa dali(h)l ayat suci, si Kahar Muzakar ngebolehin nyulik perempuan sbgi ghonimah.Plus mereka ngehalalin ngerampok pake dalil perang badar. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2502@ haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
lha kalau di indonesia yg panas dan gerah, kalau jilbab tidak terkait islam, lantas buat apa donk ? apalagi yg pakai cadar dan abaya. yakin panas banget. sales sampurna aja seragam awalnya hitam hitam. mereka protes sama phillip morrisnya, karena buat orang lapangan, terasa banaget panasnya. akhirnya sekarang diganti coklat muda. huehehe ... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Btw, panjang juga diskusi tentang asal muasal topi ini. kalau serius mau merujuk jenis topi bisa main sebentar ke http://en.wikipediaHat.org/wiki/http://en.wikipediahat.org/wiki/ saya rasa ada beberapa yang identik dengan islam dan timur tengah. - kafiyeh (lebih jelasnya ada di http://en.wikipedia.org/wiki/Keffiyah)http://en.wikipedia.org/wiki/Keffiyah - turban (lebih jelasnya ada di http://en.wikipedia.org/wiki/Turban) sekarang malah identik dgn sikh http://en.wikipedia.org/wiki/Turban - kippah (kopiah kalau yg islam ??? http://en.wikipedia.org/wiki/Kippah)http://en.wikipedia.org/wiki/Kippah lucunya malah mirip banget kan kopyah muslim ini dengan kippah yahudi. padahal kan muslim dilarang menyerupai musuh hehehe satu yang ane heran dari dulu. blangkon ini apakah turban/surban yang dibuat dari kain batik yah ? awal sejarahnya bagaimana yah ? :D 2008/12/22 Ari Condro masar...@gmail.com lha kalau di indonesia yg panas dan gerah, kalau jilbab tidak terkait islam, lantas buat apa donk ? apalagi yg pakai cadar dan abaya. yakin panas banget. sales sampurna aja seragam awalnya hitam hitam. mereka protes sama phillip morrisnya, karena buat orang lapangan, terasa banaget panasnya. akhirnya sekarang diganti coklat muda. huehehe ... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Kalo aku seh gak setuju... mau islami yang penting hatinya bubukan dari kostum yg mencerminkan iman dan hati kita [?]. Gak usah lah yg kayak gini dijadikan isue nasional, buktinya cerita sandrina malakiano udah dibaca kan? orang2 yg tadinya dia anggap guru malah melecehkan dia, artinya bukan dari intelektual orang juga Tuhan melihat kita kan? Hati yang penting Love, Kenni Baharia Danoe 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: masalahnya, kalau cowo gak pake peci.. gak ditangkep kalau cewe gak pake jilbab, ditangkep.. Ini nih KEKELIRUAN hukum yang sangat mendasar karena negara gak punya hak melakukan itu kan! Masalahnya, kita ini males ribut2 kan, timbang ribut ya diem dan ngalah aja walo pun terpaksa ngalah ama peraturan yang gak bener...itu masalahnya. Saya kira kita smua tahu kalo penerapan hukum atas dasar PENAFSIRAN ayat suci yang sepihak itu tidak fair. Tapi yah, ini yang kita kurang keras untuk komplain nih karena sebagai moderate Muslim yang mayoritas di negeri ini, kita terbiasa gak mau ribut-ribut. Sikap ini berbeda banget dengan kelompok Islam garis keras macam HT itu yang very noisy, sedikit-sedikit protes dengan kalimat provokatif dan SANGAT MANJUR buat negara yang tidak terkondisi untuk berdebat dengan sehat kayak Indonesia ini. Karena banyak juga orang yang tidak profesional dalam bidang ilmu agama yang jadi ciut duluan nyalinya denger pihak garis keras bawa-bawa bahasa Arab dengan cas cis cus fasih, seolah-olah udah pasti bener TANPA KITA BISA KAJI LEBIH DULU validitas omongannya itu. Dikampung saya, ibu-ibu pengajian udah mulai ketularan tuh, ketimbang dibilang ahli neraka dsb, mereka terpaksa mengikuti dress code yang dipromosikan dengan gencar oleh para pemuka partai anu yang merangkap sebagai aktivis masjid. That's so sad ketika mereka dikondisikan mulai menunjuk- nunjuk tetangga sendiri yang GAK MELANGGAR HUKUM POSITIF di negara ini sebagai kriminal (- ahli neraka dan konsekuensinya -harus ditangkap sama petugas negara). ini OOT tapi tiba2 jadi teringat.. yg menarik juga urusan uu pornografi, yg pake parameter alat kelamin. kalau dada perempuan dianggap porno = alat kelamin berarti dada laki2 juga dong? :P tapi kenyataannya gak gitu kan? jadi memang, peci tidak sama dng jilbab... rasa pemaksaannya agak beda... mungkin kita perlu mencoba cara baru.. yg dipaksa oleh negara utk melakukan ini itu, laki2 aja, toh gak protes2 tuh...:-) perintahnya pake kacamata kuda aja.. kan katanya gak kuat liat perempuan :D berhasil di peci, mari kita coba di kacamata kuda :P kasih tongkat buat jalan juga deh.. Sabar Darlin' :D You've come the long long way :D -- Kenni Baharia Danoe [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Lho, yg melecehkan sandrina dan dulu dianggap guru, siapa yah ? salam, -Original Message- From: Keinnettey Meicrivanny kennida...@gmail.com Date: Fri, 19 Dec 2008 11:32:50 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kalo aku seh gak setuju... mau islami yang penting hatinya bubukan dari kostum yg mencerminkan iman dan hati kita [?]. Gak usah lah yg kayak gini dijadikan isue nasional, buktinya cerita sandrina malakiano udah dibaca kan? orang2 yg tadinya dia anggap guru malah melecehkan dia, artinya bukan dari intelektual orang juga Tuhan melihat kita kan? Hati yang penting Love, Kenni Baharia Danoe 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: masalahnya, kalau cowo gak pake peci.. gak ditangkep kalau cewe gak pake jilbab, ditangkep.. Ini nih KEKELIRUAN hukum yang sangat mendasar karena negara gak punya hak melakukan itu kan! Masalahnya, kita ini males ribut2 kan, timbang ribut ya diem dan ngalah aja walo pun terpaksa ngalah ama peraturan yang gak bener...itu masalahnya. Saya kira kita smua tahu kalo penerapan hukum atas dasar PENAFSIRAN ayat suci yang sepihak itu tidak fair. Tapi yah, ini yang kita kurang keras untuk komplain nih karena sebagai moderate Muslim yang mayoritas di negeri ini, kita terbiasa gak mau ribut-ribut. Sikap ini berbeda banget dengan kelompok Islam garis keras macam HT itu yang very noisy, sedikit-sedikit protes dengan kalimat provokatif dan SANGAT MANJUR buat negara yang tidak terkondisi untuk berdebat dengan sehat kayak Indonesia ini. Karena banyak juga orang yang tidak profesional dalam bidang ilmu agama yang jadi ciut duluan nyalinya denger pihak garis keras bawa-bawa bahasa Arab dengan cas cis cus fasih, seolah-olah udah pasti bener TANPA KITA BISA KAJI LEBIH DULU validitas omongannya itu. Dikampung saya, ibu-ibu pengajian udah mulai ketularan tuh, ketimbang dibilang ahli neraka dsb, mereka terpaksa mengikuti dress code yang dipromosikan dengan gencar oleh para pemuka partai anu yang merangkap sebagai aktivis masjid. That's so sad ketika mereka dikondisikan mulai menunjuk- nunjuk tetangga sendiri yang GAK MELANGGAR HUKUM POSITIF di negara ini sebagai kriminal (- ahli neraka dan konsekuensinya -harus ditangkap sama petugas negara). ini OOT tapi tiba2 jadi teringat.. yg menarik juga urusan uu pornografi, yg pake parameter alat kelamin. kalau dada perempuan dianggap porno = alat kelamin berarti dada laki2 juga dong? :P tapi kenyataannya gak gitu kan? jadi memang, peci tidak sama dng jilbab... rasa pemaksaannya agak beda... mungkin kita perlu mencoba cara baru.. yg dipaksa oleh negara utk melakukan ini itu, laki2 aja, toh gak protes2 tuh...:-) perintahnya pake kacamata kuda aja.. kan katanya gak kuat liat perempuan :D berhasil di peci, mari kita coba di kacamata kuda :P kasih tongkat buat jalan juga deh.. Sabar Darlin' :D You've come the long long way :D -- Kenni Baharia Danoe [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Kerudung bukan busana nasional. Kerudung busana tradisional suku Betawi, Minang [ kemudian kalo acara resmi dibikin seperti tanduk, mau kasih lihat bahwa disana perempuan lebih be'berkuasa' :-)] Bahkan busana tradisonal Aceh saja ndak pake kerudung. Di Makassar aslinya baju bodo itu tipis menerawang, lengan pendek, juga nggak pake kerudung. Setahu saya busana nasional perempuan Indonesia [ resmi] adalah kain kebaya. Setelah Bu Tien meninggal banyak modifikasi, misalnya pake kain songket, sarung, kebayanya model baju kurung, tanpa sanggul [ Megawati mempopulerkannya] ya mirip pakaian malaysia. Komunitas Betawi yg beragama nasrani di desa apa gitu ya dekat Bekasi sana tetap berkerudung. Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Thursday, December 18, 2008 4:10 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@centrin.net.id Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... [Non-text
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@... Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non- Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@... aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2...@yahoo.com haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@... Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non- Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@... aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Yg maksa bung karno buat release peraturan itu, bukannya orang masyumi ? :)) salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Date: Fri, 19 Dec 2008 07:43:02 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2...@yahoo.com haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Gimana kalau jilbab dijadikan busana nasional ? Kan kalau kerudung sudah. Jadi nanti kalau ada ibu ibu berjilbab dan berkerudung merayakan hari ibu atau kartinian atau acara berbau adat di gereja, ya jangan protes lagi. Kan sudah didomestifikasi jadi baju nasional. Bukan kristenisasi jadinya. Toh jilbab juga niri baju peragawati Eh, maksudnya jilbab juga niru baju biarawati. :)) Gimana ? Kan kupluk saja sudah nasional :)). Di padang yg kristen juga setengah dipaksa pakai jilbab. Tinggal dilanjut aja sampai gereja :)) salam, -Original Message- From: L.Meilany wpamu...@... Date: Thu, 18 Dec 2008 13:24:42 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non- Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@... aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Bung Karno itu ngefans sama Atarturk makanya buat identitas bangsa juga pake topi , bedanya turki buang terbus Dan jaman dulu mau masyumi , NU , Muhammadiyah , Persis dll jarang yang pake jilbab kaya sekarang cuma selendang plus kebaya, liat aja foto-foto jaman itu. Mengenai SI sendiri ada dua kubu pendukung SI yaitu DI/TII dan Masyumi. Masyumi gak pernah dukung DI/TII mrk mlh dukung PRRI/Permesta , dan DI/TII juga nyerang rumah-rumah org masyumi termasuk rumah kakek saya, dan kakek saya dulu naik gunung buat ngeburu DI/TII terutama momok ansharullah yang suka nyulik perempuan. Kalo sekarang turunan DI/TII : NII , PKS , MMI dll turunan Masyumi : PBB , PAN , MD dll dimana tafsiran ttg SI berbeda utamanya sih soal penghalalan darah dan pengkafiran muslim yang gak seide .Tahun 1959 Kartosuwiryo ngasih fatwa muslim yang dukung NKRI halal dibunuh termasuk perempuan , anak- anak dan orang tua sambil bawa dali(h)l ayat suci, si Kahar Muzakar ngebolehin nyulik perempuan sbgi ghonimah.Plus mereka ngehalalin ngerampok pake dalil perang badar. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2...@... haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh...
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Bung Karno itu ngefans sama Atarturk makanya buat identitas bangsa juga pake topi , bedanya turki buang terbus Kang Herri, coba buku biografi Bung Karno by Cindy Adams yang sohor itu, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. di cetakan 84 yg saya punya adanya di halaman 71 dst, Bab BAndung : Gerbang ke Dunia Putih. Langsung konfirmasinya dari Bung Karno sendiri bahwa peci itu resmi merupakan senjata pergerakan Indonesia merdeka melalui state of fashion, jadi gak ada hubungannya sama Turki. Peci semata- mata baju yang menyatukan rakyat seluruh Indonesia, DAN GAK ADA HUBUNGANNYA sama agama Kalo dari buku lain, kita bisa tau pengaruh peci justru dari India. Dan mungkin aja India ini dapetnya dari Turki yah? Gw belum baca buku yang mengkonfirmasi hal itu, tapi setidaknya itu udah cukup buat mengcounter argumen Anda or klaim orang Islam yang suka ge-er mendaku milik budaya (dan perjuangan) sesuatu sebagai EKSKLUSIF miliknya :)) Dan jaman dulu mau masyumi , NU , Muhammadiyah , Persis dll jarang yang pake jilbab kaya sekarang cuma selendang plus kebaya, liat aja foto-foto jaman itu. Mengenai SI sendiri ada dua kubu pendukung SI yaitu DI/TII dan Masyumi. Masyumi gak pernah dukung DI/TII mrk mlh dukung PRRI/Permesta , dan DI/TII juga nyerang rumah-rumah org masyumi termasuk rumah kakek saya, dan kakek saya dulu naik gunung buat ngeburu DI/TII terutama momok ansharullah yang suka nyulik perempuan. Kalo sekarang turunan DI/TII : NII , PKS , MMI dll turunan Masyumi : PBB , PAN , MD dll dimana tafsiran ttg SI berbeda utamanya sih soal penghalalan darah dan pengkafiran muslim yang gak seide .Tahun 1959 Kartosuwiryo ngasih fatwa muslim yang dukung NKRI halal dibunuh termasuk perempuan , anak- anak dan orang tua sambil bawa dali(h)l ayat suci, si Kahar Muzakar ngebolehin nyulik perempuan sbgi ghonimah.Plus mereka ngehalalin ngerampok pake dalil perang badar. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2502@ haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh...
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
kalau yang ane tangkap sih, peci ini aslinya punya islam, terus dinasionalkan.so jilbab juga bisa, aslinya islam, terus di nasionalkan. kan malah mantap tuh, jadi gak ada yg bisa teriak teriak, kalau ada wanita berkerudung masuk gereja atau wihara. secara itu busana nasional. :D 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Bung Karno itu ngefans sama Atarturk makanya buat identitas bangsa juga pake topi , bedanya turki buang terbus Kang Herri, coba buku biografi Bung Karno by Cindy Adams yang sohor itu, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. di cetakan 84 yg saya punya adanya di halaman 71 dst, Bab BAndung : Gerbang ke Dunia Putih. Langsung konfirmasinya dari Bung Karno sendiri bahwa peci itu resmi merupakan senjata pergerakan Indonesia merdeka melalui state of fashion, jadi gak ada hubungannya sama Turki. Peci semata- mata baju yang menyatukan rakyat seluruh Indonesia, DAN GAK ADA HUBUNGANNYA sama agama Kalo dari buku lain, kita bisa tau pengaruh peci justru dari India. Dan mungkin aja India ini dapetnya dari Turki yah? Gw belum baca buku yang mengkonfirmasi hal itu, tapi setidaknya itu udah cukup buat mengcounter argumen Anda or klaim orang Islam yang suka ge-er mendaku milik budaya (dan perjuangan) sesuatu sebagai EKSKLUSIF miliknya :)) Dan jaman dulu mau masyumi , NU , Muhammadiyah , Persis dll jarang yang pake jilbab kaya sekarang cuma selendang plus kebaya, liat aja foto-foto jaman itu. Mengenai SI sendiri ada dua kubu pendukung SI yaitu DI/TII dan Masyumi. Masyumi gak pernah dukung DI/TII mrk mlh dukung PRRI/Permesta , dan DI/TII juga nyerang rumah-rumah org masyumi termasuk rumah kakek saya, dan kakek saya dulu naik gunung buat ngeburu DI/TII terutama momok ansharullah yang suka nyulik perempuan. Kalo sekarang turunan DI/TII : NII , PKS , MMI dll turunan Masyumi : PBB , PAN , MD dll dimana tafsiran ttg SI berbeda utamanya sih soal penghalalan darah dan pengkafiran muslim yang gak seide .Tahun 1959 Kartosuwiryo ngasih fatwa muslim yang dukung NKRI halal dibunuh termasuk perempuan , anak- anak dan orang tua sambil bawa dali(h)l ayat suci, si Kahar Muzakar ngebolehin nyulik perempuan sbgi ghonimah.Plus mereka ngehalalin ngerampok pake dalil perang badar. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2502@ haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: terus gimana ceritanya peci/kopiah jadi terkesan eksklusif milik orang Islam aja mbak? Itu kesan yang keliru dan oleh karenanya harus diluruskan, Mbak Nie :D :D :D Peci itu busana nasional Indonesia. Generasi kakek dan nenek kita tahu sekali hal itu tapi generasi kita yang sempat blank sejarah di jaman Orba memang menjadi sasaran empuk untuk disalahkaprahkan seperti ini sehingga muncul para penyalip di tikungan yang dengan gampangnya mendaku milik semua orang menjadi hanya miliknya sendiri. Contoh para pendaku diri itu ya para pedagang baju hijab yang menjajakannya sebagai busana Muslimah :)) ( buat yang gak paham dimana lucunya , ini CLUE nya - berarti para biarawati Katholik itu memakai busana Muslimah dong dengan tambahan kalung salib doang ??? Padahal para saleha-wati Katholik ini lebih dulu eksis di dunia ini sebelum adanya orang Islam, begitu lho Bos :D) Karena semua produk niaga yang diembel-embeli agama akan laris kan, Mbak Nie, itu hukum ekonomi yang paling sohor kan? Sebagaimana juga partai yang menjajakan agama alias menjanjikan sorga pasti dengan mudah mendapatkan simpati massa walo verifikasinya pasti susah setengah mati (hla siapa yang mau disuruh ngecek dulu ke sorga sana...tiketnya kan one way ticket :DD) Kembali ke peci sebagai busana nasional, FYI saja, jika kita berkunjung ke propinsi yang populasi non Muslimnya mayoritas seperti di NTT, kita akan bertemu dengan sodara-sodara kita sebangsa dan setanah air yang dengan taat memakai peci sebagai busana resminya, kayak dlm pertemuan desa dsb. salam 2008/12/18 ritajkt rita...@... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D :D :D :D BTW ini buat yg serius ama becandaannya mas Arcon en mbak Herni. Kopiah atawa peci hitam itu BUKAN aksesori busana muslim tapi PENUTUP KEPALA BUSANA RESMI untuk BANGSA INDONESIA yang dikampanyekan Bung Karno dkk di masa perjuangan menuju Indonesia merdeka. Bung Karno dan kawan-kawan saat itu menggelorakan semangat massanya dengan semua ciri keindonesiaan dan ogah pakai setelan jas sebagaimana yang dipakai para borjuis Indonesia yang kebelanda-belandaaan. Peci, sebuah penutup kepala yang dipakai meluas oleh rakyat, tukang sate tepatnya yang menjadi inspirator Bung Karno, dan merupakan varian topi sejenis yang beredar di India, dipakai sebagai simbol keindonesiaan itu biar beda sama jasnya belanda. Para pengikut Bung Karno dan kawan-kawan kemudian melahirkan gelombang peci ini dalam rapat-rapat umum sebagai afirmasi keberpihakan mereka pada perjuangan si Bung dkk. Setelah Indonesia merdeka, peci disahkan sebagai busana resmi bangsa ini, jadi gak ada urusannya ama agama! Sebagaimana juga pemakaian penutup dada dan kepala yang menjadi tanda status sosial perempuan merdeka di abad ke-7 di timur tengah, itu kan gak ada hubungannya sama agama! Sampe sekarang kaum biarawati Katholik masih memakai kode busana itu yang di sini diklaim sebagai busana muslimah. Dah,., met dilanjut lagi diskusinya Bos :D [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
masalahnya, kalau cowo gak pake peci.. gak ditangkep kalau cewe gak pake jilbab, ditangkep.. ini OOT tapi tiba2 jadi teringat.. yg menarik juga urusan uu pornografi, yg pake parameter alat kelamin. kalau dada perempuan dianggap porno = alat kelamin berarti dada laki2 juga dong? :P tapi kenyataannya gak gitu kan? jadi memang, peci tidak sama dng jilbab... rasa pemaksaannya agak beda... mungkin kita perlu mencoba cara baru.. yg dipaksa oleh negara utk melakukan ini itu, laki2 aja, toh gak protes2 tuh...:-) perintahnya pake kacamata kuda aja.. kan katanya gak kuat liat perempuan :D berhasil di peci, mari kita coba di kacamata kuda :P kasih tongkat buat jalan juga deh.. 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: terus gimana ceritanya peci/kopiah jadi terkesan eksklusif milik orang Islam aja mbak? Itu kesan yang keliru dan oleh karenanya harus diluruskan, Mbak Nie :D :D :D Peci itu busana nasional Indonesia. Generasi kakek dan nenek kita tahu sekali hal itu tapi generasi kita yang sempat blank sejarah di jaman Orba memang menjadi sasaran empuk untuk disalahkaprahkan seperti ini sehingga muncul para penyalip di tikungan yang dengan gampangnya mendaku milik semua orang menjadi hanya miliknya sendiri. Contoh para pendaku diri itu ya para pedagang baju hijab yang menjajakannya sebagai busana Muslimah :)) ( buat yang gak paham dimana lucunya , ini CLUE nya - berarti para biarawati Katholik itu memakai busana Muslimah dong dengan tambahan kalung salib doang ??? Padahal para saleha-wati Katholik ini lebih dulu eksis di dunia ini sebelum adanya orang Islam, begitu lho Bos :D) Karena semua produk niaga yang diembel-embeli agama akan laris kan, Mbak Nie, itu hukum ekonomi yang paling sohor kan? Sebagaimana juga partai yang menjajakan agama alias menjanjikan sorga pasti dengan mudah mendapatkan simpati massa walo verifikasinya pasti susah setengah mati (hla siapa yang mau disuruh ngecek dulu ke sorga sana...tiketnya kan one way ticket :DD) Kembali ke peci sebagai busana nasional, FYI saja, jika kita berkunjung ke propinsi yang populasi non Muslimnya mayoritas seperti di NTT, kita akan bertemu dengan sodara-sodara kita sebangsa dan setanah air yang dengan taat memakai peci sebagai busana resminya, kayak dlm pertemuan desa dsb. salam 2008/12/18 ritajkt rita...@... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D :D :D :D BTW ini buat yg serius ama becandaannya mas Arcon en mbak Herni. Kopiah atawa peci hitam itu BUKAN aksesori busana muslim tapi PENUTUP KEPALA BUSANA RESMI untuk BANGSA INDONESIA yang dikampanyekan Bung Karno dkk di masa perjuangan menuju Indonesia merdeka. Bung Karno dan kawan-kawan saat itu menggelorakan semangat massanya dengan semua ciri keindonesiaan dan ogah pakai setelan jas sebagaimana yang dipakai para borjuis Indonesia yang kebelanda-belandaaan. Peci, sebuah penutup kepala yang dipakai meluas oleh rakyat, tukang sate tepatnya yang menjadi inspirator Bung Karno, dan merupakan varian topi sejenis yang beredar di India, dipakai sebagai simbol keindonesiaan itu biar beda sama jasnya belanda. Para pengikut Bung Karno dan kawan-kawan kemudian melahirkan gelombang peci ini dalam rapat-rapat umum sebagai afirmasi keberpihakan mereka pada perjuangan si Bung dkk. Setelah Indonesia merdeka, peci disahkan sebagai busana resmi bangsa ini, jadi gak ada urusannya ama agama! Sebagaimana juga pemakaian penutup dada dan kepala yang menjadi tanda status sosial perempuan merdeka di abad ke-7 di timur tengah, itu kan gak ada hubungannya sama agama! Sampe sekarang kaum biarawati Katholik masih memakai kode busana itu yang di sini diklaim sebagai busana muslimah. Dah,., met dilanjut lagi diskusinya Bos :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Cara paling gampang sih pindah agama. Jadi budha atau atheis asik juga :)) *kalau gak mau dipaksa pakai jilbab lho yah* salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Date: Fri, 19 Dec 2008 10:19:08 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab masalahnya, kalau cowo gak pake peci.. gak ditangkep kalau cewe gak pake jilbab, ditangkep.. ini OOT tapi tiba2 jadi teringat.. yg menarik juga urusan uu pornografi, yg pake parameter alat kelamin. kalau dada perempuan dianggap porno = alat kelamin berarti dada laki2 juga dong? :P tapi kenyataannya gak gitu kan? jadi memang, peci tidak sama dng jilbab... rasa pemaksaannya agak beda... mungkin kita perlu mencoba cara baru.. yg dipaksa oleh negara utk melakukan ini itu, laki2 aja, toh gak protes2 tuh...:-) perintahnya pake kacamata kuda aja.. kan katanya gak kuat liat perempuan :D berhasil di peci, mari kita coba di kacamata kuda :P kasih tongkat buat jalan juga deh.. 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: terus gimana ceritanya peci/kopiah jadi terkesan eksklusif milik orang Islam aja mbak? Itu kesan yang keliru dan oleh karenanya harus diluruskan, Mbak Nie :D :D :D Peci itu busana nasional Indonesia. Generasi kakek dan nenek kita tahu sekali hal itu tapi generasi kita yang sempat blank sejarah di jaman Orba memang menjadi sasaran empuk untuk disalahkaprahkan seperti ini sehingga muncul para penyalip di tikungan yang dengan gampangnya mendaku milik semua orang menjadi hanya miliknya sendiri. Contoh para pendaku diri itu ya para pedagang baju hijab yang menjajakannya sebagai busana Muslimah :)) ( buat yang gak paham dimana lucunya , ini CLUE nya - berarti para biarawati Katholik itu memakai busana Muslimah dong dengan tambahan kalung salib doang ??? Padahal para saleha-wati Katholik ini lebih dulu eksis di dunia ini sebelum adanya orang Islam, begitu lho Bos :D) Karena semua produk niaga yang diembel-embeli agama akan laris kan, Mbak Nie, itu hukum ekonomi yang paling sohor kan? Sebagaimana juga partai yang menjajakan agama alias menjanjikan sorga pasti dengan mudah mendapatkan simpati massa walo verifikasinya pasti susah setengah mati (hla siapa yang mau disuruh ngecek dulu ke sorga sana...tiketnya kan one way ticket :DD) Kembali ke peci sebagai busana nasional, FYI saja, jika kita berkunjung ke propinsi yang populasi non Muslimnya mayoritas seperti di NTT, kita akan bertemu dengan sodara-sodara kita sebangsa dan setanah air yang dengan taat memakai peci sebagai busana resminya, kayak dlm pertemuan desa dsb. salam 2008/12/18 ritajkt rita...@... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D :D :D :D BTW ini buat yg serius ama becandaannya mas Arcon en mbak Herni. Kopiah atawa peci hitam itu BUKAN aksesori busana muslim tapi PENUTUP KEPALA BUSANA RESMI untuk BANGSA INDONESIA yang dikampanyekan Bung Karno dkk di masa perjuangan menuju Indonesia merdeka. Bung Karno dan kawan-kawan saat itu menggelorakan semangat massanya dengan semua ciri keindonesiaan dan ogah pakai setelan jas sebagaimana yang dipakai para borjuis Indonesia yang kebelanda-belandaaan. Peci, sebuah penutup kepala yang dipakai meluas oleh rakyat, tukang sate tepatnya yang menjadi inspirator Bung Karno, dan merupakan varian topi sejenis yang beredar di India, dipakai sebagai simbol keindonesiaan itu biar beda sama jasnya belanda. Para pengikut Bung Karno dan kawan-kawan kemudian melahirkan gelombang peci ini dalam rapat-rapat umum sebagai afirmasi keberpihakan mereka pada perjuangan si Bung dkk. Setelah Indonesia merdeka, peci disahkan sebagai busana resmi bangsa ini, jadi gak ada urusannya ama agama! Sebagaimana juga pemakaian penutup dada dan kepala yang menjadi tanda status sosial perempuan merdeka di abad ke-7 di timur tengah, itu kan gak ada hubungannya sama agama! Sampe sekarang kaum biarawati Katholik masih memakai kode busana itu yang di sini diklaim sebagai busana muslimah. Dah,., met dilanjut lagi diskusinya Bos :D [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: masalahnya, kalau cowo gak pake peci.. gak ditangkep kalau cewe gak pake jilbab, ditangkep.. Ini nih KEKELIRUAN hukum yang sangat mendasar karena negara gak punya hak melakukan itu kan! Masalahnya, kita ini males ribut2 kan, timbang ribut ya diem dan ngalah aja walo pun terpaksa ngalah ama peraturan yang gak bener...itu masalahnya. Saya kira kita smua tahu kalo penerapan hukum atas dasar PENAFSIRAN ayat suci yang sepihak itu tidak fair. Tapi yah, ini yang kita kurang keras untuk komplain nih karena sebagai moderate Muslim yang mayoritas di negeri ini, kita terbiasa gak mau ribut-ribut. Sikap ini berbeda banget dengan kelompok Islam garis keras macam HT itu yang very noisy, sedikit-sedikit protes dengan kalimat provokatif dan SANGAT MANJUR buat negara yang tidak terkondisi untuk berdebat dengan sehat kayak Indonesia ini. Karena banyak juga orang yang tidak profesional dalam bidang ilmu agama yang jadi ciut duluan nyalinya denger pihak garis keras bawa-bawa bahasa Arab dengan cas cis cus fasih, seolah-olah udah pasti bener TANPA KITA BISA KAJI LEBIH DULU validitas omongannya itu. Dikampung saya, ibu-ibu pengajian udah mulai ketularan tuh, ketimbang dibilang ahli neraka dsb, mereka terpaksa mengikuti dress code yang dipromosikan dengan gencar oleh para pemuka partai anu yang merangkap sebagai aktivis masjid. That's so sad ketika mereka dikondisikan mulai menunjuk- nunjuk tetangga sendiri yang GAK MELANGGAR HUKUM POSITIF di negara ini sebagai kriminal (- ahli neraka dan konsekuensinya -harus ditangkap sama petugas negara). ini OOT tapi tiba2 jadi teringat.. yg menarik juga urusan uu pornografi, yg pake parameter alat kelamin. kalau dada perempuan dianggap porno = alat kelamin berarti dada laki2 juga dong? :P tapi kenyataannya gak gitu kan? jadi memang, peci tidak sama dng jilbab... rasa pemaksaannya agak beda... mungkin kita perlu mencoba cara baru.. yg dipaksa oleh negara utk melakukan ini itu, laki2 aja, toh gak protes2 tuh...:-) perintahnya pake kacamata kuda aja.. kan katanya gak kuat liat perempuan :D berhasil di peci, mari kita coba di kacamata kuda :P kasih tongkat buat jalan juga deh.. Sabar Darlin' :D You've come the long long way :D
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Peci merupakan derivat kopiah afganistan, pakistan, india. Mungkin saja dibawa orang Islam negara2 itu ke indonesia dan malaysia tetapi tidak berarti islam karena selain di arab (asal agama islam) tdk ada juga di afganistan, pakistan atau india bukan hanya yg islam yg memakai. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ari Condro masar...@gmail.com Date: Fri, 19 Dec 2008 09:52:55 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab kalau yang ane tangkap sih, peci ini aslinya punya islam, terus dinasionalkan.so jilbab juga bisa, aslinya islam, terus di nasionalkan. kan malah mantap tuh, jadi gak ada yg bisa teriak teriak, kalau ada wanita berkerudung masuk gereja atau wihara. secara itu busana nasional. :D 2008/12/19 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Bung Karno itu ngefans sama Atarturk makanya buat identitas bangsa juga pake topi , bedanya turki buang terbus Kang Herri, coba buku biografi Bung Karno by Cindy Adams yang sohor itu, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. di cetakan 84 yg saya punya adanya di halaman 71 dst, Bab BAndung : Gerbang ke Dunia Putih. Langsung konfirmasinya dari Bung Karno sendiri bahwa peci itu resmi merupakan senjata pergerakan Indonesia merdeka melalui state of fashion, jadi gak ada hubungannya sama Turki. Peci semata- mata baju yang menyatukan rakyat seluruh Indonesia, DAN GAK ADA HUBUNGANNYA sama agama Kalo dari buku lain, kita bisa tau pengaruh peci justru dari India. Dan mungkin aja India ini dapetnya dari Turki yah? Gw belum baca buku yang mengkonfirmasi hal itu, tapi setidaknya itu udah cukup buat mengcounter argumen Anda or klaim orang Islam yang suka ge-er mendaku milik budaya (dan perjuangan) sesuatu sebagai EKSKLUSIF miliknya :)) Dan jaman dulu mau masyumi , NU , Muhammadiyah , Persis dll jarang yang pake jilbab kaya sekarang cuma selendang plus kebaya, liat aja foto-foto jaman itu. Mengenai SI sendiri ada dua kubu pendukung SI yaitu DI/TII dan Masyumi. Masyumi gak pernah dukung DI/TII mrk mlh dukung PRRI/Permesta , dan DI/TII juga nyerang rumah-rumah org masyumi termasuk rumah kakek saya, dan kakek saya dulu naik gunung buat ngeburu DI/TII terutama momok ansharullah yang suka nyulik perempuan. Kalo sekarang turunan DI/TII : NII , PKS , MMI dll turunan Masyumi : PBB , PAN , MD dll dimana tafsiran ttg SI berbeda utamanya sih soal penghalalan darah dan pengkafiran muslim yang gak seide .Tahun 1959 Kartosuwiryo ngasih fatwa muslim yang dukung NKRI halal dibunuh termasuk perempuan , anak- anak dan orang tua sambil bawa dali(h)l ayat suci, si Kahar Muzakar ngebolehin nyulik perempuan sbgi ghonimah.Plus mereka ngehalalin ngerampok pake dalil perang badar. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Yg perlu disalahkan, si penanggung dosa awalnya, kalau gitu, bung karno? bukan MUI? 2008/12/18 werkuwer mnug2502@ haiyaaa... setuju semua warga negara yang perempuan harus pakai jilbab dan yang laki-laki harus pakai kupluk. selain ini sangat indonesiani, juga sangat islami (yak...maksainiye). bikin jilbab dulu ahhh... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Ada yang berkata Jadi inget, lagi ada pelatihan, pesertanya ada yg dari aceh. Kaya baru lepas dari kandang, booo. Yg cewe belanja, berenang dan mungkin nonton bioskop. Yg cowo minum bir, dugem, dan mungkin nonton bioskop juga Kenapa ngak tambah aja dengan mungkin yang lain lain? mungkin ke pelacuran, mungkin berjudi, mungkin merapok dll Kan banyak kemungkinanan yang lainnya. Belajarlah berdiskusi dengan benar. Jangan membuat prasangka prasangka untuk menjelek2kan.. Salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Betul juga.. jangan pake kopyah. Bikin rusak nama Islam ajah. Apa mau nutupin pala yg gundul? :P Yg mungkin menarik juga, latar belakang yg mengkritik jilbab. Tidak jarang, dari dunia pesantren, keluarga tradisional dll. Menjadi liberal karena buku dan perlawanan thd kondisi sekitar. Masalah kadang gak sinkron, ya lingkungan kan tanpa sadar bisa membekas. Jadi inget, lagi ada pelatihan, pesertanya ada yg dari aceh. Kaya baru lepas dari kandang, booo. Yg cewe belanja, berenang dan mungkin nonton bioskop. Yg cowo minum bir, dugem, dan mungkin nonton bioskop juga (padahal, di aceh kan juga bisa minum bir, tapi ngumpet2 kali ya?) Panitianya yg puyeng. Mungkin pagi2 mereka pada hang over, datang telat ke kelas. Lha, anak jakartanya malah gak demen yg kaya2 gitu. Kalau hidup dalam lingkungan yg dikekang, gitu kali ya? :D Kalau gak terpaksa ngikut aturan atau bahkan jadi militan, ya liberal? :D Ah, jadi muslim yg biasa2 ajalah :P 2008/12/17 Ari Condro masar...@... herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... nurbayanti%40gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@... aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Soal jilbab yg hubungannya ke agama itu sebenernya nggak bisa dikritik, kan itu keyakinan. Kenapa gitu misalnya masalah jilbab itu lebih dipermasalahkan daripada persoalan yg wajib, seperti solat dan lainnya. Mau curhat sedikit, hari Jum'at lalu saya pergi diantar adik pas ketemu maghrib [ kedengaran gitu di radio]. Langsung saja adik mencari masjid pas pinggir jalan di daerah mampang dekat markas PKS. Kami solat, perempuannya cuma 4 orang dan semuanya gak berjilbab :-) Sempat ngobrol sama tukang parkir, memangnya kalo pas solat nggak ada gitu perempuan yg solat di masjid? Padahal bersliweran dijalanan perempuan turun dari metromini, angkot, yg jalan kaki tapi gak ada gitu yg mampir solat di masjid. [ Ada rasa jengah juga diliatin, laki2nya banyak ada mungkin 30 -an orang] Katanya ; Ya sedikit sekali dan biasanya malahan yg gak pake jilbab.Kalo pake jilbab solatnya di rumah kali salam, l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, December 15, 2008 9:59 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini. Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju? Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan adalah: - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!) - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'. Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai minuman keras salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Komentar saya: Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya apakah cara berpikirnya beruntun... - jilbab tidak wajib - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap modest lah...ini esensi wanita-muslimah. kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp juga.. lengkap dng segala dilema dan keironisannya (spt yg dibahas di email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Nimbrung : Jilbab itu jadi masalah karena secara nggak langsung berkaitan dengan agama. Bisa jadi pembenaran, meskipun seseorang itu berjilbabnya dari sononya karena kebiasaan. Sama saja dengan pakaian lain, misalnya pas datang ke acara kematian karena nggak mau punya pakaian hitam pakailah yg warna selain hitam. Disana [ terutama sih di komunitas non islam] bisa diomongin juga sama yg rada fanatik. Lha memangnya ada gitu aturan baku kalo kematian musti pake pakaian hitam, kerudung hitam? Kita bisa saja ngeyel tapi di aturan 'etiket' tata krama berbusana begitulah yg dianjurkan. Begitu juga misalnya pake dasi biasa atau dasi kupu2, pake jas atau pake batik. Pake jas bawahnya jins boleh ndak di acara resmi Kan kalo saltum [ salah kostum] bisa diomongin. Misalnya saja di pesta kaum socialite. Bisa2 pesta mendatang nggak diundang lagi. Kalo nyaleg bisa nggak dapat sokongan Kalo perkara jilbab kan alasannya ke agama, nanti dosalah, nggak berkahlah , miskin melululah, bla...bla...bla yg menyeramkan :-)) Salam, l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, December 15, 2008 10:28 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab hahahaha...lutuye... Arcon dan komen2nya 'are mutually exclusive' Arcon itu persona, dan komennya 'role play'. Setahuku, Arcon dan role playnya itu nggak ada persamaannya...hihihi... Beda dengan jilbab dan nggak berjilbab, they are not mutually exclusive. Di antara jilbab dan nggak berjilbab itu spektrumnya luas sekali, ada jilbab funky, ada jilbab rapat, ada cadar yang bikin bingung, ada yang nggak berjilbab tapi kok ok ajakarena persamaannya TETEP ADA, yaitu decency atau batas kesopanan. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Kalau bicara ego, cara saya memperolok hamid basyaib dan fathia syarif juga bagian dari ego yang membara itu. Cara saya memberi komentar sinis pada lina dahlan, rizal, wawan, dan banyak kawan lain juga bagian dari nafsu ego tersebut. Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. salam, [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D :D :D :D BTW ini buat yg serius ama becandaannya mas Arcon en mbak Herni. Kopiah atawa peci hitam itu BUKAN aksesori busana muslim tapi PENUTUP KEPALA BUSANA RESMI untuk BANGSA INDONESIA yang dikampanyekan Bung Karno dkk di masa perjuangan menuju Indonesia merdeka. Bung Karno dan kawan-kawan saat itu menggelorakan semangat massanya dengan semua ciri keindonesiaan dan ogah pakai setelan jas sebagaimana yang dipakai para borjuis Indonesia yang kebelanda-belandaaan. Peci, sebuah penutup kepala yang dipakai meluas oleh rakyat, tukang sate tepatnya yang menjadi inspirator Bung Karno, dan merupakan varian topi sejenis yang beredar di India, dipakai sebagai simbol keindonesiaan itu biar beda sama jasnya belanda. Para pengikut Bung Karno dan kawan-kawan kemudian melahirkan gelombang peci ini dalam rapat-rapat umum sebagai afirmasi keberpihakan mereka pada perjuangan si Bung dkk. Setelah Indonesia merdeka, peci disahkan sebagai busana resmi bangsa ini, jadi gak ada urusannya ama agama! Sebagaimana juga pemakaian penutup dada dan kepala yang menjadi tanda status sosial perempuan merdeka di abad ke-7 di timur tengah, itu kan gak ada hubungannya sama agama! Sampe sekarang kaum biarawati Katholik masih memakai kode busana itu yang di sini diklaim sebagai busana muslimah. Dah,., met dilanjut lagi diskusinya Bos :D
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
For all termasuk ogut, Mumpung lagi pade menyinggung soal filosofi, ini ada falsafah or nasehat yang lahir dari penelitian HM Kusnandar tentang Hakekat Iman, Rohani, dan Ma'rifatullah: 1) Kurangnya menjaga akal, hati, dan lidah akan mengakibatkan bangga diri dan tinggi hati yang berkepanjangan; 2) Jagalah akal, hati, dan lidah. Janganlah engkau berkata kecuali perkataanmu benar, maka peliharalah dirimu dari banyak dusta dan bangga diri. 3) Jadilah orang beriman yang lembut dan bijaksana. Berbaktilah kepada Allah dengan rasa rendah hati. 4) Jadikanlah hatimu sebagai lautan maaf, kasihanilah sesama manusia dan hilangkanlah sifat buruk yang ada padamu. 5) Kesadaran, Kesabaran dan Keikhlasan yang sangat lemah akan menghancurkan ilmu, iman, dan amal; 6) Jadilah mukmin yang senantiasa berfikir benar, berkata benar, dan berprilaku benar. 7) Janganlah memboroskan waktu. Perhatikanlah apa yang telah diperbuat untuk hari kematian karena kehidupan yang sebenarnya adalah setelah kematian dan kampungmu yang sesungguhnya adalah negeri akherat. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Kalau bicara ego, cara saya memperolok hamid basyaib dan fathia syarif juga bagian dari ego yang membara itu. Cara saya memberi komentar sinis pada lina dahlan, rizal, wawan, dan banyak kawan lain juga bagian dari nafsu ego tersebut. Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. salam, -Original Message- From: Mia al...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 14:59:20 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini. Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju? Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan adalah: - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!) - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'. Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai minuman keras salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbayanti@ Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Komentar saya
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
terus gimana ceritanya peci/kopiah jadi terkesan eksklusif milik orang Islam aja mbak? 2008/12/18 ritajkt rita...@yahoo.com --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D :D :D :D BTW ini buat yg serius ama becandaannya mas Arcon en mbak Herni. Kopiah atawa peci hitam itu BUKAN aksesori busana muslim tapi PENUTUP KEPALA BUSANA RESMI untuk BANGSA INDONESIA yang dikampanyekan Bung Karno dkk di masa perjuangan menuju Indonesia merdeka. Bung Karno dan kawan-kawan saat itu menggelorakan semangat massanya dengan semua ciri keindonesiaan dan ogah pakai setelan jas sebagaimana yang dipakai para borjuis Indonesia yang kebelanda-belandaaan. Peci, sebuah penutup kepala yang dipakai meluas oleh rakyat, tukang sate tepatnya yang menjadi inspirator Bung Karno, dan merupakan varian topi sejenis yang beredar di India, dipakai sebagai simbol keindonesiaan itu biar beda sama jasnya belanda. Para pengikut Bung Karno dan kawan-kawan kemudian melahirkan gelombang peci ini dalam rapat-rapat umum sebagai afirmasi keberpihakan mereka pada perjuangan si Bung dkk. Setelah Indonesia merdeka, peci disahkan sebagai busana resmi bangsa ini, jadi gak ada urusannya ama agama! Sebagaimana juga pemakaian penutup dada dan kepala yang menjadi tanda status sosial perempuan merdeka di abad ke-7 di timur tengah, itu kan gak ada hubungannya sama agama! Sampe sekarang kaum biarawati Katholik masih memakai kode busana itu yang di sini diklaim sebagai busana muslimah. Dah,., met dilanjut lagi diskusinya Bos :D [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Kopyah yg dipakai pejabat itu urusannya pakaian nasional. Kan yg non muslim juga pake kayak ketua partai buruh sapa tuh namanya orang batak. Kemudian juga pendeta protestan sapa tuh juga namanya pun pakai kopiah. Kalo yg lebih lengkap selain berkopiah juga pakai teluk belanga Salam, l.meilany - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 17, 2008 7:59 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... [Non-text portions of this message have been removed] -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
'kopiah' sering juga disebut 'kupluk' di jawa tengah dan sekitarnya. di daerah ini, 'kupluk' ndak pernah dijadikan sbg simbol 'kebangsaan indonesia' sama sekali. istilah 'mbanting kupluk' berlaku ketika seorang pejudi kampungan kesal karena mengalami kekalahan. istilah 'mbalik kupluk' berlaku di kalangan para pengemis yang menyadongkan kupluknya di pinggir jalanan. istilah 'dasar kupluk!' digunakan untuk menggambarkan kekesalan seseorang pada sebuah situasi atau perilaku seseorang yg 'tidak menyenangkan'. 'kupluk, ya kupluk...' gitu kata kusir dokar saat ditanya apa makna kupluk bagi mereka, 'ndak ada itu...mbelgedes itu...kalau katanya kupluk mewakili kebangsaan indonesia.' 'iya deh...'
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... 2008/12/15 Mia al...@yahoo.com Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini. Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju? Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan adalah: - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!) - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'. Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai minuman keras salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Komentar saya: Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya apakah cara berpikirnya beruntun... - jilbab tidak wajib - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap modest lah...ini esensi wanita-muslimah. kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp juga.. lengkap dng segala dilema dan keironisannya (spt yg dibahas di email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...? Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal mualaf liberal Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab utk menyerang jilbab dan para jilbaber itu sendiri... Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa membatasi adalah yg
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe...
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
berusaha merangkum apa yang dimaksud sama herni dan mbak mia. kalian diskusinya pada berat berat yah. kasian tuh yang lain ... :D *buat herni :* ada titik tekan pada masalah lingkaran identitas : aku, kita, kamu, dia. wine adalah the others, sang liyan. tuak adalah kita. karenanya tape dan daun ganja dalam masakan aceh masih bisa diterima. *buat mbak mia :* sekarang adalah masalah softening dan membuka kemungkinan buat keberadaan sang liyan. karenanya jilbab yang merupakan identitas ideologis dan menutup diri antara aku dengan kamu, dicairkan dengan pakaian yang sopan. muslim - non muslim dicairkan dengan semua adalah muslim basodara. bahkan kalau agamanya berbeda, dicairkan dengan identitas yang lebih besar, misalnya suku atau nasionalitas. identitas itu memang saling berpotongan dan beririsan, yang bisa kita lakukan adalah membuat posisi kita jelas. mau memeluk hanya satu identitas, atau menerima berbagai keragaman identitas yang ada dan menyadari bahwa diri kita terbentuk dari berbagai akar budaya. contoh : saya jawa, tapi juga muslim, berpendidikan indonesia nasional dengan warna pendidikan barat yang lebih kuat dibandingkan warna pendidikan islam, tidak suka kekerasan, tidak makan babi dan tidak minum alkohol, istri berjilbab dan anak sekolah di tk islam, tapi saya sendiri suka pakai celana pendek, dan tidak memelihara jenglot :p , suka naik motor dan aktif pakai yahoo dan apple. 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... [Non-text portions of this message have been removed] -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Betul juga.. jangan pake kopyah. Bikin rusak nama Islam ajah. Apa mau nutupin pala yg gundul? :P Yg mungkin menarik juga, latar belakang yg mengkritik jilbab. Tidak jarang, dari dunia pesantren, keluarga tradisional dll. Menjadi liberal karena buku dan perlawanan thd kondisi sekitar. Masalah kadang gak sinkron, ya lingkungan kan tanpa sadar bisa membekas. Jadi inget, lagi ada pelatihan, pesertanya ada yg dari aceh. Kaya baru lepas dari kandang, booo. Yg cewe belanja, berenang dan mungkin nonton bioskop. Yg cowo minum bir, dugem, dan mungkin nonton bioskop juga (padahal, di aceh kan juga bisa minum bir, tapi ngumpet2 kali ya?) Panitianya yg puyeng. Mungkin pagi2 mereka pada hang over, datang telat ke kelas. Lha, anak jakartanya malah gak demen yg kaya2 gitu. Kalau hidup dalam lingkungan yg dikekang, gitu kali ya? :D Kalau gak terpaksa ngikut aturan atau bahkan jadi militan, ya liberal? :D Ah, jadi muslim yg biasa2 ajalah :P 2008/12/17 Ari Condro masar...@gmail.com herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com nurbayanti%40gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya. Yg coba dibenturkan sama pasangan yg arcon sebut kan konsepnya, tapi gak menambah soal kitanya.. kecuali kalau yg disuguhkan anggur merah cap orang tua hehehehe atau tuak.. atau apalah.. minuman beralkohol yg tradisional :P Lagian juga, apa perlunya minum yg kaya gitu disini? mending orang barat dong, setidaknya mereka berangkat dari kebutuhan. hehehe... [Non-text portions of this message have been removed] -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Aduh kasian amat, nonton biskop jadi cacat cela irisan dari pihak cowok dan cewek ... :D Padahal ane, lagi menikmati ternak teri, nganterin anak istri, belakangan ini, nonton pilem di bioskop. sudah tiga kali ini. nontonnya : - Liburan Seru - Laskar Pelangi - Bolt Anak ane, bisa menikmati di Liburan Serunya Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale itu, dan juga film kartun Bolt. Kalau laskar pelangi malah bobok di 21 :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Betul juga.. jangan pake kopyah. Bikin rusak nama Islam ajah. Apa mau nutupin pala yg gundul? :P Yg mungkin menarik juga, latar belakang yg mengkritik jilbab. Tidak jarang, dari dunia pesantren, keluarga tradisional dll. Menjadi liberal karena buku dan perlawanan thd kondisi sekitar. Masalah kadang gak sinkron, ya lingkungan kan tanpa sadar bisa membekas. Jadi inget, lagi ada pelatihan, pesertanya ada yg dari aceh. Kaya baru lepas dari kandang, booo. Yg cewe belanja, berenang dan mungkin nonton bioskop. Yg cowo minum bir, dugem, dan mungkin nonton bioskop juga (padahal, di aceh kan juga bisa minum bir, tapi ngumpet2 kali ya?) Panitianya yg puyeng. Mungkin pagi2 mereka pada hang over, datang telat ke kelas. Lha, anak jakartanya malah gak demen yg kaya2 gitu. Kalau hidup dalam lingkungan yg dikekang, gitu kali ya? :D Kalau gak terpaksa ngikut aturan atau bahkan jadi militan, ya liberal? :D Ah, jadi muslim yg biasa2 ajalah :P 2008/12/17 Ari Condro masar...@gmail.com masarcon%40gmail.com herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com nurbayanti%40gmail.comnurbayanti% 40gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@yahoo.com aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbaya...@... wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan sekedar konsep spt yg mbak mia bilang, tapi juga soal kitanya. Tapi kalau urusan perda syariat, saya kira gak bisa diselesaikan dng fatwa jilbab gak wajib. Lebih ke bagaimana kita melihat relasi moral dan hukum. Belum lagi faktor politik yg banyak berperan. Bukannya itu cuma gimmick (eh bener gak sih nulisnya) aja ya? Pernah baca analisa mengenai hal itu. Sama halnya dng wine. Bukan soal minuman beralkoholnya, tapi soal wine-nya.
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
waduh pak...nggak semua anak Aceh gitu lo... bawa-bawa nama aceh kale intinya, itu semua nyangkut ke pribadi masing-masing tugas kita cuma nyampein yang bener kalo g diterima bukan salah kita duong g semua suka jilbab ya jangan diprotes g semua suka islam ya jangan ganggu kan beresgitu kok repot hahahaha regards putri al qassam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Aduh kasian amat, nonton biskop jadi cacat cela irisan dari pihak cowok dan cewek ... :D Padahal ane, lagi menikmati ternak teri, nganterin anak istri, belakangan ini, nonton pilem di bioskop. sudah tiga kali ini. nontonnya : - Liburan Seru - Laskar Pelangi - Bolt Anak ane, bisa menikmati di Liburan Serunya Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale itu, dan juga film kartun Bolt. Kalau laskar pelangi malah bobok di 21 :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... Betul juga.. jangan pake kopyah. Bikin rusak nama Islam ajah. Apa mau nutupin pala yg gundul? :P Yg mungkin menarik juga, latar belakang yg mengkritik jilbab. Tidak jarang, dari dunia pesantren, keluarga tradisional dll. Menjadi liberal karena buku dan perlawanan thd kondisi sekitar. Masalah kadang gak sinkron, ya lingkungan kan tanpa sadar bisa membekas. Jadi inget, lagi ada pelatihan, pesertanya ada yg dari aceh. Kaya baru lepas dari kandang, booo. Yg cewe belanja, berenang dan mungkin nonton bioskop. Yg cowo minum bir, dugem, dan mungkin nonton bioskop juga (padahal, di aceh kan juga bisa minum bir, tapi ngumpet2 kali ya?) Panitianya yg puyeng. Mungkin pagi2 mereka pada hang over, datang telat ke kelas. Lha, anak jakartanya malah gak demen yg kaya2 gitu. Kalau hidup dalam lingkungan yg dikekang, gitu kali ya? :D Kalau gak terpaksa ngikut aturan atau bahkan jadi militan, ya liberal? :D Ah, jadi muslim yg biasa2 ajalah :P 2008/12/17 Ari Condro masar...@... masarcon%40gmail.com herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... nurbayanti%40gmail.comnurbayanti% 40gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@... aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, h.s nurbayanti nurbayanti@ wrote: Ini menarik.. karena yg diperdebatkan bukan
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Bukannya ane malah ngebelain acara nontonnya ? :)) Apa anak aceh pada gak suka laskar pelangi ? :p salam, -Original Message- From: wanitaacehtangguh wanitaacehtang...@yahoo.com Date: Wed, 17 Dec 2008 06:38:29 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab waduh pak...nggak semua anak Aceh gitu lo... bawa-bawa nama aceh kale intinya, itu semua nyangkut ke pribadi masing-masing tugas kita cuma nyampein yang bener kalo g diterima bukan salah kita duong g semua suka jilbab ya jangan diprotes g semua suka islam ya jangan ganggu kan beresgitu kok repot hahahaha regards putri al qassam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Aduh kasian amat, nonton biskop jadi cacat cela irisan dari pihak cowok dan cewek ... :D Padahal ane, lagi menikmati ternak teri, nganterin anak istri, belakangan ini, nonton pilem di bioskop. sudah tiga kali ini. nontonnya : - Liburan Seru - Laskar Pelangi - Bolt Anak ane, bisa menikmati di Liburan Serunya Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale itu, dan juga film kartun Bolt. Kalau laskar pelangi malah bobok di 21 :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... Betul juga.. jangan pake kopyah. Bikin rusak nama Islam ajah. Apa mau nutupin pala yg gundul? :P Yg mungkin menarik juga, latar belakang yg mengkritik jilbab. Tidak jarang, dari dunia pesantren, keluarga tradisional dll. Menjadi liberal karena buku dan perlawanan thd kondisi sekitar. Masalah kadang gak sinkron, ya lingkungan kan tanpa sadar bisa membekas. Jadi inget, lagi ada pelatihan, pesertanya ada yg dari aceh. Kaya baru lepas dari kandang, booo. Yg cewe belanja, berenang dan mungkin nonton bioskop. Yg cowo minum bir, dugem, dan mungkin nonton bioskop juga (padahal, di aceh kan juga bisa minum bir, tapi ngumpet2 kali ya?) Panitianya yg puyeng. Mungkin pagi2 mereka pada hang over, datang telat ke kelas. Lha, anak jakartanya malah gak demen yg kaya2 gitu. Kalau hidup dalam lingkungan yg dikekang, gitu kali ya? :D Kalau gak terpaksa ngikut aturan atau bahkan jadi militan, ya liberal? :D Ah, jadi muslim yg biasa2 ajalah :P 2008/12/17 Ari Condro masar...@... masarcon%40gmail.com herni, kalau pejabat negara potret bersama pakai kopyah kenapa gak sekalian dipertanyakan ? bukannya menjurus juga tuh, si kopyah urusannya ... :D 2008/12/17 h.s nurbayanti nurbaya...@... nurbayanti%40gmail.comnurbayanti% 40gmail.com Kaitannya ma konstitusi, yg menarik adalah... MK cenderung merasa perda2 itu melanggar. MA sebaliknya, cenderung bilang itu tidak apa2. SBY cenderung gak mau ngutak-ngatik soal syariat. Yg diutak-atik Perda yang berkaitan dng retribusi. (baca headline republika jum'at kemarin soal ini) Kalau saya, cenderung mengusulkan fatwanya adalah... jilbab itu pilihan. Termasuk pilihan menganggapnya wajib atau tidak :-) Yg perlu diatur adalah bahwa ada ruang untuk pilihan pribadi, bahkan di ruang publik sekalipun. Tapi, dimungkinkan pembatasan di ruang publik. Gak logislah, kalau penyiar, petugas rumah sakit dll pake abaya, cadar dll. Sama gak logisnya kalau mereka pake rok mini dan tank top dng garis dada rendah yg payudaranya keliatan mau tumpah :D Pembatasan, saya rasa dimungkinkan. Hakim, misalnya. Menurut saya sih sebaiknya gak pake jilbab hehehe.. Selain itu, mikir juga soal fairness. Kalau jilbab dibolehkan, yg lain juga boleh. Kalung salib, misalnya. Jangan merasa terancam dan ngomel2 kalau ada yg pake kalung salib. Kalau anda orang muslim merasa spt itu, ya bayangkan orang non-Islam melihat jilbab. Simple aja kan tuh? 2008/12/16 Mia al...@... aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com aldiy%40yahoo.com Iya, untuk Perda syariat, mesti dilihat relasi hukum, misalnya apakah itu nggak bertentangan dengan Konstitusi sebagai payung semua? Ini misalnya. Belum lagi soal parpol2 yang kelewat pragmatis sehingga mengorbankan prinsip. Tapi, poinnya adalah kita mesti menyamakan persepsi, ke arah mana paradigmanya? Konservatism dalam beragama nggak pernah sehat, itu rambu2nya. Kalau kita setuju bahwa nilai yang lagi mau diusung adalah konservatism beragama yang abusive terhadap anggota masyarakat lain, maka kita harus mengkoreksi (mengorbankan) nilai itu dan menggantinya dengan yang lain. Fatwa berjilbab diganti dengan 'berjilbab itu tidak wajib', gantinya berpakaianlah sopan. Misalnya lagi, Ahmadiyah mesti dibubarkan (i.e kalau ada yang menyerang ya biarkan saja). Fatwanya, tidak ada paksaan dalam beragama (bentuk pengorbanan) Gantinya, Ahmadiyah adalah bagian dari Islam dan Muslim. Ini langsung menyentuh relung emosi kita, dan itu harus dipupuk secara baik-baik, artinya perubahan ini harus dari dalam diri kita sendiri
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Arcon, Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau daftar bacaan, gitu? Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena dianggap 'mencontek mentah-mentah' argumen asymawi? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2...@... setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri. -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Misalnya nih, diyakinkan bahwa Pak QS pernah menyimak tulisan Asymawi yang duluan dari bukunya. Sebaiknya dalam edisi selanjutnya, ada ralat daftar bacaan/referensi. Ide itu 'menular' dan di hari gini jaman global internet, kadang kita dibikin terkaget-kaget dengan cara penularan itu. Misalnya lagi, saya kasih contoh langsung saja. Saya dan tim sangat sibuk kerja, nggak ada waktu memikirkan dampak daripada apa yang kita lakukan ke dunia luar. Tahu-tahu kaget dengan fakta2 yang disodorkan kolega lain tentang 'menularnya' konsep kita, diakui maupun nggak diakui, secara langsung maupun nggak langsung oleh yang 'meniru', secara nasional maupun internasional. Kalau saya orang pesimis, saya akan berpikir, wah konsepku dibajak. Kalau saya orang optimis, saya akan berpendapat, alhamdulillah ada hikmah ajar dan kebersamaan. Perlu diperbanyak dan direkomendasi buku QS dan JIL ini, supaya generasi Islam baru belajar yang bener tentang jilbab. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi diskusi di milis insist ttg hal itu 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi sekali. Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib. salam, -Original Message- From: Mia al...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Arcon, Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau daftar bacaan, gitu? Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena dianggap 'mencontek mentah-mentah' argumen asymawi? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2502@ setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri. -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai minuman keras salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@gmail.com Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Komentar saya: Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya apakah cara berpikirnya beruntun... - jilbab tidak wajib - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap modest lah...ini esensi wanita-muslimah. kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp juga.. lengkap dng segala dilema dan keironisannya (spt yg dibahas di email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...? Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal mualaf liberal Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab utk menyerang jilbab dan para jilbaber itu sendiri... Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg ngaku liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini maksudnya apa. Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya dengan pilihan tidak berjilbab. Gitu ya? Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan perempuan kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang menjadi istri atau anaknya. Bisa aja, laki2 yg demikian, di wilayah privat tetap memilih perempuan yang berjilbab dan lebih senang bila istri dan anaknya tetap berjilbab. Ah, pusing... maksudnya kalau udah berteori dan beradvokasi ttg agama dan perilaku orang dalam beragama, jadi pusing hehehe.. Tapi emang harus ada orang yg kerjanya melakukan itu sih :P Walaupun di tataran praktek, kadang gak beda ma kyai yg ceramah ini itu tapi tidak tercermin di kehidupan privatnya. Ada yg gitu sih, tentu dan semoga tidak semua :-) 2008/12/15 Mia al...@yahoo.com Misalnya nih, diyakinkan bahwa Pak QS pernah menyimak tulisan Asymawi yang duluan dari bukunya. Sebaiknya dalam edisi selanjutnya, ada ralat daftar bacaan/referensi. Ide itu 'menular' dan di hari gini jaman global internet, kadang kita dibikin terkaget-kaget dengan cara penularan itu. Misalnya lagi, saya kasih contoh langsung saja. Saya dan tim sangat sibuk kerja, nggak ada waktu memikirkan dampak daripada apa yang kita lakukan ke dunia luar. Tahu-tahu kaget dengan fakta2 yang disodorkan kolega lain tentang 'menularnya' konsep kita, diakui maupun nggak diakui, secara langsung maupun nggak langsung oleh yang 'meniru', secara nasional maupun internasional. Kalau saya orang pesimis, saya akan berpikir, wah konsepku dibajak. Kalau saya orang optimis, saya akan berpendapat, alhamdulillah ada hikmah ajar dan kebersamaan. Perlu diperbanyak dan direkomendasi buku QS dan JIL ini, supaya generasi Islam baru belajar yang bener tentang jilbab. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi diskusi di milis insist ttg hal itu 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi sekali. Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib. salam, -Original
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini. Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju? Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan adalah: - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!) - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'. Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai minuman keras salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Komentar saya: Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya apakah cara berpikirnya beruntun... - jilbab tidak wajib - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap modest lah...ini esensi wanita-muslimah. kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp juga.. lengkap dng segala dilema dan keironisannya (spt yg dibahas di email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...? Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal mualaf liberal Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab utk menyerang jilbab dan para jilbaber itu sendiri... Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg ngaku liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini maksudnya apa. Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya dengan pilihan tidak berjilbab. Gitu ya? Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan perempuan kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang menjadi istri atau anaknya. Bisa aja, laki2 yg demikian, di wilayah privat tetap memilih perempuan yang berjilbab dan lebih senang bila istri dan anaknya tetap berjilbab. Ah, pusing... maksudnya kalau udah berteori dan beradvokasi ttg agama dan perilaku orang dalam beragama, jadi pusing hehehe.. Tapi emang harus ada orang yg kerjanya melakukan itu sih :P Walaupun di tataran praktek, kadang gak beda ma kyai yg ceramah ini itu tapi tidak tercermin di kehidupan privatnya. Ada yg gitu sih, tentu dan semoga tidak semua :-) 2008/12/15 Mia al...@... Misalnya
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Kalau bicara ego, cara saya memperolok hamid basyaib dan fathia syarif juga bagian dari ego yang membara itu. Cara saya memberi komentar sinis pada lina dahlan, rizal, wawan, dan banyak kawan lain juga bagian dari nafsu ego tersebut. Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. salam, -Original Message- From: Mia al...@yahoo.com Date: Mon, 15 Dec 2008 14:59:20 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini. Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju? Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan adalah: - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!) - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'. Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai minuman keras salam, -Original Message- From: h.s nurbayanti nurbaya...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Komentar saya: Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya apakah cara berpikirnya beruntun... - jilbab tidak wajib - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap modest lah...ini esensi wanita-muslimah. kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp juga.. lengkap dng segala dilema dan keironisannya (spt yg dibahas di email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...? Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal mualaf liberal Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab utk menyerang jilbab dan para jilbaber itu sendiri... Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg ngaku liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini maksudnya apa. Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya dengan pilihan tidak berjilbab. Gitu ya? Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan perempuan kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang menjadi istri atau
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Komentar saya: Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya apakah cara berpikirnya beruntun... - jilbab tidak wajib - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap modest lah...ini esensi wanita-muslimah. kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp juga.. lengkap dng segala dilema dan keironisannya (spt yg dibahas di email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...? Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal mualaf liberal Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab utk menyerang jilbab dan para jilbaber itu sendiri... Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg ngaku liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini maksudnya apa. Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya dengan pilihan tidak berjilbab. Gitu ya? Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan perempuan kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang menjadi istri atau anaknya. Bisa aja, laki2 yg demikian, di wilayah privat tetap memilih perempuan yang berjilbab dan lebih senang bila istri dan anaknya tetap berjilbab. Ah, pusing... maksudnya kalau udah berteori dan beradvokasi ttg agama dan perilaku orang dalam beragama, jadi pusing hehehe.. Tapi emang harus ada orang yg kerjanya melakukan itu sih :P Walaupun di tataran praktek, kadang gak beda ma kyai yg ceramah ini itu tapi tidak tercermin di kehidupan privatnya. Ada yg gitu sih, tentu dan semoga tidak semua :-) 2008/12/15 Mia al...@yahoo.com Misalnya nih, diyakinkan bahwa Pak QS pernah menyimak tulisan Asymawi yang duluan dari bukunya. Sebaiknya dalam edisi selanjutnya, ada ralat daftar bacaan/referensi. Ide itu 'menular' dan di hari gini jaman global internet, kadang kita dibikin terkaget-kaget dengan cara penularan itu. Misalnya lagi, saya kasih contoh langsung saja. Saya dan tim sangat sibuk kerja, nggak ada waktu memikirkan dampak daripada apa yang kita lakukan ke dunia luar. Tahu-tahu kaget dengan fakta2 yang disodorkan kolega lain tentang 'menularnya' konsep kita, diakui maupun nggak diakui, secara langsung maupun nggak langsung oleh yang 'meniru', secara nasional maupun internasional. Kalau saya orang pesimis, saya akan berpikir, wah konsepku dibajak. Kalau saya orang optimis, saya akan berpendapat, alhamdulillah ada hikmah ajar dan kebersamaan. Perlu diperbanyak dan direkomendasi buku QS dan JIL ini, supaya generasi Islam baru belajar yang bener tentang jilbab. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi diskusi di milis insist ttg hal itu 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi sekali. Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib. salam, -Original Message- From: Mia al...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Arcon, Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau daftar bacaan, gitu? Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena dianggap 'mencontek mentah-mentah' argumen asymawi? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2502@ setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
hahahaha...lutuye... Arcon dan komen2nya 'are mutually exclusive' Arcon itu persona, dan komennya 'role play'. Setahuku, Arcon dan role playnya itu nggak ada persamaannya...hihihi... Beda dengan jilbab dan nggak berjilbab, they are not mutually exclusive. Di antara jilbab dan nggak berjilbab itu spektrumnya luas sekali, ada jilbab funky, ada jilbab rapat, ada cadar yang bikin bingung, ada yang nggak berjilbab tapi kok ok ajakarena persamaannya TETEP ADA, yaitu decency atau batas kesopanan. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: Kalau bicara ego, cara saya memperolok hamid basyaib dan fathia syarif juga bagian dari ego yang membara itu. Cara saya memberi komentar sinis pada lina dahlan, rizal, wawan, dan banyak kawan lain juga bagian dari nafsu ego tersebut. Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. salam,
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
con, latar belakang kehidupan dan pendidikan Asymawi gimana? Lagi males googling neh! wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2...@... setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri. -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi diskusi di milis insist ttg hal itu 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi sekali. Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib. salam, -Original Message- From: Mia al...@yahoo.com Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Arcon, Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau daftar bacaan, gitu? Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena dianggap 'mencontek mentah-mentah' argumen asymawi? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2...@... setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri. -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
Mungkin para mualaf itu cuma ngerti makna personal. Kalo mereka menjadi mualafnya karena JIL tentu makna personal JIL yang akan diikuti...dst. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, werkuwer mnug2...@... wrote: setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri.
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
** * * * * On 12/15/08, Ari Condro masar...@gmail.com wrote: Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. om con, sy jadi kasihan lho kalo om con belajar dari orang2 spt itu. * Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, * *sedang mereka tentang (kehidupan) akherat adalah lalai. (QS: Ar Ruum: 7) * yakni kebanyakan manusia tidaklah mempunyai ilmu kecuali tentang ilmu dunia, dan yang terkait dengannya. Mereka sangat pandai dengan hal tersebut, namun lalai dalam masalah-masalah agama mereka dan apa yang bisa memberikan manfaat bagi akherat mereka. (Tafsirul Quranil Azhim, Al Imam Ibnu Katsir) [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
kalo masalah contek-menyontek sebenarnya adalah masalah biasa dan biasanya kitab terbaru mencontek/menyadur kitab sebelumnya dengan mengubah-ubah bagian sesuai dengan kepentingannya. kitab-kitab itu juga ndak punya copyright dan referensi kepustakaan. tapi ndak ada yang protes. namun demikian, hal terpenting adalah, esensinya: jilbab itu sesuatu yang personal, kultural dan sosial. tidak lebih daripada itu. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi diskusi di milis insist ttg hal itu 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi sekali. Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib. salam, -Original Message- From: Mia al...@... Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Arcon, Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau daftar bacaan, gitu? Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena dianggap 'mencontek mentah-mentah' argumen asymawi? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote: nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2502@ setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri. -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
terserah aja deh oom, yang penting makan makan :)) btw, diskusi berkait jilbab dan pertanyaan ttg pandangan quraish shihab dan muhammad said al asymawi yang mantan hakim agung mesir (semacam MA yah ?) bisa juga dirujuk ke link link sebagai berikut : berikut ini berbagai pandangan yang kontra : http://amaher.multiply.com/journal/item/2/Buku_Jilbab_Quraish_dikritik_di_Cairo http://www.darulkautsar.com/klasik/pemurnianaqidah/liberal/Jilbab.htm http://adianhusaini.blogspot.com/2006/09/mendiskusikan-jilbab-di-pusat-studi-al.html http://ustsarwat.com/search.php?id=1170823518date=9-2008 tentang cv nya asymawi bisa dilihat di wikipedia (yang bahasa inggris yah) soalnya yang bahasa indonesia, seperti biasa kagak lengkap. :D http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Sa'id_al-'Ashmawi Muhammad Sa'id al-'Ashmawi (1932- ) is a retired Egyptian Supreme Court justice and former head of the Court of State Security and a specialist in comparative and Islamic law at Cairo University. He has been described as one of the most influential liberal Islamic thinkers today, who has had to rely on round-the-clock police protection due to death threats from Egyptian militants. [1] Born in 1932, Ashmawi graduated from Cairo University's law school in 1954 and became assistant district attorney and then district attorney in Alexandria. He was appointed a judge in 1961 and rose to become chief justice of the High Court, the High Criminal Court and the High Court for State Security. He is trained in usul al-din, sharia and compartive law and did formal legal study at Harvard Law School and elsewhere in the United States in 1978. He retired from the bench in July 1993. [2] Ashmawi believes Islamism or political Islam is at odds with true Islam or enlightened Islam; application of the sharia (tatbiq al-sharia or taqnin al-sharia) are in reality empty slogans, extremely vague in substance; present Egyptian law is consistent with Sharia; civil or madani government is the proper kind of government in Islam; while religious government in Islam has been a distaster in the past. He is said to be involved in the debate over to what degree Islam can really be `a complete way of life` and the degree and manner in which foreign moral and ideological ideas can be adopted. [3] One difference 'Ashmawi has had with Islamists like Ayatollah Ruhollah Khomeini and Sayyid Qutb is whether the word Sharia as used in the Quran refers to one uniform path or way for everyone to obey: `We gave you one religion, but We gave every one of you his own Shari'a.`[verification needed] [Qur'an 4:84] 'Ashmawi argues that the idea that Sharia is the core of Muslim jurisprudence, its various commentaries and interpretations, only came later in Islamic history. This jurisprudence is entirely man-made, written by Muslim scholars according to their various schools, based on their best understanding of how the Qur'an should be translated into codes of law. [4] Al-`Ashmawi believes that instead of referring to legal rules, the term Sharia as used in the Qur'an, refers to the path of Islam which consists of three streams: worship, ethical code, social intercourse. Fiqh is thus not fixed and must be reinterpreted anew by scholars in every age in accordance with their understanding silakan melihat dua buku berikut ini juga untuk tambahan referensi. - Muhammad Sa'id al-Ashmawi and the Application of the Sharia in Egypt William E. Shepard, International Journal of Middle East Studies v.28, 1996 p.39-58 - Muhammad Sa`id `Ashmawi; Carolyn Fluehr-Lobban, Against Islamic Extremism: The Writings of Muhammad Sa'id al-Ashmawy, Gainesville: University Press of Florida, (1998) On 12/16/08, wawan™ و و ﻦ hrn.mi...@gmail.com wrote: ** * * * * On 12/15/08, Ari Condro masar...@gmail.com wrote: Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. om con, sy jadi kasihan lho kalo om con belajar dari orang2 spt itu. * Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, * *sedang mereka tentang (kehidupan) akherat adalah lalai. (QS: Ar Ruum: 7) * yakni kebanyakan manusia tidaklah mempunyai ilmu kecuali tentang ilmu dunia, dan yang terkait dengannya. Mereka sangat pandai dengan hal tersebut, namun lalai dalam masalah-masalah agama mereka dan apa yang bisa memberikan manfaat bagi akherat mereka. (Tafsirul Quranil Azhim, Al Imam Ibnu Katsir) [Non-text portions of this message have been removed] -- salam, Ari
[wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri.
Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang dipasang pun merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh JIL. FYI : 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad Quraish Shihab juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena banyak yang mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. Di mesir sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin karena banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. 2008/12/15 werkuwer mnug2...@yahoo.com setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami makna kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga sedikitnya dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk menerapkan segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui modelnya. seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang baru bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu sendiri. -- salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]