Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Ya memang begitu. Sebenarnya itu sudah diketahui mungkin 100 tahun lebih, sejak program2 transmigrasi dan irigasi Belanda dimulai. Selain itu banyaknya petani2 asal Belanda yang gagal juga merupakan input bagi2 bank2 waktu itu (bisa dilihat buku2 tua Boeke tentang dualisme ekonomi). Tetapi buku2 ilmu bumi kita tetap tidak akurat dan tidak dikoreksi . Setahu saya tanam asam yang ada di Kalimantan biasanya digolongken kejenis podsolik merah kuning. Makin kuning makin miskin tanahnya. Hanya tanaman tertentu (pohon2an misalnya buah2an) yang cocok untuk tanah seperti ini. Masalah tanah adalah masalah budaya pertanian. Tanah kurang subur bisa dijadikan sawah, yang merupakan semacam akuarium dimana hasilnya berlipat (bandingkan di statistik pertanian) dari lahan kering. Tetapi untuk itu bukan saja perlu pengairan sampai kepetak sawah, tetapi si petani sendiri harus ada waktu dan isi perut cukup untuk satu tahun kalau harus menyambung sawahnya ke sistem pengairan dan meratakan tanahnya horisontal sama dengan air. Soalnya sistem gotong royong waktu dulu kadang2 susah dilaksanakan. Pendek kata ada saja pendekatan teknis untuk produksi makanan, tetapi belum tentu ongkos dan hasilnya sesuai. Kalau tidak perlu ada pertimbangan politik apakah baik disubvensi atau tidak. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Ini maksudnya taxonomi tanah yang mollisol ya? Saya bukan ahli tanah, jadi info anda sangat baru bagi saya. Jadi thanks sudah memberi pengetahuan baru. Menurut bang google: Mollisol :Mollisols have a distinctive dark surface (mollic epipedon) that is enriched with organic matter. The surface layer has a soft, fluffy feel. These soils formed from nutrient-rich parent materials and are commonly in grasslands. They are naturally fertile and generally hold large amounts of water. These soils are prized for agriculture. They are dominantly in the Great Plains and Western States. dan menurut peta tanahnya http://www.soils.umn.edu/academics/classes/soil2125/img/4glbsls.jpg kelihatan memang mollisol seperti sabuk hijau di daerah kazakhstan, armenia sampai turki. Daerah-daerah ini ada di atas sabuk 30derajat, yang artinya sudah mengenal musim dingin? Daerah ini juga merupakan daerah praire atau grass area. Secara kandungan tanahnya, maka daerah-daerah ini memang sangat baik untuk daerah pertanian. Barangkali yang menjadi halangan mereka sukses dalam bidang pertanian adalah infrastruktur dan cuaca yang terlalu dingin waktu winter. Kalau global warming memang kejadian, waktu winternya mereka jadi hangat dan saat itu mungkin daerah tersebut berkembang jadi lumbung makanan buat dunia. Demikianlah maka Indonesia walaupun banyak hujan dan lembab karena ada di tropis, tanahnya agak asam dan sudah 'worn out'. Wah jadi tambah takut nih... jangan-jangan pasokan supply makanan produksi dalam negeri tambah susah gara-gara tanahnya memang kurang bagus (tipe ultisol). Tapi kemudian masalah tambah rumit dong. Kalau semua bahan makanan untuk 220 juta orang penduduk indonesia harus di impor semuanya dari amerika (eksportir gandum terbesar dunia?) dan daerah2 kazakhstan sana. Kira-kira kita bisa saingan dengan Cina yang penduduknya 5 kali lebih banyak dari Indonesia dan ternyata tanahnya kelihatannya lebih jelek kualitasnya dari Indonesia? Cina daerahnya sepertinya banyak warna orange (aridsol/gurun), rocky land (abu-abu), dan inceptisols (biru?)... Kalau semua daerah pertanian kita harus tutup buku dan petani malas menanam lagi gara-gara harganya gak ketulungan murahnya... tentunya kita musti siap-siap mengandalkan makanan impor semuanya. --- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Received: Thursday, 12 August, 2010, 10:49 PM Saya dulu sama pendapatnya dengan Anda. Tetapi ternyata tanah didaerah yang namanya sabuk hijau lebih subur dari kawasan tropis basah, karena pertama hujan yang intensitasnya besar melarutkan banyak mineral, sebab itu tanah daerah tropis seperti Kalimantan dan sebagian besar Sumatra umumnya miskin zat hara. J [Non-text portions of this message have been removed] __._,
Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Saya dulu sama pendapatnya dengan Anda. Tetapi ternyata tanah didaerah yang namanya sabuk hijau lebih subur dari kawasan tropis basah, karena pertama hujan yang intensitasnya besar melarutkan banyak mineral, sebab itu tanah daerah tropis seperti Kalimantan dan sebagian besar Sumatra umumnya miskin zat hara. Jawa dan Bukitbarisan merupakan kekecualian karena banyaknya gunung api yang mengirim debunya. Kedua (paling penting) padi2an pada suhu tinggi daunnya mulai kuning dan memberi signal untuk berhenti mengisi bulir dan mulai masak. Sebab itu padi2an daerah yang panas kecil2 sehingga hasil per hektar bisa sama dengan lahan yang diberi pupuk sedikit saja didaerah sabuk hijau. Mungkin akan ada terobosan2 besar dalam produksi padi2an, tetapi masalah kita bukan itu. Masalah kita tetap masih perkembangan infrastruktur kawasan pertanian dan pendidikan pertanian yang macet. Hanya sebagian kecil saja lahan pertanian yang punya akses terhadap air. Tanpa air bersih, tanpa listrik agroindustri, produksi buah kering, kerupuk, makanan kaleng dsbnya sulit dikembangkan. Agroindustri akan menjadi kegiatan perkotaan. Program jaman Belanda seperti irigasi dan edukasi tetap penting dan kalau mau tegas merupakan bentuk subvensi yang diarahkan untuk daerah pertanian. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Teknik dan teknologi pertanian tentu tambah maju. Tapi kalau melihat perkembangan teknologi makanan yang arahnya pada 'pengawetan', modifikasi genetika, dan formulasi nutrisi/chemical compound, maka ini arahnya jelas lain dengan yang kita ambil/asumsikan. Pertanian tradisional yang berdasarkan tanah dan iklim yang baik sudah semakin sedikit. Menurut saya daerah terbaik untuk cocok tanam adalah daerah tropis sub tropis yang tidak punya 4 musim. Dibandingkan panjang ekuatorial 360derajat, maka panjang sabang sampai merauke ini (tidak menghitung laut dan gurun yang biasanya ada di tengah dunia), maka ekuatorial tanah kepulauan kita adalah aset yang sangat-sangat berharga. Afrika dan Mesir, juga Amerika (barangkali) memiliki daerah tropis. Tapi berhubung benuanya yang sangat besar, penguapan laut tidak pernah sampai ke tengah benua tersebut sehingga sering kali daerah besar macam afrika, amerika australia tengah-tengahnya nyaris tidak bisa dihuni apalagi ditanami karena tidak ada airnya. Dibandingkan dengan kepulauan kita, daerah kering pun masih adalah hujannya sedikit-sedikit karena jarak tengah pulaunya dengan laut masih tidak terlalu besar.. NAh dari 360derajat garis ekuatorial dunia ini, yang banyak pulaunya dan tropis cocok untuk padi dan makanan penduduk indonesia mana lagi? Vietnam dan thailan kalau sudah semakin maju tentu tidak akan mau lagi menjual beras murah ke indonesia. Perluasan wilayah tanam menurut teori pertanian tradisional sudah tidak mungkin lagi. Arahnya sudah mulai ke makanan kaleng dan makanan tablet, juga makanan beku. Tapi kalau harga makanan tidak diperbolehkan naik, maka tentu inovasi untuk produk makanan juga akan terhambat. --- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Kalau pasar Indonesia tertutup pendapat Anda benar. Tetapi ada produsen2 barang pertanian lain yang besar dan lebih murah produksinya dari Indonesia. Sebab itu ada tekanan pasar menuju stagnasi harga bahan makanan. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Kalau pasar Indonesia tertutup pendapat Anda benar. Tetapi ada produsen2 barang pertanian lain yang besar dan lebih murah produksinya dari Indonesia. Sebab itu ada tekanan pasar menuju stagnasi harga bahan makanan. Tekanan ini juga datang dari distributor yang banting harga satu dua bahan makanan untuk memancing pembeli datang. Saya sendiri juga kuatir dengan kenyataan bahwa pesatnya pertumbuhan penduduk menuju angka 400 juta orang. Bisa jadi mengisi perut semua orang bisa diusahakan dengan menggunakan laut untuk menanam bahan makanan, tetapi mengusahakan tempat kerja yang baik merupakan usaha raksasa yang jauh lebih muskil, sebab usaha yang berkembang justru usaha2 besar dan modern yang cukup diolah oleh sedikit orang saja. Sebab itu salah satu hal yang penting untuk itu adalah kenaikan penghasilan masyarakat luas, sehingga daya konsumsi naik yang berikutnya memberi ruang untuk kegiatan produksi2 UKM yang lebih besar. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Secara Natural, permintaan selalu akan naik karena peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali (tidak stagnan). Diikuti dengan pengurangan lahan produktif dan penggunaan lahan kurang produktif (seperti yang Pak Hok An katakan), maka sewajarnya HARGA baiknya sih NAIK. Sisi politiknya tentu jelek, sehingga pemerintah intervensi menurunkan harga. Akibatnya petani semakin miskin dan lahan yang produktif juga semakin kurang menarik buat ditanam oleh petani. Ini namanya lingkaran setan. Semakin harga diturunkan, semakin sulit memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin NAIK. PROBLEMATIKA yang musti di pecahkan anak-anak IQ jenius di Indonesia. --- On Tue, 10/8/10, Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Received: Tuesday, 10 August, 2010, 3:58 PM Ada produk pertanian kita a.l. beras yang sulit bersaing dengan pasar interintersional, sebab produk2 itu biaya produksinya, karena letaknya di iklim yang panas lebih mahal dari biaya di iklim sejuk. Sebab itu tendensi import bahan makanan mulai dari terigu, jagung dan apalagi buah2an iklim sejuk naik terus. Masalah ini hanya bisa dihadapi dengan pendekatan2 jangka panjang yang memerlukan investasi2 berkepanjangan dan besar. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Misalnya lahan2 sawah yang dibudayakan sejak ratusan tahun susut. Dipihak lain terus lahan padi tanpa pengairan ditempat yang tidak layak (asam atau asin) dipaksakan tanpa hasil yang ekonomis. Walaupun tahun depan harga bahan makanan agak naik tetapi tendensi umum adalah stagnasi dari harga makanan. Sebab itu yang diperlukan adalah kenaikan produktivitas pertanian, dan modernisasi pertanian (produksi makanan jadi atau bahan industri siap pasar) dan daya beli masyarakat yang memerlukan kenaikan upah umum. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali... Menurut saya sih sudah sepantasnya harga barang pokok naik. Nilai politisnya tentu jelek karena bisa bikin rakyat banyak marah. Bicara pasar bebas, atau teregulasi.. kita sering anggap beras ini sudah harga wajar. Kalau menurut saya sih ini sudah harga yang 'dipaksa' turun. Alasannya apa? Pemerintah selalu mengupayakan membuka jutaan hektar lahan khusus buat nanam padi ini. Kalau memang mekanisme pasar, tentunya tidak perlu ada program pemerintah 'lahan gambut sejuta hektar... dll sebagainya'. Harga naik biarkan saja, nanti petani tentu akan lebih kaya dan bisa membeli tanah yang memang diperuntukkan untuk tanaman (tentunya juga ada resiko petani nekat yang sembarangan membuka hutan lindung). Dan membuka lahan penanaman baru pun harusnya juga membiayakan harga ganti rugi penanaman pohon, pemeliharaan binatang yang harus selalu diberi makan, dll. Prinsipnya adalah lahan kosong (hutan) itu bukannya tidak ada harganya. Sama juga dengan mineral bawah tanah itu musti di hargakan 'ongkos gantinya' atau replacement cost nya. Mentang-mentang tinggal dikeruk saja, maka hanya memperhitungkan ongkos mengeruk saja bukanlah perhitungan akuntansi yang kredibel. Jadi di sini walaupun tidak ketara, sudah ada intervensi pemerintah yang mencegah kekacauan bernegara akibat krisis harga makanan yang tinggi. Caranya menekan harga turun dengan mengorbankan lahan 'tidak terpakai'. Jadi kalau bensin ada subsidi, harga makanan pun sebenarnya sudah di subsidi. Yang kasihan tapi ya si petani. Kalau subsidi bensin, pemerintah malah bayar uang ke penyedia atau perusahaan minyaknya. Kalau untuk produk agrikkultur, si petani tidak terima apa-apa. MAlah diharuskan menjual barang dalam harga murah. Kalau gak, rakyat
Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Ada produk pertanian kita a.l. beras yang sulit bersaing dengan pasar interintersional, sebab produk2 itu biaya produksinya, karena letaknya di iklim yang panas lebih mahal dari biaya di iklim sejuk. Sebab itu tendensi import bahan makanan mulai dari terigu, jagung dan apalagi buah2an iklim sejuk naik terus. Masalah ini hanya bisa dihadapi dengan pendekatan2 jangka panjang yang memerlukan investasi2 berkepanjangan dan besar. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Misalnya lahan2 sawah yang dibudayakan sejak ratusan tahun susut. Dipihak lain terus lahan padi tanpa pengairan ditempat yang tidak layak (asam atau asin) dipaksakan tanpa hasil yang ekonomis. Walaupun tahun depan harga bahan makanan agak naik tetapi tendensi umum adalah stagnasi dari harga makanan. Sebab itu yang diperlukan adalah kenaikan produktivitas pertanian, dan modernisasi pertanian (produksi makanan jadi atau bahan industri siap pasar) dan daya beli masyarakat yang memerlukan kenaikan upah umum. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali... Menurut saya sih sudah sepantasnya harga barang pokok naik. Nilai politisnya tentu jelek karena bisa bikin rakyat banyak marah. Bicara pasar bebas, atau teregulasi.. kita sering anggap beras ini sudah harga wajar. Kalau menurut saya sih ini sudah harga yang 'dipaksa' turun. Alasannya apa? Pemerintah selalu mengupayakan membuka jutaan hektar lahan khusus buat nanam padi ini. Kalau memang mekanisme pasar, tentunya tidak perlu ada program pemerintah 'lahan gambut sejuta hektar... dll sebagainya'. Harga naik biarkan saja, nanti petani tentu akan lebih kaya dan bisa membeli tanah yang memang diperuntukkan untuk tanaman (tentunya juga ada resiko petani nekat yang sembarangan membuka hutan lindung). Dan membuka lahan penanaman baru pun harusnya juga membiayakan harga ganti rugi penanaman pohon, pemeliharaan binatang yang harus selalu diberi makan, dll. Prinsipnya adalah lahan kosong (hutan) itu bukannya tidak ada harganya. Sama juga dengan mineral bawah tanah itu musti di hargakan 'ongkos gantinya' atau replacement cost nya. Mentang-mentang tinggal dikeruk saja, maka hanya memperhitungkan ongkos mengeruk saja bukanlah perhitungan akuntansi yang kredibel. Jadi di sini walaupun tidak ketara, sudah ada intervensi pemerintah yang mencegah kekacauan bernegara akibat krisis harga makanan yang tinggi. Caranya menekan harga turun dengan mengorbankan lahan 'tidak terpakai'. Jadi kalau bensin ada subsidi, harga makanan pun sebenarnya sudah di subsidi. Yang kasihan tapi ya si petani. Kalau subsidi bensin, pemerintah malah bayar uang ke penyedia atau perusahaan minyaknya. Kalau untuk produk agrikkultur, si petani tidak terima apa-apa. MAlah diharuskan menjual barang dalam harga murah. Kalau gak, rakyat bakalan dibanjiri beras bulog. Kalau menurut saya ini sih merampas hak sejahteranya si petani. Kalau di negara lain (amerika) gak tau bagaimana. Apakah pemerintah memberi bantuan tax relief atau bagaimana supaya harga produk gandum dll jadi turun? Kalau gak di ancam bakalan dibanjiri gandum impor dari negara dunia ketiga? --- On Sun, 8/8/10, Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Received: Sunday, 8 August, 2010, 5:52 PM Bung Oka, Saya duga sekarang banyak ekonom yang berpendapat bahwa kenaikan pendapatan masyarakat lapisan bawah dan menengah merupakan faktor penting untuk pertumbuhan konsumsi dalam negeri. Sebab itu perlu ada keseimbangan antara kenaikan upah (a.l. UKM), inflasi, daya saing global, vitalitas negara dalam infrastruktur sosial (kesehatan, pendidikan dan juga subvensi BBM dan BLT) dan masih banyak faktor2 lainnya. Masalah2 yang berkaitan secara rumit ini harusnya dituang oleh partai2 politik dalam suatu program yang jelas sehingga masing2 pengikutnya mengerti mau dibawa kemana. Tetapi masyarakat yang majemuk juga perlu mengemukakan masing2 keinginannya tentang design ekonomi dimasa depan. Ada baiknya masalah2 ini dibicarakan dan dituang kedalam suatu daftar tuntutan kepada parpol2 dalam pemilihan umum yang berikut. Salam Hok An oka schrieb: Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali... ===quote Kadang-kadang ada komoditas pertanian, yang petani itu mendapat untung setahun sekali, ya anggaplah itu rezeki, ujar Presiden ketika membuka Rapat Kerja Kabinet Indonesia Bersatu II dengan gubernur dan ketua DPRD se-Indonesia di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/8). Presiden meminta jajaran pemerintah pusat dan daerah bekerja sama untuk
Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Bung Oka, Saya duga sekarang banyak ekonom yang berpendapat bahwa kenaikan pendapatan masyarakat lapisan bawah dan menengah merupakan faktor penting untuk pertumbuhan konsumsi dalam negeri. Sebab itu perlu ada keseimbangan antara kenaikan upah (a.l. UKM), inflasi, daya saing global, vitalitas negara dalam infrastruktur sosial (kesehatan, pendidikan dan juga subvensi BBM dan BLT) dan masih banyak faktor2 lainnya. Masalah2 yang berkaitan secara rumit ini harusnya dituang oleh partai2 politik dalam suatu program yang jelas sehingga masing2 pengikutnya mengerti mau dibawa kemana. Tetapi masyarakat yang majemuk juga perlu mengemukakan masing2 keinginannya tentang design ekonomi dimasa depan. Ada baiknya masalah2 ini dibicarakan dan dituang kedalam suatu daftar tuntutan kepada parpol2 dalam pemilihan umum yang berikut. Salam Hok An oka schrieb: Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali... ===quote Kadang-kadang ada komoditas pertanian, yang petani itu mendapat untung setahun sekali, ya anggaplah itu rezeki, ujar Presiden ketika membuka Rapat Kerja Kabinet Indonesia Bersatu II dengan gubernur dan ketua DPRD se-Indonesia di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/8). Presiden meminta jajaran pemerintah pusat dan daerah bekerja sama untuk memastikan harga kebutuhan pokok masyarakat tidak melonjak terlalu tinggi menjelang bulan Ramadhan hingga Lebaran nanti. Meski begitu, perlu dipahami pula, apabila kenaikan harga terjadi dalam batas wajar, terutama untuk komoditas pertanian. Kita tahu setiap mendekati hari Lebaran terjadi gejolak harga, itu bisa dijelaskan, ujar Presiden. http://www.kompas.com/read/xml/2010/...naikan.Harga-4 ===unquote cuma PORI ngak bilang keniakan yang wajar tuh berapa persen dan apakah setelah puasa/lebaran harga bisa turun kembali. PORI juga ngak ngomong soal pengarunya terhadap inflasi paling tidak diberita itu ngak disebutkan. Jadi jika PORI ngak terlalu kuatir dengan inflasi knapa kita harus? Jelas karena PORI tidak merasakan...ibu PORI tak pernah belanja kepasar untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote: Masalah utamanya penduduk indonesia berkembang biaknya seperti kelinci. Dari 200 juta, 210 juta, 220 juta, ntah nanti barangkali mau menyaingi Cina jadi 1 milyar orang? Ini untuk memberi makan 220 juta (demand naik) kalau bukan bikin keajaiban bagaimana caranya? Lahan hutan sudah dibabat habis semua untuk menyediakan makanan rakyat? Bagus buat aturan satu keluarga satu anak saja kalau begitu... macam Cina... Demand dikurangi, maka supply melimpah dan harga jadi turun. --- On Sat, 7/8/10, anton ms wardhana ari.am...@... wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@... Subject: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia%40yahoogroups.com Received: Saturday, 7 August, 2010, 6:26 PM di copas dari koran-digital tentang menjinakkan inflasi berita asli dari seputar indonesia BR, ari.ams -- Pesan terusan -- Tanggal: 7 Agustus 2010 10.23 Subjek: [Koran-Digital] Khudori : Menjinakkan Inflasi  *Menjinakkan Inflasi *  Friday, 06 August 2010 Inflasi mulai merangkak naik, dipicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Inflasi bulanan pada Juni lalu mencapai 0,97%, naik menjadi 1,57% pada Juli 2010. Laju inflasi Januari-Juli 2010 mencapai 4,02% dan inflasi year on year sebesar 6,22%. Target inflasi pemerintah tahun ini sebesar 5,3% berpotensi terlampaui karena inflasi Agustus dan September diperkirakan masih akan tinggi. Selain karena bulan puasa,tingkat inflasi Agustus akan disumbang dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik industri sebesar 10â€15%. Adapun inflasi September didorong oleh bulan puasa dan Idul Fitri. Untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 5,3%,pemerintah masih memiliki ruang manuver sebesar 1,3%. Artinya, selama lima bulan ke depan rata-rata inflasi bulanan harus tidak lebih dari 0,2%.Amat muskil inflasi Agustus dan September 2010 bisa ditekan menjadi 0,2%.Pada September 2009,inflasi menembus 1,02% karena bulan puasa dan Idul Fitri.Setelah itu terjadi deflasi karena konsumsi menurun. Masalahnya, ruang gerak 1,3% itu amat sempit dan tidak banyak menyisakan pilihan bagi pemerintah.Apabila pemerintah gagal mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok, inflasi pasti terlampaui. Pengalaman puluhan tahun menunjukkan, pemerintah gagal menjinakkan inflasi lantaran didorong oleh kegagalan mengendalikan harga kebutuhan pokok. Instabilitas harga kebutuhan pokok selalu menjadi agenda rutin tahunan karena sampai saat ini pemerintah belum juga menyusun instrumen dan kelembagaan stabilisasi yang kredibel, terukur
[Millis AKI- stop smoking] Re: [Keuangan] Perbankan Nasional Masih Rajin Tempatkan Dana di SBI
Saya termasuk yang punya banyak pertanyaan mengenai akibat dari penerbitan SBI. Setahu saya SBI diterbitkan untuk menyedot rupiah keluar dari bank. Dengan aksi itu kemampuan bank untuk menjual kredit turun. Dipihak lain suku bunga kredit juga naik, sebab peredaran Rupiah turun. Sebab itu NIM perbankan juga diangkat naik. Yang bisa diperdebatkan akibat, kalau BI tidak menerbitkan SBI. Harusnya ada taksiran ekonometri; a. berapa kenaikan kredit yang terjadi, b. berapa % suku bunga perbankan akan turun c. berapa % NIM akan turun Karena investasi lebih murah, juga bisa ditanya berapa % ekonomi tumbuh kalau BI tidak terbitkan SBI. Sebaliknya pasti ada akibat, dalam bentuk inflasi naik, kalau demikian berapa % effeknya. Mungkin ada pakar yang bisa jawab. Salam Hok Ab Infobank infobanknews.com schrieb: http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detailid=1837 http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detailid=1837 Perbankan Nasional Masih Rajin Tempatkan Dana di SBI Tanggal: 09 Maret 2010 - 15:46 WIB Sumber: infobanknews.com Kepemilikan asing di SBI masih tinggi. Sesungguhnya, makin tinggi SBI, anggaran BI juga akan makin berdarah-darah. Itu karena anggaran BI akan terbebani biaya moneter yang tinggi karena bunga SBI mengacu pula pada BI Rate. Paul Sutaryono Sekalipun kredit hanya tumbuh 9,96%, bank nasional mampu meningkatkan pencapaian laba bersih 47,73% dari Rp30,61 triliun menjadi Rp45,22 triliun. Kinerja jitu ini telah membuat return on assets (ROA) meningkat dari 2,33% menjadi 2,60%. Rasio ini jauh di atas ambang batas 1,5%. Ini menunjukkan bahwa bank nasional tetap memiliki daya tahan yang tinggi di tengah badai finansial. Pertanyaannya, apa yang membuat bank nasional mampu meningkatkan laba bersih setinggi itu? Pertama, penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Bank nasional ternyata masih rajin menempatkan dananya di SBI. Per Desember 2008 dana bank nasional di SBI sebesar Rp166,52 triliun, namun per Desember 2009 sudah meningkat menjadi Rp212,12 triliun. Sebuah kenaikan yang cukup signifikan, yakni 27,38% atau Rp45,6 triliun. Sungguh ini pendapatan nan gurih karena penempatan di SBI dapat disebut tanpa risiko (risk free). Data teranyar ini sekaligus menggambarkan bahwa bank nasional tetap tekun bermain aman (safety player). Kepemilikan asing di SBI masih tinggi. Sesungguhnya, makin tinggi SBI, anggaran BI juga akan makin berdarah-darah. Itu karena anggaran BI akan terbebani biaya moneter yang tinggi karena bunga SBI mengacu pula pada BI Rate yang kini mencapai level 6,5%. Sebenarnya, wacana untuk membatasi SBI sudah membahana sejak tiga tahun lalu mengingat SBI akan meninabobokan bank nasional dan kelompok asing. Sayangnya, wacana tinggal wacana karena BI tetap mempertahankannya. Padahal, sangat jelas SBI itu asli bukan alat investasi! SBI itu merupakan alat moneter! Kedua, margin bunga bersih (net interest margin atau NIM). SPI menggambarkan bahwa NIM bank nasional masih tinggi, 5,56%, per Desember 2009 atau naik dari 5,54% pada bulan sebelumnya, November 2009. Padahal, Bank Indonesia berulang-ulang menyampaikan imbauan agar bank nasional mau mengempiskan NIM. Fakta itu menunjukkan bahwa penurunan bunga deposito masih belum diikuti oleh penurunan bunga kredit secara signifikan. Mana datanya? Lihat saja, dua kelompok bank masih menikmati NIM tinggi. NIM kelompok BUSN nondevisa malah melaju dari 7,86% per November 2009 menjadi 7,97% per Desember 2009, sementara NIM BPD dari 7,82% menjadi 7,88%. (*) Penulis adalah pengamat perbankan [Non-text portions of this message have been removed] __._
Re: [Keuangan] Kemandirian
Sedikit komentar: 1. Kritik Anda memang benar. Kalau Anda ikuti diskurs hutang kepada dunia ketiga, maka bisa dilihat bahwa ada rasa bersalah mirip eereschuld/van Deventer diwaktu jaman Belanda. Sebab itu sesudah reformasi di Eropa ada keinginan untuk memotong hutang Indonesia, sebab regim reformasi tidak bisa dibilang bertanggung jawab atas hutang Orde Baru. Dari pihak penghutang luar negeri ada tawaran konkret untuk melakukan debt relief. Karena tawaran ini tidak ditanggapi oleh Kwik Kian Gie, DPR dll, maka tawaran ini diulangi sendiri oleh Kanselir Gerhard Schröder ke Jakarta kepada presiden Megawati. Tawaran secara lisan ini disetujui tetapi komitmen tertulis, bahwa Indonesia setuju dengan persiapan prosedur debt relief dengan Jerman sebagai perantara, tidak ada. 2. Memang ada teknokrat2 tua dan murid2nya yang sekarang jadi menteri2 yang berpendapat bahwa anggaran pembangunan baiknya dihapus sama sekali, sebab pengeluaran untuk infrastruktur tidak ada gunanya karena akan dikorupsi. Tetapi pembanguan tanpa infrastrukur juga jelas tidak mungkin. Cara mengatasi korupsi yang instan adalah outsourcing birokrasi kepada perusahaan2 luar negeri. Yang lebih sulit tetapi berkelanjutan adalah reformasi birokrasi. Untuk itu kalau perlu kita bisa memanfaatkan hutang untuk membangun birokrasi yang tahan korupsi. Tetapi saya sendiri yakin untuk itu tidak perlu hutang, sebab proyek ini murah sekali. Salam Hok An prof.habi...@gmail.com schrieb: Saya setuju bahwa hutang sangat diperlukan untuk mendongkrak pembangunan. Namun ada dua hal yang perlu disoroti : 1. Umumnya, hutang luar negeri justru menjadi alat tersembunyi dari negara-negara kreditur untuk menjajah negara-negara berkembang. Umumnya, negara berkembang diberikan hutang terus-menerus sampai hutangnya tak mungkin terbayar lagi sehingga negara berkembang itu dapat ditodong (dengan syarat-syarat yang amat menekan) untuk menjual sumber daya alamnya dengan harga murah meriah. 2. Penggunaan hutang yang menurut saya tidak efektif dan tidak efisien karena korupsi. Selama tingkat korupsi masih tinggi, berapapun hutang diambil tidak akan memberikan dampak yang signifikan bagi pembangunan. Salam Habibie Nugroho Wicaksono __._,_.__
Re: [Keuangan] Kemandirian
Bung Andy, Bunga luar negeri jauh lebih rendah dari bunga dalam negeri. Apalagi bunga untuk proyek infrastruktur pemerintah yang bisa sangat murah (mendekati 0%) Tetapi ada komitmen yang ternyata dianggap terlalu berat, yaitu kewajiban untuk transparansi. Selain itu kredit luar negeri bisa di periksa oleh BPKP. Sebab itu kita ogah pakai sarana ini dan malah CGI dibubarkan. Bagi saya sistem ini adalah subvensi dari bank2 dalam negeri. Ada yang bilang sistem ini adalah rekap secara pelan2 sebab bank2 itu banyak yang sebetulnya belum sehat benar. Ada ahli yang tidak setuju dengan cara ini sebab proses sampai bank2 itu ikut kembali memberi kredit investasi lama sekali. Salam Hok an andy_tambu...@yahoo.com schrieb: Setuju dg Bung Oka. Perusahaan dg leveraged malah memiliki firm value lebih lebih tinggi ketimbang yg unleveraged sepanjang masih manageable. Bagi saya, memonya menggelitik sebab bernada menekan US, kalo nggak, gue ke Rusia nhhh... Usaha yg bagus, sebab saat itu yg penting kita dapat traktor dgn soft loan dgn memanfaatkan bargaining power yg kuat. Sekarang ini, apakah Indonesia masih memiliki bargaining position spt di zaman Bung Karno? I don't think so. Regards, Andy Porman Tambunan Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com Date: Mon, 22 Feb 2010 13:13:17 To: Millis AKIahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Kemandirian Knapa penasarang, bung? Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang bahkan dianjurkan oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana? Atau ada view lain.:) Oka Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: irmec ir...@usa.com Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: [Keuangan] Kemandirian Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya permohonan pinjaman untuk membeli traktor land development project. Yg menarik isinya berbunyi sbb: The [Indonesian] cabinet, in its efforts to increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply such a number quickly and we want American equipment. In making this request we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the program-details such as exact plan application, technical help and financing can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we are prepared to take risks and even material losses in embarking on this program-But embark upon it we will, with or without your help. Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah politisnya daripada sekedar bantuan. Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-)) Cheers Enda
Re: BPK/BPKP/ Re: [Keuangan] Sampai mana Akuntan Publik bertanggung jawab?
Saya duga Anda benar. Didesa kas desa dan kas pribadi kepala desa belum tentu dipisah jelas. Sudah itu ada penghasilan aparat desa yang berbentuk hak2 atas tanah. Salam Hok An raden sutrisno schrieb: Saya rasa sebelum semua itu berjalan, terlebih dahulu para pengelola keuangan daerah harus faham mana uang yg halal dan mana yg haram. Misalnya pada tingkat desa komisi kades atas transaksi penjualan tanah masuk kas desa atau honor pribadi kades. Salam Pada 3 Februari 2010 03:32, Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de menulis: Bung Habibie, saya rasa komentar Anda sudah benar arahnya. Yang perlu diperbaiki saya rasa memang aparat di kabupaten dulu, supaya mampu membing desa2 dalam percanaan proyek. Disamping itu memang sistem pembukaan didesa perlu ditingkatkan dari awal. Salam Hok An
Re: [Keuangan] Gotong Royong, Subsidi hingga Pasar Modern was : Ladang Gas Dikuasai Asing
Bung Rachmad, 1. Dilihat secara jumlah katanya Indonesia nomor 6 didunia. Dulu pernah ada taksiran Indonesia no2. Tetapi kalau dibagi dengan jumlah manusianya yang juga banyak, maka SDA Indonesia biasa2 saja. Tidak cukup untuk menjadi modal pokok negara kesejahteraan. Tetapi memang jumlah dan kwalitas SDA Indonesia kalau diusahakan sudah lama bisa mencukupi kehidupan yang berkwalitas. Kalau langsung dijual tentu akan memakmurkan yang beli. 2. Saya kautir sistem beras murah sudah lama umurnya dibumi kita. Subsidi ini punya tujuan yaitu upah yang murah. Mungkin bisa dibuat perbandingan sistem upah Indonesia dengan Malaysia. Disektor tertentu sudah ada penyesuaian. Setahu saya upah anggota DPR dan DPD sudah cukup tinggi. Tetapi dibawah, terutama sektor pertanian rupanya belum. 3. Sistem subsidi di Indonesia bocor dan boros, sebab barang2 bersubsidi akan diekspor/diselundupkan ke luar negeri. Salam Hok An Rachmad M schrieb: Pada dasarnya Indonesia ini adalah negara yang sangat kaya, hampir semua jenis energi tersedia di negeri ini :-) Seharusnya pola penanganannya juga berbeda sedikit dari negara lain yang apa-apanya serba terbatas. Pada hakekatnya kesejahteraan negeri ini adalah kemampuan anak bangsa Indonesia untuk dapat saling tukar menukar barang dan jasa secara adil. Ada banyak pola yang dilakukan untuk saling tukar ini. Gotong Royong : Pola 'gotong royong' adalah pola dimana tukar menukar barang dan jasa tidak dilakukan dengan ukuran 'uang'. Ukuran yang digunakan adalah kebersamaan sosial. Ada untung ruginya menerapkan hal ini. Keuntungannya adalah tersedianya kebutuhan masyarakat tanpa harus menunggu adanya 'uang' dan hal ini sangat memungkinkan di negeri yang sebenarnya segala sesuatunya telah disediakan oleh alam Indonesia yang demikian kayanya. Kerugian dari pola ini adalah masyarakat bertransaksi barang/jasa tanpa ukuran uang. Hal ini berakibat masyarakat ter'diskriminasi' pada saat ia harus masuk dalam pergaualan masyarakat yang segala pertukaran barang/jasa nya diukur dengan uang. Sebagai contoh, haji Ali yang biasa memarkir mobilnya dipasar sebuah desa tidak dipungut bayaran meskipun hal itu dilakukan seharian :-) Semua orang tahu itu mobil H. Ali dan ikut menjaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini tidak berlaku ketika mobilnya diparkir di Jakarta yang satu jam dipungut 2000 perak. Hal-hal semacam ini juga mengakibatkan terjadinya urbanisasi dimana masyarakat lebih berharap tenaganya diukur dengan uang dan itu berlaku dalam masyarakat modern sehingga mereka rela untuk menjadi PRT diibukota bahkan TKI :-) Subsidi : Subsidi sebenarnya adalah bentuk peralihan dari masyarakat 'gotong royong' menjadi masyarakat modern. Pertukaran barang/jasa tidak diukur penuh dengan uang yang berlaku global. Pertukaran barang/jasa dilakukan dengan 'uang' ukuran lokal karena sebagian biaya yang seharusnya dibayar penuh ditanggung oleh pemerintah. Hal ini juga berdampak buruk. Masyarakat kotapun ikut ter 'diskriminasi' karena ada kecendrungan untuk tidak dibayar dengan ukuran pasar modern mengingat sebagian kebutuhannya telah dibayar oleh Pemerintah dalam bentuk subsidi. Padahal masyarakat perkotaan yang 'modern' sebagian kebutuhannya di sediakan oleh pasar global, akibatnya gaji tidak cukup sehingga diperlukan 'obyek'an sampai hal-hal yang berbau korupsi hanya sekedar untuk pemenuhan kebutuhan standard saja. Pasar Modern : Segala pertukaran barang/jasa diukur dengan ukuran 'uang'. Hal ini terjadi akibat begitu banyak dan ruwetnya pertukaran barang dan jasa. Seperti parkir mobil H. Ali tadi sudah tidak mungkin lagi dilakukan mengingat begitu banyak jumlah mobil dan lebarnya pergerakan sehingga dibutuhkan tangan-tangan profesional untuk menjaga properti dari tangan usil :-) Karena kompleksnya pertukaran barang/jasa ini maka ketika ada subsidi yang ditarik akan terjadi penyesuaian disana sini sampai tiba pada rasa keadilan semua pihak untuk dapat saling bertukar barang/jasa dengan perasaan adil dalam ukuran uang. Pada kondisi yang demikian maka seharusnyalah negara memberikan subsidi pada konsumen yang tak berdaya dalam bentuk jaminan Sosial Nasional yang berbentuk Bantuan Tunai Langsung (BLT). Tujuannya adalah masyarakat yang terkendala karena fisik/mental/ usia atau masalah sosial lainnya tetap dapat mengakses produk berupa barang/jasa yang dihasilkan oleh mereka yang bergerak dibidang komersial tanpa mengganggu hitungan keuangan yang dilakukan. Hal ini akan lebih baik lagi jika Pemerintah juga bisa mendaya gunakan mereka yang memperoleh Jaminan Sosial Nasional untuk mengisi hal-hala kebutuhan sosial masyarakat. Jika penerima enggan untuk mengisi kebutuhan sosial masyarakat maka dipersilahkan untuk bindah ke komersial. Ketika masyarakat sudah tidak terdiskriminasi lagi, maka tidak ada alasan untuk tidak menjual produk-produk seperti CPO didalam negeri
Re: BPK/BPKP/ Re: [Keuangan] Sampai mana Akuntan Publik bertanggung jawab?
Bung Habibie, saya rasa komentar Anda sudah benar arahnya. Yang perlu diperbaiki saya rasa memang aparat di kabupaten dulu, supaya mampu membing desa2 dalam percanaan proyek. Disamping itu memang sistem pembukaan didesa perlu ditingkatkan dari awal. Salam Hok An prof.habi...@gmail.com schrieb: Begini Pak Hok. Pertama, fokus dulu, jasa apa yang sebenarnya diperlukan? Kalau audit atau pengawasan keuangan, lewat BPK atau BPKP bisa. Kalau asistensi mengenai pelaporan keuangan, BPKP lebih tepat. Nah, kalau yang diperlukan adalah rencana proyek, ya jangan lembaga audit, tetapi dinas-dinas teknis terkait, atau pihak lain. Jadi perlu diperjelas terlebih dahulu apa yang sebenarnya Pak Hok maksud. Kalau untuk keseluruhan proyek, berarti butuh semuanya, pantauan audit dari BPKP/BPK dan teknis proyek dari ahli. Menyerahkan audit ke swasta bukan perkara mudah, karena pemeriksaan keuangan pemerintah berbeda dengan swasta. Apalagi, ketika memeriksa keuangan perusahaan, auditor lebih banyak didukung data karena dokumentasi perusahaan sangat baik. Bandingkan dengan dokumentasi data di desa-desa yang bisa dikatakan minim. Saya khawatir, nanti ongkosnya sudah mahal, hasilnya nihil lagi. Salam Habibie Nugroho Wicaksono
Re: BLS: BPK/BPKP/ Re: [Keuangan] Sampai mana Akuntan Publik bertanggung jawab?
Terima kasih atas informasi UU yang terkait. Jadi sekarang aparat kontrol keuangan lapis tiga. Lapis pertama adalah APIP, lapis dua BPKP dan kemudian masih ada BPK. Tapi ada yang bilang korupsi makin meluas, yang lolos bukan hanya tikus tetapi sudah gajah. Apa didalam sistem 3 lapis ini tidak ada kesalahan sistemik? Kenapa Aparat kepresidenan yaitu BPKP dan BPK tidak dilebur saja? Apa kedua badan ini sebaiknya tidak diberi wewenang untuk prapengadilan? Mengapa auditor luar seperti PWC wewenangnya bisa lebih besar? Atau apakah APIP/Inspektor2 yang perlu diberi wewenang lebih besar? Mungkin masalah2 ini perlu dipikirkan dengan tujuan peran pengawasan keuangan secara preventif diperkeras supaya KKN dicegah dari awal. Salam damai Hok An si Nung schrieb: On 29 Jan 2010 at 20:16, Hendro Setiawan wrote: Sekedar informasi, saat ini BPK lagi melakukan sertifikasi auditor independen yang akan menjadi mitra BPK dlm mengaudit lembaga atau perusahaan yang berhubungan dengan keuangan negara. Menjadi pertanyaan, knp bukan BPKP? jawabannya lebih bersifat politis. BPK 'menggandeng' akuntan publik karena amanat UU 15/2004, ps 3 ayat (2) dan/atau ps 9 ayat (3), di ps 9 juga ada gandengan BPK dengan APIP (aparat pengawasan intern pemerintah) contoh APIP : BPKP/inspektorat_jendral_provinsi_kab_kota/badanpengawas_prov_kab_kota cmiiw sinung ref : http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/15Tahun2004UU.HTM http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/15Tahun2004UU.HTM http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/15TAHUN2004UUPENJ.htm http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/15TAHUN2004UUPENJ.htm
Re: BPK/BPKP/ Re: [Keuangan] Sampai mana Akuntan Publik bertanggung jawab?
Bung Winarto dan kawan2 lainnya, Terima kasih banyak atas semua masukan2nya. Masalahnya memang kompleks. Saya batasi dalam masalah dana otonomi desa saja dulu. Masalahnya muskil, sebab sebetulnya dana cukup. Yang menjadi cita2 adalah 10% APBD ,. Dengan kata lain dana otonomi desa 2010 kira2 Rp 30 T. Setahu saya ada desa yang dapat Rp. 20 juta, ada yang dapat Rp. 1,5 M. bukan hanya tergantung kabupatennya kaya atau miskin. Barangkali banyak juga desa2 yang kebagian sedikit karena dinilai oleh kabupaten belum siap. Desa2 yang dapat sebetulnya tidak siap, pertama memang dana dari kabupaten ke desa kadang2 susah alirannya (ada kabupaten yang susutnya banyak sekali). Masalah kedua adalah banyak desa2 yang tidak punya rencana, jadi proyek yang dibuat adalah sekedar yang masuk kepala lingkungan kelurahan. Masalah ketiga adalah kenyataan bahwa banyak desa2 sesungguhnya belum punya budaya laporan keuangan masuk dan keluar. Sehingga timbul masalah ke 4. yaitu laporan keuangan tidak berhasil dibuat. Dengan akibat kabupaten tidak sanggup bikin laporan kegiatana maupun keuangan, dalam arti satu kaki Bupati sudah ada dipintu penjara. Dalam kasus didaerah seperti ini apa tidak ada baiknya audit (dan mungkin konsulting) dilakukan pihak ketiga (swasta) yang mungkin lebih cocok dengan budaya lokal untuk bisa bicara lebih terbuka dengan semua pihak, tanpa langsung ada konsekwensi jabatan. Supaya cara outsourcing ini jalan mungkin perlu sistem pengaturan dan pengawasan yang menyeluruh (satu pintu) dan mampu memberi jalan keluar. Konsep yang dibuat perlu menyeluruh. Jangan sampai masalah hanya dilihat dari segi pembukuan saja, tetapi dari awal sampai akhir. Salam Hok An winarto sugondo schrieb: Pak Hok An, kalau BPKP diminta mengatur secara mendetil dan mencapai tingkat dasar, yoo wisss ngga mampu Pak, namun biasanya ada satu cara yang dipakai BPKP (sepanjangan yang saya tahu) dapat menunjuk 1 atau lebih auditor independent untuk menyatakan pendapat. Namun hal tersebut tetap kepada kapasitas pernyataan kewajaran atas laporan keuangan (dalam hal seluruh akun telah mengikuti ketentuan SAK yang berlaku umum), lalu untuk menilai kinerja auditor tersebut, BPKP akan melakukan penelaahan kepada otoritas yang lebih tinggi (Depdagri misalnya). Demikian juga dengan audit departemen, BPKP dan BPK dapat mengaudit langsung departemental melalui penunjukan khusus dari pemerintah. Terlepas daripada itu, entitas diluar departemental dapat menunjuk sendiri auditor yang dipakainya (BUMN dan BUMD). Kenapa hal ini diperbolehkan, seperti yang saya bilang pada email sebelumnya, jangan menghakimi orang kalau kita ngga tau dalamnya, setiap 6 bulan KAP akan selalu diperiksa oleh Depkeu termasuk kertas kerja beberapa klien yang berdasarkan data atestasi BAPPEPAM menimbulkan pertanyaan, terlepas daripada itu untuk klien-klien yang tidak memenuhi kategori pengawasan, maka cukup didatakan keberadaan WP atas pemeriksaannya saja. Auditor dikatakan memiliki 2 fungsi layanan (Atestasi dan Non Atestasi) dimana untuk jenis Atestasi menyebabkan taruhan atas jabatan profesinya, oleh karena itu, kalau kita melihat di website depkeu, selalu ada KAP yang izinnya dibekukan sampai dicabut termasuk untuk izin pemiliknya. Kita ngga bisa mengganggap hasil kerja auditor adalah sebagai bahan pembuktian bahwa perusahaan tersebut tidak curang, kenapa??? Karena sepanjang perusahaan membukukan kegiatan CURANGNYA tersebut didalam pos-pos yang sewajarnya menurut SAK, maka tidak ada kesalahan sewaktu pengungkapannya, sehingga Auditor pun menyatakan hal tersebut wajar, karena telah memenuhi kriteria SAK No... Paragraf.. Kalau kita ingin tahu auditor yang bisa mencapai jenjang analisa fraud dan sejenisnya adalah dapat kita lihat pada KPK, tapi itupun kadang slonong boy, sampai-sampai kadang saya berfikir kalimat Pemberantasan Korupsi lebih mirip Pemberantasan Pengusaha, Sekian panjang daftar korupsi, kenapa yang ditangkap adalah pengusahanya? kok bukan pejabatnya? kan yang korupsi adalah pejabatnya, pengusahanya adalah sebagai pihak kedua yang dengan paksaan kelancaran bisnis maka harus mengambil suatu tindakan yang dianggap perlu. Bah..seharusnya KPK dibentuk sendiri oleh rakyat untuk mengawasi wakilnya baik dalam pemerintahan maupun dalam politik. Daripada buat Crown Royal Saloon mendingan buat benerin jalan, daripada makin banyak jumlah kecelakaan lalu lintas untuk kemudian disalahkan Pak Lantas. Sorry kalau OOT dan apabila ada pihak yang tersinggung, postingan ini hanya untuk dikonsumsi didalam millist AKI dengan tanpa maksud dan tujuan untuk menghujat dan mendeskreditkan pihak tertentu. Salam, Winarto Sugondo 2010/1/30 Hok An ho...@t-online.de Kawan2, Ada usul supaya pemeriksaaan keuangan di serahkan kepada swasta. Misalnya dana otonomi desa. Saya dengan kepala desa yang sanggup memanfaatkan dana ini dan mempertanggung jawabkannya baru sedikit
BPK/BPKP/ Re: [Keuangan] Sampai mana Akuntan Publik bertanggung jawab?
Kawan2, Ada usul supaya pemeriksaaan keuangan di serahkan kepada swasta. Misalnya dana otonomi desa. Saya dengan kepala desa yang sanggup memanfaatkan dana ini dan mempertanggung jawabkannya baru sedikit. BPKL jelas kewalahan kalau harus mengawasi puluhan ribu desa2 kita untuk bisa tertib dan menggunakan anggaran seperti UU. Sebab itu ada usul supaya yang pemeriksaan di alihkan kepada swasta dan BPK atau BPKP hanya koordinasi dan mengaturnya saja. Usul ini bisa tidak dilaksanakan di lapangan? Bagaimana dengan audit Departemen, BUMN dll? Salam damai Hok An si Nung schrieb: On 29 Jan 2010 at 16:37, Wong Cilik wrote: OK lah..,. malpraktik audit di indonesia tidak banyak (entah tidak di ekspos atau karena tidak ada masalah besar macam enron yang terjadi karena kegagalan audit). Anggaplah saya anak SD lagi belajar audit Kalau saya yang SD ini baca rekomendasi-rekomendasi baru akibat malpraktik audit di enron tersebut, ada banyak rekomendasi yang cukup diakomodasi di Indonesia. Tidak ada maksud menjelek-jelekan profesi auditor... hanya ingin membuka mata kita semua bahwa kalau auditor ingin kong-kalikong dengan emiten ataupun perusahaan yang sedang di due-diligence nya sekalipun, ternyata masih bisa toh... Tapi sama seperti manusia seperti individu, manusia bisa jahat manusia bisa baik... pertanyaannya adalah bagaimana agar yang jahat jadi keder dan memutuskan untuk tidak melakukan kejahatan tersebut. Untuk itu diperlukan juga kontrol internal yang kuat plus kontrol (audit) eksternal yang lebih kuat lagi. dari googling mengenai review sejawat (peer review) ketemu laman http://agamfat.multiply.com/reviews/item/8 http://agamfat.multiply.com/reviews/item/8 Melanggar Standar atau Kejahatan Profesi? Hasil Peer Review BPKP atas Kertas Kerja Auditor Bank-Bank Bermasalah Diskusi KAP Bermasalah Majalah Media Akuntansi-IAI, Jakarta, 2 Mei 2001 Agam Fatchurrochman Ketua Divisi Investigasi Indonesia Corruption Watch kesimpulan (sementara ?) : Hasil peer review tersebut sebenarnya secara gamblang menggambarkan bahwa banyak auditor yang tidak menjaga mutu pekerjaan auditnya. Hasil peer review ini oleh BPKP telah disampaikan ke Departemen Keuangan tahun 2000. Namun sampai saat ini belum ada tindakan apapun dari Departemen Keuangan. Sedangkan IAI sebagai organisasi profesi akuntan tidak melakukan tindakan apapun atas hasil peer review ini. == ... cut ...
Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja
Bung Nazar, keluhan Anda benar. Saya hanya ada tambahan sbb.: Negara dan lembaga2nya mau tidak mau adalah cermin masyarakat. Keduanya saat ini berada didalam krisis identitas, disatu pihak ada tuntutan untuk melakukan reformasi yang melahirkan masyarakat yang bersih, kreatif dan negara yang efisien. Dipihak lain resistensi menuju perubahan cukup besar, bukan hanya didalam struktur negara tetapi didalam masyakat sendiri. Pada saat sistem kenegaraan kita saat ini disana-sini macet karena tabrakan satu sama lain, diperlukan pulau2 pembaharuan dimana suatu sistem yang bersih, kreatif dan efisien sudah dijalankan dengan baik. Dibidang ekonomi sistem2 seperti ini mutlak perlu, sebab hanya satuan2 yang bisa bersaing internasional yang punya masa depan yang berkelanjutan. Mungkin Anda bisa menemukan pulau2 kecil seperti ini disekitar Anda sendiri. Tugas kita bersama adalah sosialisasi contoh2 positif seperti ini untuk diintegrasikan menjadi sistem yang berlaku secara nasional. Semoga tahun 2010 membawa damai dan kepastian hukum bagi kita semua. Hok An nazarjb schrieb: Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada pemilu lalu peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga cenderung insidental dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama ada uang saku mengalir mulai sibuk walau kadang hasilnya juga tidak jelas dan realistis. Jangankan litbang parpol, litbang pemerintah yang personalnya makan gaji tiap bulan saja tidak maksimal. Litbang departemen-departemen juga mandul dan insidental. Lihat LPM mandiri, apa bentuk real aktifias mereka? Lihat penyuluhan pertanian, apa kinerja mereka? paling juga menggunakan pasilitas yang ada untuk eksperimen sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat kegiatan kepemudaan (karangtaruna, pertukaran pemuda dll), apa sudah menciptakan memacu kreatifitas? semuanya insidental dan cenderung hanya menguntungkan motornya saja. Bahkan yang lebh krusial lagi, banyak kritikan tentang DPRD yang hanya makan gaji buta. Didaerah-daerah terpencil yang masyarakatnya masih awam, pemerintah hanya menjadi organisasi simbolik saja, yang ngawas juga tdk ada dan ada persepsi semua tindakan pegawai negeri itu benar semua walaupun sudah terjadi korup dan salah prosedur. Ya, itu hanya masalah SDM, sistim dan uang. Dan soal-soal tes CPNS tersebut belum mutlak menjadi dasar terekrutnya sdm yang berkualitas bermoral. Belum lagi masalah sistim otonomi daerah yang ngambang, perilaku/sikap masyarakat setempat dll. Sementara laporan-laporan kegiatan pemetintahan cenderung hiperbolik dan diperindah. salam nazar on tbo-jmbi --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Hok An ho...@... wrote: Saya tambah sedikit, sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran dan formulasi program politik (dan ekonomi). Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan Visi Indonesia 2030. Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota dari yayasan ini. Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang besar. Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan intelektual . Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional. Hok An Wong Cilik schrieb:
Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja
Bung Nazar, Instansi dan yayasan2 negara kita banyak sekali yang kacau balau. Celakanya di kabinet tidak ada menteri yang punya portfolio sebagai menteri tata negara. Sebab itu tidak ada review mengenai lembaga2 penting ini yang sebenarnya merupakan tulang, otot2 dan urat2 syaraf sistem kenegaraan. Dari kira2 100 lembaga2 negara RI jangan2 yang berfungsi bisa dihitung dengan jari2 satu tangan saja. Biasanya menteri yang bertugas adalah menteri dalam negeri, bisa juga Menko. Sistem kepresidenan kita perlu menentukan siapa yang menata negara, untuk identifikasi dan menghentikan kesalahan2 fatal yang sulit dibereskan dan mengakibatkan ongkos sangat mahal. Selamat Tahun Baru Hok An nazarjb schrieb: Iya, sudah mati. Terus hidup lagi, terus mati lagi :-) Jangankan lembaga-lembaga swadaya, instansi yang digaji penuh dari uang pajak itu juga sering hidup-mati. Ya, persis seperti PLN kalau lagi kumat penyakitnya. Organisasi itu kan yang menggerakkannya manusia, jadi tergantung manusia yang menjalankanya. Jika mau jujur banyak instansi organisasi yang tidak memiliki arah/tujuan yang jelas. Program-program biasanya menjadi tameng saja (tidak semua). Dan kita tau bahwa semua tindakan kebijakan itu mengandung unsur spekulatif. Kadang tepat sasaran, kadang melenceng. Mungkin kalau rancangan program itu diserahkan kepada dukun, tukang tenung, ahli terawang dll juga tidak bakalan tepat sasaran semuanya. salam nazar on: tbo --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: karang taruna bukannya udah mati sekarang ini? kalau jaman tahun 80an, malah hidup bener dan dinamis tuh ... 2010/1/1 nazarjb suratna...@... Hm Litbang parpol? Setahu saya keuangan parpol itu amburadul. pada pemilu lalu peserta pemilu banyak yg swadaya . Aktivitas parpol juga cenderung insidental dan tergantung kepada ada dana atau tidak, selama ada uang saku mengalir mulai sibuk walau kadang hasilnya juga tidak jelas dan realistis. Jangankan litbang parpol, litbang pemerintah yang personalnya makan gaji tiap bulan saja tidak maksimal. Litbang departemen-departemen juga mandul dan insidental. Lihat LPM mandiri, apa bentuk real aktifias mereka? Lihat penyuluhan pertanian, apa kinerja mereka? paling juga menggunakan pasilitas yang ada untuk eksperimen sendiri dan ada yang untuk dijual. Lihat kegiatan kepemudaan (karangtaruna, pertukaran pemuda dll), apa sudah menciptakan memacu kreatifitas? semuanya insidental dan cenderung hanya menguntungkan motornya saja. Bahkan yang lebh krusial lagi, banyak kritikan tentang DPRD yang hanya makan gaji buta. Didaerah-daerah terpencil yang masyarakatnya masih awam, pemerintah hanya menjadi organisasi simbolik saja, yang ngawas juga tdk ada dan ada persepsi semua tindakan pegawai negeri itu benar semua walaupun sudah terjadi korup dan salah prosedur. Ya, itu hanya masalah SDM, sistim dan uang. Dan soal-soal tes CPNS tersebut belum mutlak menjadi dasar terekrutnya sdm yang berkualitas bermoral. Belum lagi masalah sistim otonomi daerah yang ngambang, perilaku/sikap masyarakat setempat dll. Sementara laporan-laporan kegiatan pemetintahan cenderung hiperbolik dan diperindah. salam nazar on tbo-jmbi
Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja
Saya tambah sedikit, sebetulnya di Indonesia ada yayasan2 yang melakukan integrasi pemikiran dan formulasi program politik (dan ekonomi). Contoh yang mungkin menarik adalah Yayasan Indonesia Forum yang didirikan oleh ISEI. Yayasan ini menerbitkan apa yang mereka namakan Visi Indonesia 2030. Seperti diketahui banyak menteri2 di kabinet sekarang adalah anggota dari yayasan ini. Dengan kata lain ISEI sebetulnya adalah pengganti (ersatz) partai yang besar. Hal ini terjadi sebab banyak partai2 kurang berhasil berakar dilapisan intelektual . Semoga tahun 2010 membawa kemajuan dalam integrasi nasional. Hok An Wong Cilik schrieb: Kalau di buatkan intisari dari masukan Pak Hok An ini: - Badan Litbang meneliti masalah penting masyarakat perlu ada. - Badan Litbang ini harus independen, jauh dari kepentingan partai/politik - Partai politik boleh/seharusnya mendapat akses atas solusi yang ditawarkan badan ini, berusaha untuk memanfaatkannya demi kesejahteraan rakyat. - Partai politik tidak boleh memaksakan agendanya terhadap badan litbang ini (untuk menjatuhkan pemerintah yg berkuasa, menjelekkan partai lain, dll). - Sampai saat ini badan litbang maupun yayasan tidak independen, masih dikuasai agenda partai backingannya. - Badan litbang tidak perlu dilahirkan oleh partai politik untuk menjaga independensinya. 2009/12/30 Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Sebetulnya yang penting adalah partai politik harusnya punya Litbang. Litbang bertugas identifikasi masalah2 terpenting yang ada dalam masyarakat dan menggodok jalan keluar yang disimpulkan menjadi bagian2 dari program partai. Lebih baik lagi kalau litbangnya indipenden. Supaya indipenden sebaiknya Litbang diletakan diluar struktur resmi partai dalam bentuk yayasan. Biasanya yayasan ini juga bertugas untuk melakukan pendidikan2 politik. Ada negara2 dimana yayasan2 seperti ini tidak hanya dibiayai oleh partai tetapi terutama oleh negara. Berdasarkan pengalaman di Eropa malah ada baiknya bukan hanya yayasan2 itu tetapi juga partai2 mendapat dana dari negara. Menurut wakil2 MPR kita yang kira2 pertengahan tahun 2009 ini ada di Frankfurt sudah ada konsensus bahwa sistem ini akan diadopsi di Indoensia. Kalau demikian maka partai2 kita akan mendapat dana negara sesuai dengan suara yang didapat dalam pemilu. Dalam prolegnas yang baru memang ada amandemen UU tentang parpol, tetapi apa yang mau diundangkan belum jelas. Sumber dana yang indipenden (dari negara) saja memang belum menjamin indipendensi dari suatu lembaga. Saat ini masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini. Sebab banyak badan dan lembaga yang harusnya indipenden belum bisa berfungsi seperti yang diharapkan. Apalagi dalam lingkungan partai2 dan badan legislatif dimana banyak wakil2nya yang belum terbiasa berbudaya sipil secara profesional. Yang terjadi adalah kenyataan adanya wakil2 rakyat yang cepat sekali mengalami degradasi dalam pemikiran setelah terpilih. Mungkin ada yang mengalami kejutan budaya, karena tercabut dari akarnya yang jauh di daerah. Kawan2 yang mengamati kinerja DPR saat ini cukup pesimis karena jauhnya jarak partai2 dengan masyarakat. Masalah ini, yaitu integrasi partai2 dengan masyarakat perlu dipikirkan dan diperjuangkan bersama. Salam damai Hok An
Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja
Sebetulnya yang penting adalah partai politik harusnya punya Litbang. Litbang bertugas identifikasi masalah2 terpenting yang ada dalam masyarakat dan menggodok jalan keluar yang disimpulkan menjadi bagian2 dari program partai. Lebih baik lagi kalau litbangnya indipenden. Supaya indipenden sebaiknya Litbang diletakan diluar struktur resmi partai dalam bentuk yayasan. Biasanya yayasan ini juga bertugas untuk melakukan pendidikan2 politik. Ada negara2 dimana yayasan2 seperti ini tidak hanya dibiayai oleh partai tetapi terutama oleh negara. Berdasarkan pengalaman di Eropa malah ada baiknya bukan hanya yayasan2 itu tetapi juga partai2 mendapat dana dari negara. Menurut wakil2 MPR kita yang kira2 pertengahan tahun 2009 ini ada di Frankfurt sudah ada konsensus bahwa sistem ini akan diadopsi di Indoensia. Kalau demikian maka partai2 kita akan mendapat dana negara sesuai dengan suara yang didapat dalam pemilu. Dalam prolegnas yang baru memang ada amandemen UU tentang parpol, tetapi apa yang mau diundangkan belum jelas. Sumber dana yang indipenden (dari negara) saja memang belum menjamin indipendensi dari suatu lembaga. Saat ini masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini. Sebab banyak badan dan lembaga yang harusnya indipenden belum bisa berfungsi seperti yang diharapkan. Apalagi dalam lingkungan partai2 dan badan legislatif dimana banyak wakil2nya yang belum terbiasa berbudaya sipil secara profesional. Yang terjadi adalah kenyataan adanya wakil2 rakyat yang cepat sekali mengalami degradasi dalam pemikiran setelah terpilih. Mungkin ada yang mengalami kejutan budaya, karena tercabut dari akarnya yang jauh di daerah. Kawan2 yang mengamati kinerja DPR saat ini cukup pesimis karena jauhnya jarak partai2 dengan masyarakat. Masalah ini, yaitu integrasi partai2 dengan masyarakat perlu dipikirkan dan diperjuangkan bersama. Salam damai Hok An dfaj21 schrieb: Saya menemukan kontradiksi logika di pernyataan ini: Partai2 kita tidak melahirkan yayasan politik. Yayasan politik sebaiknya badan indipenden yang melakukan litbang Dari buku2 dan majalah tentang politik amerika (setelah Obama menang), mereka menunjukkan bahwa press sudah terlalu memihak partai (network satu memihak partai ini, sementara network lainnya partai itu). Dan berhubung Obama ini Demokrat yang cenderung dipilih orang-orang kecil, mereka (demokrat) tidak memiliki press network yang signifikan. Press network cenderung dimiliki oleh partai republik yang lebih berduit dan upayanya cenderung mengurangi pajak yang dibayar ke pemerintah dan tidak mau ikut serta dalam usaha2 pemerintah untuk menyejahterakan SELURUH rakyat. Jadi kalau press saja sudah dikuasai partai, maka yayasan yang didirikan partai tentu lebih rawan lagi. Yayasan yang ngakunya independen tapi kalau tidak menerima sumbangan/dana partai yang akibatnya jadi bubar/non-operasional, maka independensinya sudah menjadi tanda tanya besar. Yang penting dalam sistem politik demokrasi adalah keterlibatan masyarakat. Sistem politik yang baik adalah sistem yang bisa mengakomodasi chaos dari keterlibatan masyarakat ini (banyak masyarakat = banyak maunya = chaos) menjadi suatu energi koheren yang menyegarkan, bisa dipercaya, dan teratur. Partai yang paling mampu mengubah chaos ini menjadi energi koheren tentunya adalah partai terbaik yang dapat memajukan masyarakatnya. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Hok An ho...@... wrote:
Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja
Bung Oka, Memang demokrasi kita balita. Soalnya lembaga2 demokrasi kita terutama partai2 politiknya juga balita. Partai2 kita tidak melahirkan yayasan politik. Yayasan politik sebaiknya badan indipenden yang melakukan litbang politik, budaya dan ekonomi sebagai dasar dari kristalisasi program partai dan arahan sektoral yang akhirnya melahirkan rancangan2 undang2. Konsep ini di Indonesia tidak disukai, sebab itu partai2 membentuk Litbang sebagai bagian dari partai2 itu. Awalnya banyak orang2 muda yang bergabung dalam litbang2 ini, tetapi sayangnya baik di PAN maupun PDI terjadi perpecahan sehingga akhirnya darah muda yang berhasil diintegrasi keluar lagi. Terjadi proses abortus yang cukup fatal akibatnya bagi kelembagaan demokrasi kita. Yayasan politik ini salah satu kolam renang untuk belajar berenang secara terlindung. Keliatannya kita perlu kolam renang pengganti yang saya rasa lokasi diluar kawasan partai2 di parlemen. Salam Hok An oka schrieb: Terima kasih bung Enda. Memang saya harus lebih mendalami sejarah nampaknya. Maksud saya, demokrasi itu butuh pembelajaran. Bukan berarti, harus belajar dulu baru menerapkan demokrasi, bukan itu. Yang saya fikirkan adalah bahwa setelah kita menerapkan demokrasi, tidak berhenti disitu, melainkan terus menerus belajar dan memperbaiki sistem demokrasi yang kita punya. Saat ini pun sistem dana mekansime demokrasi kita belumlah sampai pada tahap final, anyway tak ada satupun engara yang bisa mengclaim bahwa demokrasi dinegaranya telah final. Contoh, yang telah diketengahkan salah seorang rekan disini, UU ITE. Yang adalah salah satu dari perangkat pelaksanaan demokrasi Indonesia ternyata masih bermasalah ketika diimplementasikan. BTW, ngak seluruh pasal2 ITE bermasalah loch, ada beberapa yang memang patut kita miliki. Misalnya pengakuan bahwa media electronik (fax, email) bisa dipakai dalam transaksi perbankan. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, irmec ir...@... wrote: Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka. kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 dgn back-upnya. Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, kataku...Tapi... Cheers Enda --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, oka.widana oka@ wrote: Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat kabar, thanks to mobile internet =D. Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada kata2nya yang membuat saya terbahak,Kita itu ibarat orang nekat yang sudah tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita, belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting adalah leadership dari leader yang punya visi kemajuan bangsa ini, bukan kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan pilih leader semata-mata karena iklan di TV. Oka Widana
Re: [Keuangan] Re: Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja
Bung Enda, manifestasi terpenting dari negara adalah monopoli kekerasan dan monopoli pajak. Pemerintah2 kita dasa warsa terakhir ini tidak tegas membela monopoli ini dan sesungguhnya sudah membiarkan kanker busuk merambah negara kita. Usaha SMI menegakan monopoli pajak tidak tegas didukung oleh seluruh sistem kelembagaan negara kita termasuk RI I, sebab itu usul Anda supaya SMI mundur bisa dimengerti. Salam Hok An irmec schrieb: Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka. kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 dgn back-upnya. Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. ketika aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus berat, SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, kataku...Tapi... Cheers Enda --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, oka.widana o...@... wrote: Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat kabar, thanks to mobile internet =D. Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada kata2nya yang membuat saya terbahak,Kita itu ibarat orang nekat yang sudah tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita, belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting adalah leadership dari leader yang punya visi kemajuan bangsa ini, bukan kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan pilih leader semata-mata karena iklan di TV. Oka Widana
Re: [Keuangan] Re: Energi Arus Laut
Arus laut cocok untuk skala besar. Tetapi juga cocok untuk skala kecil dan mikro. Anggaran yang kecil kemudian hari akan cukup untuk pembangkitan listrik di pesisir. Hal yang juga menguntungkan adalah bahan dasar ynag diperlukan hanya besi tahan karat, bukan aluminium, Jadi teknik kira2 sama dengan pembuatan kapal air, bukan teknik tinggi untuk galangan kapal terbang. Untuk proyek ombak anakonda bahan dasarnya malah karet yang lebih mudah lagi dikembangkan untuk skala perusahaan menengah. Kalau tidak mau ketinggalan dalam persaingan global harusnya Indonesia justru harus berani ikut Litbang plarus laut dan ombak dengan segera. Salam Hok An http://web.bisnis.com/artikel/2id2689.html Selasa, 08/12/2009 11:00 WIB Ternyata, pengembangan energi arus laut belum jadi prioritas oleh : Rudi Ariffianto Bappenas membutuhkan dukungan kuat untuk mendorong pemanfaatan energi arus laut Indonesia. Bukan apa-apa, ini sangat politis dan kami harus berhadapan dengan 'mafia fosil'. Pernyataan itulah yang mengemuka dari Staf Ahli Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas Bidang Tata Ruang dan Kemaritiman Son Diamar dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu. Ungkapan Son Diamar sejalan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh yang belakangan ini begitu gemar mengangkat isu energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi catatan khusus bagi para jurnalis. Bahkan, dia berjanji membicarakan pengembangan energi itu dengan mitra kerja bilateralnya, seperti Inggris, Jepang, dan Belanda. Tidak itu saja, Menteri ESDM itu juga berjanji berupaya menghilangkan sumbatan-sumbatan pengembangan EBT. Namun tidak dimungkiri, di sektor ketenagalistrikan misalnya, Menteri asal Partai Demokrat itu masih fokus pada pengembangan energi panas bumi. Itu dapat dimaklumi karena pemerintah telah menetapkan panas bumi sebagai energi primadona di program 10.000 MW tahap kedua, dengan kapasitas 4.733 MW. Rencana pengembangan EBT oleh pemerintah, sekalipun penuh gebrakan, sesungguhnya masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi yang dimiliki. Apabila panas bumi berjalan mulus, artinya kapasitas akan meningkat menjadi sekitar 5.922 MW, itu masih setara dengan 22% dari total potensi yang mencapai 27.000 MW. Sumber energi yang tidak kalah besarnya adalah arus laut Indonesia. Secara singkat, energi listrik dari arus laut (EAL) pada prinsipnya adalah mengubah energi kinetik dari arus dan gelombang laut untuk menggerakkan turbin. Sebenarnya, prinsip kerja pembangkit energi arus laut mirip dengan PLTA, tetapi dengan konstruksi logam yang lebih baik karena harus bersentuhan dengan air laut yang korosif. Sejauh ini, memang ada perbedaan perhitungan sangat signifikan antara Departemen ESDM dan Kementerian PPN/Bappenas terkait dengan besaran potensi yang ada. Departemen ESDM memperkirakan potensi EAL hanya 2.000 MW, sedangkan Kementerian PPN/Bappenas memperkirakan ada potensi sekitar 5,6-9 terrawatt. Koordinator Tim Kajian Staf Ahli Bappenas Bidang Tata Ruang dan Kemaritiman Rizal Seiful Sabirin mengungkapkan perkiraan potensi 5,6-9 terrawatt didasarkan pada hasil proyek Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Menurut dia, jika dikonversikan menjadi listrik, arus laut Indonesia bisa mencapai 30.000-50.000 kali lipat dari kapasitas pembangkit PLTA Jatiluhur 187 MW. *Proyek tahap III* Saat ini, Kementerian PPN/Bappenas merancang rencana untuk memasukkan EAL ke dalam program 10.000 MW tahap III. Ada beberapa provinsi kepulauan yang dibidik untuk dijadikan lokasi pengembangan, meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara. Bahkan, Son Diamar menargetkan pembangkit listrik energi arus laut di Kepulauan Riau sudah bisa beroperasi pada 2011-2012. Akankah rencana itu berjalan mulus? Tantangan pertama adalah keandalan teknologi. Direktur Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM Ratna Ariyanti meragukan keandalan teknologi EAL. Dia mengatakan sejauh ini pemanfaatan EAL di dunia baru sebatas riset di laboratorium. Akan tetapi, Rizal membantahnya dan menyatakan sudah banyak perusahaan penyedia teknologi pembangkit arus laut di dunia. Di sisi lain, dia mengingatkan agar pemerintah tidak terjebak dalam perangkap kartel teknologi. Itu sudah menjadi rahasia umum ketika vendor menawarkan teknologi, mereka pasti juga ingin meningkatkan ketergantungan konsumennya. Nah, itu perlu ada strategi agar kita tidak terjebak. Dari dalam negeri, Institut Teknologi Bandung telah berhasil mengembangkan turbin pembangkit EAL skala kecil, 5.000 watt, di Nusa Penida, Bali dan Sekotong, Lombok Barat. Di Sekotong, tim yang sama bekerja atas permintaan Departemen Kelautan dan Perikanan untuk melistriki penduduk nelayan. Pembangkit di Sekotong telah beroperasi sejak Oktober 2009 dan menjual listrik seharga Rp500 per kWh. Harus diakui, tantangan pengembangan EAL adalah masalah
[Keuangan] Listrik dari gabah
Sebetulnya bahan dasar untuk listrik di Indonesia banyak, tetapi didalam sistem keuangan kita belum ada sarana dukungan pembiayaan proyek. Dibawah ada link (sayang dalam bahasa Jerman). Link ini menunjukan bagaimana perusahaan di Brasil kumpul dana di Jerman untuk listrik dengan bahan bakar sekam dari padi. http://www.mpc-capital.de/contell/forward/Fondsexpose___MPC_Bioenergie.pdf?realURL=/contell/cms/data/Downloads/Produktdownloads/MPC_Produkte/Energien_Rohstoff_Fonds/Bioenergie/Intranet/Marktingunterlagen/Fondsexpose/datei.binmime=application/octet-streamdownload=1 Brasil yang bukan penghasil beras besar mampu cari dana di Jerman, padahal potensi kita lebih besar lagi. Selama sarana pendanaan seperti ini belum ada selama itu infrastruktur Indonesia lambat pembangunannya. Salam dari Frankfurt Hok An = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Energi Arus Laut
Arus Lintas Indonesia adalah arus besar dari Pasifik ke Lautan Hindia yang masuk dari Selat Makassar. Arus panas ini gara2 keringnya Australia dan Afrika. Yang besar sekali juga adalah listrik dari perbedaan besar suhu ke dasar celah2 laut di Selatan Jawa. Tapi ini termasuk sumber daya yang perlu teknik besar untuk menyadapnya. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: O iya, barusan juga sempat lihat di wikipedia tentang wave power: http://en.wikipedia.org/wiki/Wave_energy http://en.wikipedia.org/wiki/Wave_energy Menurutnya, di laut ada beberapa macam gerakan air: 1: Tidal Power (air pasang surut karena pengaruh bulan) - lebih mudah diprediksi daripada angin/wave 2. Arus laut, artinya gerakan air dimana air panas bergerak di atas ke arah yang lebih dingin, dan bergerak ke bawah... sementara air dingin yang biasanya di bawah bergerak ke atas atau ke arah daerah tropis yang lebih panas. (umumnya lebih banyak di daerah samudera besar (pasifik, atlantis, dll) Karena Indonesia banyak pulaunya, arus laut ini kemungkinan tidak sekuat arus di laut bebas. 3. Ombak (wave power), yakni gerakan di permukaan air. Sangat menarik --- On Sat, 28/11/09, Bali da Dave dfa...@yahoo.com mailto:dfaj21%40yahoo.com wrote: From: Bali da Dave dfa...@yahoo.com mailto:dfaj21%40yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Energi Arus Laut To: Ahli Keuangan AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Received: Saturday, 28 November, 2009, 6:32 AM Wow, baru lihat yang seperti ini sepertinya promising... Asalkan kapal nelayan tidak lewat dan nabrak/mencurinya, sepertinya sangat menjanjikan. U
Re: Bls: [Keuangan] Dana LPS
Bung Pras, Kegiatan LPS sebagai lembaga publik tentu saja memerlukan pertanggung jawabkan publik. Sebab itu tidak ada keraguan bagi hak DPR untuk kontrol. Tetapi fungsi utama DPR dalam hal ini bukan cari2 kadar kriminal dalam kasus ini, sebab itu tugas lembaga2 lain yang lebih profesional dan mempunyai aparat chusus untuk itu. Tugas utama adalah menilai apakah SOP yang berlaku saat ini sudah benar, mengapa ada tabrakan sistemik, bagaimana menata ulang supaya terjadi sinergi. Atas dasar laporan2 dari BI, BPK dan Polisi DPR sudah bisa segera membuat UU baru supaya pintu2 pembobolan bank oleh pemilik bisa ditutup rapat2. Dengan kata lain SOP jangan dijadikan momok. Standardiasi SOP yang tadinya merupakan agenda KIB I harusnya adalah motor utama demokratisasi, sebab semua UU kita harus tunduk standard ini. RUU itu namanya RUU Administrasi Pemerintahan. Terpendam dalam2 di arsip2 sekretariat negara yang kurang terbuka itu, saya kuatir UU ini nanti merojol lahir dijalan. Nb. Saya kira yang dituntut oleh pihak2 tertentu bukan hanya pertanggungan jawab LPS terhadap DPR, tetapi semacam hak budget, dimana pengeluaran LPS harus ada persetujuan dulu dari DPR. Kalau ada hak DPR seperti ini, perlu segera dicabut. Sebab harusnya LPS berusaha indipenden mengatasi bencana perbankan. Kalau dana yang ada tidak cukup harusnya dibuka instrumen kerjasama antar bank untuk mobilisasi kredit2 antar bank, atau cara2 lain termasuk dibelinya bank itu oleh bank swasta yang lain. Salam Hok An prastowo prastowo schrieb: Atau kita luruskan saja, itu dana publik, maka perlu pertanggungjawaban publik. Maka parlemen sebagai representasi dari suara publik itu meminta LPS mempertanggungjawabkan penggunaan uang publik. Keputusan LPS, KSSK, dan KK dengan demikian sangat terkait dengan publik, dan proses politik menjadi relevan untuk mengurai pertanggungjawaban kebijakan bailout ini. Yang kita hindari adalah privatisasi kekuasaan dg berlindung di balik cara kerja teknokratis melalui SOP. Ini saya kira jauh di atas seluruh formalitas, di sini nalar publik sedang bergerak menguji praktik kekuasaan. salam Dari: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Cc: i-a-...@yahoogroups.com mailto:I-A-S-I%40yahoogroups.com Terkirim: Rab, 25 November, 2009 06:42:31 Judul: Re: [Keuangan] Dana LPS Bung Poltak, Kalau perlu izin DPR untuk keluarnya dana LPS, maka LPS bukan lembaga indipenden, tetapi tergantung DPR dalam pekerjaaannya. Kalau di Eropa campur tanagn parlemen juga begitu tidak mungkin beberapa kali Bank Eropa gelontorkan dana ratusan milyard Euro disaat masyarakat awam dan mungkin anggota2 parlemen sama sekali tidak tahu adanya krisis. Cara kerja ini jelas lebih murah dari membiarkan api berkobar menyala besar sebelum turun tangan. Masalah ini khas Indonesia sebab yang ada adalah krisis tata negara yang campur aduk memakai kaidah presidensial dan parlementer pada saat yang tidak tepat sehingga terjadi crash. Waktu Dresdner Bank limbung tidak ada yang tahu berapa besar kewajiban dari Kleinworth. Sesudah dibeli oleh Commerzbank baru pelan2 data keluar bahwa kewajiban itu begitu besar sehingga Commerzbank segera perlu diseret masuk payung pertolongan. Profesor2 ekonomi kenamaan yang jadi komisaris akhirnya mengakui bahwa mereka sesungguhnya tidak sanggup mengerti informasi2 dasar dari sertifikat2 yang dijual Dresdner Bank sehingga tidak tahu bahwa Dresdner sebenranya sudah rugi puluhan milyard Euro. Masalah ini international dan harus diatasi tegas, sertifikat2 yang ruwet jangan lagi dijual dipasar uang. Kemudian ada masalah ketiga yaitu berulangnya pembobolan bank oleh salah satu pemiliknya. Disini SMI perlu tegas produksi UU yang mencegah hal ini terjadi lagi. Disini Poltak Hotradero schrieb: At 02:19 PM 11/25/2009, you wrote: Seorang teman baru saja memberi pencerahan: Apakah dana yang dipakai untuk mem-bail-out Bank Century berasal dari LPS atau dari anggaran? Bila memang dari LPS, maka dana itu berasal dari iuran potongan penjaminan yang 0,25% dari bunga deposito. Itu hasil transaksi antara deposan dan LPS. Dan bila demikian maka dana bail-out itu BUKAN uang rakyat. Itu adalah uang LPS, dengan segala kewenangan LPS. (Dan secara hukum, kewenangan LPS tidak tergantung parlemen) Mengapa? Karena secara hukum, sesuatu yang bisa disebut sebagai uang rakyat atau pengeluaran pemerintah - adalah yang telah dianggarkan di APBN. Dan kita tahu bahwa undang-undang sudah menegaskan tidak ada anggaran non-bujeter. Membaca ini saya jadi ketawa, mengingat betapa banyak politikus yang sudah ribut soal uang rakyat...
Re: [Keuangan] Energi Arus Laut
Maaf terlambat bacanya, Anda bisa ikut mailing List Indoenergy liwat: indoene...@yahoogroups.com Secara umum Armida memang benar, sebab air jauh lebih berat dari udara, sebab itu tenaga air (dan laut) dikita besar luar biasa. Di RRC tenaga angin diduga berpotensi untuk diekspor, sebab itu investasi disana naik luar biasa. Dikita ada beberapa sumber tenaga laut, mulai dari ombak yang ada di seluruh pantau Nusantara (terpanjang didunia) dan mungkin yang juga mudah disadap adalah Arus Lintas Indonesia yang sedikit terlokasi di Selat Makassar (10 x arus Amazona) Bali dan Lombok (2 x Amazona) dan selat2 Indonesia Timor lainnya. Dengan kata lain harusnya kawasan2 ini bisa terang benderang siang dan malam. Susahnya kebutuhan untuk itu masih terlalu kecil, sebab itu usul saya segara elektrifikasi jalur dari Banten ke Banyuwangi supaya menyadap listrik di Selat Bali ada gunanya. Ada kawan2 yang ragu pasang plt2 tenaga laut, dari segi keamanan, sebab apa saja bisa hilang, apa lagi yang ditengah laut. Kalau perlu data konkrit langsung saja hubungi Indonenergy. Salam Hok An dfaj21 schrieb: http://www.detikfinance.com/read/2009/11/16/113441/1242408/4/energi-arus-laut-alternatif-baru-bahan-bakar-listrik http://www.detikfinance.com/read/2009/11/16/113441/1242408/4/energi-arus-laut-alternatif-baru-bahan-bakar-listrik Armida menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan EAL karena Indonesia memiliki laut terluas seluas sekitar 5 juta km. Indonesia menyimpan potensi kekayaan energi yang sangat besar, yaitu Arus Laut Lintas Indonesia yang merupakan salah satu terbesar di dunia, sebagai akibat perpindahan air lait dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Kalau dari beberapa bacaan/tv yang sempat saya baca (gak ingat sumbernya), memanfaatkan arus laut ini bisa dibilang sangat susah. Alasannya kenapa saya gak ingat. (Kalau gak salah sih karena air yang masuk sering ada ganggang, ikan, dll yang sering bikin rotor macet, udah gitu karena besi gampang karatan kalau di dekat laut jadi maintenancenya sangat mahal, dll). Cuma yang paling signifikan itu akhirnya biaya pengembangannya jadi sangat besar (jadi bisa gak profitable). Ada yang pernah baca riset-riset efektifitas dan cost pengembangan arus laut menjadi listrik? __._,_._
Re: [Keuangan] Dana LPS
Bung Poltak, Kalau perlu izin DPR untuk keluarnya dana LPS, maka LPS bukan lembaga indipenden, tetapi tergantung DPR dalam pekerjaaannya. Kalau di Eropa campur tanagn parlemen juga begitu tidak mungkin beberapa kali Bank Eropa gelontorkan dana ratusan milyard Euro disaat masyarakat awam dan mungkin anggota2 parlemen sama sekali tidak tahu adanya krisis. Cara kerja ini jelas lebih murah dari membiarkan api berkobar menyala besar sebelum turun tangan. Masalah ini khas Indonesia sebab yang ada adalah krisis tata negara yang campur aduk memakai kaidah presidensial dan parlementer pada saat yang tidak tepat sehingga terjadi crash. Waktu Dresdner Bank limbung tidak ada yang tahu berapa besar kewajiban dari Kleinworth. Sesudah dibeli oleh Commerzbank baru pelan2 data keluar bahwa kewajiban itu begitu besar sehingga Commerzbank segera perlu diseret masuk payung pertolongan. Profesor2 ekonomi kenamaan yang jadi komisaris akhirnya mengakui bahwa mereka sesungguhnya tidak sanggup mengerti informasi2 dasar dari sertifikat2 yang dijual Dresdner Bank sehingga tidak tahu bahwa Dresdner sebenranya sudah rugi puluhan milyard Euro. Masalah ini international dan harus diatasi tegas, sertifikat2 yang ruwet jangan lagi dijual dipasar uang. Kemudian ada masalah ketiga yaitu berulangnya pembobolan bank oleh salah satu pemiliknya. Disini SMI perlu tegas produksi UU yang mencegah hal ini terjadi lagi. Disini Poltak Hotradero schrieb: At 02:19 PM 11/25/2009, you wrote: Seorang teman baru saja memberi pencerahan: Apakah dana yang dipakai untuk mem-bail-out Bank Century berasal dari LPS atau dari anggaran? Bila memang dari LPS, maka dana itu berasal dari iuran potongan penjaminan yang 0,25% dari bunga deposito. Itu hasil transaksi antara deposan dan LPS. Dan bila demikian maka dana bail-out itu BUKAN uang rakyat. Itu adalah uang LPS, dengan segala kewenangan LPS. (Dan secara hukum, kewenangan LPS tidak tergantung parlemen) Mengapa? Karena secara hukum, sesuatu yang bisa disebut sebagai uang rakyat atau pengeluaran pemerintah - adalah yang telah dianggarkan di APBN. Dan kita tahu bahwa undang-undang sudah menegaskan tidak ada anggaran non-bujeter. Membaca ini saya jadi ketawa, mengingat betapa banyak politikus yang sudah ribut soal uang rakyat...
[Keuangan] Chandra Bibit Dibebaskan
Selasa, 03/11/2009 21:32 WIB Reaksi dari masyarakat dimana sedikitnya 600.000 orang ikut bergabung dalam aksi solidaritas di facebook. (Yang berminat bisa coba mengikuti liwat: http://www.facebook.com/group.php?gid=169178211590v=wall) telah mulai berbuah. Malam ini Chandra dan Bibit akan dibebaskan. Langkah yang diperlukan berikutnya adalah perombakan total dalam struktur kepolisian , kejaksaan dan pengadilan kita. Salam damai Hok An . Chandra Bibit Dibebaskan TPF: Semestinya Yang Ditahan Anggodo *Indra Subagja* - detikNews *Jakarta* - Penangguhan penahanan atas Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto disambut positif Tim Pencari Fakta (TPF). Memang seharusnya yang ditahan adalah yang membuat skenario, Anggodo Widjaja. Ya ini memang langkah yang harus dilakukan. Saya kira yang harus ditahan Anggodo, kata anggota TPF, Todung Mulya Lubis melalui telepon, Selasa (3/11/2009). Todung menjelaskan, langkah polisi ini patut diapresiasi. Penahanan menimbulkan pertanyaan publik. Kok ada penahanan? Apalagi setelah mendengar semua rekaman di Mahkamah Konstutusi (MK), terangnya. TPF merespon positif penangguhan penahanan ini. Ini demi kepentingan publik, tutupnya. * (ndr/iy)* http://www.facebook.com/group.php?gid=169178211590v=wall = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Keuangan] Indonesian Military Misses Its Deadline
Kawan2 milis, Program transformasi bisnis tni adalah sisa kerja kabinet SBY. Walaupun informasi sedikit bisa diduga bahwa perusahaan2 yang gemuk2 dan untungnya banyak sudah lama pindah tangan. Berita dibawah meragukan kelayakan perusahaan2 gurem dilingkungan TNI. Tetapi eksistensi perusahaan ini menunjukan bahwa kebutuhannya untuk menutup anggaran TNI masih ada. Hal ini dipertegas dengan pengakuan Freeport mengeluarkan dana US$ 8 juta ditahun 2008 untuk polisi dan TNI. contoh terakhir sudah menyinggung masalah kedaulatan, sebab yang bayar tentu juga ikut ambil keputusan. Saat ini keuangan negara sudah cukup kuat untuk menutup biaya2 keamanan dan pertahanan yang ada (kecuali belanja senjata yang mahal2). Yang mungkin sulit adalah penyusunan anggaran TNI/Polisi secara baik dan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sebenarnya terjadi transformasi sistem anggaran yang dulu sebagian diisi oleh sumber2 nonbudgeter (yang tidak usah dipertanggung jawabkan) menjadi anggaran yang seluruhnya resmi dan siap di periksa oleh inspektor2 keuangan. Dulu masalah tambahan adalah perwira2 yang masuk massa pensiun. mereka mendapat jabatan baru yang diusahakan oleh bagian SOSPOL dari DEPDAGRI atau mendapatkan tempat di BUMN atau perusahaan2 bisnis TNI sendiri. Praktek2 ini sebagian sudah dihentikan, tetapi nampaknya berita dibawah menunjukan masih banyak perusahaan2 gurem yang tidak terjangkau pengawasan dan secara ekonomis tidak layak, tetapi ikut menyuburkan praktek2 perdagangan diluar hukum. Likwidasi bisnis gurem TNI ada baiknya dilakukan oleh TNI. Tetapi sering kali pihak ketiga yang tidak ada hubungan lebih cocok untuk menutup buku atau mejual perusahaan2 yang tidak diperlukan lagi. salam damai Hok An *http://online.wsj.com/article/SB125574270969591499.html?mod=loomialoomia_si=t0:a16:g2:r2:c0.0747085:b28343446* Indonesian Military Misses Its Deadline By TOM WRIGHT http://online.wsj.com/search/search_center.html?KEYWORDS=TOM+WRIGHTARTICLESEARCHQUERY_PARSER=bylineAND JAKARTA—Indonesia's military missed a long-anticipated deadline to withdraw from its many lucrative but controversial business activities, disappointing activists who view the step as vital for modernizing Southeast Asia's largest economy. Human-rights advocates and other critics have long complained that Indonesia's armed forces are allowed to participate in commercial activities ranging from forestry to mining to banks to golf courses—a system they say fosters corruption and gives the military too much influence over the Indonesian economy. Responding to the complaints, Indonesia's parliament in 2004 ordered the government to shut down or take over the army's network of official businesses within five years, though details were left vague and Indonesian officials only recently began to make efforts to meet the target. [Indonesia army] Earlier this week, President Susilo Bambang Yudhoyono issued a decree ordering the armed forces to transfer their official foundations and cooperatives—valued at $240 million or more—to Indonesia's civilian-led Defense Ministry, which will run them and receive any profits. But his decree didn't specify a time frame, and many businesses remained in military hands Friday. Critics say the president's decree didn't cover a myriad of much-larger informal or possibly illegal businesses, which Human Rights Watch, a New York-based advocacy group, claimed in a 2006 report could total hundreds of millions of dollars. Human Rights Watch and others have said recently that Indonesia should do more than force the military to transfer assets to the Defense Ministry, which they say is heavily influenced by uniformed military officers. If we want to change the attitude [of the military] we should liquidate all the business, said Erry Riyana Hardjapamekas, the head of a government task force set up last year to plan the takeover or liquidation of military assets. He said he was disappointed with the government's decision to transfer businesses to the Defense Ministry; the task force had recommended in October 2008 that the state sell or liquidate such assets, recouping the money from the sales and sending a stronger signal of commitment to military overhaul. Attempts to reach an army spokesman weren't successful. The military hasn't published a complete list of its businesses, although senior generals have said they are committed to transferring, selling or liquidating them. Government officials couldn't be reached to comment Friday, but they have said progress is being made. Defense Minister Juwono Sudarsono said Mr. Yudhoyono's decree paves the way for the army to eventually move out of business entirely and come more firmly under civilian control. The practice of letting the military engage in business goes back decades. During Indonesia's war of independence against the Dutch in the 1940s, the ragtag army relied on business partnerships with local
Re: [Keuangan] Re: Menyorot Peran BUMN
Bicara BUMN memang banyak tabunya. Saya kira perlu ada telaah sejarah mulai dari VOC, privatisasi di jaman kolonial, nasionalisasi, alih pemilikan banyak perusahaan ex BUMN besar 5 tahun terakhir ini sampai sekarang. Perusahaan2 ini sebagian punya monopoli sektoral, dengan didukung negara. Wilayah kerjanya luas dan memaksa sebagian masyarakat mundur kesektor subsisten (sekarang sektor informal). Besarnya sektor negara juga menyebabkan banyak orang ingin masuk untuk ikut serta kaya dengan korupsi, sebab itu ada kawan2 yang yakin bahwa korupsi belum bisa hilang selama sektor ini masih dominan. Ada yang malah menuntu supaya negara dan konkretnya anggaran pembangunan dinolkan saja, supaya tidak bisa dikorupsi lagi. Saya rasa kawan2 setuju bahwa usul ini ada benarnya tetapi sesungguhnya sesat. Sebab pentingnya masalah ini diskurs mengenai masalah ini perlu dilakukan secara mendalam, terbuka dan kepala dingin. Hanya dengan cara itu jalan keluar yang rasional dan adil bisa disetujui bersama. Jalan keluar yang ada saya rasa banyak, sebab masyarakat kita secara keseluruhan sesungguhnya cukup modalnya untuk membeli perusahaan2 itu, tetapi rencana dengan sistem yang memadai dan bisa dipercaya belum ada. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 10:26 PM 10/14/2009, you wrote: Diskusi tentang BUMN tidak akan ada habisnya. Masalahnya, setiap BUMN punya lahan masing-masing dan tidak bisa di-analisis secara pukul rata. Bagi kita di Indonesia, listrik dan kereta api, misalnya, amat sulit diserahkan kepada kompetisi murni. Karena keterbatasan kemampuan konsumen/pelanggan. Boleh dikatakan keduanya natural monopoly. Telekomunikasi dulunya juga disebut sebagai natural monopoly, tetapi ternyata perkembangan teknologi memungkinkan perubahan sehingga kompetisi terjadi dan harga di level konsumen bisa turun. Saya rasa, kita harus berangkat dari tujuan menurunkan harga di level konsumen dengan disertai pertumbuhan bisnis yang menjangkau lebih banyak konsumen. Penerbangan sipil bisa diserahkan kepada kompetisi swasta, namun Garuda tidak bisa dijual: di mana harga diri kita sebagai bangsa? (49 persen saham bisa tentunya). Amerika Serikat tidak pernah punya perusahaan penerbangan milik negara. KLM, Air France, dan Alitalia sudah merger menjadi satu. British Airways sudah diprivatisasi, dan berencana untuk merger dengan Iberia Airlines dan American Airlines (dan mungkin ditambah dengan Qantas). Penerbangan adalah bisnis yang beresiko sangat tinggi (lihat saja apa yang terjadi pada bangkrutnya PanAm, TWA, SwissAir, Delta, dan berbagai perusahaan penerbangan lainnya) - sehingga sudah seharusnya pemerintah tidak perlu punya perusahaan penerbangan (kalau memang tidak mampu menyediakan injeksi modal secara terus menerus). Injeksi modal terus menerus berarti perusahaan menerima subsidi dari pembayar pajak, tanpa peduli apakah pembayar pajak tersebut menikmati layanan perusahaan tersebut atau tidak. Harga diri bangsa terletak pada kemampuan memberi yang terbaik bagi sebanyak mungkin warga negara Indonesia. Bukan dengan kemampuan memelihara perusahaan zombie. Saya meragukan kebijakan untuk mengadakan Kementerian BUMN, yang pada akhirnya hanya mementingkan bottom line. Mungkin lebih baik diawasi departemen teknis. Mengingat bahwa profit terkait dengan kontribusi penerimaan pajak dan redistribusi penerimaan tersebut kepada masyarakat -- maka saya justru mempertanyakan perusahaan yang terus menerus dibiarkan rugi atau tidak berkembang tetapi tetap dibiarkan hidup. Bila bukan kepentingan pembayar pajak (masyarakat) dan penerima manfaat pembayaran pajak (yang juga masyarakat) -- lalu kita mau memperhatikan kepentingan siapa lagi?? __._,_
Hukum perdata dan anglo saxon/Re: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Dibawah ada kutipan dari Wikipedia tentang sistem2 hukum. Tambahan: Sebetulnya sistem kita juga tambah burem sebab hukum adat dibilang berlaku, tetapi kalau bersangkutan dengan tanah dan warisan tidak selalu bisa ditagih. Keputusan hakim2 tertentu ada yang pro hukum adat ada yang pro Kitab UU. Hukum Perdata. Salam Hok an http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum ... Hukum perdata Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga hukum privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau kendaraan . Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi: 1. Hukum keluarga http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_keluargaaction=editredlink=1 2. Hukum harta kekayaan http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_harta_kekayaanaction=editredlink=1 3. Hukum benda http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_bendaaction=editredlink=1 4. Hukum Perikatan http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_Perikatanaction=editredlink=1 5. Hukum Waris http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Waris ... .. http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum#Sistem_hukum_Anglo-Saxon Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh negara-negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum Eropa Kontinental, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum adat, sistem hukum agama. [sunting http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukumaction=editsection=8] Sistem hukum Eropa Kontinental Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini. [sunting http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukumaction=editsection=9] Sistem hukum Anglo-Saxon Sistem Anglo-Saxon http://en.wikipedia.org/wiki/Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi http://id.wikipedia.org/wiki/Yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia http://id.wikipedia.org/wiki/Irlandia, Inggris http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris, Australia http://id.wikipedia.org/wiki/Australia, Selandia Baru http://id.wikipedia.org/wiki/Selandia_Baru, Afrika Selatan http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan, Kanada http://id.wikipedia.org/wiki/Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat (walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama. Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim http://id.wikipedia.org/wiki/Hakim, dalam memutus perkara. [sunting http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukumaction=editsection=10] Sistem hukum adat/kebiasaan Hukum Adat http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Adat adalah adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. [sunting http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukumaction=editsection=11] Sistem hukum agama Sistem hukum agama http://id.wikipedia.org/wiki/Agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam Kitab Suci http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Suci. ... Hukum Indonesia /Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hukum Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia/ Indonesia adalah negara yang menganut sistem hukum campuran dengan sistem hukum utama yaitu sistem hukum Eropa Kontinental. Selain sistem hukum Eropa Kontinental, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat dan sistem hukum agama, khususnya hukum (syariah) Islam. Uraian lebih lanjut ada pada bagian Hukum Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia. ... Wong Cilik schrieb: mohon bantuannya, saya tidak mengerti sistem anglo-saxon itu apa? Apakah terminologi hukum, terminologi ekonomi atau terminologi politik? Maksudnya apa dan barangkali ada referensi yang bisa dilihat?
Re: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Bung Pras, Saya setuju dengan tulisan Anda dibawah. Saya cuma mau menambahkan beberapa hal: a. Saya juga pernah ketemu dengan lingkungan TNI yang sangat resah dengan situasi dalam negeri akhir2 ini. Buku Saurip Kadi (Mengutamakan Rakyat) saya rasa cukup jelas menggambarkan adanya keraguan bahwa langkah2 reformasi yang dijalankan sudah cukup. Yang menarik ada perwira yang menuntut supaya Pancasila kalau tidak diterapkan dihapus saja. Tetapi 5 tahun yang lalu banyak kawan2 yang sangat enthusias dengan SBY. Buku kecilnya (buku pedoman untuk PD) sifatnya integratif dan berisi hal2 yang diinginkan para leluhur2 pejuang kemerdekaan dan bersemangat Pancasila. Kemudian SBY menegaskan janjinya dengan komitmen terhadap program reformasi birokrasi yang disusun oleh Partnership for Governance Reform. Tapi ternyata kabinet pelangi yang dibentuk tidak punya program politik, jadi susah ditagih janjinya sebab memang tidak ada. Sudah itu posisi kabinet dibagi2 kepada partai2 secara blok. Sebetulnya lebih baik kalau Menterinya dari partai A, maka deputy2 dan dirjen dibagi kepada partai koalisi yang lain, sehingga keputusan kabinet selalu merupakan keputusan koalisi. Yang lebih celaka lagi ternyata kawan2 yang pernah jadi team sukses saja sulit mendapatkan termin cukup dengan SBY. Setiap pertemuan musti liwat team sekretariat negara yang birokratis dan biasanya hanya memberi jatah waktu terlalu pendek untuk membahas masalah secara mendalam. Jadi SBY sesungguhnya terjebak kurungan emas yang dibuatnya sendiri. Menjebol kurungan emas ini mutlak perlu. Baik SBY maupun Boediono perlu lebih banyak turun langsung berkomunikasi dengan masyarakat. Dalam komunikasi ini keraguan2 yang selama ini menghambat langkah2 reform tentu akan diatasi bersama-sama dengan masyarakat. Untuk itu mungkin Birokrasi sekitar kantor kepresidenan dan sekretariat kabinet perlu disederhanakan dan lebih mudah diakses masyarakat. b. Sistem hukum perdata kita memang sejak lama goyang. Bukan hanya karena sejarah pembengkokan hukum selama Orde Baru, tetapi tendensi dominasi cara pikir anglo saxon dan mungkin pragmatisme. Saat Kwik Kian Gie tabrakan dengan IMF dan WB, setahu saya dia sendirian dan kemudian DPR maupun Kabinet tanda tangan UU yang diusulkan oleh IMF tanpa banyak ribut. Bagi Kwik mungkin ini sudah pelanggaran UUD, tetapi dalam cara pikir anglo saxon yang tidak punya konstitusi hal ini biasa saja. Cara pikir ini jangan2 dianut oleh mayoritas masyarakat. Setahu saya T. Mulya Lubis malah setuju kalau kita konsekwen pindah ke sistem anglo saxon, sebab perdagangan dunia ikut sistem ini. Bangunan hukum kita mempengaruhi sistem dagang kita dan tidak saja menyebabkan daya saing kita sangat rendah, tetapi juga buruknya pelayanan negara. Reformasi hukum memerlukan kesungguhan dan dana cukup besar. Kalau berhasil reformasi hukum akan menjadi pelancar pembangunan. Salam damai Hok An prastowo prastowo schrieb: Bung Hok An, Maaf saya lama tidak buka email dan telat membalas email Anda yang menarik ini. Saya bersetuju dengan Anda. Yang harus dipikirkan bangsa ini adalah bekerja di dua tataran sekaligus. 1. Tataran normatif, bahwa kita perlu merumuskan apa yang seharusnya/sebaiknya dilakukan ( saya sebut saja tataran 'etis'). 2. Tataran praksis, sebagai turunan dari tataran etis, yaitu tataran politis/hukum. Kita ini seolah hidup dalam dua dunia', di satu sisi urgensi akan no 1 tak bisa ditawar-tawar lagi melihat kompleksitas tantangan bangsa, namun no 2 kunjung memadai sebagai sebuah langkah operasional. Yang menjadi PR adalah bagaimana mengaitkan no 1 ke no 2 ini, apakah hubungannya niscaya atau arbitrer ( manasuka ) saja? Ide Anda saya kira mampu mengisi defisit ini, dan sejauh saya tahu sudah diusulkan juga ya di milis tetangga ke Uda Adrinof Chaniago? Kita menghadapi kasus terorisme, Ahmadiyah, fundamentalisme agama, intoleransi, ketimpangan sosial, dll, yang perlu semacam pandu. Sebenarnya dg SBY sudah pernah dicoba. Tahun 2006 diadakan Simposium Nasional dg tema Restorasi Pancasila di UI, kebetulan saya ikut di dalamnya. Lalu hasil simposium ini dikemas secara akbar di JCC, dg penyerahan rekomendasi secara simbolik ke SBY. Pidato SBY waktu itu sungguh menggugah dan komitmennya jelas. Hanya saja kok di tataran praksis kita masih mendapati UU Pornografi disahkan, UU Kerahasiaan Negara, hingga kasus Ahmadiyah yang menyedihkan itu. Agaknya SBY sendiri gamang. Entah untuk kali ini, apakah dia akan cukup percaya diri? kita berharap demikian. Minimal visi ini harus tegas dan jelas dlm Kabinet Indonesia Bersatu jilid II nanti. Jangan ada aneka ideologi dlm satu kapal. Usul Anda konkrit. Dua minggu lalu saya ngobrol hampir 2 jam dg seorang pejabat eselon II di Depkumham dlm sebuah acara Halal bihalal. Beliau prihatin dg sistem hukum kita yang karut marut. Ada semacam pertarungan mazhab, kontinental vs anglo-saxon yang tak terjembatani, dan celakanya di
Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Bung Prastowo, Hampir selalu ada masalah dengan pluralitas budaya dan sistem nilai. Budaya umumnya bersifat dinamis dan sistem nilainya ikut perkembangan budaya kemanusiaan, sistem produksi dan politik. Misalnya sistem keluarga yang dikita seribu satu modelnya, jadi budaya adalah suatu keadaan yang kompleks. Kita bisa harapkan bahwa UUD atau sistem etika yaitu Pancasila menjadi rangka dari suatu sistem yang plural dan kompleks ini. Tetapi cara penyelesaian kontradiksi antar sistem ini belum ada resep umum yang jelas. Walaupun penyelesaian secara dialog untuk mencari konsensus bersama sering dikatakan sebagai jalan keluar, tetapi selalu saja ada badan2 negara maupun swasta yanng merasa berhak untuk menetapkan satu2nya yang benar. Dalam sejarahnya Pancasila pernah dijadikan pentung untuk menyingkirkan kelompok2 yang tidak disukai dan menakuti banyak orang. Banyak orang sebab itu trauma. Kalau azas ini yang mau dijadikan bingkai dari seluruh kebinekaan budaya kita, perlu ada rekonsiliasi dan reaktualisasi. Selain itu rakyat harus jelas kalau ini aparat saya untuk hidup aman, damai dan sejahtera bagaimana bisa saya tagih. Pemikiran bagaimana Pancasila berubah dari placebo menjadi aparat (jadi bukan tujuan) yang bermanfaat bagi masyarakat merupakan usaha besar yang hasilnya tidak bisa ditunggu lama2 lagi. Sebaiknya kabinet yang baru segera menjelaskan bagaimana Pancasila, UUD dan semua UU yang ada bisa menjadi sistem penyelesaian konflik yang berfungsi dan dimengerti semua orang. Salam damai Hok An prastowo prastowo schrieb: Bli, Saya kira konklusi ini cukup memadai dan komprehensif, terima kasih untuk ini. Tugas kita bersama adalah memikirkan soal ini. Di tengah aneka kepentingan, motif, usaha, maupun tujuan, saya yakin kita sebagai warganegara Indonesia masih memiliki satu irisan yang menyatukan. Yang membedakan mungkin hanya kadarnya, yang sangat percaya, biasa-biasa saja, maupun skeptis, semua berhak hidup dan masing2 memiliki alasan yg sah, karena Pancasila hidup dalam sejarah. Kekeliruan Orde Baru - dan ini sangat fatal - adalah menjadikan Pancasila ahistoris. Nah, di sini saya sedikit memperkenalkan apa yang dalam Filsafat Politik disebut prinsip 'Metanormatif'. Etika-etika yang ada, termasuk norma agama, bersifat normatif, mengikat dan menjadi imperatif bagi warga/umatnya. Indonesia adalah Taman Etika, dan juga Kebun Nilai-nilai. Pertanyaannya adalah, bagaimana Taman dan Kebun ini bisa lestari, sedangkan masing2 memiliki klaim paling? Di sini Pancasila tepat jika ditempatkan dalam bingkai 'Metanormatof'. Ia bukan sebuah nilai yg bersaing dengan nilai-nilai lain, melainkan prinsip dasar yang memungkinkan nilai2 di Taman dan Kebun ini dipraktikkan dan dihayati. Maka tujuan individual, komunitas, atau kebangsaan terbingkai dan dijamin prinsip ini. Hasil akhir tidak harus seragam, tetapi Pancasila harus memastikan bahwa semua memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama. Liberalisme sebenarnya mengalami krisis seperti Pancasila juga, ketika ia diperlakukan secara normatif. Liberalisme bisa diselamatkan jika ia ditempatkan secara 'metanormatif', sebagai prinsip dasar yang menjamin kebebasan, jadi kebebasan bukan nilai intrinsik yang harus diperjuangkan untuk diwujudkan, melainkan sesuatu yang diandaikan sebagai dasar tindakan yang bebas. Kekeliruan (mungkin kelatahan ) ini akhirnya melahirkan apa yang kita sebut Pancasila vs Islam (teokrasi), dll, hal yg pernah saya kritik atas hasil penelitian sebuah lembaga survei terkenal di Indonesia krn kerancuan yg menyesatkan ini. Pancasila adalah prinsip dasar yg memungkinkan orang Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Batak, Jawa, Bugis, Minang, Cina, dll menghayati keyakinan dan nilai-nilainya. ( untuk elaborasi ini saya berhutang pd pemikiran brilian Douglas B. Rasmussen dan Douglas den Yul, dlm bukunya 'The Norm of Liberty', 2005). salam, pras Dari: Oka Widana oka.wid...@indosat.net.id mailto:oka.widana%40indosat.net.id Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 20:20:56 Judul: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan
[Keuangan] 2009 Global Corruption Report
Kawan2, Ada laporan tentang masalah korupsi dari TI. Yang tidak bisa dipetik sendiri dari: http://www.transparency.org/publications/gcr Dibawah saya lampirkan resume untuk Indonesia dari Jakarta Post- Salam damai Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2009/10/07/ti-60-percent-indonesian-businesspeople-pay-bribes.html http://www.thejakartapost.com/news/2009/10/07/ti-60-percent-indonesian-businesspeople-pay-bribes.html TI: 60 percent of Indonesian businesspeople pay bribes *The Jakarta Post* , Jakarta | Wed, 10/07/2009 9:36 PM | Business Most business players in the country tend to pay bribes to public officers, including government officials, to smooth their business, a survey conducted by the Transparency International (TI) reveals. TI found in its latest survey that corruption remained unchecked in Indonesia, involving up to 60 percent of businesspeople in the country. The report is part of the 2009 Global Corruption Report (GCR) on the private sector, which surveyed 2,700 businesspeople in 26 countries across the globe in 2008. “We conducted a global corruption survey on aviation and logging companies in Indonesia,†Transparency International Indonesia secretary-general Teten Masduki said Wednesday in Jakarta. “We discovered 60 percent of businesspeople from these sectors bribed the authorities and public institutions to win projects.†The same proportion of businesspeople engaged in corruption in Egypt, India, Morocco, Nigeria and Pakistan, the survey found. “The business sector has played a role as a center of corrupt transactions among civil servants, officials and politicians,†Teten said, adding businesspeople only committed bribery because they had no other options. (*naf*)
Menteri Tata Negara/Re: [Keuangan] PANCASILA
Bung Oka, Sayang saya belum ada rencaan ke Jakarta. Sekalipun demikian lusa saya ketemu orang penting kabinet yang urus infrastruktur kita yang mogok seperti kedelai bandel itu. Kalau ada tuntutan dari kawan2 milis akan saya sampaikan. Saya sendiri sesungguhnya menduga Pancasila sudah ditelikung cukup lama, sebab pionir2 negara kita waktu itu merasa berada dalam keadaan darurat perang terus menerus dan memilik jalan2 pintas yabng sesungguhnya melanggar tata negara. Sebab itu saya senang bahwa ilmuwan2 muda kita kemarin muncul dengan usulnya untuk menyederhanakan kabinet. Kertas mereka saya tambah dengan usul supaya MENDAGRI diganti namanya jadi menteri tata negara dan revitalisasi negara. kertas kerja mereka saya lampirkan dibawah. Salam Hok An - Konperensi Pers SUMBANG SARAN STRUKTUR KABINET DAN NAMA-NAMA KEMENTERIAN DARI TIM VISI INDONESIA 2033 (Andrinof A. Chaniago, M. Si., Ahmad Erani Yustika, Ph. D, Jehansyah Siregar, Ph. D., dan Tata Mutasya, MA) Pengantar Mengingat sejumlah hal yang perlu di pertimbangkan, susunan dan bentuk masing-masing kementerian pada masa Pemerintahan yang akan dipimpin oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono untuk periode 2009-2014 akan mendatang sudah seharusnya lebih ramping dari Kabinet Indonesia Bersatu periode 2004-2009. Beberapa alsan itu adalah, Pertama, mengingat kita sudah kurang lebih sembilan tahun menerapkan, dan tetap berkomitmen dengan, otonomi daerah. Kedua, negara kita masih memiliki anggaran terbatas dan harus menjalankan pemerintahan dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Ketiga, struktur birokrasi dan cabang-cabangnya masih banyak yang menjalankan fungsi tumpang tindih, atau kapasitas organisasi yang berlebihan; Mengingat hal-hal di atas, dan untuk membuat Indonesia lebih cepat mengejar ketertinggalannya dari bangsa-bangsa lain, dan agar setiap unit sumber daya yang digunakan bisa menghasilkan output lebih besar dan manfaat lebih banyak, perampingan dan penataan organ-organ dan jabatan-jabatan di dalam lembaga eksekutif dan birokrasi untuk pemerintahan periode 2009-2014 sangatlah diperlukan. Setelah melakukan kajian terhadap struktur dan elemen-elemen organisasi, fungsi dan kewenangan yang terdapat pada struktur kabinet dan pemerintahan pada periode 2004-2009, Tim Visi Indonesia 2033 melihat jumlah kementerian dan jabatan setingkat menteri yang selama ini berjumlah 36 bisa diperkecil sekurang-kurangnya menjadi 27 kementerian dan jabatan setingkat menteri. Bahkan, dengan memperkuat fungsi Sekretaris Kabinet, jumlah kementerian dan jabatan setingkat menteri itu masih bisa diperkecil lagi menjadi 25 buat dengan cara menghapus semua jabatan Menteri Koordinator. Berikut adalah Struktur Organisasi dan Bentuk masing-masing Kementerian yang kami usulkan: Kementerian dan Jabatan Sertingkat Menteri yang tetap dengan nama dan struktur lama: 1. Menteri Koordinator Politik dan Keamanan 2. Menteri Sekretaris Negara 3. Menteri Luar Negeri : 4. Menteri Pertahanan 5. Menteri Hukum dan HAM 6. Menteri Keuangan 7. Menteri Sumber Daya Mineral dan Energi 8. Menteri Kelautan dan Perikanan : 9. Menteri Kesehatan : 10. Menteri Agama : 11. Menteri Riset dan Teknologi : 12. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional : 13. Menteri Komunikasi dan Informasi : 14. Jaksa Agung : 15. Sekretaris Kabinet : Kementerian Hasil Reorganisasi 1. Menteri Koordinator Perekonomian dan Kesra Disamping untuk efisiensi, peleburan jabatan Menko Perekonomian dan Menko Kesra adalah untuk membuat para pejabat ekonomi sekaligus berpikir agar setiap upaya menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi langsung dikaitkan dengan kebutuhan ekonomi masyarakat. Karena, pada dasarnya, upaya untuk meningkatkan produktifitas ekonomi oleh negara adalah untuk meningkatkan penerimaan negara. Sedangkan tujuan meningkatkan penerimaan negara sendiri adalah untuk meningkatkan biaya pelayanan kepada masyarakat atau untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak tepat kalau masalah ekonomi hanya diurus dengan menggunakan ukuran-ukuran agregat ekonomi semata, tetapi harus langsung dikaitkan dengan indikator-indikator kesejahteraan rakyat. Penggabungan ini tentu juga akan menciptakan efisiensi karena mengurangi jabatan menteri dan sejumlah jabatan Aselon I (Deputi dan Staf Ahli). 2. Menteri Dalam Negeri dan Pemberdayaan Apartur Negara Men PAN dihapus dan diubah menjadi satu Dirjen. Tetapi, dari Depdagri, ada Dirjen yang dipindahkan, dilebur dan dihapus. Yang dipindahkan adalah Dirjen Pembinaan Masyarakat dan Desa, ke Departemen Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Sedangkan Dirjen yang perlu dilebur (rasionalisasi) adalah Dirjen Otonomi Daerah dan Dirjen Bina Pembangunan Daerah dijadikan satu Dirjen dengan nama Dirjen Bina Pemerintahan Daerah. Depdagri tidak relevan melakukan pembinaan pembangunan. Kementerian yang lebih tepat melakukan fungsi dan tugas pembinaan pembanugnan daerah adalah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
Re: [Keuangan] PANCASILA
Bung Poltak, bagi saya Pancasila tadinya adalah janji bentuk dari negara (waktu itu cuma RI). Isinya adalah kompromi dari kelompok2 yang mendukung lingkaran kecil sekitar BPKNIP. Pada awalnya cuma ada 4 sila. Akhirnya jadi 5 sebab kelompok2 minoritas menuntut masuknya perikemanusian. Azas perikemanusian diaktualisasi sesudah UUD 45 diganti dengan UUDSementara dimana seluruh konvensi PBB yaitu apa yang namanya Hak2 Azasi Manusia (HAM) diadopsi dalam UUD ini. Jadi Indonesia adalah satu negara yang pertama mengakui HAM. Tetapi mengakui kita sekarang tahu semua ternyata bukan melaksanakan. Yang terjadi malah degradasi sistem negara hukum sampai nyaris hilang. Yang hilang bukan hanya sistem hukum, tetapi juga norma dan etika. Singkat kata sesungguhnya konsensus nasional tentang baik dan buruk, benar dan salah sudah dalam keadaan lumpuh. Perlu dikaji ada atau tidak lembaga negara yang bertugas mengawasi dan menerapkan sistem hukum, norma dan etika dalam negara kita. Sesungguhnya badan tertinggi adalah MPR. Tetapi badan ini sudah maya, sebab fungsi yang nyata tidak jelas lagi. Sebetulnya MPR adalah badan yang bertugas menyusun sistem nilai apakah UU yang ada sesuai dengan Pancasila atau tidak. Berdasarkan sistem nilai ini harusnya setiap undang2 bisa dinilai oleh Makamah konstitusi apakah masih berlaku. Dalam praktek se-hari2 harusnya ada menteri UUD yang bertugas mendidik dan mengawasi semua unit2 kenegaraan supaya bekerja dalam kerangka UUD. Di Indonesia fungsi ini tidak jelas ada di departemen apa. Harusnya jabatan ini dipegang oleh Menteri Dalam Negeri yang 10 tahun terakhir ini se-olah2 kehilangan perannya sebagai juru pimpin tata negara kita. Jadi Pancasila dan aparatnya yaitu seluruh sistem perundangan kita ini belum bisa atau tidak selalu bisa ditagih, mirip obat placebo. Merek sudah ada tapi isinya masih kosong. Mengatasi masalah ini tidak mudah, sebab visi politik untuk itu belum ada. Sebab itu perlu ditanamkan idealisme supaya visi negara modern dengan tata negara yang jelas bisa jadi infrastruktur politik kita dikemudian hari. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 11:40 AM 10/6/2009, you wrote: Aku jd tertarik jg comment. Menurutku semua pemikiran/konsep selalu merupakan respond terhadap tantangan jaman dan waktu. Jd, ada assumsi yg melandasi konsep tsb. Asumsi2 dasar ekonomi kapitalis, sosialis rasanya sudah jelas. Yg rasanya belum jelas ialah ekebenarnya apa sih asumsi2 ekonomi Pancasila? Bung Enda, Itu dia bagian dari pertanyaan saya sejak berhari-hari yang lewat. Pancasila itu konkritnya apa? (dan sama dengan itu - ekonomi Pancasila itu konkritnya apa?) Kayaknya masih belum terjawab. Dan kalau memang belum terjawab -- bagaimana kita bisa tahu ekonomi pancasila (apapun itu) adalah penyelesaian atas masalah ekonomi kita? Bila ternyata Pancasila tidak mendorong penegakan hukum atau meritocracy -- maka semakin berkuranglah poin untuk menyatakan bahwa ekonomi pancasila adalah resep yang tepat... Sekadar jadi gerakan moral ya silahkan saja -- tetapi sebagai agama atau doktrin ekonomi -- Pancasila rasanya sudah terlalu jauh. Pertanyaan berikutnya tentu, seberapa penting sebenarnya asumsi tsb dibawa dalam tahap operasional. [Aku sendiri pernah schock baca paper lama dari Milton Friedman The Methodology of Positive Economics, yg kurang lebih bilang bhw unrealistics assumsi dalam teori ekonomi tidaklah penting, selama teori tsb menghasilkan prediksi yg benar]. Apakah teori sdh jd agama? Salam, Enda
Re: [Keuangan] Re: RUU pengaturan dan pengelolaan utang II
Bung Dave Anda mengajukan 3 masalah: 1. Beban bunga: Saat ini total hutang negara yang tercatat Rp 1700 triliun. Menurut anggaran bayar bunga yang disetujui 2009 DPR adalah Rp. 109,6 trilliun. Anggaran ini sebenarnya rendah. Kalau hutang itu sumbernya dari dalam negeri diperlukan anggaran Rp 170 trilliun dengan syarat bunga SUN bisa ditekan sampai 10%. Sebab itu pinjam di luar negeri bisa jauh lebih murah dari didalam negeri. Untuk proyek2 infrastruktur jangka panjang kadang2 ada negara yang cuma mematok bunga 2%. Dengan kata lain hutang dalam negeri juga subvensi kepada pemilik uang dalam negeri sebab saat ini BI dan negara masih rebutan Rupiah sehingga bunga Rupiah melambung tinggi. Barangkali bunga Rupiah bisa turun kalau BI mengurangi penjualan SBI. Dipihak lain perlu ada semacam lembaga hutang negara yang aktiv menyerap Rupiah dari pasar. 2. Pencetakan uang. Sekarang nampaknya cuma BI yang punya otoritas cetak uang. Penyimpangan seperti waktu krisis di Timtim dimana TNI juga cetak uang tidak terjadi lagi. Tetapi kadang2 ada instrumen2 lain penerbitan uang misalnya terbitnya SUN untuk dana rekap perbankan pada saat krisis, atau perubahan garansi2 hutang BUMN menjadi kewajiban pemerintah. Hal ini terjadi waktu krismon. Dalam kasus PLTU Paiton II apa yang namanya letter of intent mengalihkan hutang PLN menjadi kewajiban negara. Di US saat ini pencetakan uang deras sekali. Tadinya strategi ini dirancang dalam rangka pembangunan infrastruktur industri energi yang berkelanjutan dan pembangunan jaringan sosial, tetapi ternyata ratusan milyard dollar tiba2 terserap dalam program rekap sektor keuangan. Dilema ini cukup besar, sebab pada saat dana kurang hanya satu usaha yang bisa dilaksanakan dengan baik. Sebab itu ada bahaya bahwa sektor keuangan sembuh tetapi struktur ekonomi dan sosial malah stagnan. Ekonom2 Indonesia sendiri yang saat ini naik daun kelihatannya lebih suka untuk berhemat ikat pinggang sebab banyaknya korupsi yang mengancam proyek2 yang tujuannya baik mubasir. Tetapi kalau cetak uang penggunaanya diutamakan untuk membersihkan negara dari struktur2 yang memungkinkan korupsi mengapa tidak. Proyek reformasi birokrasi yang sungguh2 bukan proyek yang murah. 3. net ekspor Kira2 setahun yang lalu tampak gejala bahwa impor Indonesia mulai mengejar angka ekspor. Hal ini pernah terjadi sebelum krismon. Salah satu sebabnya adalah tingginya kadar komponen impor dari produksi barang ekspor kita. Untuk sepatu bisa sampai 90%. Hal ini hanya bisa diatasi dengan litbang yang insensif dan tidak menghasilkan kertas pesanan yang isinya keliru. Untuk itu juga diperlukan budaya yang bersih KKN, dimana kertas2 kerja dibuat secara jujur. Bali da Dave schrieb: Pak Hok An, terima kasih sudah kirim artikelnya... Menurut pendapat saya, berhutang itu perlu, cuma ada TAPI nya. - sebaiknya diutamakan dengan dana dalam negeri - tidak dilakukan dengan mencetak uang gila-gilaan (independensi Bank Indonesia harus tetap ada, tidak dipengaruhi oleh unsur politik pemerintahan) -- supaya tidak menjadi seperti Zimbabwe yang inflasinya jutaan persen pertahun - Utang luar negeri harus seimbang dengan peningkatan net export. (net export naik, utang luar negeri juga boleh naik tapi proporsional). Silahkan dikoreksi atau ditambahkan
[Keuangan] RUU pengaturan dan pengelolaan utang I
Kawan2 keuangan, Dibawah ada berita tentang aktualisasi dari RUU penataan uang pemerintah. Sebab masalah ini penting saya kirim beberapa berita tentang masalah ini. Dibawah ada review tentang RUU itu di Kompas. Bisa dilihat sudut pandang Kompas kurang lengkap. Ada beda antara utang pemerintah dan utang negara. Pada kenyataan yang penting adalah utang negara, jadi termasuk SBI, peredaran Rupiah dan juga utang swasta, sebab pembayaran utang dalam devisa pada kenyataannya dijamin (bisa dibaca juga disubvensi) BI dengan nilai tukar yang pasti dengan operasi pasar uang. Jadi RUU sebenarnya sangat kompleks dan perlu dilihat dari beberapa sudut, sebab itu masing2 yang punya pendapat berbeda silahkan mengemukakan pendapatnya berdasarkan kepentingannya masing2. Salam Hok An http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/06/30/19511085/ruu.pengelolaan.utang.segera.diajukan Pemerintah sebab regulasi pengelolaan dan pemanfaatan utang saat ini dinilai sudah kurang mampu mengakomodasi permasalahan utang pemerintah. Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR RI Rama Pratama di Jakarta, Selasa, menyatakan, salah satu kelemahan dalam pengelolaan utang pemerintah saat ini adalah tidak adanya regulasi yang betul-betul komprehensif, tegas, dan terintegrasi dalam pengaturannya. Saat ini, regulasi yang betul-betul mengatur penataan utang pemerintah adalah setingkat Peraturan Pemerintah (PP), yaitu PP Nomor 2/2006 tentang pencatatan dan penerimaan utang dan hibah luar negeri. Sementara PP Nomor 2/2006 ini tidak mengatur (selengkap) yang diharapkan. Ini yang membuat RUU luar negeri yang ada di Departemen Keuangan kontekstual kembali. Ini yang harusnya disodorkan pemerintah. Ini juga harusnya menjadi inisiatif DPR selanjutnya, tentang bagaimana sebetulnya mekanisme persetujuan utang dari parlemen, katanya. Menurut Rama, regulasi setingkat UU memungkinkan utang yang ditarik pemerintah dilakukan dengan pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan lebih jelas, terlebih lagi komposisi utang pemerintah juga mulai banyak ditutup oleh utang luar negeri seperti melalui pinjaman dana siaga (/standby loan/). Baik pemerintah maupun parlemen, lanjutnya, mulanya menilai tidak relevan lagi keberadaan RUU Utang menyusul komposisi banyak didominasi utang dalam negeri. Namun dengan krisis global yang mendorong utang luar negeri, itu menempatkan kembali signifikansi RUU ini yang mengatur secara luas mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan utang dibanding hanya PP yang lebih banyak mengatur soal-soal administratif, katanya. Selain regulasi yang lebih tegas, pemerintah juga disarankan membentuk lembaga pengelolaan utang (/debt management office/) yang terintegrasi untuk mengatasi masalah daya serap utang, dan temuan-temuan biaya komitmen, lembaga ini juga diharapkan meningkatkan kelengkapan pencatatan utang pemerintah. Selama ini, selain masih adanya masalah di sisi penyerapan, pencatatan utang dan hibah luar negeri pemerintah juga masih berbeda antara Bank Indonesia, Departemen Keuangan, dan Bappenas. Sedangkan sumber dayanya bisa diambil dari Departemen Keuangan, Bappenas, dan BI, sehingga risiko-risiko di sisi keseimbangan primer juga bisa diantisipasi, katanya. Sementara itu, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengakui, pemerintah sebelumnya sudah menyiapkan RUU pengaturan dan pengelolaan utang, tetapi pengajuan kembali RUU masih harus didasarkan pertimbangan signifikansinya. Pemerintah selama ini telah mengupayakan pengaturan pengelolaan utang, salah satunya melalui PP 6/2006 dan Peraturan Menteri Bappenas Nomor 5/2006 tentang Pengelolaan Hibah. Melalui regulasi ini, menurut Paskah, pengusulan PHLN lewat satu pintu yaitu kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas, memenuhi penilaian administrasi, teknis, dan kapasitas pendanaan. Juga harus memenuhi kriteria kesiapan. Kalau dulu surat pinjaman luar negeri terkadang hanya ditandatangani Kasub Direktorat, tapi sekarang dengan PP Nomor 2, harus ditandatangani menteri di tingkat departemen, dirut di tingkat BUMN, atau gubernur di tingkat daerah, katanya. Menurut dia, dari sisi pendayagunaan utang, Bappenas juga telah melakukan pemantauan pelaksanaan pendanaan. Dalam hal ini, Menteri PPN punya tugas monitoring dan evaluasi berkala untuk diambil tindaklanjut kalau ada masalah di sisi penyerapan. Hasil pemantauan jadi dasar identifikasi dana yang tidak termanfaat (/potential loan surplus/) akibat perubahan desain, sisa dana akibat perubahan kurs tetapi bila tidak termanfaatkan bisa diusulkan dibatalkan. Ini dapat diusulkan Bappenas ke Departemen Keuangan. Selain itu, juga dilakukan pembatalan pinjaman pada proyek yang rendah penyerapannya untuk mengurangi beban keuangan negara, katanya. Untuk menghindari kepentingan debitor dan penyesuaian pemanfaatan dana utang, pemerintah telah mengimplementasikan Jakarta Commitment yang wajib ditandatangani debitor. Intinya, pendanaan mereka dalam
[Keuangan] RUU pengaturan dan pengelolaan utang II
Kawan2, dibawah ada pendapat dari pihak Departemen Keuangan mengenai masalah utang. Silahkan dibahas. Hok An Warta ekonomi: Selasa, 28 Juli 2009 12:04 Redaksi-1 Sejak masa kampanye para capres dimulai, salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah masalah utang pemerintah. Mereka yang saling serang di media massa, ada yang mengatasnamakan pengamat ekonomi, tetapi ada juga yang terang-terangan mengatasnamakan anggota tim sukses capres tertentu. Perang argumen ini makin diperkaya dengan hadirnya Koalisi Anti Utang (KAU). file:///index.php?option=com_contentview=articleid=2677%3Adebat-kusir-seputar-utang-pemerintahcatid=53%3Aaumumshowall=1 Subtopik yang diangkat, di antaranya, adalah penambahan jumlah utang baik pada masa pemerintahan dipegang oleh Megawati Soekarnoputri maupun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta tolok ukur dalam menentukan batas aman jumlah utang, masalah ketergantungan pada utang, dan masalah transparansi penggunaan utang. *Tiga Masalah Utama * /Pertama, /sebagaimana diketahui, berdasarkan data pada Departemen Keuangan, total utang pemerintah pada akhir 2008 mencapai Rp1.636 triliun dan per 29 Mei 2009 telah mencapai Rp1.700 triliun. Dengan demikian, dalam tempo lima bulan, jumlah utang pemerintah mengalami peningkatan sebesar Rp64 triliun. Besarnya utang pemerintah ini telah menempatkan Indonesia sebagai negara pengutang terbesar keempat di negara berkembang. Setidaknya inilah hasil kajian yang dilakukan Committee for Abolition Third World Debt, yang/ /menempatkan Indonesia sebagai negara berkembang pengutang terbesar setelah Meksiko, Brasil, dan Turki. Sementara itu, perang prestasi keberhasilan para capres dalam menurunkan jumlah utang pemerintah diukur dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid-Megawati, rasio utang terhadap PDB mencapai 100% (1999) lalu turun menjadi 89% (2000). Pada masa pemerintahan Megawati-Hamzah Haz turun dari 77% (2001) menjadi 57% (2004) dan pada masa SBY-JK diprediksi turun dari 47% (2005) menjadi 32% (2009). Tolok ukur penurunan jumlah utang terhadap PDB ini mendapat reaksi yang cukup keras. Ada yang berpendapat bahwa perekonomian Indonesia masih didominasi asing, sehingga kalau tolok ukur PDB yang dipakai, seolah-olah rasio utang pemerintah masih aman. Padahal, kalau dilihat dari utang per kapita mengalami kenaikan dari Rp5,5 juta menjadi Rp8,5 juta, artinya tanggungan per orang atas utang pemerintah mengalami kenaikan. Sebagai solusinya, ditawarkan pendekatan Produk Nasional Bruto (PNB). Pendapat ini mendapatkan reaksi bahwa selama utang tersebut digunakan untuk kegiatan produktif sebenarnya tidak menjadi masalah. Argumen yang digunakan adalah, pada 2004 dengan utang per kapita Rp5 juta, mampu menghasilkan pendapatan per kapita Rp10 juta, dan pada 2008 dengan utang per kapita Rp7 juta, pendapatan per kapitanya meningkat menjadi Rp21 juta. Di sisi lain, ada juga yang memberikan solusi untuk meminta negara-negara pemberi utang agar membiarkan Indonesia mengurangi beban utang melalui program seperti penyehatan lingkungan, pengurangan emisi gas, kredit karbon, dan pelaksanaan /Millennium Development Goals/ (MDG’s). Di samping itu, pasangan capres-cawapres JK-Win juga akan melakukan /refinance/ utang dalam negeri. /Kedua/, masalah ketergantungan pada utang juga mendapat sorotan cukup tajam. Menurut mereka yang berdebat, ada kemungkinan pemerintah tidak terlalu mempermasalahkan utang luar negeri karena menganggap utang tersebut sebagai salah satu sumber pendanaan untuk pembangunan negara. Akibatnya, untuk menolong warga miskin pun dananya bersumber dari utang. Pola seperti ini, menurut mereka, akan berakibat utang terus bertambah. Argumen ini mendapat reaksi bahwa selama pemerintah masih memiliki pendapatan, utang tidak menjadi masalah. Namun, yang penting adalah bagaimana memelihara agar tingkat pertumbuhan ekonomi tetap tinggi, ada stimulus fiskal, dan menjaga inflasi. Sementara itu, ada yang menawarkan alternatif solusi penurunan ketergantungan pada utang dengan cara pengefektifan belanja dan memaksimumkan penerimaan pajak untuk membiayai belanja negara. Tanpa ada terobosan baru, maka beban utang baru dan pembayaran utang tidak akan kunjung habis. /Ketiga/, masalah transparansi penggunaan utang. Pemerintah dinilai sudah ada inisiatif untuk menata utang, tetapi, dalam pelaksanaannya, yang dilaporkan hanya sisi baiknya, sementara sisi buruknya ditutupi. Pengelolaan utang diharapkan makin membaik, sehingga akan tampak jelas utang tersebut digunakan untuk apa. Selama ini belum ada transparansi dalam pengelolaan utang, sehingga pemerintah dinilai melakukan kebohongan publik. Terlepas dari pendapat siapa yang paling benar, debat antar-tim sukses maupun pendapat dari berbagai pengamat ekonomi di atas, debat ini sangat baik karena bisa menjadi ajang pembelajaran bagi masyarakat awam dan sekaligus akan menambah wawasan masyarakat
[Keuangan] RUU pengaturan dan pengelolaan utang III
Kawan2, Debt managment kita memang mahal. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan antara bunga yang perlu dibayar untuk obligasi SUN dibandingkan dengan ongkos yang terjadi dinegara lain seperti yang bisa dilihat di alinea2 terakhir tulisan dibawah. Tingginya ongkos bunga ini sedikit banyak menyebabkan aliran hutang luar negeri. Untuk proyek2 infrastruktur sesungguhnya biaya kredit luar negeri bisa ditekan rendah kalau mau bekerja sama dengan Bank Dunia. Dengan alasan banyaknya syarat2 yang terikat pada kredit2 ini negara kita akhir2 ini lebih suka membeli kredit dipasar bebas yang biayanya bisa berlipat dua. Pada kenyataannya malah ada obligasi luar negeri yang mahal yang digunakan untuk menutup defisit anggaran. Padahal dulu penarikan kredit luar negeri hampir selalu digunakan untuk macam2 investasi dan terutama dibidang infrastruktur Bisa saja hal ini dibatasi dengan UU, tetapi sebaiknya yang pertama diusahakan adalah bagaimana kondisi pasar uang bisa diatur sedemikian sehingga bunga SUN jangan terlalu jauh bedanya dengan obligasi luar negeri. Salam Hok An Rabu, 29/07/2009 11:28 WIB Pasar SUN diduga dipengaruhi optimisme pemerintah oleh : Irvin Avriano JAKARTA (Bloomberg): Pasar surat utang negara (SUN) diprediksi akan dipengaruhi optimisme pemerintah yang akan meningkatkan inisiatif investasi dalam negeri. Berdasarkan prediksi harian Bloomberg terhadap pasar obligasi, beberapa bentuk pengembangan investasi itu berupa proyek infrastruktur, jaring pengaman sosial, dan penetapan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Hal itu disampaikan Boediono sebagai wakil presiden terpilih yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yudhoyono dipastikan terpilih kembali sebagai presiden RI setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) selesai melakukan penghitungan suara dan mengumumkan hasilnya dengan perolehan 60% lebih bagi pasangan capres-cawapres bernomor urut 2 itu. Harga SUN bertenor 10 tahun menguat pada perdagangan sekunder efek utang itu kemarin, dan menekan imbal hasil (yield) sebesar empat basis poin (bps) ke level 10,08%. Adapun kondisi pasar obligasi pemerintah China diprediksi akan membaik seiring dengan pengumuman Bank Rakyat China yang mengindikasikan laju inflasi akan meningkat pada semester II tahun ini, yang memastikan perbaikan ekonomi di negara tersebut. Bank sentral negara itu berhasil melepas surat perbendaharaan negara yang bertenor 1 tahun sebesar 15 miliar yuan, setara dengan US$2,2 miliar, pada pekan lalu pada yield tertinggi tahun ini di level 1,69%. Yield obligasi pemerintah China yang akan jatuh tempo pada 2012 menguat 2 bps ke level 2,46% dan menekan harga efek utang tersebut.(er) *bisnis.com* = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Re: RUU pengaturan dan pengelolaan utang II
Bung Jerry, Mungkin kita bisa setuju bahwa masalahnya adalah hasil (kinerja) dari suatu proyek. Kalau hasilnya optimal mengapa tidak. Masalahnya bukan sumber dana (misalnya hutang) tetapi manfaat penggunaan dana. Yang mungkin bisa jadi pertanyaan adalah penggunaan hutang luar negeri untuk menutup defisit anggaran. Memang secara umum harusnya sebab defisit anggaran itu dulu yang harus dibedah dengan tajam dan sebab2nya diatasi dengan tuntas. Dikita salah satu sebabnya memang adalah korupsi yang demikian hebatnya sehingga ada keraguan akan kwalitas proyek, jadi apakah masih ada proyek yang berguna dan apakah ada BUMN yang tidak korupsi. Masalah2 ini harusnya dipantau dengan keras dan bilamana perlu dibikin sistem yang mengukur effektivitas kerja aparat pemerintah. Jadi kita perlu indeks kinerja aparat negara yang jelas sebagai tambahan dari indeks transparansi internasional dan ICOR (yang membandingkan investasi dengan pertumbuhan ekonomi). Di RUU ini setahu saya ada usul pembatasan defisit sebesar 3% PDB. Kalau kita melihat kebutuhan2 pada saat krismon atau program2 penyelamatan bank di Eropa dan USA maka batas2 seperti ini terlalu kaku, tidak sesuai dengan keadaan kritis saat itu. Kita perlu kriteria2 lain untuk mengukur kelayakan suatu proyek dan anggarannya. Salam Hok An Jerry Matanari schrieb: Dear Pak Hok An, Kiranya berkenan, saya ingin menyampaikan pendapat. Menurut saya pribadi, berhutang tidak masalah. Secara kacamata individu maupun pengusaha orang-orang sering mengatakan hutang itu bisa mengungkit manfaat modal yang dimiliki saat ini. Ada pemeo mengatakan, selama kreditur masih percaya untuk ngasih ngutang, dan kira-kira si peminjam sanggup bayar cicilannya, ya ngutang saja. Ada juga yang mengatakan, kita mesti boleh ngutang kalau imbal hasil proyek infrasktur yg dibiayai lebih besar dari bunga pinjaman. Karna itu adanya korupsi jelas-jelas akan menimbulkan uang yg 'idle' atau tidak bermanfaat, sementara bunga utang jalan terus. Karna itu korupsi harus diberantas. Saya terima pendapat ini ada benarnya juga. Pendapat ketiga yg ekstrim mengatakan sebuah negara harus berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri. Idealnya sih memang begitu Pak. Namun di dunia yang disebut para nabi sebagai penuh dosa ini, tidak ada yang ideal. Orang-orang pengen capai hasil maksimal, tapi selalu ada constraint atau keterbatasan sumber daya. Karna itulah orang-orang tidak bisa capai yang maksimal, harus hitung-hitung dulu pakai model matematika, karena hasil yang hanya bisa dicapai adalah hasil yang optimal. Mungkin untuk solusi ke depannya saya pikir pertanyaannya bukan kita mesti ngutang atau ngga, atau ngutangnya ke siapa, tapi lebih ke arah seberapa besar sih kira-kira level hutang yang 'optimal'. Jawabannya gak bisa dengan 'feeling' aja Pak tapi benar2 harus dihitung para expert untuk mencari solusi yg optimal, dengan mengingat tujuan2 (goals) yg harus dicapai , dan aneka keterbatasan (constraints) yang dihadapi. Sekedar pendapat pribadi saya saja Pak. Kurang dan lebih nya mungkin Bapak Hok An dan Rekan-Rekan lainnya dapat menambahkan. Salam, Jerry --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, Hok An ho...@... wrote: Kawan2, dibawah ada pendapat dari pihak Departemen Keuangan mengenai masalah utang. Silahkan dibahas. Hok An Warta ekonomi: Selasa, 28 Juli 2009 12:04 Redaksi-1 Sejak masa kampanye para capres dimulai, salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah masalah utang pemerintah. Mereka yang saling serang di media massa, ada yang mengatasnamakan pengamat ekonomi, tetapi ada juga yang terang-terangan mengatasnamakan anggota tim sukses capres tertentu. Perang argumen ini makin diperkaya dengan hadirnya Koalisi Anti Utang (KAU). file:///index.php?option=com_contentview=articleid=2677%3Adebat-kusir-seputar-utang-pemerintahcatid=53%3Aaumumshowall=1 file:///index.php?option=com_contentview=articleid=2677%3Adebat-kusir-seputar-utang-pemerintahcatid=53%3Aaumumshowall=1 Subtopik yang diangkat, di antaranya, adalah penambahan jumlah utang baik pada masa pemerintahan dipegang oleh Megawati Soekarnoputri maupun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta tolok ukur dalam menentukan batas aman jumlah utang, masalah ketergantungan pada utang, dan masalah transparansi penggunaan utang. *Tiga Masalah Utama * /Pertama, /sebagaimana diketahui, berdasarkan data pada Departemen Keuangan, total utang pemerintah pada akhir 2008 mencapai Rp1.636 triliun dan per 29 Mei 2009 telah mencapai Rp1.700 triliun. Dengan demikian, dalam tempo lima bulan, jumlah utang pemerintah mengalami peningkatan sebesar Rp64 triliun. Besarnya utang pemerintah ini telah menempatkan Indonesia sebagai negara pengutang terbesar keempat di negara berkembang. Setidaknya inilah hasil kajian yang dilakukan Committee for Abolition Third World Debt
Re: [Keuangan] Fw: OOT: Roket RX-420 CN-235 Militer: Getarkan Australia, Singapura, Malaysia
Bung Oka, Dalam saat seperti ini, yaitu saat ekonomi sedang suram memang belanja sistem persenjataan dianjurkan oleh ekonom2 tertentu. Tetapi semua program yang tujuannya adalah memacu ekonomi perlu diperhatikan dari mula apakah program itu effektiv dari segi gunanya, biayanya dan effeknya untuk ekonomi nasional. Dibawah saya cantumkan tuntutan di Pikiran Rakyat untuk transparansi belanja alutsista. Tulisan ini turun berhubung dengan kenaikan anggaran (Rp. 7 triliun) yang setahu saya lebih dari sepuluh kali dari permintaan TNI sendiri. Dulu produksi dalam negeri sendiri di koordinasi oleh BPIS. Setahu saya sekarang perusahaan2 BPIS sering di liwati dalam pemesanan proyek2 infrastruktur. Ini indikasi jauhnya jarak antara perusahaan2 ini dengan lembaga2 perencanaan. Malah ada keluhan bahwa sesungguhnya badan2 tertentu tidak punya program yang terarah. CN-235 jelas bisa dikembangkan untuk mengawasi perairan Indonesia. Dengan demikian penyelundupan BBM dan batubara, pencurian ikan maupun pelanggaran perbatasan bisa diatasi dengan effektiv. Kalau tekad untuk itu sudah ada, yang perlu dibangun adalah polisi perairan yang tangguh. Kalau ini terjadi kebocoran2 besar bisa ditutup dan biaya yang keluar jelas berguna dengan sebaiknya. Salam damai. KERUSAKAN ALUSISTA TNI Tuesday, 16 June 2009 10:31 Oleh: TOTOK SISWANTARA Masalah cuaca dan jumlah anggaran, mestinya tidak serta merta dijadikan kambing hitam penyebab kecelakaan beruntun alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. Selama ini, penyebab sejati dari kecelakaan pesawat terbang dan helikopter yang dioperasikan TNI, tidak pernah diumumkan secara terbuka sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat. Ada kemungkinan, yang berkepentingan tidak mampu mengetahui penyebab pasti kecelakaan. Masalah cuaca dan gangguan yang ekstrim sekalipun, sebenarnya sudah diperhitungkan dalam mendesain alutsista. Baik melalui konsep desain maupun berbagai pengujian laboratorium dan uji lapangan. Berbagai macam uji dengan beban statik, dinamik, dan lingkungan operasi sudah tentu dilakukan dengan memakai standar militer yang sangat ketat. Dalam mengoperasikan alutsista seperti pesawat terbang, helikopter, kapal, tank, radar, dan perangkat teknologi informasi serta komunikasi versi militer, peran sumber daya manusia (SDM) yang menguasai aspek desain dan konsep desain terhadap alutsista sangatlah penting. Sekadar catatan, semua alutsista adalah produk teknologi yang mengandung kendala desain (design obstacle), yang terkait dengan persoalan desain. Celakanya, kendala tersebut bersifat tersembunyi sedemikian rupa, sehingga tidak bisa segera diamati atau dideteksi secara dini oleh perencana atau pembuatnya. Risiko semacam itu disebut dengan istilah risiko yang tersembunyi (hidden risk). Hingga produk itu dijual kepada pihak lain, risiko tersebut masih menempel. Jika pihak pembeli menguasai atau memahami aspek dan konsep desainnya, maka bisa mengatasi atau mengeleminasi risiko tersebut. Jika sebaliknya, maka risiko tersembunyi itu bisa menjadi malapetaka. Sebagai gambaran bahwa beberapa jenis pesawat terbang ternyata mempunyai kelemahan struktur akibat kesalahan desain. Pada beberapa kasus, ternyata ada initial crack (retakan) pada sistem struktur kerangka pesawat terbang (airframe structure), setelah pesawat terbang beroperasi selama kurun waktu tertentu. Kecelakaan beruntun alutsista di negeri ini, mestinya tidak menjadi polemik seru bahkan dipolitisasi di sana-sini. Solusi untuk mencegah kecelakaan dengan cara menambah anggaran tidak akan menyentuh akar persoalan yang sebenarnya. Untuk sampai akar persoalannya, dibutuhkan audit total atau audit investigasi. Yakni audit keuangan sekaligus audit teknologi. Sayangnya, audit teknologi yang selama ini dilakukan di Indonesia, masih semu atau sekadar formalitas untuk mendukung keputusan politik pemerintah. Tidak jarang audit teknologi yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) atau lembaga lainnya, hanya sebagai justifikasi (pembenar) kebijakan penguasa yang sedang ditentang publik secara luas. Audit semu semacam itu akan gagal menemukan sumber persoalan. Bukan hal yang mustahil, jika kecelakaan beruntun alutsista di negeri ini merupakan kerusakan berantai (chain of damage) atau berupa kegagalan berantai (chain of failure), yang bisa bersifat sangat fatal dan menyeluruh alias katastropik (catasthropic). Jika salah satu komponen aktif alutsista rusak, maka kerusakannya dengan segera akan menjalar ke seluruh sistem. Kerusakan mendadak dalam skala besar dan berlangsung dalam waktu yang sangat pendek itu, lazim disebut kerusakan katastropik. Negeri ini membutuhkan pemimpin yang berani bertindak tegas, dalam hal audit investigasi terhadap alutsista TNI. Tindakan tegas itu akan mencegah berbagai modus penyelewengan dalam hal pengadaan dan perawatan alutsista. Kasus kelam pembelian kapal bekas Jerman Timur, harusnya diusut tuntas dan tidak boleh terjadi
[Keuangan] BOCORAN SUSUNAN KABINET SBY..
From: beritakitasend...@yahoogroups.com [mailto:beritakitasend...@yahoogroups.com] On Behalf Of ah_dau...@yahoo.com.sg Sent: Thursday, July 23, 2009 9:20 AM To: BKS Mail Berita Kita Sendiri; Milist Saroha Subject: [beritakitasendiri] BOCORAN KABINET SBY.. BOCORAN SUSUNAN KABINET SBY.. Menteri Koordinator 1. Menko POLHUKAM : Sutanto (mantan Kapolri) 2. Menko Perekonomian : Sri Mulyani Indrawati 3. Menko Kesra : Hatta Rajasa (PAN) 4. Sekretaris Negara : Sudi Silalahi Menteri Departemen 5. Menteri Dalam Negeri: Andi Malaranggeng (Partai Demokrat) 6. Menteri Luar Negeri: Marty Natalegawa (Dubes RI di PBB) 7. Menteri Pertahanan: Djoko Suyanto (Mantan Panglima TNI) 8. Menteri Hukum dan HAM: Ruhut Sitompul Partai Demokrat) 9. Menteri Keuangan: M Chatib Basri (FEUI) 10. Menteri Pertambangan dan Energi: Tubagus Haryono (Kepala BPH Migas) 11. Menteri Perindustrian Pedagangan: MS Hidayat (Kadin) 12. Menteri Pertanian: Dr Ir Herry Suhardiyanto (Rektor IPB) 13. Menteri Kehutanan: Taufik Effendy (Partai Demokrat) 14. Menteri Perhubungan: Prof. Dr. Sutanto Soehodho (UI) 15. Menteri Kelautan dan Perikanan: Dr Ir Mohammad Jafar Hafsah (Partai Demokrat) 16. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: M Jumhur Hidayat 17. Menteri Pekerjaan Umum: Prof Dr Ir Budi Soesilo Supandji (Dirjen Potensi Pertahanan Dephan) 18. Menteri Kesehatan: Dr dr Fachmi Idris (Ketua Umum IDI) 19. Menteri Pendidikan Nasional: Anis Rasyid Bawesdan (Rektor Univ. Paramadina) 20. Menteri Sosial: Hidayat Nur Wahid/Tifatul Sembiring (PKS) 21. Menteri Agama: Dr Salim Segaf Al Jufri (PKS) Menteri Negara 22. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik (Partai Demokrat) 23. Menteri Riset dan Teknologi: Dr Andy N. Sommeang (Dirjen HAKI) 24. Menteri Koperasi dan UKM: Muhaimin Iskandar (PKB) 25. Menteri Lingkungan Hidup: Prof Dr Ir Johny Wahyuadi M. Soedarsono (Guru Besar FTUI) 26. Menteri Pemberdayaan Perempuan: Rahmawati Soekarnoputri 27. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara: Marzuki Alie (Partai Demokrat) 28. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal: Lukman Edy (PKB) 29. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional: Prof Bambang PS Brojonegoro (mantan Dekan FEUI) 30. Menteri BUMN: Sofyan Djalil 31. Menteri Komunikasi dan Informasi: Rizal Malarangeng 32. Menteri Pemuda dan Olahraga: Anas Urbaningrum (Partai Demokrat) 33. Menteri Perumahan Rakyat: Zulkifli Hasan (PAN) = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] FW: Sri Mulyani Batal Menjadi Calon Gubernur BI
Pendapat Newsweek saya rasa tidak tepat. Masalah perbankan, peredaran Rupiah, mahalnya SBI dan tingginya suku bunga di Indonesia, masih sulitnya mobilisasi modal nasional dan kebutuhan2 yang tinggi akan obligasi global yang begitu mahal memerlukan pembenahan, koordinasi dan sosialisasi kebijaksanaan baru yang dilaksanakan sinkron dengan kebijaksanaan2 kabinet, dunia usaha dan masyarakat. Nb. Yang galak terhadap perusahaan2 batubara besar yang menolak bayar pajak ´kan Darmin Nasution yang keliatannya akan menjadi gubernur BI. Yang penting gantinya Darmin harap dipilih orang yang keras kepala juga. Salam Hok An On 7/23/09, Tigor Siagian t.siag...@gmail.com mailto:t.siagian%40gmail.com wrote: Di Newsweek terbaru dibahas mengenai Indonesia dan kemenangan SBY, termasuk bahwa mencalonkan Sri Mulyani sebagai Gubernur BI bukan merupakan ide yang baik. Menurut Newsweek, lebih mudah mendapatkan ekonom yg mumpuni untuk menjadi gubernur BI dibandingkan mencari sosok yg berani dan cukup smart untuk menjadi menkeu. On 7/22/09, Nugroho Dewanto ndewa...@mail.tempo.co.id mailto:ndewanto%40mail.tempo.co.idndewanto%40mail.tempo.co.id wrote: yang saya dengar, banyak pengusaha -terutama bos lumpur panas- akan sangat senang bila sri mulyani tak lagi berada di kabinet. menempatkan sri mulyani di bank sentral adalah skenario menendang ke atas. Mungkin masih lebih senang sebagai Menko? _ From: B.DORPI P. [mailto:bdo...@indopetroleum.com mailto:bdorpi%40indopetroleum.combdorpi%40indopetroleum.com bdorpi%40indopetroleum.com ] Sent: Wednesday, July 22, 2009 7:34 AM To: !B. DORPI P. Subject: Re.: Sri Mulyani Batal Menjadi Calon Gubernur BI Importance: High http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/07/21/brk,2009072 http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/07/21/brk,2009072 1-188309,id.html http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/07/21/brk,20090721 http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/07/21/brk,20090721 -188309,id.html Selasa, 21 Juli 2009 | 22:44 WIB
Re: [Keuangan] FW: Sri Mulyani Batal Menjadi Calon Gubernur BI
Departemen Keuangan memang mulai menunjukan hasil dalam penegakan sistem pajak. Dari segi pemsukan masih ada posisi2 yang perlu ditransformasi misalnya jatah2 minyak PERTAMINA kepada TNI. Posisi ini harus diganti negara dengan anggaran yang resmi. Dengan adanya tambahan anggaran 2010 untuk pembelian senjata sebesar Rp 7 triliun Rp bisa jadi kebutuhan TNI yang terbesar sudah terpenuhi. Transformasi ini penting dalam rangka profesionalisasi dan modernisasi TNI dan dipihak lain merupakan keadilan untuk PERTAMINA, sebab jatah ini sebetulnya merupakan pajak tambahan yang diskriminatif hanya dibebankan pada PERTAMINA untuk keuntungan perusahaan2 minyak lainnya yang beroperasi di Indonesia. Tetapi masalah kita bukan itu saja. Disiplin membayar kewajiban lembaga2 negara, daerah dan BUMN juga perlu ditegakan. Pada saat pemasukan pajak terus naik, harusnya disiplin negara dan lembaga2nya dalam membayar bisa naik. Kejadian macetnya pembayaran antara BUMN misalnya PLN dan Pertamina harusnya ditangani dengan mekanisme standard tanpa ditunda terlalu lama. Untuk itu harus ada sistem pemantauan anggaran2 lembaga2 yang memerlukan subsidi yang ditunjang oleh cadangan anggaran yang cukup untuk menghadapi masalah2 yang sudah sering terjadi itu. Swasta mempunyai hak2 yang sama dengan BUMN, sebab itu tagihan swasta juga perlu dilunasi dalam waktu yang jelas, secepatnya. Salam damai Hok An Nugroho Dewanto schrieb: pak darmin memang tegas terhadap pengusaha batubara dan sawit yang menggelapkan pajak. begitu pula anwar suprijadi yang tegas terhadap pengusaha dan pejabat yang melakukan kegiatan ekspor-impor barang secara ilegal. juga kepala bapepam fuad rahmani tegas terhadap emiten bandel yang dimiliki oleh seorang menteri. ketiga pejabat itu dipilih oleh sri mulyani. si ibu pula yang memperjuangkan perpanjangan masa dinas pak darmin dan pak anwar ketika usia mereka sudah masuk masa pensiun. perpanjangan masa dinas itu sempat tertahan di sekretariat negara, entah apa sebabnya. harus diakui, sri mulyani terbantu oleh sikap presiden sby yang membebaskannya memilih dirjen-dirjennya sendiri. di masa lalu sering sekali dirjen pajak, dirjen bea dan cukai serta kepala bapepam adalah orang yang punya kontak langsung dengan istana. anda tahu sendiri apa sebabnya. sehingga menteri keuangan tak berdaya mengatur mereka. maka pertanyaan menarik untuk kabinet mendatang adalah siapakah menteri keuangan yang akan ditunjuk presiden? kemudian apakah sang menteri tetap diberi kebebasan untuk memilih dirjen-dirjennya? salam, Pendapat Newsweek saya rasa tidak tepat. Masalah perbankan, peredaran Rupiah, mahalnya SBI dan tingginya suku bunga di Indonesia, masih sulitnya mobilisasi modal nasional dan kebutuhan2 yang tinggi akan obligasi global yang begitu mahal memerlukan pembenahan, koordinasi dan sosialisasi kebijaksanaan baru yang dilaksanakan sinkron dengan kebijaksanaan2 kabinet, dunia usaha dan masyarakat. Nb. Yang galak terhadap perusahaan2 batubara besar yang menolak bayar pajak ´kan Darmin Nasution yang keliatannya akan menjadi gubernur BI. Yang penting gantinya Darmin harap dipilih orang yang keras kepala juga. Salam Hok An On 7/23/09, Tigor Siagian t.siag...@gmail.com mailto:t.siagian%40gmail.com mailto:t.siagian%40gmail.com wrote: Di Newsweek terbaru dibahas mengenai Indonesia dan kemenangan SBY, termasuk bahwa mencalonkan Sri Mulyani sebagai Gubernur BI bukan merupakan ide yang baik. Menurut Newsweek, lebih mudah mendapatkan ekonom yg mumpuni untuk menjadi gubernur BI dibandingkan mencari sosok yg berani dan cukup smart untuk menjadi menkeu.
[Keuangan] Re: perminyakan
Bung Ipang, Kami disini baik2 saja, kami sering teringat waktu di Balipapan menikmati ikan bakar di tepi Selat Makasar. Istri saya teman2nya sedang rajin mogok minta kenaikan upah. Dia kirim salam ghangat untuk Anda sekeluarga. Tentang masalah pembayaran antara lembaga2 negara dan BUMN saya duga itu bukan masalah kriminal murni, tetapi masalah sengketa hukum dagang (perdata). Jadi pada pendekatan pertama bukan wilayah KPK. Tetapi karena masalah ini sudah menjadi masalah yang struktural dan mengakibatkan rusaknya aliran sistem pembayaran dalam lembaga2 negara dan BUMN dengan segala effek2 samping yang negatif, memang setahu saya KPK bisa memberi masukan bagaimana sistem ini diperbaiki. Saya sendiri cenderung bahwa sistem birokrasi kita memerlukan tata ulang yang dilengkapi dengan transformasi fiskal sehingga masing2 kantor, dinas, BUMN dan BUMD maupun aparat2 keamanan jelas pembiayaannya dan juga pemasukannya. Waktu VOC pertama datang ke Jawa pedagang2 Belanda itu menyaksikan adanya sistem bank dimana pedagang2 yang datang dari macam2 negara yang jauh2 semua bisa mendapatkan kredit dan waktu itu ada apa yang dinamakan kongsi yang menjamin bahwa debitor tidak ada yang ngemplang. etika dagang ini yang perlu kita bangun kembali. Salam dari Frankfurt Hok An IRVAN WIRAYUDHA schrieb: Apa khabar Pk. Hok An, sedang musim apa di Jerman sana? semoga bapak beserta ibu selalu baik-baik saja. Salam dari istri saya. Lama kita tidak diskusi ya pak, juga dengan rekan kita di Bapenas itu. Mengenai diskusi bapak mungkin lebih pantas Pak. Eko Tjiptadi dari KPK yang menjawab pakhehe beliau pakarnya mengenai GC/GCG. Tapi sejauh pengetahuan saya yang dimaksud GG/GCG adalah tata-kelola yang baik. Baik adalah bila selalu compliances (taat) dengan tata-aturan (peraturan perundang-undangan) yang berlaku. Benar bahwa masih banyak penyimpangan-penyimpangan GG/GCG di bumi pertiwi ini, itulah yang membuat negeri kita sulit berkembang. Apa yang banyak didengungkan para elite lebih banyak retorikanya, tidak satu kata dengan perbuatan. Lebih banyak pengungkapan teori-teori yang dalam prakteknya banyak diantara mereka justru tidak konsisten. Sedih memang pak. Itulah tantangan utama kita (Indonesia) saat ini. Semua carut-marut yang terjadi tidak lain akibat itu semua (the root-cause). Mengenai tata-kelola BBM antar lembaga negara (dan BUMN) memang masih jauh dari harapan. Bagaimana mungkin total hutang para lembaga negara itu dan BUMN ke Pertamina mencapai angka Rp.36 Trilyun !. Fantastis !!. (36T angka yang disampaikan Dirut Pertamina di RDP dengan DPR-RI Komisi-VI bulan lalu, 10 Juni). Itu sudah berlangsung dalam bilangan tahunan, bukan baru-baru saja. Terbesar oleh PLN (23T. tahun lalu masih 47T). Berikut TNI. Selanjutnya oleh Garuda, Merpati, Krakatau Steel, dst. Ini hal lain mengapa Pertamina sulit untuk berkembang sebagaimana diharapkan banyak pihak (termasuk oleh pemerintah sendiri sebagai shareholder namun yang juga membiarkan piutang-piutang itu tidak terbayar. Kontradiktif). Mengenai Pertamina juga diperparah oleh adanya pajak khusus yang diatur dalam Keppres ttg BLP (Bagian Laba Pemerintah) yaitu sebesar 60% diluar deviden (50% dari sisanya = 20%) dan pajak-pajak umumnya (PPN, PPH, dll). Bagaimana mau berinvestasi? sisa keuntungan yang dapat untuk pengembangan hanya +/- 10% saja. Jadi sangat tidak relevan bila berharap Pertamina bisa melampaui Petronas, bahkan sekedar menyamai sekalipun. Belum lagi banyak kerugian hasil Migas Nasional dengan terbitnya UU Migas (22/2001). Lapangan-lapangan Minyak Gas yang sebelumnya konsesinya sepenuhnya dipegang oleh Pertamina (sebagai BUMN, perpanjangan tangan negara) beralih ke KPS/PSC. Ini mengakibatkan negara kehilangan 15 - 20% produk Minyak (30-40% untuk Gas) yang itu menjadi bagian dari KPS/PSC. Belum lagi dari Cost-Recovery yang relatif besar karena para KPS/PSC banyak menggunakan Expatriat dengan berbagai standard hidup sebagaimana di negaranya (plus biaya off setiap periodik ke negara masing-masing). Mari kita pikirkan bersama, kita rumuskan, dan take-action sesuai kapasitas kita masing-masing. Salam. --- On *Thu, 7/9/09, Hok An /ho...@t-online.de/* wrote: Date: Thursday, July 9, 2009, 8:41 PM ** Bung Ipang dan kawan2 serikat buruh minyak, Kalau boleh minta satu tambahan penjelasan dalam istilah apa yang dinamakan good corporate governance. Untuk itu dari pihak dinas anggaran dari DEPKEU perlu ada ketegasaan supaya ada transformasi fiscal (anggaran) yang tuntas. Untuk itu diperlukan disiplin antar lembaga dimana tagihan dari sesama BUMN secepatnya dilunaskan. Dengan demikian tumbuh rasa saling menghormati dan pengakuan antara semua lembaga2 negara satu sama lain. Untuk khususnya PERTAMINA ada satu pos yang mutlak perlu ditransformasi yaitu jatah minyak TNI. Jatah ini perlu diganti menjadi
[Keuangan] Re: perminyakan
Bung Ipang dan kawan2 serikat buruh minyak, Kalau boleh minta satu tambahan penjelasan dalam istilah apa yang dinamakan good corporate governance. Untuk itu dari pihak dinas anggaran dari DEPKEU perlu ada ketegasaan supaya ada transformasi fiscal (anggaran) yang tuntas. Untuk itu diperlukan disiplin antar lembaga dimana tagihan dari sesama BUMN secepatnya dilunaskan. Dengan demikian tumbuh rasa saling menghormati dan pengakuan antara semua lembaga2 negara satu sama lain. Untuk khususnya PERTAMINA ada satu pos yang mutlak perlu ditransformasi yaitu jatah minyak TNI. Jatah ini perlu diganti menjadi anggaran resmi yang dibayar langsung oleh negara. Menurut Saurip Kadi dalam bukunya (Mengutamakan Rakyat) pos ini sangat besar dan kalau dikelola dengan baik cukup untuk belanja ALUSISTA. Melihat intensitas sosialisasi NPWP saya kira masyarakat pembayar pajak Indonesia akan heran kalau pos ini tidak bisa dipindah masuk anggaran resmi dengan segera (dalam arti dalam jangka waktu 100 hari periode kepresidenan yang berikut). Hal ini juga penting karena pasukan yang profesional hanya mungkin dengan anggaran yang dikelola profesional. Dipihak lain dunia perminyakan kita baru bisa tumbuh sehat dibawah iklim yang transparan. Salam damai Hok An Eko Soesamto Tjiptadi schrieb: Thx mas Irvan, Maju dan Digdaya Migas Indonesia – untuk kemakmuran dan keadilan rakyat. Salam Eko *From:* IRVAN WIRAYUDHA [mailto:ipa...@yahoo.com] *Sent:* 08 Juli 2009 11:18 *To:* GATRA Widi Yarmanto; Gibeon Kauntu; Gibeon Kauntu ex PT.B; gsbi_pu...@yahoo.com; Guguh KPC Prihandoko; Hadie Wawan; Hakim UT; Hakim Silaban SPN.Total; hansudha...@yahoo.com; Hanurahadi Ginting; Hari Purnomo; Harry Tombokan; Hasan Alam Widjaja; Kadek AdiwirawanHD Dewata; hendra.nurma...@external.total.com; ho...@t-online.de; Ignatius Halim T. ex INP UP.V; IHCS Janses Silalahi; Iin Diana; Ikranegara; ILO Carmelo C. Noriel; ILO Lusiana Julia; ILUNI - UI JKT; Indah; Indah Rasyid; Indra Mayanti; Indra Piliang - CSIS; iraw...@pt-spv.com; isbiindone...@gmail.com; iwan-e...@telkom.net; J. Wibowo; Jane Shalimar - Artist; Jetro Munthe; KALIMA Andi Wahyudi; Kaltimpost Ari Arief; KALTIMPOST Tomo Widodo; kartiwa iwa; Koran Kaltim; Koran Kaltim - Sophie; pengaduan masyarakat; Eko Soesamto Tjiptadi; Krian Iwan; Kris Kirana dr ex Man.KES PTM; Kurtubi Dr.; Kusuma Putra; lab...@indo.net.id; Laras Arimbi; LBH Hermawanto; LBH Jakarta; LBH Khamid Istakhori; Lizzarni; Luciana Abednego 23; M Wagimin; M Wiwit Purboyo; MABUA Harley Davidson - Customer Service; machmudpermana2...@yahoo.com; Machsandra MACHSAN; Mada Jimmy; Mahameru Prayudi; Masyarakat Transparansi Indonesia; Mat Ariadji; Maya Kusmaya; m...@usaid.gov; me2un...@yahoo.co.id; Meity Ward; Mekka - Mariska Trisanti; Melanie Sadono; Mella Sari Alfitri; Meneg BUMN - Sofyan Djalil; Minang BPP *Cc:* FSPPB SP.Mathilda *Subject:* Berikut diteruskan untuk diketahui publik Amanat Pekerja Migas Indonesia dalam wadah Konfederasi Serikat Pekerja (KSP) Migas Indonesia. Amanat ini dirumuskan dan dideklarasikan di Surabaya 27 Juni 2009 lalu yang ditujukan kepada para Presiden dan Wakil Presiden terpilih nanti. Bila amanat ini dapat dijalankan secara konsisten semoga industri Migas Indonesia akan berkembang jauh lebih baik sehingga membawa kemaslahatan lebih besar lagi bagi bangsa dan negara. Namun juga perlu mendapat penekanan sebagaimana butir-8 bahwa penegakkan Good Governance / Good Corporate Governance sebagai upaya penting untuk meminimized penyimpangan dan kobocoran yang hingga kini relatif masih cukup besar. Untuk diketahui bahwa Migas masih sebagai kontributor utama dalam APBN sehingga menjadi komoditas paling strategis untuk membawa bangsa dan negara ke kehidupan yang dicita-citakan, masyarakat yang Adil Makmur. Salam. = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan
Sektor Jasa/ Re: [Keuangan] Cadangan Devisa Double Digit
Bung Sen, saya sendiri tinggal di Frankfurt kota dimana sektor jasa sangat kuat. Banyak kota2 di Jerman dan bahkan negara2 yang ingin menggunakan kota seperti Frankfurt sebagai model pembangunan. Tetapi usaha untuk masuk ke sektor jasa sangat berat, memerlukan waktu yang lama, infrastrukur (termasuk sosial budaya) yang bagus dan murah (dengan kata lain disubvensi secara besar) dan kalau mau jujur juga pergantian penduduk, sebab penduduk yang lama umumnya bukan orang yang menguasai sektor jasa. Strategi pembangunan yang menggantungkan hanya pada sektor jasa mengakibatkan nihilnya tawaran pekerjaan disektor industri dan apalagi pertanian dengan segala akibatnya. Untuk Indonesia strategi yang ditawarkan ISEI/Yayasan Forum Indonesia (organisasi ilmuwan yang didukung Boediono) ini bagi saya kurang cocok dan mungkin hanya cocok untuk Jakarta saja, itupun kalau terjadi lonjakan dibidang infrastruktur dan pelayanan publik termasuk penegakan negara hukum. Salam damai Hok An sen diskartes schrieb: perbincangan yang menarik dari rekan2.. menurut saya pribadi, permasalahan lemahnya sektor jasa merupakan permasalahan yang bisa dibilang rumit di negara ini.. sedangkan reformasi birokrasi yang telah dilakukan pemerintah juga tidak bisa disalahkan.. karena bagaimanapun harus dilakukan kalkulasi tentang dampak positif dan negatifnya jika dilaksanakan secara berbarengan.. tapi semoga saja dengan adanya FTA di Batam dapat memberi dampak meskipun tidak langsung terhadap kemajuan sektor jasa.. regards -sen- From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Sent: Friday, June 12, 2009 2:06:58 AM Subject: Re: [Keuangan] Cadangan Devisa Double Digit Bung Hendra, Menurut saya sebab lemahnya sektor jasa Indonesia ber-lapis2. Salah satu sebab memang timpangnya sistem upah dan pajak sesama negara ASEAN. Padahal harusnya dalam ruang regional seperti ASEAN (dan ASEAN +3) ada apa yang dianmakan harmonisasi yaitu usaha untuk mengurangi perbedaan sistem diantara negara2 didalam ruang ekonomi yang sama. Tetapi saya yakin ini bukan sebab satu2nya mengapa sektor jasa kita tidak berkembang dengan baik. Mungkin yang kontras sekali adalah perbedaan antara BATAM dan Singapura, dimana ada semacam tuduhan bahwa BATAM sesungguhnya hanya dirancang sekadar menjadi gudang sehingga didalam infrastrukurnya dalam banyak segi tidak mampu bersaing dengan Singapura. Barangkali ada yang bisa menambah. Salam Hok An Hendra Ramli schrieb: Menanggapi komentar bung Hok An, Sy pikir hal yang paling mendasar dari sektor jasa adalah human resource. Indonesia memiliki banyak sekali orang pinter dan skillfull di sektor jasa tapi kebijkan pajak di Indonesia jauh dari cukup untuk membuat mereka bertahan di dalam negeri. Gaji seorang Auditor dengan pengalaman 4 taon dan berkerja di Indonesia jika dibandingkan dengan bekerja di SG akan jauh lebih menikmati hasil kerja kerasnya (setelah dipotong pajak) di SG. PTKPnya lebih besar.. dan pajak penghasilannya jauh lebih kecil. Sebagai contoh: Di SG biaya hidup rata2 per orang di sana sekitar 1500 SGD (ini sudah termasuk biaya nomat setiap minggu). Jika disetahunkan biaya hidup di SG menjadi 18.000 SGD sedangkan PTKP mereka 20.000 SGD/tahun. Uang amal bulanan, asuransi dan biaya kursus termasuk tax deductible. Jika dibandingkan di Indonesia..yang PTKP pribadinya sekitar 15 jutaan/tahun. . Sepertinya sulit untuk membuat diri bertahan di tanah air. Sekedar sharing. Perusahaan sy bergerak di bidang jasa dan berdomisili di SG. Dari 7 orang consultannya, 6 diantaranya orang Indonesia! Dan lebih ironisnya lagi kami sering kali menjadi konsultan untuk Indonesia. Setelah sy amati, ternyata banyak sekali perusahaan di SG yang isinya orang Indonesia. Sewaktu isue sunset policy ramai didengung2kan, orang Indonesia yg berada di SG jg sangat-sangat gelisah, karena takut pendapatan mereka dikenai pajak penghasilan Indonesia Sepertinya sulit untuk mempertahankan tenaga2 ahli Indonesia DI Indonesia jika tidak ada perubahan di system perpajakan kita. Sy hanya mengambil SG sbg contoh, karena sy kerja dan hidup disana. Rekan2 yang lain mungkin bisa menambahkan Salam, Hendra Ramli 2009/6/6 Hok An ho...@t-online. de mailto:Hokan% 40t-online. de salah satu kelemahan ekonomi kita dari dulu adalah sektor jaza. Sebetulnya ekonom2 negarawan kita tergabung didalam ISEI yang punya Yayasan Indonesia Forum. Yayasan ini berani menerbitkan Visi Indonesia 2030 dimana justru sektor jaza ini yang mau dijadikan motor pertumbuhan ekonomi (8 - 9%). Visi ini berani sebab, sejak beberapa dekade neraca jaza terus menggerus hasil lebih yang dicapai dari ekspor. Setahu saya analisa mengapa demikian tidak ada. Tetapi kenyataan
Re: [Keuangan] Cadangan Devisa Double Digit
salah satu kelemahan ekonomi kita dari dulu adalah sektor jaza. Sebetulnya ekonom2 negarawan kita tergabung didalam ISEI yang punya Yayasan Indonesia Forum. Yayasan ini berani menerbitkan Visi Indonesia 2030 dimana justru sektor jaza ini yang mau dijadikan motor pertumbuhan ekonomi (8 - 9%). Visi ini berani sebab, sejak beberapa dekade neraca jaza terus menggerus hasil lebih yang dicapai dari ekspor. Setahu saya analisa mengapa demikian tidak ada. Tetapi kenyataan banyak orang sakit berobat di luar negeri. Konsultan2 keuangan, biro jaza pertambangan, pelayanan penerbangan maupun angkutan laut berkantor pusat di luar negeri. Banyak perusahaan di Yelow Page alamatnya di Singapura. Memang sektor jaza merupakan motor ekonomi negara modern, tetapi struktur ekonomi Indonesia masih jauh dari kebutuhan negara modern. Untuk itu perlu ada kesadaran bahwa pemberi jaza yang pertama adalah negara dan fungsi utama negara adalah menjadi pelayanan publik. Kalau reformasi birokrasi dijalankan akan terjadi lonjakan dalam pertumbuhan ekonomi, sebab lembaga2 negara yang biasanya menghambat akan mempercepat laju ekonomi dan menyimpan uang dan investasi di Indonesia akan diamankan dan dilindungi negara. Percepatan yang bisa dicapai tentu bukan dua digit tetapi ada taksiran bisa mencapai 2 % diatas yang biasanya tercapai sekarang. Kalau ditinjau dalam selama 40 tahun terakhir ini ada akumulasi sedikitnya 2% x 40 = 80% (kalau dihitung secara sederhana saja). Reformasi birokrasi sudah lama dijanjikan, dan serangkai RUU untuk itu juga sudah ditulis dan dibahas lembaga kemegaraan kita, tetapi sayangnya masih beku di laci sekretariat negara, sebab katanya masih ada yang kuatir dengan dampaknya. Kalau hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang lancar mengapa masih ditentang? Salam damai Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 09:47 AM 6/5/2009, you wrote: Berikut posting dari Blog Cafe Salemba: http://cafesalemba.blogspot.com/2009/06/bikin-pusing.html http://cafesalemba.blogspot.com/2009/06/bikin-pusing.html Bikin Pusing Kadang bingung mendengarkan orang dengan keunggulan ilmu tertentu berkoar-koar di bidang ilmu lain, apalagi kalau dia mengusung poster/grafik. Itu yang terjadi watu saya melihat interview LetJen Prabowo di TV-1 beberapa waktu lalu. Beliau klaim bahwa sistem perekonomian salah karena selama ini selisih antara penerimaan ekspor dan pengeluaran impor tidak tercermin dalam akumulasi kekayaan devisa kita. Dengan benar, beliau bilang bahwa sejak dulu akumulasi cadangan devisa kita di Bank Indonesia tidak pernah naik dari US$50 milyar sekian.. Dengan bantuan latar belakang grafik besar, beliau juga tunjukkan angka surplus ekspor terhadap impor kita yang cukup besar. Bahkan, kalau saya hitung dari angka Neraca Pembayaran BI, surplus neraca perdagangan barang (balance of trade in goods) per-tahun dari 2004-2008 sebesar US$20 milyar, US$ 17 milyar, US$29.6 milyar, US$ 32.7 milyar, dan US$ 22 milyar. Jadi, kalau mengikuti argumen Pak Prabowo, dari tahun 2004-2008 saja, seharusnya ada peningkatan cadangan devisa sebesar paling tidak US$120 milyar !! Sementara itu. .devisa yang dipegang Bank Indonesia, kok hanya US$50 milyar??? Lebih afdhol lagi, paparan tersebut dilengkapi dengan tudingan bahwa pemerintah (dan Bank Indonesia tentunya) tidak becus mengelola perekonomian.. Lebih runyam lagi pertanyaan seperti dikemanakan uang rakyat, bagaimana ini kekayaan kita dikuras, sistem ekonomi apa ini dsb.. ikut keluar. Rasanya perlu diakui, pertanyaan Pak Prabowo amat sangat bagus. Tetapi perlu dijelaskan bahwa urusan cadangan devisa ini tidak segampang mengurangi dua angka ekspor minus impor dan kalau kurang dari itu berarti ada maling atau dicuri orang asing Pertama, trade balance adalah bagian dari identitas pendapatan nasional (PDB) yang tidak dapat dibaca sepotong-sepotong. Trade balance bukan berapa yang seharusnya Indonesia dapat, melainkan bagaimana pendapatan Indonesia (PDB) dialokasikan ke dalam aktivitas berbeda (expenditure allocation). Jika ingin melihat berapa yang Indonesia dapat, maka perlu konstruksi PDB lewat pendekatan pendapatan (income approach) yang sampai sekarang kita belum punya (Indonesia punya 2 versi pendekatan PDB: expenditure dan value added) Kedua, ya tidak segampang itu bilang kalau ada selisih besar antar surplus ekspor impor dengan cadangan devisa maka negara ini penuh maling atau diperkosa asing (diperkosa koruptor dalam negeri sih mungkin) Devisa dari surplus trade balance masih harus ditambah atau akan dipergunakan oleh aktivitas-aktivitas lainnya. Di Neraca Pembayaran, ada komponen Neraca Jasa (service balance) dan Neraca Modal yang mempengaruhi posisi akhir perubahan devisa kita. Neraca Jasa memperlihatkan surplus/defisit transaksi jasa seperti telekomunikasi, transportasi (naik Garuda atau SQ), cargo, bayar konsultan bule, dsb. Sepanjang yang saya tahu, Neraca Jasa Indonesia selalu defisit
Re: [Keuangan] U.S. Ships 800 Billion AMEROS to China; prepares to De-Monetize U.S. Dollar
Bung Anton, Sebenarnya di Eropa sendiri kritik terhadap Euro cukup keras. Salah satu yang disalahkan adalah kenyataan bahwa mata uang bersama Eropa ini sudah ada dan lari duluan sebelum adanya sistem politik keuangan yang terkoordinasi dengan baik. Dengan pembentukan Euro maka masing2 pendukungnya menyerahkan sederet mandat kepada Bank Sentral Eropa. Negara2 itu masing2 kehilangan instrumen2 keuangan tertentu untuk menghadapi keadaan2 khusus. Negara2 yang basis ekonominya kuat seperti Jerman, Belanda, Prancis tidak atau sedikit mengalami masalah dengan Euro. Tetapi negara2 yang biasanya kronis defisit anggaran umumnya keteteran dan melakukan penghematan yang sangat keras sehingga banyak rakyatnya yang marah. Usul untuk menyatukan mata uang bukan hanya ada di Ameriak Utara, tetapi juga di Asia. Silahkan tengok halaman2 dari ADB misalnya. Salam dari Frankfurt Hok An anton ms wardhana schrieb: artikel menarik.. BR, ams -- Forwarded message -- From: Ari Wibawa (Mail Lists) Date: 2009/3/17 Subject: U.S. Ships 800 Billion AMEROS to China; prepares to De-Monetize U.S. Dollar The facts are less in this article (more to opinion), but the story is interesting --- http://investment-blog.net/us-ships-800-billion-ameros-to-china-prepares-to-de-monetize-us-dollar/ U.S. Ships 800 Billion AMEROS to China; prepares to De-Monetize U.S. Dollar Oct.03, 2008 in Market Outlook The US Secretary of the Treasury has informed the China Development Bank that the US has shipped $800 Billion of a new currency called the Amero, which is to be based upon the merging of the economies of The United States, Mexico and Canada into what is termed as The North American Union. The current American debt obligation to China, currently based on the US Dollar, is now estimated to be the staggering sum of $2.5 Trillion, and which this new Amero will be exchanged for $400 Billion of this debt as the current American currency is set to be devalued by 50 percent before the end of the year. Virtually unknown to the American people is that their current leader of the US Department of Treasury, Henry M. Paulson, Jr., has been tasked by President Bush to lead the efforts to join the economies of the US, Canada and Mexico and is also the head of the North American Development Bank, the bi-national financial institution established by the United States and Mexico to further the merging of their economies, and the leader of the Border Environment Cooperation Commission (BECC), the organization created by the governments of the United States and Mexico to further the implementation of the North American Free Trade Agreement (NAFTA). This is important to note as the final provisions of the NAFTA Agreement were implemented on January 1, 2008, leaving only the final merging of the economies of the US, Mexico and Canada into a North American Union to be accomplished, of which we can read: President Bush is pursuing a globalist agenda to create a North American Union, effectively erasing our borders with both Mexico and Canada. This was the hidden agenda behind the Bush administrations true open borders policy. Secretly, the Bush administration is pursuing a policy to expand NAFTA politically, setting the stage for a North American Union designed to encompass the U.S., Canada, and Mexico. What the Bush administration truly wants is the free, unimpeded movement of people across open borders with Mexico and Canada. President Bush intends to abrogate U.S. sovereignty to the North American Union, a new economic and political entity which the President is quietly forming, much as the European Union has formed. It is also interesting to note that American economists have been warning about the replacing of the US Dollar with the Amero, due to pressure from China, for nearly two years, and as we can read in this December, 2006 report titled Analysts: Dollar collapse would result in amero, and which says: As WND reported earlier this week, in an unusual move, the Bush administration is sending virtually the entire economic A-team to visit China for a strategic economic dialogue in Beijing Thursday and Friday. Treasury Secretary Henry Paulson and Federal Reserve Chairman Ben Bernanke are leading the delegation, along with five other cabinet-level officials, including Secretary of Commerce Carlos Gutierrez. Also in the delegation will be Labor Secretary Elaine Chao, Health and Human Services Secretary Mike Leavitt, Energy Secretary Sam Bodman, and U.S. Trade Representative Susan Schwab. But Chapman doubts the trip will help the Fed to engineer a slow dollar slide. The Chinese are going to do what the Chinese want to do, not what we want them to do, he said. I believe the Chinese are going to send Treasury Secretary Paulson and Fed Chairman Bernanke home packing, with little or nothing to show
Re: [Keuangan] Menggali potensi pembiayaan dari kawasan
Bung Anton, setahu saya pemikir2 keuangan di Tokio sekitar kelompok ADB malah sudah lama membicarakan skenario yang lebih lanjut. Sudah ada pemikiran mengenai Bank of Asia sebagai bank sentral bersama untuk konsolidasi kelompok ASEAN +3 (Chiang Mai). Setahu saya volume swap yang disebut dibawah sudah lama dianggap kurang. Kalau tidak salah tahun lalu angka yang dianggap perlu sudah kira2 US$ 300 M. Kalau di Eropa angka ini tidak cukup untuk menghadapi krisis dalam dimensi sekarang ini. Yang saya kurang jelas adalah ongkos dari proyek ini. Menyiapkan dana swap yang besar jelas ongkosnya tidak kecil. Standby loan dari IMF ternyata cukup tinggi ongkos bunganya. Saya kurang jelas mengenai standby loan yang akhir2 ini banyak dan mau ditarik oleh pemerintah dan BI. Kalau dana swap Asia lebih murah, jelas jalan ini yang perlu dibangun. Dana IMF bagi saya masalahnya bukan dari conditionality, sebab isi dari Letter of Intent sedikitnya sebagian diusulkan oleh pakar2 kita sendiri. Yang masalah adalah lama prosedur. Tetapi disini birokrasi kita juga ikut bertanggung jawab. Kalau dari birokrasi kita datangnya permintaan lambat sekali, tentunya respons dari IMF juga lambat. Masalah birokrasi ini juga ada dalam konsolidasi keuangan Asean +3 yang baru dimulai kembali (lihat berita dibawah) karena ada kebutuhan sesaat yang besar sekali. Salam Hok An anton ms wardhana schrieb: http://web.bisnis.com/artikel/2id2009.html Selasa, 24/02/2009 10:20 WIB Menggali potensi pembiayaan dari kawasan oleh : Aprilian Hermawan Krisis keuangan global seakan menyadarkan kembali negara-negara anggota Asean untuk lebih mempererat kerja sama. Selain memperbaiki daya konsumsi domestik, peningkatan kerja sama dengan negara tetangga agaknya bukan lagi sekadar menjadi alternatif, melainkan solusi atas jawaban mandeknya perekonomian dunia. Faktor kedekatan dan kesamaan kultur diharapkan dapat menjadi bumper di saat negara tujuan ekspor lintas benua mulai tersendat. Tengok saja perekonomian Amerika Serikat dan Eropa yang mengalami kontraksi sehingga permintaan akan produk impor menyusut. Belum lagi imbauan pemerintah mereka untuk menggunakan produk lokal yang kian mempersulit penetrasi produk-produk asing. Urgensi peningkatan kerja sama inilah yang menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan tingkat Menteri Keuangan Asean di Phuket, Thailand, untuk kemudian dibawa pada tingkat kepala negara KTT Asean ke-14 yang akan digelar di Hua Hin, Negeri Gajah Putih, pada 28 Februari -1 Maret 2009. Kerja sama dengan mitra Asean ini dibutuhkan untuk menyamakan suara yang akan dibawa pada pertemuan G-20 di London, Inggris pada 2 April 2009. Pada pertemuan itu perkembangan kesiapan masing-masing kawasan dalam menghadapi krisis global akan menjadi salah satu fokus topik bahasan. Di samping hubungan perdagangan, Asean juga membutuhkan kerja sama lebih dalam guna mengatasi kemungkinan berulangnya krisis yang menimbulkan efek domino. Krisis moneter pada 1997 yang dipicu dari pelemahan mata uang baht Thailand, terbukti meruntuhkan perekonomian kawasan. Indonesia telah menjadi saksi sekaligus korban terparah seiring munculnya krisis multidimensi karena peristiwa itu berbarengan dengan reformasi politik. Begitu kejamnya krisis ini menyebabkan pranata ekonomi yang sudah terbangun selama puluhan tahun seakan runtuh dalam sekejap. *Upaya pencegahan* Untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa, para pemimpin negara di Asia Tenggara dan Timur sepakat membentuk perserikatan dana. Kesepakatan itu lalu diusung dalam kerangka Chiang Mai Initiative di Thailand pada Mei 2000. Mengingat negara-negara di Asean sebagian besar mengalami kerusakan cukup parah akibat krisis mata uang tersebut, Jepang, Korea Selatan, dan China, tiga raksasa ekonomi di Asia yang dinilai lebih mumpuni secara keuangan, kemudian dilibatkan. Urgensi keterlibatan ketiga negara itu dikukuhkan dalam kerja sama Asean+3 dalam KTT Asean ke-7 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam pada November 2001. Ketiga negara itu diharapkan dapat menyediakan semacam tabungan berupa pundi-pundi currency swap apabila negara-negara anggota Asean didera krisis mata uang. Kala itu, pembentukan Crisis Fund ini sempat ditentang oleh IMF yang selama ini berperan sebagai lender of the last resort negara korban krisis. Kendati begitu, gagasan ini terus bergulir dan mengkristal, terutama setelah krisis subprime mortgage semakin menggerogoti perekonomian AS ke dalam jurang resesi. Belum lagi IMF yang juga dilanda masalah keuangan dan tuntutan reformasi dari para anggotanya. Bank-bank sentral anggota Asean+3 pada akhir tahun lalu menyepakati jumlah pengumpulan cadangan devisa senilai US$80 miliar. Dana ini dapat ditarik sewaktu-waktu oleh setiap anggota yang mengalami gangguan dalam neraca pembayarannya. Dari jumlah itu, sebanyak 80% dana tersebut akan disumbangkan oleh China, Jepang dan Korsel, sedangkan
Re: [Keuangan] apa saja yang menentukan untuk menurunkan/menaikan BI rate +pakah prediksi sauda
Bung Poltak, Yang istimewa justru negara kita. Strategie penurunan kurs Rupiah sebagai pemacu ekspor nyaris ditolak. Rupiah harus ditopang terus supaya kursnya jangan turun. Dalam kenyataan pemerintah dan BI saling rebutan Rupiah. Walaupun pembelian SBI sudah berkurang ternyata pemerintah kita sekarang cari dana di luar negeri. Mungkin strategi Rupiah kita perlu dipikir ulang. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: 2009/2/22 bum...@ymail.com bum...@ymail.com: Salam Kenal nama saya Arif dari Bengkulu saya mau naya ... apa saja yang menentukan untuk menurunkan/menaikan BI rate perhitungan yang konkrit gitu bukan sekedar teori keyness atau teori klasik, tapi emang suatu faktor penentu terkait semua aspek dan perkembangan pasar keuangan termasuk kebijakan rate negara lain??? Saudara Arif, Bank sentral suatu negara punya kemampuan untuk mengendalikan tingkat suku bunga acuan jangka pendek (BI Rate untuk Indonesia, Fed Rate untuk Federal Reserve, dan Repo Rate untuk ECB). Tetapi tingkat suku bunga jangka menengah dan panjang - berada di luar kendali bank sentral. Tingkat suku bunga jangka menengah dan panjang ini ditentukan via mekanisme pasar. Dan pada gilirannya, mekanisme pasar ini akan sangat ditentukan oleh berbagai besaran ekonomi makro negara pemilik mata uang bersangkutan. Besaran yang sering menjadi acuan adalah: tingkat inflasi, posisi neraca dagang, neraca pembayaran (Balance of Payment), tingkat pertumbuhan ekonomi, hingga ke aspek demografis. Semua besaran ekonomi makro tadi sebagian dapat dibentuk dan dikendalikan oleh aksi pemerintah (semisal dengan mengendalikan volume utang, mengendalikan jatuh tempo utang, mengendalikan besaran defisit anggaran, serta kebijakan terkait perdagangan dan investasi, dsb.). Sisanya ditentukan oleh iklim ekonomi global, karena segalanya akan bersifat relatif antara satu negara dengan negara lain. Jadi memang tidak ada satu pihak yang bisa mengendalikan segalanya pada suatu waktu. mengapa kita tidak keluar dari sistem tukar mata uang internasional menggunakan dollar padahal sistem tersebut bisa dikatakan sebagai produk great depression 1930 yang seakan-akan mengangkat derajad nilai tukar USD terhadap Nilai tukar mata uang lainya walaupun skr dah ada Euro tw lain lah ? Sekitar 65% perdagangan dunia dinotasikan dan dibayarkan dalam mata uang US Dollar. Dalam soal investasi, penggunaan US Dollar malah jauh lebih luas lagi - mendekati 80% dari transaksi dunia. Jauh lebih banyak produk yang tersedia dalam harga US Dollar ketimbang tersedia dalam mata uang lainnya. Bukan berarti kita tidak bisa membeli menggunakan mata uang lain, tetapi dengan menggunakan mata uang lain akan muncul transaction cost, yang berarti kita membayar dengan harga lebih mahal untuk barang/produk/jasa yang sama. Luasnya penerimaan US Dollar inilah yang membuatnya sulit digantikan. Soal derajat nilai tukar - itu semua bersifat relatif. US Dollar bisa menguat dan juga bisa melemah terhadap mata uang lain (Euro, Pound, Yen, Yuan, dll.), dan sepanjang sejarah, hal ini sudah silih berganti terjadi. Namun begitu di luar menguat atau melemahnya nilai tukar - yang jauh lebih penting adalah fleksibilitas. Ketika mata uangnya kuat - maka inflasi bisa diturunkan karena harga barang import menjadi lebih murah. Sebaliknya, bila mata uangnya lemah, maka ekspor dan arus investasi portofolio bisa meningkat - sejauh pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga. Fleksibilitas seperti ini yang sulit ditemui pada mata uang lain. Kita lihat saja - anggota EU ternyata lebih suka Euro melemah, supaya ekspor mereka bisa kompetitif, hal yang sama juga terjadi pada Yen Jepang serta Yuan China. Kalau negara-negara tadi lebih suka mata uangnya melemah -- maka harus ada yang menguat kan?? Apakah prediksi saudara-saudara tentang krisis ekonomi belakangan ini hanya bisa diselesaikan dengan WOrld War 3 kayak peneyelesaian krisis tahun 1930 yang berujung World war 2, klo tanda-tandanya sih udah adahehe Anda ini bertanya serius apa main-main sih?
Re: [Keuangan] Fwd: (BN) Shekel Proves Hard Currency as Israel Defies GlobalUnraveling
Bung Tigor, Terima kasih atas informasinya. Yang saya maksud souverign fund adalah surat berharga negara, misalnya dari Jerman. Menurut saya saat ini fasilitas bilateral swap agreement dengan negara2 Asean +3 sudah waktunya untuk disiapkan soalnya sudah spekulasi terhadap Rupiah. Hal2 seperti ini harus dihadapi dengan tegas dan cepat. Pelaku2 pasar juga perlu merasakan adanya koordinasi effektif yang bisa menggagalkan usaha mereka menarik keuntungan dari spekulasi terhadap Rupiah. Untuk itu perlu aksi serempak di Asia untuk stabilisasi Rupiah. Setahu saya dari Jepang pernah ada keinginan untuk memperbesar volume fasilitas swap ini. Seperti rasa ini juga perlu. Salam Hok An Nb. Dibawah saya kutip berita di Tempo mengenai fasilitas SWAP ini. http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2008/11/14/brk,20081114-146013,id.html Jum'at, 14 November 2008 | 16:20 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta: Bank Indonesia (BI) memproyeksikan cadangan devisa Indonesia akan bertambah sekitar US$ 2 miliar pada Desember 2008 setelah pemerintah mencairkan pinjaman luar negeri. Saat ini cadangan devisa menyentuh level terendah sepanjang 17 bulan terakhir, yaitu US$ 50,58 miliar. Gubernur BI Boediono mengatakan cadangan devisa saat ini masih aman meskipun posisinya turun. Alasannya, Indonesia masih memiliki penerimaan lain dari sektor migas. Cadangan devisa Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Cina yang cadangan devisanya mencapai US$ 2 triliun, namun ini masih mencukupi, kata Boediono di gedung BI Jakarta, Jumat (14/11). Berdasarkan data BI, cadangan devisa Indonesia per 31 Oktober 2008 sebesar US$ 50,58 miliar. Angka itu turun hingga US$ 6,528 miliar atau sekitar Rp 71 triliun dibandingkan cadangan devisa per akhir September yang mencapai US$ 57,108 miliar. Dia mengatakan bank sentral akan konsisten dalam mengambil kebijakan untuk stabilitas moneter dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah dalam menghadapi situasi gejolak perekonomian global. Boediono mengatakan dirinya membatalkan rencana bertemu Gubernur The Federal Reserve Ben Bernanke sekaligus menghadiri pertemuan forum negara anggota Group 20 di Washington, Amerika Serikat, pada Jumat ini untuk mengawal kondisi perekonomian dalam negeri. Saya memutuskan batal ke Amerika untuk bertemu Ben Bernanke, ujarnya. Rencananya Boediono akan bertemu dengan Bernanke membicarakan fasilitas bilateral swap agreement (BSA) sebagai dana siaga dalam menghadapi krisis. Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesia bersama negara Asean plus tiga-India, China dan Jepang-menyepakati BSA senilai US$ 12 miliar. Meskipun batal ke Amerika, Boediono tetap berkomunikasi dengan Bernanke untuk membicarakan kemungkinan kerja sama fasilitas pinjaman dengan bank sentral Amerika. Kerja sama serupa belum lama ini dijalin oleh Singapura, Korsel dan Brasil yang masing-masing mendapatkan bantuan fasilitas pinjaman US$ 30 miliar dari The Fed. Eko Nopiansyah Tigor Siagian schrieb: Bung Hok An, Fakta adanya desas desus serta desas desus atas dugaan bahwa saat ini politik keuangan kita penuh desas desus adalah dua hal yang berbeda dan memiliki konsekuensi yang berbeda. Tanya saja *EJ* dari Bahana Securities soal konsekuensi tersebut. Soal desas desus bahwa *Yang jelas cadangan devisa yang cair diduga tidak cukup. Bisa jadi setengah dari cadangan terikat didalam kontrak2 di souverign funds international. Atau beku didalam bentuk emas.*, mungkin anda bisa merujuk pada data yang didiseminasi melalui IMF tentang posisi cadangan devisa Indonesia melalui link ini: http://www.imf.org/external/np/sta/ir/idn/eng/curidn.htm#I Satu hal lagi, definisi cadangan devisa (international reserves) mewajibkan dua syarat harus dipenuhi: 1. Likuid (dapat dicairkan sewaktu-waktu), dan 2. Non-residency (tidak dalam mata uang domestik). Karena itu dalam items laporan IMF disebutkan hingga maturity (sebagai proxy likuiditas). Btw, sebenarnya apa yang anda maksud dengan *sovereign funds international* ? Salam, Tigor On Wed, Nov 19, 2008 at 7:16 PM, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Poltak, dari jauh, saya duga saat ini politik keuangan kita penuh desas desus. Yang jelas cadangan devisa yang cair diduga tidak cukup. Bisa jadi setengah dari cadangan terikat didalam kontrak2 di souverign funds international. Atau beku didalam bentuk emas. Koordinasi regional dengan bank2 Asia memerlukan vitalisasi. Bisa jadi volume swap perlu diperbesar secara substantial. Saya rasa resitensi dari IMF untuk saat ini tidak ada lagi. Yang penting memikirkan bagaimana rumah2 tangga yakin bahwa Rupiah tetapi stabil. Kalau jutaan rumah tangga membeli devisa jelas arus panik susah diredakan. Salam dari Frankfurt Hok an Poltak Hotradero schrieb: Mungkin kita perlu ganti Gubernur Bank Sentral? Atau sewa saja? ... cut ...
Re: [Keuangan] Fwd: (BN) Shekel Proves Hard Currency as Israel Defies GlobalUnraveling
Bung Poltak, dari jauh, saya duga saat ini politik keuangan kita penuh desas desus. Yang jelas cadangan devisa yang cair diduga tidak cukup. Bisa jadi setengah dari cadangan terikat didalam kontrak2 di souverign funds international. Atau beku didalam bentuk emas. Koordinasi regional dengan bank2 Asia memerlukan vitalisasi. Bisa jadi volume swap perlu diperbesar secara substantial. Saya rasa resitensi dari IMF untuk saat ini tidak ada lagi. Yang penting memikirkan bagaimana rumah2 tangga yakin bahwa Rupiah tetapi stabil. Kalau jutaan rumah tangga membeli devisa jelas arus panik susah diredakan. Salam dari Frankfurt Hok an Poltak Hotradero schrieb: Mungkin kita perlu ganti Gubernur Bank Sentral? Atau sewa saja? = Shekel Proves Hard Currency as Israel Defies Global Unraveling 2008-11-18 00:02:48.880 GMT By Tal Barak Nov. 18 (Bloomberg) -- Leah and Dov Yaakoby got a surprise wedding gift when their landlord offered a month's free rent to renew the lease on an apartment in the suburbs of Haifa in northern Israel. The catch was they would have to start paying rent set in shekels, not dollars, the currency of choice in Israel for a generation. The landlord wanted the change because the shekel's 30 percent appreciation since October 2005 meant the $525 monthly payment, valued at 2,426 shekels when they moved in, was worth 1,844 shekels by their wedding day in March. ``There was such a fluctuation in the currency that he ended up owing us money,'' said Leah, a 27-year-old writer of online software guides. ``Getting a one-month break on the rent was really great, especially in the year when we got married.'' While Iran threatens to destroy Israel, militants in the Hamas-controlled Gaza Strip fire rockets into the country and corruption scandals forced the prime minister to resign, the shekel increasingly looks like a hard currency. Since Stanley Fischer, the former International Monetary Fund deputy director, became the Bank of Israel governor in May 2005, the shekel strengthened 12 percent against the dollar and the Swiss franc, 13 percent versus the euro, 3.1 percent against the yen and 41 percent compared with the British pound. ``The shekel is the safest asset in Europe, the Middle East and Africa,'' Merrill Lynch Co. strategist Benoit Anne in London wrote in an Oct. 22 report. ``The shekel presents some defensive characteristics, which has served the currency relatively well at a time of several global risk conditions.'' Merrill set its ``medium-term'' fair value for the shekel at 3.37 to the dollar. Gains Predicted The shekel traded at 3.92 on Nov. 17. Merrill's prediction would amount to 16 percent gain in the next two to three years. Analysts in a Bloomberg survey said the currency will reach 3.80 by the end of 2009. Investors are gaining confidence after Israel's economy grew an average of 6 percent in the past four years and inflation slowed to an annualized rate of 5.5 percent last month from as high as 486 percent in November 1984. Israel's $206 billion economy will expand 4.5 percent in 2008, according to Central Bureau of Statistics estimates. That's faster than the 3.7 percent forecast for the world economy by the IMF in Washington. U.S. gross domestic product contracted at a 0.3 percent rate last quarter, the biggest decline since 2001, and will expand 1.4 percent this year, based on the mean estimate in a Bloomberg survey of 75 economists. Holding Up Israel's economy is holding up better than some other Middle Eastern nations. Dubai may need support from its neighboring emirates to finance borrowing that paid for development of the world's tallest building, created palm tree- shaped islands and bought stakes in banks worldwide, Moody's Investors Service said in an Oct. 13 report. Kuwait had to prop up its banking system as the end of the oil boom weighed on the region's stock and real-estate markets. The Kuwait Stock Exchange suspended trading Nov. 13 and the United Arab Emirates said in October it would guarantee deposits of all local banks and large foreign banks. Israel avoided the worst of the damage from the credit- market seizure. The central bank said last month there was ``no sign'' of a domestic cash squeeze, with lending among financial institutions taking place ``as usual.'' Bernanke's Thesis Fischer, 65, lowered the Bank of Israel's main interest rate to 3 percent from a high this year of 4.25 percent, including an unscheduled cut of half a percentage point on Nov. 11. Jonathan Katz, a Jerusalem-based economist for HSBC Holdings Plc, called the latest reduction an effort ``to get ahead of the curve.'' Fischer, the former Citigroup Inc. vice chairman who advised Federal Reserve Chairman Ben S. Bernanke on his doctoral thesis at the Massachusetts Institute of Technology in Cambridge, helped to steer the economy as the sudden increase in borrowing costs battered the world's biggest
[Keuangan] KPK terancam menjadi macan kertas
Kawan2 yang baik, Dibawah ada keputusan DPR yang berpotensi membahayakan reformasi sistem pengadilan kita. Salam damai Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/11/news-analysis-bill-prescribes-setbacks-state039s-war-corruption.html News Analysis: Bill prescribes setbacks in state's war on corruption Pandaya , The Jakarta Post , Jakarta | Tue, 11/11/2008 10:50 AM | Headlines The much-anticipated bill on the Corruption Court rushed to the House of Representatives a fortnight ago shows loopholes that will endanger the war on corruption -- the war that has won the Yudhoyono administration international credit. The most contentious issue revolves around Chapter 27, which delegates the authority to select judges in charge of handling a particular case to the Chief Justice and chief of the local district court. Either of the chiefs will be granted the prerogative to decide how many career and ad hoc judges will be in charge. The bill prescribes that the number of judges has to be odd, at least three or five at the most. The career/ad hoc judge ratio becomes critical because career judges have long been attributed to the corrupt judiciary system and therefore are perceived as part of the furniture and lacking credibility. Ad hoc judges are recruited from outside the system and therefore, are believed to have higher standards of integrity as proven by those in the Corruption Court. The bill was drafted in Dec. 2006 after the Constitutional Court killed a provision in the 2002 Corruption Eradication Commission (KPK) law which became the basis for the establishment of the Corruption Court. The Constitutional Court ordered the government to create a new law that would put the Corruption Court under the regular district court. Lawmakers have until Dec. 2009 to finish the bill, a short time span that is probably insufficient given that the politicians are also busy campaigning for the 2009 general elections. The future law mandates the establishment of a corruption court in every regency and municipality in order to make the anti-corruption campaigns more effective -- although it also raises concerns about an independence standard as an extraordinary court. Until the bill is passed into law, the old, highly respected Corruption Court under KPK in Jakarta remains functional. Among its commendable achievements is sending former and incumbent government bureaucrats and a senior prosecutor to jail and is currently trying several lawmakers. It is in fact an odd time for lawmakers to bow to public pressure to finalize the bill before their terms expire in a year. At present, the Corruption Court is putting on the dock some senior House members such as Al Amin Nasution, Hamka Yandhu, Yusuf Emir Faisal and Anthony Zeidra Abidin on various charges, ranging from receiving kickbacks and threatening blackmail to accepting bribes. KPK investigators have also been targeting the Supreme Court over unaccounted funds which have accumulated for a great many years from people embroiled in legal wrangles. Just last week, the Attorney General's Office declared as a suspect Romli Atmasasmita, one of the legal experts drafting this corruption court bill! He will be charged with involvement in a Rp 400 billion (US$40 million) graft while he served as legal administration director general at the ministry of justice in the early 2000s. The corruption court bill debate is heightening public distrust in the regular court. In a recent seminar in Jakarta, Febri Diansyah of Indonesia Corruption Watch (ICW) revealed that 104 of the 196 graft suspects tried in the regular court between January and July of this year were acquitted. Those found guilty received lenient jail terms of an average of less than six-and-a-half months. While at KPK's Corruption Court, where the ratio of ad hoc and career judges is three to two, no suspects were acquitted and crooks received fairly hefty prison terms, Febri said. Clearly the regular court verdicts have failed to deter politicians and officials from stealing taxpayers' money. The delegation of authority to select judges to the chief justice and local civil court chairman only gives credence to former KPK chairman Taufiequrrachman Ruki's warning that targeted politicians and elements of the corrupt system are seeking to strike back. Ruki's concern became even more relevant when some politicians in charge of finalizing the controversial Supreme Court bill proposed that ad hoc status be scrapped from the Indonesian legal system because ad hoc judges' proficiency is questionable. It is also feared that the provision giving the chief justice and district court chiefs too much power in graft trials will allow the so-called judiciary mafia to control the Corruption Court. Then KPK would become a mere paper tiger, just like the regular court that is losing public trust.
[Keuangan] Fwd: Press release seminar Reformasi Birokrasi di Indonesia
Original Message Subject: Press release seminar âReformasi Birokrasi di Indonesiaâ Date: Wed, 3 Sep 2008 13:34:39 -0700 (PDT) From: Risonarta, Victor [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] To: CC: Press release seminar âReformasi Birokrasi di Indonesiaâ Tempat: KJRI Hamburg â Jerman Waktu: Sabtu 30 Agustus 2008, jam 14.00 â 18.00 waktu Jerman Penyelenggara: Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) di Jerman Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) di Jerman telah mengadakan seminar dengan tema reformasi birokrasi di Indonesia. Pembicara dalam seminar ini adalah Hok An, Pipit Rochiyat, empat pejabat dari Kementrian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (PAN) dan satu orang perwakilan dari Koalisi Masyarakat Pengawasan Pemerintahan yang baik dan bersih (Komwas PBB). Komwas PBB adalah sebuah LSM di Indonesia yang bergerak di bidang edukasi dan advokasi untuk menciptakan sistem pemerintahan Indonesia yang memihak kepentingan publik. Dalam sambutannya, Yayat Sugiatna yang mewakili KJRI Jamburg mengharapkan agar masyarakat Indonesia di Jerman dapat memberikan masukan positif bagi pembangunan di Indonesia. Sementara itu Wajid Fauzi selaku kuasa usaha KBRI Berlin menyatakan senang sekali bila reformasi birokrasi dijalankan dengan baik di Indonesia karena dapat menunjangkegiatan ekonomi dan menunjang kelancaran program pemerintah terutama pejabat yang langsung bersentuhan muka dengan publik yang dilayani. Dalam presentasinya, Hok An memberikan informasi mengenai efek positif dari reformasi birokrasi terhadap bidang ekonomi Indonesia. Dengan dijalankannya reformasi birokrasi, maka hambatan-hambatan dunia usaha akan diatasi karena reformasi birokrasi akan menempatkan pejabat publik sebagai pelayan masyarakat. Bila reformasi birokrasi dijalankan dengan baik, maka akan ada kenaikan pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 2,25 â 2,5% sehingga PDB Indonesia bisa mencapai 8 â 8,5% bila kita menggunakan acuan pertumbuhan PDB tahun 2007. Reformasi birokrasi juga akan memberikan akselerasi kegiatan investasi yang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga sehingga pada akhirnya juga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Jadi reformasi birokrasi sangat berguna bagi pemerintah dan pengusaha untuk menciptakan pertumbuhan ekonomidi sektor riil yang menciptakan tempat kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.. Pipit Rochiyat menyoroti bahwa reformasi birokrasi juga diperlukan oleh PNS baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Sebagai contoh, selama ini PNS mengalami ketakutan apabila menolak perintah dari atasannya sehingga banyak bawahan yang ikut terjerat kasus korupsi hanya karena mengikuti perintah sang atasan. Dengan dijalankannya reformasi birokrasi, maka diharapkan seorang bawahan dapat menolak perintah atasan apabila perintah atasan tersebut bertentangan dengan undang-undang. Reformasi birokrasi juga dapat memberikan keamanan karir bagi PNS karena sekarang ini banyak PNS yang mempunyai kekuatiran akan masa depan mereka bilsa terjadi pergantian pemerintahan. Banyak PNS yang digeser dari jabatannya oleh PNS lain yang dekat kepada partai politik tertentu di saat suatu partai politik tersebut memenangkan pemilu di tingkat daerah ataupun pusat. Sehubungan dengan reformasi birokrasi ini maka saat ini pemerintah sedang menggodok rancangan undang-undang administrasi pemerintah (RUU AP). Diharapkan RUU AP ini dapat memberikan garis kebijakan yang sangat jelas dalam melakukan reformasi struktur dan peran PNS di Indonesia termasuk juga untuk menciptakan kestabilan pemerintahan, pelayanan publik dan ketatanegaraan yang lebih baik. Bahan seminar reformasi birokrasi ini dapat didownload di website IASI: www.iasi-jerman.de Ringkasan seminar bisa juga didengarkan di radio Deutsche Welle edisi Indonesia dua kali hari Jumat tanggal 4 Agustus mendatang jam 00:30 dan Jumat 14:30 waktu Jerman atau Jumat jam 05:30 WIB dan Jumat jam 19:30 WIB. Siaran ini dapat didengar melalui website: http://www.dw-world.de/popups/popup_multi_mediaplayer/0,,2933780_type_audio_struct_11583_format_WMedia,00.html Kontak email kepada pembicara: Bapak Hok An: [EMAIL PROTECTED] Bapak Pipit Rochiyat: [EMAIL PROTECTED] Jerman, 4 September 2008 Victor Yuardi Risonarta Ketua II Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI)
Re: Coba Main game seemcity atau city builder [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia
Selama ini reformasi yang mulai dari jalan akhirnya menelurkan UU dan PP yang datang dari atas, tetapi paradigma2 baru ini jarang yang mengerti dan arusnya ter-putus2. Titik awal perlu diganti dan diletakan pada rakyat yang berhenti bersikap pasif. Artikulasi perlu dialirkan secara kelembagaan dalam bentuk perserikatan2 dengan kepentinagn bersama maupun pressure group yang dikemudian hari bisa membentuk aliansi2 baru dalam bentuk partai2 yang modern lengkap dengan pusat2 studi yang memberi input dan bobot program yang jelas. Kelompok2 anti korupsi sebetulnya sudah banyak, kelompok pembayar pajak sudah ada tetapi belum keras terdengar suaranya. Mungkin baru dalam tahap dekonstruksi dan masih kekurangan modal sosial untuk kristalisasi menjadi gerakan masyarakat yang kuat. Salam Hok An Hindarto Gunawan schrieb: Masalahnya bagaimana rakyat legawa / sadar memberikan kewajibannya kalau negara tidak menberikan hak nya. Seperti Sunset Policy... kalo pejabatnnya masih korup dan main gang2 .. apa rakyat akan memberikan kewajiban... Kasus kasus korupsi langsung maupun tidak langsung di Indonesia sudah bukan rahasia umum lagi. Jadi Ayam atau Telor dulu?? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazar [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung hok an, Dalam sistim kenegaraan ada istilah hak dan kewajiban. Saat ini negara ini bingung menentukan hak yg harus di tuntut dan kewajiban yg harus di penuhi. Ya, semua komponen bangsa harus bisa menentukan hak dan kewajibannya masing2x. Apa kewajiban dan hak pemerintah. Dan apa hak dan kewajiban masyarakat. Salam NazaR on: tebo-jambi --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], Hok An Hokan@ wrote: Bung Nazar, saya kuatir orang2 terpenting kabinet kita tidak kenal permainan itu. Yang diplototi mungkin cuma angka2 fundamental ekonomi saja, yaitu angka2 inflasi, defisit dan neraca pembayaran berimbang. Akibatnya elite negara kita belah dua. Sebab ada lagi satu kelompok di kabinet yang rajin produksi rencana2 infrastruktur, yang ditumpuk makin hari makin tinggi. Tumpukan ini mirip rencana aliran pengeluaran negara yang terus bertambah seperti air mengisi bendungan sehingga makin hari makin tinggi. Sebelum strategi ini dihentikan kabinet kita perlu mengambil keputusan apakah negara mau difungsikan kembali sebagai agen pembangunan atau tidak. Saat ini rupa2nya segala hal mau diserhakan kepada swasta. Salam Hok An nazar schrieb: Dulu waktu kuliah saya suka main game seem city/city builder. Game ini mengajarkan kpda kita simulasi membangun sebuah negara, seperti pajak, jalan, air, listrik, terminal, bandara, dermaga, sekolah, kesehatan, hiburan dll. Lalu jika di kaji secara ilmiah game seemcity tersebut merupakan simulasi sederhana dalam membangun sebuah negara. Misalnya, jika jumlah penduduk dan luas area meningkat maka kebutuhan listrik, air, sekolah, keamanan, kesehatan, lapangan kerja/industri juga meningkat. Salam nazar --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], Dedy arman dedy_arman@ wrote: Mmm.. CUCOK. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: jeff_andra jeff_andra@ Date: Sat, 09 Aug 2008 01:42:44 To: AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia Abis mau gimana lagi ya? lha wong presidennya terlalu sibuk bikin lagu, wapres sibuk dagang n kampanye (kan ketua umum), para menteri tukang ngobyek, anggota DPR nya ditangkepin KPK, yang masih bebas, sibuk kencan n ngakalin duit negara (termasuk anggaran infrastruktur) buat dana kampanye :) Memang tragis sih ya, kalo ngutip statement Faisal Basri, ya ini lah, kita sibuk mengundang investor, ketika investr masuk kita biarkan mereka kecewa karena buruknya infrastrktur (PLN, transportasi, dll.) di republik ngawur ini, yang mengakibatkan hi cost economy itu. Ada yang mau bantu solusi? --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], Hindarto Gunawan hindarto.gunawan@ wrote: Boleh sy minta pendapat dr ahli2 keuangan ; Infrastruktur adalah sarana penting bagi pertumbuhan ekonomi bukan, kalo di negara lain banyak pembangunan jalan jalan baru, power plan, dll..(terutama di china) ..kalo di
Re: Coba Main game seemcity atau city builder [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia
Bung Nazar, saya kuatir orang2 terpenting kabinet kita tidak kenal permainan itu. Yang diplototi mungkin cuma angka2 fundamental ekonomi saja, yaitu angka2 inflasi, defisit dan neraca pembayaran berimbang. Akibatnya elite negara kita belah dua. Sebab ada lagi satu kelompok di kabinet yang rajin produksi rencana2 infrastruktur, yang ditumpuk makin hari makin tinggi. Tumpukan ini mirip rencana aliran pengeluaran negara yang terus bertambah seperti air mengisi bendungan sehingga makin hari makin tinggi. Sebelum strategi ini dihentikan kabinet kita perlu mengambil keputusan apakah negara mau difungsikan kembali sebagai agen pembangunan atau tidak. Saat ini rupa2nya segala hal mau diserhakan kepada swasta. Salam Hok An nazar schrieb: Dulu waktu kuliah saya suka main game seem city/city builder. Game ini mengajarkan kpda kita simulasi membangun sebuah negara, seperti pajak, jalan, air, listrik, terminal, bandara, dermaga, sekolah, kesehatan, hiburan dll. Lalu jika di kaji secara ilmiah game seemcity tersebut merupakan simulasi sederhana dalam membangun sebuah negara. Misalnya, jika jumlah penduduk dan luas area meningkat maka kebutuhan listrik, air, sekolah, keamanan, kesehatan, lapangan kerja/industri juga meningkat. Salam nazar --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], Dedy arman [EMAIL PROTECTED] wrote: Mmm.. CUCOK. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: jeff_andra [EMAIL PROTECTED] Date: Sat, 09 Aug 2008 01:42:44 To: AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Re: Infrastruktur Indonesia Abis mau gimana lagi ya? lha wong presidennya terlalu sibuk bikin lagu, wapres sibuk dagang n kampanye (kan ketua umum), para menteri tukang ngobyek, anggota DPR nya ditangkepin KPK, yang masih bebas, sibuk kencan n ngakalin duit negara (termasuk anggaran infrastruktur) buat dana kampanye :) Memang tragis sih ya, kalo ngutip statement Faisal Basri, ya ini lah, kita sibuk mengundang investor, ketika investr masuk kita biarkan mereka kecewa karena buruknya infrastrktur (PLN, transportasi, dll.) di republik ngawur ini, yang mengakibatkan hi cost economy itu. Ada yang mau bantu solusi? --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], Hindarto Gunawan hindarto.gunawan@ wrote: Boleh sy minta pendapat dr ahli2 keuangan ; Infrastruktur adalah sarana penting bagi pertumbuhan ekonomi bukan, kalo di negara lain banyak pembangunan jalan jalan baru, power plan, dll..(terutama di china) ..kalo di Indonesia?... Boro boro punya tol surabaya - gempol
[Keuangan] Konsumsi energi
Teman yang baik, dibawah ada review mengenai masalah energi Indonesia. Dalam rumus ekonomi konsumsi yang melebihi kemampuan adalah pangkal dari masalah. Dari tulisan dibawah tampak juga bahwa pasokan konsumsi energi kita tidak didukung oleh infrastruktur yang mencukup. Jadi masalahnya dua yaitu ekonomis dan teknis. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/07/14/consumption-keeps-growing-energy-infrastructure-worsens.html Tuesday, July 15, 2008 12:33 PM Consumption keeps growing as energy infrastructure worsens Hanan Nugroho , Jakarta | Mon, 07/14/2008 10:08 AM While domestic demand for oil is escalating uncontrollably (12 percent for gasoline and 15 percent for diesel fuel in 2007) and domestic oil production has been on a continuous slide for the last 13 years, it is sad to find that oil prices are skyrocketing and our energy infrastructure is deteriorating. What will happen next? Oil refinery capacity in Indonesia has not expanded since Balongan EXOR (West Java) started operating in the mid 1990s. The total capacity is stuck at 1.055 million bpd, even decreasing since Pangkalan Brandan was shut down recently. Except EXOR, all the refineries are old, most of them having started operation before the 1980s (Sei Pakning in 1957, Plaju in 1930 by Shell). Four out of nine refineries (about one-third of national capacity) are located in Sumatra, far from the middle and eastern islanders who also need oil. Geographical constraints, old technology and capacity does not fit the changing domestic demand, resulting in the increasing cost of importing fuels. Infrastructure for distributing oil across the archipelago is also decaying. There has been no significant development except in gasoline stations, which currently number about 3,000. A middle-high pressure pipeline for oil products is still very limited and has not been expanded for the last three decades. The country's 170 oil storage sites are not sufficient, but the progress to build new sites has been very slow. Nevertheless, infrastructure for distributing oil in western parts of Java is sufficient; oil fuel in this region is transported efficiently through a transmission pipeline from Cilacap refinery (Central Java) to demand centers close to Bandung/Jakarta. But for the rest of the country, even in other parts of Java -- the island consuming three-fourths of the country's fuel -- the oil distribution system is far from efficient. There is no refinery or oil distribution pipeline operating in East Java. A distribution system relying on trucks, train, ships, barges and small aircraft in the country's remote areas results in very expensive transportation costs. Indonesia's energy consumption will continue to grow in line with the growth of the country's economy, urban population and changes in lifestyle that consume more energy. This trend of energy consumption will continue to take place despite rising oil prices. Energy demand does not have to be fulfilled by oil alone, as it can be replaced by other fuels such as natural gas for electricity generation, industry, households and transportation. Coal may substitute for oil, particularly in electricity generation and the industrial sector, while coal briquette can replace kerosene for cooking. Natural gas is cheaper, cleaner and more efficient than oil and Indonesia has larger reserves of natural gas than of oil. Unfortunately, our capacity to switch from oil to natural gas is very small, constrained largely by the availability of infrastructure. Only the South Sumatra-West Java natural gas transmission pipeline is ready to operate, brining natural gas from Jambi (southern Sumatra) to Banten's industrial estates and further to power plants near Jakarta. Large parts of our gas are still exported by pipeline to Singapore and Malaysia, and to Japan, South Korea and Taiwan as LNG. Combined cycle power plants in Java, constructed under a crash program during the 1990s, are still facing difficulties in getting natural gas delivered to them, forcing the plants to burn expensive oil. The development of city gas distribution systems faltered in the 1990s, leaving only about 75,000 households receiving gas deliveries. Below 1 percent of all households in Indonesia rely on natural gas, far lower than in the United States, major European countries or even Japan and Korea, whose gas consumption depends on LNG imports from Indonesia. Recently, there was an attempt to move people over from using kerosene to LPG. LPG may substitute for kerosene for cooking, but the benefits of this switch will not go far since our LPG production capacity (coming from oil, small LPG and LNG refineries) is limited and the price of LPG is expensive (compared to that of natural gas). LPG technology is not intended to provide energy for a large number of households; piped city gas normally does this job. Coal provision faces similar obstacles. Compared to for export -- Indonesia became the world's largest
Re: [Keuangan] panas bumi sampai 27.000 MW
Setahu saya sesungguhnya SDM kita sebetulnya cukup dan pengalaman di Jawa Barat dan Dieng juga sudah puluhan tahun. PLT panas bumi kurang cocok untuk kebutuhan masyarakat, sebab harus jalan nonstop siang malam. Untuk Jawa Barat dan Bali cukup lokasi yang cukup dekat dengan yang perusahaan2 yang butuh atau jaringan PLN. Mungkin yang kurang adalah modal politik artinya orang2 yang tinggal dekat sumber air panas tidak punya akses kepada pengambilan keputusan. Kemungkinan dan barangkali juga keberanian untuk membangun plt panas bumi yang kecil2 (kira2 1-5 MW) perlu dibangkitkan. Kesulitan plt panas bumi adalah proyek yang pertama. Kalau jalan satu yang lainnya lebih mudah sebab sifat geologis daerah itu menjadi jelas. Jadi diperlukan struktur pembiayaan khusus supaya hambatan yang disebabkan risiko investasi ini bisa diatasi. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Yang saya denger sih Filipina lumayan maju sudah untuk penggunaan sumber panas bumi ini. Cuma detailnya kurang jelas ya. Negara-negara lain memang kurang mengembangkan geothermal karena sifatnya yang sangat bergantung pada Posisi panasnya. Tidak banyak negara yang punya sumber daya ini. --- On Fri, 7/11/08, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Hok An [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] panas bumi sampai 27.000 MW To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, July 11, 2008, 10:49 PM Teman2 yang baik, Dari tulisan dibawah sesungguhnya jalan keluar dari krisis energi ada banyak. Tetapi masalah yang menghadang cukup banyak. Tetapi sesungguhnya masalah teknis dan ongkos eksplorasi dan pembangunan jelas tidak beda banyak dengan cari minyak dilaut dalam. Yang berikutnya adalah masalah lingkungan, kawasan yang sebagian sakral yang mungkin bisa diatasi liwat dialog dengan masyarakat sehingga dapat dicari cara yang sesuai dengan adat dan ramah lingkungan. Masalah yang mungkin lebih sulit adalah peraturan2 yang seribu satu dan proses perizinan yang tidak jelas. Apakah masalah ini tidak bisa dikurangi apabila dibuat konstruksi perusahaan yang dimiliki bersama antara lain oleh PEMDA setempat atau BRI lokal bersama dengan pengusaha2 lokal yang perlu listrik? Salam Hok An http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2008/07/11/ 01160199/ lebih.realistis. untuk.panas. bumi Kompas, 11 Juli 2008 | 01:16 WIB Doty Damayanti Indonesia kerap disebut memiliki potensi panas bumi sampai 27.000 MW atau sekitar 40 persen dari seluruh potensi panas bumi di dunia. Publik banyak yang tidak tahu bahwa ternyata data yang dipakai pemerintah untuk menggambarkan besarnya sumber daya panas bumi itu adalah angka spekulatif, sumbernya pun tidak jelas. Kita selalu bilang punya potensi besar sampai 27 gigawatt ekuivalen, sementara cadangan yang terbukti sebenarnya hanya sekitar 2.000 MW, sisanya cadangan yang mungkin dan cadangan spekulatif, ujar pengamat kelistrikan, Herman Darnel Ibrahim. Perkiraan cadangan yang besar itulah yang menjadi salah satu alasan pemerintah menjadikan panas bumi sebagai energi andalan untuk kelanjutan proyek percepatan pembangkit listrik tahap kedua. Pemerintah berambisi total daya pembangkit yang dibangun pada crash program tahap II ini mencapai 12.000 megawatt. Sekitar 6.000 MW ditargetkan menggunakan energi panas bumi. Proyek-proyek pembangkit itu ditargetkan sudah bisa beroperasi dalam lima tahun. Dari sisi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, harus diakui ada perbaikan untuk membuat pengembangan panas bumi lebih menarik. Antara lain, keluarnya peraturan Menteri Keuangan yang membebaskan bea masuk peralatan eksplorasi panas bumi. Selain itu, pemerintah mengeluarkan patokan penetapan harga jual panas bumi melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2008 tentang Harga Listrik Panas Bumi. Dulu, harga ditetapkan lewat negosiasi investor dengan PLN. Akibat tak ada patokan yang jelas, kesepakatan sering tidak tercapai. Sekarang, harga ditetapkan berdasarkan lelang. Mengacu pada ketetapan itu, harga jual listrik panas bumi rata-rata 8-9 sen dollar AS per kWh. Namun, perhitungan lebih matang sangat diperlukan untuk menjadikan pengembangan panas bumi benar-benar prospektif. Berkaca pada proyek percepatan tahap I yang ditetapkan tanpa studi kelayakan awal yang jelas, jangan sampai menargetkan angka yang sulit dicapai. Meski unggul sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak terpengaruh harga dunia, pengembangan panas bumi untuk energi pembangkit memiliki risiko investasi yang besar. Dengan prosedur yang ada, pengembangan panas bumi butuh waktu 8-10 tahun. Pembangkit listrik tenaga panas bumi bukanlah fenomena baru. Direktur Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah Sugiharto Harsoprayitno mengatakan, pengembangan panas bumi selalu dilakukan ketika pemerintah terdesak mencari alternatif pengganti bahan bakar
Re: [Keuangan] Part 2 IDEE (Re: Energy subsidy may hit Rp 300 trillion next year)
Teman2 yang baik, Sebenarnya dalam jawaban Bung Hanan ada 3 attachment yang dimilis kita tidak bisa lewat. Yang ingin mendalami masalah migas kita bisa melihat paper2 IDEE itu di: http://migas-indonesia.net/index.php?option=com_docmantask=cat_viewgid=166Itemid=42. Salam Hok An nugrohohn schrieb: - Original Message - SUBJECT: Energy subsidy may hit Rp 300 trillion next year FROM: [EMAIL PROTECTED] TO: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com DATE: 07-09-2008 4:31 pm Teman2, Saya kuatir taksiran dibawah optimis. Apa benar BBM subsidi diselundupkan? Bukankan angkutan BBM sudah dipantau pakai GPS? Barangkali pemakaian BBM subsidi memang tinggi. Kalau kebutuhan BBM subsidi 2009 50 juta kiloliter dan perbedaan harga dengan pasar dunia nanjak ke $0,50/l, kebutuhan subsidi sudah $25M. Disaat yang sama kebutuhan PLN akan subsidi ikut loncat2, sebab selain BBM, batubara ikut2an naik. Kalau masalah ini di-gusur2 sampai pemilu selesai, kabinet berikutnya akan mewarisi beban yang berat sekali, karena solusi2 yang tersisa tinggal schock therapy saja. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/07/09/energy-subsidy-may-hit-rp-300-trillion-next-year-minister.html[1] Wednesday, July 9, 2008 3:28 PM Energy subsidy may hit Rp 300 trillion next year: Minister Aditya Suharmoko , The Jakarta Post , Jakarta | Wed, 07/09/2008 10:49 AM | Business The government may spend Rp 300 trillion (US$32.55 billion) on energy subsidies next year, or close to a 50 percent rise from this year, assuming oil prices average $140 per barrel, Finance Minister Sri Mulyani Indrawati said Tuesday. The country uses the so-called Indonesian Crude Price (ICP) as its oil price benchmark, which is usually slightly lower than the international benchmarks. Looking at the trend (in oil prices) until July, we may consider setting the (ICP) at $140 per barrel, Sri Mulyani said. Oil prices rose Tuesday with light sweet crude in New York climbing 91 U.S. cents to $142.28 per barrel after slumping $3.92 on Monday to close at $141.37 on the New York Mercantile Exchange, AFP reported. Brent North Sea crude Tuesday climbed $1.09 to $142.96 after dropping $2.55 to close at $141.87 per barrel on Monday in London. On May 3, oil prices in New York struck a record high of $145.85 and in Brent hit an all-time peak of $146.69. For this year, the government has estimated energy subsidy allocations -- including fuel and electricity subsidies -- at Rp 200.6 trillion, assuming the ICP to be $110 per barrel. The estimate is a revision of an earlier Rp 187.1 trillion state-budget projection, which set the ICP at $95 per barrel. The fuel subsidy accounts for about 65 percent of the total energy subsidy. In contrast, the government for this year sets aside Rp 100 trillion for programs dedicated to empower poor households, including food subsidies. The House of Representatives has suggested the government to cap the disparity between subsidized and non-subsidized fuel prices to limit state spending. We may cover (fuel subsidy) at a certain amount. The disparity between international and domestic (fuel) prices is getting higher -- about 30 percent or 40 percent, Sri Mulyani said. Critics have said the high disparity between fuel sold domestically and on the international market encourages smuggling. The government on May 24 raised the price of subsidized fuels by an average 28.7 percent in a bid to reduce spending and help discourage fuel consumption amid soaring global oil prices. However, as of June, domestic fuel consumption had passed 16 million kiloliters, almost half of the government's estimate set in the revised 2008 budget of 35.5 million kiloliters. Anggito Abimanyu, the finance ministry's head of fiscal policy, said earlier total fuel consumption this year might reach 41 million kiloliters as people usually consumed more fuel in the year's second semester. We see (fuel) consumption is irresistible with the high disparity, Sri Mulyani said. Despite high oil prices and high fuel consumption, the current administration has promised it will not raise the prices of subsidized fuels until its term ends in 2009, when the country holds general elections. Sri Mulyani said high oil prices might affect Indonesia's economic growth. The risk to economic growth will be higher. We will maintain (the estimate for this year's economic growth) at 6.2 percent, but it will likely be below that, she said. The economy is expected to grow by between 6 and 6.4 percent in 2008. It grew 6.4 last year Links: -- [1] http://www.thejakartapost.com/news/2008/07/09/energy-subsidy-may-hit-rp-300-trillion-next-year-minister.html [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: Energy subsidy may hit Rp 300 trillion next year
Jangan2 kita semua sama bodohnya, sebab fakta2 ekonomi tidak terbuka. Buku2 ekonomi sulit didapat. Angka2nya kalau ada kedaluwarsa. Dalam diskursus BBM malah ada pendapat bahwa data2 ada yang menjadi rahasia nasional. Akibat kurang tahu kita mengembangkan budaya debat kusir. Banyak yang percaya kita kaya minyak, subur makmur, penuh dengan SDA. Banyak yg belum tahu defisit BBM cukup berat. Padahal sepeda motor baru 6 juta tiap tahun, sebab itu kebutuhan BBM transport melaju cepat sekali. Masalah kita begini. Kabinet yang berikut, membutuhkan waktu lebih dari satu periode untuk menyelesaikan masalah ini. Memindah arus transport sepeda motor itu kedalam suatu sistem transport massal perlu waktu. Membangun jaringan kereta bawah tanah perlu waktu ber-tahun2. Pada tahap awal banyak masalah besar. Tetapi yang menikmati adalah kabinet periode yang berikutnya. Masalah ini umum dalam semua proses besar. Jadi sesungguhnya kita memerlukan konsensus dasar mengenai apa2 yang perlu dilaksanakan dalam periode menengah untuk menyelesaikan masalah2 jangka panjang. Masalah kita yang utama mungkin bukan hanya APBN tetapi arah pembangunan yang lebih rapi, hemat, effektiv dan manusiawi. Hal yang segera bisa dilaksanakan memang adalah penggalakan budaya hemat energi seperti yang diusulkan oleh Bung Hanan. Salam Hok An jeff_andra schrieb: Ya begitulah bung Hok An, makannya deri kemaren2 saya bilang oknum mahasiswa yang demo rusuh nentang penurunan subsidi (plus Kwik Kian Gie, Rizal Ramli, dkk.) mereka itu antara bego atau berlaga bego. Ngga perlu belajar ekonomi tinggi2, kalo cuma untuk memahami bahwa BARANG YANG MAKIN LANGKA AKAN MAKIN MAHAL. itu kan pasar ekonomi yang kita udah dapetin di SMP dulu. Sayang seribu sayang memang ketika mahasiswa yang katanya kaum intelek itu bukannya memberi pencerahan, malah bersifat layaknya TROUBLE MAKER. Perlu dicatat saya juga masih mahasiswa, dan bukan dari keluarga kaya raya. Tapi saya cuma berusaha berfikir logis, bahwa melanggar hukum pasar bukannya tanpa konsekuensi, kita udah ngerasa akibatnya taon 1998 silam. Kalo nyerempet masalah politik nih ye, saya sedih dengan pihak oposan, yang seharisnya bersifat kritis jika kebijakan pemerintah mengeluarkan kebijakan salah, katakan soal BLT, penunjukan operator blok Cepu, itulah saat saat oposan unjuk gigi. Tapi nyatanya oposan dan partai2 sontoloyo lebih seperti anak kecil yang hobby nyari2 bahkan membuat2 kesalahan orang. Kembali ke masalah APBN, ya sudahlah kita lihat saja nanti bagaimana kabinet berikutnya mendapat warisan masalah ini dalam nyusun APBN-nya. ... cut ...
[Keuangan] Energy subsidy may hit Rp 300 trillion next year
Teman2, Saya kuatir taksiran dibawah optimis. Apa benar BBM subsidi diselundupkan? Bukankan angkutan BBM sudah dipantau pakai GPS? Barangkali pemakaian BBM subsidi memang tinggi. Kalau kebutuhan BBM subsidi 2009 50 juta kiloliter dan perbedaan harga dengan pasar dunia nanjak ke $0,50/l, kebutuhan subsidi sudah $25M. Disaat yang sama kebutuhan PLN akan subsidi ikut loncat2, sebab selain BBM, batubara ikut2an naik. Kalau masalah ini di-gusur2 sampai pemilu selesai, kabinet berikutnya akan mewarisi beban yang berat sekali, karena solusi2 yang tersisa tinggal schock therapy saja. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/07/09/energy-subsidy-may-hit-rp-300-trillion-next-year-minister.html Wednesday, July 9, 2008 3:28 PM Energy subsidy may hit Rp 300 trillion next year: Minister Aditya Suharmoko , The Jakarta Post , Jakarta | Wed, 07/09/2008 10:49 AM | Business The government may spend Rp 300 trillion (US$32.55 billion) on energy subsidies next year, or close to a 50 percent rise from this year, assuming oil prices average $140 per barrel, Finance Minister Sri Mulyani Indrawati said Tuesday. The country uses the so-called Indonesian Crude Price (ICP) as its oil price benchmark, which is usually slightly lower than the international benchmarks. Looking at the trend (in oil prices) until July, we may consider setting the (ICP) at $140 per barrel, Sri Mulyani said. Oil prices rose Tuesday with light sweet crude in New York climbing 91 U.S. cents to $142.28 per barrel after slumping $3.92 on Monday to close at $141.37 on the New York Mercantile Exchange, AFP reported. Brent North Sea crude Tuesday climbed $1.09 to $142.96 after dropping $2.55 to close at $141.87 per barrel on Monday in London. On May 3, oil prices in New York struck a record high of $145.85 and in Brent hit an all-time peak of $146.69. For this year, the government has estimated energy subsidy allocations -- including fuel and electricity subsidies -- at Rp 200.6 trillion, assuming the ICP to be $110 per barrel. The estimate is a revision of an earlier Rp 187.1 trillion state-budget projection, which set the ICP at $95 per barrel. The fuel subsidy accounts for about 65 percent of the total energy subsidy. In contrast, the government for this year sets aside Rp 100 trillion for programs dedicated to empower poor households, including food subsidies. The House of Representatives has suggested the government to cap the disparity between subsidized and non-subsidized fuel prices to limit state spending. We may cover (fuel subsidy) at a certain amount. The disparity between international and domestic (fuel) prices is getting higher -- about 30 percent or 40 percent, Sri Mulyani said. Critics have said the high disparity between fuel sold domestically and on the international market encourages smuggling. The government on May 24 raised the price of subsidized fuels by an average 28.7 percent in a bid to reduce spending and help discourage fuel consumption amid soaring global oil prices. However, as of June, domestic fuel consumption had passed 16 million kiloliters, almost half of the government's estimate set in the revised 2008 budget of 35.5 million kiloliters. Anggito Abimanyu, the finance ministry's head of fiscal policy, said earlier total fuel consumption this year might reach 41 million kiloliters as people usually consumed more fuel in the year's second semester. We see (fuel) consumption is irresistible with the high disparity, Sri Mulyani said. Despite high oil prices and high fuel consumption, the current administration has promised it will not raise the prices of subsidized fuels until its term ends in 2009, when the country holds general elections. Sri Mulyani said high oil prices might affect Indonesia's economic growth. The risk to economic growth will be higher. We will maintain (the estimate for this year's economic growth) at 6.2 percent, but it will likely be below that, she said. The economy is expected to grow by between 6 and 6.4 percent in 2008. It grew 6.4 last year
Re: [Keuangan] Skandal BLBI, Misteri Yang Harus Diungkap
Bung Reza, Saya kira jelas waktu itu ada keputusan2 remang2 dengan akibat yang jelas yaitu bank2 yang katanya akan bangkrut kalau tidak diberi SUN dengan bunga tinggi. Tetapi sekarang pertanyaan pertama adalah kondisi bank2 itu sebenarnya bagaimana. Yang kedua adalah peraturan yang berlaku, sebab aksi terobosan menabrak aturan saat ini akibatnya bisa fatal. Kalau kita berpendapat bahwa bank2 perlu dan bisa disapih dari bunga SUN/Obligasi Rekap dengan harapan akan menjual kredit lebih banyak. Kita masih perlu memperhatikan seperti juga pada bayi, proses menyapih juga tidak bisa sekaligus. Usul saya sebenarnya kuno: BI mengurangi pembelian SBI dalam jumlah yang cukup besar mungkin mula2 50 trilliun tiap kwartal. Dengan demikian SBI kira2 3 tahun lagi tidak ada lagi. BI kira2 setahun sesudahnya akan untung dan untungnya sebagian besar diberi tiap awal tahun kepada kas negara (bukan dipajak tetapi semacam dividen). Dana bank yang lebih tiap hari bisa disimpan di BI, tetapi bunganya jelas lebih rendah dari bunga SBI. Bank yang perlu uang sebaliknya bisa juga pinjam dari BI. Jadi SBI dibalik fungsinya untuk memasok likuiditas bukan lagi untuk mengurangi. Jadi semacam normalisasi dari fungsi bank sentral. Kas Negara berusaha menjual SUN ritel langsung dari masyarakat dalam jumlah agak lebih besar. Dengan demikian ongkos bunga negara agak turun sedikit. Yang terima bunga tinggi kalau bisa masyarakat bukan bank2. Untuk itu jangan ada batas terkecil penjualan SUN ritel dan SUN Ritel jelas2 dipasarkan sebagai surat berharga berbunga dengan garansi penuh. Uang yang terkumpul sebagian dipakai untuk melunasi SUN di bank2, bagian yang lain segera digelontor untuk proyek2 infrastruktur. Effeknya utang negara langsung kepada masyarakat bukan kepada bank. Masyarakat ada simpanan yang bergaransi pasti walaupun mungkin bunganya tidak terlalu tinggi. Budaya bunga tinggi pelan2 kalau bisa terus ditekan sehingga mendekati standar tetangga2 kita di Asia. Kalau managment anggaran pemerintah kurang ketat risiko inflasi disini cukup besar, tetapi cara lain bisa jadi lebih sulit lagi. Kita perlu hati2, tetapi juga tidak boleh terlalu takut2. Untuk itu data2 ekonomi harus agak baik. Saat ini bisa jadi data akurat belum ada. Yang bisa dilakukan hanya kebijaksanaan trial and error, yaitu mulai dengan aksi yang agak kecil yang setiap kali diperbesar. Salam Hok An Reza Maulana Kusuma schrieb: Ada tulisan cukup menarik dan relatif komprehensif dari seorang Syamsul Balda, mantan anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Reformasi terkait BLBI. Namun yang mengglitik saya, apakah data-data yang disajikan cukup valid dan bisa dipercaya jika dukumennya ternyata sudah musnah terbakar? Mungkin kawan-kawan ahli bisa memberikan pencerahan. Terima Kasih, Reza M Kusuma
Re: [Keuangan] WSJ: Pimco's Gross to President Obama: Double the BudgetDeficit
Bung Poltak, Sedikit tambahan: PIMCO dengan asset 500 milyard saat ini fonds terbesar yang dimiliki oleh Allianz Global Investor (Dresdner Bank). Usul Bill Gross bisa berhasil, kalau uang yang digelontor benar2 dimanfaatkan disana. Hal ini tidak terjamin, sebab sektor energi baru di sana baru dimulai, sehingga banyak sekali pesanan saat ini justru mengalir ke Eropa. Sebab itu Bill Gross juga sudah memberi usul supaya ada persiapan yang baik supaya dana yang turun bisa dipakai dengan effektiv. Masalah yang besar perlu dana yang besar. Denagn semangat ala Bill Gross proyek2 baru yang sedang dikembangkan di US akan memecahkan dimensi2 proyek yang dikenal sekarang ini. Kita sendiri sejak 10 tahun ini justru terbalik terlalu hati2, tetapi sektor riil kita juga tidak jelas menawarkan visi dan menuntut dana tambahan. Saat ini terasa akibatnya infrastruktur se-olah2 berantakan. Listrik yang mati hidup tidak memungkinkan produksi yang pasti. Kabinet kita perlu baca usul ini. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: Bond king Bill Gross called on presidential nominee Barack Obama to double the federal budget deficit to $1 trillion by fiscal 2011 if he became president. The economy will need an additional jolt of $500 billion or so of government spending real quick, said Gross in a http://www.pimco.com/LeftNav/Featured+Market+Commentary/IO/2008/IO+July+2008.htmletter to President Obama posted on Pimcos Web site. It must replace both reduced residential investment and consumption whose decline has placed the U.S. economy near, if not in a recession. Gross noted that this years budget deficit should be about $500 billion. By doubling that to $1 trillion in three years, that would put the deficit at about 6% of gross domestic product, a mere pittance by Japanese standards. He said its deficit exceeded 10% at its peak a decade ago. In taking shots at President Bush and the mess Obama would inherit as chief executive, Gross - a registered Republican - said, Although your campaign slogan says, Yes we can, I have my doubts. While saying increased income taxes under an Obama administration would end an eight-year lease extension on the high life, he called on the presumptive Democratic presidential nominee to drop pretenses of Obamas plans not adding to the budget deficit. While the Republicans will blame you for years and label you Trillion Dollar Obama in future campaigns, there is in fact not much that you or any other President can do, said Gross. Youve inherited an asset-based economy whose well has been pumped nearly dry with lower and lower interest rates and lender of last resort liquidity provisions that have managed to support Ponzi-style prosperity in recent years. As a result, What you need now is fiscal spending and lots of it. No ordinary Starbucks will do, Mr. President, you need to step up for a six-pack of Red Bull. Gross noted that the spending will help push inflation higher still early next decade, with Treasury yields likely to continue rising into a potential second Obama term. Your term will not go down in history as investor friendly, he said. Kevin Kingsbury and Shara Tibken http://feeds.wsjonline.com/%7Ea/wsj/economics/feed?a=xJcvUS []
[Keuangan] info bouncing: Sektor gelap: Essays on Indonesian Taxation, Inefficiency and corruption
Maaf ternyata kirim file itu tidak mudah. Soalnya sesudah jadi mail ternyata bengkak jadi kira2 16 MB. Sebab itu kiriman saya kembali dengan catatan tempat tidak cukup. Besok pagi akan saya ulang lagi. Sebelumnya siapa2 ynag pesan harap menyediakan temapt ynag cukup. Salam Hok An --- Pada Kam, 26/6/08, Hok An [EMAIL PROTECTED] menulis: Dari: Hok An [EMAIL PROTECTED] Topik: [Keuangan] Sektor gelap: Essays on Indonesian Taxation, Inefficiency and corruption Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 26 Juni, 2008, 7:51 PM Kawan2 Netter, Ada lagi satu thesis yang mencoba membedah kaitan sektor gelap dengan rumus2 ekonomie. Rumus2 agak sulit dimengerti, tetapi kalimat2 mengandung informasi2 yang menarik. Masalah yang disini dibahas adalah pajak dan desentralisasi. Yang tulis: Luky Alfirman di Universitas Colorado 2004. Yang berminat bisa menghubungi saya liwat JAPRI Harap Mailbox perlu disiapkan sebelumnya sebab besarnya 12 MB. Salam Hok An ---
NPWP/Re: [Keuangan] Ekonomi bawah tanah dan pengampunan pajak
Bung Jerry, NPWP ada masalahnya. Soalnya surat ini mengangkut kewajiban bukan hak. Kalau di Jerman ini setiap orang dewasa setiap ganti tahun langsung dikirim oleh kantor statistik/kependudukan dan KPU (semua jadi satu) kartu pajaknya. Setiap bayar pajak, ada catatan berapa pajak yang dibayar dan akhir tahun bisa tutup buku dimana biasanya kita isi laporan tahunan kepada kantor pajak lengkap dengan tuntutan atas subvensi (pemotongan pajak) apa saja yang kita minta. Kira2 tiga bulan sudah itu datang keputusan kantor pajak, yang biasanya juga langsung kirim kelebihan pajak terbayar tanpa prosedur ruwet. Prosedur sederhana ini mungkin karena posisi politis memang beda sekali. Disini kantor pajak bukan kantor pemerintah, hanya tunduk kepada UU dan jelas merupakan sarana pelayanan publik. Di Eropa arah modernisasi dikemudian hari adalah sistem pajak (pribadi) dengan sistem flat dan penghapusan subsidi2 sehingga laporan pajak jadi mudah dan cukup dengan satu dua halaman saja dan kemudian mugnkin semcama pajak negativ, dimana orang2 yang penghasilannya sedikit mendapat komensasi langsung, supaya kantor sosial sekali waktu bisa dipangkas. Reposisi sistem birokrasi kita proyek yang berat sekali, sebab belum banyak yang mengerti masalah ini. Departemen PAN saja belum tahu bahwa negara sipil seharusnya tidak punya instansi pemerintah, yang ada harusnya instansi negara. Dalam struktur kenegaraan kita masih tersisa budaya feodal, trias politika, budaya sipil belum dikenal dengan baik. Dalam hal ini yang pertama perlu aktiv adalah subjek2 negara sipil sendiri. Tanpa tekanan pendapat umum jelas proses pemisahaan negara dan pemerintah lebih lambat. Proses ini adalah transformasi budaya dimana terjadi semacam domestifikasi, dimana sifat2 predator birokrasi dikikis satu2. Kalau keingin peralihan sistem ada, biasanya proses reformasi akan berjalan cukup cepat. Salam damai Hok An [EMAIL PROTECTED] schrieb: Kabar kini, Bpk Darmin Nasution mengusulkan spy orang-orang yang tdk punya npwp wajib membayar fiskal kalau pergi ke luar negeri. Tetapi orang yang punya npwp bebas biaya fiskal. Saya pikir ini salah satu bentuk insentif untuk mendorong orang-orang yang sepantasnya punya npwp (tapi selama ini 'bersembunyi') menjadi punya npwp. Kalau boleh saya mengemukakan pendapat, 'sektor gelap' menurut saya tidak segelap yang dipandang orang kebanyakan. Maksud saya, baiknya ada harmoni antara growth, control pemerintah, dan kebebasan entrepeneur-entrepeneur baru (baik itu yang sektor informal sekalipun) untuk muncul dan berinovasi. Salam damai, Original Message Subject: Re: [Keuangan] Ekonomi bawah tanah dan pengampunan pajak From: Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, June 26, 2008 10:13 am To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Dody, Masalah transparansi yang rendah sebetulnya masalah umum yang gawat. Bicara transparansi, saya mengharapkan adanya satu pusat otoritas informasi yg valid, up to date, dan konsisten, tentang segala sesuatu mengenai aturan dan perijinan, sehingga kita tidak ada di bawah belas kasihan oknum2 yang mengenakan aturan secara selektif dan sekenanya ke orang2 yang tidak memberikan uang. Asal pusat otoritas informasi ini dijaga dengan baik oleh orang2 berintegritas tinggi, ini pasti akan menolong orang2 yang sebenarnya tidak mau memberikan uang pelicin. Selain data lengkap mengenai prosedur perijinan, diharapkan ada informasi tentang seberapa cepat sebuah ijin bisa keluar, berdasarkan besarnya antrian, Lalu ada informasi tentang antrian kerja saat ini ada berapa orang dan kita ada di nomor berapa. Dengan adanya akses ke informasi seperti di atas, kita tahu jelas hak dan kewajiban kita sehingga kita tidak lagi ditekan oknum2 pemerintah. Efisiensi birokrasi yang akhirnya tercipta menurut saya lebih penting daripada pemberantasan korupsi, seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Satu hal yang perlu diperhatikan agar akses informasi tersebut efektivitasnya tinggi adalah pengurangan aturan2 yang pengaplikasiannya selektif berdasarkan kriteria yang tidak jelas.. Transformasi setiap sektor gelap menjadi terang memerlukan pendekatan khsusus yang sesuai dengan kondisi masing2 sektor ini. Saya rasa sektor gelap, minimal sebagian, akan melawan mati2an untuk
Etika/Re: [Keuangan] Ekonomi bawah tanah dan pengampunan pajak
Bung Jerry, Anda menyentuh masalah penting yaitu etika dagang. Masalah gelap dan terang adalah definisi yang datang dari etika yang berlaku. Jadi sesungguhnya yang menetapkan adalah kita sendiri, liwat konsensus nasional, kemudian UU yang dalam praktek se_hari2 dilaksanakan oleh aparat negara yang berkewajiban menegakkannya. Contoh yang menarik misalnya adalah pajak judi yang dulu merupakan penghasilan penting dari DKI. Kemudian UU berubah sehingga kegiatan ini bukan hanya gelap, tetapi juga kriminal. Tetapi kegiatan ini tetap ada, tetapi yang terima pajak saja yang lain, bukan lagi DKI tetapi suatu jaringan yang diduga menguasai pangsa besar cukup besar. Kita juga memiliki subsektor gelap, seperti pencurian ikan dan kayu yang jelas2 melanggar UU. Kegiatan2 ini jelas semua melanggar etika tertulis, tetapi volumenya sedemikian besarnya sehingga timbul pertanyaan etika riil kita sebenarnya apa. Untuk perusahaan kecil dan juga yang besar ada fasilitas yang sifatnya resmi. Subsektor tertentu boleh saja dibebaskan dari pajak. Perusahaan PMA maupun PMBN umumnya pada tahun2 pertama mendapat tax holiday. Yang penting adalah peraturan jadi etika yang jelas, sehingga yang menikmati bukan yang sanggup membayar konsultan saja. Salam damai Hok An [EMAIL PROTECTED] schrieb: Kabar kini, Bpk Darmin Nasution mengusulkan spy orang-orang yang tdk punya npwp wajib membayar fiskal kalau pergi ke luar negeri. Tetapi orang yang punya npwp bebas biaya fiskal. Saya pikir ini salah satu bentuk insentif untuk mendorong orang-orang yang sepantasnya punya npwp (tapi selama ini 'bersembunyi') menjadi punya npwp. Kalau boleh saya mengemukakan pendapat, 'sektor gelap' menurut saya tidak segelap yang dipandang orang kebanyakan. Maksud saya, baiknya ada harmoni antara growth, control pemerintah, dan kebebasan entrepeneur-entrepeneur baru (baik itu yang sektor informal sekalipun) untuk muncul dan berinovasi. Salam damai,
Re: [Keuangan] Ekonomi bawah tanah dan pengampunan pajak
Bung Dody, Masalah transparansi yang rendah sebetulnya masalah umum yang gawat. Saya sendiri berpendapat bawah pemerintah sendiri se-olah2 menyembunyikan dirinya. Data2 statistik dari kantor negara dan lembaga2 penting (termasuk KADIN) sulit sekali untuk diakses. Kalaupun ada kadang2 perlu waktu ber-jam2. Tetapi data itu kadang2 ada di homepage internasional dan bisa diambil dalam beberapa menit saja. Seorang teman kalau perlu data dari kantor2 pemerintah kirim mahasiswa2 expat. Mereka biasanya langsung diberi. Orang kita sendiri sering2 tidak dilayani. Jadi effektiv se-olah2 ada diskriminasi terbalik. Hal ini menimbulkan masalah2 baru yang menghambat penelitian ekonometri dan menyebabkan blokade bagi produksi visi reformasi ekonomi sendiri. Salah satu masalah lain adalah hancurnya pamor pemerintah sendiri, sebab kita sendiri yang terus mengamat ekonomi saja sudah kurang tahu prestasi pemerintah sekarang ini apa saja. Dalam masalah pajak informasi yang ada pada masyarakat terlalu minim. Tidak jelas sektor2 mana yang produktiv dilihat dari pajak dans siapa2 pembayar pajak yang besar. Dan tentu juga seperti yang Anda utarakan juga adalah penggunaan dari uang pajak itu untuk apa saja. Dengan informasi yang kurang resep2 umum yang salah arah mapun yang tepat arah dua2 tidak mendapat kritik atau sambutan yang tepat dari masyarakat. Selain itu masalah sektor2 yang illegal tetap tidak terjamah. Pemotongan dan pengampunan pajak bisa jadi memperluas jumlah wajib pajak. Tetapi hasilnya bisa jadi marginal, sebab yang discan umumnya adalah orang2 yang memang sudah patuh pajak dari dulu. Pejabat2 lokal yang mendatangi perusahaan2 besar yang terlibat kegiatan illegal loging/mining dsbnya sampai sekarang sulit masuk kelapangan. Kalau bisa bagaimana caranya memantau kegiatan dalam kawasan yang begitu besar. Transformasi setiap sektor gelap menjadi terang memerlukan pendekatan khsusus yang sesuai dengan kondisi masing2 sektor ini. Salam Hok An Dody Hutabarat schrieb: Saya sependapat dgn Pak Noor ttg pentingnya akses informasi publik, yang memberikan kepastian kepada pembayar pajak bahwa pajak yg dibayarkannya telah sesuai dgn apa yg diharapkannya. Yang selanjutnya dapat meminimalisir ekonomi bawah tanah sekaligus meningkatkan penerimaan pajak. Saya punya contoh khusus dalam hal akses informasi publik. Silakan lihat situs www.danarrapbn.org. Situs ini adalah situs resmi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Banda Aceh yg melayani penyaluran dana rehabilitas rekonstruksi Aceh pasca tsunami. KPPN ini adalah satu kantor pelayanan di bawah Ditjen Perbendaharaan, Departemen Keuangan. Contoh ini tidak terdapat pada KPPN lain. Tapi saya kira dapat menjadi model transparansi keuangan pemerintah pusat/daerah pada seluruh instansinya. Salam, Dody Noor Haryono wrote: Bang Hok An, menurut saya kalau kita ingin meningkatkan penerimaan pajak negara, perbaikannya mesti komprehensif dan fundamental. Tidak hanya mengejar pembayar pajak sebanyak2nya tapi memberi akses pula kepada masyarakat (khususnya pembayar pajak) tentang penggunaannya. Di Indonesia ini transparansi penggunaan anggaran negara masih sangat kurang. masyarakat juga nyaris tidak memiliki akses informasi (apalagi kontrol) sama sekali terhadap penggunaan uang negara. Menjadi wajar jika banyak yang ogah membayar pajak sehingga sektor gelap cukup besar. Agak menyakitkan bagi pembayar pajak yang harus menyisihkan penghasilan dari kerja kerasnya, sementara penggunaannya tidak sesuai yang diharapkan. APBN / APBD kita dalam jumlah besar hanya untuk cicil hutang LN, belanja rutin pemerintah (gaji PNS), biaya demokrasi (pemilu, pilkada), biaya pejabat, klub sepakbola (membeli pemain asing), dll yang jauh dari urusan hajat hidup paling mendasar bagi orang banyak (pangan, energi, pendidikan, kesehatan) Haryono selalu bayar pajak (terpaksa), bisnis di sektor terang
Re: [Keuangan] Re: Ekonomi bawah tanah dan pengampunan pajak
Dalam masalah ekonomi gelap sedikitnya ada dua pelakunya. Yang satu adalah pembayar pajak dan yang kedua adalah pejabat kantor pajak. Pejabat bea cukai sudah dinaikan gajihnya, tetapi ternyata peri lakunya belum berubah. Banyak orang menuntut penegakan negara hukum dan kalau perlu hukuman mati. Mungkin yang perlu dipikirkan adalah reformasi kantor pajak dan cukai secara kelembagaan. Salam Hok An jeff_andra schrieb: Ikut mimbrung nih yeee... Ada beberapa hal yang saya setuju dari bung Noor, memang menyakitkan jika kita yang sudah mengorbankan sebagian hasil keringat kita untuk membayar pajak, namun ternyata uang itu digunakan pemerintah untuk pemborosan yang selenge'an, lihat saja inefisiensi di lembaga2 pemerintah, terutama inefisiensi waktu. Kalo ngeliat aksi para jagoan yang kemaren demo di senayan, kurang menyakitkan apa? ketika mobil dinas (Innova) yang dibeli dengan uang rakyat, digulingkan dan dibakar, SAYA TIDAK TERIMA itu. Jika memang jagoan, kenapa tidak bunuh saja pejabatnya, itu saya ikhlas. Kembali ke masalah pajak, terlepas baik atau buruk sistem pajak (keuangan negara), kok saya curiga ya, ini sih emang udah jadi watak maling orang2 yang ngga mau rugi, kalo kudu bayar pajak. Liat aja model-model orang macem Sukanto Tanoto. Saya kok yakin kalo dia ngga terlalu peduli apakah pajak itu akan dipakai pemerintah scara optimal atau ngga. Menurut saya sih itu emang yang bersangkutan aja tamak, rakus, dan lain2. DAn yang perlu diingat, dia ngga berada di sektor gelap kan. Lantas mengenai pengampunan, wah kok saya juga sangat keberatan nih, apalagi pengampunan sanksi pidana. It's unfair. Kalo saya nyopet dompet di metromini, terus ketauan; Apakah dengan mengembalikan dompet ke korban, terus minal aidin wal fa idzin masalah selesai? Kalo selesai, kapan saya mau kapok dan tobat dari nyopet. Mungkin statement saya agak keras, but correct me if I wrong. Penggelapan pajak itu ngga spele lho. Korbannya ya negara = seluruh rakyat (terutama wajib pajak yg tertib). Enak mampus, diampuni begitu saja. Kalo saya sih berpendapat, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan: 1. Penegakan hukum (sanksi) yang adil, justru untuk memberi efek jera 2. Perbaikan sistem, aturan main (birokrasi), dan terpenting transparansi, supaya wajib pajak juga tau, kemana juntrungnya pajak yang kita bayar. Birokrasi yang saya maksud bukan hanya dalam masalah perpajakan, tapi mulai dari ijin pendirian usaha, dll. Jangan sampai keengganan wajib pajak membayar payak atas dasar balas dendam kepada pemerintah karena sering dirugikan oleh OKNUM pemerintah. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Kawan2 semuanya, Dibawah ada pendapat lain tentang sektor gelap kita yang ditaksir mendekati Thailand jadi besarnya mendekati angka 70% (2004: Rp. 1.750 trilliun). Salah satu asumsi untuk itu adalah besarnya sektor2 yang illegal. Saya sendiri terus terang tidak tahu bagaimana sektor illegal ini bisa ditarik ke bagian yang terang. Pengampunan pajak saya rasa bukan sarana yang tepat. Mungkin ada yang pemikiran yang lebih kena. Salam Hok An
[Keuangan] Sektor gelap: Essays on Indonesian Taxation, Inefficiency and corruption
Kawan2 Netter, Ada lagi satu thesis yang mencoba membedah kaitan sektor gelap dengan rumus2 ekonomie. Rumus2 agak sulit dimengerti, tetapi kalimat2 mengandung informasi2 yang menarik. Masalah yang disini dibahas adalah pajak dan desentralisasi. Yang tulis: Luky Alfirman di Universitas Colorado 2004. Yang berminat bisa menghubungi saya liwat JAPRI Harap Mailbox perlu disiapkan sebelumnya sebab besarnya 12 MB. Salam Hok An
[Keuangan] Taksiran sektor gelap
Ternyata sudah ada analisa mengenai sektor gelap Indonesia: Growth and Convergence in Southeast Asia and Underground Economy in Indonesia Disertasi dari Sasmita H. Wibowo di universitas Southern Illinois (Prof Sharma) April 2001 Disertasi ini membahas keadaan sektor gelap sebelum 1999, yang ditaksir kira2 25%. Isinya, baik dari kesimpulannya maupun cara menaksir menarik, mungkin ada yang paham statistik ekonomi yang bisa membedahnya. Siapa2 yang perlu file itu, silahkan menghubung saya liwat JAPRI. Besarnya kira2 4 MB. Salam Hok An
Re: [Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik
Wah masalah yang disinggung rumit. Saya setuju bahwa sektor gelap kalau dilarang justru menguntungkan pihak ketiga dan menghambat pertumbuhan ekonomi kita sendiri. Contoh adalah Singapura yang tadinya adalah pasar selundupan karet rakyat. Tetapi kegiatan2 yang merusak sumber daya seperti pembabatan hutan habis2an. Masalah kita adalah pendekatan yang sepotong2. Untuk setiap sektor besar dimana ada kegiatan yang destruktiv besar2an harusnya ada analisa yang lengkap, sehingga masalahnya bisa diatasi dengan baik. Misalnya kegiatan babat hutan cepat2. Masalah ini datang sebab HPH umurnya lebih pendek dari kecepatan pohon tumbuh. Sebab itu perusahaan2 HPH malas untuk menanam kembali. Baru sesudah ada pohon2 yang cepat tumbuh ada yang namanya Hutan Tanaman Industri. Tetapi pohon2 ini sesugguhnya nilainya lebih rendah. Sektor2 yang tidak begitu besar bisa ditata belakangan. Sudah itu ada masalah power. Ada sektor2 tertentu yang dikontrol orang2 yang tega menggunakan kekerasan. Masalah gelap dan terang itu juga masalah hukum. Kalau sektor2 tertentu dianggap produktiv bisa saja secara hukum resmi tidak dipajak. Jadi semacam tax holiday secara flat. Setahu saya ada banyak produk yang menikmatinya. Nb. Saya dengar sudah ada taksiran sektor gelap kita di BPS. Salam Hok An Amitz Sekali schrieb: --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Waktu krismon dulu saya rasa justru sektor gelap yang mengambil peran sebagai bumper. Bagian tertentu sektor ini banyak memberi pekerjaan dan memasok barang dan jaza dengan murah. Memang. Standar hidup yang bisa dinikmati di Indonesia bisa setinggi ini karena keberadaan sektor gelap juga yang bisa menyediakan barang dan jasa dengan harga murah. Mulai dari pembantu di bawah UMR, baju2, barang2 elektronik, DVD bajakan, sampai ke hal2 yang tidak langsung seperti harga rumah. Tanpa sektor gelap, standar hidup kelas menengah akan jatuh bebas. Sebab itu justu salah kalau mau dibabat habis begitu saja. Betul, pembabatan habis sektor gelap akan meningkatkan harga dan mengakibatkan kelangkaan barang/jasa. Pemerintah semestinya menangani keberadaan sektor gelap ini dengan hati2. Meskipun begitu, sektor gelap itu daya hidupnya tinggi meskipun dibuat berbagai macam peraturan yang melarang. Makanya saya yakin sektor gelap tidak bisa dibabat habis. Tapi di lain sisi, saya kuatir sektor gelap skala besar saat ini sedan dalam masa krisis, yang kejatuhannya bisa menyeret jatuh ekonomi Indonesia. Bukan krisis karena sedang dibabat, tapi krisis karena pemainnya terlalu berspekulasi. Masing2 subsektor harus dilihat sendiri2 dan dinilai produktiv atau tidak. Rasanya sulit kalau mau memilah-milah sektor dan menanganinya secara khusus. Saya tidak yakin pemerintah manapun sanggup. Lebih baik legalisir sektor2 gelap tersebut, berikan regulasi seperlunya jangan berlebihan, dan biarkan pasar yang bekerja. Toh keberadaan sektor gelap itu kadang2 dari awal diakibatkan karena regulasi yang berlebihan. Salam, Amitz
Re: [Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik
Bung Rachmad, Memang sektor gelap banyak macamnya, sebab itu kalau BPS mau memantau mungkin bisa tahap pertahap yang masuk dalam taksiran. Saya juga tidak berani menggunakan angka 200%. Tetapi perlu diingat pasar nasional yang gelap sangat besar, tidak perlu ada hubungan dengan ekspor. Banyak sekali kegiatan ekonomi keluarga walaupun sudah cukup besar yang tidak dilaporkan untuk menghindari birokrasi. Setahu saya PDB kita sudah sekitar US$450 miliar (US$ 2053/ kepala). Salam Hok An Rachmad M schrieb: Rasanya pasar gelap ini ada banyak katagori. 1. Melalui jalur resmi tapi tidak tercatat sepenuhnya dengan proses sogokan. Seperti kasus KPK di Bea Cukai baru-baru ini. 2.Sama sekali tidak terdaftar seperti pembalakkan liar, pencurian ikan, penyelundupan pasir ke Singapore etc. 3. Anak perusahaan di luar negeri untuk menghindari pajak yang tergantung besarnya nilai komoditas yang dieksport. Harga normal baru diterapkan di anak perusahaan di negara yang pajaknya rendah. Saya rasa kalau mau diurut-urut akan banyak sekali. Tapi kalau dikatakan 200 % yang berarti sekitar 150 Milyar dolar setahun rasanya sih nggak mungkin. Atau benarkah Indonesia mampu mengeksport sekitar 225 Milyar US Dolar setahun ? salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Setahu saya angka yang biasa dipakai sekarang 50%. Angka 200% itu luar biasa. Dengan demikian negara kita punya saudara gelap yang dua kali lebih besar. Tahun 1960 kesadaran bernegara masih rendah. Pengusahapun sudah tenang, merasa menjalankan kewajibannya secara penuh kalau sudah bayar pajak2 desa. Disektor tertentu angka 200% keliatannya merupakan atau sedikitnya pernah menjadi kenyataan lapangan. Misalnya sektor pembalakan hutan dan pemasokan kayu untuk pabrik2 pulp paper, perikanan laut dan impor produk tekstil. Batu bara ada yang taksir 30% gelap, tetapi mungkin salah. Soalnya ada berita salah satu BUMN saja ekspornya ber-lipat2 dari kapasitas tambangnya. Daftar panjang ini jelas jauh dari ujungnya. Disamping itu ada statement pihak resmi yang sampai sekarang tidak pernah diverifikasi sehingga sifatnya hanya desas-desus yaitu besarnya bisnis TNI, pencucian uang, bisnis casino, perdagangan BBM gelap langsung dari pipa2 dilaut. Sudah itu ada masalah regional. Perusahaan2 besar tidak merasa punya kewajiban untuk bayar pajak di propinsi, sebab katanya sudah bayar di pusat. Yang internasional saja belum jelas bagaimana mau dibukukan adalah transaksi2 liwat perusahaan2 diluar buku (SPV). Transaksi2 ini baru muncul kalau tahu2 terjadi kerugian besar dan menyeret bank2 raksasa pemiliknya kejurang bencana. Sektor modern ini di Indonesia juga besar, sebab orang2 kita pandai sekali adopsi financial enginering terbaru. Sedangkan dari sistem hukum kita tidak bergerak secepat itu. Saya dengar memang sudah ada study mengenai sektor gelap kita. Harusnya BPS mempunyai kelompok kerja khusus mengenai sektor gelap, sebagai indikator yang penting. Salam Hok An Amitz Sekali schrieb: --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An Hokan@ wrote: Sektor gelap besarnya bisa saja tanding2 dengan yang terang. Taksiran2 yang ada sering2 dramatis. Ditahun 1960 orang2 tua yang saya kenal menaksir sektor gelap kita 200% dari yang terang. Sebenarnya berapa taksiran Pak Hok An, atau rekan2 sekarang akan ukuran sektor gelap Indonesia? Koq menurut saya taksiran 200% itu mungkin malah kurang.. Kalau dibandingkan dengan taksiran wealth management akan pangsa pasar mereka, apakah 200% itu lebih, kurang, atau cukup? Bisakah rekan yang punya angkanya, berbagi?
Re: [Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik
Waktu krismon dulu saya rasa justru sektor gelap yang mengambil peran sebagai bumper. Bagian tertentu sektor ini banyak memberi pekerjaan dan memasok barang dan jaza dengan murah. Sebab itu justu salah kalau mau dibabat habis begitu saja. Masing2 subsektor harus dilihat sendiri2 dan dinilai produktiv atau tidak. Di Jerman misalnya ada yang dibilang turisme gelap, yaitu kegiatan dari gereja, organisasi masyarakat, pengusaha dll. mengundang orang2 dari mana2 dan tinggal di-rumah2 penduduk sehingga melakukan by pas terhadap infrastruktur perhotelan. Mungkin termasuk juga beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa dari mana saja. Kegiatan ini walaupun perlu ongkos besar dinilai produktiv. Salam Hok An Amitz Sekali schrieb: --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Disektor tertentu angka 200% keliatannya merupakan atau sedikitnya pernah menjadi kenyataan lapangan. Misalnya sektor pembalakan hutan dan pemasokan kayu untuk pabrik2 pulp paper, perikanan laut dan impor produk tekstil. Selain impor ilegal tekstil juga elektronik, mekanik, barang2 berbasis logam, dan yang lain2 yang kecil nilai impornya tapi nilai akhirnya di tangan konsumen tinggi. Nilai impor ilegal itu saya rasa amat tinggi sehingga problem di tanjung priok saat ini memberikan tekanan yang lumayan pada inflasi, terutama untuk barang2 yg bukan consumer goods (yg profit marginnya lebih tipis jadi tidak bisa pakai harga lama, dan efek kenaikannya belum sampai ke consumer). Ada lagi bisnis daur ulang, dari yang kelas kardus bekas, sampai ke logam2 sisa2 industri lokal, yang tetap saja tidak bisa membuat industri lokal berbahan baku daur ulang kompetitif, meskipun harga pemungutan barang2 daur ulang ini bisa murah sekali sebab bisa banyak didapat dengan ilegal. Itu belum termasuk konstruksi (membuat rumah, jalan, dsb) di desa2 yang sulit dihargai karena tidak ada nilai di pasar, tapi memang efeknya kecil terhadap perekonomian karena konstruksi itu meskipun bersifat investasi (membuat jalan), tapi yang menggunakan mungkin terlalu sedikit. Saya dengar memang sudah ada study mengenai sektor gelap kita. Harusnya BPS mempunyai kelompok kerja khusus mengenai sektor gelap, sebagai indikator yang penting. Yang menjadi keprihatinan adalah ekonomi Indonesia saat ini amat tergantung pada sektor gelap, yang umumnya ilegal. Kalau suatu saat sektor gelap ini goyang atau sampai ambruk, entah karena alasan apa, ekonomi bisa gawat. Kalau goyangnya sektor gelap karena penegakan hukum, mungkin efeknya masih bisa ditahan karena penutupan celah2 hukum sedikit banyak sudah diantisipasi. Tapi kalau goyangnya karena utang piutang antar pelaku yang tidak bisa ditoleransi, efek domino-nya bisa gawat, apalagi dengan besarnya nafsu spekulasi sekarang ini.
[Keuangan] Sektor gelap/illegal mining
Kawan2 Netter, Interview dibawah tidak saja menggambarkan keadan tambang nikel saat ini, tetapi selain menggambarkan permasalahan illegal mining juga menekankan banyak kesempatan yang kita buang2 karena lemahnya sistem kita. Salam Hok An Kamis, 22 Mei 2008 11:51 WIB - warta ekonomi.com Arif Soeleman Siregar Presiden Direktur PT International Nickel Indonesia (INCO) Tbk. Setelah masa jabatannya sebagai presdir PT Kelian Equatorial Mining berakhir pada 2006, Arif S. Siregar sebenarnya ingin pensiun. Namun, INCOyang baru melepas presdirnya, Bing Tobingmeminangnya. Arif tak kuasa menolak. Alasannya, INCO adalah aset nasional. Selama memimpin INCO, Arif mengusung ambisi menjadikannya sebagai perusahaan nikel yang paling menguntungkan. Berhasilkah? Selama 2007, kinerja INCO memang mengesankan. Laba bersihnya naik dua kali lipat menjadi US$1,173 miliar. Penjualannya juga tumbuh 74% menjadi US$2,325 miliar. Produksi INCO selama 2007 mencapai 76.748 metrik ton nikel dalam matte, atau naik 7% dibandingkan 2006. Secara keseluruhan, hasil ini yang tertinggi dalam sejarah perseroan, sekaligus melebihi rencana produksi 2007 yang 74.843 metrik ton, tutur Arif. Jumat (11/4) pagi, di kantornya, selama hampir tiga jam Arif menerima J.B. Soesetiyo, Ari Windyaningrum, dan Sugeng Kurniawan dari Warta Ekonomi untuk berbincang tentang banyak hal seputar bisnis pertambangan. Petikannya: Kinerja INCO selama 2007 meningkat luar biasa? Iya. Penyebabnya, pertama, harga nikel yang lebih tinggi dari 2006. Kedua, INCO selama 2007 memecahkan rekor produksi sepanjang sejarahwalau ada 11 hari pemogokan pegawai di Soroako. Ketiga, kami melakukan efisiensi di segala bidang. Keempat, kami fokus mengantisipasi perubahan di lapangan. Ini membuat kami selalu siap dengan perubahan kondisi di lapangan. Namun, di antara empat faktor tadi, yang paling krusial adalah optimalisasi proses produksi dan harga nikel yang lebih tinggi dari biasanya. Bagaimana dengan target produksi 2008? Volumenya 77.000 sampai 79.000 metrik ton. Rentangnya bisa sampai 2.000 metrik ton? Sebab, proses produksi kami sangat tergantung pada cuaca, yang tak bisa sepenuhnya diprediksi. Kalau tingkat air di danau itu bisa kami kendalikan, tentu produksi akan stabil dan bisa ditingkatkan. Maka, saya tidak bisa memberikan target satu angka. Selain cuaca, kami juga tergantung pada energi, yang menghabiskan 40% biaya produksi. Soal pemogokan tadi, berapa besar pengaruhnya bagi INCO? Pemogokan itu menyebabkan kami kehilangan produksi sekitar 2.300 ton. Seluruh produksi INCO diekspor ke Jepang. Dengan kinerja ekonomi Jepang yang tidak begitu menggembirakan, adakah pengaruhnya ke INCO? Ekspor kami 80% ke Sumitomo dan 20% ke Vale. Kinerja ekonomi Jepang tak ada pengaruhnya bagi kami, sebab penjualannya terikat kontrak. Jadi, mereka akan tetap membeli nikel kami, apa pun kondisinya, dengan tingkat harga yang ditentukan sebulan ke belakang. Jadi, kalau ada lonjakan harga, INCO tak bisa negosiasi ulang harga? Tidak bisa, karena perjanjiannya telah disepakati. Bagaimana rencana ekspansi INCO ke depan? Kami sedang membangun PLTA Karebbe 90 MW yang diharapkan selesai pada 2011. Dengan energi yang cukup, insya Allah kami mampu memproduksi 90.000 ton nikel matte. Selain itu, Februari lalu kami sudah mengajukan surat ke Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membangun satu lagi unit pengolahan di Soroako. Jika selesai dibangun, target produksi kami akan bertambah lagi. Sudah ada jawaban dari Departemen ESDM? Menurut teori, 60 hari harus sudah dijawab. Namun, nyatanya hingga kini kami belum menerima jawaban. Akan ada penambahan luas lahan lagi? Tidak. Cuma ada peningkatan produksi lewat penambahan pabrik. Saat ini luas total lahan kami 218.529 hektar, yang terdiri dari 118.000 di Sulawesi Selatan, 37.000 di Sulawesi Tengah, dan sekitar 64.000 di Sulawesi Tenggara. Bagaimana dengan cadangan bijih nikel? Sesuai studi kami, cadangan bijih nikelnya akan bertahan kira-kira 38 tahun lagi. Namun, dengan teknologi baru, saya harap cadangan tersebut akan bertahan hingga 50 tahun lagi. Bukankah teknologi baru justru akan mempercepat proses produksi, sekaligus mengurangi cadangan bijih nikel yang ada saat ini? Saat ini proses produksi kami masih menggunakan teknologi pyromet (pyrometallurgy) yang membutuhkan suhu hingga 2.400 derajat Celsius. Dengan teknologi ini, bijih nikel yang bisa diolah hanya jenis saprolite. Sekadar informasi, di Indonesia ada dua jenis nikel, yakni saprolite dan lemonite. Nah, saprolite yang bisa diolah lagi adalah yang kadar bijih nikelnya di atas 2%. Kalau dengan teknologi baru yang disebut hydromet (hydrometallurgy), atau High Pressure Acid Leaching (HPAL
Re: [Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik
Bung Rahmad, Bung Poltak, Setahu saya sektor gelap sudah dibahas waktu jaman kolonial dalam dualisme ekonomi yang ditulis oleh Boeke. Kita justru menganggap sektor ini tidak ada. Jaman dulu kepala saja kena pajak. Di Jawa sampai ada gerakan samin untuk menolak pajak. Tanam karet setahu saya juga liar, sebab melanggar monopoli dari perkebunan. Sebab itu terpaksa keret rakyat diselundupkan di Singapura. Secara kasar memang besarnya sektor gelap sering dibaca sebagai lemahnya dukungan rakyat terhadap negara. Biasanya ada pusat2 penelitian ekonomi yang sengaja mengukur besarnya sektor gelap ini. Kita dimana? Salah satu norma untuk bisa ikut Uni Eropa adalah likwidasi sektor gelap ini. Likwidasi total sudah pasti tidak mungkin, sebab di Jerman saja angkanya merambat naik mendekati 20% Sektor gelap besarnya bisa saja tanding2 dengan yang terang. Taksiran2 yang ada sering2 dramatis. Ditahun 1960 orang2 tua yang saya kenal menaksir sektor gelap kita 200% dari yang terang. Dasarnya adalah dimana perusahaan2 terdaftar. Kebanyakan waktu itu resminya hanya didaftar dikantor pedesaan, walaupun pasarnya sudah cukup luas. Taksiran ini mungkin salah sekali, sebab waktu itu sektor partanian masih besar. Dualisme ini tidak bisa diakhiri, sebelum ada semacam perdamaian antara warga dan negara. Negara berhenti memperlakukan warganya sebagai mangsa siap dipajak, merampingkan struktur dan berubah fungsi menjadi badan pelayanan publik. Sebaliknya warga menerima negara sebagai lembaga bersama untuk kepentingan bersama yang diongkosi sama2. Proses ini tidak mudah dan harusnya baik pemerintah maupun DPR yang harusnya mewakili warga duduk bersama. Yang musti didirikan bagi saya adalah lembaga negara yang memberi dana untuk kelembagaan negara lainnya, baik negara sosial, negara hukum maupun institusi2 lainnya. Yang perlu didirikan mungkin bisa dinamakan negara fiskal. Negara fiskal setahu saya belum pernah menjadi agenda suatu pemerintah maupun partai. Umumnya digunakan asumsi bahwa modernisasi dan industrialisasi akan menyerap ekonomi gelap. Tetapi ternyata sekarang malah ada subsektor2 misalnya sektor informal yang besar sekali yang justru merupakan tempat kerja banyak orang. Saya lihat akhir2 ini ada ilmuwan yang design demokrasi Indonesia sekedar melalui nasionalisme bela negara belaka. Pemikiran mengenai KAMNAS jauh melayang dan sudah mereka anggap cukup untuk menjamin kelangsungan negara sipil Indonesia. Cara pikir ini keliru. Negara kita memerlukan lebih banyak sendi2. Tanpa pasokan energi budaya, sosial dan apalagi konkret keuangan negara kita bisa jadi bergelora dalam nasionalismenya, tetapi sesungguhnya dalam infrastrukur dan sumber daya tetap balita dan tanpa kemampuan untuk hadir pada saat dibutuhkan oleh masyarakat. Semua negara modern dulu juga begitu. Kalau ada kemauan tentu ekonomi gelap kita ini juga bisa masuk bergabung dengan yang resmi. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 12:11 PM 6/18/200 Rachmad M schrieb: Bung Poltak ysh, Saya pikir Indonesia gagal menjalankan amanat UUD 45 dan juga Dasar Negara Pancasila yang bercorak sosial. Indonesia gagal menerapkan Ekonomi Pasar Sosial ala jalan tengah yang banyak berkembang di dataran Eropa. Ekomoni Pasar Sosial membutuhkan data Primer, Sekunder dan Tersier yang cukup matang agar pemerintah bisa melaksanakan suatu kebijakan yang tepat. Dan Indonesia model negara yang sangat gegabah terhadap data. Indonesia gagal memisahkan hal-hal yang bersifat internal dan hal-hal yang besifat eksternal. Pemborosan-pemborosan BBM dalam kemacetan yang identik dengan devisa negara terus saja terjadi ini hanya salah satu contoh saja. Penyelundupan adalah salah satu bentuk ketidak sadaran hidup berbangsa negara. Rupiah yang merangkak dari 1 dolar US = 1,48 rupiah pada tahun 1945 sampai sekarang menjadi 1 us $ = 9.200 rupiah adalah cermin kegagalan bangsa ini memanfaatkan seluruh SDM dan SDA yang dimilikinya. Beberapa saya tulis dalam blog saya. Belajar ke Negeri China http://rachmad.kuyasipil.net/?p=11 Sejarah Nilai Tukar Rupiah http://rachmad.kuyasipil.net/?p=44 Mentjapai Indonesia Merdeka Sukarno, Maret 1933 http://rachmad.kuyasipil.net/?p=21 Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: At 12:11 PM 6/18/2008, you wrote: Rasanya kurang adil kalau kita langsung beri cap underground economy apalagi dengan embel-embel penyelundupan. Kemampuan Medan mengekspor Lobster, teri medan, kopi, sayur mayur tentu bukan produk Medan. Itu adalah produk hinterlands dari Medan. Mas Rachmad, Tentang underground economy -- bisa juga disebut dengan nama lain, semisal grey economy. Buat saya sih nggak ada banyak masalah bahwa underground economy Indonesia ukurannya cukup besar. Karena memang realitanya seperti itu kok. Kalau ternyata memang mengakibatkan banyak pelaku ekonomi di grey economy tidak terjangkau oleh pajak -- ya itu salah satu konsekuensi
Re: [Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik
Bung Rachmad, Saya setuju periode Belanda dibagi dua. Sesungguhnya menarik sekali adanya politik etis pada periode kedua itu. Orang Belanda ternyata bisa tahu malu dan sedikitnya mau bayar semacam ganti rugi. Pemberantasan korupsi dalam periode dua juga cukup berhasil. Saya juga setuju introduksi budaya bernegara dikita justru cukup sulit. Partai2 kita bukan saja tidak punya program sosial, tetapi sesungguhnya mereka belum mengenal program politik dengan baik. Belum ada yang memikirkan penegakan kelembagaan negara. Dalam budaya kita tata negara sudah dikenal lama. Tapi coba orang kita ditanya siapa menteri tata negara kita? Dalam kasus2 rangkap jabatan seharusnya menteri ini yang bertugas kontrol dan memberi arah. Dengan begitu proses pemisahaan antara usaha dan negara ada yang mendorong. Selama menteri dalam negeri kita tidak kenal tugas ini, maka publik yang perlu terus bersuara dari luar. Salam Hok An Rachmad M schrieb: Pak Hok An, Rasanya ada dua periode yang sangat berbeda pada saat dijajah Belanda. Periode pertama adalah wilayah Nusantara dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). VOC adalah usaha dagang Belanda, jadi pengelolaan Nusantara akan sama persis dengan pengelolaan sebuah perusahaan. VOC akhirnya ambruk karena bangkrut akibat monopoli dan korupsi pada tahun 1800. Selanjutnya Indonesia dijajah pemerintah Keraatuan Belanda. Jadi Pemerintah Belanda bercokol di Indonesia kira-kira 150 tahun. Pada tahun 1864 di Keminjen sudah dibuat Jalur Kereta Api (http://rachmad.kuyasipil.net/?p=77) Padahal mesin uap baru berkembang saat itu. Pada tahun 1914, didirikan Bagian Uji Terbang di Surabaya dengan tugas meneliti prestasi terbang pesawat udara untuk daerah tropis. Padahal p[esawat komersial baru mengudara tahun 1936 (DC 3 http://rachmad.kuyasipil.net/?p=84 ) Dari peristiwa tersebut diatas nampak bahwa mentalitas yang tersisa di bangsa Indonesia adalah jaman VOC. Kita lupa bahwa pajak hanyalah bagian untuk pemenuhan kebutuhan sosial bangsa Indonesia karena sebagai negara tentu pengelolaan keuangannya berbeda dengan pengelolaan perusahaan. Negara adalah close system sehingga kita mengenal Sisa Anggaran Proyek (SIAP) yang harus dihabiskan untuk memperlihatkan prestasi kerja. Namun apa lacur semua dilakukan tanpa kesadaran hidup bernegara jadinya ya seperti saat ini. Pun demikian saya pesimis terhadap bangsa yang telah teramputasi pada tahun 1965 ini dapat hidup bernegara layaknya sebuah negara. Negara yang landasannya berbau sosial tapi tanpa satu partaipun berideolgi sosial :-( Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Rahmad, Bung Poltak, Setahu saya sektor gelap sudah dibahas waktu jaman kolonial dalam dualisme ekonomi yang ditulis oleh Boeke. Kita justru menganggap sektor ini tidak ada. Jaman dulu kepala saja kena pajak. Di Jawa sampai ada gerakan samin untuk menolak pajak. Tanam karet setahu saya juga liar, sebab melanggar monopoli dari perkebunan. Sebab itu terpaksa keret rakyat diselundupkan di Singapura. Secara kasar memang besarnya sektor gelap sering dibaca sebagai lemahnya dukungan rakyat terhadap negara. Biasanya ada pusat2 penelitian ekonomi yang sengaja mengukur besarnya sektor gelap ini. Kita dimana? Salah satu norma untuk bisa ikut Uni Eropa adalah likwidasi sektor gelap ini. Likwidasi total sudah pasti tidak mungkin, sebab di Jerman saja angkanya merambat naik mendekati 20% Sektor gelap besarnya bisa saja tanding2 dengan yang terang. Taksiran2 yang ada sering2 dramatis. Ditahun 1960 orang2 tua yang saya kenal menaksir sektor gelap kita 200% dari yang terang. Dasarnya adalah dimana perusahaan2 terdaftar. Kebanyakan waktu itu resminya hanya didaftar dikantor pedesaan, walaupun pasarnya sudah cukup luas. Taksiran ini mungkin salah sekali, sebab waktu itu sektor partanian masih besar. Dualisme ini tidak bisa diakhiri, sebelum ada semacam perdamaian antara warga dan negara. Negara berhenti memperlakukan warganya sebagai mangsa siap dipajak, merampingkan struktur dan berubah fungsi menjadi badan pelayanan publik. Sebaliknya warga menerima negara sebagai lembaga bersama untuk kepentingan bersama yang diongkosi sama2. Proses ini tidak mudah dan harusnya baik pemerintah maupun DPR yang harusnya mewakili warga duduk bersama. Yang musti didirikan bagi saya adalah lembaga negara yang memberi dana untuk kelembagaan negara lainnya, baik negara sosial, negara hukum maupun institusi2 lainnya. Yang perlu didirikan mungkin bisa dinamakan negara fiskal. Negara fiskal setahu saya belum pernah menjadi agenda suatu pemerintah maupun partai. Umumnya digunakan asumsi bahwa modernisasi dan industrialisasi akan menyerap ekonomi gelap. Tetapi ternyata sekarang malah ada subsektor2 misalnya sektor informal yang besar sekali yang justru merupakan tempat kerja banyak orang. Saya lihat
Re: [Keuangan] Re: FW: Investing in Indonesia
Saya pikir kedua hal itu saling bersangkutan. Sebab itu sistem ini tidak bisa diatasi sepotong2. Tetapi bisa di by pas, contohnya dulu waktu kantor pajak dirumahkan dan dilakukan oursourcing liwat SGS. Tindakan ini sangat drastis, bukan saja karena oursourcing monopoli pajak yang merupakan masalah inti sistem kenegaraan. Ada informasi waktu itu ada pungli extra untuk membiayai salah satu badan intel. Saya kira2 yang ditunggu masyarakat adalah keputusan2 drastis untuk merampingkan sistem birokrasi kita, sehingga belenggu2 yang menyebabkan kelumpuhan2 ekonomi putus satu2. Salam Hok An Amitz Sekali schrieb: --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: Kawan2 Netter, dibawah ada gambaran perkembanan sektor riil Indoensia. Sebab sektor ini penting untuk perkembanagn tempat kerja sesungguhnya masalah sektor ini perlu lebih dipikirkan. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/11/investing-indonesia-a-case-ironing-out-ironies.html Friday, June 13, 2008 3:28 PM Investing in Indonesia: A case of ironing out the ironies Harry Su , Analyst | Wed, 06/11/2008 10:37 AM | Business This would include making headway in areas where corruption is deeply-rooted and establishing a clear roadmap for structural reforms to achieve higher GDP growth rates and to lower unemployment. On one hand, there is an issue of blatant corruption where one get something (s)he isn't supposed to get within reasonable local common sense. On the other hand, there is an issue of grease-ing where one get something faster than average. I notice that the fights against corruption seems to focus on blatant corruption which is relatively easier to prove. But I believe those kind of corruption is less damaging than the intentional slowing down of permit processing (to encourage grease money), since the accumulation of these small effects is very large. This effect can be seen in current situation of Tanjung Priok's custom office. After KPK's raid, they create delay in permit processing, creating new upward pressure of prices in Jakarta..
[Keuangan] FW: Investing in Indonesia
Kawan2 Netter, dibawah ada gambaran perkembanan sektor riil Indoensia. Sebab sektor ini penting untuk perkembanagn tempat kerja sesungguhnya masalah sektor ini perlu lebih dipikirkan. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/11/investing-indonesia-a-case-ironing-out-ironies.html Friday, June 13, 2008 3:28 PM Investing in Indonesia: A case of ironing out the ironies Harry Su , Analyst | Wed, 06/11/2008 10:37 AM | Business Investing in Indonesia is strewn with ironies. Take the case of the Indonesian Regional Investment Forum (IRIF 2008), which took place at the end of May, and which was aimed at attracting between $6 billion and US$8 billion in investment. During the conference, the forum committee claimed that local governments had greatly improved their strategies to attract foreign investment. However, this view was not shared by some of the forum's participants. Business people we spoke to simply could not believe that some local government officials were not able to come up with basic information, including business plans and Return on Investment (ROI) data. Other complaints came from some government officials with limited scope of knowledge in the various projects that were being tendered. We were informed that one Central Java regent did not even have an email address, and worse, some officials chose to speak on their mobile phones rather than converse with investors. Furthermore, we heard claims that many of the regions did not send their top officials to the gathering. This is particularly perplexing to us given there were about 200 investment projects on offer worth a total $18.9 billion. And speaking of ironies, what about the monorail project. This has run aground on a failed tenure program and due to the government's lack of involvement. It is hard to perceive the success of a public mass-transit system like the monorail project solely owned by the private sector. In our view, for a project of this magnitude and importance, the public sector must come up with strong support, ranging from bond issuance to ruling on land clearing issues. A more serious irony in Indonesia's investment profile is the fact that productive investment (i.e. machine, equipment and transportation) makes up less than 20 percent of total investment, while building takes the lion's share. Hence, even though overall investment trends provide encouraging signals, as the total investment rate was up to 22.9 percent in first quarter of 2008 from 20.1 percent on average in the 2001-03 period, the productive investment rate is still low at about 3.7 percent of GDP. This poses a serious constraint on Indonesia's medium-term competitiveness. Having said that, concerted efforts must be sustained to improve the investment climate in order to lift the country's economic potential toward the 7 percent level, as in the 1967-1998 period (see chart). So what can be done? Government officials, more specifically decision makers, need to spend more time planning in order to create better investment deals. This would include making headway in areas where corruption is deeply-rooted and establishing a clear roadmap for structural reforms to achieve higher GDP growth rates and to lower unemployment. We recognize that in 2007 Indonesia managed to push forward a structural reform agenda with several important pieces of legislation passed by the cabinet, including the March 2007 new Investment Law. However, more needs to be done for the medium-term to attract higher sustainable non-debt creating foreign capital inflows and increase investment further in the economy. The most contentious issues lie with the restrictive labor legislation and uncertainty in the legal framework. Labor groups oppose the proposed changes in the social security insurance scheme to ease retrenchment costs while amendments to the onerous 2003 Labor Law, which imposes heavy severance pay and lay-off procedures often cited as a major deterrent to both domestic and foreign investment, are unlikely to be passed in 2008 or 2009. The legal and judicial system, the coordination between ministries and between the central and the regional governments all need further improvements. With the business climate needing a boost, there is every reason for the government to stay focused on painful reforms. Unfortunately, with the prospect of the presidential and legislative elections next year, the pace of reforms is likely to slow. Until these investment-related issues are ironed out, Indonesia's economic growth potential will remain below the 6.7 percent average achieved in the 1967-1998 period. The writer is the senior vice president and head of research at PT Bahana Securities
Re: [Keuangan] inter trading
Bung Anton, Saya duga di Indonesia leverage buy out (LBO) sistem yang sering dipakai untuk beli perusahaan tanpa modal sendiri. Sistem ini berkembang di US dimana investor2 yang punya back up kuat dari bank membeli perusahaan2 raksasa yang mereka duga sahamnya lebih murah dari nilai pasar. Modal kecil si pembeli didongkrak oleh kredit bank investasi dan juga cash flow perusahaan yang dibeli itu sendiri. Bunga yang harus dibayar biasanya tinggi (masalah ini untuk Indonesia dalam pendekatan pertama masalahnya beda sebab bunga internasional bisa lebih murah dari SBI). Jadi ongkos bunga dibayar oleh keuntungan perusahaan itu sendiri. Sering kali perusahaan2 raksasa itu di-penggal2 lalu dijual sebagian2 untuk membayar hutang. Bank2 besar untungnya dari bisnis ini. Tetapi kalau keliru beli juga bisa rugi besar sekali. Di jaman Orba banyak anak2 pejabat yang mendapat saham kosong 10% yang kemudian diisi keuntungan perusahaan dengan cara ini. Disini yang kuncinya adalah pajak. Sistem ini jalan kalau keuntungan dipajak sesudah hutang dibayar. Di Jerman ada keingingan untuk menghadang LBO, untuk itu mulai tahun depan keuntungan perusahaan dipajak sebelum bayar hutang. Masalah pajak kedua adalah keuntungan pemilik yang beli. Dipajak atau tidak? Biasanya perusahaan2 LBO menempatkan perusahaannya di negara dimana pajak rendah atau tidak ada. Dibawah saya cantumkan sedikit info tentang satu dari kontrak2 hutang Adaro dan Coaltrade. Yang bisa menilai mungkin analis bank yang memang memantau Adaro. Salam Hok An https://secure.pcauthority.com.au/print.aspx?CIID=105782 Indonesia PT Adaro and Coaltrade International Services $750 million dual tranche debt package was signed last Thursday (March 6) via mandated lead arrangers Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, DBS Bank, Standard Chartered Bank, Sumitomo Mitsui Banking Corp and United Overseas Bank. DBS Bank, Standard Chartered Bank and Sumitomo Mitsui Banking Corp were the bookrunners. The facility was funded in early December. The credit is split between a $650 million five year amortising term loan, with an average life of 3.54 years and a $100 million three year revolver. The deal is priced at 130bp over Libor for the onshore portion and 120bp for the offshore tranche. Final allocations saw the mandated arrangers contributing $110.8 million apiece with the exception of United Overseas Bank which held $72.1 million. Bank Mandiri joined in as an equal-status arranger taking $67.2 million. Coming in as lead arrangers were ABN ABRO and ANZ both giving $50 million each. Rounding off the syndicate were arrangers NordLB providing $30 million while Bangkok Bank took $20 million. Commerzbank and Bank Lippo held $10 million and $7.5 million respectively. Proceeds are to refinance an existing $200 million loan signed in March 2007 and a $400 million high-yield bond. anton ms wardhana schrieb: iya Pak, saya menyadari adanya kontrak itu, oleh karenanya saya lebih memilih menggunakan kata potensi kerugian, untuk menggambarkan kerugian bayangan akibat selisih antara harga dalam kontrak yang tentu harus dihargai dengan harga pasar dengan asumsi barang yang diperjualbelikan memang sama. untuk proses leverage buy out mohon maaf saya kurang mengetahui. boleh minta penjelasan lebih lanjut soal ini, Pak ? salam, ari ams 2008/6/11 Hok An [EMAIL PROTECTED]: Bung Poltak dan Bung Anton, Masalahnya agak kompleks. Batu bara kita memang kebanyakan dijual dengan harga kontrak jangka panjang sehingga murah banget. Tetapi untuk mentri keuangan perlu ada kejelasan (szenario) kapan pajak dari keuntungan lebih dari kenaikan harga batubara sudah bsia dijadikan soko guru anggaran belanja negara. Perbedaan antara PPN Indonesia dan Singapura saya rasa tidak begitu besar. Yang masalah mungkin PPh. Adaro dibeli dengan proses leverage buy out. Jadi yang pemilik baru bayar liwat arus cash dari Adaro sendiri. Transaksi yang umum terjadi ini yang mungkin perlu lebih menjadi fokus. Sebab transaksi ini Adaro untungnya turun dan PPh yang besar sekali itu turun. Kemudian bagaimana dengan pemilik baru yang sesungguhnya dapat keuntungan yang mungkin tersembunyi dalam buku Adaro. Saya kurang tahu UU Pajak, mungkin ada yang bisa menjelaskan. Masalah2 seperti ini perlu transparansi lebih banyak, sebab kalau masyarakat tahu bahwa pengusaha juga pembayar pajak penting persepsinya beda dengan sekarang. Salam Hok An [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] inter trading
Kawan2 Netter, Dibawah ada berita potensi kerugian pajak yang disebabkan oleh inner trading batu bara. Produksi baru bara Indonesia 2007 tidak transparan dan mungkin besarnya kira2 200 juta ton. Diduga 30% batu bara ditambang tanpa surat2. Sudah itu seperti contoh dibawah ada dugaan bahwa inner trading liwat Singapura sangat gencar. Disini terjadi kebocoran pajak besar2an. Contoh dibawah dimana kerugian pajak ditaksir US$ 62,46 juta mengherankan saya. Soalnya perbedaan harga adalah US$ 95 - US $ 32 = US$ 63 PPh + royalty = 35 + 13,5 % = 48,5 % Jadi beda pajak harusnya 0,485 x 63 x 10 juta = US$ 305,5 juta. Barangkali ada yang paham urusan pajak batu bara untuk memberi pencerahan, apakah 2007 kita kehujanan durian runtuh pajak batu abra atau memang aturan pajak demikian sehingga pajaknya kecil. Salam Hok An http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/11/lawmakers-seek-adaro-investigation.html Lawmakers seek Adaro investigation Novia D. Rulistia , The Jakarta Post , Jakarta | Wed, 06/11/2008 10:37 AM Lawmakers have urged the House of Representatives to investigate a transfer pricing allegation involving the country's second largest coal producer, PT Adaro Energy, saying it allegedly caused state losses of Rp 583.2 billion (US$62.46 million). The proposal was submitted by 34 members from Commissions VII and XI on Tuesday. We will establish an investigation team after a vote in next week's plenary meeting, said Alvin Lie, a member of commission VII overseeing energy affairs. He was sure all factions would support the proposal, as the case does not involve any political interests. Alvin said the investigation would focus on the sale of 10 million tons of high quality coal to Singapore-based Coaltrade Services International Ltd at a below-market price to avoid higher taxes. Coaltrade bought the coal from Adaro at a price of $32 per ton when coal prices had reached $95 ton per ton at the end of 2007, he said. State losses can be calculated from 35 percent of income tax and 13.5 percent of royalties, times 10 million tons, he said. The Singaporean government, he added, only imposed 10 percent income tax. Adaro corporate secretary Andre Mamuaya said the company had already been cleared of the accusation. We're saying that we didn't do any transfer pricing. The previous investigation conducted by the Attorney General's Office (AGO) showed that there was no indication of it, he said. The AGO dropped the case for lack of evidence in February. The transfer pricing issue might hamper the company's initial public offering (IPO) plan, in addition to the ongoing dispute between two Indonesian business tycoons, Sukanto Tanoto and Edwin Soeryadjaya, and a major international bank, in a struggle to control a coal mine worth billions of dollars. Sukanto, owner of the Beckett Group, believes he lost a coal mine concession in South Kalimantan with three billion tons of reserves because Deutsche Bank and Edwin, who owns shares in Saratoga Capital, conspired against him. Saratoga owns 32 percent of shares in Adaro. Beckett brought a case against Deutsche Bank to court in Singapore late last year and lost. Beckett submitted an appeal to the Central Jakarta State Court last month. Amid the escalating dispute, Adaro plans to launch the IPO later this month in a bid to expand its coal business. The Adaro IPO, planned for June 24 to 28, is set to become the country's largest-ever stock market flotation resulting in mobilization of Rp 12 trillion.
[Keuangan] Harga Batubara
Dibawah ada indeks harga batubara tahun yang lalu. Sayangnya indeks seperti ini tidak bisa diakses liwat internet. Setahu saya PLN sudah kuatir harga rata2 dalam negeri akan mencapai Rp 800.000/t dan mulai berpikir untuk produksi listrik dari sumber panas bumi. Salam Hok An http://www.energiportal.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticlecid=13artid=368 Indeks Harga Batu Bara resmi diluncurkan Oleh admin Kamis, April 12, 2007 14:23:44 Indeks Harga Batu Bara Indonesia resmi diluncurkan hari ini dengan patokan batubara Indonesia kalori tinggi (6.500 Kcal) sebesar US$51,49/ton, kalori sedang (5.800 Kcal) US$42,87/ton dan kalori rendah (5.000 Kcal) US$32,09/ton. Pemerintah berencana menjadikan indeks itu sebagai dasar perhitungan Dana Hasil Produksi Batu Bara (DHPB) sebesar 13,5% sebagai sumber pendapatan negara. Indeks Harga Batu Bara Indonesia (Indonesian Coal Price Index/ICI) yang berubah setiap minggu tersebut disusun oleh PT Coalindo Energy dan Argus Media, lembaga pricing dari Inggris. Maydin Sipayung, direktur pelaksana PT. Coalindo Energy, menjelaskan ICI disusun oleh panelis ahli yang terdiri dari 21 orang. Sebanyak delapan orang merupakan produsen batu bara, delapan orang konsumen pembeli dan lima orang broker, ujarnya dalam peluncuran ICI yang dibuka oleh Dirjen Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen ESDM Simon Felix Sembiring di Jakarta hari ini. Dia menjelaskan dengan adanya ICI maka Indonesia memiliki patokan harga jual batu bara untuk pasar domestik maupun pasar internasional. Indonesia saat ini menjadi eksportir batu bara terbesar di dunia, menggeser posisi Australia, dengan angka ekspor mencapai 148 juta ton pada tahun lalu. Sementara Simon mengatakan Indonesia memiliki cadangan batu bara mencapai 61,3 miliar ton dimana sebanyak 6,7 miliar ton merupakan cadangan terbukti. Ekspor pada tahun ini akan meningkat tahun ini, sebanyak 60% ekspor kita untuk negara Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong, 10% untuk Asean dan 15% ke Eropa, katanya. Dia menegaskan dengan adanya ICI maka Indonesia mampu menjadi negara yang menentukan harga batu bara yang diproduksinya tanpa tergantung pada harga internasional seperti London Stock Exchange (LME), Barlow Jonker atau Platt.
Re: [Keuangan] Bunga Acuan BI Jangan Ganggu Sektor Riil (Paskah Suzetta, Bappenas)
Apa tidak keliru? Sektor riil setahu saya sedikit dapat pasokan kredit. Tetapi sektor2 lainnya justru yang kena dampaknya. Kalau mau start sektor riil mungkin hambatan2nya yang perlu disingkirkan satu2. Kalau mau bunga rendah untuk sektor riil bisa saja diadakan program khusus dan bikananya dulu ada bank khusus untuk itu. Salam Hok An Heri Setiono schrieb: Sesudah Kadin, giliran Bappenas yang bersuara tentang Bunga Acuan BI. Bunga Acuan BI Jangan Ganggu Sektor Riil Idealnya, BI Rate berada pada level 8 - 8,5 persen Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meminta agar suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak lebih tinggi dari 9 persen. Pasalnya suku bunga di atas 9 persen dapat dipastikan akan mengganggu kinerja sektor riil. Kalu BI memasang bunga 9 persen ke atas, akan mengganggu sektor riil, kalau sektor riil terganggu dampaknya pada pertumbuhan, kata Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Paskah Suzetta di akhir pekan lalu. Menurut dia, idealnya pada saat ini BI rate berada pada level 8 - 8,5 persen. Dengan suku bunga acuan BI di level tersebut, diharapkan permintaan kredit tidak terlalu terganggu sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dijaga. Republika 9 Juni 2008 - Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist. Download it now! /a [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] ECB, BIS WB Joint Conference on Strategic Asset Allocation for Central Banks and Sovereign Wealth Managers
Kalau ada yang ke Frankfurt, Silahkan hubungi saya. Mungkin kita bisa jumpa darat disini. Salam dari Frankfurt Hok An Tigor Siagian schrieb: Buat rekan-rekan yang berminat. -- Tigor Siagian, FRM Strategist Foreign Exchange Reserves Management Bank Indonesia Joint Conference on Strategic Asset Allocation for Central Banks and Sovereign Wealth Managers Conference Announcement and Call for Papers It is generally accepted, among practitioners and academics, that Strategic Asset Allocation (SAA) is the main driver of the risk and return profile of any investment portfolio. Academics have, historically, focused a lot of their attention on SAA for pension funds and endowment funds. SAA for public institutions, on the other hand, appears to be somewhat neglected. Against this background, the Bank for International Settlements, the World Bank, and the European Central Bank are co-organizing a conference on Strategic Asset Allocation for Central Banks and Sovereign Wealth Managers. The conference is targeted at quantitative experts from the community of central banks and sovereign wealth managers (including commodity savings funds and sovereign pension funds) as well as academics. It aims at fostering the development and dissemination of 'best practices' in the area of strategic asset allocation, facilitating knowledge sharing across organisations, and encouraging collaboration and an on-going dialogue between reserves and asset management specialists of the participating organisations. *The event takes place at the European Central Bank, Frankfurt, Germany on 24 and 25 November 2008*. The organisers particularly encourage submissions of papers in the following areas: *Theory and Techniques * Monte Carlo simulation techniques for modelling and simulating asset returns Use of contingent claim analysis in balance sheet risk management Innovations in portfolio optimization techniques Methods and techniques used in setting expected return assumptions, including fixed income instruments *Implementation and Practical Challenges * Strategic asset allocation process used within participant's own organizations Risk measures to support the strategic asset allocation Asset liability management at central banks and sovereign wealth managers Modelling alternative asset classes such as hedge funds and private equity Determining the optimal currency composition, Submissions in other areas will be considered as well. *Complete papers should be submitted (extended abstracts will also be considered) in electronic format by the end of August 2008*. All papers will be reviewed by the conference's organizing committee and authors of selected papers will be informed by end-September 2008. In this process, the organisers aim at a balanced representation of the above listed topics. Selection of the papers will be based, among other things, on quality and relevance to the conference. Authors are encouraged to contact one of three coordinators to discuss the scope and focus of possible contributions. Also a style guide is available on request. Final versions of the selected papers are due by end-October 2008. All accepted papers will be published in the conference proceedings. Please send your submission, short curriculum-vitae, postal address, phone and fax numbers, and email address to: Ms. Marie-Clair Williams European Central Bank Kaiserstrasse 29 D-60311 Frankfurt am Main, Germany Tel +49 69 1344 6399 Fax +49 69 1344 6231 *; * Inquiries about the conference may be directed to: Ken Nyholm, [EMAIL PROTECTED] * Arjan Berkelaar, [EMAIL PROTECTED] * Joachim Coche, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Re: [Keuangan] Re: IMF, World Bank, dan Depresiasi
Bung Nazar, Saya rasa IMF bagi kita di Asia sudah turun menjadi alternativ penangkal bencana garis kedua. Penangkal pertama saya rasa sudah dipindah kedalam negeri dimana dilaksanakan kebijaksanaan defisit rendah dengan akibat cadangan devisa yang terus naik. Selain itu liwat komitmen Chiang Mai kita memiliki kemungkinan untuk melakukan swap devisa apabila ada kesulitan. Kalau berjalan mulus sistem ini diharap mampu bereaksi lebih cepat, sebab cadangan2 devisa negara2 tetangga kita umumnya gemuk2. Salam Hok An nazar schrieb: Tahun 2000 lalu permasalahan IMF ini sudah pernah dibahas di jogja, waktu itu presidennya megawati. Tapi hingga sekarang IMF masih di andalkan. Padahal IMF itu seperti rentenir, mengapa? Krna ada pinjaman yang bunganya dibayar dimuka sementara pinjaman pokoknya belum di ambil.. Nb: Hasil tes dan ujian yang dilakukan oleh lembaga2x negara tidak akuran dan cenderung dipolitisir dan KKN? . Salam nazar n.i: Tebo, Jambi. --- In AhliKeuangan- [EMAIL PROTECTED], dfaj21 [EMAIL PROTECTED] wrote: IMF dan World Bank boleh dibilang produk perang dunia ke 2. Sejarahnya, Inggris yang sudah duluan berupaya menahan agresi jerman (Axis) yang menyerbu negara-negara eropa seperti prancis, denmark, dll akhirnya mengalami krisis keuangan dimana cadangan devisanya habis untuk membeli peralatan perang di Eropa (yang sebagian besar di beli dari Amerika). Amerika yang menyadari secara strategis mereka lebih baik jika inggris tidak kalah akhirnya selalu memberikan bantuan bahkan menganggapnya sebagai bantuan (aid). Tapi setelah serangan Jepang di pearl harbor, Amerika mulai terlibat secara langsung. Singkat cerita, Amerika, inggris dan allies menang. Masalahnya trade balance antara amerika dan inggris, juga negara-negara alies dan jerman sudah jadi carut marut kacau beliau. Jadi dalam situasi kacau inilah 2 tokoh besar mewakili Amerika (Harry Dexter White) dan Inggris (John Maynard Keynes) mencoba menjaga stabilitas keuangan dan transaksi negara multilateral. Secara garis besar, IMF dimaksudkan supaya negara macam Inggris yang sedang dalam defisit mendalam tidak harus sampai bangkrut dan masih bisa bertahan (dalam arti sebelum perang Inggris adalah negara adidaya ekonomi dan berupaya supaya jangan sampai jadi negara hamba-nya Amerika). Prinsipnya adalah: negara yang defisit trade balance nya akan berupaya meningkatkan ekspor. Caranya? Depresiasi mata uang (jaman itu belum ada flexible exchange rate). Cara mendepresiasinya adalah negosiasi negara dengan negara (bilateral). Jadi kalau mereka tidak bisa mendepresiasi mata uangnya (contohnya Inggris setelah perang dunia, mereka memiliki exchange rate yang lebih kuat dari amerika, dan selama negosiasi selalu susah negosiasi). Tahun demi tahun selalu defisit dan memperparah cadangan devisa negara. TANYA: - Kenapa sekarang Indonesia sudah terdepresiasi dari 2500 sampai 9000, masih saja ekspor tak meningkat? - Kenapa terdepresiasi (dari 9000 mau ke 10,000) malah panik? DPR ribut mengharuskan bank indonesia intervensi, rakyat panik dan lain sebagainya? Padahal kan harusnya justru baik bagi ekonomi negara?
[Keuangan] Re: Info Legislasi Parlemen.net 5 Juni 2008: Jadwal Kegiatan Komisi II Masa Sidang IV Tahun Sidang 2007-2008
Kawan2 Milis, Seperti tertera dibawah DPR akan mulai membicarakan salah satu RUU yang diharapkan menjadi jimat bagi reformasi birokrasi. Tetapi sayangnya RUU Pelayanan Publik ini mirip obat placebo, karena tidak berisi jimat yang tangguh. Serentet RUU yang direncanakan untuk reformasi birokrasi sebagian adalah cuplikan dan terjemahan UU Eropa dimana UU Pelayanan Publik biasanya tidak ada, sebab negara republik (negara untuk rakyat) memang sudah sarana pelayanan publik jadi sudah tidak perlu diundangkan lagi. Tetapi ada UU Aparatur Negara yang di Jerman namanya Verwaltungsverfahrengesetz (http://www.bundesrecht.juris.de/bundesrecht/vwvfg/gesamt.pdf). Semua UU prosedur pelaksaannya tunduk UU ini. UU yang tidak punya prosedur pelaksanaan semuanya tidak atau belum berlaku (di Indonesia banyak sekali, terutama PERDA) . Dengan sendirinya UU dan PERDA yang melanggar UU ini juga batal demi hukum. UU seperti ini adalah standard hukum internasional yang menjadi jimat dari masyarakat dan pengusaha mengatasi keputusan birokrasi yang melanggar garis. UU Prosedur/Acara Aparatur Negara ini yang menjamin surat2 trayek, impor/ekspor, izin bangunan, ktp dsbnya selesai dalam waktu yang wajar dan dimana perlu hari itu juga. UU seperti ini juga mau dibikin, tetapi sejak awal sudah ada beberapa kesalahan2 fatal. Judulnya adalah RUU Aparatur Pemerintahan. Dengan kata lain Aparatur Negara lainnya satu2 perlu diatur ekstra lagi. Apalagi biasanya pemerintah tidak punya aparat, sebab yang punya aparat adalah negara yang berfungsi sebagai pelayan publik. Perbedaan ini ternyata cukup sulit untuk dimengerti. Mungkin kita terlalu lama meninggalkan prinsip trias politika dan menganut prinsip manunggal kawula ing gusti dimana pengusaha, pemerintah dan rakyat satu tubuh dalam wadah yang tunggal. Design transformasi aparat pemerintah menjadi aparat negara yang hanya tunduk kepada UU ternyata belum menjadi paradigma di departemen PAN, sebab itu juga belum ada agenda pengalihan kekuasaan politik dari pemerintah kepada publik. Ada pendapat bahwa masalah2 prinsip seperti ini baru 30 tahun lagi bisa kita bicarakan. Saya kira mudah dimenegrti bahwa tanpa reformasi birokrasi 10 tahun lagi sektor riil kita sudah makin melorot lagi. Reformasi birokrasi perlu segera dimulai dan dengan cara yang benar. Salam Hok An [EMAIL PROTECTED] schrieb: Info Legislasi Parlemen.net 5 Juni 2008Jadwal Kegiatan Komisi II Masa Sidang IV Tahun Sidang 2007-2008 Sejak dimulainya Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2007-2008 pada 12 Mei lalu, praktis semua alat kelengkapan DPR tidak terkecuali Komisi II menyusun agenda kerja selama masa sidang tersebut. Dari daftar kegiatan yang telah disepakati, pada Masa Sidang IV ini, Komisi II berencana membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Pelayanan Publik dan beberapa RUU terkait dengan pembentukan daerah baru. Selain itu, dalam rangka fungsi pengawasan, Komisi II mengadakan rapat kerja, salah satunya dengan Menteri Sekretaris Negara, dengan agenda membahas tentang keberadaan komisi/lembaga non struktural yang dibentuk oleh Presiden dan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK Semester II Tahun Anggaran 2007. Untuk mengetahui lebih rinci jadwal kegiatan dan rapat-rapat Komisi II DPR dalam Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2007-2008, klik: http://www.parlemen.net/site/ldetails.php?guid=cc86bbd65237b2ffe476399041293404docid=fpdpr ~ Info Legislasi adalah layanan informasi bebas biaya melalui e-mail mengenai proses legislasi di DPR, utamanya legislasi bidang hukum dan politik. Layanan ini tersedia bagi siapa saja; apabila ada rekan anda yang ingin mendapatkan layanan ini, silakan kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Untuk mendapatkan informasi terkini mengenai DPR dan proses legislasi bidang hukum dan politik, klik www.parlemen.net [Pusat Informasi Proses Legislasi Indonesia]. www.parlemen.net dikelola oleh PSHK (Pusat Studi Hukum Kebijakan Indonesia) Puri Imperium Office Plaza UG 11-12 Jalan Kuningan Madya Kav. 5-6 Jakarta 12980 - Indonesia Tel. (62-21) 8370-1809, Fax. (62-21) 8370-1810 Email: [EMAIL PROTECTED] ~~
[Keuangan] pemisahan harta jabatan dengan harta pribadi
Dibawah ada analisa tentang korupsi yang cukup baik. Saya pertajam satu aspek yaitu masalah pemisahan harta jabatan dengan harta pribadi. Dalam budaya primordial hal ini baur, sebab itu kita memerlukan lompatan budaya untuk menghayati paradigma baru ini. Jabatan tidak boleh diterjemahkan dengan posisi di negara saja, tetapi juga semua jabatan sosial yang dipegang,. Jadi harta kepala pasantren harus dipisah dengan milik pasantren. Harta pejabat gereja dan yayasan2 sosial juga begitu. Demikian juga perlu ada kejelasan apakah sumbangan itu kepada pemuka sosial atau kepada yayasannya. GD waktu itu kurang teliti dalam hal ini sampai akhirnya jatuh. Hal2 seperti ini bukan urusan pribadi. Artinya harus ada yang bertugas menertibkannya. Dikantor presiden misalnya bisa ditugaskan kepada bagian protokol. Jadi kalau ada yang salah yang dipecat adalah kepala protokol, bukan presidennya, kecuali ada bukti bahwa presidennya sendiri yang sengaja nyeleweng. semoga berguna Hok An http://www.suarapembaruan.com/News/2008/06/04/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Kleptokrasi: Permufakatan Korupsi Birokrasi dan Korporasi Muhammad Mustofa Kleptokrasi adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan amat seriusnya tingkat korupsi suatu negara. Green (2004) merujuk rumusan Weber tentang kleptokrasi, yaitu memperoleh keuntungan melalui korupsi sebagai tujuan organisasi, kepentingan negara dan kepentingan penguasa menjadi kabur batasnya, yang merupakan pintu bagi dilakukan korupsi, termasuk penganiayaan, teror oleh negara, kejahatan perang, dan genosida. Kata lain yang dipergunakan sebagai padanan dari kleptokrasi adalah korupsi tingkat tinggi (heavy corruption). Istilah kleptokrasi ini merupakan peningkatan dari istilah kleptomani yang berarti kebiasaan mencuri dari seseorang yang tidak dilakukan untuk pencaharian. Ia semacam gangguan psikologis yang relatif menetap. Pelakunya adalah orang-orang yang tidak mengalami kesulitan ekonomi, bahkan tidak jarang adalah orang yang dikenal publik, seperti pesohor. Ketika tingkat korupsi di Indonesia dirasakan sangat serius, dan terjadi hampir di semua sektor kehidupan, khususnya yang berhubungan dengan birokrasi, maka dapat dikatakan bahwa kleptokrasi merupakan ciri korupsi di Indonesia. Dengan ciri kleptokrasi, maka tindakan korupsi menjadi membudaya atau dipandang lumrah saja oleh sebagian orang. Oleh karena itu tindakan korupsi menjadi tidak mudah untuk ditanggulangi. Ciri-ciri dari suatu negara kleptokrasi antara lain adalah: tingkat korupsi yang dilakukan oleh birokrasi sangat tinggi. Yang dimaksud dengan birokrasi di sini tidak hanya birokrasi pemerintahan (eksekutif), tetapi juga meliputi birokrasi legislatif dan yudikatif. Sebagaimana kasus-kasus korupsi yang telah terungkap dan diajukan ke pengadilan, korupsi di kalangan birokrasi Indonesia dilakukan oleh antara lain bupati, gubernur, menteri (eksekutif), anggota-anggota DPRD dan DPR (legislatif), serta hakim dan jaksa dalam berbagai tingkat (yudikatif). Ciri berikutnya adalah bahwa kaum birokrat dalam melakukan tindakan korupsi mengadakan persekongkolan dengan para pengusaha atau korporat. Persekongkolan birokrat dan korporat tersebut terutama dalam rangka memperoleh keuntungan keuangan dengan cara-cara yang merugikan negara. Negara kleptokrasi pada umumnya mengandalkan pembiayaan negara pada sumber daya alam yang dieksploitasi secara tidak terkendali, lebih memakmurkan birokrat yang korup dan korporasi mitranya daripada kemakmuran rakyatnya. Dalam kriminologi tindakan korupsi masuk dalam ruang lingkup white-collar crime merupakan bentuk-bentuk tindakan yang sesungguhnya jauh lebih merugikan masyarakat dibandingkan kejahatan konvensional. Namun demikian tingkat keprihatinan masyarakat terhadap gejala kejahatan jenis ini, karena tidak kasat mata, relatif tidak setinggi dibandingkan keprihatinan terhadap kejahatan konvensional. Di Indonesia dapat dikatakan bahwa kejahatan dalam bentuk korupsi (KKN) telah menjalar dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, misalnya dalam bidang hukum dan penegakan hukum, bidang politik, bidang bisnis, birokrasi pemerintahan, bidang pendidikan, dan bahkan dalam bidang keagamaan sebagaimana dikonstatir orang pernah terjadi dalam penyelenggaraan haji. Tidak mengherankan kalau Transparency International dari hasil surveinya menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Meskipun bentuk kejahatan ini serius, namun pola penanggulangannya tidak menunjukkan keseriusan. Buktinya, korupsi tetap saja berlangsung. Faktor Penyebab Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan Indonesia merupakan lahan yang kondusif bagi dilakukannya tindakan korupsi. Untuk dapat menjelaskan faktor-faktor yang kondusif bagi dilakukannya korupsi di Indonesia, kita harus mencarinya pada tatanan sosial masyarakat Indonesia sendiri, sikap-sikap, nilai-nilai dan rasionalitas yang terkait dengan tindakan korupsi. Yang pertama yang harus kita pahami adalah konsep keluarga dalam tatanan sosial Indonesia
Re: [Keuangan] OOT: Ekonomi Indonesia Pasca Naik BBM
Bung Hasan, Tolong saya dikirimi juga slide2 itu. Salam Hok An Hasan M. Soedjono schrieb: Seminggu yang lalu, KADIN mendapat dua paparan mengenai gambaran ekonomi Indonesia pasca kenaikan harga BBM. Yang pertama oleh Chief Economist dari salah satu bank nasional terkemuka, dan yang satu lagi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Saya mendapat softcopy dari PowerPoint presentation keduanya, dan oleh teman saya di KADIN diizinkan untuk membaginya dengan profesional yang berminat. Yang pertama berisi sekitar 50 slide dan besarnya sekitar 2MB. Sedangkan yang dari B'Sri Mulyani besarnya 3MB meski hanya 36 PowerPoint slides. Sebagaimana biasanya, silahkan hubungi saya via japri. Sekali lagi, bagi yang baru pertama kali kontak dengan saya, mohon perkenalan ringkas -- cukup Nama, Perusahaan dan Pekerjaan (jabatan/profesi). Salam selalu, -hms- [Non-text portions of this message have been removed]
Naphta / Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire
Bung Reza, Saya tidak membantah bahwa hitungan KKG bocor, ada bocor besar dan bocor kecil tetapi bagi saya bocor besar ada ditempat yang lain. Ada dua masalah dasar, masalahnya terbagai dua jawaban saya bagi dua juga. Mari kita bahas soal Naphta: Naphta harganya dulu bisa 30% lebih mahal dari minyak mentah. Sekarang setahu saya kira2 10% diatas Brent. Tetapi berlainan dengan Pertamina saya sama sekali tidak setuju minyak kita dan dengan demikian naphta dijual. Harusnya kita kilang sendiri dan selama belum cukup cracker untuk memasok bahan dasar untuk polyethylen, polyprophylen, karet sintetik kita bisa jual naphta yang lebih. Setahu saya minyak kita mempunyai oktan cukup tinggi dan kadar belerangnya rendah. Kita harus menghentikan kebiasaan jual barang bagus dan konsumsi barang jelek. Salah satu sumber pemasukan Singapura adalah kilang2 petrokimia di Jurong. Naphta jadi semacam dasar untuk produksi untuk membuat seribu satu bahan yang bisa dijadikan ban mobil, serat untuk industrie tekstil, plastik2 dari pvc dll. Jadi ini bahan dasar untuk industri hulu. Dengan kata lain ini bahan dasar untuk menghasilkan nilai lebih jadi untuk melahirkan pos pemasukan. BBM saya rasa jelas adalah pos pengeluaran yang sebagian bisa diganti dengan sumber lain yang dkita berlainan dengan negara2 lain juga banyak. Kita memang sudah berada dalam proses peralihan, tetapi karena terlambat dan ter-gesa2, maka banyak infrastruktur a.l. terminal2 batubara dan gas di Jawa yang lupa (!?) dibangun. Salam Hok An Djojosugito, Reza schrieb: Pak Hok An, Kalau mau bicara biaya siluman sih tidak akan habis habis Pak. Lebih baik kita sederhanakan masalah hitungan pak Kwik, Silahkan masukan asumsi bahwa aspal dan nafta bisa di jual. Hasilnya akan tetap tekor. Dengan angka yg sangat optimis pun (katakanlah bensin yg di hasilkan bisa 50%) hasil perhitungan KKG tetap tekor. Memang bisa kita masukan side produk (LPG, Fuel Product, Petrochemical): tapi tetap saja koq hasilnya tekor. Apalagi kalau kita masukan faktor loss refineri (yg bisa sampai 8%). Nggak usah di masukan biaya siluman juga tekor Pak Hok An salam Reza From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hok An Sent: Thursday, May 29, 2008 4:55 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire Saya kira arahnya disitu tidak terlalu salah sebab 40% sisanya itu adalah nafta bahan baku yang dibutuhkan industri petrokimia dan sisanya aspal. Tapi memang ada sumber2 kesalahan lain. Misalnya cost recovery yang bisa sampai 40% dan selain itu yang masih rahasia negara adalah jatah TNI. Saya juga ragu apa semua instansi lainnya betul bayar dengan benar kepada PERTAMINA. Dikita yang besar justru ongkos2 silumannya. Tetapi ongkos2 tertentu justru sering kita tetapkan berharga nol, apalagi biaya sosial dan lingkungan. Dalam kasus BBN jarak malah upah petani nyaris juga nol. Salam Hok An Djojosugito, Reza schrieb: Salam, Kayaknya diskusi ini semakin jauh dari pertanyaan Bagaimana seharusnya perhitungan subsidi BBM. Sebenarnya masalahnya sederhana saja. Perhitungan Kwik Kian Gie, di dasarkan pada asumsi bahwa refineri bisa bekerja dengan 100% efisiensi. Alias Crude masuk seratus liter dapat di konversi menjadi BBM (Alias Premium) seratus liter juga. Ini yang salah fatal karena refineri tidak bisa memiliki 100% efisiensi. Dari 1 barel minyak mentah, paling banyak hanya 40% nya bisa di rubah menjadi BBM (premium). Coba anda masukkan data ini. hitungan Kwik Kian Gie akan berantakan alias tidak ada surplus. salam, Reza From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com [mailto:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: Thursday, May 29, 2008 12:22 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire At 04:42 PM 5/29/2008, you wrote: Bang poltak, mohon pencerahan. From: mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia @yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com [mailto:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: Thursday, May 29, 2008 5:18 PM To: mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia @yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire At 03:32 PM 5/29/2008, you wrote: Anggap saja saya orang bodoh yang pake hitung2an spt ini : Kalo pisang satu tandan di negeri indonesia Rp. 7.000,- dan di
Biaya Siluman / Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire
Bung Reza, Saya berpendapat bahwa negara kita dobbel. Artinya ada negara resmi dan ada negara siluman. Soalnya dilihat dari RAPBN ada dua anggaran, ada yang resmi dan ada yang siluman. Dilihat dari pendapatan demostik brutto (PDB) juga begitu. Kalau percaya orang2 tua, maka di jaman Soekarno PDB gelap 2 kali dari PDB terang. Berapa besarnya PDB gelap sekarang ini setahu saya ngga ada yang berani taksir. Kalau benar cuma 50% dari yang terang ´kan sudah ada perbaikan, jadi kita bisa optimis bahwa sekali waktu negara siluman habis dimakan yang terang. Apalagi SBY dulu berani janji bahwa bisnis TNI akan dialihkan dalam periode ini. Sudah ada badan khusus yang bertugas untuk itu dan sederet LSM yang nekat berani mengawasi jalannya proses ini. Khusus dalam masalah minyak pos siluman yang kadang2 sulit diperhitungkan memang jatah TNI. Tetapi seperti yang tulis diatas saat ini masalah diperbaiki dengan kenaikan anggaran TNI, jadi sekali waktu pos ini juga bisa dihilangkan. Unutk itu diperlukan transparansi. Jadi kasarnya kapal2 ALRI dan TNI perlu minyak berapa, dan anggaran beli senjata perlu ditambah berapa. Kalau itu jelas dengan sendirinya proses penyesuaian (transformasi) anggaran bisa dihitung. TNI harus berhenti dengan taksiran tidak berdasar 30% RAPBN. Saya kira ada rahasia umum bahwa pos ini malah sebenarnya kecil. Kalau benar kecil mengapa tidak langsung diterangkan. Kalau anggaran TNI terang apakah masalahnya selesai? Belum. Soalnya yang tidak bayar rekening Pertamina banyak. Mengapa begitu? Lihat hutang PLN begitu besarnya, apakah kasus satu ini tidak mengancam Pertamina oleng? Yang malas bayar listrik banyak dan malah lembaga etika/pengajaran cukup banyak yang ngutang listrik. Jadi sistem lalu lintas pembayaran sudah mogok2. Sudah terjadi kesalahan sistemik. Kesalahan2 sistem seperti ini memang membahayakan sistem harga dalam suatu negara dan mempunyai potensi menggoncangkan negara itu sendiri. Jadi masalah harga BBM bukan hanya masalah etika sosial, tetapi lebih dari itu. Salam damai Hok An Djojosugito, Reza schrieb: Pak Hok An, Kalau mau bicara biaya siluman sih tidak akan habis habis Pak. Lebih baik kita sederhanakan masalah hitungan pak Kwik, Silahkan masukan asumsi bahwa aspal dan nafta bisa di jual. Hasilnya akan tetap tekor. Dengan angka yg sangat optimis pun (katakanlah bensin yg di hasilkan bisa 50%) hasil perhitungan KKG tetap tekor. Memang bisa kita masukan side produk (LPG, Fuel Product, Petrochemical): tapi tetap saja koq hasilnya tekor. Apalagi kalau kita masukan faktor loss refineri (yg bisa sampai 8%). Nggak usah di masukan biaya siluman juga tekor Pak Hok An salam Reza From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hok An Sent: Thursday, May 29, 2008 4:55 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire Saya kira arahnya disitu tidak terlalu salah sebab 40% sisanya itu adalah nafta bahan baku yang dibutuhkan industri petrokimia dan sisanya aspal. Tapi memang ada sumber2 kesalahan lain. Misalnya cost recovery yang bisa sampai 40% dan selain itu yang masih rahasia negara adalah jatah TNI. Saya juga ragu apa semua instansi lainnya betul bayar dengan benar kepada PERTAMINA. Dikita yang besar justru ongkos2 silumannya. Tetapi ongkos2 tertentu justru sering kita tetapkan berharga nol, apalagi biaya sosial dan lingkungan. Dalam kasus BBN jarak malah upah petani nyaris juga nol. Salam Hok An Djojosugito, Reza schrieb: Salam, Kayaknya diskusi ini semakin jauh dari pertanyaan Bagaimana seharusnya perhitungan subsidi BBM. Sebenarnya masalahnya sederhana saja. Perhitungan Kwik Kian Gie, di dasarkan pada asumsi bahwa refineri bisa bekerja dengan 100% efisiensi. Alias Crude masuk seratus liter dapat di konversi menjadi BBM (Alias Premium) seratus liter juga. Ini yang salah fatal karena refineri tidak bisa memiliki 100% efisiensi. Dari 1 barel minyak mentah, paling banyak hanya 40% nya bisa di rubah menjadi BBM (premium). Coba anda masukkan data ini. hitungan Kwik Kian Gie akan berantakan alias tidak ada surplus. salam, Reza From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com [mailto:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Poltak Hotradero Sent: Thursday, May 29, 2008 12:22 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire At 04:42 PM 5/29/2008, you wrote: Bang poltak, mohon pencerahan. From: mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia @yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com [mailto:AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia
Re: Biaya Siluman / Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire
Bung Ivan, pos siluman dan negara siluman ada di-mana2. Di Prancis dan apa lagi Junani besar sekali. Besarnya berhubungan dengan dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap sistem pajak. Dalam negara2 dimana jarak antara negara dan rakyat jauh, negara siluman selalu besar. Latar belakang sistem ini biasanya adalah sisa2 sistem primordial. Soalnya negara siluman sifatnya tertutup, jadi dana dan sumber daya ekonomi dibagi dikalangan sendiri. Kalau kalangan sendiri ini besar sekali, maka kebutuhan untuk pos negara siluman juga besar sekali. Cuma ini penjelasan yang ada pada saya mengapa saat ini ada krisis di Indonesia. Semua angka menunjukan bahwa Indonesia sedang boom komoditi, mulai dari batubara, CPO, tembaga, karet dll. Mengapa kita tidak boom seperti Rusia, atau Brasil yang strukturnya ada kemiripan? Sebab itu dugaan saya lingkungan lingkaran dalam elit kita sangat besar dan mereka semua minta bagian. Sistem ini sekarang stabil sebab dana mereka untuk beli suara baik di DPR maupun langsung di PEMILU lagi besar2nya. Sebab itu elit kita se-olah2 tidak merasa perlu mendengar keluh kesah masyarakat. Seorang kawan peneliti mulai pakai istilah lucu Orde Terbaru. Saya sendiri yakin bahwa siluman2 cukup digusur dengan matahari. Sebab itu kalau kita tekun dan tegas memperjuangkan transparansi, saya yakin siluman2 akan tergusur ke pojok2 kecil saja. Salam transformasi Hok An Ivan Bintara schrieb: mau nimbrung dikit.. nbsp; saya kira di oil company lain pun pasti ada pos siluman, coba aja cek, Saudi Aramco, berapa biaya siluman keluar untuk bayar tentara amerika yang nongkrong disana, nggak nongol itu di balance sheet nya Saudi Aramco. Apalagi di negara Afrika (Nigeria, dan teman2 nya), besarnbsp;itu yang siluman untuk jatah preman... nbsp; Ivan --- On Fri, 5/30/08, Hok An lt;[EMAIL PROTECTED]gt; wrote: From: Hok An lt;[EMAIL PROTECTED]gt; Subject: Biaya Siluman / Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, May 30, 2008, 7:37 AM Bung Reza, Saya berpendapat bahwa negara kita dobbel. Artinya ada negara resmi dan ada negara siluman. Soalnya dilihat dari RAPBN ada dua anggaran, ada yang resmi dan ada yang siluman. Dilihat dari pendapatan demostik brutto (PDB) juga begitu. Kalau percaya orang2 tua, maka di jaman Soekarno PDB gelap 2 kali dari PDB terang. Berapa besarnya PDB gelap sekarang ini setahu saya ngga ada yang berani taksir. Kalau benar cuma 50% dari yang terang ´kan sudah ada perbaikan, jadi kita bisa optimis bahwa sekali waktu negara siluman habis dimakan yang terang. Apalagi SBY dulu berani janji bahwa bisnis TNI akan dialihkan dalam periode ini. Sudah ada badan khusus yang bertugas untuk itu dan sederet LSM yang nekat berani mengawasi jalannya proses ini. Khusus dalam masalah minyak pos siluman yang kadang2 sulit diperhitungkan memang jatah TNI. Tetapi seperti yang tulis diatas saat ini masalah diperbaiki dengan kenaikan anggaran TNI, jadi sekali waktu pos ini juga bisa dihilangkan. Unutk itu diperlukan transparansi. Jadi kasarnya kapal2 ALRI dan TNI perlu minyak berapa, dan anggaran beli senjata perlu ditambah berapa. Kalau itu jelas dengan sendirinya proses penyesuaian (transformasi) anggaran bisa dihitung. TNI harus berhenti dengan taksiran tidak berdasar 30% RAPBN. Saya kira ada rahasia umum bahwa pos ini malah sebenarnya kecil. Kalau benar kecil mengapa tidak langsung diterangkan. Kalau anggaran TNI terang apakah masalahnya selesai? Belum. Soalnya yang tidak bayar rekening Pertamina banyak. Mengapa begitu? Lihat hutang PLN begitu besarnya, apakah kasus satu ini tidak mengancam Pertamina oleng? Yang malas bayar listrik banyak dan malah lembaga etika/pengajaran cukup banyak yang ngutang listrik. Jadi sistem lalu lintas pembayaran sudah mogok2. Sudah terjadi kesalahan sistemik. Kesalahan2 sistem seperti ini memang membahayakan sistem harga dalam suatu negara dan mempunyai potensi menggoncangkan negara itu sendiri. Jadi masalah harga BBM bukan hanya masalah etika sosial, tetapi lebih dari itu. Salam damai Hok An ... cut ...
Re: Biaya Siluman / Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire
Bung Wawan, Kalau dari statistik harusnya kita memang lebih boom lagi dari Brazil. Justru itu menunjukan anomali yang sangat besar. Bandingkan dengan laporan Herald Tribune mengenai Brasil yang saya cantumkan dibawah. Anomali ini dilihat dari Eropa makin aneh sebab disini pertumbuhan 1 - 2 % saja sudah dibilang boom. Saya sendiri 10 tahun yang lalu tidak setuju dengan skenario Bank Dunia yang mematok pertumbuhan 6%. Bagi saya pertumbuhan yang dibutuhkan kita pada tahap awal sedikitnya 8 % supaya ada dampak yang jelas terhadap lapangan kerja. Soalnya korelasi antara investasi dan pertumbuhan lapangan kerja kita buruk sekali dengan akibat pertumbuhan sudah tinggi tetapi orang2 tetap nganggur. Hal ini tidak mendorong tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap masa depan. Kekuatiran banyak orang terhadap masa depan beda sekali dengan keadaan di Brasil yang 10 tahun lalu kita pandang enteng. Kalau di laporan IHT kelihatan perasaan/psychologi terutama dibidang ekonomi justru penting. Cadangan minyak kita memang tidak terlalu banyak. Tetapi kita jagoan ekspor gas dan juara dunia dalam batubara. Sudah itu cadangan geothermal terbesar didunia. Apalagi sumber yang lebih gampang ditimba yaitu arus selat yang diakibatkan tarikan bulan (pasang surut di laut Jawa) yang luar biasa potensinya. Kita kekurangan tanah yang subur, tetapi kita kaya sumber energi. Salam Hok An http://www.iht.com/articles/2008/05/25/business/24brazil.php Boom times for Brazilian consumers By Andrew Downie Published: May 25, 2008 SÃO PAULO, Brazil: Consumers in the United States are tightening their belts; Brazilians are spending like there's no word in Portuguese for recession. Middle-class Americans are surrounded by a rising tide of angst; Brazil's middle class is growing. Even some creditworthy Americans cannot find a mortgage; Brazilians are taking out loans like never before. It used to be that when the U.S. sneezes, Brazil catches pneumonia, but that is no longer the case, said Marcelo Carvalho, executive director of research at Morgan Stanley in Brazil. Thanks to a newfound economic stability and vitality, here and in much of the region, Latin America is looking less chained to the fortunes of the United States. There is hard decoupling taking place, Carvalho said. The Brazilian economy is growing fast as the U.S. is, in our view, already in recession. Borrowing by Brazilians Brazil is doing well thanks to a combination of factors. High commodity prices, pushed by demand from China, have brought in hard currency and created jobs. Foreign investment last year doubled, to $34.6 billion, much of it into the stock market, which is one of the fastest growing in the world. The currency is strong, hitting a nine-year high against the dollar last week, and will likely strengthen further given Standard Poor's decision last week to raise Brazil's investment grade. Inflation, which ended 2007 at 4.5 percent, is under control and the economy has grown consistently, if not spectacularly, thanks to the competent management of President Luiz Inácio Lula da Silva. His far-reaching assistance program has given the poor cash to spend. Wages are rising and unemployment is falling. In short, more Brazilians have more money. da Silva calls it a miracle. But in reality, it is something Latin American long lacked: confidence. With both government and outside analysts insisting the economy can withstand the effects of a global slowdown, banks and companies are sanguine enough to lend to consumers over longer periods than ever before. At the same time, an increasingly secure middle class is confident enough to borrow to such an extent, analysts say, that domestic consumption has taken over from exports as Brazil's main economic driver, reducing the effect of what happens in, say, the United States. Because of the twin economic and credit booms, big-ticket items like houses, cars and electronics are within the reach of up to 20 million more Brazilians than ever before, Erico Ferreira, the president of the National Association of Credit, Financing and Investment Institutions, estimated. People that weren't consumers are now consumers, Ferreira said. Everyone is taking more money home. If you want credit you can get it. A trip to any shopping mall or car dealership suggests that is true. Stores are packed with shoppers eager to spend. Sales of domestic appliances rose 17 percent last year, the number of cellphones increased 21 percent and sales of notebook computers and plasma and liquid-crystal display televisions nearly tripled. For items like cars and houses, where paying in cash is rarely feasible, the numbers are even more revealing. The number of houses bought with mortgages rose 72 percent last year to its highest number ever and the amount of money being borrowed to buy vehicles jumped 45 percent. The credit explosion is a regional phenomenon, according to economists. Though Latin American nations have little tradition of consumer credit
Re: Biaya Siluman / Re: [Keuangan] Re: Kapitalisme-Laissez-Faire
Bung Oka, Saya setuju dengan pendapat Anda. Yang kurang memang law enforcement. Dan ini memang kesalahan dari pelaksanaan 5 agenda reformasi. Sesungguhnya demokratisasi tanpa penegakan hukum sama seperti obat placebo. Tanpa hukum masyarakat tidak bisa menjemput haknya. Pelayanan publik menjadi janji kosong. Penegakan hukum memang tugas sangat mendesak. Tahun yang lalu sistem gajih setahu saya sudah diubah. Departemen yang mendapatkan prioritas (DEPKEU dan mungkin juga Hukum) mendapat kenaikan gajih yang drastis. Sejak itu orang2 dari departemen ini harusnya tidak punya alasan lagi untuk KKN sebab pemasukan sudah cukup. Dibawah saya lampirkan analisa bisnis TNI dari LIPI. Dari situ kelihatan bahwa likwidasi sektor ini sudah masuk agenda dan ada contoh konkret dari Jiang Zemin bagaimana bisnis militer bisa dibereskan dalam 6 bulan saja. Langkah ini penting sebab kalau siluman hijau sudah hilang apa siluman coklat tidak ikut terdesak? Kita harus mengatasi masalah ini dengan fokus satu2. Salam Hok An ... Jaleswari Pramodhawardani: Saya Tak Mau Tentara Terus Disalahkan Jum'at, 06 Oktober 2006 | 00:22 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Mungkin karena selama ini dianggap sebagai isu sensitif, tak banyak peneliti yang mau mendalami isu dunia militer. Apalagi memasuki wilayah anggaran dan bisnis militer. Jaleswari Pramodhawardani adalah satu dari peneliti yang nekat menerobosnya. Padahal dasar pendidikannya adalah ilmu komunikasi dan menulis tesis di Universitas Indonesia tentang lesbianisme. Saya selama ini berpikir tentara itu baik-baik saja. Ternyata, ketika reformasi, baru ketahuan ada yang tidak beres, kata putri seorang purnawirawan marinir ini. Lantas apa pendapatnya soal bisnis TNI dan upaya untuk membenahinya? Tempo mewawancarai ibu Widi, 12 tahun, dan Gendis, 9 tahun, ini dalam dua kesempatan pekan lalu. Berikut ini petikannya. Sebagai perempuan, kenapa tertarik mengkaji soal militer? Sebetulnya kajian utama saya soal perempuan, itu di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Universitas Indonesia. Perempuan kan sering menjadi korban kekerasan, sedangkan TNI adalah simbol kekerasan. Keduanya ada di Aceh. Fachry Ali suka sekali dengan alasan saya ini, ha-ha-ha Sementara itu, di Indonesian Institute, kajian saya soal militer. Saya ini anak tentara, marinir. Keluarga saya umumnya tentara. Saya selama ini berpikir tentara itu baik-baik saja. Ternyata, ketika reformasi 1998, baru ketahuan ada yang tidak beres dengan tentara. Saya merasa terpanggil, karena tidak mau tentara terus disalahkan. Banyak teman-teman yang mulai mengamati tentara sejak awal tapi tidak ada yang mau masuk wilayah anggaran dan bisnis TNI. Karena mereka sudah mencoba tapi seperti nabrak-nabrak tembok. Hubungan dengan ayah dan keluarga? Adik saya yang letnan kolonel di Angkatan Laut sering jadi teman diskusi. Dia banyak mengkritik saya. Saya pikir itu bagus. Dia mengingatkan saya, Mbak, hati-hati, lo, Mbak. Peneliti bukan NGO (aktivis lembaga swadaya masyarakat). Maksud dia, saya harus melakukan kajian sebagai dasar untuk berbicara. Walau ini debatable karena NGO juga menggunakan kajian. Menurut Anda, bisnis TNI bisa dibereskan? Ya, kan undang-undangnya meminta dalam waktu lima tahun, TNI bebas dari bisnis. Tapi sampai saat ini saya belum melihat ada tanda-tanda akan dibereskan. Seharusnya 16 Agustus lalu sudah ada sinyal bagaimana mestinya. Saat ini memang sedang diselesaikan peraturan presiden soal badan pengelola aset bisnis TNI itu. Tapi bagaimana kabar rancangan peraturan itu belum terdengar seperti apa. Apa masalahnya? Sudah lama masyarakat kita dihegemoni oleh pemikiran militerisme. Sudah 61 tahun hegemoni itu, sampai kami--working group yang memperhatikan persoalan TNI--melakukan road show ke lima kota: Medan, Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Bandung. Di saat itu kami kaget, ternyata mind-set-nya semua berpikir soal kasihan TNI, anggaran dari negara kecil, dan kesejahteraan prajurit rendah. Mind-set militerisme ini ada di kepala dewan perwakilan rakyat daerah, pemerintah daerah, juga pusat. Dari internal TNI? Memang ada resistensi. Dalam pertemuan kami dengan para jenderal, mereka mengaku merasa tidak diajak, tapi tiba-tiba harus menyerahkan bisnis yang sudah dibangun dan mereka pertahankan selama ini. Mereka berpikir, kok seenaknya saja. Apalagi yang mengambil (warga) sipil, yang tidak mereka percayai. Seorang jenderal bilang, Anda lihat sendiri kan bagaimana, BPPN saja nggak beres. Tapi begini, saya bertemu dengan Pak Sjafrie (Sjafrie Sjamsoeddin, Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan, Wakil Ketua Tim Supervisi Transformasi Bisnis TNI). Dia menanyakan bagaimana cara membereskan penyertaan saham dan komersialisasi aset. Jadi sebetulnya sudah ada niat dari beberapa orang. Tapi, kalau regulasi tidak dikeluarkan, mau gimana kerjanya? Anda yakin Presiden Yudhoyono bisa mengatasi ini? Harus. Kan ada amanat undang-undang. Ada bisnis yang sudah bisa didata, seperti yayasan dan koperasi
[Keuangan] LKPP 2007 Kembali Disclaimer
http://www.wartaekonomi.com/detail.asp?aid=10719cid=2 LKPP 2007 Kembali Disclaimer Kamis, 29 Mei 2008 00:00 WIB - warta ekonomi.com Menkeu Sri Mulyani, menyatakan disclaimer kembali ditetapkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap aporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) 2007. Hal itu terjadi akibat pemeriksaan BPK dibatasi pada soal perpajakan dan biaya perkara di Mahkamah Agung (MA). Alasan lain akutansi belum dilaksanakan secara sempurna terutama pada kementerian dan lembaga yang mempunyai satker dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Begitupula penyimpangan standar akutansi seperti konsep bruto dan investasi nonpermanen. Terakhir, penerimaan bukan pajak yang diperoleh kementerian dan lembaga (LK) tidak didukung aturan pemerintah. Mochamad Ade Maulidin
Re: [Keuangan] LKPP 2007 Kembali Disclaimer
Apa tidak bisa ditentukan suatu limit bertahap yang berakhir tahun 2010 dimana standard akutansi harus diterapkan dengan konsekwensi pemecatan terhadap penanggung jawab yang lalai? Hok An [EMAIL PROTECTED] schrieb: Ndak heran koq Pak. Kalau ruang lingkup dibatasi mana mungkin bisa dapat opini clean/ unqualified. Dalam kongres IAI Kompartemen Sektor Publik tahun ini malah ada bocoran LKPP bisa disclaimer terus tiga atau lima tahun ke depan.. Tanya kenapa? Cheers, Original Message Subject: [Keuangan] LKPP 2007 Kembali Disclaimer From: Hok An [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, May 29, 2008 12:53 am To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com http://www.wartaekonomi.com/detail.asp?aid=10719cid=2 LKPP 2007 Kembali Disclaimer Kamis, 29 Mei 2008 00:00 WIB - warta ekonomi.com Menkeu Sri Mulyani, menyatakan disclaimer kembali ditetapkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap aporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) 2007. Hal itu terjadi akibat pemeriksaan BPK dibatasi pada soal perpajakan dan biaya perkara di Mahkamah Agung (MA). Alasan lain akutansi belum dilaksanakan secara sempurna terutama pada kementerian dan lembaga yang mempunyai satker dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Begitupula penyimpangan standar akutansi seperti konsep bruto dan investasi nonpermanen. Terakhir, penerimaan bukan pajak yang diperoleh kementerian dan lembaga (LK) tidak didukung aturan pemerintah. Mochamad Ade Maulidin Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic Messages =
Re: [Keuangan] Kapitalisme-Laissez-Faire
Ada kawan yang bilang taksiran sederhana cara Adam Riese menuntut kenaikan harga BBM kira2 100%. Bisa jadi dengan cara drastis ini yang bisa dikurangi adalah manipulasi dan barangkali penyelundupan yang tidak diketahui jumlahnya itu. Yang jelas selama BBM kita lebih murah dari harga Singapura. Orang2 yang nakal akan menjual BBM itu ke Singapura dengan murah dan melakukan reimport dengan harga mahal. Keuntungan dari praktek ini sangat besar dan susahnya masuk ketangan kelompok yang saya namakan negara gurem. Aspek sangat politis ini perlu diperhatikan. Transformasi Indonesia menjadi negara yang bersih hanya bisa kalau negara gurem makin hari makin kecil. Coba lihat juga sektor tekstil dimana bagian produk selundupan yang ada dipasar katanya sudah mengubur produk dalam negeri. Masalah kita bukan subvensi atau tidak, tetapi negara kita tidak punya pagar untuk mengamankan subvensi itu. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 01:45 PM 5/29/2008, you wrote: rincian (kasarnya aja deh) hitungan harusnya kenaikan harga BBM itu gimana sih pak? counter analysis hitungannya pak kwik aja gitu? anyway,.,. mungkin maksud pak kwik itu adalah (kalimat hiperbolnya aja dari saking sangat murahnya produksi minyak Indo),.., baca saja di sini: www.hukmas.depkeu.go.id/HukmasNews/bbm.pdf Saya sudah baca dokumennya - dan rasanya cukup masuk akal. Saking murahnya? Apa iya? Apa saking murahnya sampai boleh dihambur-hambur? Lantas anak cucu kita nanti kebagian apa??? Tinggal pilih saja - kita yang berkorban atau mereka yang harus berkorban. Saya rasa masalahnya ada di situ.
Re: e-Gov/Re: [Keuangan] [pro-con] Tepatkah Keputusan Pemerintah Menaikkan Harga BBM Demi Selamatkan APBN ?
Bung Oka, Yang saya sesalkan adalah dibuangnya kemungkinan perampingan proses2 birokrasi. Masa jaman sekarang PEMDA masih susah kirim uang ke desa2. Bocornya ternyata masih ada yang sampai 60%. Padahal transaksi keuangan murah bisa liwat internet walaupun kabel telepon belum ada. Jadi untuk apa kita jadi negara yang sudah lama punya satelit komunikasi. Rakyat adalah pembayar pajak dan sebab itu mempunyai hak untuk atas lembaga2 negara yang ampuh dan canggih. Masalah rahasia negara tentu subyektiv dan sebetulnya yang dikuatirkan oleh pejabat adalah tranparansi yang menutup kemungkinan untuk manipulasi dan curi start, atau menghalangi orang lain masuk. Jadi sebetulnya yang mau dirahasiakan itu sering2 adalah rahasia saya. Maksud dari open source sebetulnya adalah mendapatkan jaza konsultan gratis. Dalam kasus2 kita hal ini justru perlu, sebab pengetahuan ahli2 kita umumnya sangat parsial dibidangnya masing2. Sebab itu pengetahuan yang sektoral dan parsial ini perlu digabung dan digodok bersama. Benar saat ini yang paling perlu adalah pertukaran pengetahuan tentang perampingan birokrasi negara. Sudah ada contoh2 sektoral, yang diperlukan adalah konsep terpadu dan partai2 yang bersedia mendukung program ini dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Ada lembaga2 (dulu dipimpin langsung SBY) yang menggodok konsep2 ini dan mengundang tokoh dan LSM untuk memberi input. Sayangnya pelaksanaannya lambat seperti siput dan dimulai dari pinggir2 kekuasaan dan tidak berani langsung masuk masalah2 dasar. Kita diburu pembusukan lembaga negara yang cukup cepat jalannya, sebab itu transformasi birokrasi perlu segera dipercepat. Resep2 placebo harus segera dibuang dan tidak usah ragu untuk melakukan amputasi/outsourcing organ2 negara yang sudah terlalu busuk. Salam Hok An Oka Widana schrieb: Kembali tidak ada objection dari semua pendapat Anda. Disamping ada info baru bagi saya, bahwa penggunaan open source bisa memberikan akses kepada beberapa info yg mungkin sensitive (rahasia negera). Pemerintah sendiri konon sekarang lagi gencar2nya mensosialisasikan IGOS, walau saya tahu juga beberapa instansi pemerintah masih menggunakan software bajakan. Saya kenal secara pribadi seorang Staf Ahli di kementrian BUMN yg ahli IT dan punya konsep bagus sekali mengenai topic ini. Yang jadi masalah adalah tataran implementasi. Padahal jika e-gov bisa diimplementasi, tak perlu lagi Pegawai Negeri sebanyak sekarang. :) yg sekarang aja sudah kebanyakan. lah wong kalo kita datang ke suatu kementrian lebih banyak meja kosong yg ditemui, entah kemana orangnya. Sedangkan yg hadir lebih banyak yg baca koran dan bermain game. BTW, makanya kalo dalam APBN 1/3 dipakai untuk belanja pegawai, itulah sebenarnya pemborosan yg paling nyata.. Regards, Oka From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hok An Sent: Wednesday, May 28, 2008 8:11 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: e-Gov/Re: [Keuangan] [pro-con] Tepatkah Keputusan Pemerintah Menaikkan Harga BBM Demi Selamatkan APBN ? Bung Oka, E-Government tentu memberi banyak kemudahan dan merupakan terobosan untuk menyelesaikan hambatan2 komunikasi dan kelangkaan informasi. Bisa mengurangi langkah2 proses sehingga pelayanan publik bisa menjadi lebih effektiv. Selain itu KKN memang bisa dibatasi, dan dimana mungkin hubungan langsung dengan publik juga bisa dihentikan sama sekali. Di Jerman visa negara2 tertentu misalnya hanya bisa didapat dengan transaksi online atau surat. Usul tingkat berikut dari seorang deputy MENKO ekonomi adalah sistem open source. Dalam sistem open source. Data2 (jadi yang biasa dinamakan rahasia perusahaan dan dikita rahasia negara) di buka di internet. Masyarakat kemudian sama2 mengolah data2 itu dan mencari jalan keluar yang terbaik. Contoh kontroversial adalah infrastruktur pipa gas dari Kaltim ke Jawa Timur. Yang tidak setuju kuatir bahwa kilang LNG di Bontang yang sudah dibayar mahal karena adanya pipa ini harus ditutup. Ada yang tidak setuju, sebab gas yang ada hanya cukup untuk ekspor, sebab baik terminal gas maupun pipa gas di Jawa tidak diperlukan. Yang setuju mungkin ada pikiran bahwa sumber2 CBM (gas tambang) di lembah Kutai dan Barito lebih dari cukup untuk memasok kilang di Bontang maupun pipa ke Jawa Timur. Dipihak lain ada orang2 yang sama sekali tidak setuju dengan sistem open source, sebab data2 ini adalah rahasia negara. Tetapi perlu diperhatikan siapa orang kita yang tahu CBM (gas tambang) kita banyak dan siap untuk ditambang. Penelitian CBM dilakukan oleh perusahaan2 tambang internasional dan sederet kontrak CBM sudah dijual ke perusahaan2 itu. Mungkin suatu sistem open source justru bisa mengumpulkan sdm, sumber daya dan modal nasional sehingga CDM yang banyaknya 4 kali dari sumber gas alam kita bisa menjadi lapangan kerja yang produktiv dan melepaskan kelaparan kita atas energi. Share pictures stories about
Re: Bls: [Keuangan] Saham Green
Coba Anda lihat di: http://www.ethicalinvestments.co.uk/ http://www.bluefund.com/why-blue/blue-companies Salam Hok An mara maswahenu schrieb: NYSE mempunyai sustainability index; berisi NYSE listed companies yg green; seingat saya diantaranya Holcim salam mara - Pesan Asli Dari: Hok An [EMAIL PROTECTED] Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Rabu, 28 Mei, 2008 15:34:42 Topik: Re: [Keuangan] Saham Green Bung Iman, Biasanya saham green adalah saham untuk perusahaan2 dengan certifikat lingkungan. Perusahaan yang etis mungkin belum ada standardnya dan sementara dipakai istilah saham biru. Salam Hok An imanaryadi schrieb: Salam Teman saya sedang membuat disertasi tentang ethical investment, beliau mencari saham yang masuk kategori green tahun 200 sampai 2007, beliau sudah dapat 100 perusahaan tapi tahun 2007 saja. kepada rekan- rekan mailist mohon bantuannya Salam Iman Aryadi UIN Yogyakarta Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga. http://id.toolbar.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Kapitalisme-Laissez-Faire
Bung Arief, Indonesia sudah cukup dipetak2 perusahaan2 mancanegara. Tetapi sebabnya bukan harga SDA yang ditetapkan nol, tetapi kegagalan kita mengembangkan perusahaan domestik kita sendiri. Tapi sesungguhnya kita guru yang baik. Buktinya Pertamina berhasil mengajar PETRONAS yang sekarang cukup tangguh. Saya tambah satu masalah lagi. SDA kita yang lagi booming banyak. Sekalipun hargnya nol, tetapi PPh dan PPN lari kemana. Dari kira2 200 juta ton batubara yang legal saja kemana pajaknya Salam hok An Arief R Rasyid schrieb: - Original Message - From: Ignace I. Worang [EMAIL PROTECTED] To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, May 29, 2008 2:01 PM Subject: RE: [Keuangan] Kapitalisme-Laissez-Faire Soal Kwik, ya saya setuju dengan Bung Poltak karena kalau dilihat dari sudut pandang economy yg normal ya dia jelas bukan ecomonist lagi sejak dia menggangap minyak harganya nol. Kecuali economist ala Lenin's Economy yg bisa saja menggangap minyak itu nol sesuai dengan kemana arah tujuan ideologinya berjalan tapi in the real world.ini lebih ke ideologist bukan? Cheers kalau minyak dihitung kwiknilainya NOL, artinya semua bhn tambang nilainya NOL ? bahan tambangkan bukan hanya minyak, ada batu bara sampai intan. kebayang enggak kalau harganya murah banget ? bisa2 org dari segala penjuru planet dtg ke indonesia utk nge borong anak cucu kita nanti kebagian apa yah. salam arief
Re: [Keuangan] Saham Green
Bung Iman, Biasanya saham green adalah saham untuk perusahaan2 dengan certifikat lingkungan. Perusahaan yang etis mungkin belum ada standardnya dan sementara dipakai istilah saham biru. Salam Hok An imanaryadi schrieb: Salam Teman saya sedang membuat disertasi tentang ethical investment, beliau mencari saham yang masuk kategori green tahun 200 sampai 2007, beliau sudah dapat 100 perusahaan tapi tahun 2007 saja. kepada rekan- rekan mailist mohon bantuannya Salam Iman Aryadi UIN Yogyakarta